Anda di halaman 1dari 41

Dalam keadaan tidak terganggu (alamiah), suatu massa tanah atau batuan

pada umumnya mempunyai keseimbangan terhadap gaya-gaya yang timbul


dari dalam, dan bila karena adanya pengangkatan, penurunan, penggalian,
penimbunan, erosi atau aktifitas lainnya, akan mengalami perubahan
keseimbangan sehingga massa tanah atau batuan tersebut secara alamiah
berusaha mencapai suatu keadaan keseimbangan yang baru.

Secara prinsip, pada suatu lereng pada dasarnya berlaku dua macam gaya,
yaitu gaya penahan dan gaya penggerak.

Konsep dari faktor keamanan yaitu perbandingan antara gaya penahan dan
gaya penggerak yang diperhitungkan pada bidang gelincirnya. Jika gaya
penahannya lebih besar dari gaya penggeraknya maka lereng tersebut dalam
keadan stabil (mantap).Tetapi bila gaya penahannya lebih kecil dari gaya
penggeraknya, maka akan menyebabkan terjadinya kelongsoran. Kemantapan
suatu lereng dapat dinyatakan sebagai berikut :
Gaya penahan
Fk 
Gayapenggerak
 Adapun hubungan beberapa variasi nilai faktor keamanan
terhadap kemungkinan longsoran lereng maupun pada
perancangan lereng dapat dilihat pada tabel 3.1, 3.2 dan 3.3.

Tabel 3.1. Nilai Faktor Kemanan untuk perencanaan lereng


(menurut Sosrodarsono)

Nilai Fk Keadaan lereng

< 1,0 Tidak mantap


1,0 – 1,2 Kemantapan diragukan
1,3 – 1,4 Memuaskan untuk pemotongan dan penimbunan
1,5 – 1,7 Mantap untuk bendungan
Tabel 3.2 Hubungan nilai Fk dan kemungkinan kelongsoran lereng
tanah (menurut Bowles, J.E) :

Nilai Fk Kemungkinan Longsor


< 1,07 Kelongsoran biasa terjadi
1,07 < Fk < 1,25 Kelongsoran pernah terjadi
> 1,25 Kelongsoran jarang terjadi

Tabel 3.3. Kisaran faktor keamanan (Ward, 1976)

Faktor Keamanan Kerentanan Gerakantanah


Fs < 1,2 Tinggi, gerakantanah sering terjadi
1,2 < Fs < 1,7 Menengah, gerakantanah dapat terjadi
1,7 < Fs < 2,0 Rendah, gerakantanah dapat terjadi
Fs > 2,0 Sangat Rendah, gerakantanah sangat jarang
terjadi
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kemantapan lereng antara lain :
1. Morfologi
2. Struktur Geologi
3. Geometri lereng
4. Airtanah
5. Gaya-gaya luar
Tanah longsor di dusun Pagah, Tirtomoyo,
Wonogiri, menimpa 2 rumah warga,
7 org meninggal dunia
Debris flow at Tahoma
Creek, July 26, 1988

Gerakan tanah di Kp. Mogol, Ledoksari,


Tawangmangu, korban tewas sebanyak 37
orang tertimbun material longsoran

Longsoran Ds. Kidang


Pananjung, Kec. Cililin, Kab.
Bandung, 2004
Tanah longsor di pelabuhan (harbour) Fort Bay, Saba,
Belanda (Februari 1997)

Runtuhan slope di Manila

Gambar Damage due to rock fall


3.1 Mekanisme Dasar Terjadinya Longsoran

Sifat-sifat material yang relevan dengan masalah kemantapan lereng


adalah sudut geser dalam (), kohesi (c) dan berat volume () batuan.
Pengertian sudut geser dalam dan kohesi akan dijelaskan pada gambar di bawah.
Gambaran secara grafik ini menjelaskan secara sederhana tetang suatu spasi batuan yang
mengandung bidang diskontinu dan kemudian padanya bekerja tegangan geser dan
tegangan normal sehingga akan menyebabkan batuan tersebut retak pada bidang
diskontinu dan mengalami geseran. Tegangan geser yang dibutuhkan sehingga batuan
tersebut retak dan bergeser, akan bertambah sesuai pertambahan tegangan normal.


n

Gambar 1 Hubungan antara tegangan C


geser dan tegangan normal
n
3.1.1 Longsoran Akibat Beban Gravitasi

Kita lihat suatu massa seberat W yang berada dalam keadaan setimbang di
atas suatu bidang yang membentuk sudut  terhadap bid. Horizontal.

