Anda di halaman 1dari 131

PERHITUNGAN CADANGAN NIKEL MENGGUNAKAN

METODE PENAMPANG TEGAK DAN METODE DAERAH


PENGARUH PADA BUKIT TLC-3 TAMBANG TENGAH DI PT
ANTAM Tbk. UBPN POMALAA KABUPATEN KOLAKA
SULAWESI TENGGARA

TUGAS AKHIR II

Oleh
Zaenal Abbidin Kamarullah
NIM : 711106072

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL
YOGYAKARTA
2010
PERHITUNGAN CADANGAN NIKEL MENGGUNAKAN
METODE PENAMPANG TEGAK DAN METODE DAERAH
PENGARUH PADA BUKIT TLC-3 TAMBANG TENGAH DI PT
ANTAM Tbk. UBPN POMALAA KABUPATEN KOLAKA
SULAWESI TENGGARA
TUGAS AKHIR II
Karya Tulis ini Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pada Program Studi
Teknik Pertambangan Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta
Oleh :
Zaenal Abbidin Kamarullah
NIM. 711106072

Yogyakarta, November 2010

Menyetujui

Pembimbing II Pembimbing I

(Ir. St. Soebantidjo, Msi) (Ir. Ag. Isjudarto, M.T)


NIP : 131476787 NIK : 19730068

Mengetahui :
Kaprodi Teknik Pertambangan

(Ir. Ag. Isjudarto, M.T)


NIK : 19730068

ii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Katakanlah ; Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang


tidak mengetahui! sesungguhnya orang yang berakallha yang dapat menerima pelajaran.
(Q.S 39 : 9)
Allah meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat (Q.S 58 : 11)

Sekiranya saya mengucap banyak syukur dan pujian sebesar-besarnya kepada Allah
SWT karena dengan nikmat dan karuniaNYA yang diberikan kepada saya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir 2 ini dengan baik.
Tak lupa pula salawat dan salam saya haturkan keharibaan junjungan Nabi besar
Muhammad SAW beserta keluar, sahabat dan pengikut beliau yang merupakan
panutan bagi kaum muslimin dan muslimat
Karya Tulis ini Kupersembahkan Kepada
1. Kedua orang tuaku tercinta Ibu Farida Mukarram dan Ayah Umayyah
Kamarullah yang telah melahirkan, membesarkan dan mendidikku yang
tidak sanggup penulis gantikan dengan apapun.
2. Adik-adik tercinta (Ridwan Kamarullah, Nurhafni Kamarullah dan
Nurhasanah Kamarullah) terima kasih atas dukungan dan support
selama ini.
3. Istri dan Anak-anak tercinta (Zaitum Marichar Sahib, Nurul Chalwa
Luqyana, Alfiah Fairus) yang juga meberikan semangat dan dorongan
serta doanya dalam suka dan duka.

Tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada :


1. Rekan-rekan seperjuangan tambang 03
Aques, Yuyun, Pace Jhon, Krisi, Manto, Aba, Pedro, Nikson, Yesri,
Brown, Rini, Gusti, Anang, Topan, Yusias, Sahidul, terima kasih untuk
semuanya dan untuk kebersamaannya.
2. Rekan-rekan HMTA STTNAS Yogyakarta

ii
Zulfi 02, Ode 07, Utam 04, Beni 04, Al 04, Lia 06, Non 02, Marito 07,
Lalu 08, Alfi 07, Oyong 09 serta semua anggota HMTA yang tidak
dapat disebtkan satu persatu, Selalu dalam loyalitas HMTA, viva
tambang yes.

3. Sohib-Sohib dan Saudara


Acango, Uceng, Fatimah, Dr Ichad, Noval, Ko uci, K Sil, K Uban, Ian,
Gei, dan teman dekat serta saudara yang tidak penulis sebutkan satu-
persatu terima kasih telah memberi dorongan dan nasehatnya.
4. Dan semua pihak baik langsung maupun tidak langsung yang telah
membantu penulis selama menjalankan proses di bangku kuliah sampai
selesainya penulisan Tugas Akhir I ini.

iii
SARI

Penambangan bahan galian merupakan kegiatan dalam rangka penyediaan


bahan baku untuk keperluan pembangunan disegala bidang. Maka dari itu usaha
pertambangan tidak lepas dari pekerjaan-pekerjaan dalam mencari bahan
tambang. Estimasi cadangan merupakan salah satu pekerjaan yang penting dalam
mengevaluasi suatu proyek pertambangan, dimana diperlukan suatu perkiraan
mengenai keberadaan bahan galian agar dapat dimanfaatkan secara maksimal

Perhitungan cadangan berperan penting dalam menentukan jumlah,


kualitas, dan kemudahan dalam eksplorasi secara komersial dari suatu endapan.
Sebab dari hasil perhitungan cadangan yang baik dan akurat yang sesuai dengan
keberadaannya dilapangan dapat menentukan investasi yang akan ditanam oleh
investor sebagai penanaman modal dalam usaha penambangan, penentuan kerja
produksi, cara penambangan yang akan dilakukan, bahkan dalam memperkirakan
waktu yang akan dibutuhkan oleh perusahaan dalam melaksanakan usaha
penambangannya.

Berdasarkan data yang tersedia di peta kemajuan tambang maka


perhitungan cadangan dapat dilakukan dengan mengetahui jumlah cadangan
berdasarkan metode yang dipakai, yakni metode penampang tegak dan metode
daerah pengaruh. dan juga dapat menganalisa kadar rata-rata Ni.

Hasil perhitungan dengan metode penampang tegak didapatkan cadangan


nikel sebesar 659.955,8515 WMT dan dengan metode penampang tegak
didapatkan hasil sebesar 742.800 WMT dengan selisih dari kedua metode tersebut
sebesar 82.844,15 WMT. sedangkan persentasi kesalahan sebesar 13%. persentase
kesalahan ini menurut Mc. Kelvey dianggap rendah dengan mengasumsikan pada
klasifikasi cadangan terukur dengan persentase kesalahan 20%.

