Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

I.1

Latar Belakang
Eksplorasi (exploration) adalah suatu aktivitas untuk mencari tahu

(searching) atau perjalanan untuk mengungkap (discovery) keadaan suatu


daerah, ruang ataupun suatu wilayah yang sebelumnya tidak diketahui
keberadaannya, baik fisik maupun non fisik (misalnya: pengetahuan).
Sementara itu, objek geologi tidak terbatas pada cebakan mineral,
batubara, minyak dan gas bumi. Objek geologi pula meliputi gejala atau
fenomena yang berdampak negatif bagi kehidupan manusia.
Eksplorasi mineral secara singkat dibatasi sebagai proses yang
dilakukan oleh suatu badan usaha, kemitraan atau korporasi dengan tujuan
untuk menemukan bijih (konsentrasi mineral yang bernilai ekonomis)
untuk ditambang. Metode eksplorasi dalam eksplorasi mineral adalah
metode eksplorasi yang secara fisik menentukan langsung ataupun tidak
langsung keberadaan

suatu

gejala

geologi

yang

dapat berupa tubuh

suatu endapan mineral ataupun satu atau lebih petunjuk geologi .


Metode dalam eksplorasi dapat digolongkan dalam dua kelompok
besar, yaitu:
1. Metode tidak langsung, yang terdiri atas :
Metode tidak langsung dengan menggunakan teknologi satelit

atau pengindraan jarak jauh.


Metode tidak langsung carageokimia, mencakup: geokimia
batuan dasar (bed rock), soil, air, vegetasi dan endapan sungai

(stream deposit).
Metode tidak langsung cara geofisika, mencakup metodemetode: magnetik, gravitasi, seismik, geolistrik (resistivity) dan
radioaktif. Metode geolistrik dan radiokatif masih jarang
digunakan

karena

relatif

lebih

mahal

dan

lebih

rumit

penggunaannya dibandingkan dengan metode-metode lainnya.


2. Metode langsung yang terdiri atas :
Metode langsung di permukaan, dan
Metode langsung di bawah permukaan
Eksplorasi
untuk

sumber

mengetahui

daya

geologi

dimaksudkan sebagai

usaha

keberadaan suatu objek geologi, meliputi eksplorasi


1

mineral dan sumber daya energi, oleh karena itu perlu dilakukan kegiatan
eksplorasi untuk dapat menentukan lokasi yang bersifat ekonomis dan layak
untuk diolah (eksploitasi).
I.2

Batasan Masalah
Batasan masalah pada makalah ini meliputi penjelasan mengenai

pemetaan geologi atau alterasi pada eksplorasi langsung, traching float,


paritan, sumur uji, dan metode sampling.
I. 3

Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan dari makalah ini untuk menjelaskan bagian

bagian dari metode eksplorasi langsung yaitu; pemetaan geologi atau


alterasi pada eksplorasi langsung, traching float, paritan, sumur uji, metode
sampling, dan pemboran eksplorasi pada eksplorasi langsung.

BAB II
ISI

Metode Eksplorasi Langsung


Metode

eksplorasi

langsung

mempunyai

pengertian

bahwa

pengamatan dapat dilakukan dengan kontak visual dan fisik dengan kondisi
permukaan/bawah permukaan, terhadap endapan yang dicari, serta dapat
dilakukan deskripsi megaskopis/mikroskopis, pengukuran, dan sampling
terhadap objek yang dianalisis. Begitu juga dengan interpretasi yang
dilakukan, dapat berhubungan langsung dengan fakta-fakta dari hasil
pengamatan lapangan. Metode eksplorasi langsung ini dapat dilakukan
(diterapkan) pada sepanjang kegiatan eksplorasi (tahap awal sampai
dengan detail).

Beberapa metode (aspek) yang akan dipelajari sehubungan


dengan Metode Eksplorasi Langsung ini adalah:

Pemetaan geologi/alterasi.

Tracing float, paritan, dan sumur uji.

Sampling (pengambilan dan preparasi conto).

Pemboran eksplorasi dan sampling pemboran.

