i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr….wb……
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas limpahan rahmat, hidayah dan karuniaNya sehingga kami
dapat menyelesaikan Penyusunan Laporan Penelitian Tugas Akhir ini
dengan judul ”Studi Teknis Pemboran dan Preparasi Sampel Dalam
Kegiatan Pemboran Eksplorasi pada PT. Sumbawa Timur Mining
(STM) Kec. Hu’u, Kab. Dompu, Nusa Tenggara Barat” dapat
terselesaikan dengan baik.
Maksud dan tujuan penulisan laporan Tugas Akhir ini adalah untuk
memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan study pada Jurusan Teknik
Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Pejuang Republik Indonesia
Makassar yang sudah menjadi salah satu tuntutan kurikulum.
ii
1. Ibu Dr. Andi Niniek Fariaty Lantara,SE.MS Sebagai Rektor
Universitas Pejuang Republik Indonesia
2. Bapak Ir. H. Rafiuddin,M.T sebagai Dekan Fak.Teknik UPRI
Makassar
3. Bapak Ir. H. I Made Darma, M.T sebagai Ketua Jurusan
Fak.Teknik UPRI Makassar sekaligus sebagai Pembimbing I
4. Bapak Ir. H. Baso Junain, MM selaku pembimbing II Yang
membimbing dan mengarahkan dalam upaya penyususnan
skripsi sampai tahap penyelesaian
5. Seluruh dosen pengajar dan Staf pegawai FakultasTeknik yang
selalu sabar dalam melayani kami.
6. Bapak Nurtyas Mudadi selaku KepalaTeknik Tambang (KTT)
PT. Sumbawa Timur Mining (STM) yang telah menerima penulis
untuk melaksanakan penelitian Tugas Akhir.
7. Para Karyawan Coreshed dan Core show PT. STM
8. Seluruh Direksi dan Staf PT.SumbawaTimur Mining (STM)
9. Teman-teman seperjuangan Angkatan “2012” dan seluruh
rekan–rekan teknik pertambangan yang selalu
memberikan dorongan moral demi terselesainya penyusunan
Laporan Tugas Akhir ini.
Wasalamualaikum Wr…Wb
PENULIS
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................. i
daftar lampiran..........................................................................................xi
iv
2.2.1 Pengertian Eksplorasi .......................................................... 11
v
4.2.2 Drill site ................................................................................ 30
vi
4.10.6 Pemotretan/Dokumentasi ..................................................... 42
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
sekitar. Dengan kegiatan pengeboran ini diharapkan dapat memberikan
informasi yang berharga demi kelangsungan kegiatan eksplorasi ini dan
juga diharapkan bahwa kegiatan ini akan mengurangi dampak negatif dari
pembukaan lahan nantinya jika memang daerah ini prospek untuk
ditambang.
2
4. Preparasi yang dilakukan adalah sampel endapan tembaga dan
sesuai dengan mekanisme dan prosedur yang berlaku pada PT.
Sumbawa Timur Mining (STM).
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
4
wilayahnya 2.321,55 km2 dan jumlah penduduknya sekitar 200.000
jiwa.Kabupaten Dompu berbatasan dengan Kabupaten Sumbawa dan
Teluk Saleh di Barat,Kabupaten Bima di Utara dan Timur serta Samudra
Hindia di Selatan.
Desa Hu’u kawasan ini memiliki pantai yang disebut Pantai Lakey
yang menghadap Samudra Hindia dan popular sebagai tempat wisata
bahari terutama olahraga selancar.
5
penduduk pada tahun 2010 Kabupaten Dompu yang terdiri dari 8
kecamatan memiliki penduduk sekitar 200.000 jiwa.dengan luas wilayah
2.321,55 km2 dan diDesa Hu’u, Kecematan Hu’u Kabupaten Dompu
mempunyai jumlah penduduk 16.050 jiwa.