W sin 
W cos 

W

Gaya berat yang mempunyai arah vertikal dapat diuraikan pada arah sejajar
dan tegak lurus bidang miring.
Tegangan normal dapat diberikan sebagai : …………… 1)

dimana A = luas dasar benda


Jadi :

Atau R = cA + w.cos .tan  ……………………… 2)


dimana : R = gaya geser yang menahan benda tergelincir ke bawah.
Benda dalam kondisi batas kesetimbangan apabila gaya yang
menyebabkan benda tergelincir tepat sama dengan gaya yang menahan
benda atau :

w.sin  = cA + W cos .tan  …………………………. 3)

Bila c = 0, kondisi batas kesetimbangan dapat dinyatakan dengan :

 =  ………………………………….. 4)

3.1.2 Pengaruh Tekanan Air pada Tegangan Geser

Pengaruh tekanan air pada tegangan geser akan lebih mudah dimengerti
dengan menggunakan analog seperti diterangkan di bawah ini.

Sebuah bejana diisi air dan diletakkan di


atas bidang miring seperti gambar.
R Susunan gaya yang bekerja disini sama
dengan yang bekerja pada sebuah
W sin  benda di atas bidang miring. Untuk
penyederhanaan, c antar dasar bejana
W cos 
2 dan bidang miring diasumsikan nol.
W
Menurut pers. 4, bejana dan isinya akan mulai tergelincir pada saat  = .

Dasar bejana kini dilubangi sehingga air dapat masuk ke celah antar dasar
bejana dan bidang miring memberikan tekanan air sebesar u atau gaya
angkat sebesar : U = u.A
dimana : A = luas dasar bejana

Gaya normal W.cos 2 sekarang dikurangi oleh gaya angkat U, dan


besarnya gaya yang menahan gelinciran adalah :

R = (W.cos 2 – U).tan  ………………………………….. 5)

hw 2
R
W sin 2 h
2
u
2
W cos 2
Gambar 2 Tekanan air pada celah antara
W bejana dan bid. miring
Seandainya berat per unit volume dari bejana yang berisi air adalah t, dan berat
per unit volume air adalah w,
maka : W = t.h.A
U = w . Hw . A
Besarnya hw = h . Cos 2 dan
U = w/ t . W.cos 2 ……………………………… 6)

Substitusi pers. 6) ke pers. 5) maka diperoleh :


R = W cos 2 (1 - w/ t ) tan  ………………………….. 7)
dan kondisi batas kesetimbangan yang terdefinisi pada pers. 3) menjadi :
Tan 2 = (1 - w/ t ) tan  ………………………………… 8)
DASAR MODEL KELONGSORAN LERENG
AKIBAT KEHADIRAN KEKAR

Longsoran busur : kekar menerus sepanjang


sebagian lereng menyebabkan longsoran geser
permukaan, massa batuan sangat terkekarkan
atau tanah.

Longsoran bidang : kemiringan bidang kekar


rata-rata hampir atau searah dengan
kemiringan lereng.

Longsoran baji : garis perpotongan dua bidang


kekar mempunyai kemiringan ke arah
kemiringan lereng.

Longsoran guling : massa batuan terdiri dari


kekar-kekar kolum agak tegak dan bila terjadi
pada massa batuan kuat, rekahan tarik akan
melendut terus dan miring ke arah kemiringan
lereng.
Informasi struktur geologi dan
evaluasi jenis longsoran yang
mungkin terjadi dari suatu rencana
open pit mine.
Jenis-jenis longsoran :
1. Lonsoran Busur (Circular Failure).
2. Longsoran Bidang (Plane Failure).
3. Longsoran baji (Wedge Failure).
4. Longsoran guling (Toppling Failure).