2.1

Pemetaan Geologi atau Alterasi


Pemetaan geologi merupakan suatu kegiatan pendataan informasi-

informasi geologi permukaan dan menghasilkan suatu bentuk laporan


berupa

peta

geologi

yang

dapat

memberikan

gambaran

mengenai

penyebaran dan susunan batuan (lapisan batuan), serta memuat informasi


gejala-gejala

struktur

geologi

yang

mungkin

mempengaruhi

pola

penyebaran batuan pada daerah tersebut. Selain pemetaan informasi


geologi,

pada

kegiatan

ini

juga

sekaligus

memetakan

tanda-tanda

mineralisasi yang berupa alterasi mineral.


Tingkat ketelitian dan nilai dari suatu peta geologi sangat tergantung
pada informasi-informasi pengamatan lapangan dan skala pengerjaan peta.
Skala peta tersebut mewakili intensitas dan kerapatan data singkapan yang
diperoleh

yang

diperoleh.

Tingkat

ketelitian

peta

geologi

ini

juga
3

dipengaruhi oleh tahapan eksplorasi yang dilakukan. Pada tahap eksplorasi


awal, skala peta 1 : 25.000 mungkin sudah cukup memadai, namun pada
tahap prospeksi s/d penemuan, skala peta geologi sebaiknya 1 : 10.000
sampai dengan 1 : 2.500.
Contoh dari pemetaan eksplorasi dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.1 Contoh Peta Geologi (Farida,et all, 2006)

2.2

Singkapan
Singkapan atau outcrop adalah bagian dari batuan dasar yang

muncul di permukaan akibat proses secara fisika atau erosi, sebagai akibat
adanya pengikisan oleh gaya gaya yang bekerja pada lapisan penutupnya.
Oleh karena itu, singkapan biasanya tidak menerus, sehingga diperlukan
suatu dasardasar geolgi agar dapat menghubungkan suatu singkapan
dengan yang lainnya, sehingga akhirnya menghasilkan suatu gambaran
lengkap yang menyeluruh dan utuh mengenai keadaan geologi wilayah
4

tersebut. Di daerah tropis seperti Indonesia, singkapan dapat jarang atau


kurang, karena tertutup oleh Tanah pelapukan yang tebal Hutan tropis yang
lebat tanah garapan dan lain lain.
Diatas permukaan Bumi, tempat tempat dimana singkapa bisa
ditemuakan di:
1. Sungai ( terutama kelokan sungai), dimana pengikisan cukup intensif
2. Puncak bukit
3. Tempattempat dimana terdapat kegiatan manusia seperti;
pembuatan bangunan, penggalian, dan lain sebagainya.
4. Pada dinding lembah, dimana tanah dapat dikikis oleh air limpasan.
Karena sifat singkapan yang tidak menerus, maka dalam melakukan
pengamatan harus dilakukan dengan teliti sehingga setiap gejala yang ada
dapat teramati dan dimanfaatkan. Dengan begitu, maka akan lebih mudah
untuk dapat menghubungkan geologi yang satu dengan yang lain.
Pengamatan-pengamatan yang dapat dilakukan pada suatu lain singkapan
yaitu :
1. Pengukuran

jurus

dan

kemiringan

(strike

&dip)

lapisan

yang

tersingkap.
2. Pengukuran dan pengamatan struktur-struktur geologi (minor atau

major) yang ada.


3. Pemerian (deskripsi) singkapan, meliputi kenampakan megaskopis,

sifat-sifat

fisik,

tekstur,

mineral-mineral

utama/sedikit/aksesoris,

fragmen-fragmen, serta dimensi endapan.


2.3

Lintasan (Traversel)
Dalam melakukan pemetaan geologi yang sistematis, dibutuhkan

lintasan-lintasan

pengamatan

yang

dapat

mencakup

seluruh

daerah

pemetaan. Perencanaan lintasan sebaiknya dilakukan setelah gambaran


umum seperti kondisi geologi regional dan geomorfologi daerah diketahui,
agar lintasan yang direncanakan tersebut efektif dan representatif.
Pada prinsipnya, lintasan-lintasan yang dibuat pada aliran-aliran
sungai atau jalur-jalur kikisan yang memotong arah umum perlapisan,
dengan tujuan dapat memperoleh variasi litologi (batuan). Kadang-kadang
juga

diperlukan

lintasan-lintasan

yang

searah

dengan

jurus

umum

perlapisan dengan tujuan dapat mengetahui kemenerusan lapisan. Secara


umum lintasan (traverse ) pemetaan ada 2 (dua), yaitu lintasan terbuka dan
5

lintasan tertutup. Lintasan terbuka mempunyai titik awal dan titik akhir
yang tidak sama, sedangkan lintasan tertutup bersifat loop (titik awal dan
titik akhir sama). Namun yang perlu (penting) diperhatikan, informasiinformasi yang diperoleh dari lintasan-lintasan yang dibuat dapat digunakan
sebagai dasar dalam melakukan korelasi (interpretasi) batas satuan-satuan
litologi.
Selain itu, ada juga metode pemetaan yang dikenal sebagai lintasan
kompas

dan

pengukuran

penampang

stratigrafi.

