Anda di halaman 1dari 14

1.

METODE JANBU
Pada tahun 1954 Janbu membuat suatu metode analisa yang dapat
digunakan pada permukaan longsor yang berbentuk circular dan non
circular. Rumus-rumus dasar telah dikembangkan untuk menganalisa daya
dukung dan masalah tekanan tanah oleh Janbu 1957. Ini merupakan metode
irisan (slice) pertama dimana seluruh keseimbangan gaya dan
keseimbangan momen dipenuhi.
Adapun tujuan penggunaan metode janbu ini yaitu:
a. Metode ini digunakan untuk menganalisis lereng yang bidang
longsornya tidak berbentuk busur lingkaran.
b. Bidang longsor pada analisa metode janbu ditentukan berdasarkan
zona lemah yang terdapat pada massa batuan atau tanah.

Gambar 1 lereng serta gaya-gaya yang bekerja pada metode janbu

Dimana :
W = Berat total pada irisan
EL = Gaya antar irisan yang bekerja secara horisontal pada penampang
kiri
ER = Gaya antar irisan yang bekerja secara horisontal pada penampang
kanan
XL = Gaya antar irisan yang bekerja secara vertikal pada penampang kiri
XR = Gaya antar irisan yang bekerja secara vertikal pada penampang
kanan
P = Gaya normal total pada irisan
T = Gaya geser pada dasar irisan
ht = Tinggi rata-rata dari irisan
hf = Asumsi letak thrust line
b = Lebar dari irisan
l = Panjang dari irisan
= Kemiringan lereng

t = Sudut thrust line


Cara lain yaitu dengan mengasumsikan suatu faktor keamanan tertentu
yang tidak terlalu rendah. Kemudian melakukan perhitungan beberapa kali
untuk mendapatkan bidang longsor yang memiliki faktor keamanan
terendah.
Gambar 2 aplikasi metode janbu

Gambar 3 Aplikasi metode janbu


Metode Janbu, untuk tanah berbutir kasar :
Qp = Ap (c Nc+ q Nq)
Dimana :
c = Kohesi tanah (kN/m2)
Nc, Nq = Faktor daya dukung ujung tiang berdasarkan tabel Janbu
Gambar 4 faktor daya dukung sudut geser dalam
Janbu (1954) mengembangkan suatu cara analisa kemantapan lereng yang
dapat diterapkan untuk semua bentuk bidang longsor.

Gambar 5 analisa kemantapan lereng.

2. METODE BISHOP
Metode Bishop yang disederhanakan merupakan metode sangat populer
dalam analisis kestabilan lereng dikarenakan perhitungannya yang
sederhana, cepat dan memberikan hasil perhitungan faktor keamanan yang
cukup teliti. Kesalahan metode ini apabila dibandingkan dengan metode
lainnya yang memenuhi semua kondisi kesetimbangan seperti Metode
Spencer atau Metode Kesetimbangan Batas Umum, jarang lebih besar dari
5%. Metode ini sangat cocok digunakan untuk pencarian secara otomatis
bidang runtuh kritis yang berbentuk busur lingkaran untuk mencari faktor
keamanan minimum.
Metode Bishop sendiri memperhitungkan komponen gaya-gaya
(horizontal dan vertikal) dengan memperhatikan keseimbangan momen dari
masing-masing potongan, seperti pada gambar 6. Metode ini dapat
digunakan untuk menganalisa tegangan efektif.