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena
dengan karunia dan inayahNYA penulis dapat menyelesaikan tugas akhir II ini
dengan baik.
Tujuan penulisan tugas akhir II ini dengan judul Perhitungan Cadangan
Nikel Menggunakan Metode Penampang Tegak dan Metode Daerah Pengatuh
Pada Bukit TLC-3 Tambang Tengah di PT. ANTAM UBPN Pomalaa Kolaka
Sulawesi Tenggara, adalah sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
sarjana teknik pada Program Studi Teknik Pertambangan Sekolah Tinggi
Teknologi Nasional Yogyakarta.
Penulisan tugas akhir II ini berdasarkan data yang tersedia dari peta
kemajuan tambang pada tanggal 31 Oktober 2008.
Atas segala bantuan, bimbingan serta saran-saran dalam penyusunan tugas
akhir ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Imron Rosyidin ST Selaku Manajer, Staf Pomalaa Mining
Manager.
2. Bapak Wiwit Setiawan ST, selaku pembimbing penulis selama
melakukan penelitian.
3. Bapak Ir. H. Ircham, M.T selaku Ketua Sekolah Tinggi Teknologi
Nasional Yogyakarta.
4. Bapak Ir. Ag. Isjudarto, M.T selaku Ketua Program Studi Teknik
Pertambangan, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta, dan
juga selaku Dosen Pembimbing I
5. Bapak Ir. St. Soebantijo, Msi selaku Dosen Pembimbing II.
6. Serta semua pihak yang telah membantu penulis selama proses
penyusunan sampai selesainya tugas akhir II ini.

v
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan
tugas akhir II ini, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dari
pembaca sekalian. semoga kritik dan salam dapat memberikan motifasi kepada
penulis untuk lebih baik lagi kedepan.
Dan semoga tugas akhir II ini dapat bermanfaat bagi kita semua Amin

Yogyakarta,.2011

Penulis

vi
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN.. ii
HALAMAN PERSEMBAHAN.. iii
SARI.. v
KATA PENGANTAR. vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR LAMPIRAN xii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Perumusan Masalah. 2
1.3. Batasan Masalah.. 2
1.4. Tujuan Penelitian. 2
1.5. Metode Penelitian 3
1.6. Manfaat Penelitian... 4

BAB II TINJAUAN UMUM


2.1. Lokasi Kesampaian Daerah. 5
2.2. Keadaan Geologi Penelitian.... 7
2.2.1. Geologi Umum Sulawesi. 7
2.2.2. Morfologi. 7
2.2.3. Fisiografi.. 8
2.2.4. Stratigrafi Daerah Penelitian 9
2.2.5. Struktur Geologi.. 11
2.3. Genesa Endapan Nikel 13
2.4. Kondisi Iklim dan Curah Hujan.. 20

vii
2.5. Penambangan Bijih Nikel. 21

BAB III DASAR TEORI


3.1. Kegiatan Eksplorasi.. 29
3.2. Pengertian Cadangan 33
3.3. Perhitungan Cadangan. 35
3.4. Metode Perhitungan Cadangan 37
3.4.1. Metode Penampang Tegak 38
3.4.2. Metode Daerah Pengaruh. 39
3.5. Penentuan Batas Cadangan.. 42

BAB IV HASIL PENELITIAN


4.1. Metode Penampang Tegak 44
4.2. Metode Daerah Pengaruh. 46

BAB V PEMBAHASAN
5.1. Perhitungan Cadangan.. 49
5.1.1. Metode Penampang Tegak 49
5.1.2. Metode Daerah Pengaruh. 49
5.2. Kesalahan Perhitungan.. 50

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


6.1. Kesimpulan 51
6.2. Saran.. 51

DAFTAR PUSTAKA. 52

LAMPIRAN 53

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1. Peta Lokasi Penelitian 6
2.2. Stratigrafi Lembar Kolaka. 12
2.3. Peta Geologi Daerah Pomalaa 13
2.4. Penampang Endapan Nikel Sulfida 16
2.5. Penampang Endapan Nikel Laterit. 17
2.6. Skema Pembentukan NIkel Laterit. 19
2.7. Grafik Rata-Rata Curah Hujan... 20
2.8. Grafik Rata-Rata Hari Hujan.. 21
2.9. Kegiatan Pemboran. 22
2.10. Pengukuran Kemajuan Tambang 22
2.11. Persiapan Daerah Penambangan. 24
2.12. Kegiatan Pereparasi Conto. 26
2.13. Alat Analisis Kadar Pada Bijih Nikel 26
2.14. Proses Pengolahan dan Pemurnian Bijih Nikel.. 28
3.1. Diagram Alir Tahap-Tahap Kegiatan Pertambangan. 31
3.2. Metode Eksplorasi.. 32
3.3. Klasifikasi Cadangan.. 35
3.4. Metoda Penampang Standar... 39
3.5. Metoda Daerah Pengaruh 41
F.1. Peta Lubang Bor dan Sayatan. 119
G.1. Peta Lubang Bor dan Daerah Pengaruh.. 120

ix
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
2.1. Mineral Utama yang Mengandung Nikel... 13
4.1. Perhitungan Metoda Penampang Standar.................................. 44
4.2. Perhitungan Cadangan Dengan Metode Penampang Tegak...... 45
4.3. Perhitungan Cadangan Menggunakan Metode Daerah Pengaruh 47
A.1. Data Curah Hujan dan Hari Hujan............................................. 53
B.1. Data Analisa Titik Bor dan Kadar.............................................. 54