Lintasan

kompas

(measured section atau tali kompas) dilakukan dengan tujuan membuat


penampang (topografi dan litologi) di sepanjang lintasan. Sedangkan
pengukuran penampang stratigrafi dilakukan untuk mengetahui ketebalan,
struktur perlapisan, variasi satuan litologi, atau mineralisasi dengan detail
(rinci). Umumnya pengukuran penampang stratigrafi dilakukan pada salah
satu lintasan kompas yang dianggap paling lengkap memuat informasi
litologi keseluruhan wilayah.
2.4

Interpretasi dan Informasi Data


Informasi-informasi

yang

dapat

dipelajari

atau

dihasilkan

dari

kegiatan pemetaan geologi/alterasi antara lain:

Posisi atau letak singkapan (batuan, urat, atau batubara).

Penyebaran, arah, dan bentuk permukaan dari endapan, bijih, atau


batubara.

Penyebaran dan pola alterasi yang ada.

Variasi, kedudukan, kontak, dan ketebalan satuan litologi (stratigrafi


atau formasi).

Struktur geologi yang mempengaruhi kondisi geologi daerah.

Informasi-informasi pendukung lainnya seperti geomorfologi, kondisi


geoteknik dan hidrologi.

Bangunan-bangunan.

Sedangkan dalam melakukan interpretasi tersebut, beberapa kaidah dasar


geologi perlu diperhatikan, antara lain:

Efek fisiografis; berhubungan dengan topografi dan morfologi.

Zona-zona

mineralogis;

berhubungan

dengan

batas

zona

endapan/bijih, zona pelapukan, dan zona (penyebaran) alterasi.

Aspek stratigrafi dan litologi; berhubungan dengan perlapisan batuan,


zona-zona intrusi, dan proses sedimentasi.

Aspek struktur; berhubungan dengan ketidak selarasan, patahan,


lipatan, zona kekar, kelurusan-kelurusan, dll.

Dari hasil pemetaan geologi/alterasi yang baik, maka dapat memberikan


manfaat antara lain:

Daerah (zona) pembawa bijih (zona endapan) dapat diketahui


(diperkirakan).

Dapat disusun model geologi endapan yang bersangkutan.

Pekerjaan eksplorasi yang berlebihan (di luar zona bijih/endapan)


dapat dihindarkan (efisiensi).

Daerah-daerah yang belum dieksplorasi (dipelajari) dapat diketahui


dengan pasti.

Interpretasi dan informasi data dari pemetaan geologi dinyatakan pada


gambar berikut:

Gambar 2.2 Interpretasi dan informasi data dari pemetaan geologi


2.5

Tracing , Paritan, dan Sumur Uji


Selain

singkapan,

pemetaan
penyusuran

geologi

melalui

(pencarian)

pengamatan

lokasi

endapan

(pendiskripsian)

bijih

dapat

juga

dilakukan dengan tracing float, paritan atau sumur uji. Secara teoritis,
dengan melakukan kombinasi kegiatan antara pemetaan geologi, tracing
float, paritan, dan sumur uji dengan mengumpulkan petunjuk-petunjuk ke
arah bijih, maka lokasi endapan dapat diketahui.
2.5.1 Tracing Float
Tracing Float yaitu metode untuk menemukan letak sumber serpihan
mineral (mineral cuts = float) yang umumnya berupa urat bijih (vein)
endapan primer di tempat-tempat yang elevasinya tinggi. Caranya adalah
dengan mencari serpihan atau potongan mineral-mineral berharga (emas,
intan, kasiterit, dll) yang keras, tidak mudah larut dalam asam maupun basa
lemah dan memiliki berat jenis yang tinggi dimulai dari kelokan di hilir
sungai. Pada kelokan sungai sebelah dalam diambil beberapa genggam
endapan pasir lalu dicuci dengan dulang atau lenggang. Selanjutnya
pencarian serpihan itu dilakukan ke kiri-kanan tepian sungai dengan cara
mendulang tumpukan pasir yang ada di tepian sungai tersebut. Pekerjaan
ini diteruskan ke lereng-lereng bukit disertai dengan penggalian sumur uji
dan parit uji sampai serpihan itu menghilang dan sumber serpihan yang
berupa endapan primer itu ditemukan. Tetapi mungkin juga sumber
serpihan mineral berharga itu tidak ditemukan.
Gambar alat yang di gunakan (panning) dan bentuk-bentuk lenggang dan
serpihan mineral pada kelokan sungai dinyatakan dalam gambar berikut:

