Disusun Oleh :
Dimas Silitonga (100.701.12.050)
I. Judul
Judul tugas akhir yang direncanakan pemohon yaitu “ANALISIS KINERJA
WASHING PLANT DI PT SANDAI INTI JAYA TAMBANG (SIJT), DESA SANDAI
KIRI, KECAMATAN SANDAI, KABUPATEN KETAPANG, PROVINSI
KALIMANTAN BARAT ”. Judul yang diajukan pemohon untuk pelaksanaan
tugas akhir tersebut dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada di
lapangan.
V. Metodologi Penelitian
5.1 Pengambilan Data
Data Primer : didapatkan langsung dari hasil percobaan. Teknik
pengambilan data yang dilakukan adalah berupa eksperimen (pengujian
alat), terdiri dari :
a. Preparasi sampel
b. Kemiringan Trommel Screen 1 dan Trommel Screen 2.
c. Debit air yang digunakan pada trommel screen 1 dan trommel screen
2
d. Kecepatan putaran Trommel Screen 1 dan Trommel Screen 2.
Data Sekunder : untuk mendapatkan gambaran umum penelitian,
dilakukan studi literatur dari berbagai referensi yang berhubungan dengan
kegiatan penelitian. Diantaranya seperti,studi literatur, jurnal, laporan
terdahulu dsb.
5.2 Pengolahan Data
Teknik pengolahan data yang dilakukan adalah dengan cara
perbandingan
5.3 Analisis Data dan Pembahasan
Analisis data dilakukan dengan cara mengkaji hubungan beberapa
variabel yang disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Dari pembahasan tersebut
akan diketahui pengaruh kemiringan trommel screen, debit air dan kecepatan
putaran trammel screen terhadap recovery.
5.4 Penarikan Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan didapatkan dari data hasil penelitian yang telah melalui tahap
pengolahan data, analisis & pembahasan data, berisi pula dari beberapa
pertanyaan yang menjawab tujuan penelitian.
5.5 Pelaporan Hasil Penelitian
Pelaporan disajikan dalam sebuah laporan yang menggambarkan seluruh
kegiatan penelitian. Laporan ditulis secara sistematis sehingga mudah dimengerti
oleh pembaca.
Untuk lebih jelasnya metode penelitian ini sajikan dalam bentuk diagram
alir yang dapat dilihat pada gambar 5.1.
Gambar 5.1
Diagram Alir Metode Penelitian
VI. LANDASAN TEORI
6.1 Bauksit
Bauksit terjadi dari proses pelapukan (laterisasi) batuan induk, erat
kaitannya dengan penyebaran nepheline, syenit, granit, andesit, dolerite, gabro,
basalt, hornfels, schist, slate, kaolinitic, shale, limestone dan phonolite. Bauksit
terjadi di daerah tropika dan subtropika serta membentuk perbukitan yang landai
dengan memungkinkan pelapukan sangat kuat. Apabila batuan-batuan tersebut
mengalami pelapukan, mineral yang mudah larut akan terlarutkan, seperti
mineral-mineral alkali, sedangkan mineral yang tahan akan pelapukan akan
terakumulasi. Dalam kondisi tertentu batuan yang terbentuk dari mineral silikat
dan lempung akan terpecah-pecah dan silika terpisahkan sedangkan oksida
aluminium dan oksida besi terkonsentrasi sebagai residu. Kejadian tersebut
terjadi secara terus menerus dalam waktu yang cukup dan produk pelapukan
terhindat dari erosi, akan menghasilkan endapan lateritik. Kandungan aluminium
yang tinggi pada batuan merupakan syarat utama dalam pembentukan bauksit,
tetapi yang ebih penting adalah intensitas dan lamanya proses laterisasi.
Bauksit terbentuk dari batuan yang mempunyai kadar Al nisbi tinggi,
kadar Fe rendah dan kadar kuarsa (SiO 2) bebasnya sedikit atau bahkan tidak
mengandung sama sekali (misalnya sienit dan nefelin) yang berasal dari batuan
beku, batu lempung-lempung dan serpih. Bauksit dapat ditemukan dalam lapisan
mendatar tetapi kedudukannya di kedalaman tertentu.
Kondisi-kondisi utama yang memungkinkan terjadinya endapan bauksit
secara optimum adalah :
1. Adanya batuan yang mudah larut dan menghasilkan batuan sisa yang
kaya alumunium
2. Adanya vegetasi dan bakteri yang mempercepat proses pelapukan
3. Porositas batuan yang tinggi sehingga siklus air berjalan dengan mudah
4. Adanya pergantian musim (cuaca) hujan dan kemarau (kering)
5. Adanya bahan yang tepat untuk pelarutan
6. Relief (bentuk permukaan) yang relatif rata, yang mana memungkinkan
terjadinya pergerakan air dengan tingkat erosi minimum
7. Waktu yang cukup untuk terjadinya proses pelapukan
Sumber: world-alumunium.org
Gambar 6.1
Profil Endapan Bijih Bauksit
Berdasarkan letak depositnya bijih bauksit terbagi kedalam beberapa
kelompok, diantaranya :
1. Deposit Bauksit residual
Diasosiasikan dengan kemiringan lereng yang menegah sampai hampir
datar pada batuan nefelin syenit. Permukaan bauksit kemiringannya lebih
dari 5° dan batasan yang umum adalah 25°. Pada batuan syenit bagian
bawah bertekstur granitik. Zona diatasnya menunjukan vermikuler,
pisolitik dan tekstur konkresi lainnya, dibawah zona konkresi adalah zona
pelindian dengan dasar fragmen lempung kaolinit. Walaupun dasar zona
pelindian ini melengkung, tidak dapat menghilangkan tekstur granitis.
