Anda di halaman 1dari 8

Prosiding Teknik Pertambangan

ANALISA TEKNIS DAN EKONOMIS STRATEGI SHORT DISTANCE DISPOSAL


WEST BLOCK (ANOA SOUTH) STUDI KASUS OLEH SECTION SHORT TERM
PLANNING, DEPARTEMEN MINES AND EXPLORATION DI PT VALE INDONESIA,
TBK. KECAMATAN NUHA, KABUPATEN LUWU TIMUR
PROPINSI SULAWESI SELATAN.

1
Wini Rina Mulyanti, 2 Yuliadi, 3Maryanto
1,2,3
Prodi Tek nik Pertambangan, Fak ultas Tek nik , Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No.1 Bandung
40116
email: 1 winy.mulyanti@gmail.com,

Sari : PT Vale Indonesia Tbk. beroperasi dalam bidang penambangan nikel dan pengolahan bijih menjadi produk nikel dalam
matte, yaitu produk yang digunakan dalam pembuatan nikel rafinasi mencapai 78.726 ton nikel dalam matte pada tahun 2014. Daerah
penambangan meliputi dua blok yaitu Blok Timur (East Block) dan Blok Barat (West Block) yang terdiri dari bukit-bukit yang
mengandung endapan bijih nikel. Daerah di sebelah timur pabrik peleburan disebut Blok Timur dan yang di sebelah barat pabrik
peleburan disebut Blok Barat dimana daerah penambangannya lebih luas dari daerah penambangan pada Blok Timur. Proses
penambangan PT. Vale Indonesia, Tbk Indonesia secara berurutan dimulai dari pengupasan top soil, pengupasan overburden dan
pembuangan di disposal, penambangan bijih, pengayakan di screening station dan pencampuran di wet ore stockpile sehingga bisa
memenuhi persyaratan untuk proses pengolahan di proses plant.
Pit yang dikaji berada pada daerah Blok Timur (East Block) yaitu Pit Petea dengan jumlah recovery sebesar 70 % dengan target
pemindahan tanah penutup ke disposal sekitar 200.000 ton/minggu. Rencana penelitian berupa penimbunan tanah pada area disposal
dengan memperhatikan kepadatan dari material timbunan berupa tanah yang akan mengisi sisi lereng sesuai dengan luas area
disposal yang telah ditetapkan pada saat pemodelan geometri disposal dengan memperhitungkan jumlah material OB yang akan
digunakan
Data yang diperlukan untuk pemodelan disposal ini yaitu berupa data topografi update dan bluezone, disposal existing, jarak face to
disposal, parameter material properties. Dengan capaian yaitu memaksimalkan area yang ada dengan penimbunan tanah sebanyak-
banyaknya dengan target pada area disposal yaitu 200.000 ton/week. Dengan data tersebut dapat mencari alternatif disposal dengan
jarak yang lebih dekat dari lokasi Loading Point dengan harapan dapat memperoleh selisih dari operating cost antara disposal
existing ke disposal plan. Jarak disposal Face ke Anoa South sejauh 3.67 km dengan jarak alternatif yang didapat sejauh 2.46 km.
sehingga selisih jarak sebesar 1.21 km. Setelah dilakukannya optimalisasi disposal dilokasi Anoa South ke Face maka didapat
Operating Cost Disposal existing sebesar Rp 799.475,24 /km serta Disposal plan sebesar Rp 632.659,42 /km., maka didapat total
Saving Cost pada disposal yaitu sebesar Rp 166.815,83 /km.
.Kata kunci : Operating Cost, Disposal Plan Saving Cost.

A Pendahuluan
Aktivitas penambangan di PT Vale Indonesia, Tbk dilakukan pada site yang akan segera
ditambang yaitu proses pembersihan lahan dan pengupasan tanah penutup (overburden) yang
kemudian akan diangkut pada tempat penimbunan yang disebut Aktivitas Disposal. Material-
material tersebut, merupakan material yang perlu digali dari pit demi memperoleh bijih atau
material kadar tinggi. Dalam perencanaan disposal, perlu untuk mengetahui aspek teknis suatu
disposal diantaranya menyangkut faktor suatu disposal. Berdasarkan latar belakang tersebut maka
perumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berkiut : apakah lokasi penentuan disposal
plan dekat dengan face pada area tambang yang sudah mineout, bagaimana menentukan parameter
geoteknik didapatkan, analisa kestabilan lereng di disposal plan blok Anoa South dilakukan dengan
penarikan penampang melintang (cross section), berapakah perbandingan biaya keseluruhan
operasi penimbunan tanah pada disposal existing dan disposal plan? sedangkan tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui penentuan lokasi disposal plan yang lebih dekat dari face di blok Anoa South
pada area yang mine out di PT Vale Indonesia, Tbk .
2. Mengetahui parameter penentuan material properties dalam mendesain disposal plan di
wilayah Anoa South di PT Vale Indonesia, Tbk .
3. Mengetahui desain disposal plan di wilayah Anoa South agar dapat memperoleh nilai faktor
keamanan lereng disposal pada lokasi penambangan di PT Vale Indonesia, Tbk.
4. Mengetahui perbandingan biaya penimbunan disposal exsiting dan disposal plan di wilayah
Anoa South di PT Vale Indonesia, Tbk
2 | Wini Rina Mulyanti, et al