6
Data Curah Hujan Staging
7
tempuh ± 1 jam, dan dilanjutkan dengan menggunakan roda empat dari
Bima-Hu’u dengan lama perjalanan ± 2 jam.
a. Satuan breksi
8
tufan (Tms) dan satuan Batu gamping (Tml) Diatasnya secara tidak
selaras terendapkan satuan batu gamping koral (Tmcl)
Tersusun oleh batu gamping dan batu pasir serta rombakan batuan
gunung api gampingan.Satuan ini memiliki lapisan yang baik dan
mengandung fosil lepidocyclina sp.Dan Miogypsina sp.yang menunjukan
umur Miosen Awal (Kadar ,1972,laporan tertulis ).Satuan ini tersebar
pada bagian tengah pulau dan pulau-pulau kecil disebelah timur,serta
menjadi lensa-lenza dalam satuan batupasir tufan ( Tms) dan satuan
breksi –tuf (Tmv).Satuan ini menjemari dengan satuan batu pasir tufan
(Tms),dan tidak selaras satuan batu gamping koral (Tmcl )
9
Globigerlnoldes sp, yang menujukan umur Miosen tengah. Satuan ini
tersebar pada bagian barat lembar.
10
konglimerat,batu pasir,dan lapisan tipis pasir magnesit kadar
(1972,laporan tertulis ) menemukan Globorotalia tosaensis
TAKANAYAGI & SAITO dan Globoratalia truncatulinoides
(d’ORBIGNY)yang menunjukan umur Miosen Akhir-Plistosen.Kumpulan
fosil tersebut diduga merupakan hasil ‘’reworked’’
11
2.2.3 Tahapan Eksplorasi
Tahapan eksplorasi dilakukan melalui :
1. Tahap Eksplorasi Pendahuluan
Menurut White (1997), dalam tahap eksplorasi pendahuluan ini
tingkat ketelitian yang diperlukan masih kecil sehingga peta-peta yang
digunakan dalam eksplorasi pendahuluan juga berskala kecil 1 : 50.000
sampai 1 : 25.000. Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini
adalah :
a. Survey Tinjau
Dalam tahap ini, sebelum memilih lokasi-lokasi eksplorasi dilakukan
studi terhadap data dan peta-peta yang sudah ada (dari survei-survei
terdahulu), catatan-catatan lama, laporan-laporan temuan dll, lalu dipilih
daerah yang akan disurvei. Setelah pemilihan lokasi ditentukan langkah
berikutnya, studi faktor-faktor geologi regional dan provinsi metalografi dari
peta geologi regional sangat penting untuk memilih daerah eksplorasi,
karena pembentukan endapan bahan galian dipengaruhi dan tergantung
pada proses-proses geologi yang pernah terjadi, dan tanda-tandanya
dapat dilihat di lapangan.
12
sesar dan tanda-tanda lainnya. Hal-hal penting tersebut harus diplot pada
peta dasar dengan bantuan alat-alat seperti kompas geologi, inklinometer,
altimeter, serta tanda-tanda alami seperti bukit, lembah, belokan sungai,
jalan, kampung, dll. Dengan demikian peta geologi dapat dilengkapi atau
dibuat baru (peta singkapan).
Tanda-tanda yang sudah diplot pada peta tersebut kemudian
digabungkan dan dibuat penampang tegak atau model penyebarannya
(model geologi). Dengan model geologi hepatitik tersebut kemudian
dirancang pengambilan conto dengan cara acak, pembuatan sumur uji
(testpit), pembuatan paritan (trenching), dan jika diperlukan dilakukan
pemboran. Lokasi-lokasi tersebut kemudian harus diplot dengan tepat di
peta (dengan bantuan alat ukur, teodolit, BTM, dll.). Dari kegiatan ini akan
dihasilkan model geologi, model penyebaran endapan, gambaran
mengenai cadangan geologi, kadar awal, dll. dipakai untuk menetapkan
apakah daerah survei yang bersangkutan memberikan harapan baik
(prospek) atau tidak. Kalau daerah tersebut mempunyai prospek yang baik
maka dapat diteruskan dengan tahap eksplorasi selanjutnya.
13
Pengetahuan atau data yang lebih akurat mengenai kedalaman,
ketebalan, kemiringan, dan penyebaran cadangan secara 3-Dimensi
(panjang-lebar-tebal) serta data mengenai kekuatan batuan sampling,
kondisi air tanah, dan penyebaran struktur (kalau ada) akan sangat
memudahkan perencanaan kemajuan tambang, lebar/ukuran bahwa
bukaan atau kemiringan lereng tambang. Juga penting untuk
merencanakan produksi bulanan/tahunan dan pemilihan peralatan
tambang maupun prioritas bantu lainnya.