- Lonsoran Busur (Circular Failure).

Rotasi

Arah gerakan tanah


yang berupa rotasi

Bidang gelincir yang


berbentuk lengkung
Translasi

Kombinasi
Dalam menganalisis kemantapan lereng, biasanya diambil asumsi
bahwa :
1. Tanah merupakan material yang homogen dan kontinu, meskipun
kenyataannya tidak demikian.
2. Perhitungan dilakukan dalam dua dimensi dan lebar longsoran
dipertimbangkan sesuai dengan luas penampangnya.
3. Analisis selalu dilakukan dalam kondisi tegangan-tegangan efektif.

1. Metoda grafis (Hoek & Bray)

Cara ini terutama tergantung kepada :


1. Jenis tanah homogen dan kontinu.
2. Longsoran yang terjadi menghasilkan bidang luncur berupa busur
lingkaran.
3. Tinggi permukaan air tanah pada lereng.
Hoek & Bray membuat 5 (lima) buah diagram untuk tiap-tiap kondisi air
tanah tertentu mulai dari sangat kering sampai jenuh.
Analisis dengan metoda ini dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :

1. Menentukan kondisi muka air tanah pada lereng, kemudian memilih “chart” yang paling sesuai
dengan kondisi lereng tersebut.
C
2. Menghitung angka :
 .H.tan 
kemudian cocokkan angka tersebut pada diagram yang dipilih.

3. Ikuti jari-jari mulai dari angka yang diperoleh pada langkah 2 sampai memotong kurva yang
menunjukkan kemiringan.

4. Cari angka-angka : tan  c


dan
F  .H .F
yang sesuai pada absis dan ordinat.

5. Pilih angka yang paling tepat dari kedua angka yang diperoleh dari langkah 4.
Chart yang memperlihatkan kondisi
airtanah pada lereng
Contoh :
1. Suatu lereng mempunyai parameter sebagai berikut :
- Tinggi lereng : 18 m
- Kohesi (c) : 47880.3 N/m2
- Sudut geser dalam (f) : 30o
- Berat volume kering (g) : 25134.7 N/m3
- Tinggi muka air tanah 2 kali tinggi lereng di belakang kaki lereng.

Tentukan kemiringan lereng (a) agar lereng tersebut berada dalam


kondisi stabil jika !

Jawab :
c/HF = 0.081
Tan /F = 0.4438
c/.H.tan   0.1834

Jadi kemiringan lereng : a = 40o


o
Seandainya kemiringan lerreng 40 , tentukan nilai F !
Jawab :

c/.H.tan   0.1834
Sehingga :

Tan /F = 0.44  F = 1.31


c/HF = 0.079  F = 1.34
b. Metoda Swedia
O (Titik pusat lingkaran)

r
b
H Xn
En
En+1 W
 Xn+1 l

W cos 
W
W sin 
Gaya akibat massa elemen (W) dapat dibagi
dalam 2 komponen, yaitu :
Gaya penggerak = W sin , dan
1. Gaya yang bekerja menyinggung dasar elemen
Momen terhadap titik O = W sin .r
(W sin ).
2. Gaya yang bekerja tegak lurus dasar elemen Gaya penahan : tekanan geser sepanjang dasar
(W cos ). elemen yg terdiri dari komponen gesekan (W cos
.tan ) dan komponen kohesi (c, l).
Sedangkan momen terhadap  = (W cos .tan  + c.l).r
 Momen longsor dan penulisan untuk
Analisis menggunakan tegangan-
seluruh elemen adalah jumlah dari
tegangan efektif :
momen-momen tiap elemen.
Jadi :   (W cos u.l).tan ' c'.l 
F
 W sin
 W cos tan  c.l .r
F dimana :
W sin .r (W cos  - u.l) tan  = komponen geser
efektif
 W cos .tan  c.l  C’.l = kompohen kohesi efektif
F U = tekanan air pori
 W sin
C’ = kohesi efektif
W = berat beban total segmen
Analisis yang didasarkan b = lebar segmen
pada tegangan-tegangan ’ = sudut geser dalam efektif
total. L = panjang ab
Tabel perhitungan metode Swedia