kaolinit nepelin syenit dipisahkan dengan bauksit bertekstur granitis oleh
kaolinit yang kompak dan kasar. ( Sumber:….)
2. Deposit bauksit koluvial
Diselubungi oleh kaolinit, nefelin, syenit. Deposit ini terletak di bawah
lampung dan termasuk swamp bauxite dengan tekstur pisolitik dan oolitik
yang masih terlihat jelas serta berada di daerah lembah. Dibagian atas
deposit, kaolinit terus berkembang, dapat memotong secara mendatar
atau menggantikan matriks yang tebal dari tekstur pisolitik. di beberapa
tempat, lapisan lignnit yang mendatangkan lempung dapat pula
memotong badan bijih bauksit sehingga bauksit tersebut menjadi alas dari
lapisan lignit ini.
3. Deposit bauksit alluvial pada perlapisan
Dapat berupa Perlapisan silang siur, dipisahkan dengan gravel yang
bertekstur pisolitik. Bauksit tipe ini halus dan tertutup oleh alur runtuhan
dari tipe deposit bauksit koluvial.
4. Deposit bauksit alluvial pada konglomerat kasar
Deposit tipe ini umumnya menutupi bauksit boulder dengan konglomerat
kasar, terutama dari lempung karbonat dan pasir
6.1.1 Ciri Fisik Bijih Bauksit
Secara pengamatan langsung terhadap bijih bauksit dilapangan
(megaskopik)¸ bijih bauksit memiliki ciri-ciri umum berwarna coklat kemerahan,
coklat kekuning-kuningan, hingga kuning kecoklatan. Bijih bauksit bersifat keras,
berongga dan fragmental dengan ukuran berkisar (1 mm – 1,5 cm). Pada
komposisi fragmen dan matriks yang terbentuk telahh mengalami pelapukan
secara intensif dan pada umumnya menjadi mineral lempung dan oksida, dalam
hal ini bauksi tidak memiliki sistem kristal (an aggregate). Kekerasan bijih bauksit
berkisar 1-3 skala mohs.
Sumber: world-alumunium.org
Gambar 3.2
Bijih Bauksit
Bijih bauksit apabila basah secara kenampakan fisiknya seperti lempung
atau tanah biasa, dan larut dalam air asam. Kondisi seperti tersebut tergantung
koposisi mineralnya dimana apabila dominan mengandung mineral gibbsit, maka
secara fisik dominan seperti diatas. Kemudian apabila mineral yang terkandung
adalah bohmite, kekerasannya 2.3-3 skala mohs, belahan sempurna, kemudian
sangat cerah dan tidak banyak mengandung pengotor.
6.3 Kominusi
Kominusi atau penghancuran adalah sebagai langkah pertama yang bisa
dilakukan dalam operasi pengolahan bahan galian, bertujuan untuk memecahkan
bongkah-bongkah besar menjadi ukuran yang lebih kecil. Dilihat dari ukuran
yang dihasilkan, maka kominusi dapat dibagi kedalam 2 tingkat, yaitu crushing
dan grinding.
6.3.1 Penghancuran (Crushing)
Crushing adalah suatu langkah dalam pengolahan bahan galian yang
bertujuan untuk menghancurkan atau memecahkan bongkah-bongkah atau
batuan besar menjadi fragmen yang lebih kecil. Jadi crushing bertujuan untuk
memperkecil ukuran (size reduction) untuk memperoleh produk yang berukuran
sampai 1/20 in atau lebih.
Gaya penghancur/pemecah dari alat crusher adalah hasil tekanan
terhadap batuan oleh bagian yang bergerak dari alat (swing jaw) kepada bagian
yang diam (fixed jaw) atau bagian lain yang bergerak dari alat tersebut. Gaya
tekan (impact) dari alat dapat memecahkan batuan yang berukuran besar
menjadi ukuran yang lebih kecil.
Berdasarkan ukuran dari produk yang dihasilkan maka crusher dapat
dibagi menjadi 4 (empat), yaitu :
1. Coarse Crushing (Primary Breaking)
Alat yang digunakan adalah Jaw Crusher dan Gyratory Crusher, dengan
ukuran produk 4” sampai 6”.
2. Secondary Crushing
Alat yang digunakan adalah Reduction Gyratory Crusher, Cone Crusher,
Disc Crusher dan Spring Rolls, dengan ukuran produk 1/4” sampai 1”.
3. Fine Crushing
Alat yang digunakan adalah Gravity Stamp Mills, dengan ukuran produk
mencapai kurang dari 1/4”.