3. Studi Kelayakan
Pada tahap ini dibuat rencana produksi, rencana kemajuan
tambang, metode penambangan, perencanaan peralatan dan investasi
tambang. Dengan melakukan analisis ekonomi berdasarkan model, biaya
produksi penjualan dan pemasaran. Maka dapat diketahui cadangan
bahan galian itu dapat ditambang dengan menghasilkan keuntungan atau
tidak.
14
mungkin, namun demikian kegiatan pemboran dapat di hentikan jika telah
dapat mengetahui gambaran geologi permukaan dan mineralisasi bawah
permukaan secara menyeluruh.
15
Gambar 2.1 Mesin Bor
2. Pompa Fluida
Pada tahap pemboran, lumpur berfungsi sebagai sumber tenaga
untuk mensirkulasikan fluida bor.
16
Gambar 2.3 Pipa Bor
5. Menara bor
Menara bor berfungsi sebagai penyangga beban.
17
Gambar 2.5 Menara bor
6. Peralatan Pelengkap
Beberapa peralatan pelangkap yang sering dipakai dalam kegiatan
pemboran diantaranya meliputi:
- Water Swivel : Alat ini digunakan untuk melewatkan fluida seperti
air, lumpur, dari pompa menuju kedalam stang bor.
- Hoisting Water Swivel : Alat ini di desain untuk melewatkan air ke
dalam batang bor yang sedang berputar selama proses
pengangkatan dan penurunan.
- Hoisting Plug : Alat ini dihubungkan pada rope socket dan
digunakan ketika proses pengangkatan dan penurunan.
18
untuk mengangkat serbuk bor. Kemudian dengan berkembangnya
teknologi pemboran, lumpur pemboran mulai digunakan.
19
Pengintian dimulai segera setelah matabor mencapai beberapa
meter di atas target pengintian (bentuk pengintian setempat yang kurang
dapat dipercayai).
d. Pengintian Inti Terorientasi (Oriented Core Sample).
Dengan menggunakan alat tertentu, dimungkinkan dimana orientasi
kedudukan asli dari conto didalam tanah dapat ditentukan. Hal ini sering
dilakukan untuk mempelajari kedudukan struktur geologi dari lapisan
maupun dari rekahan atau jalur-jalur mineralisasi.
e. Perolehan Inti (Core Recovery).
Dalam operasi pengambilan inti pemboran tidak selalu seluruh
selang kedalaman dapat diwakili oleh panjang inti yang diperoleh. Hal ini
disebabkan kemungkinan gugurnya bahagian bawah dari inti sewaktu
diangkat dalam bumbung inti (core barrel). Besarnya perolehan inti (core
recovery) dinyatakan dalam persen (% core recovery), dengan mengukur
panjang conto inti yang diperoleh dan membandingkannya dengan
panjang bumbung. Perolehan inti yang buruk dapat disebabkan karena
adanya jalur-jalur retak atau keadaan batuan yang rapuh dan dapat
dipakai sebagai indikator untuk keadaan struktur dari batuan, dan
menggunakan bumbung inti yang diperbaiki seperti triple tube core-barrel.
20
3. Penentuan kedalaman serta selang-selang kedalaman dari
berbagai batas perubahan litologi lebih baik daripada serbuk
pemboran
2.2.12 Sampling
Sampling atau pengambilan sampel/contoh adalah tahap dari suatu
analisis, oleh karena itu pengambilan contoh ini dipilih seperlunya saja
tetapi representatif. Pengambilan contoh merupakan pekerjaan
pengambilan sebagian kecil dari material, sedemikian rupa sehingga
contoh mewakili sifat seluruh material tersebut. Didalam melakukan
pengambilan, lebih baik mengambil contoh beberapa kali dengan jumlah
21
kecil daripada mengambil contoh hanya sekali dengan jumlah yang
banyak.