Gambar
6

Stabilitas lereng dengan metode bishop


Metode ini pada dasarnya sama dengan metode swedia, tetapi dengan
memperhitungkan gaya-gaya antar irisan yang ada. Metode Bishop
mengasumsikan bidang longsor berbentuk busur lingkaran. Pertama yang
harus diketahui adalah geometri dari lereng dan juga titik pusat busur
lingkaran bidang luncur, serta letak rekahan. Untuk menentukan titik pusat
busur lingkaran bidang luncur dan letak rekahan pada longsoran busur
dipergunakan grafik.
Cara analisa yang dibuat oleh A.W. Bishop (1955) menggunakan cara
elemen dimana gaya yang bekerja pada tiap elemen ditunjukkan pada
seperti pada gambar 4. Persyaratan keseimbangan diterapkan pada elemen
yang membentuk lereng tersebut. Faktor keamanan terhadap longsoran
didefinisikan sebagai perbandingan kekuatan geser maksimum yang dimiliki
tanah di bidang longsor (Stersedia) dengan tahanan geser yang diperlukan
untuk keseimbangan (Sperlu).
Gambar 7 sistem gaya pada suatu elemen menurut bishop

Gambar 8 rumus perhitungan faktor keamanan.

Nilai m.a dapat ditentukan dari gambar 9. Cara penyelesaian merupakan


coba ulang (trial and errors) harga faktor keamanan FK di ruas kiri
persamaan faktor keamanan diatas, dengan menggunakan gambar 9. untuk
mempercepat perhitungan. Faktor keamanan menurut cara ini menjadi tidak
sesuai dengan kenyataan, terlalu besar, bila sudut negatif ( - ) di lereng
paling bawah mendekati 30 . Kondisi ini bisa timbul bila lingkaran longsor
sangat dalam atau pusat rotasi yang diandalkan berada dekat puncak
lereng. Faktor keamanan yang didapat dari cara Bishop ini lebih besar dari
yang didapat dengan cara Fellenius.

Gambar 9 nilai m.a untuk persamaan bishop.\

3. METODE FALLENIUS
Ada beberapa metode untuk menganalisis kestabilan lereng, yang paling
umum digunakan ialah metode irisan yang dicetuskan oleh Fellenius (1939).
Metode ini banyak digunakan untuk menganalisis kestabilan lereng yang
tersusun oleh tanah, dan bidang gelincirnya berbentuk busur (arc-failure).
Menurut Sowers (1975), tipe longsorang terbagi kedalam 3 bagian
berdasarkan kepada posisi bidang gelincirnya, yaitu longsorang kaki lereng
(toe failure), longsorang muka lereng (face failure), dan longsoran dasar
lereng (base failure). Longsoran kaki lereng umumnya terjadi pada lereng
yang relatif agak curam (>450) dan tanah penyusunnya relatif mempunyai
nilai sudut geser dalam yang besar (>300). Longsoran muka lereng biasa
terjadi pada lereng yang mempunyai lapisan keras (hard layer), dimana
ketinggian lapisan keras ini melebihi ketinggian kaki lerengnya, sehingga
lapisan lunak yang berada diatas lapisan keras berbahaya untuk longsor.
Longsoran dasar lereng biasa terjadi pada lereng yang tersusun oleh tanah
lempung, atau bisa juga terjadi pada lereng yang tersusun oleh beberapa
lapisan lunak (soft seams). Perhitungan lereng dengan metode Fellenius
dilakukan dengan membagi massa longsoran menjadi segmen-segmen
seperti pada contoh gambar 1, untuk bidang longsor circular adalah:
Gambar 10 gaya yang bekerja pada longsoran lingkaran

Metode Fellenius dapat digunakan pada lereng-lereng dengan kondisi


isotropis, non isotropis dan berlapis-lapis. Massa tanah yang bergerak
diandaikan terdiri dari atas beberapa elemen vertikal. Lebar elemen dapat
diambil tidak sama dan sedemikian sehingga lengkung busur di dasar
elemen dapat dianggap garis lurus.