B. Tinjauan Pustaka
1. Definisi Disposal
Waste dump atau disposal adalah daerah pada suatu operasi tambang terbuka yang
dijadikan tempat membuang material kadar rendah atau material bukan bijih. Material tersebut
perlu digali dari pit demi memperoleh bijih atau material kadar tinggi, sedangkan stockpile
digunakan untuk menyimpan material yang akan digunakan pada saat yang akan datang. Stockpile
juga dapat berfungsi sebagai tempat penyimpanan bijih kadar rendah yang dapat diproses pada saat
yang akan datang maupun tanah penutup atau tanah pucuk yang dapat digunakan untuk
reklamasi.Suatu kegiatan pertambangan umumnya memindahkan tanah penutup untuk mengambil
bahan galian yang berada di dalam bumi. Oleh karena itu, diperlukan suatu area tertentu untuk
membuang material tanah penutup tersebut sehingga tidak menutupi area yang masih mengandung
bahan galian yang ekonomis. Tempat penimbunan dapat dibagi menjadi dua, yaitu waste dump atau
disposal dan stockpile.

2. Tipe-Tipe Disposal pada PT Vale Indonesia


Tipe-tipe disposal yang biasa diterapkan dalam pertambangan menggunakan jenis
penambangan open cast mining seperti pada PT Vale Indonesia, Tbk. terbagi atas tiga jenis
(Sunarno, 2008), yaitu:
a. Square Pattern Finger Disposal
Finger Disposal adalah disposal yang dibuat maju dengan bantuan dozer. Disposal tipe ini
memiliki ciri-ciri yaitu ketinggian kurang dari 15 meter dengan kemiringan lereng yang landai
kurang dari 400. Dibutuhkan kontinuitas dari material sipil sebagai landasan Dump Truck agar
tidak terjadi longsoran.

Sumber : Sunarno, P. Sorowako. 2008.


Gambar 1 Rancangan Finger Disposal

b. Pattern Disposal Tipe Induced Flow


Induced Flow Disposal adalah tipe disposal yang memanfaatkan beda ketinggian > 15 meter
untuk mendumping material, dengan sudut kemiringan antara 500 maksimum 700. Disposal tipe ini
dibangun di atas tanah asli yang stabil (original), pada area blue zone atau pada area yang
direkomendasikan oleh engineer geoteknik. Disposal ini juga dilengkapi dengan backstop sebagai
dudukannya (bund wall) setinggi setengah ban roda truk yang terletak pada ujung crest.

Sumber : Sunarno, P. Sorowako. 2008.


Gambar 2 Rancangan Induced

Volume 1, No, 1 Tahun 2017


Analisa Teknis Dan Ekonomis Strategi Short Distance Disposal West Block (Anoa South) Studi Kasus Oleh Section Short Term
Planning, Departemen Mines And Exploration Di Pt Vale Indonesia, Tbk. Kecamatan Nuha, Kabupaten Luwu Timur
Propinsi Sulawesi Selatan. | 3

c. Disposal Tipe Semi Induced


Disposal Semi Induced Flow, umumnya sama atau memiliki kemiripan dengan Induce Flow
tetapi truk hanya bisa dumping pada jarak tertentu yang diperbolehkan yaitu 12.5 m dari original
crest. Setelah itu tanah penutup di dorong oleh dozer hingga ujung crest. Crest ke toe adalah 30
meter dengan kemiringan lereng antara 260- 360. Semi Induce Flow membutuhkan pembatuan
material sipil pada landasan truk yang akan menongkang untuk menambah daya dukung tanah agar
tidak terjadi longsoran (subsidence). Karena kemiringannya lebih besar, disposal tipe ini
membutuhkan dozer yang lebih sedikit dari pada Finger Flow.