22
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini dilakukan penyusunan usulan tugas akhir.
Sasaran utama studi pendahuluan ini adalah gambaran umum daerah
penelitian. Studi literatur dilakukan dengan mencari bahan-bahan
pustaka yang menunjang kegiatan penelitian, yang diperoleh dari :
a. Instansi terkait
b. Perpustakaan
c. Informasi penunjang lainnya
2. Pengamatan Lapangan
Pengamatan di lapangan ditujukan untuk mendapatkan data-
data yang diperlukan secara langsung di lapangan. Pengambilan data
dilakukan dengan pengamatan dan pengukuran.
23
3. Pengolahan Data
Pengolahan data hasil penelitian dilakukan dengan perhitungan
berdasarkan teori yang ada dan data hasil penelitian.
4. Analisa data
Dari rumusan-rumusan yang telah didapat kemudian dilakukan
analisa untuk menemukan jawaban atas pertanyaan perihal rumusan
dan hal-hal yang diperoleh dalam penelitian.
5. Kesimpulan
Hasil sintesis data keseluruhan dirangkum ke dalam laporan
tertulis untuk dipertanggungjawabkan dalam bentuk laporan hasil
penelitian tugas akhir.
24
Data Primer, yaitu data yang dikumpulkan baik melalui observasi
(pengamatan) maupun wawancara. Contohnya: data kedalaman
lubang bor, jenis pipa bor yang digunakan, serta kandungan mineral
yang terdapat dalam coring tersebut.
2. Data Sekunder, meliputi :
a. Gambaran umum daerah penyelidikan
Peta Lokasi perusahaan
Peta wilayah IUP
Kondisi geologi setempat
Data curah hujan
b. Keadaan umum perusahaan
Peralatan-peralatan yang digunakan
Kontraktor dan sub kontraktor
25
Mulai
Rumusan Masalah
Studi Literatur
Pengambilan Data
Data Sekunder
Data Primer
Peta Lokasi perusahaan
Kedalaman lubang bor.
Peta wilayah IUP
Jenis pipa bor yang Kondisi geologi setempat
digunakan. Data curah hujan
Kandungan mineral Kontraktor dan sub
yang terdapat dalam kontraktor
coring .tersebut.
Pengolahan Data
Selesai
Gambar 3.1.
26
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1.1 Eksplorasi
Peta Struktur
Pengambilan
Contoh soil Contoh Batuan
Studi Geologi
Detail
Kegiatan
Goefisika
Evaluasi Data
Pemboran
27
4.1.2 Pemboran
PERSIAPAN KESEHATAN
KEGIATAN KESELAMATAN
PEMBORAN KERJA
TAHAP AWAL
PEMBORAN
HASIL
PEMBORAN
PREPARASI
REKLAMASI
ANALISA DI
LABORATORIUM
28
4.2 Tahapan Persiapan Kegiatan Pemboran
29
Tahapan awal yang dilakukan oleh geologist dalam proses
pemboran adalah menentukan lokasi titik bor yang akan dilakukan proses
pemboran. Menentukan titik bor ini diintrusikan oleh geologist kepada
driller berdasarkan data peta topografi dan data survey yang meliputi
letak, nomor titik bor, dan elevasinya.Dalam penentuan titik bor terkadang
terdapat ketidak sesuaian antara data survei pada data topografi dengan
kondisi lapangan. Berdasarkan hal tersebut, maka geologist dituntut untuk
memperbaiki penentuan titik bor tersebut. Apabila penentuan titik bor
selesai, maka geologist memberikan surat perintah dimulainya
pengeboran.
Lokasi titik bor harus jauh dengan sungai ataupun anak sungai
minimal 50 m jaraknya
Apabila lokasi titik bor dalam keadaan miring atau bergelombang,
maka terlebih dahulu diratakan sesuai dengan keperluan.