Gambar 2.3 Alat yang digunakan (panning) dan Bentuk-bentuk lenggang dan
serpihan mineral pada kelokan sungai

2.5.2 Trenching (Parit Uji)


Pada dasarnya maksud dan tujuannya dari pembuatan parit uji
adalah untuk mencari sumber dan membuktikan keterdapatan badan bijih
dari suatu endapan. Parit uji digali memanjang di permukaan bumi dengan
bentuk

penampang

trapesium

dengan

kedalam

tertentu,

sedang

panjangnya tergantung dari lebar atau tebal singkapan endapan bahan


galian yang sedang dicari dan jumlah (volume) conto batuan (samples)
yang ingin diperoleh. Apabila jumlah parit uji yang dibuat banyak dan
daerahnya mudah dijangkau oleh peralatan mekanis, maka penggalian parit
uji dapat dilakukan dengan dragline atau hydraulic excavator (backhoe).

Gambar 2.4Trenching (Parit Uji)


Untuk menemukan urat bijih yang tersembunyi di bawah material
penutup sebaiknya digali dua atau lebih parit uji yang saling tegak lurus
arahnya agar kemungkinan untuk menemukan urat bijih itu lebih besar. Bila
kebetulan kedua parit uji itu dapat menemukan singkapan urat bijihnya,
maka

jurusnya

(strike)

dapat

segera

ditentukan.

Selanjutnya

untuk

menentukan bentuk dan ukuran urat bijih yang lebih tepat dibuat parit-parit
uji yang saling sejajar dan tegak lurus terhadap jurus urat bijihnya.
2.5.3 Sumur Uji
Untuk memperoleh bukti mengenai keberadaan suatu endapan bahan
galian di bawah tanah dan mengambil contoh batuan (rock samples)-nya
biasanya digali sumur uji (test pit) dengan mempergunakan peralatan
sederhana seperti cangkul, linggis, sekop, pengki. Bentuk penampang
sumur uji bisa empat persegi panjang, bujur sangkar, bulat atau ellips yang
kurang sempurna. Tetapi bentuk penampang yang paling sering dibuat
adalah empat persegi panjang; ukurannya berkisar antara 75 x 100 cm
sampai

150

200

cm.

Sedangkan

kedalamannya

tergantung

dari

kedalaman endapan bahan galiannya atau batuan dasar (bedrock)-nya dan


kemantapan

(kestabilan)

dinding

sumur

uji.

Bila

tanpa

penyangga

kedalaman sumur uji itu berkisar antara 4 - 5 m.


Agar dapat diperoleh gambaran yang representatif mengenai bentuk
dan letak endapan bahan secara garis besar, maka digali beberapa sumur
uji dengan pola yang teratur seperti persegi panjang atau bujur sangkar
10

(pada sudut-sudut pola tersebut digali sumur uji) dengan jarak-jarak yang
teratur pula (100 - 500 m), kecuali bila keadaan lapangan atau topografinya
tidak memungkinkan. Dengan ukuran, kedalaman dan jarak sumur uji yang
terbatas tersebut, maka volume tanah yang digali juga terbatas dan luas
wilayah yang rusak juga sempit. Macam-macam bentuk penampang sumur
uji digambarkan pada gambar berikut:

Gambar 2.5 Macam bentuk penampang sumur uji


2.6

Metode Sampling
Sampling atau pengambilan conto adalah dasar daripada suatu

pekerjaan eksplorasi. Yang disebut sampling adalah suatu proses untuk


mendapatkan sebahagian hasil dari suatu massa yang besar dan cukup
representatif untuk mewakili massa asli.
Yang perlu diperhatikan dari penggunaan metode sampling ini adalah:
1.

