Disusun Oleh
TIM Geolistrik
Manokwari, 17 Oktober 2019
DAFTAR ISI
ii
I. PENDAHULUAN
1.1 Geolistrik
Geolistrik adalah salah satu metode dalam geofisika yang mempelajari sifat aliran
listrik di dalam batuan. Pendeteksian di atas permukaan bumi meliputi pengukuran
medan potensial, arus dan elektromagnetik yang terjadi baik secara alamiah maupun
akibat penginjeksian arus kedalam bumi.
1. Konfigurasi Schlumberger
2. Konfigurasi Wenner
3. Konfigurasi Double Dipole
4. Konfigurasi Pole-Dipole (Three Point)
5. Konfigurasi Pole-pole
1
Konduksi ini terjadi jika batuan atau mineral mempunyai banyak electron bebas
sehingga arus listrik dialirkan dalam batuan atau mineral oleh elektron-elektron
bebas tersebut. Aliran listrik juga dipengaruhi oleh sifat atau karateristik masing-
masing batuan yang dilewatinya. Salah satu sifat atau karateristik batuan tersebut
adalah resistivitas (tahanan jenis). Resistivitas adalah karateristik bahan yang
menunjukkan kemampuan bahan tersebut untuk menghantarkan arus listrik.
Semakin besar nilai resistivitas suatu bahan maka semakin sulit bahan tersebut
menghantarkan arus listrik. Begitu pula sebaliknya apabila nilai resistivitasnya
rendah maka akan semakin mudah bahan terebut menghantarkan arus listrik.
Resistivitas mempunyai pengertian yang berbeda dengan resistansi (hambatan),
dimana resistansi tidak hanya bergantung pada bahan tetapi juga bergantung pada
faktor geometri atau bentuk bahan tersebut. Sedangkan resistivitas tidak
bergantung pada faktor geometri.
2
Dari kedua rumus tersebut didapatkan nilai resistivitas (ρ) sebesar:
𝑉𝐴
𝜌= (1.3)
𝐼𝐿
Sedangkan sifat konduktifitas dari batuan yaitu kebalikan dari resistivitas (ρ)
dengan satuan mhos/m
1 𝐼𝐿 𝐽
𝜎= = = (1.4)
𝜌 𝑉𝐴 𝐸
Di mana J adalah rapat arus (ampere/m2), E adalah medan listrik (volt/m).
ρe adalah resistivitas batuan (Ωm), ϕ adalah porositas, S adalah fraksi pori-pori yang
berisi air dan ρw resistivitas air, sedangan a,m dan n adalah konstanta m disebut
juga faktor sementasi. Schumberger menyarankan m=2, untuk nilai n juga sama.
3. Konduksi Secara Dielektrik
Kondisi pada batuan atau mineral bersifat dielektrik terhadap aliran listrik artinya
batuan atau mineral tersebut mempunyai electron bebas sedikit, bahkan hamper
tidak ada sama sekali. Tetapi karena adanya pengaruh medan listrik dari luar maka
maka electron dalam bahan berpindah dan berkumpul terpisah dari inti, sehingga
3
terjadi polarisasi. Peristiwa ini tergantung pada konduksi dielektrik masing-masing
batuan yang bersangkutan, contoh: mika.
Gambar 1.2. Dua elektroda arus dan dua elektroda potensial pada permukaan tanah
homogen (Telford et al., 1990)
(Karena arus pada dua elektroda sama dan berlawanan arah) sehingga diperoleh
𝐼𝜌 1 1
𝑉1 + 𝑉2 = ( − ) (1.6)
2𝜋 𝑟1 𝑟2
Setelah diketahui potensial elektroda yang kedua pada P2 sehingga dapat mengukur
perbedaan potensial antara P1 san P2, maka akan menjadi
𝐼𝜌 1 1 1 1
∆𝑉 = {( − ) − ( − )} (1.7)
2𝜋 𝑟1 𝑟2 𝑟3 𝑟4
Hubungan yang tersusun pada empat elektroda yang menyebar secara normal
digunakan dalam resistivitas medan gaya. Pada konfigurasi ini garis aliran arus dan
4
bidang equipotensial yang berubah bentuk disebabkan oleh dekatnya elektroda arus
yang kedua C2. Potensial yang sama diperoleh melalui penempatan hubungan
1 1
− = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 𝑅𝟏𝟐 + 𝑅𝟐𝟐 − 2𝑅𝟏 𝑅𝟐 cos 𝜃 = 4𝐿𝟐 (1.8)
𝑟1 𝑟2
Ditunjukan pada gambar bersama-sam dengan garis arus orthogonal. Perubahan bentuk
dari bola equipotensial terbukti dalam wilayah diantara arus elektroda.
Gambar 1.3. Perubahan bentuk pada bidang equipotensial dan garis aliran arus untuk
dua titik sumber arus (a) sisi horizontal (b) sisi vertical (c)
menempatkan variasi potensial pada permukaan sepanjang garis lurus
yang melewati titik sumber (Telford et al., 1990).
