Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN

PENGUKURAN GEOLISTRIK LOKASI REKTORAT


LAMA AMBAN UNIVERSITAS PAPUA

Disusun Oleh
TIM Geolistrik
Manokwari, 17 Oktober 2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii


I. PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
1.1 Geolistrik ............................................................................................................. 1
a. Sifat Kelistrikan Batuan ..................................................................................... 1
b. Arus Elektroda di Permukaan Bumi .................................................................. 4
c. Resistivitas Batuan ............................................................................................. 6
d. Metode dipole-dipole ......................................................................................... 7
II. METODE GEOLISTRIK (RESISTIVITAS) ........................................................... 8
2.1. Instrumen Dan Desain Pengukuran .................................................................... 8
2.2 Pengambilan Data Lapangan ............................................................................... 9
2.3 Akusisi Data Lapangan...................................................................................... 10
2.4. Pengolahan Data ............................................................................................... 11
III. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 12
3.1 Pembahasan Umum .......................................................................................... 12
3.2 Interpertasi Data ................................................................................................ 13
3.2.1 Lintasan 1 .................................................................................................... 14
3.2.2 Lintasan 2 .................................................................................................... 15

ii
I. PENDAHULUAN
1.1 Geolistrik
Geolistrik adalah salah satu metode dalam geofisika yang mempelajari sifat aliran
listrik di dalam batuan. Pendeteksian di atas permukaan bumi meliputi pengukuran
medan potensial, arus dan elektromagnetik yang terjadi baik secara alamiah maupun
akibat penginjeksian arus kedalam bumi.

Pada metode geolistrik tahanan jenis (resistivitas), arus listrik diinjeksikan ke


dalam bumi melalui dua elektroda arus (terletak diluar konfigurasi). Beda potensial
yang terjadi diukur melalui dua elektroda potensial yang berada di dalam konfigurasi.
Dari hasil pengukuran arus dan beda potensial untuk setiap jarak elektroda tertentu,
dapat ditentukan variasi harga hambatan jenis masing-masing lapisan dibawah titik
ukur (titik sounding).

Berdasarkan letak (konfigurasi) elektroda potensial dan elektroda arus, dikenal


beberapa jenis konfigurasi metode tahanan jenis (resistivitas) yaitu :

1. Konfigurasi Schlumberger
2. Konfigurasi Wenner
3. Konfigurasi Double Dipole
4. Konfigurasi Pole-Dipole (Three Point)
5. Konfigurasi Pole-pole

a. Sifat Kelistrikan Batuan


Menurut Telford et al., (1990), aliran arus listrik di dalam batuan dan mineral
dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu konduksi secara elektronik, konduksi
secara elektrolitik dan konduksi secara dielektrik.

1. Konduksi Secara Elektronik

1
Konduksi ini terjadi jika batuan atau mineral mempunyai banyak electron bebas
sehingga arus listrik dialirkan dalam batuan atau mineral oleh elektron-elektron
bebas tersebut. Aliran listrik juga dipengaruhi oleh sifat atau karateristik masing-
masing batuan yang dilewatinya. Salah satu sifat atau karateristik batuan tersebut
adalah resistivitas (tahanan jenis). Resistivitas adalah karateristik bahan yang
menunjukkan kemampuan bahan tersebut untuk menghantarkan arus listrik.
Semakin besar nilai resistivitas suatu bahan maka semakin sulit bahan tersebut
menghantarkan arus listrik. Begitu pula sebaliknya apabila nilai resistivitasnya
rendah maka akan semakin mudah bahan terebut menghantarkan arus listrik.
Resistivitas mempunyai pengertian yang berbeda dengan resistansi (hambatan),
dimana resistansi tidak hanya bergantung pada bahan tetapi juga bergantung pada
faktor geometri atau bentuk bahan tersebut. Sedangkan resistivitas tidak
bergantung pada faktor geometri.