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
A. Data Curah Hujan dan Hari Hujan.............................................. 53
B. Data Analisa Titik Bor dan Kadar............................................... 54
C. Perhitungan Luas Sayatan Metode Penampang Tegak................ 80
D. Perhitungan Cadangan Dengan Metode Penampang Tegak........ 94
E. Perhitungan Cadangan Dengan Metode Daerah Pengaruh.......... 100
F. Peta Lubang Bor dan Sayatan....................................................... 119
G. Peta Lubang Bor dan Daerah Pengaruh........................................ 120

xi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penambangan bahan galian merupakan kegiatan dalam rangka penyediaan
bahan baku untuk keperluan pembangunan disegala bidang. Maka dari itu usaha
pertambangan tidak lepas dari pekerjaan-pekerjaan dalam mencari bahan
tambang. Estimasi cadangan merupakan salah satu pekerjaan yang penting dalam
mengevaluasi suatu proyek pertambangan, dimana diperlukan suatu perkiraan
mengenai keberadaan bahan galian agar dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Perhitungan cadangan berperan penting dalam menentukan jumlah,
kualitas, dan kemudahan dalam eksplorasi secara komersial dari suatu endapan.
Sebab dari hasil perhitungan cadangan yang baik dan akurat yang sesuai dengan
keberadaannya dilapangan dapat menentukan investasi yang akan ditanam oleh
investor sebagai penanaman modal dalam usaha penambangan, penentuan kerja
produksi, cara penambangan yang akan dilakukan, bahkan dalam memperkirakan
waktu yang akan dibutuhkan oleh perusahaan dalam melaksanakan usaha
penambangannya.
Bila dilihat secara keseluruhan, betapa pentingnya mineral bagi kehidupan
manusia, sehingga makin maju dan modern kehidupan manusia, akan banyak lagi
mineral-mineral yang akan dibutuhkan dimasa yang akan datang. Bahkan para
ahli berpendapat kemajuan peradaban manusia dapat diukur dengan pemakaian
mineral. Kalau ditinjau dari sejarah, dimana penamaan suatu periode atau jaman
disebut berdasarkan pemakaian mineral saat itu. Mulai dari jaman batu sampai
jaman besi (logam).
Nikel merupakan salah satu bahan galian tambang yang digunakan dalam
berbagai bidang kehidupan, dimana kebutuhan akan nikel semakin besar seiring
meningkatnya penggunaan unsur nikel tersebut dalam pembangunan. Selain itu
terdapat pula kendala saat ini dimana semakin berkurangnya cadangan nikel yang
merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, maka dari salah satu

1
cara untuk menyelidiki cadangan nikel yang lebih banyak, diperlukan suatu
metode eksplorasi yang lebih akurat dan sesuai.
Untuk menentukan estimasi cadangan diperlukan metode estimasi yang
sesuai dengan kodisi geologi, genesa, dan mineralisasi pada daerah penelitian,
maka penulis mencoba untuk menghitung nilai evaluasi cadangan bijih nikel di
PT. Aneka Tambang (Tbk) Unit Bisnis Pertambangan Nikel Operasi Pomalaa,
(PT.Antam Tbk UBPN) Sulawesi Tenggara terutama di tambang tengah pada
bukit TLC 3 dengan membandingkan Metode penampang tegak dengan metode
daerah pengaruh.

1.2 Perumusan Masalah


Penelitian yang dilakukan dengan mencari data analisa pemboran melalui
pengamatan langsung daerah penambangan yang pada saat ini semakin berkurang,
sehingga perlu diadakan pencarian kembali dan perhitungan cadangan nikel sesuai
COG dengan menggunakan metode yang tepat.
Adapun permasalahan yang dihadapi, metode perhitungan cadangan yang
dilakukan PT. Antam (Tbk) UBPN Pomalaa hanya menggunakan metode daerah
pengaruh, dengan endapan bijih nikel merupakan endapan yang bersifat
heterogen, sehingga diperlukan metode lain yang sesuai dengan endapan bijih,
salah satunya menggunakan metode penampang tegak.

1.3 Batasan Masalah


Batasan masalah pada penelitian ini mengarah pada perhitungan cadangan
menggunakan metode penampang dan metode daerah pengaruh, dan mengetahui
penyebaran endapan bijih nikel dari hasil analisa conto dan hasil pemboran
endapan bijih nikel

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah cadangan bijih
nikel yang sesuai dengan Cut Off Grade (COG) yakni 1,6 %, dan memperoleh
gambaran suatu metode estimasi cadangan yang sesuai untuk digunakan dalam

2
mengestimasi cadangan bijih nikel di PT. Antam (Tbk) UBPN Operasi Pomalaa
pada tambang tengah di bukit TLC 3, ini dengan tinjauan geologi, genesa, dan
mineralisasinya dengan mengunakan metode penampang tegak dan metode
daerah pengruh dengan cara membandingkan kedua metode tersebut, mana yang
lebih sesuai.

1.5 Metode Penelitian


Metode penilitian yang dilakukan di PT. ANTAM POMALAA ini
merupakan metode kuantitatif. Tahapan metode ini terdiri dari
A. Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan dengan dua cara yakni
1. Data Primer
Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan, yang terdiri
dari:
a. Jumlah titik bor.
b. Cara penambangan.
c. Pengambilan conto.
2. Data Sekunder
Data sekunder didapat dari mengumpulkan data dari instansi terkait,
berupa data analisis kadar, peta topografi, peta geologi, dan peta sebaran endapan
nikel.
B. Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data yang ada untuk mendapatkan alternatif
pemecahan permasalahan yang dibahas, kemudian melakukan perhitungan-
perhitungan terhadap alternatif pemecah masalah, sehingga dapat menyelesaikan
permasalahan yang dibahas
C. Kesimpulan
Sebagai rekomendasi kepada perusahaan untuk menyelesaikan permaslahan
di lapangan berdasarkan hasil penelitian ini

3
1.6 Manfaat Penilitian
Manfaat yang diperoleh dari penilitian ini adalah :
A. Mengetahui pola sebaran endapan nikel.
B. Sebagai masukan metode mana yang sesuai dengan perhitungan cadangan
nikel.