4. Special Uses
Alat yang digunakan adalah Toothed Rolls dan Hammer Mill.
6.3.1.1 Jaw Crusher
Jaw crusher terdiri dari 2 (dua) crushing faces atau jaws yang berhadap-
hadapan dan membentuk sudut kecil arah kebawah. Satu diantaranya diam
tertahan pada crusher frame (fixed jaw) sedangkan yang satu lagi dapat
bergerak (swing jaw) mendekat dan menjauhi (fixed jaw) (Gambar 3.3).
Berdasarkan amplitudo minimum dan cara menggerakkan swing jaw
maka jaw crusher dapat dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu :
1. Blake Type
Blake crusher mempunyai swing jaw tertahan sebelah atas dan amplitudo
terbesar terdapat di sebelah bawah crushing face, sehingga produk yang
diperoleh tidak homogen. Blake type termasuk model lama yang sampai
sekarang masih dipakai dan biasa dibuat dalam ukuran yang cukup besar.
2. Dodge Type
Dodge crusher biasanya dibuat dalam ukuran yang lebih kecil. Bedanya
dengan blake type yaitu swing jaw tertahan di sebelah bawah, sehingga lebar
dari discharge opening hampir sama (konstan). Jadi produk dari dodge type
crusher ini mempunyai ukuran yang hampir sama besar.
3. Single Toggle Type
Swing jaw ditahan di sebelah atas pada occentric bearing dari as yang
berputar.
Sumber : Himanshu, Srivastav, 2007
Gambar 3.3
Jaw Crusher
6.3.1.2 Roll Crusher
Crushing roll terdiri dari 2 (dua) roll yang berbentuk silinder, berdiameter
sama, diputar berlawan arah ke arah dalam asnya yang sejajar dan horisontal.
Roll shell yang terbuat dari baja merupakan crushing surface dapat diganti
apabila telah mengalami keausan. Feed yang dimasukkan ke dalam roll crusher
seolah-olah terjepit di antara roll yang berputar sehingga akan pecah (Gambar
3.4).
6.5 Konsentrasi
Proses konsentrasi adalah proses untuk memisahkan dan mendapatkan
mineral berharga agar terpisah dari mineral pengotornya. Pemilihan proses
konsentrasi dilihat dari sifat fisik mineral yang akan dipisahkan. Proses ini
dilakukan agar terjadi pengkayaan mineral-mineral berharga sehingga bahan
galian yang mutunya rendah dapat ditingkatkan menjadi kadar yang lebih tinggi
dan tentunya layak untuk dipasarkan. Selain itu juga proses ini memudahkan
pengambilan bahan tambang yang ekonomis/mineral logam/batubara karena
dilakukan dengan memanfaatkan sifat fisik bahan galian.
Proses konsentrasi dapat diklasifikasikan menjadi 4 macam, yaitu :
1. Gravity Concentration, yaitu proses konsentrasi dengan memanfaatkan
gaya berat dari suatu bahan galian
2. Magnetic Separation, yaitu proses konsentrasi dengan memanfaatkan
sifat kemagnetan suatu bahan galian
3. Electrostatic Separation, yaitu proses konsentrasi dengan memanfaatkan
sifat kelistrikan suatu bahan galian
4. Flotation, yaitu proses konsentrasi dengan memanfaatkan sifat atau
reaksi terhadap air dari suatu bahan galian
6.7 Hopper
Hopper adalah alat pelengkap pada rangkaian unit penghancur (crushing
plant) berbentuk seperti bak besar penampung material yang berfungsi sebagai
tempat penerima material umpan yang berasal dari lokasi penambangan
sebelum material tersebut masuk ke dalam alat penghancur (crusher). Alat ini
dipakai dihampir seluruh industri, mulai dari industri pertambangan, mineral,
semen, petrokimia dan powerplant. Klasifikasi hopper ada 2, yaitu :
1. Static Hopper
Static hopper merupakan hopper yang bersifat permanen, berfungsi untuk
menjaga kontinyuitas proses produksi sebuah sistem produksi.
2. Movable Hopper
Movable hopper adalah pengembangan dari static hopper, yaitu alat ini
memiliki kelebihan bisa bergeser kanan kiri pada relnya, sesuai
kebutuhan di lapangan.
IX. Peserta
Adapun data peserta kegiatan Tugas Akhir di Bidang Pengolahan Mineral
(Bpm) Unit Metalurgi Kec. Muntok Kab. Bangka Barat Prov. Bangka Belitung.
adalah sebagai berikut :
Nama : Dimas Silitonga
NPM : 100.701.12.050
Prodi : Teknik Pertambangan
Instansi : Universitas Islam Bandung (UNISBA)
X. Penutup
Demikian proposal ini kami susun sebagai kerangka acuan dalam
pelaksanaan Tugas Akhir. Besar harapan kami akan bantuan segenap Direksi
dan karyawan PT Timah demi kelancaran serta suksesnya kegiatan ini. Atas
segala bantuan serta kerjasamanya kami ucapkan banyak terima kasih.
Mengetahui
Ketua Program Studi Teknik Pertambangan