Pekerjaan ini perlu dilakukan untuk mengetahui kesamaan dari pada

assay.
2.

Mengetahui sifat fisis dari pada batuan untuk menentukan sistem


penambangan yang akan digunakan.

2.6.1 Konsep Sampling


Sampel (conto) merupakan satu bagian yang representatif atau satu
bagian dari keseluruhan yang bisa menggambarkan berbagai karakteristik
untuk

tujuan

inspeksi

atau

menunjukkan

bukti-bukti

kualitas,

dan

merupakan sebagian dari populasi stastistik dimana sifat-sifatnya telah


dipelajari untuk mendapatkan informasi keseluruhan.
Secara spesifik, conto dapat dikatakan sebagai sekumpulan material yang
dapat mewakili jenis batuan, formasi, atau badan bijih (endapan) dalam arti
kualitatif dan kuantitatif dengan pemerian (deskripsi) termasuk lokasi dan
11

komposisi dari batuan, formasi, atau badan bijih (endapan) tersebut. Proses
pengambilan conto tersebut disebut sampling (pemercontoan).
Sampling dapat dilakukan karena beberapa alasan (tujuan) maupun tahapan
pekerjaan (tahapan eksplorasi, evaluasi, maupun eksploitasi).
1. Selama

fase

eksplorasi

sampling

dilakukan

pada

badan

bijih

(mineable thickness) dan tidak hanya terbatas pada zona mineralisasi


saja, tetapi juga pada zona-zona low grade maupun material barren,
dengan tujuan untuk mendapatkan batas yang jelas antara masingmasing zona tersebut.
2. Selama fase evaluasi, sampling dilakukan tidak hanya pada zona

endapan, tapi juga pada daerah-daerah di sekitar endapan dengan


tujuan

memperoleh

informasi

lain

yang

berhubungan

dengan

kestabilan lereng dan pemilihan metode penambangan.


3. Sedangkan selama fase eksploitasi, sampling tetap dilakukan dengan

tujuan kontrol kadar (quality control) dan monitoring front kerja


(kadar pada front kerja yang aktif, kadar pada bench open pit, atau
kadar pada umpan material).
Pemilihan metode sampling dan jumlah conto yang akan diambil tergantung
pada beberapa faktor, antara lain:
1. Tipe endapan, pola penyebaran, serta ukuran endapan.
2. Tahapan pekerjaan dan prosedur evaluasi,
3. Lokasi pengambilan conto (pada zona mineralisasi, alterasi, atau

barren),
4. Kedalaman pengambilan conto, yang berhubungan dengan letak dan

kondisi batuan induk.


5. Anggaran untuk sampling dan nilai dari bijih.

Beberapa kesalahan yang mungkin terjadi dalam sampling, antara lain:


1. Salting, yaitu peningkatan kadar pada conto yang diambil sebagai

akibat masuknya material lain dengan kadar tinggi ke dalam conto.


2. Dilution, yaitu pengurangan kadar akibatnya masuknya waste ke

dalam conto.
3. Erratic

high

assay,

yaitu

kesalahan

akibat

kekeliruan

dalam

penentuan posisi (lokasi) sampling karena tidak memperhatikan


kondisi geologi.

12

4. Kesalahan dalam analisis kimia, akibat conto yang diambil kurang

representatif.
Secara umum, dalam pemilihan metode sampling perlu diperhatikan
karakteristik endapan yang akan diambil contonya. Bentuk keterdapatan
dan morfologi endapan akan berpengaruh pada tipe dan kuantitas sampling.
Aspek karakteristik endapan untuk tujuan sampling ini dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a.

Pada endapan berbentuk urat


1. Komponen mineral atau logam tidak tersebar merata pada badan

urat.
2. Mineral

bijih dapat berupa kristal-kristal yang kasar sehingga

diperlukan sampel dengan volume yang besar agar representatif.


3. Kebanyakan urat mempunyai lebar yang sempit (jika dibandingkan

dengan bukaan stope) sehingga rentan dengan dilution.