5
c. Resistivitas Batuan
Menurut Telford et al., (1990), batuan dan mineral mempunyai nilai resistivitas
yang berbeda sebagai berikut:
6
d. Metode dipole-dipole
Susunan elektroda dipole-dipole adalah jarak elektroda arus AB sama dengan jarak
elektroda potensial MN. Dalam susunan ini r r na a sedangkan r na dan
1 4 2
A B M N
a na a
Sehingga :
V
a n n 1n 2a
I
7
II. METODE GEOLISTRIK (RESISTIVITAS)
2.1. Instrumen Dan Desain Pengukuran
Pada pengukuran geolistrik tahanan jenis (resistivitas) pada umumnya instrumen atau
peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Alat
- Resistivity Meter
- Sumber daya (Accu)
- Kabel potensial dan arus ( masing-masing 1 pasang)
- Meteran
- Elektroda potensial dan arus (masing-masing 1 pasang)
- Palu Geologi
- GPS ( Global Position Sistem)
2. Bahan
- Tabel data pengukuran
8
2.2 Pengambilan Data Lapangan
Proses pengambilan data pada metode geolistrik tahanan jenis (resistivitas) umumnya
melalui beberapa tahap yaitu :
Tahap ini adalah tahapan awal yaitu dengan mempelajari peta lapangan yang
akan disurvei untuk menentukan titik-titik secara tepat dengan memperhatikan
faktor-faktor yang dipakai sebagai dasar dalam menetukan posisi titik-titik
antara lain : faktor geologi dan faktor topografi lapangan. Faktor-faktor ini
sangat berpengaruh pada data yang dihasilkan nanti.
Pada tahapan ini, titik sounding yang telah ditentukan di peta lapangan dicari
posisinya secara tepat di lapangan.
9
2.3 Akusisi Data Lapangan
a. Lateral Mapping (2D)
Cara ini dilakukan untuk mengetahui kecenderungan harga resistivitas di suatu area
tertentu secara lateral. Setiap titik akan dilalui berupa titik pengukuran. Prosedur
pengukuran resistivitas mapping adalah sebagai berikut :
10
2.4. Pengolahan Data
1. Teknik Pengolahan data
.Data diperoleh dari akuisisi di lapangan adalah nilai potensial dann arus yang terbaca
pada restivitymeter, kemudian data diolah sebagai berikut:
Memasukan data yang diperoleh di lapangan pada sofware Excel dan kemudian
diolah untuk mendapakan nilai resistivitas yang merupakan hasil perhitungan
dari V (tegangan), I (arus) dan geometri lapangan.
Memasukan nilai resistivitas dan data bentangan lintasan diolah ke dalam
notepad dalam bentuk format dat.
Membuka software res2dvin dan memanggil data tersebut yang sudah disimpan
dalam format dat.
Kemudian interpertasi data tersebut dalam bentuk penampang dua dimensi.
Kemudian hasil dua dimensi tersebut dihubungkan dengan tabel geolistrik
batuan dan data pengamatan geologi.
11
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Pembahasan Umum
Metode geofisika yang digunakan untuk menginterpretasi struktur bawah permukaan
dan mengetahui potensi sebaran air tanah adalah dengan menggunakan metode
geolistrik resistivitas. Pengecekan potensi air tanah dengan mengambil 2 lintasan
(garis) dengan panjang lintasan yang berbeda. Lintasan pertama 300 meter, lintasan
kedua 400. Konfigurasi yang digunakan pada pengambilan data ini adalah konfigurasi
dipole-dipole dengan posisi elektroda arus (C) dan elektroda (P) secara berurutan P1-
P2-C1-C2. Jarak atau spasi pada elektroda untuk lintasan pertama sebesar 20 meter dan
lintasan kedua sebesar 25 meter.
Menggunakan geolistrik resistivitas ini diperoleh hasil penampang dua dimensi (2D)
yang menunjukan distribusi resistivitas batuan yang berada di bawah permukaan bumi.
Data resistivitas yang diperoleh nantinya akan dihubungkan dengan data geologi
sebagai tahap interpertasi. Hal ini dikarenakan data geofisika yang diperoleh berupa
parameter fisis dari metode geolistrik.
12
Gambar 4.1 Peta Pengukuran Geolistrik Lokasi Rektorat Lama Amban Universitas
Papua
Berdasarkan hasil pengumpulan data di lapangan, rata-rata titik bor warga di sekitar
areal tersebut mempunyai kedalaman 60 meter. kemudian diperkuat dengan hasil
survei mata air yang keluar di sekitar areal yang berada pada elevasi 60 meter. Data
pengamatan lapangan akan sesuaikan hasil interpertasi geolistrik.