4
BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah


Lokasi penambangan bahan galian bijih nikel yang dilakukan oleh PT.
Antam (Tbk). UBPN Operasi Pomalaa, secara adsminitrasi terletak di daerah
Pomalaa Kabupaten Kolaka, Propinsi Sulawesi Tenggara. Secara geografis
terletak pada 12131 BT - 12140 BT dan 410 LS - 418 LS.
Unit Bisnis Pertambangan Nikel Operasi Pomalaa, Kabupaten Kolaka,
Propinsi Sulawesi Tenggara berbatasan dengan :
A. Disebelah Utara berbatasan dengan Sungai Huko-Huko
B. Disebelah Timur berbatasan dengan Perbukitan Maniang
C. Disebelah Selatan berbatasan dengan Sungai Oko-Oko
D. Disebelah Barat berbatasan dengan Teluk Mekongga
Dearah penelitian memiliki iklim tropis dengan temperatur berkisar antara
25 - 32C dengan musim kering terjadi pada bulan Mei-Agustus sedangkan
musin hujan terjadi pada bulan September-April. Angin Barat merupakan angin
kencang yang biasanya terjadi di bulan Februari-Maret. Curah hujan rata-rata per
tahun 1980 mm, dengan rata-rata hari hujan 129 hari.
Lokasi penelitian berbatasan langsung dengan Propinsi Sulawesi Tengah
di sebelah Utara Sulawesi Tenggara dimana dapat dicapai dengan menggunakan
kendaraan roda dua maupun roda empat ke Kolaka dari Kendari. Ibukota Propinsi
Sulawesi Tenggara adalah Kota Kendari berjarak 165 km dari Kolaka,
sedangkan Pomalaa terletak disebelah Selatan kota Kolaka dengan jarak 29 km.
atau dapat juga ditempuh dari Makasar, Sulawesi Selatan dimana harus melewati
Teluk Bone di penyeberangan Bajoe berjarak 178 km dari Makasar. Jadi rute
menuju lokasi penelitian sebagai berikut Makasar Bajoe - (Penyebrangan Teluk
Bone) Kolaka Pomalaa. Peta lokasi dan kesampaian daerah dapat dilihat pada
gambar 2.1.

5
Keterangan:

: Jalan

U : Sungai
: Gunung
Skala : Ibukota propinsi

0 14 28 : Ibukota Kabupaten
: Lokasi Penelitian

(Sumber : Arsip PT. ANTAM POMALAA)


Gambar 2.1 Peta Lokasi Penelitian

6
2.2 Keadaan Geologi Penelitian
2.2.1. Geologi Umum Sulawesi
Sulawesi dan sekitarnya merupakan daerah dengan tatanan geologi yang
sangat kompleks. Hal ini disebabkan karena Sulawesi terletak pada zona
konvergen antara 3 lempeng litosfer, yaitu Lempeng Australia di bagian utara,
pergerakan ke barat Lempeng Pasifik dan Lempeng Eurasia di bagian selatan-
tenggara (Herman dan Hasan Sidi, 2000 dalam arsip PT. Antam, Tbk UBPN
Operasi pomalaa). Pulau Sulawesi dan sekitarnya terdiri dari 3 Mandala Geologi
yaitu:
A. Mandala Geologi Sulawesi Barat, dicirikan oleh adanya jalur gunung api
paleogen, intrusi neogen dan sedimen mesozoikum.
B. Mandala Geologi Sulawesi Timur, dicirikan oleh batuan ofiolit yang berupa
batuan ultramafik peridotit, harzburgit, dunit, piroksenit dan serpentinit yang
diperkirakan berumur kapur.
C. Mandala Geologi Banggai Sula, dicirikan oleh batuan dasar berupa batuan
metamorf Permo-Karbon, batuan Plutonik yang bersifat granites berumur
Trias dan batuan sedimen Mesozoikum.
2.2.2. Morfologi
Menurut Hasanudin dkk, 1992 (arsip PT. Antam,Tbk UBPN Operasi
Pomalaa), daerah penelitian termasuk dalam morfologi Lembar Kolaka, yang
dapat dibedakan menjadi beberapa satuan morfologi, yaitu: morfologi
pegunungan, perbukitan, daerah karst dan morfologi dataran rendah.
Berdasarkan pembagian morfologi Lembar Kolaka, morfologi daerah
Pomalaa terbagi 2, yaitu perbukitan dan dataran rendah. Daerah konsesi
pertambangan PT. Aneka Tambang, Tbk UBPN Operasi Pomalaa termasuk dalam
morfologi perbukitan. Daerah perbukitan menempati hampir seluruh daerah
pertambangan yang meliputi daerah Tambang Utara, Tambang Tengah dan
Tambang Selatan dengan ketinggian rata-rata daerah mencapai 250 meter di atas
permukaan air laut dengan tingkat kelerengan landai sampai sedang.