4. Kebanyakan urat berasosiasi dengan sesar, pengisi rekahan, dan

zona geser (regangan), sehingga pada kondisi ini memungkinkan


terjadinya efek dilution pada batuan samping, sehingga batuan
samping perlu dilakukan sampling.
5. Perbedaan assay (kadar) antara urat dan batuan samping pada

umumnya tajam,

berhubungan dengan kontak dengan batuan

samping, impregnasi pada batuan samping, serta pola urat yang


menjari (bercabang), sehingga dalam sampling perlu dicari dan
ditentukan batas vein yang jelas.
6. Fluktuasi ketebalan urat sulit diprediksi, dan mempunyai rentang

yang

terbatas,

serta

mempunyai

kadar

yang

sangat

erratic

(acak/tidak beraturan) dan sulit diprediksi, sehingga diperlukan


sampling dengan interval yang rapat.
7. Kebanyakan urat relatif keras dan bersifat brittle, sehingga cukup

sulit untuk mencegah terjadinya bias akibat variabel kuantitas per


unit panjang sulit dikontrol.
8. Sampling lanjutan kadang-kadang terbatas terhadap jarak (interval),

karena pada umumnya harus dilanjutkan melalui pemboran inti.


b.

Pada endapan stratiform


Endapan stratiform disini termasuk endapan-endapan logam dasar
yang terendapkan selaras/sejajar dengan bidang perlapisan satuan
13

litologi (litofasies), dimana mineral bijih secara lateral dikontrol oleh


bidang perlapisan atau bentuk-bentuk sedimen yang lain (sedimentary
hosted). Karakteristik umum tipe endapan ini yang berhubungan
dengan metode sampling antara lain:
1. Mempuyai ketebalan yang cukup besar.
2. Mempunyai penyebaran lateral yang cukup luas.
3. Kadang-kadang diganggu oleh struktur geologi atau tektonik yang

kuat, sehingga dapat menimbulkan masalah dalam sampling.


4. Arah kecenderungan kadar relatif seragam dan dapat diprediksi,

namun kadang-kadang dapat terganggu oleh adanya remobilisasi,


metamorfisme, atau berbentuk urat.
5. Perubahan-perubahan gradual atau sistematis dalam kadar harus

diikuti oleh perubahan dalam interval sampling.


6. Dalam beberapa kondisi mungkin terdapat mineralisasi yang berbutir

halus dan kemudian berpengaruh pada besar volume material yang


dilakukan sampling.
7. Pada tipe hosted by meta-sediment, perlu diperhatikan variabel

ukuran conto akibat perubahan ukuran, kekerasan batuan, atau


nugget effect.
8. Setempat dapat terjadi perubahan kadar yang moderat dan dapat

menyebabkan kesalahan pada sampling yang signifikan.


9. Cut off kadar dapat gradasional (tidak konstan).

c.

Pada endapan sedimen


Pada tipe endapan ini, termasuk endapan batubara, ironstones, potash,
gipsum, dan garam, yang mempunyai karakteristik:
1. Mempuyai kontak yang jelas dengan batuan samping.
2. Mempunyai fluktuasi perubahan indikator kualitas yang bersifat

gradual.
3. Sampling sering dikontrol oleh keberadaan sisipan atau parting dalam

batubara, sehingga interval sampling lebih bersifat ply per ply.


4. Perubahan (variasi) ketebalan

lapisan yang cenderung gradual,

sehingga anomali-anomali yang ditemukan dapat diprediksi lebih


awal (washout, sesar, perlipatan, dll.), sehingga pola dan kerapatan
sampling disesuaikan dengan variasi yang ada.

14

5. Rekomendasi

pola sampling (strategi sampling) adalah dengan

interval teratur secara vertikal, bed by bed (atau ply by ply), atau jika
relatif homogen dapat dilakukan secara komposit.
d.

Pada endapan porfiri


Karakteristik umum dari tipe endapan ini yang perlu diperhatikan
adalah:
1. Mempuyai

dimensi

yang

besar,

sehingga

sampling

lebih

diprioritaskan dengan pemboran inti (diamond atau percussion).


2. Umumnya berbentuk non-tabular, umumnya mempunyai kadar yang

rendah dan bersifat erratic, sehingga kadang-kadang dibutuhkan


conto dalam jumlah (volume) yang besar, sehingga kadang-kadang
dilakukan sampling melalui winze percobaan, adit eksplorasi, dan
paritan.
3. Zona-zona

mineralisasi

mempunyai

pola

dan

variabilitas

yang

beragam, seperti tipe disseminated, stockwork, vein, atau fissure,


sehingga perlu mendapat perhatian khusus dalam pemilihan metode
sampling.
4. Keberadaan zona-zona pelindian atau oksidasi, zona pengkayaan

supergen, dan zona hipogen, juga perlu mendapat perhatian khusus.