Sumber : Sunarno, P. Sorowako. 2008.


Gambar 3.5 Semi Induced Flow Disposal

3. Parameter Geoteknik Material Disposal


Penentuan parameter geoteknik material waste ini bertujuan untuk menyajikan suatu cara
pendekatan dalam menentukan parameter kohesi (c) dan sudut geser dalam (Ø) dari material waste
tambang, khususnya tambang batubara di Indonesia, yang akan dipakai dalam menganalisis
stabilitas lereng tanah timbunan. Data kohesi, c dan sudut geser dalam, Ø dan bobot isi,  dari
material waste dibutuhkan dalam menganalisis stabilitas lereng tanah timbunan (waste dumped
slope). Analisis biasanya, dapat menggunakan metode kesetimbangan batas (LEM), dengan Hoek’s
Charts, dan atau cara Bishop, menggunakan Program Slide atau sejenis.
a. Densitas
Parameter geoteknik tanah timbunan yang utama adalah densitas, kohesi, dan sudut geser
dalam. Densitas adalah perbandingan antara massa batuan dalam gram atau kg, dengan volume
batuan, dalam cm3, atau m3.
b. Faktor Pengembangan (Swell Factor)
Material di alam diketemukan dalam keadaan padat dan terkonsolidasi dengan baik,
sehingga hanya sedikit bagian-bagian yang kosong atau ruang-ruang yang terisi udara (voids) di
antara butir-butir tanah, terutama untuk tanah yang berbutir halus.
c. Bobot Isi (Unit Weight):
Bobot Isi (unit weight) yaitu perbandingan antara berat batuan dalam (N, KN, MN), dengan
volume batuan, dalam (m3). Bobot isi diperoleh dengan mengalikan densitas dan percepatan
gravitasi, 9,81 m/det2.
d. Kekuatan Batuan
Kekuatan batuan dapat dinyatakan dalam; kuat tekan (unconfined compressive strength),
kuat tarik (tensile strength), dan kuat geser (shear strength). Dalam konteks stabilitas lereng, dari
ketiga kekuatan batuan tersebut di atas, kuat geser berperan paling penting.

4. Penentuan Parameter c,  Material Waste


Parameter kekuatan tanah disposal (waste materials) yang terdiri dari kohesi (c) dan sudut
geser-dalam () dapat ditentukan dengan 4 cara pendekatan, sebagai berikut :
1. Menggunakan parameter kohesi residu (cr) dan sudut geser dalam residu (r).
2. Menggunakan anggapan kohesi, c = 0 dan sudut geser dalam () adalah fungsi dari Plasticity
Index, dalam kurva hubungan (  - Ip). Pendekatan ini cocok hanya untuk “clay”.
Teknik Pertambangan, Gelombang 1, Tahun Akademik 2016-2017
4 | Wini Rina Mulyanti, et al

3. Menggunakan anggapan, kohesi, c = 0 dan sudut geser dalam () adalah fungsi dari densitas
batuan, dalam kurva hubungan (- ). Pendekatan ini cocok hanya untuk material berbutir
kasar “sandstone”.
4. Menggunakan pendekatan “analisis balik” (back analyses) pada lereng waste material yang
sudah pernah longsor.

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan


1. Lokasi Disposal Plan Blok Anoa South
Pemodelan disposal dibuat berdasarkan lokasi tambang dengan area yang sudah bluezone
atau mine out atau dapat disebut dengan area yang sudah tidak dapat lagi ditambang karena
cadangannya yang sudah habis atau tidak ada revenue lagi sehingga sudah dapat ditimbun.

Gambar 4 Backfilling

Lokasi disposal existing di blok anoa south berjarak 3,67 km dari face, sehingga diperlukan
rencana untuk mendesain ulang disposal dengan menentukan lokasi yang lebih dekat. Disposal plan
diketahui berjarak 2,5 km dengan begitu didapat selisih jarak yang pada akhirnya dapat dihitung
nilai keekonomisan nya.

