4.1
Tujuan
Point Load test dilakukakan untuk mengukur kekuatan dari perconto
4.2
Teori Dasar
Semua material geologi mempunyai kemampuan untuk menahan tegasan
Sumber: only-05.blogspot.com/2012_05_01_archive.html
Foto 4.1
Sistem Pembebanan
4.3
4.4
Prosedur
Contoh batuan yang digunakan dalam uji ini disiapkan dengan ukuran
diameter sekitar 50 mm.
Contoh diletakkan diantara dua konus penekan alat point load,
kemudian dongkrak hidrolik diberikan tekanan sehingga kedua ujung
konus penekan tepat menekan permukaan contoh yang akan diuji.
Catat ukuran mistar pengukuran pada awal kedudukan kedua konus
penekan mulai menekan contoh.
Pemberian tekanan dilakukan sedikit demi sedikit hingga specimen
pecah.
Pembebanan dihentiksn setelah specimen mengalami pecah dan
matikan alat penekan apabila perconto batuan sudah pecah.
Baca jarum penunjuk pembebanan maksimal yang dberikan alat
sehingga perconto pecah.
Catat ukuran mistar pada akhir kedudukan, maka akan didapatkan nilai
jarak antara dua konus penekan.
4.5
Is =
Dimana: Is = Point Load Test Index
P = Beban maksimum hingga percontoh pecah
D = Jarak antara dua konus penekan
2. Menghitung kuat tekan yaitu dengan rumus:
c = 23 Is
Dimana: Is = Point Load Test Index
dari 3 sampel dengan menguji diameteral dari 2 sampel dan aksial dari 1 sampel.
Pengujian tersebut dilakukan menggunakan alat point load test yang memiliki 2
buah konus di bagian atas dan di bagian bawah untuk menekan batuan.
Foto 4.2
4.6.1
Pengujian Diameteral
Untuk pengujian diameteral didapatkan data sebagain berikut:
1. = 6.6 cm
D = 5.1 cm
Beban = 70 kg
(a)
(b)
Foto 4.3
Spesimen 1 Sebelum (a) dan Sesudah (b) Diuji
2. = 5.92 cm
D = 5.4 cm
Beban = 30 kg
(a)
(b)
Foto 4.4
Spesimen 2 Sebelum (a) dan Sesudah (b) Diuji
4.6.2
Pengujian Aksial
Sedangkan untuk pengujian aksial didapatkan data sebagai berikut:
3. = 6.4 cm
D = 3.8 cm
Beban = 80 kg
(a)
(b)
Foto 4.5
Spesimen 3 Sebelum (a) dan Sesudah (b) Diuji
4.7
Pengolahan Data
Dari data hasil pengamatan diatas, dapat diolah untuk mendapatkan
hasil-hasil dari point load test. Hasil inilah yang akan dipergunakan untuk
menganalisa kekuatan suatu batuan apabila diberi gaya tekan.
4.7.1
Pengujian Diameteral
1. Is =
= 2.69 kg/cm
c = 23 (2.69)
= 61.87 kg/cm
2. Is =
= 1.03 kg/cm
c = 23 (1.03)
= 23.69 kg/cm
4.7.2
Pengujian Aksial
3. Is =
= 5.54 kg/cm
c = 23 (5.54)
= 127.42 kg/cm
4.8
No
Sampe
l
1
2
3
Diameter
( )
Luas (A)
Beban (P)
6.6
5.92
6.4
34.19
27.51
32.15
70
30
80
Point
Load Test
Index (Is)
2.69
1.03
5.54
Kuat
Tekan (c)
61.87
23.69
127.42
4.9
Analisa
Pada praktikum kali ini dapat dianalisa bahwa pada percobaan ini sampel
yang digunakan harus memiliki dimensi tinggi minimal 1/2 kali diameter, hal ini
agar sampel memiliki data yang akurat jika dibanding dengan tinggi sama atau
lebih dari diameter akan lebih kuat apabila diberi tekanan. Pada pengujian ini
dapat dilakukan secara in-situ sehingga sampel batuan yang digunakan tidak
perlu rata, karena dari segi alat pengujinya menggunakan dua buah konus.
Tekanan yang dihasilkan juga hanya ada pada 1 titik tidak menyebar secara
merata pada sampel batuan.
Setelah dilakukan percobaan, didapatkan hasil kuat tekan aksial yang
lebih
tinggi
dibandingkan
dengan
pengujian
diameteral.
Hal
tersebut
kemungkinan dikarenakan sampel batuan akan lebih kuat apabila diberi tekanan
secara aksial dibandingkan diameteral dengan kuat tekan sebesar 127.42
kg/cm. Apabila batuan tersebut dibeli tekanan secara diameteral, kemungkinan
hancur akan lebih besar. Namun hal ini hanyalah asumsi yang dilakukan
langsung di lapangan serta hasilnya tidak begitu akurat karena sampel batuan
memiliki dimensi yang tidak beraturan serta distribusi gaya hanya terpusat pada
satu titik. Berbeda dengan pengujian UCS yang distribusi gayanya menyebar
secara merata.
4.10
Kesimpulan
Dari praktikum kali ini dapat diambil kesimpulan bahwa sampel batuan
yang diuji akan lebih kuat apabila diberi gaya secara aksial dibandingkan
diameteral. Hal ini dapat dilihat dari data perhitungan kuat tekan aksial yang lebih
besar dibandingkan diameteral.
DAFTAR PUSTAKA