5. Mineralisasi

dengan

kadar

hipogen

yang

relatif

tinggi

sering

terkonsentrasi sepanjang sistem kekar sehingga penentuan orientasi


sampling dan pemboran perlu diperhatikan dengan seksama.
6. Zonasi-zonasi

internal

(alterasi

batuan

samping)

harus

selalu

diperhatikan dan direkam sepanjang proses sampling.


7. Variasi dari kerapatan pola kekar akan mempengaruhi kekuatan

batuan,

sehingga

interval

(kerapatan)

sampling

akan

sangat

membantu dalam informasi fragmentasi batuan nantinya.


2.6.2 Grab Sampling
Secara umum, metode grab sampling ini merupakan teknik sampling
dengan cara mengambil bagian (fragmen) yang berukuran besar dari suatu
material (baik di alam maupun dari suatu tumpukan) yang mengandung
mineralisasi secara acak (tanpa seleksi yang khusus). Tingkat ketelitian
sampling pada metode ini relatif mempunyai bias yang cukup besar.

15

Beberapa kondisi pengambilan conto dengan teknik grab sampling ini


antara lain:
1. Pada tumpukan material hasil pembongkaran untuk mendapatkan
gambaran umum kadar.
2. Pada material di atas

dump truck atau

belt conveyor

pada

transportasi material, dengan tujuan pengecekan kualitas.


3. Pada fragmen material hasil peledakan pada suatu muka kerja untuk
memperoleh kualitas umum dari material yang diledakkan.
2.6.3 Bulk Sampling
Bulk sampling (conto ruah) ini merupakan metode sampling dengan
cara mengambil material dalam jumlah (volume) yang besar, dan umum
dilakukan

pada

semua

fase

kegiatan

(eksplorasi

sampai

dengan

pengolahan). Pada fase sebelum operasi penambangan, bulk sampling ini


dilakukan untuk mengetahui kadar pada suatu blok atau bidang kerja.
Metode bulk sampling ini juga umum dilakukan untuk uji metalurgi dengan
tujuan

mengetahui

recovery

(perolehan)

suatu

proses

pengolahan.

Sedangkan pada kegiatan eksplorasi, salah satu penerapan metode bulk


sampling ini adalah dalam pengambilan conto dengan sumur uji.
2.6.4 Chip Sampling
Chip sampling (conto tatahan) adalah salah satu metode sampling
dengan cara mengumpulkan pecahan batuan (rock chip) yang dipecahkan
melalui suatu jalur (dengan lebar 15 cm) yang memotong zona mineralisasi
dengan menggunakan palu atau pahat. Jalur sampling tersebut biasanya
bidang horizontal dan pecahan-pecahan batuan tersebut dikumpulkan
dalam suatu kantong conto. Kadang-kadang pengambilan ukuran conto
yang seragam (baik ukuran butir, jumlah, maupun interval) cukup sulit,
terutama pada urat-urat yang keras dan brittle (seperti urat kuarsa),
sehingga dapat menimbulkan kesalahan seperti oversampling (salting) jika
ukuran fragmen dengan kadar tinggi relatif lebih banyak daripada fragmen
yang low grade.
2.6.5 Channel Sampling
16

Channel sampling adalah suatu metode (cara) pengambilan conto


dengan

membuat

alur

(channel)

sepanjang

permukaan

yang

memperlihatkan jejak bijih (mineralisasi). Alur tersebut dibuat secara teratur


dan seragam (lebar 3-10 cm, kedalaman 3-5 cm) secara horizontal, vertikal,
atau tegak lurus kemiringan lapisan.