\
Sumber : Pemodelan Disposal, PT Vale Indonesia, Tbk. 2016.
Gambar 5 Peta Lokasi Disposal Existing dan Disposal Plan

2. Parameter Material Properties


Parameter yang digunakan dalam menganalisa kestabilan lereng disposal adalah parameter
yang diperoleh dari hasil tes laboratorium, in-situ test dan referensi buku yang dipelajari. Selama
tugas akhir, parameter yang digunakan adalah hasil dari analisa geoteknik yang dilakukan oleh
pihak kontraktor. Serta ditentukan berdasarkan soil invetigasi pada daerah yang akan dianalisis.
Dengan investigasi, dapat diketahui lapisan tanah yang terdapat pada daerah tersebut. Deskripsi
dari setiap material properties:
1) Dumping Material
Material ini merupakan material overburden yang rencananya akan ditimbun pada
Anoa South disposal. Material ini dimodelkan dengan kekuatan geser undrained (phi = 0)
karena merupakan material overburden (OB).
Volume 1, No. 1, Tahun 2017
Analisa Teknis Dan Ekonomis Strategi Short Distance Disposal West Block (Anoa South) Studi Kasus Oleh Section Short Term
Planning, Departemen Mines And Exploration Di Pt Vale Indonesia, Tbk. Kecamatan Nuha, Kabupaten Luwu Timur
Propinsi Sulawesi Selatan. | 5

2) Bedrock
Material ini dimodelkan dengan kekuatan geser Impenetrable karena merupakan batuan
dasar. Berdasarkan hasil uji lapangan, material ini merupakan lapisan terbawah sehingga tidak
ada lagi lapisan setelahnya. .
3) Civil Ballast
Yang dimaksud dengan Civil Ballast adalah material sipil dan ballast yang digunakan untuk
keperluan konstruksi sipil ; dalam hal ini material pondasi, perkerasan jalan, perkuatan material di
disposal, maupun menambah kekuatan tanah atau meningkatkan daya dukung tanah. Civil Ballast
yang digunakan PT Vale Indonesia, Tbk yakni slag (terak nikel) dan quarry (batuan masif).
4) Sapbot (Saprolit Bottom)
Berdasarkan hasil uji lapangan, material ini merupakan jenis batuan dari lapisan endapan
laterit yang masih memiliki kadar nickel namun sangat sedikit sehingga kalau tidak memungkinkan
untuk ditambang maka akan dibiarkan tergantung kondisi di lapangan.
5) Limbot (Limonit Bottom)
Material ini merupakan jenis batuan dari lapisan endapan laterit yang memiliki kadar nickel
dan material inilah yang ditambang.
Table 1 Parameter Properties
No. Nama Material Warna Keterangan
1. BedRock BedRock
2. Saprolite 𝛾 = 18 kN/m3, su = 80 kpa
3. Limonite 𝛾 = 17 kN/m3, su = 60 kpa
4. Dumping Material 1 𝛾 = 17 kN/m3, su = 35 kpa
5. Dumping Material 2 𝛾 = 17 kN/m3, su = 35 kpa
6. Dumping Material 3 𝛾 = 17 kN/m3, su = 35 kpa
7. Dumping Material 4 𝛾 = 17 kN/m3, su = 35 kpa
8. Dumping Material 5 𝛾 = 17 kN/m3, su = 35 kpa
Plan Dumping
9. 𝛾 = 17 kN/m3, su = 35 kpa
Material
10. Civil Ballast su = 10 kpa, c’ = 20 kPa, ∅ = 300
Sumber : Geotechnical, PT Vale Indonesia, Tbk.

3. Pemodelan Disposal
Data yang diperlukan untuk pemodelan disposal ini yaitu berupa data topografi update dan
bluezone. Hal yang diinginkan dari kegiatan penimbunan tanah ini yaitu dengan memaksimalkan
area yang ada dengan penimbunan tanah sebanyak-banyaknya dengan target pada area disposal
yaitu 200.000 ton/week. Disposal Anoa South merupakan area yang sudah bluezone atau mine out
dengan begitu area tersebut sudah layak untuk dilakukannya penimbunan menggunakan tanah
penutup, akan tetapi type disposal yang sering digunakan pada area tersebut yaitu Disposal Semi
Induce dikarenakan dari tiap lahan bekas penambangan memiliki kedalaman lebih dari 15 m. Secara
teknis area tersebut belum dapat dilakukan penimbunan tanah penutup, akan tetapi dilihat dari sisi
keamanan lereng daerah tersebut rawan untuk terjadinya longsoran dikarenakan sudah unsave
(tidak aman). Maka dari itu untuk mengantisipasi area tersebut dari kelongsoran maka perlu segera
dilakukan penimbunan.

Sumber : Pemodelan Disposal, PT Vale Indonesia, Tbk. 2016.