Elemen h (m) b (m) l (m) W (kN) W sin  W cos  u.l W cos   u.l

S=
Contoh :
Suatu lereng mempunyai tinggi (H) = 9 m, ’ = 25o, c’ = 0 dengan densitas
tanah dalam keadaan jenuh = 1,92 kg/m3 dan tekanan air pori (u),
diasumsikan : 0,2 h, sedang h = ½ tinggi elemen yang ditinjau. Hitung
Faktor keamanan lereng tersebut !
O

Penyelesaian :

H=9m


C. METODA BISHOP
Asumsi : bidang longsor berbentuk busur lingkaran

Pertama yang harus diperhatikan


adalah :
- Geometri lereng.
- Titik pusat busur lingkaran O (Titik pusat lingkaran)
bidang luncur.
- Letak rekahan.
r

b
r

Xn
H
En
En+1 W
Xn+1 l

W cos 
W
W sin 
Parameter yang mutlak dimiliki untuk tiap-tiap elemen adalah :

 kemiringan dasar elemen ()


 tegangan vertikal, merupakan perkalian antara tinggi (h) dan berat isi
tanah/batuan ()
 tekanan air yang dihasilkan dari perkalian antara tinggi mat dari dasar
elemen (hw)
 berat volume air (w)
 Kuat geser tanah/batuan ()

Metoda Bishop merumuskan bahwa faktor keamanan :


 
 

F 1 
. c'.b W (1 B) tan '.


sec 


 W sin 1 tan .tan
 
 
 
 F 

dimana : B  U . 1
W
b
Tabel perhitungan metode Bishop

sec 
Gaya Penahan
Elemen h (m) b (m) W (kN)  W sin  c.b (W-B).tan  1+ tan .tan 
(R)
F
1
2
3
4
5

S= S=

 
 

F 1 
. c'.b W (1 B) tan '.


sec 


 W sin 1 tan .tan
 
 
 
 F 

BU . 1
W
b
Contoh :
Sebuah lereng setinggi 20 m dan kemiringan 2H:1V mengalami kelongsoran
seperti terlihat pada gambar. Titik pusat kelongsoran pada koordinat (35,1;55) dan
jari-jari kelongsoran 38,1 m.
Hitung FK lereng tersebut !
b h  W sin  W sin  sec 
c.b W(1-B)tan  1 + tan .tan 
Elemen ( m ) ( m ) ( ) kN/m2
o ( o) (kN/m)
R
F = 1.5

1 5 2 -19.2 160 -0.329 -52.593 100 56.384 1.156 165.206


2 5 6 -11.4 480 -0.198 -94.828 100 172.791 1.073 285.322
3 5 9 -3.8 720 -0.066 -47.693 100 260.095 1.019 364.933
4 5 11.5 3.8 920 0.066 60.941 100 332.849 0.986 428.297
5 5 13.5 11.4 1080 0.198 213.363 100 391.053 0.973 480.327
6 5 14.5 19.2 1160 0.329 381.299 100 420.154 0.976 510.248
7 5 15.5 27.4 1240 0.460 570.381 100 449.256 1.001 549.490
8 5 14.5 36.2 1160 0.590 684.803 100 420.154 1.052 542.120
9 5 12 46.2 960 0.721 692.618 100 347.400 1.153 500.505
10 5 5 59.6 400 0.862 344.899 100 143.689 1.397 300.797
S  2753.190 S = 4127.243
Fk = 1.50
Rekahan tarik

mat

x
H

h h h
L w

d 
Longsoran melalui kaki a ’
lereng

dimana :
x = (c’ + (.h - w.hw ).tan ’)(1 + tan2 a).x
y = tan a . tan 
RUMUSAN :
z = h. x sin a
f . x Q = ½ w.z2
0
F0 = 1 + K (d/L – 1,4 (d/L)2)
F  (1 y / F ) untuk :
 z Q C’ = 0 K = 0,31
C’ > 0 dan  >0 K = 0,50
Tugas

Hitung nilai Faktor Keamanan dari lereng berikut dengan menggunakan metoda Janbu.

Anda mungkin juga menyukai