7
2.2.3. Fisiografi
Sulawesi dan pulau-pulau kecil disekitarnya secara fisiografis oleh Van
Bemmelen 1994 (Arsip PT. Antam Tbk UBPN Pomalaa) dikelompokkan menjadi
tujuh system, yaitu :
A. Sangihe-Minahasa System.
B. Northern Part of Celebes Orogen.
C. Central Part of Celebas Orogen.
D. Southern Part of Celebes Orogen.
E. The Makasar System.
F. The Buton System.
G. System of The Lesser Surda Island.
Menurut Rusmana dkk 1998 (Arsip PT. ANTAM Tbk UBPN Pomalaa),
Sulawesi Tenggara adalah daerah lembar Kendari dan Kolaka morfologinya dapat
dibedakan menjadi empat satuan yaitu,satuan pegunungan, satuan perbukitan,
satuan karst, dan dataran rendah.
Satuan pegunungan sebagian besar menenpati daerah di Tengah dan Barat
lembar, dengan arah punggungnya memanjang Barat Laut- Tenggara. Pegunungan
tersebut antara lain, Pegunungan Mekongga, Pegunungan Abuki, Pegunungan
Tangkelomboke, dan Pegunungan Matarombeo. Daerah ini umumnya bertonjolan
halus sampai kasar dan berlereng sedang sampai curam. Ketinggian puncak-
puncaknya berkisar antara 750 meter samapai 3000 meter atas permukaan laut.
Satuan perbukitan terdapat dibagian Barat dan Timur lembar sekitar kaki
perbukitan. Satuan ini membentuk perbukitan bergelombang dengan ketinggian
berkisar antara 75 meter samapai 750 meter atas permukaan air laut.
Satuan Karst, sebagian terdapat dibagian Utara Perbukitan Matarombeo,
sebagian diantara Perbukitan Mekongga dan Perbukitan Tangkelomboke, serta
sebagian lagi di bagian Barat Kendari.
Satuan dataran rendah terdapat didaerah muara-muara sungai besar seperti,
Sungai Konaweha, Sungai Lahumbuti, Sungai Sampera, dan lain-lain. Ketinggian
berkisar dari beberapa meter sampai 75 meter atas permukaan air laut.

8
2.2.4. Stratigrafi Daerah Penelitian
Menurut Van Bemmelen, 1949 dan Hutchison, 1983 (arsip PT. Antam,
Tbk UBPN Operasi Pomalaa), pada lengan tenggara Pulau Sulawesi, batuan
ultramafik kebanyakan masif peridotit, sebagian besar harzburgit, dunit dan
sedikit berasosiasi dengan gabro dan basalt. Menurut Hasanudin dkk, 1992 (arsip
PT. Antam,Tbk UBPN Operasi Pomalaa), secara regional satuan batuan di
Lembar Kolaka dapat dikelompokkan menjadi 2 Mandala Geologi Sulawesi
Timur dan Mandala Geologi Banggai Sula. Mandala Geologi Sulawesi Timur
dicirikan oleh gabungan batuan ultramafik, mafik dan malihan. Sedangkan
Mandala Geologi Banggai Sula dicirikan oleh kelompok batuan sedimen malih.
Menurut Simanjuntak dkk, 1994 (arsip PT. Antam,Tbk UBPN Operasi
pomalaa), Stratigrafi Lembar Kolaka juga dapat dikelompokkan menjadi 2
Mandala, yaitu:
1. Mandala Geologi Sulawesi Timur
Mandala geologi sulawesi timur disebut juga lajur ofiolit Sulawesi Timur,
tersusun oleh batuan ultramafik, mafik, malihan dan sedikit batuan sedimen
pelagos, berturut-turut dari tua ke muda adalah sebagai berikut:
a. Kompleks Ultramafik
Satuan ini terdiri dari: Harzburgit, dunit, serpentinit, gabro, mikrogabro basal,
dolerit dan setempat-setempat gabro malihan dan amfibolit. Batuan ultramafik
ini diperkirakan batuan tertua dan menjadi alas di Mandala Sulawesi Timur,
diduga berumur Kapur Awal.
b. Formasi Pompangeo (Kompleks Pompangeo)
Formasi ini tersusun oleh berbagai jenis sekis, diantaranya sekis mika, sekis
klorit, sekis kuarsa-mika dan setempat geneis, hornfels dan ekologit.
Kompleks Pompangeo ini bersentuhan tektonik dengan batuan ultramafik dan
mafik (ofiolit Sulawesi Timur), umur satuan ini belum diketahui secara pasti,
tetapi diduga tidak lebih tua dari Trias Awal-Kapur Akhir.

9
c. Pualam
Satuan ini terdapat secara setempat-setempat dengan ketebalan dari beberapa
meter sampai puluhan meter. Kedudukannya melensa dan setempat menjari
dengan batuan asal sedimen di Formasi Pompangeo.
d. Formasi Mantano
Formasi ini tersusun oleh kalsiluit dengan sisipan rijang dan batu sabak,
satuan ini diperkirakan berumur Kapur Akhir. Formasi Matano
dikelompokkan menjadi lajur ofiolit Sulawesi Timur.
Hubungan antara batuan ultramafik dan mafik dengan batuan malihan adalah
berhubungan secara tektonik.
2. Mandala Tukang Besi-Buton
Mandala Tukang Besi-Buton tersusun oleh formasi yang berturut-turut dari
tua ke muda yaitu:
a. Kompleks Mekongga
Kompleks ini tersusun oleh sekis, geneis dan kuarsit, umumnya diperkirakan
berumur lebih tua dari Trias, bahkan mungkin Permo-Karbon. Kompleks ini
tertindih tak selaras oleh Formasi Meluhu dan Formasi Laonti.
b. Formasi Meluhu
Formasi ini tersusun oleh filit, batusabak, batupasir terubah, kuarsit, serpih
dan batugamping malihan. Formasi Meluhu merupakan satuan tertua pada
Mandala Arjung Tukang Besi-Buton yang tersingkap disini dan menjadi alas
batuan tersier dengan Formasi Laonti hubungannya menjari.
c. Formasi Laonti
Tersusun oleh batugamping malihan, pualam dan filit. Kedudukan formasi
laonti menjari dengan formasi meluhu dan menunjukkan bahwa umurnya
Trias Atas.
Kedua Mandala tersebut tertindih oleh kelompok Molasa Sulawesi, sedimen
klastik pasca Orogenesa Neogen. Kelompok tersebut berturut-turut dari tua ke
muda:

10
Formasi Langkowala
Formasi ini tersusun oleh batupasir, serpih dan konglomerat. Formasi ini
tertindih secara tak selaras oleh Formasi Boepinang dan selaras dengan
Formasi Eimiko. Umur Formasi Langkolawa ialah Miosen Akhir atau
Akhir Miosen Tengah.
Formasi Emoiko
Formasi ini tersusun oleh kalkarenit, batugamping koral, batupasir dan
napal. Berdasarkan kedudukan stratigrafinya yang selaras di atas Formasi
Langkolawa, tertindih pula secara tak selaras oleh Formasi Buara dan
Formasi Alangga.
Formasi Boepinang
Formasi ini tersusun oleh batu lempung pasiran, napal pasiran dan
batupasir, umumnya berkisar antara Miosen Akhir-Pliosen. Formasi ini
mempunyai hubungan menjari dengan Formasi Eimoko, menindih selaras
dan setempat tak selaras oleh Formasi Langkolawa, tertindih pula secara
tak selaras oleh Formasi Buara dan Formasi Alangga.
Formasi Alangga
Formasi ini tersusun oleh konglomerat dan batupasir. Formasi ini
menindih tak selaras formasi Eimoko dan Boepinang, formasi ini berumur
plistosen.
Formasi Buara
Formasi ini tersusun oleh terumbu koral, setempat terdapat konglomerat
dan batupasir yang belum padat. Formasi ini masih memperlihatkan
hubungan yang menerus dengan pertumbuhan terumbu pada pantai yang
berumur Resen.
2.2.5. Struktur Geologi
Struktur geologi daerah penelitian merupakan jalur batuan beku ultra basa.
Jalur batuan beku ultrabasa di Sulawesi Tenggara mulai daerah Pomalaa. Jalur ini
terbagi 2 kelompok, kelompok pertama menyebar kearah timur, sedangkan
kelompok kedua menyebar kearah tenggara mulai Gunung Watumohae dan
Bombakau sampai ke Torobulu. Kemudian kedua kelompok ini bergabung lagi ke

11
ujung tenggara di Sulawesi Tenggara. Di daerah Pomalaa singkapan batuan
ultrabasa ini umumnya telah mengalami pelapukan, berwarna kuning-coklat
berbintik hitam atau abu-abu putih dengan warna kehijauan pada bagian luar
tepi/pinggirnya, terlihat juga batuan ultrabasa di Pomalaa ini telah mengalami
proses serpentinisasi yang cukup kuat. Untuk menentukan jenis batuan ultrabasa
Pomalaa ini perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis atas sejumlah conto batuan
yang dianggap belum begitu lapuk dari beberapa bukit yang telah ditambang.
Conto diambil dari beberapa rock sample dan core sample.

UMUR FORMASI/SATUAN
Aluvium Aluvium Endapan
Kuarter

Holosen Kolovium Rawa


Formasi Buara
Plistosen Formasi Alangga

Pliosen Formasi Boepinang Formasi Eemoiko


Kenozoikum

Akhir Formasi Langkowala


Anggota Batupasir Anggota Konglomerat
Miosen
Tersier

Tengah

Awal
Oligosen
Eosen
Paleosen
Paleozoikum Mesozoikum

Kapur Formasi
Kabaena Formasi Formasi
Jura Boroboro Laonti

Trias Pualam
Komplek
Perm Ultramafik mafik
Pompangeo

Karbon Mandala Geologi Mandala Geologi


Sulawesi Timur Banggai Sula
(Hasanuddin dkk, 1992)
Gambar 2.2. Stratigrafi Lembar Kolaka

12
0 500 1000

( Bag. Pengukuran & Ekploras PT. ANTAM, Tbk UBPN POMALAA 2008)

Gambar 2.3 Peta Geologi Daerah Pomalaa

2.3 Genesa Endapan Nikel


Ada beberapa mineral utama yang mengandung nikel dalam endapan bijih
nikel di alam ini, baik dilihat dari segi cara pembentukan, sifat maupun komposisi
kimia mineralnya (Tabel 2.1).
Tabel 2.1 Mineral utama yang mengandung nikel,
(Kajian nikel Dept ESDM 1985)
Mineral Rumus Kimia Kandungan Nikel
Sulfida
Pentlandit (Ni,Fe)9S8 34,22
Millerit NiS 64,67
Heazlewoodit Ni3S2 73,30
Linnaete (Fe,Co,Ni)3S4 Bervariasi
Polidimit Ni3S4 57,86
Violarit Ni2FeS4 38,94
Siegenit (Co,Ni)3S4 28,89

Arsenida
Nikolit NiAs 43,92

13
Maucherit Ni11As8 51,85
Rammelsbergit NiAs2 28,15
Gersdorfit NiAsS 35,42
Antimonida
Breithauptit NiSb 32,53
Arsenat
Annabergit Ni3As2O8.8H2O 29,40
Silikat dan oksida
Garnierit (Ni,Mg)6Si4O10(OH)8 Berkisar sampai 47%
Limonit bernikel (Fe,Ni)O(OH).nH2O Rendah tapi beragam