30
4.2.4 Sarana pendukung lainnya
31
e. Pastikan posisi core box sebelum dimasukkan core sudah diberi
tanda atas dan bawahnya.
f. Posisi core searah.
g. Tuliskan kedalaman bor (dari–sampai) pada core box dengan posisi
kedalaman awal pada bagian core sebelah atas dan kedalaman
yang di capai pada posisi core sebelah bawah.
h. Tuliskan pada bagian muka core box, nomor box (Jumlah box yang
digunakan), kode titik bor, size penginti, dan tulis pada bagian
samping kedalaman bor (dari–sampai) dimana box penuh.
i. Tiap box terdiri dari beberapa alur penyimpanan core tergantung
jenis pipa yang digunakan. Apabila menggunakan jenis pipa PQ
maka jumlah jalurnya 3, HQ = 5 jalur, NQ = 7 jalur dan BQ = 9 jalur
dengan panjang isi 1 meter.
j. Tutup dan ikat core box dengan benar.
k. Masukkan Core box ke dalam basket yang selanjutnya dibawa ke
staging dengan menggunakan helikopter.
32
2. Sambungan di bawah permukaan tanah/casing : Bor posisi netral,
beri tanda pada rod sejajar permukaan tanah atau casing, angkat
rangakaian sampai terlihat sambungan, ukur dari batas sampai
sambungan. Hitung rangkaian rod dan core barel (rod bagian atas
diabaikan) dan jumlahkan dengan panjang rod hasil pengukuran
(pengukuran dari batas sampai sambungan), maka hasilnya adalah
kedalaman bor.
3. Sambungan di bawah spindle, di atas permukaan tanah atau casing
dalam perhitungan kedalaman dengan mengabaikan rod bagian
atas. Ukur dari sambungan ke permukaan tanah/casing. Jumlah
rangkaian rod dan core barel di kurangi hasil pengukuran, itulah
kedalaman bor.
33
No ALAT FUNGSINYA SPESIFIKASI
- Sebagai sumber
1. Mesin Bor tenaga LF 130F
- Memutar alat bor
34
2. Sloughing shale, dinding sumur disekitar lapisan shale (serpih)
mengembang sehingga menyempitkan atau menyumbat lubang
bor, pengembangan lapisan shale terjadi karena shale bereaksi
dengan air yang berasal dari lumpur pengeboran, kejadian ini dapat
mengakibatkan terjepitnya rangkaian pipa bor.
3. Lelehnya bit atau mata bor yan g dapat terjadi akibat kurang
lancarnya proses pelumasan atau putarannya terlalu tinggi.
4. Rod putus, putusnya rod dapat diakibatkan dari sloughing shale
yang mengakibatkan rod terjepit sedangkan putaran tidak
dihentikan.
5. Rangkaian pipa yang terjepit, hal ini dapat terjadi jika viskositas
diperbesar, tekanan fluida besar atau dapat pula disebabkan oleh
sloughing shale.
6. Hilang lumpur (mud loss) :
- Lumpur di dalam lubang sumur hilang atau masuk ke dalam lapisan
sebagian atau seluruhnya.
- Dapat terjadi karena berat jenis lumpur bor terlalu besar, sehingga
tekanan lumpur lebih besar dari tekanan lapisan.
- Hilangnya lumpur dapat diikuti oleh blow out.
35
Gambar 4.1 Camera Survey
36
perencanaan yang tepat dan komunikasi yang baik antar karyawan mulai
dari Rig Manager sampai dengan Roustabout dan pihak-pihak lainnya
yang terlibat dalam operasi pemboran.
37
Ear Plug dan Ear muff, untuk mengurangi intensitas bising yang
ada di lingkungan sekitar kerja yang dapat mengakibatkan penyakit
akibat kerja seperti mekanik, operator, driver, LCT.
Safety Gloves, untuk melindungi tangan dari panas, zat-zat yang
menyebabkan alergi dan permukaan kasar. Dipakai oleh karyawan
di bagian fabrikasi, mekanik, kantin, environment section.
Apron (Baju Las), untuk melindungi tubuh dari percikan bunga api,
radiasi panas yang dihasilkan oleh mesin las. Dipakai oleh
karyawan di bagian fabrikasi.
Safety Glassess (Kacamata), untuk melindungi mata dari efek glare
(Kesilauan) dan debu. Safety Glasses dipakai oleh karyawan yang
bekerja di area workshop (Fabrikasi dan mekanik) dan semua yang
memasuki area workshop wajib memakai kacamata.