Berat total tanah/batuan pada suatu elemen (W,) termasuk beban Iuar
yang bekerja pada permukaan lereng (gambar 2) Wt, diuraikan dalam
komponen tegak lurus dan tangensial pada dasar elemen. Dengan cara ini,
pengaruh gaya T dan E yang bekerja disamping elemen diabaikan. Faktor
keamanan adalah perbandingan momen penahan longsor dengan penyebab
Iongsor. Pada gambar 2 momen tahanan geser pada bidang Iongsor adalah :

Mpenahan = R. r

Dimana :
R = gaya geser
r = jari-jari bidang longsor

Tahanan geser pada dasar tiap elemen adalah :

Momen penahan yang ada sebesar :

Komponen tangensial Wt, bekerja sebagai penyebab Iongsoran yang


menimbulkan momen penyebab sebesar:

Faktor keamanan dari lereng menjadi :

Jika lereng terendam air atau jika muka air tanah diatas kaki lereng,
maka tekanan air pori akan bekerja pada dasar elemen yang ada dibawah
air tersebut. Dalam hal ini tahanan geser harus diperhitungkan yang efektif
sedangkan gaya penyebabnya tetap diperhitungkan secara total, sehingga
rumus menjadi :
Gambar 11 sistem gaya yang bekerja pada metode fellenius
4. METODE MORGENSTERN-PRICE

Metode Morgenstern-Price (Morgenstern & Price, 1965) dikembangkan


terlebih dahulu daripada metode kesetimbangan batas umum. Metode ini
dapat digunakan untuk semua bentuk bidang runtuh dan telah memenuhi
semua kondisi kesetimbangan. Metode Morgenstern-Price menggunakan
asumsi yang sama dengan metode kesetimbangan batas umum yaitu
terdapat hubungan antara gaya geser antar-irisan dan
gaya normal antar-irisan, yang dapat dinyatakan dengan persamaannya
sebagai berikut:
X f (x)E
Gambar 12 gaya pada Morgenstern & Price

Terdapat perbedaan cara perhitungan faktor keamanan diantara metode


Morgenstern-Price dan metode kesetimbangan batas umum. Dalam metode
kesetimbangan batas umum, perhitungan faktor keamanan dilakukan
dengan menggunakan kesetimbangan gaya dalam arah horisontal dan
kesetimbangan momen pada pusat gelinciran untuk semua irisan.
Sementara itu metode Morgenstern-Price, perhitungan faktor keamanan
dilakukan dengan menggunakan kondisi kesetimbangan gaya dan momen
dari setiap irisan.
Kesetimbangan gaya dalam arah vertikal untuk setiap irisan adalah
sebagai berikut:

X X N cos S sin W 0
Dengan mensubstitusikan persamaan [3] ke dalam persamaan di atas
menghasilkan persamaan untuk gaya normal total (N) untuk setiap irisan
sebagai berikut:

Besarnya gaya normal antar-irisan pada sisi kanan irisan (ER) dapat
ditentukan dari kesetimbangan gaya pada arah horisontal untuk setiap
irisan, yang dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:
Dengan menggunakan persamaan [3], maka persamaan [36] dapat
ditulis ulang sebagai berikut:

Gaya geser antar-irisan pada sisi kiri dan kanan untuk setiap irisan dapat
dinyatakan sebagai berikut:

Dengan menggunakan persamaan [35], [37], [38], dan [39] maka gaya
normal antar irisan pada sisi kanan (ER) dapat dinyatakan sebagai berikut:

Dimana:

5. METODE SPENCER
Spencer (1967) menganggap resultan gaya antar irisan pada semua
irisan mempunyai sudut kemiringan tertentu yang sama. Hal ini secara
matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:

dimana adalah sudut kemiringan dari resultan gaya antar-irisan.

Oleh karena itu


metode Spencer dapat dianggap sebagai kasus khusus dari metode
Morgenstern-Price dimana f(x) = 1. Metode Spencer dapat digunakan untuk
sembarang bentuk bidang runtuh dan memenuhi semua kondisi
kesetimbangan gaya dan kesetimbangan momen pada setiap irisan.
DIKUMPUL : 29 MERET 2017

MATA KULIAH : GEOTEKNIK TAMBANG

METODE-MOTODE ANALISIS

KESTABILAN LERENG
AKHMAD ZULHIDAYAH SYARIF

D621 14 017

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

GOWA

2017

Anda mungkin juga menyukai