13
3.2.1 Lintasan 1
Setelah dikolerasikan dengan data geologi diduga bahwa penampang bawa permukaan
lintasan 1 terdapat pola struktur batuan dan airtanah. Data yang diolah memperoleh
hasil pada model penampang sebagai berikut:
A
C
B
Titik kedua B berada pada pada bentangan 158 meter dengan kedalaman 46-60 meter
dan daerah tersebut menyimpan postensi air tanah yang cukub besar. Titik B ini
merupakan daerah pertemuan dari A dan C yang berbentuk cekungan.
Titik ketiga C berada pada bentangan 225 meter dengan kedalan 32 meter dan
merupakan daerah penyimpan air dengan jumlah yang cukup banyak. Meskipun daerah
tersebut meyimpan air yang cukup banyak namun daerah tercebut cendurung
mempunyai kemiringan ke arah titik B.
14
1. Rekomendasi pertama menyimpan cadangan air yang berpotensi tinggi yaitu
titik B.
2. Rekomendasi kedua yang mempunyai potensi menyimpan cadangan air yang
sedang adalah berada di titik C.
3. Rekomedasi ke tiga yang mempunyai potensi menyimpan cadangan air yang
sedang adalah titik A
3.2.2 Lintasan 2
Lintasan kedua berada pada koordinat Setelah dikolerasikan dengan data geologi dan
dari pengolahan data maka didapatkan penampang dua dimensi dengan sebaran batuan
sebagai berikut:
15
A B
Berdasarkan hasil penampang di atas nilai eror mencapai 41,4 % dengan 25 iterasi.
Nilai eror muncul disebabkan berbagai macam pengaruh yaitu lintasan tersebut berada
pada instalasi pipa besi yang mengganggu proses pengambilan data. Tetapi hal ini tidak
memberikan efek yang besar dalam penetuan potensi air bawah permukaan tanah.
Titik A merupakan daerah yang menyimpan potensi cadangan air bawah permukaan
tanah yang cukup tinggi dengan nilai resistivitas sebesar 17.7 Ohm. Titik A berada
pada bentangan 127,5 meter dengan kedalaman sebesar 41-50 meter.
Titik B pada lintasan ke-dua merupakan daerah yang menyimpan potensi cadangan air
bawah permukaan tanah yang sedang dengan nilai resistivitas sebesar 17,7 Ohm.
Lokasi atau titik tersebut berada pada bentangan 347,5 m dengan kedalaman 30 meter.
Berdasarkan topografi permukaan bawah tanah yang dapat dilihat pada penampang,
daerah tersebut cenderung mengarah atau miring kearah titik A
Berdasarkan hasil penampang pada lintasan ke-dua, rekomendasi pertama yang paling
baik berada pada titik A. Titik A membentuk cekungan yang menyimpan air dari
berbagai mata air yang ada di sekitarnya.
16
134°3'57"E 134°4'0"E 134°4'3"E 134°4'6"E 134°4'9"E 134°4'12"E
®
SKALA 1 : 2.000
MANOKWARI UTARA
MANOKWARI BARAT
MANOKWARI TIMUR
0°49'54"S
PRAFI
MANOKWARI TIMUR
MANOKWARI SELATAN
WARMARE
Sumber Data :
1. Peta Citra Image Google Earth Tanggal 29 Juli 2018
2. GPS Garmin Tanggal 13 Oktober 2019
®
110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
SKALA 1 : 2.000
0°49'48"S
Legenda :
134°3'57"E 134°4'0"E 134°4'3"E 134°4'6"E 134°4'9"E 134°4'12"E 2. Titik B ; Berada pada bentangan 347 meter
dengan kedalaman 30 meter.
Lokasi Peta
MANOKWARI UTARA
MANOKWARI BARAT
MANOKWARI TIMUR
PRAFI
MANOKWARI TIMUR
MANOKWARI SELATAN
WARMARE
B
A A Sumber Data :
B 1. Peta Citra Image Google Earth Tanggal 29 Juli 2018
C 2. GPS Garmin Tanggal 13 Oktober 2019
0°49'33"S 134°3'51"E 134°3'54"E 134°3'57"E 134°4'0"E 134°4'3"E 134°4'6"E 134°4'9"E 134°4'12"E 134°4'15"E
.
!
MATA AIR ELVS 66 M ®
SKALA 1 : 2.000
Legenda :
Jarak Bentangan (meter)
0°49'39"S
Sungai
MANOKWARI UTARA
430 400 370 340 310 280
420 390 360 250 220
330 300 190 160
270 240 210 130 100 90 80 70 60 50 40
180 150 120 30 20 10 0
MANOKWARI BARAT
MANOKWARI TIMUR
PRAFI
0°49'54"S
MANOKWARI TIMUR
MANOKWARI SELATAN
WARMARE
Sumber Data :
1. Peta Citra Image Google Earth Tanggal 29 Juli 2018
2. GPS Garmin Tanggal 13 Oktober 2019