38
4.9 Preparasi Sampel
Drill Site
Pencucian dan
Pengeringan
Loading Heli
Niton
Staging
Magsus
Coreshed
ASD Visual Strength
Preparasi
Pemotretan Weathering
Joint Description
Geotech
Vein Intensif
Logging Geologi
RQD Fracture
Sampling
Core Disking
Schmidt Hammer/
Poin load Test
Analisa Di Laboratorium 39
4.10.1 Pencucian dan Pengeringan
Setelah sample diterima dari drill site, langkah awal yang dilakukan
yaitu sampel dibersihkan dulu dari campuran material bor. Kemudian
dikeringkan di udara terbuka.
40
Niton adalah alat untuk mendeteksi unsur/elemen yang terkandung
dalam batuan khususnya mineral yang bersifat logam.
41
4.10.5 Mendeteksi adanya sifat magnet pada batuan dengan
menggunakan Magsus
Magsus adalah sebuah alat yang berfungsi untuk mengetahui
adanya sifat magnet pada batuan.
4.10.6 Pemotretan/Dokumentasi
Sebelum dilakukan proses sampling, terlebih dahulu sampel
tersebut dipotret guna sebagai dokumentasi perusahaan. Pemotretan
dilakukan dengan dua cara. Pertama, pemotretan dilakukan dengan
sampel dalam keadaan kering. Kedua , pemotretan dilakukan dengan
sampel dalam keadaan basah.
42
4.10.7 Menguji kekuatan dan kekerasan sampel (batuan) dengan
menggunakan Schmidt Hammer dan Point Load Test (PLT).
Shmidt Hammer dan Point Load Test (PLT) adalah sebuah alat
yang berfungsi untuk mengetahui kekuatan / kekerasan pada batuan,
namun perbedaannya adalah Shmidt Hammer bersifat manual sedangkan
Point Load Test (PLT) bersifat elektrik.
4.10.8 SG (Density)
Kegiatan ini dilakukan dengan dua cara, Pertama ditimbang untuk
mengetahui berat jenis sampel core. Kedua, dilakukan pengukuran
diameter sampel core guna untuk mengetahui diameternya.
.
43
Gambar 4.9. Proses Penimbangan
4.10.9 Sampling
Sampel terlebih dahulu dibelah (dengan menggunakan mesin)
kemudian setelah sampel dibelah hingga menjadi dua bagian, sampel
tersebut (sebelah) dimasukkan kedalam bungkusan kain yang
sebelumnya sudah diberikan kode (kedalamannya) lalu ditimbang dan
selanjutnya dianalasi di laboratorium untuk lebih lanjut dan sebelah nya
lagi disimpan sebagai dokumen cadangan perusahaan.
44
Gambar 4. 11 Proses Pemotongan
45
4.11 Lahan Bekas Lubang Bor
Sebelum operasi pemboran dan penentuan titik bor, lahan yang
menjadi sebagai lokasi titik bor tersebut akan dilakukan pembersihan (
pengupasan/penebangan pohon ).Pembersihan lahan lokasi titik bor
dilakukan sesuai dengan kebutuhan kegiatan pengeboran ( seperti drill
site, waterline, dll ) dan ketentuan, baik dari segi lingkungan ( kerusakan )
maupun safety. Sehingga dalam proses pembersihan lahan titik bor harus
sesuai dengan aturan atau standar operasi prosedur (SOP) nya masing-
masing. Selain dari segi safety perusahaan pun akan mempertimbangkan
dalam hal pembersihan lahan, karena setiap penebangan pohon yang di
lakukan perusahaan harus membayarnya ( per satuan pohon ) kepada
pemerintah sehingga dalam hal ini pihak perusahaan pun tidak mau
mengeluarkan biaya yang besar.
46
Gambar 4.13 Proses Penanaman Pohon/Penghijauan
47
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
48
3. Mendeteksi kandungan mineral dan jenis lempung pada batuan
dengan menggunakan ASD.
4. Pemotretan/dokumentasi
5. Geotech
6. Loging geologi
7. Sampling
8. Analisa di laboratorium.
5.2 Saran
49
DAFTAR PUSTAKA
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi