Anda di halaman 1dari 24

Pemboran Geoteknik dan Penampangan Lubang Bor

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan
Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul
Pemboran Geoteknik dan Penampangan Lubang Bor dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca.Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.Makalah ini kami akui masih banyak
kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan
kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR ISI
Kata pengantar.............................................................................................................1
Daftar isi......................................................................................................................2
BAB I
1.1 Latar belakang.......................................................................................................4
1.2 Tujuan....................................................................................................................5
BAB II
2.1 Tujuan pemboran eksplorasi..................................................................................6
2.2 serbuk bor (cuttings)..............................................................................................6

2.3 drill core.................................................................................................................7


2.4 perlakuan inti core.................................................................................................8
2.5 penyimpanan conto (sample storage)....................................................................9
2.6 core barrel............................................................................................................11
2.7 jenis-jenis core barrel..........................................................................................13
2.8 penentuan titik bor...............................................................................................14
2.9 cara menentukan titik bor yang akan ditentukan.................................................15
2.10 strategi penentuan titik bor................................................................................16
2.11 pemboran geotek dibagi dalam 2 tipe pemboran...............................................17
2.12 pengertian logging.............................................................................................18
2.13 jenis-jenis log mekanik......................................................................................19
2.14 log caliper..........................................................................................................19
2.15 log permeabilitas...............................................................................................20
2.16 log resistivitas....................................................................................................20
2.17 log porositas.......................................................................................................22
2.18 pola-pola log......................................................................................................23
2.19 dasar teori petrofisik..........................................................................................24
BAB III
3.1 KESIMPULAN...................................................................................................27
3.2 SARAN................................................................................................................27

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Geoteknik adalah salah satu dari banyak alat dalam perencanaan atau design tambang,
data geoteknik harus digunakan secara benar dengan kewaspadaan dan dengan asumsi-asumsi
serta batasan-batasan yang ada untuk dapat mencapai hasil seperti yang diinginkan.
Dalam penambangan secara tambang terbuka (open pit), sudut kemiringan adalah satu
faktor utama yang mempengaruhi bentuk dari final pit dan lokasi dari dinding-dindingnya.
Dikarenakan dari perbedaan dari keadaan geologinya, maka kemiringan optimum dapat beragam
diantara berbagai pit dan bahkan dapat beragam pula dalam satu pit yang sama. Sudut pit pada
umumnya dapat dikatakan sebagai sejumlah waste yang harus dipindahkan untuk menambang
bijih.
Pengeboran geoteknik adalah pengeboran inti (core drilling) yang bertujuan untuk mendapatkan
data dan informasi tentang kondisi batuan yang dibor. Persyaratan utama dalam pengeboran
geoteknik adalah mendapatkan inti bor yang utuh, dengan recovery yang maksimal (jika
mungkin Recovery > 90%).
Untuk mendapatkan data geoteknik yang valid dan representatif bagi suatu tambang atau rencana
pengembangan
suatu
tambang, penentuan
rencana
titik
bor dan kedalaman
pengeboran serta pencapaian Core recovery yang tinggi adalah hal yang sangat penting.
Berdasarkan model (struktur) geologi dari area tambang atau rencana tambang umumnya
dapat dibagi dalam zone-zone, yang diperkirakan mempunyai kondisi geologi relatif sama.
Dalam kaitan dengan Pit Plan, biasanya zoning ini juga menjadi pertimbangan dalam
menentukan sektor desain. Penentuan jumlah dan pemilihan lokasi titik bor geoteknik harus
mempertimbangkan keterwakilan terkait dengan pembagian zone atau sektor desain ini.
Di samping itu, rencana penambangan (Pit Plan) yang mencakup luas, bentuk, dan kedalaman
bukaan tambang juga harus menjadi pertimbangan dalam penentuan titik bor geoteknik. Semua
lapisan batuan yang akan membentuk lereng bukaan tambang harus terwakili oleh titik bor
geoteknik yang akan dilakukan.
Peta situasi dalam hal mempertimbangkan aksesibelitas untuk membawa dan melaksanakan
pengeboran geoteknik juga harus dipertimbangkan. Pergeseran beberapa meter dari lokasi
rencana titik bor yang ditentukan sebelumnya, dapat saja dilakukan asalkan tidak menghilangkan
sifat keterwakilannya.

1.2 Tujuan
1. Untuk memahami bagaiamana cara mengambil data geoteknik disuatu lokasi
2. Memahami cara menentukan titik pemboran geoteknik
3. Untuk memahami bagaimana bentuk lapisan bawah permukaan
4. Untuk mengetahui jenis core barrel, cara kerjanya dan memperlakukan core serta cutting.

BAB II
Pembahasan
2.1 Tujuan pemboran eksplorasi
Tujuan utama dari pemboran eksplorasi adalah mengambil dan merekam data geologi yang
ditembus lubang bor. Deskripsi inti bor dan pemetaan permukaan bertujuan untuk mendapatkan
data dan informasi tentang kondisi massa batuan yang akan digunakan untuk mendukung proses
karakterisasi massa batuan .Data ini berupa rekaman catatan hasil pengamatan pada conto
batuan, khususnya litologi serta gejala geologi lainnya. Jenis conto yang didapatkan adalah
2.2 Serbuk bor (Cuttings)
Conto ini adalah hasil kerukan dari matabor yang kemudian dibawa oleh air pembilas ke
permukaan. Setap kemajuan selang kedalaman tertentu suatu conto yang diambil mewakili
selang kedalaman tertentu dan dicatat. Conto ini dibersihkan dan dideskripsikan. Hasil deskripsi
conto ini tidak akurat mengingat

a.

Conto tersebut harus menempuh jarak dari kedalaman sampai ke permukaan, sedang dalam
waktu yang sama matabor sudah maju lebih dalam lagi. Kedalaman yang diwakili conto itu harus

b.

dikoreksi atau disetel terhadap data lain, seperti laju kecepatan pemboran atau log talikawat
Conto tersebut sering tercampur dengan serbuk dari selang kedalaman yang ada di atasnya,
sehingga kadangkala diketemukan lebih dari 2 jenis litologi yang berasal kedalaman yang
berbeda. Untuk ini persen berbagai jenis litologi ini harus dicatat untuk mengetahui litologi mana
merupakan guguran dan mana yang dari kedalaman asli. Untuk ini dapat pula dilakukan
pembandingan dengan hasil tafsiran litologi dari log talikawat maupun data lain seperti laju

c.

kecepatan pemboran
Conto ini merupakan serbuk, keratan atau hancuran dari batuan, sehingga hanya deskripsi
tekstur dan susunan mineral yang dapat diamati, sedangkan gejala-gejala geologi seperti struktur,
kekompakan dan lain-lain tidak teramati
Pengamatan litologi dari serbuk pemboran adalah bersifat baku dalam eksplorasi minyak dan
gasbumi, dan juga dilakukan pada pemboran eksplorasi batubara terutama pada selang
kedalaman yang tidak dilakukan pengintian. Adakalanya dalam eksplorasi batubara tidak
dilakukan pengintian yang disebut openhole, sehingga data geologi didapatkan dari penafsiran
log talikawat/geofisika dan dibantu dari pengamatan conto ini. Namun pada pemboran eksplorasi
cebakan mineral tidak lazim dilakukan karena lebih mengandalkan pada pengamatan conto inti
dilakukan secara penuh dari permukaan sampai kedalaman akhir.
2.3 Drill Core
Pada eksplorasi cebakan mineral termasuk batubara data geologi biasanya didasarkan atas
pengamatan dan pendeskripsian conto inti bor.Pengintian Penuh (Full Coring). Pengambilan inti
dilakukan secara penuh dari permukaan sampai kedalaman akhir pemboran. Ini yang biasa
dilakukan dalam eksplorasi untuk cebakan mineral.
Pengintian Setempat (Spot Coring). Pemboran dilakukan sebagai lubang terbuka (open hole)
yang kemudian diikuti dengan pengintian hanya dilakukan pada selang kedalaman tertentu yang
diinginkan, misalnya beberapa meter di atas zone cebakan dan beberapa meter dibawahnya.
Untuk ini sering diperlukan lapisan petunjuk stratigrafi berdasarkan log geofisika dari sumur
terdekat yang sengaja dibor sebagai pilot drill hole, untuk operasi ini sering dilakukan pilot and
part-coring
Pengintian Inti Terorientasi (Oriented Core Sample). Dengan menggunakan alat tertentu,
dimungkinkan dimana orientasi kedudukan asli dari conto didalam tanah dapat ditentukan. Hal

ini sering dilakukan untuk mempelajari kedudukan struktur geologi dari lapisan maupun dari
rekahan atau jalur-jalur mineralisas
Perolehan Inti (Core Recovery). Dalam operasi pengambilan inti pemboran tidak selalu seluruh
selang kedalaman dapat diwakili oleh panjang inti yang diperoleh. Hal ini disebabkan
kemungkinan gugurnya bahagian bawah dari inti sewaktu diangkat dalam bumbung inti (core
barrel). Besarnya perolehan inti (core recovery) dinyatakan dalam persen (% core recovery),
dengan mengukur panjang conto inti yang diperoleh dan membandingkannya dengan panjang
bumbung. Perolehan inti yang buruk dapat disebabkan karena adanya jalur-jalur retak atau
keadaan batuan yang rapuh dan dapat dipakai sebagai indikator untuk keadaan struktur dari
batuan, dan menggunakan bumbung inti yang diperbaiki seperti triple tube core-barrel.
2.4 Perlakuan Inti Bor
Inti bor dicuci dan dikeringkan, kemudian dipatahkan meter demi meter. Setelah dipatahkan
setiap meter maka batang-batang inti disimpan dalam peti kayu/aluminium yang dirancang
khusus, dan disusun sedemikian rupa sehingga atas bawahnya jelas, serta kedalamannya
diperlihatkan dengan tanda-tanda yang ditulikan dengan spidol pada penyekat antar inti. Waktu
dilakukan pengamatan harus hati-hati untuk menempatkan setiap conto dalam urutan, arah dan
susunan yang sama
Batang inti yang akan dianalisa di laboratorium, seperti selang yang termineralisasi inti batuan
ini dibelah (split) menjadi 2 (1 dipakai untuk essay, 1 untuk dokumentasi). Conto inti untuk
analisa laboratorium harus diambil dari inti yang telah dibelah ini. Penanganan conto inti ini
harus dijaga supaya tidak terkontaminasi, terutama yang diperuntukan assay mineralisasi logam.
Dalam hal batubara conto inti untuk dianalisa di laboratorium harus segera dibungkus dengan
kertas parafin yang kedap udara, untuk menjada kelembaban aslinya (moiture content). Untuk
setiap conto yang akan dianalisa di laboratorium perlu dicatat kode nama/nomor lubang bor dan
kedalamannya
2.5 Penyimpanan Conto (Sample Storage)
Demikian pula tentang penyimpanan conto (sample) hasil pemboran, diberi kolom-kolom sesuai
dengan pengambilan sample sehingga kelak bila diadakan pemerian ulang tidak akan terjadi
kericuhan

Pada proses pengeboran peranan lumpur bor (drilling mud) sangat penting, karena lumpur
pengeboran ini memiliki beberapa fungsi, yaitu:
a.

Mengangkat serbuk bor ke permukaan, hal ini sangat penting sebab juka serbuk pengeboran
tidak terangkat ke permukaan maka dapat menyebabkan buntunya saluran pengeboran dan
akhirnya dapat menyebabkan terjepitnya pipa bor

b.

Mendinginkan dan melumasi pahat/biit dan rangkaian pipa bor; proses pendinginan dan
pelumasan pada sebuah kegiatan pengeboran tidak boleh diabaikan sebab jika proses ini
diabaikan dapat mengakibatkan lelehnya biit atau rangkaian pipa akibat gesekan dengan bidang
bor, terlebih lagi jika kita menggunakan kecepatan rotasi tinggi dan dibarengi dengan pelumasan
yang tidak baik maka hal ini akan lebih mempercepat lelehan bit

c.

Mengontrol tekanan formasi; dengan lumpur bor yang baik maka tekanan formasi dapat
terkontrol dengan baik, oleh karena itu perbandingan antara lumpur dengan air harus seimbang,
lumpur tidak boleh terlalu kental atau terlalu encer

d.

Mencegah runtuhnya dinding lubang bor; dengan adanya lumpur bor yang baik dapat membantu
penyanggan dinding sehingga keruntuhan dinding dapat kita hindari

e.

Melapisi dinding lubang bor dengan kerak lumpur; dengan teknologi yang ada kita dapat
membuat lumpur bor yang dapat mengering pada dinding lubang bor sehingga dapat mengurangi
longsor pada dinding bor

f.

Menahan serbuk bor dan material-material pemberat dalam bentuk suspensi bila sirkulasi atau
pemboran dihentikan sementara; pada proses pengeboran jika terjadi sesuatu hal yang
mengakibatkan sirkulasi lumpur terpaksa harus dihentikan. Kita tidak perlu khawatir terhadap
serbuk bor yang mengendap sebab lumpur yang baik akan dapat menahan serbuk pengeboran
dalam bentuk suspensi, tetapi jika lumpur bor yang kita gunakan kurang baik kemungkinan
material pemberat dan serbuk bor mengendap cukup besar dan kemungkinan terjepitnya
rangkaianpun menjadi besar pula

g.

Mengurangi beban rangkaian pipa bor dan selubung yang ditanggung oleh menara/rig;
pengeboran yang dilakukan tanpa lumpur. Bor yang baik, misalnya lumpur bor yang digunakan
terlalu encer hal ini akan menyebabkan proses pelumasan kurang berjalan baik adan juga fungsi
lumpur bor sebagai pembantu penyanggaan beban yang ditanggung oleh rig juga akan
berkurang, oleh karena itu pemilihan lumpur bor harus benar-benar diperhatikan.

Deskripsi geoteknik inti bor biasanya bersamaan dengan kegiatan sampling geoteknik. Kegiatan
sampling bertujuan untuk mendapatkan sampel tidak terganggu untuk kemudian diuji di
laboratorium agar diperoleh sifat fisik dan mekanik batuan utuh. Agar sampel yang diambil dapat
mewakili kondisi alamiahnya, maka harus diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Sampel diambil pada kedalaman yang dapat mewakili kondisi batuan,
b. Pengeboran menggunakan triple tube core barrel,
c. Sampel tidak banyak kontak dengan udara luar selama packing di lokasi pengeboran dan
handling di laboratorium, sampel dikemas sedemikian hingga, menjaga kondisi alamiahnya, dan
terlindung dari guncangan selama handling dan pengiriman ke laboratorium.
Tabel 1. Deskripsi litologi batuan berdasarkan standar JORC dalam kegiatan pengeboran

2.6 Core Barrel


Core barrel merupakan tabung conto inti/core yang dimasukkan kedalam bor untuk
menangkap dan menyimpan core selama pengeboran. Tabung dilengkapi dengan alat penahan
dan penjepit mencegah jatuhnya core.
Tabung Penginti (Core Barrel) merupakan alat yang digunakan untuk menangkap inti bor
(core). Panjang tabung penginti (Core Barrel) adalah 2,06 m dan berdiameter 5,2 cm. Pada
bagian dalam tabung penginti (core barrel) terdapat split tube yang panjangnya 1,6 m berfungsi
untuk mengunciinti bor (core).
Pengeboran pada setiap lokasi akan dilaksanakan dengan distribusi dan kedalaman yang
disesuaikan dengan kondisi geologi tekniknya. Tetapi jika dibutuhkan pengeboran dapat
dilakukan lebih dalam lagi bila terjadi keraguan pengambilan sampel, misalnya terjadinya
ketidakseragaman jenis tanah. Pengambilan contoh inti pemboran dilakukan dengan peralatan
tabung penginti single, double ataupun triple core barrel, tergantung kebutuhannya. Yang
membedakannya adalah tabung pelapis luarnya saja, contohnya pada pengambilan tanah, tanah

pada bagian tengah core barrel tidak akan terganggu (undisturbed) sedangkan pada bagian
pinggiran core barrelnya akan terjadi disturbed sample. Mata bor yang digunakan juga
tergantung pada kondisi tanah yang akan dibor. Untuk type soil akan digunakan mata bor
Tungsten atau Steel Bit dan untuk type batuan digunakan Diamond Bit.
Pengintian Inti Terorientasi (Oriented Core Sample). Dengan menggunakan alat tertentu,
dimungkinkan dimana orientasi kedudukan asli dari sampel didalam tanah dapat ditentukan. Hal
ini sering dilakukan untuk mempelajari kedudukan struktur geologi dari lapisan maupun dari
rekahan atau jalur-jalur mineralisasi. Perolehan Inti (Core Recovery). Dalam operasi
pengambilan inti pemboran tidak selalu seluruh selang kedalaman dapat diwakili oleh panjang
inti yang diperoleh. Hal ini disebabkan kemungkinan gugurnya bahagian bawah dari inti sewaktu
diangkat dalam bumbung inti (core barrel). Besarnya perolehan inti (core recovery) dinyatakan
dalam persen (% core recovery), dengan mengukur panjang sampel inti yang diperoleh dan
membandingkannya dengan panjang bumbung. Perolehan inti yang buruk dapat disebabkan
karena adanya jalur-jalur retak atau keadaan batuan yang rapuh dan dapat dipakai sebagai
indikator untuk keadaan struktur dari batuan, dan menggunakan bumbung inti yang diperbaiki
seperti triple tube core-barrel.

2.7 Jenis-Jenis Core Barrel :

a.

Single tube core barrel


Single tube core barrel merupakan jenis tabung core barrel single yang menampung core
sekaligus mengalirkan fluida atau lumpur dari atas menuju bawah untuk membantu proses

pemboran.
b. Double tube core barrel
Double tube core barrel merupakan jenis tabung core barrel yang mempunyai 2 tabung, dimana
tabung yang didalam berfungsi hanya untuk menampung core hasil kegiatan pemboran,
sedangkan fluida/lumpur untuk kegiatan pemboran dialirkan melalui celah-celah antara tabung
pertama dan tabung kedua.
2.8 Penentuan Titik Bor
Proses Pemboran diawali dengan melakukan proses study regional dimana didalamnya
untuk mengetahui geologi struktur, stratigrafi serta bagaimana geomorfologi yang ada
didalamnya, setelah itu dilakukan mapping yaitu proses pembuatan peta singkapan beserta
struktur geologinya, kemudian dilakukan planning pemboran didalamnya mencakup penentuan
titik, mengenai berapa jarak interval, kedalaman yang harus dilakukan proses pemboran serta
luasan wilayah yang akan dilakukan pemboran. Setelah dilakukan planning dan telah ditentukan
titik yang akan dibor pada skema model maka dilakukan proses penentuan titik bor dilapangan,
kemudian

melakukan survey

layout dan ploting dilokasi

pemboran

yaitu

melakukan preparasi pemboran dimana proses ini mencakup proses dilakukanya persiapan
lokasi, yaitu dengan pembuatan mud pit (tempat sirkulasi air), apabila daerah pemboran berada
di daerah lereng dan bergelombang maka dilakukan perataan tanah sehingga daerah titik
pemboran rata dan tidak mengganggu jalannya proses pemboran dan juga termasuk
keamanan/safety pada daerah tersebut diperhatikan.
Setelah semua tahapan dan semua persiapan tempat pemboran selesai maka alat-alat pengeboran
dan alat pendukung lainya di setting di tempat tersebut sehingga jalan pengeboran dapat
berlangsung dengan lancar, setelah semua persiapan selesai maka sesuai dengan planning awal
apakah pemboran akan dilakukan dengan metode full core/coring maupun open hole dan apakah
pemboran dilakukan dengan model miring atau vertikal
2.9 Cara Menentukan Titik Bor Yang Akan Ditentukan
Tahapan awal yang dilakukan oleh wellsite geologist dalam proses pemboran adalah
menentukan lokasi titik bor yang akan dilakukan proses pemboran. Menentukan titik bor ini
diintrusikan oleh wellsite geologist kepada driller berdasarkan data peta topografi dan data
survey yang meliputi letak, nomor titik bor, dan elevasinya atas persetujuan geoevaluator site.
Dalam penentuan titik bor terkadang terdapat ketidak sesuaian antara data survei pada data
topografi dengan kondisi lapangan. Berdasarkan hal tersebut, maka wellsite geologist dituntut
untuk memperbaiki penentuan titik bor tersebut. Apabila penentuan titik bor selesai, maka
wellsite geologist memberikan suratperintah dimulainya pengeboran. Kemudian langkah-langkah
dalam mencari titik koordinat titik bor antara lain :
a. Masukan seluruh data titik koordinat (titik bor) yang akan dicari.
b. Kemudian tentukan terlebih dahulu satu-persatu titik bor yang akan dicari koordinatnya
lokasinya.
c. Pada menu GPS klik waypoint titik bor yang akan dicari kemudian pilih Go to.
d. Ikuti rute trackanak panah yang diperintahkan oleh GPS sampai tiba di titik bor yang dituju.
e. Setelah sampai dititik bor tersebut maka GPS akan memberikan isyarat bunyi sebagai tanda
f.

bahwa pada lokasi dicari atau klik mark.


Selanjutnya memberikan tanda yang sudah didapat dengan menggunakan pita, hole name,
tanggal/bulan/tahun, dan nama wellsitenya.
Setelah lokasi titik bor sudah dipasang, kemudian tinggal membuat rencana untuk
membuat akses moving menuju lokasi titik bor yang sudah ditandai lokasi koordinatnya.
2.10 Strategi Penentuan Titik Bor

Adapun jarak antara lubang bor yang satu dengan yang lain telah ditetapkan atau di plot
oleh tim pengukuran dengan diberi tanda patok. Proses aktifitas pengeboran pada awalnya
dilakukan dengan jarak atau spasi 500 m, kemudian bila hasilnya diharapkan ada maka spasinya
lebih diperkecil hingga 100 m. Pada jarak atau spasi 100 m ini, analisa kadar dari hasil pemboran
baik dilihat secara megaskopis atau uji laboraturium terindikasi kadarnya tinggi maka
dilanjutkan terus hingga pada spasi 12,5 m.
Temuan dilokasi, aktifitas pemboran yang dikerjakan baru pada jarak atau spasi 50 m
yaitu pada daerah transit, sedangkan pada lokasi mornopo (MBT/Mining Blok Test) yang telah
ditambang untuk perbandingan analisis kadar hasil pemboran dengan kadar hasil penambangan
awalnya dikerjakan pemboran dengan spasi 12.5 m.
Spasi lubang bor didasarkan pada antisipasi ukuran target atau pengalaman sebelumnya
terhadap endapan yang sejenis dari sejumlah kegiatan pemboran dilokasi tersebut. Lokasi
pemboran dan orientasi titik bor selanjutnya didasarkan pada sukses pemboran pada lubang
pertama. Apabila pemboran awal tidak memberikan keyakinan geologi yang pasti maka target
lain harus dicoba dan masih dalam wilayah kontrak perusahan. Suatu endapan paling tidak sudah
didefinisikan arah kemenerusan dan zona mineralisasinya. Spasi lubang bor bergantung pada tipe
mineralisasi dan arah kemenerusan tipe. Pada rencana kerja pemboran yang dibuat, telah
ditentukan Blok-blok mana yang didahulukan untuk kegiatan pemboran selanjutnya. Hal ini
berkaitan dengan hasil analisis kadar pada pemboran spasi sebelumnya, sebagai contoh pada
Mornopo.
2.11 Pemboran Geotek Dibagi Dalam 2 Tipe Pemboran
Pemboran geotek dibagi dalam 2 tipe pemboran, yaitu :
a.

Pemboran Open Hole


Inti dari pemboran ini adalah untuk mengambil kualitas ore yang akan diambil sampelnya.
Pemboran ini juga hanya mengambil lapisan ore tersebut, mengabaikan batuan lainnya.
Teknisnya, sudah diperkirakan ore misal berada di kedalaman 64 - 70 m, maka antara 0 62 m
hanya akan diambil serbuk (lumpur) pemborannya. Lalu di kedalaman 72 m berhenti coring.

b. Pemboran Coring

Pemboran ini dilaksanakan untuk mengetahui kekuatan/ketahanan tanah di area tersebut, maka
sampel yang diambil untuk keperluan Lab Geotek atau Lab AMD. Pengeboran biasanya
dilakukan sedalam maksimal 100 m.
Titik pemboran Open Hole maupun Coring ini biasanya sudah ditentukan oleh Geologist area
tersebut, karena Goelogist lebih mengerti kemana penyebaran urutan batuan tersebut. Berikut
contoh peta titik pemboran :

2.12 Pengertian Logging


Logging merupakan suatu sistem perekaman data bawah permukaan pada sumur yang sedang
dibor atau sedang berproduksi guna menemukan berbagai macam karakteristik formasi.
Proses loggingdilakukan pada saat pemboran sesaat sesudah pipa-pipa pemboran dan mata bor
ditarik ke permukaan. Pada alat yang sudah disambung meliputi alat gamma ray, alat resistivitas,
alat densitas dan alat netron yang lazim digunakan dalam pengambilan data bawah permukaan.
Sebelum disambung alat-alat tersebut dikalibrasi terlebih dahulu termasuk alat-alat radioaktif
diantaranya alat densitas, alat netron biasanya dikoreksi terlebih dahulu pada radioaktif yang
akan digunakan. Alat-alat ini disambung dengan menggunakan penyambung khusus kemudian di
operasikandengan cara mengulurkan rantai khusus dari puncak menara ke papan luncur
kemudian disambung pada pangkal rangkaian alat-alat logging yang akan di dioperasikan dan
sekaliguspada pangkal rangkaian alat-alat loggingtersebut disambung dengan kabel yang
digulung pada drum yang berasal dari dalam unit melalui sheave wheel.Pembacaan kabel
langsung direkam oleh system yang dikendalikan langsung oleh engineer logging Alat-alat ini
kemudian ditarik perlahan-lahan yang dikendalikan dari winch operation oleh operator.
Saat alat-alat logging diturunkan ke dalam lubang bor (log down), system membaca seberapa
panjang kabel yang masuk ke dalam sumur. Setiap satu kali putaran drum untuk melepaskan

kabel adalah sedalam 2 kaki. Sesudah sampai pada dasar lubang bor, panjang kabel yang masuk
dibandingkan dengan catatan kedalaman lubang bor. Apabila kondisi ujung alat lebih dangkal
dari kedalaman pemboran berarti diperkirakan terjadi caving.
Saat alat logging ditarik ke atas (log up) yang dikendalikan oleh operator melalui winch
operation pada saat itu dimulai pembacaan formasi oleh alat alat sesuai dengan fungsinya
masing-masing. Hal ini bertujuan agar bisa mengkontrol panjang kabel didalam lubang bor jika
alat tersangkut (stuck) karena kabel bersifat elastis. Pembacaan formasi oleh alat-alat logging
dilakukan sesuai dengan kedalaman yang ditargetkan.
2.13 Jenis-Jenis Log Mekanik
2.14 Log Caliper
Caliper log adalah alat untuk mengukur diameter dan bentuk suatu
lubang bor. Alat ini memiliki 2, 4 atau lebih lengan yang dapat membuka di
dalam lubang bor. Pergerakan lengan-lengan ini pada lubang akan diubah
menjadi signal elektrik oleh potentiometer. Dalam sebuah lubang bor,
diameter bersifat heterogen dari atas hingga dasar karena adanya efek
tekanan dari lapisan batuan yang berbeda-beda akibat gaya tektonik. Kondisi
ini yang menjadikan perbedaan dalam jumlah lengan caliper. Pada lubang
yang lebih oval, dua lengan caliper akan saling mengunci pada sumbu
terpanjang dari oval, sehingga akan memberikan hasil diameter yang lebih
besar dibandingkan seharusnya. Akibatnya, diperlukan caliper dengan
lengan yang lebih banyak.
Hasil logging caliper diplot pada suatu track yang menggunakan
ukuran drilling bit sebagai perbandingan atau dengan menggambarkan
selisih hasil pembacaan caliper terhadap ukuran bit diameter. Pada grafik
logging, dapat ditemukan titik tertentu yang mengindikasikan volum dari
lubang bor. Informasi berguna dalam mengestimasi jumlah lumpur pemboran
di dalam lubang bor dan jumlah semen yang dibutuhkan untuk casing
lubang. Dalam memenuhi kebutuhan ini, terdapat perhitungan matematis
untuk memperolehnya.
Secara umum, caliper logging dapat digunakan untuk kebutuhan
sebagai berikut : (a) membantu interpretasi litologi bawah permukaan; (b)
indikator zona permeabilitas dan porositas akibat adanya mudcake; (c)
menghitung tebal mudcake; (d) menghitung volume lubang bor; (e)
menghitung kebutuhan semen untuk casing; (f) indikasi kualitas lubang bor;
dan (g) membantu menentukan formasi terkonsolidasi dan kedalaman
pemasangan casing, dan lain sebagainya.

2.15 Log Permeabilitas


Log yang digunakan untuk mengidentifikasi lapisan permeabel adalah:
a. Log Spontaneous Potential (SP)
Prinsip penggunaan log SP adalah untuk menghitung resistivitas air formasi dan
mengindikasikan permeabilitas. Ini bisa digunakan untuk memperkirakan volume serpih,
mengindikasikan fasies, beberapa hal yang berkaitan dengan korelasi.
b. Gamma Ray
Log GR merekam radioaktivitas alami formasi, radioaktiv tersebut adalah uranium (U),
thorium (Th), dan potassium (K) yang hadir pada batuan. Ketiga elemen ini selalu memancarkan
GR. GR memiliki kemampuan penetrasi beberapa inchi ke dalam batuan.
Photon cahaya ini menumbuk sebuah photocathode (caesium antimony/silver magnesium) setiap
photon menumbuk photoncathodemelepaskan sejumlah elektron. Selanjutnya diperkuat oleh
medan listrik, sehingga menimbulkan arus kecil yang dilewatkan resistor sehingga menimbulkan
pulsa tegangan.
Log GR diskalakan dalam API unit (APIU). 1 (satu) APIU adalah 1/200 merupakan respon dari
hasil kalibrasi standar.
2.16 Log Resistivitas
Log Resistivitas adalah metoda untuk mengukur sifat batuan dan fluida pori (baca: minyak, gas
dan

air)

disepanjang

lubang

bor

dengan

mengukur

sifat

tahanan

kelistrikannya.

Besaran resistivitas batuan dideskripsikan dengan Ohm Meter, dan biasanya dibuat dalam skala
logarithmic

dengan

nilai

antara

0.2

sampai

dengan

2000

Ohm

Meter.

Metoda resistivity logging ini dilakukan karena pada hakekatnya batuan, fluida dan hidrokarbon
di dalam bumi memiliki nilai resistivitas tertentu. Log resistivitas digunakan untuk :
a.

Menentukan resistivitas formasi yang sebenarnya untuk menghitungsaturasi air (kandungan air).

b. Membedakan daerah air garam dan minyak.


c.

Estimasi diameter invasi

d. Korelasi formasi
Metode alat resistivitas ini dibagi 2 (dua):
a. Alat konduktivitas / alat Induksi
Alat ini dioperasikan dengan mempertahankan tegangan konstan dan arus yang berubah
berbanding lurus dengan sifat konduktivitas formasi.

b. Alat resitivitas / laterallog (modifikasi alat resistivitas menjadi alat power)


Alat ini dioperasikan dengan mempertahankan arus selalu konstan, dengan tegangan yang
berubah berbanding lurus dengan sifat resistivitas formasi.

Cara kerja
Mengalirkan arus dari elektroda (pada alat) ke formasi dan diterima kembali ke permukaan.
Untuk mengukur deep dan shallow laterolog dari elektroda yang sama digunakan frekuensi yang
berbeda. (35 Hz deep dan 280 Hz shallow).
Berdasarkan radius investigasi, zona pengukuran resistivitas dapat dikelompokkan sebagai
berikut : (Gambar 3.1)
a.
b.
c.
d.

Flushed zone
Shallow zone
Medium zone
Deep zone

:
:
:
:

1 -6 in, diukur dengan tool MLL, SFL, MSFL


0.5 1.5 ft, diukur dengan tool LLS
1.5 - 3 ft, diukur dengan tool ILM dan LLM
lebih dari 3 ft, diukur dengan tool ILD daan LLD

Gambar.Sayatan suatu lubang bor yang menunjukkan zona terusir, zona peralihan dan zona tidak
terusir serta sejumlah parameter petrofisik yang penting (Schlumberger, 1985/1986)

2.17 Log Porositas


Porositas merupakan variabel ketiga yang harus diketahui untuk menentukan harga saturasi air
(Sw). Pengukuran porositas dilakukan dengan berbagai macam log, yaitu:
a. Log densitas
Prinsip kerja log ini adalah alat densitas menggunakan cesium sebagai sumber radioaktif,
sehingga memancarkan sinar radioaktif secara terus menerus. Cesium ini diletakkan di padyang
dibungkus dengan logam berat sehingga pancaran radioaktif hanya ke arah tertentu, yaitu ke
formasi. Sebagian besar radioaktif diserap oleh formasi, sebagian dipantulkan ke detector dan

dihitung. Formasi yang padat menyerap banyak gamma ray, sehingga pada formasi yang padat,
detector hanya menhasilkan hitungan yang sedikit.
b. Log Sonic
Tool Sonic mengukur beda waktu kedatangan (dalam sec/ft) antara kecepatan gelombang suara
pada transmitter dengan recerveir. Pada transmitter pulsa listrik dirubah ke mekanik (berbunyi
clicks). Untuk menghasilkan gelombang compressionaldi dalam kolom mud.Untuk standar
monopol sonic source, gelombang ini menyebar ke segala arah dengan sama rata. Ketika
gelombang mencapai dinding, ada yang dipantul dan ada yang dirambatkan yang berupa
gelombang compressional dan shear.
Gelombang yang dirambat ini akhirnya kembali ke receiver dan dirubah menjadi
pulsa listrik lagi.
2.18 Pola-Pola Log (Log Patterns)
Pola-pola log biasanya menunjukan energi pengendapan yang berubah, yaitu berkisar antara dari
energi tinggi (batupasir) sampai rendah (serpih).
a. Coarsening upward atau Funnel shape
Adalah bentuk corong yang menunjukkan energi pengendapan yang bertambah ke arah atas.
b. Blocky Pattern atau Cylinder Shape
Adalah bentuk silinder yang secara tidak langsung menunjukkan energi yang relatif konstan
selama pengendapan yang kontinyu.
c. Fining upward atau Bell shape
Adalah bentuk bel atau lonceng yang menunjukkan energi pengendapan yang berkurang ke arah
atas.
d. Crescentic Pattern
Adalah pola log berbentuk bulan sabit yang pada mulanya menunjukkan coarsening upward
yang diikuti finning upward.

Gambar 4.2. Bentuk kurva wireline log (Pettijohn, Potter, and Seiver 1987)
2.19 Dasar Teori Petrofisik
Perhitungan petrofisik disesuaikan dengan kondisi formasi pada daerah telitian. Dalam penelitian
ini digunakan metode Indonesia equationdalam Asquith and Gibson (1982).dengan asumsi
bahwa untuk Indonesia equation akan lebih tepat digunakan untuk formasi shaly sand. Hal ini
disebabkan sampel yang digunakan dalam penelitian metode Indonesia equation berasal dari
Indonesia.
a.

Koreksi gamma ray


Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menghitung nilai t. dengan menggunakan rumus
dari Schlumberger (1991).

b. Perhitungan volume serpih (V shale)


Manghitung indeks gamma ray
Indeks gamma ray dihitung dengan menggunakan rumus dari Asquith and Gibson
(1999).

Volume serpih dapat dihitung dengan menggunakan rumus berdasarkan Asquith and Gibson
(1999).

Untuk Batuan-batuan yang tidak terkonsolidasi dihitung sebagai berikut : Vsh = 0.083 (2(3.7 x GR)
1.0)

c.

Interpretasi log porositas


Menghitung porositas netron
Koreksi netron terhadap lingkungan

Koreksi netron terhadap serpih (shale)


Koreksi netron terhadap kandungan serpih dapat dihitung dengan rumus dari
Harsono (1994).

Menghitung Porositas netron sesungguhnya, menggunakan rumus :

Menghitung porositas dari log densitas


Koreksi lingkungan
Koreksi terhadap kandungan serpih

Menentukan porositas densitas sebenarnya


Menentukan porositas densitas menggunakan rumus berdasarkan Asquithand Gibson
(1982).

Menghitung porositas dari porositas netron dan porositas densitas.

d. Perhitungan saturasi air (Sw)


Menghitung Sw mengguna rumur Archie untuk formasi yang clean sand.

e.

Perhitungan Cadangan Hidrokarbon


Untuk perhitungan cadangan volumetrik data-data yang digunakan dalam perhitungan besarnya
cadangan dengan metode ini adalah porositas, kejenuhan air, ketebalan lapisan batuan reservoir,
luas batuan reservoir, formation volume factor (FVF).
Untuk menghitung cadangan dengan metode volumetrik ada tiga cara untuk menghitung Volume
batuan reservoir yang mengandung fluida hidrokarbon dari peta net oil pay, yaitu
metodetrapezional. Setelah didapatkan Volume, maka selanjutnya menghitung original oil in
place (OOIP).

Dimana :
N
= volume cadangan awal hidrokarbon (STB)
7758 = faktor konversi dari acre feet ke barrel
Boi
= formation volume factor (STB/ bbls)
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Pemboran geoteknik adalah salah satu dari banyak alat dalam perencanaan atau design
tambang, data geoteknik harus digunakan secara benar dengan kewaspadaan dan dengan asumsiasumsi serta batasan-batasan yang ada untuk dapat mencapai hasil seperti yang diinginkan.
Tujuan utama dari pemboran eksplorasi adalah mengambil dan merekam data geologi yang
ditembus lubang bor. Deskripsi inti bor dan pemetaan permukaan bertujuan untuk mendapatkan
data dan informasi tentang kondisi massa batuan yang akan digunakan untuk mendukung proses
karakterisasi massa batuan .Data ini berupa rekaman catatan hasil pengamatan pada conto
batuan, khususnya litologi serta gejala geologi lainnya. Jenis conto yang didapatkan adalah :
a.
b.
c.
d.

Serbuk bor (Cuttings)


Drill core
Perlakuan inti bor
Penyimpanan conto (sample storage)
Core barrel merupakan tabung conto inti/core yang dimasukkan kedalam bor untuk
menangkap dan menyimpan core selama pengeboran. Tabung dilengkapi dengan alat penahan
dan penjepit mencegah jatuhnya core.
Jenis-jenis core barrel :

a. Single tube core barrel


b. Double tube core barrel
3.2 SARAN
Penulis berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat buat penulis sendiri dan juga
pembaca, jika ada kesalahan penulis berharap agar dapat diperbaiki oleh pembaca.

Anda mungkin juga menyukai