Inti bumi diperkirakan terdiri atas besi dengan kandungan nikel sekitar
7%. Zone diantara kerak bumi dan inti bumi, yaitu yang disebut mantel (mantle),
diperkirakan tebalnya 2.898 km dan mengandung 0,1% - 0,3% nikel. Deposit
nikel pada umumnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu nickel-
copper sulfida, nickel silicate dan laterites and serpentines (Kajian nikel Dept
ESDM 1985).
Deposit nikel yang mengandung sulfida terdapat pada atau dekat peridotit
atau intrusi norit yang diperkirakan saling berkaitan. Deposit tersebut tersebar
dalam badan yang masif atau terkonsentrasi di dalam urat bijih (vein), balok
(stringers) dan celah yang kosong (fissure filling) di sekitar induk batuan beku.
Badan bijih pada umumnya berbentuk memanjang (elongated), lensa (lenticular)
atau lembaran (sheetlike), dengan panjang beberapa ratus meter sampai ribuan
meter.
Formasi deposit nikel sulfida diperkirakan merupakan hasil dari proses
pemisahan magma (magmatic segregation). Tetesan cairan sulfida diperkirakan
memisah dari keluarga magma mafis atau ultra mafis magma selama kristalisasi.
Tetesan sulfida yang jatuh bersama-sama itu, kemudian membentuk zone sulfida
di bagian dasar intrusi.
Endapan laterit dibentuk oleh pelapukan dan erosi pada periode waktu
yang lama. Pelapukan tersebut akan menyingkap peridotit, dunit, piroksenit atau
serpentin sehingga akan menghasilkan formasi laterit yang kaya akan besi dan

14
nikel. Laterit-laterit yang dibentuk dari pelapukan serpentin biasanya kaya akan
kandungan besi (45% - 55%) dan mengandung nikel sekitar 1%.
Tipe kedua dari nickelferous iron laterite adalah nikel silikat. Disebut
nikel silikat karena nikel terdapat sebagai hydrosilicate garnierite atau sebagai
nickel-bearing talc atau antigorit. Tipe laterit ini dihasilkan dari pelapukan pada
batuan peridotit segar, dunit dan piroksenit. Nikel silikat mengandung besi kurang
dari 30% dan kandungan nikelnya mencapai 1,5%.
Berdasarkan cara terjadinya, endapan nikel dapat digolongkan menjadi
dua macam, yaitu: endapan bijih nikel primer/sulfida dan endapan bijih nikel
sekunder/laterit.
2.3.1 Endapan bijih nikel primer atau sulfida
Endapan nikel dalam bentuk sulfida terdapat pada atau dekat suatu badan
batuan yang kandungan besinya tinggi, mengandung magnesium dan silikon nisbi
rendah, bervariasi dari gabro yang dikenal dari norit sampai peridotit. Endapan
tersebut adalah batuan beku intrusi di permukaan bumi yang berasal dari
terobosan magma pijar. Intrusi ini membentuk sekelompok massa yang pada
keadaan tertentu menyebar dengan membentuk lapisan-lapisan serta di lain saat
membentuk suatu bentuk yang tidak teratur.
Bijih nikel yang utama adalah mineral phyrotit (Fe7S8), yang di dalamnya
terdapat mineral pentlandit ((Ni, Fe)9S8) dan khalkopirit (CuFeS2). Deposit
mineral ini terbentuk sewaktu dan setelah proses pendinginan magma gabro dan
norit (ultra basa/ultra mafis), yaitu ketika magma mencari jalan ke atas dan
mengadakan intrusi di bagian atas kerak bumi (tanpa sampai ke permukaan bumi).
Badan bijih biasanya mencapai panjang beberapa antara beberapa ratus sampai
ribuan meter. Mengingat proses terjadinya jauh di bawah permukaan bumi, maka
penambangan bijih nikel sulfida dilakukan dengan cara tambang dalam.
Penampang endapan nikel sulfida dapat dilihat pada gambar 2.4.

15
(Sumber : Kajian nikel Dept ESDM 1985)
Gambar : 2.4 Penampang endapan nikel sulfida

2.3.2 Endapan bijih nikel sekunder atau laterit


Mineral nikel yang terdapat di daerah Pomalaa pada dasarnya adalah bijih
lateritis, yaitu hasil pelapukan batuan ultrabasa yang mengandung nikel.
Bijih nikel laterit merupakan hasil pelapukan (weathering) batuan
ultrabasa peridotit yang terdapat di atas permukaan bumi. Proses pelapukan terjadi
karena pergantian musim panas dan dingin yang silih berganti, sehingga batuan
menjadi pecah-pecah dan mengalami pelapukan. Ion-ion yang mempunyai berat
jenis besar, termasuk nikel, mengalami pengayaan di tempat. Sementara ion-ion
yang mempunyai berat jenis kecil dihanyutkan oleh air, angin atau media lain ke
dataran yang lebih rendah. Pada umumnya bijih nikel laterit mengandung unsur
besi, kobalt dan khromium.
Proses pelapukan dimulai pada batuan peridotit. Batuan ini banyak
mengandung olivin, magnesium silikat dan besi silikat yang pada umumnya
mengandung 0,30% nikel. Batuan peridotit sangat mudah terpengaruh oleh
pelapukan lateritik. Air tanah yang kaya CO2 berasal dari udara luar dan tumbuh-
tumbuhan akan menghancurkan olivin. Penguraian olivin, magnesium, nikel dan
silika ke dalam larutan cenderung untuk membentuk suspensi koloid dari partikel-
partikel silika yang submikroskopik. Di dalam larutan, besi akan bersenyawa

16
dengan oksida dan mengendap sebagai ferri hidroksida. Akhirnya endapan ini
akan menghilangkan air dengan membentuk mineral-mineral seperti karat, yaitu
geothit FeO(OH), Hematit (Fe2O3) dan kobalt dalam jumlah kecil. Jadi besi
oksida akan mengendap dekat dengan permukaan tanah. Sedang magnesium,
nikel silika tertinggal di dalam larutan selama air masih asam. Tetapi jika
dinetralisasi karena adanya reaksi dengan batuan dan tanah, maka zat-zat tersebut
akan cenderung mengendap sebagai hydrosilikat.
Nikel mempunyai sifat kurang kelarutannya dibandingkan magnesium.
Perbandingan antara nikel dengan magnesium di dalam endapan lebih besar dari
pada larutan, karena ada sedikit magnesium yang terbawa oleh air tanah. Kadang-
kadang olivin di dalam batuan diubah menjadi serpentin sebelum tersingkap di
permukaan. Serpentin terurai ke dalam komponen-komponennya bersama-sama
dengan terurainya olivin.
Adanya erosi air tanah asam dan erosi di permukaan bumi, akan
menyerang nikel-nikel yang telah diendapkan. Zat-zat tersebut dibawa ke tempat
yang lebih dalam, selanjutnya diendapakan sehingga terjadi pengayaaan pada bijih
nikel. Kandungan nikel pada zat terendapkan akan semakin bertambah banyak
dan selama itu magnesium tersebar pada aliran air tanah. Dalam hal ini proses
pengayaan bersifat kumulatif (lihat Gambar 2.5.).