Gambar 2.6 Sketsa pembuatan channel sampling pada urat (Chaussier et al., 1987)

Gambar 2.7 Sketsa pembuatan channel sampling pada endapan yang berlapis
(Chaussier et al., 1987)

Ada beberapa cara atau pendekatan yang dapat dilakukan dalam


mengumpulkan fragmen-fragmen batuan dalam satu conto atau melakukan
pengelompokan conto (sub-channel) yang tergantung pada tipe (pola)
mineralisasi, antara lain :
1. Membagi panjang channel dalam interval-interval yang seragam,
yang diakibatkan oleh variasi (distribusi) zona bijih relatif lebar.
17

Contohnya pada pembuatan channel dalam sumur uji pada endapan


laterit atau residual.
2. Membagi panjang channel dalam interval-interval tertentu yang
diakibatkan oleh variasi (distribusi) zona mineralisasi.
3. Untuk kemudahan, dimungkinkan penggabungan sub-channel dalam
satu analisis kadar atau dibuat komposit.
4. Pada batubara atau endapan berlapis, dapat diambil

channel

sampling per tebal seam (lapisan) atau ply per ply (jika terdapat
sisipan pengotor).
2.6.6 Preparasi Conto
Preparasi adalah pekerjaan yang dilakukan untuk mengolah conto
dari lapangan yang masih heterogen dan kasar menjadi material yang
homogen dan halus sesuai dengan persyaratan laboratorium. Boulderboulder conto perlu dimasukkan kedalam pengecilan ukuran sampai semua
conto sama rata. Setelah itu dilakukan pengayakan dengan ukuran lolos
yang sudah ditentukan. Setelah ukuran dari conto terdistribusi pada fraksi
yang seragam, kemudian dilakukan pengurangan (reduksi) bobot/jumlah
conto. Metode reduksi yang umum digunakan adalah

splitting dan

quartering.
2.6.7 Penentuan kadar Conto
Pada suatu kegiatan pengambilan conto (sampling) dan penentuan
kadar rata-rata dari lokasi pengambilan conto, dilakukan penentuan kadar
dengan menggunakan pembobotan kadar. Secara umum ada 2 (dua)
metode pembobotan dalam penentuan kadar, yaitu:

Pembobotan aritmetik sederhana, yang digunakan jika interval


pengambilan conto seragam dan homogenitas dari masing-masing
interval diasumsikan tinggi (besar).

Pembobotan oleh lebar (tebal), panjang, luas, volume, dan SG


(specific gravity), jika interval pengambilan conto tidak seragam dan
diasumsikan

bahwa

karakteristik

material

pada

masing-masing

interval tidak sama (bervariasi).

18

BAB III
PENUTUP

3.1

Kesimpulan
1. Metode

eksplorasi

langsung

mempunyai

pengertian

bahwa

pengamatan dapat dilakukan dengan kontak visual dan fisik


dengan kondisi permukaan/bawah permukaan, terhadap endapan
yang

dicari,

serta

dapat

dilakukan

deskripsi

megaskopis/mikroskopis, pengukuran, dan sampling terhadap


objek yang dianalisis.

2.

Pemetaan

geologi

merupakan

suatu

kegiatan

pendataan

informasi-informasi geologi permukaan dan menghasilkan suatu


bentuk laporan berupa peta geologi yang dapat memberikan
gambaran mengenai penyebaran dan susunan batuan (lapisan
19

batuan), serta memuat informasi gejala-gejala struktur geologi


yang mungkin mempengaruhi pola penyebaran batuan pada
daerah

tersebut.

Selain

pemetaan

informasi

geologi,

pada

kegiatan ini juga sekaligus memetakan tanda-tanda mineralisasi


yang berupa alterasi mineral.
3. Selain pemetaan geologi melalui pengamatan (pendiskripsian)
singkapan, penyusuran (pencarian) lokasi endapan bijih dapat
juga dilakukan dengan tracing float, paritan atau sumur uji.
4. Sampling atau pengambilan conto adalah dasar daripada suatu
pekerjaan eksplorasi. Yang disebut sampling adalah suatu proses
untuk mendapatkan sebahagian hasil dari suatu massa yang
besar dan cukup reprosentatif untuk mewakili massa asli.
5. Pelaksanaan

pemboran

sangat

penting

jika

kegiatan

yang

dilakukan adalah menentukan zona mineralisasi dari permukaan.


Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mineralisasi
dari permukaan sebaik mungkin, namun demikian kegiatan
pemboran

dapat

dihentikan

jika

telah

dapat

mengetahui

gambaran geologi permukaan dan mineralisasi bawah permukaan


secara menyeluruh.

3.2 Saran
1. Pada

saat

memulai

ekplorasi

langsung,

sebaiknya

tahapan ekplorasi langsung dilakukan secara berurutan.


2. Interpretasi hasil ekplorasi, seharusnya disesuaikan faktafakta hasil pengamatan lapangan.

20

Anda mungkin juga menyukai