Gambar 1.1 Silider Konduktor


Jika ditinjau silinder konduktor dengan panjang L, luas penampang A dan resistansi
R, maka dapat dirumuskan:
𝐿
𝑅=𝜌 (1.1)
𝐴
Dimana ρ adalah resistivitas (Ωm), I adalah panjang silinder konduktor (m), A
adalah luas penampang silinder konduktor (m2), R adalah resistansi (Ω).
Sedangkan menurut hokum Ohm, resistansi R dirumuskan:
𝑉
𝑅= (1.2)
𝐼
Dimana R adalah resistivitas (Ω), V adalah beda potensial (volt), I adalah kuat arus
(ampere).

2
Dari kedua rumus tersebut didapatkan nilai resistivitas (ρ) sebesar:
𝑉𝐴
𝜌= (1.3)
𝐼𝐿
Sedangkan sifat konduktifitas dari batuan yaitu kebalikan dari resistivitas (ρ)
dengan satuan mhos/m
1 𝐼𝐿 𝐽
𝜎= = = (1.4)
𝜌 𝑉𝐴 𝐸
Di mana J adalah rapat arus (ampere/m2), E adalah medan listrik (volt/m).

2. Konduksi Secara Elektrolitik


Sebagian besar batuan merupakan konduktor yang buruk dan memiliki resistivitas
yang sangat tinggi. Batuan biasanya bersifat porus dan memilik pori-pori yang
terisi oleh fluida, terutama air. Batuan-batuan tersebut menjadi konduktor
elektrolit, di mana konduksi arus listrik dibawa oleh ion-ion elektrolit dalam air.
Konduktivitas dan resistivitas batuan porus bergantung volume dan susunan pori-
porinya. Konduktivitas akan semakin besar jika kandungan air di dalam batuan
semakin bertambah banyak dan sebaliknya resistivitas akan semakin besar jika
kandungan jika kandungan air dalam batuan berkurang.
Menurut persamaan Archie
𝜌𝑒 = 𝑎𝜙 −𝑚 𝑆 −𝑛 𝜌𝑤 (1.5)

ρe adalah resistivitas batuan (Ωm), ϕ adalah porositas, S adalah fraksi pori-pori yang
berisi air dan ρw resistivitas air, sedangan a,m dan n adalah konstanta m disebut
juga faktor sementasi. Schumberger menyarankan m=2, untuk nilai n juga sama.
3. Konduksi Secara Dielektrik
Kondisi pada batuan atau mineral bersifat dielektrik terhadap aliran listrik artinya
batuan atau mineral tersebut mempunyai electron bebas sedikit, bahkan hamper
tidak ada sama sekali. Tetapi karena adanya pengaruh medan listrik dari luar maka
maka electron dalam bahan berpindah dan berkumpul terpisah dari inti, sehingga

3
terjadi polarisasi. Peristiwa ini tergantung pada konduksi dielektrik masing-masing
batuan yang bersangkutan, contoh: mika.

b. Arus Elektroda di Permukaan Bumi


Menurut Telford et al., (1990), saat jarak diantara dua arus elektroda adalah
terbatas (lihatlah gambar) potensial yang dekat apada titik permukaan akan dipengaruhi
oleh kedua arus elektroda tersebut.

Gambar 1.2. Dua elektroda arus dan dua elektroda potensial pada permukaan tanah
homogen (Telford et al., 1990)

Potensial yang disebabkan C1 pada P1 adalah


𝐴 𝐼𝜌
𝑉1 = − 𝑟1 dimana 𝐴1 = − 2𝜋
1

Sama halnya potensial yang disebabkan C2 pada P2 adalah


𝐴 𝐼𝜌
𝑉2 = − 𝑟2 dimana 𝐴2 = − 2𝜋 = −𝐴1
2

(Karena arus pada dua elektroda sama dan berlawanan arah) sehingga diperoleh
𝐼𝜌 1 1
𝑉1 + 𝑉2 = ( − ) (1.6)
2𝜋 𝑟1 𝑟2
Setelah diketahui potensial elektroda yang kedua pada P2 sehingga dapat mengukur
perbedaan potensial antara P1 san P2, maka akan menjadi
𝐼𝜌 1 1 1 1
∆𝑉 = {( − ) − ( − )} (1.7)
2𝜋 𝑟1 𝑟2 𝑟3 𝑟4
Hubungan yang tersusun pada empat elektroda yang menyebar secara normal
digunakan dalam resistivitas medan gaya. Pada konfigurasi ini garis aliran arus dan

4
bidang equipotensial yang berubah bentuk disebabkan oleh dekatnya elektroda arus
yang kedua C2. Potensial yang sama diperoleh melalui penempatan hubungan
1 1
− = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 𝑅𝟏𝟐 + 𝑅𝟐𝟐 − 2𝑅𝟏 𝑅𝟐 cos 𝜃 = 4𝐿𝟐 (1.8)
𝑟1 𝑟2

Ditunjukan pada gambar bersama-sam dengan garis arus orthogonal. Perubahan bentuk
dari bola equipotensial terbukti dalam wilayah diantara arus elektroda.

Gambar 1.3. Perubahan bentuk pada bidang equipotensial dan garis aliran arus untuk
dua titik sumber arus (a) sisi horizontal (b) sisi vertical (c)
menempatkan variasi potensial pada permukaan sepanjang garis lurus
yang melewati titik sumber (Telford et al., 1990).

5
c. Resistivitas Batuan
Menurut Telford et al., (1990), batuan dan mineral mempunyai nilai resistivitas
yang berbeda sebagai berikut:

Tabel 1.1 Resisitivitas Batuan dan Mineral (Telford et al., 1990)


Batuan Resistivitas (Ωm)
Granit 3×102-106
Granit porphyry 4,5×103 (basah)-1,3×106 (kering)
Albite 3×102 (basah)-3.3×103 (kering)
Diorite 104-105
Diorite porphyry 1,9×102 (basah)- 2,8×102 (kering)
Carbonatized porphyry 2.5×103 (basah)- 6×104 (kering)
Quartz porphyry 3×102-3×105
Quartz diorite 2×104-2×106-1.8×105 (kering)
Porphyry (various) 60×104
Daicite 2×104 (basah)
Andesite 4,5×104 (basah)-1,7×102 (kering)
Diabase porphyry 103 (basah) -7.1×105 (kering)
Diabase (various) 20-5×107
Lavas 10-5×104
Gabbro 103 -106
Basalt 10-1,3×107 (kering)
Olivine norite 103 -6×104 (basah)
Peridotite 3×103 (basah)-6,5×103 (kering)
Tults 2×103 (basah)-105 (kering)
Graphite schists 10-102
Slates (various) 6×102 -4×107
Marmer 102-2,5×108 (kering)
Quartzites (various) 10-2×104
Batuan Sedimen
Consolidated shales (serpihan gabungan) 20-2×103
Argillites 10-8×102
Konglomerat 2×103 -104
Batu pasir 1-6,4×108
Batu gamping 50-107
Dolomite 3,5×102 -5×103
Unconsolidated wet clay (lempung basah 20
tidak bergabung
Marls 3-70
Lempung 1-100
Alluvium dan Pasir 10-100
Oil sands 4-800

6
d. Metode dipole-dipole
Susunan elektroda dipole-dipole adalah jarak elektroda arus AB sama dengan jarak
elektroda potensial MN. Dalam susunan ini r  r  na  a sedangkan r  na dan
1 4 2

r  na  2a , sehingga dapat digambarkan sebagai berikut :


3

A B M N

a na a

Gambar 1.4. Konfigurasi dipol-dipol

Faktor geometri susunan Dipole-dipole adalah

K  nn  1n  2 a (1.9)

Sehingga :

V
 a  n n  1n  2a
I

7
II. METODE GEOLISTRIK (RESISTIVITAS)
2.1. Instrumen Dan Desain Pengukuran
Pada pengukuran geolistrik tahanan jenis (resistivitas) pada umumnya instrumen atau
peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Alat
- Resistivity Meter
- Sumber daya (Accu)
- Kabel potensial dan arus ( masing-masing 1 pasang)
- Meteran
- Elektroda potensial dan arus (masing-masing 1 pasang)
- Palu Geologi
- GPS ( Global Position Sistem)

2. Bahan
- Tabel data pengukuran

8
2.2 Pengambilan Data Lapangan

Proses pengambilan data pada metode geolistrik tahanan jenis (resistivitas) umumnya
melalui beberapa tahap yaitu :

1. Tahap I Menentukan titik pengambilan data pada peta lapangan

Tahap ini adalah tahapan awal yaitu dengan mempelajari peta lapangan yang
akan disurvei untuk menentukan titik-titik secara tepat dengan memperhatikan
faktor-faktor yang dipakai sebagai dasar dalam menetukan posisi titik-titik
antara lain : faktor geologi dan faktor topografi lapangan. Faktor-faktor ini
sangat berpengaruh pada data yang dihasilkan nanti.

2. Tahap II Penetapan titik pengambilan data di lapangan

Pada tahapan ini, titik sounding yang telah ditentukan di peta lapangan dicari
posisinya secara tepat di lapangan.

No Nama Lintasan Koordinat

1 Lintasan 1 134.0700700 E, 0.82965000S

2 Lintasan 2 134.06999300 E, 0.8311600S

3. Tahap III Pengambilan Data


Diawali dengan menentukan arah bentangan elektroda arus dan potensial yaitu
dengan membentangkan pita pengukur jarak (meteran) sesuai dengan arah
bentangan, pengaturan peralatan pengukuran yang digunakan sehingga
mempermudah pelaksanaan pengukuran atau pengambilan data arah bentangan
yang diambil.

9
2.3 Akusisi Data Lapangan
a. Lateral Mapping (2D)
Cara ini dilakukan untuk mengetahui kecenderungan harga resistivitas di suatu area
tertentu secara lateral. Setiap titik akan dilalui berupa titik pengukuran. Prosedur
pengukuran resistivitas mapping adalah sebagai berikut :

1. Ditentukan konfigurasi elektroda dan spasi elektroda satuan yang digunakan


2. Ditentukan satu lintasan pengukuran
3. Pengukuran dilakukan pada satu titik dalam lintasan
4. Seluruh konfigurasi elektroda dipindahkan untuk pengukuran pada titik
berikutnya
5. Plot resistivitas semu sebagai fungsi posisi titik ukur (jarak lintasan)

10
2.4. Pengolahan Data
1. Teknik Pengolahan data

a. Teknik Pengolahan Mengguanakan Software res2dvin

.Data diperoleh dari akuisisi di lapangan adalah nilai potensial dann arus yang terbaca
pada restivitymeter, kemudian data diolah sebagai berikut:

 Memasukan data yang diperoleh di lapangan pada sofware Excel dan kemudian
diolah untuk mendapakan nilai resistivitas yang merupakan hasil perhitungan
dari V (tegangan), I (arus) dan geometri lapangan.
 Memasukan nilai resistivitas dan data bentangan lintasan diolah ke dalam
notepad dalam bentuk format dat.
 Membuka software res2dvin dan memanggil data tersebut yang sudah disimpan
dalam format dat.
 Kemudian interpertasi data tersebut dalam bentuk penampang dua dimensi.
 Kemudian hasil dua dimensi tersebut dihubungkan dengan tabel geolistrik
batuan dan data pengamatan geologi.

11
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Pembahasan Umum
Metode geofisika yang digunakan untuk menginterpretasi struktur bawah permukaan
dan mengetahui potensi sebaran air tanah adalah dengan menggunakan metode
geolistrik resistivitas. Pengecekan potensi air tanah dengan mengambil 2 lintasan
(garis) dengan panjang lintasan yang berbeda. Lintasan pertama 300 meter, lintasan
kedua 400. Konfigurasi yang digunakan pada pengambilan data ini adalah konfigurasi
dipole-dipole dengan posisi elektroda arus (C) dan elektroda (P) secara berurutan P1-
P2-C1-C2. Jarak atau spasi pada elektroda untuk lintasan pertama sebesar 20 meter dan
lintasan kedua sebesar 25 meter.

Menggunakan geolistrik resistivitas ini diperoleh hasil penampang dua dimensi (2D)
yang menunjukan distribusi resistivitas batuan yang berada di bawah permukaan bumi.
Data resistivitas yang diperoleh nantinya akan dihubungkan dengan data geologi
sebagai tahap interpertasi. Hal ini dikarenakan data geofisika yang diperoleh berupa
parameter fisis dari metode geolistrik.

12
Gambar 4.1 Peta Pengukuran Geolistrik Lokasi Rektorat Lama Amban Universitas
Papua

Berdasarkan hasil pengumpulan data di lapangan, rata-rata titik bor warga di sekitar
areal tersebut mempunyai kedalaman 60 meter. kemudian diperkuat dengan hasil
survei mata air yang keluar di sekitar areal yang berada pada elevasi 60 meter. Data
pengamatan lapangan akan sesuaikan hasil interpertasi geolistrik.

3.2 Interpertasi Data


Interpertasi dilakukan dengan membaca pola anomali resistivitas atau tahanan jenis
selanjunya dihubungkan dengan susunan geologi dan tabel resistivitas pada batuan,
sehigga dapat memberikan gambaran struktur geologi bawah permukaan tanah.

13
3.2.1 Lintasan 1
Setelah dikolerasikan dengan data geologi diduga bahwa penampang bawa permukaan
lintasan 1 terdapat pola struktur batuan dan airtanah. Data yang diolah memperoleh
hasil pada model penampang sebagai berikut:

A
C
B

Gambar 4.2 Penampang dua dimensi lintasan 1


Berdasarkan hasil interpertasi bawah permukaan tanah dengan nilai eror 22,8 %,
terdapat 3 rekomendasi yaitu rekomendasi A, B dan C. Titik pertama A berada pada
bentangan 60 meter dengan kedalaman 21-32 meter. Titik A merupakan daerah yang
menampung cadangan air sedang dan cenderung ke arah titik B.

Titik kedua B berada pada pada bentangan 158 meter dengan kedalaman 46-60 meter
dan daerah tersebut menyimpan postensi air tanah yang cukub besar. Titik B ini
merupakan daerah pertemuan dari A dan C yang berbentuk cekungan.

Titik ketiga C berada pada bentangan 225 meter dengan kedalan 32 meter dan
merupakan daerah penyimpan air dengan jumlah yang cukup banyak. Meskipun daerah
tersebut meyimpan air yang cukup banyak namun daerah tercebut cendurung
mempunyai kemiringan ke arah titik B.

Berdasarkan hasil interpertasi bawah permukaan terdapat 3 rekomendasi yaitu

14
1. Rekomendasi pertama menyimpan cadangan air yang berpotensi tinggi yaitu
titik B.
2. Rekomendasi kedua yang mempunyai potensi menyimpan cadangan air yang
sedang adalah berada di titik C.
3. Rekomedasi ke tiga yang mempunyai potensi menyimpan cadangan air yang
sedang adalah titik A

Berdasarkan interpertasi bawah permukaan, daerah yang merupakan formasi


batuan berupa batuan lempung lanau berada pada kedalam 70 meter. Lapisan ini
merupakan lapisan inpermeabel yaitu lapisan yang tidak dapat meloloskan air.
Artinya jika kita membuat titik bor lebih dari kedalaman 70 meter, maka daerah
tersebut tidak ditemukan air tanah.

Tabel. Interpertasi litologi pada lintasan 1 (Sumber acuan Telford,1990).

Nilai Tahanan Jenis


NO Skala Warna Material
(Ωm)
Air, lempung basah, lempung
1 - 9-60
pasiran
2 - 70-900 Gamping basah
Gamping Permukaan yang
3 - 2000-5215
kering

3.2.2 Lintasan 2
Lintasan kedua berada pada koordinat Setelah dikolerasikan dengan data geologi dan
dari pengolahan data maka didapatkan penampang dua dimensi dengan sebaran batuan
sebagai berikut:

15
A B

Gambar 4.3 Penampang dua dimensi lintasan 2 geolistrik

Berdasarkan hasil penampang di atas nilai eror mencapai 41,4 % dengan 25 iterasi.
Nilai eror muncul disebabkan berbagai macam pengaruh yaitu lintasan tersebut berada
pada instalasi pipa besi yang mengganggu proses pengambilan data. Tetapi hal ini tidak
memberikan efek yang besar dalam penetuan potensi air bawah permukaan tanah.

Titik A merupakan daerah yang menyimpan potensi cadangan air bawah permukaan
tanah yang cukup tinggi dengan nilai resistivitas sebesar 17.7 Ohm. Titik A berada
pada bentangan 127,5 meter dengan kedalaman sebesar 41-50 meter.

Titik B pada lintasan ke-dua merupakan daerah yang menyimpan potensi cadangan air
bawah permukaan tanah yang sedang dengan nilai resistivitas sebesar 17,7 Ohm.
Lokasi atau titik tersebut berada pada bentangan 347,5 m dengan kedalaman 30 meter.
Berdasarkan topografi permukaan bawah tanah yang dapat dilihat pada penampang,
daerah tersebut cenderung mengarah atau miring kearah titik A

Berdasarkan hasil penampang pada lintasan ke-dua, rekomendasi pertama yang paling
baik berada pada titik A. Titik A membentuk cekungan yang menyimpan air dari
berbagai mata air yang ada di sekitarnya.

16
134°3'57"E 134°4'0"E 134°4'3"E 134°4'6"E 134°4'9"E 134°4'12"E

PETA CITRA IMAGE


PENGUKURAN GEOLISTRIK
LOKASI REKTORAT LAMA AMBAN
UNIVERSITAS PAPUA
0°49'42"S

®
SKALA 1 : 2.000

Perumahan Dosen Legenda :

Jarak Bentangan (meter)

Garis Lintasan Titik GL 01 300 m


0°49'45"S

Garis Lintasan Titik GL 02 425 m

Rekomendasi Titik Bor :


*. Lintasan Titik Geolistrik 01
300 290 280 270 260
250 240 230 220 210
200 190 180 170 160
150 140 130 120
110 100 90
1. Titik A ; Berada pada bentangan 60 meter
80
dengan kedalaman 21 -32 meter.
70 60 50 40 30 20 10 0

2. Titik B ; Berada pada bentangan 158 meter


dengan kedalaman 46 - 60 meter.
0°49'48"S

3. Titik C ; Berada pada bentangan 225 meter


dengan kedalaman 32 meter.

**. Lintasan Titik Geolistrik 02

1. Titik A ; Berada pada bentangan 127 meter


dengan kedalaman 41 - 50 meter.
Lapangan Bola Amban
2. Titik B ; Berada pada bentangan 347 meter
dengan kedalaman 30 meter.
0°49'51"S

Peta Indeks Manokwari

430 420 410 400 390


380 370 360 350 340 Lokasi Peta
330 320 310 300 290 280
270 260 250 240 230 220
210 200 190 180 170
160 150 140 130 120
110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0

MANOKWARI UTARA

MANOKWARI BARAT
MANOKWARI TIMUR
0°49'54"S

PRAFI

MANOKWARI TIMUR
MANOKWARI SELATAN

WARMARE

Sumber Data :
1. Peta Citra Image Google Earth Tanggal 29 Juli 2018
2. GPS Garmin Tanggal 13 Oktober 2019

134°3'57"E 134°4'0"E 134°4'3"E 134°4'6"E 134°4'9"E 134°4'12"E


0°49'45"S 134°3'57"E 134°4'0"E 134°4'3"E 134°4'6"E 134°4'9"E 134°4'12"E

Perumahan Dosen PETA CITRA IMAGE


PENGUKURAN GEOLISTRIK
LOKASI REKTORAT LAMA AMBAN
300 290 280 270 260 UNIVERSITAS PAPUA
250 240 230 220 210
200 190 180 170 160
150 140 130 120

®
110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0

SKALA 1 : 2.000
0°49'48"S

Legenda :

Jarak Bentangan (meter)

Garis Lintasan Titik GL 01 300 m

Garis Lintasan Titik GL 02 425 m

Lapangan Bola Amban


Rekomendasi Titik Bor :
*. Lintasan Titik Geolistrik 01
0°49'51"S

1. Titik A ; Berada pada bentangan 60 meter


dengan kedalaman 21 -32 meter.
430 420 410 400 390
380 370 360 350 340
330 320 310 300 290 280
270 260 250 240 230 220
2. Titik B ; Berada pada bentangan 158 meter
210 200 190 180 170
160 150 140 130 120
110 100 90 80 70
dengan kedalaman 46 - 60 meter.
60 50 40 30 20 10 0

3. Titik C ; Berada pada bentangan 225 meter


dengan kedalaman 32 meter.

**. Lintasan Titik Geolistrik 02


0°49'54"S

1. Titik A ; Berada pada bentangan 127 meter


dengan kedalaman 41 - 50 meter.

134°3'57"E 134°4'0"E 134°4'3"E 134°4'6"E 134°4'9"E 134°4'12"E 2. Titik B ; Berada pada bentangan 347 meter
dengan kedalaman 30 meter.

Peta Indeks Manokwari

Lokasi Peta

MANOKWARI UTARA

MANOKWARI BARAT
MANOKWARI TIMUR

PRAFI

MANOKWARI TIMUR
MANOKWARI SELATAN

WARMARE

B
A A Sumber Data :
B 1. Peta Citra Image Google Earth Tanggal 29 Juli 2018
C 2. GPS Garmin Tanggal 13 Oktober 2019
0°49'33"S 134°3'51"E 134°3'54"E 134°3'57"E 134°4'0"E 134°4'3"E 134°4'6"E 134°4'9"E 134°4'12"E 134°4'15"E

PETA CITRA IMAGE


PENGUKURAN GEOLISTRIK
MATA AIR ELVS 77 M LOKASI REKTORAT LAMA AMBAN
.
! UNIVERSITAS PAPUA
0°49'36"S

.
!
MATA AIR ELVS 66 M ®
SKALA 1 : 2.000
Legenda :
Jarak Bentangan (meter)
0°49'39"S

Garis Lintasan Titik GL 01 300 m

Garis Lintasan Titik GL 02 425 m

Sungai

Rekomendasi Titik Bor :


*. Lintasan Titik Geolistrik 01
0°49'42"S

1. Titik A ; Berada pada bentangan 60 meter


dengan kedalaman 21 -32 meter.

GEDUNG GS 2. Titik B ; Berada pada bentangan 158 meter


Perumahan Dosen dengan kedalaman 46 - 60 meter.

3. Titik C ; Berada pada bentangan 225 meter


0°49'45"S

SUMUR BOR 64 M dengan kedalaman 32 meter.


.
!
300
**. Lintasan Titik Geolistrik 02
270 240 210
290 260 180 150
230 200 120 90 80 70 60 50 40
1. Titik A ; Berada pada bentangan 127 meter
170 140 30 20 10 0
110

dengan kedalaman 41 - 50 meter.


0°49'48"S

2. Titik B ; Berada pada bentangan 347 meter


dengan kedalaman 30 meter.

Peta Indeks Manokwari


Lapangan Bola Amban Lokasi Peta
0°49'51"S

MANOKWARI UTARA
430 400 370 340 310 280
420 390 360 250 220
330 300 190 160
270 240 210 130 100 90 80 70 60 50 40
180 150 120 30 20 10 0
MANOKWARI BARAT
MANOKWARI TIMUR

PRAFI
0°49'54"S

MANOKWARI TIMUR
MANOKWARI SELATAN

WARMARE

Sumber Data :
1. Peta Citra Image Google Earth Tanggal 29 Juli 2018
2. GPS Garmin Tanggal 13 Oktober 2019

134°3'51"E 134°3'54"E 134°3'57"E 134°4'0"E 134°4'3"E 134°4'6"E 134°4'9"E 134°4'12"E 134°4'15"E

Anda mungkin juga menyukai