Foto 1 Blok Anoa South

Teknik Pertambangan, Gelombang 1, Tahun Akademik 2016-2017


6 | Wini Rina Mulyanti, et al

Material top soil dan OB yang d timbun di suatu disposal akan membentuk lereng baru.
Sebelum suatu disposal di aktifkan, maka terlebih dahulu akan dilakukan proses assessment yang
kemudian akan memberikan rekomendasi layak atau tidaknya suatu disposal di aktifkan. Namun,
aktual di lapangan memang tidak se-ideal yang yang telah direncanakan. Meskipun pada saat
perencanaannya menghasilkan geometri lereng yang di anggap cukul aman, namun material top
soil maupun OB yang di dumping bisa saja membentuk geometri lereng yang mengkin saja berbeda
dari perencanaannya. Sehingga hasil akhir lereng disposal di lapangan akan berbeda dari yang telah
dimodelkan sebelumnya.
Tabel 2 Data Rekapitulasi Geometri Disposal
Sudut High FK FK
Disposal Blok
(°) (m) Overall
25 R-5 2,043
DD_A 1.3
20 R-5 4,1
25 R-5 2,019
DD_B 1,63
Anoa 20 R-5 4,08
South DD_C 25 R-5 2,86 2,86
20 R-5 2,04
DD_D 20 R-5 2,09 1,11
17 R-7 2,13
Sumber : Penelitian di PT Vale Indonesia, Soroako 2016.

Sumber : Pemodelan Disposal, PT Vale Indonesia, Tbk. 2016.


Gambar 6 Peta Disposal Blok Anoa South

Berdasarkan hasil perancangan desain lereng disposal yang telah dibuat, serta hasil
perhitungan nilai FK dengan menggunakan metoda bishop maka didapat rekomendasi lereng lereng
disposal di PT Vale Indonesia, Tbk, sebagai berikut :

Sumber : Penelitian di PT Vale Indonesia, Soroako 2016.


Gambar 8 Output Model Section A Overall Slope Disposal Anoa South (FK = 1,3 , h = 5 m, m.a.t tipe 5)

Sumber : Penelitian di PT Vale Indonesia, Soroako 2016.


Gambar 9 Output Model Section B Overall Slope Disposal Anoa South (FK = 1,363 , h = 7,1 m, m.a.t tipe 5)

Volume 1, No. 1, Tahun 2017


Analisa Teknis Dan Ekonomis Strategi Short Distance Disposal West Block (Anoa South) Studi Kasus Oleh Section Short Term
Planning, Departemen Mines And Exploration Di Pt Vale Indonesia, Tbk. Kecamatan Nuha, Kabupaten Luwu Timur
Propinsi Sulawesi Selatan. | 7

4. Biaya Penimbunan
Adapun biaya owning cost pada proses operasi penimbun disposal yaitu :
Tabel 3 Owning Cost
Owning Cost

Biaya
Jenis Alat Utama Type
(Rp/Jam)
Excavator Hitachi Ex 1900 89,648.67
Dump Truck Cat 777 D 68,539.28
Dump Truck Komatsu Hd 785 68,539.28
Jenis Alat Pendukung Type
Bulldozer D155 121,445.24
Total Owning Cost 348,172.46
Sumber : Penelitian di PT Vale Indonesia, Soroako 2016.

Adapun total biaya operating cost pada proses operasi penimbunan disposal yaitu :
Tabel 4 Operating Cost
DISPOSAL EXISTING DISPOSAL PLAN
Parameter Parameter
Biaya Biaya
Biaya Biaya
Pergantian Ban 1.579,14 Pergantian Ban 1.579,14
Reparasi Ban 1.785,71 Reparasi Ban 1.785,71
Minyak Pelumas 882,94 Minyak Pelumas 882,94
Grease 28.735,65 Grease 16.690,76
Filter 681.443,80 Filter 527.114,09
Reparasi Umum 83.333,33 Reparasi Umum 83.333,33
Bahan Bakar 1.714,67 Bahan Bakar 2.078,91
TOTAL OPERATING COST 799.475,24 TOTAL OPERATING COST 633.464,90

Sumber : Penelitian di PT Vale Indonesia, Soroako 2016.

Tabel Saving Cost


Operating Saving Cost Dollar
Area Anoa South
Cost (Rp) (Rp) ($)
Disposal Existing 799.475,24
166.010,35 12,77
Disposal Plan 633.464,90
Sumber : Penelitian di PT Vale Indonesia, Soroako 2016.

D. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan penelitian DI PT Vale Indonesia, Tbk.ini
adalah :
1. Lokasi disposal plan dilihat dari kondisi disposal existing yang merupakan salah satu
disposal long haul dengan demikian dibuat rute baru dengan mencari disposal plan yang lebih dekat
dengan maksud dibuat untuk pengalihan jalan. Jarak Face ke Anoa South sejauh 3.67 km dengan
jarak alternatif yang didapat sejauh 2.5 km. sehingga selisih jarak sebesar 1.21 km.
2. Parameter yang digunakan dalam menganalisa kestabilan lereng disposal adalah parameter
yang diperoleh dari hasil tes laboratorium, in-situ test dan referensi buku yang dipelajari. Selama
tugas akhir, parameter yang digunakan adalah hasil dari analisa geoteknik yang dilakukan oleh
pihak kontraktor. Serta ditentukan berdasarkan soil invetigasi pada daerah yang akan dianalisis.
Dengan investigasi tersebut, dapat diketahui lapisan tanah yang terdapat pada daerah tersebut.
3. Pemodelan disposal dibuat berdasarkan lokasi tambang dengan area yang sudah bluezone
atau mine out atau dapat disebut dengan area yang sudah tidak dapat lagi ditambang karena
cadangannya yang sudah habis atau tidak ada revenue lagi sehingga sudah dapat ditimbun. Sebelum
suatu disposal di aktifkan, maka terlebih dahulu akan dilakukan proses assessment yang kemudian
akan memberikan rekomendasi layak atau tidaknya suatu disposal di aktifkan. Namun, aktual di
lapangan memang tidak se-ideal yang yang telah direncanakan. Meskipun pada saat
perencanaannya menghasilkan geometri lereng yang di anggap cukul aman, namun material top
soil maupun OB yang di dumping bisa saja membentuk geometri lereng yang mengkin saja berbeda
dari perencanaannya. Sehingga hasil akhir lereng disposal di lapangan akan berbeda dari yang telah
dimodelkan sebelumnya.
Teknik Pertambangan, Gelombang 1, Tahun Akademik 2016-2017
8 | Wini Rina Mulyanti, et al

4. Dengan dicarinya nilai saving operating cost maka akan didapatkan optimalisasi dari
disposalnya baik dalam segi hauling dan loading nya dikarenakan jarak dari hauling dari face ke
disposal. Dari kedua disposal didapat saving cost Disposal sebesar 46.05 $ / tonne km

E. DAFTAR PUSTAKA
1. Arif, Irwandy, & Adisuma Gatot., 2005., “Perencanaan Tambang”, Program Studi Teknik
Pertambangan., Institut Teknologi Bandung., Bandung.
2. Arif, I. 1998. “Submodul Pelatihan Perencanaan Tambang Perhitungan Biaya dan
Evaluasi Finansial”. Direktorat Jenderal Pertambangan Umum Departemen Pertambangan
dan Energi. ITB. Bandung.
3. Indonesianto, Y. 2008. “ Pemindahan Tanah Mekanis”, Jurusan Teknik Pertambangan
UPN “Veteran” Yogyakarta
4. Maryanto. 2010. “Pengantar Perencanaan Tambang”., Universitas Islam Bandung.,
Bandung.
5. Nurhakim. 2004/2005. “Tambang Terbuka”. Program Studi Teknik Pertambangan:
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru
6. Nurhakim. 2004. “Buku Panduan Kuliah Lapangan Tambang Edisi 2”. Program Studi
Teknik Pertambangan Universitas Lambung Mangkurat: Banjarbaru
7. Projosumarto, P. 1993. “Pemindahan Tanah Mekanis”. Jurusan Teknik Pertambangan:
Institut Teknologi Bandung
8. Projosumarto, P. 1993. “Diktat Unit Produksi Tambang”. Jurusan Teknik Pertambangan:
Institut Teknologi Bandung
9. Prodjosumarto, Partanto. 2004. “Diktat Perencanaan TambangTerbuka”.Universitas
Islam Bandung., Bandung.
10. Sunarno, P. 2008. “Standard Job Procedure Perencanaan dan Pelaksanaan Disposal.
Mining Departement”. PT. Inco Tbk.: Sorowako
11. Wedhanto, S. 2009. “Alat Berat dan Pemindahan Tanah Mekanis (Diktat Kuliah Untuk
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil)”. Universitas Malang: Malang

Volume 1, No. 1, Tahun 2017

Anda mungkin juga menyukai