(Sumber : Kajian nikel Dept ESDM 1985)


Gambar 2.5. Penampang endapan nikel laterit

17
Proses pengkayaan dimulai dari suatu batuan yang mengandung 0,25%
nikel, sehingga akan dihasilkan 1,50% bijih nikel. Keadaan ini merupakan suatu
kadar yang sudah dapat ditambang. Waktu yang diperlukan untuk proses
pengayaan tersebut mungkin dalam beberapa ribu atau bahkan berjuta-juta tahun.
Bijih nikel pada endapan laterit yang mempunyai kadar paling tinggi terdapat
dengan dasar zone pelapukan dan diendapkan pada retakan-retakan di bagian atas
dari lapisan dasar (bedrock). Perlu ditambahkan bahwa endapan nikel laterit
terletak pada lapisan bumi yang kaya akan besi. Pembagian yang sempurna dari
besi dan nikel ke dalam zone-zone yang berbeda, tidak pernah ada. Pengayaan
besi dan nikel terjadi melalui pemindahan magnesium dan silika. Besi dalam
material ini paling banyak berbentuk mineral ferri oksida yang pada umumnya
membentuk gumpalan (disebut limonit). Sehingga endapan nikel dapat
ditunjukkan dengan adanya jenis limonit tersebut atau sebagai nickelferous iron
ore. Hal ini berlawanan dengan endapan nikel yang bertipe silikat (kadang-kadang
disebut sebagai bijih serpentin); pemisahan nikel dari besi lebih baik. Skema
pembentukan endapan nikel daerah Pomalaa sebagai berikut:

18
Skema Pembentukan Nikel Laterit

Batuan Induk Peridotit


(Ni Primer + 0.1%)

Proses Serpentinisasi

Peridotit serpentinit

Proses Pelapukan dan Lateritisasi

Peridotit Serpentinit (lapuk)

Bahan yang terbawa bersama Bahan yang tertinggal (Fe, AL,


larutan Cr, Mn, Ni, Co)

Konsentrasi residu
Terlarut sebagai larutan Ca Terbawa sebagai partikel Fe oksidasi
Mg karbonat koloidal Al hidroksida
Ni - Co

Konsentrasi celah dari Zona paling atas (Zona


senyawa karbonat overburden dan limonit)
Konsentrasi Residu Konsentrasi Celah

Urat urat :
Magnesit (MgCO3) Fe, Ni, Co Ni, SiO2, MgO
Dolomit (CaMg)CO3 Saprolit Urat urat garnierite
Kalsit (CaCO3) Soft Brown Ore Urat urat krisopras
Hard Brown Ore

Zona paling bawah


(Zona Bedrock) Zona Tengah (Zona Saprolit)

Gambar 2.6. Skema pembentukan nikel laterit

19
2.4 Kondisi Iklim dan Curah Hujan
Salah satu ciri tambang terbuka yang membedakannya dengan tambang
bawah tanah adalah pengaruh iklim pada kegiatan penambangan. Elemen-elemen
iklim seperti hujan, temperatur serta tekanan udara dapat mempengaruhi kondisi
tempat kerja, efisiensi alat dan kondisi pekerja.
Pada PT. Aneka tambang, Tbk UBPN Operasi Pomalaa, curah hujan yang
turun tiap tahun rata-rata cukup tinggi. Dari stasiun pengamatan curah hujan PT.
Aneka Tambang, Tbk UBPN Operasi Pomalaa diketahui curah hujan tertinggi
dalam kurun waktu 5 tahun (2002-2007) terjadi pada bulan April sebesar 372,266
mm/bln. Sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus sebesar
58,564 mm/bln. Hari hujan terbesar pada bulan April dan hari hujan terendah pada
bulan Agustus. Grafik curah hujan dan hari hujan wilayah Pomalaa ditunjukkan
pada gambar 2.7 dan gambar 2.8.

Grafik Curah Hujan

400

350

300
Curah hujan

250

200 Rata-rata curah hujan

150

100

50

0
r
ei

r
et
i

ri

ni

er
ril

li

s
ar

be

be
be
Ju

tu
ua

M
Ap

Ju
ar

ob
nu

us

em

em
em
br

kt
Ja

Ag
Fe

ov

es
pt
Se

Bulan

Gambar 2.7. Grafik rata-rata curah hujan

20
Grafik Rata-rata hari hujan

14

12

10
Hari hujan
8
Rata-rata hari hujan
6

r
ri

ei

ni

r
et
i

ril

li

er
ar

be

be
be
Ju

tu
ua

Ju
M
Ap
ar

ob
nu

us

em

em
em
br

kt
Ja

Ag
Fe

ov

es
pt
Se

D
Bulan

Gambar 2.8. Grafik rata-rata hari hujan

2.5. Penambangan Bijih Nikel


Kegiatan pada Industri Pertambangan PT. Aneka Tambang, Tbk UBPN
Operasi Pomalaa terdiri atas beberapa kegiatan utama yaitu:
1. Kegiatan Eksplorasi
Pekerjaan eksplorasi pada PT. Aneka Tambang, Tbk UBPN Operasi
Pomalaa mempunyai tujuan untuk mengetahui:
A. Macam cadangan
B. Penyebaran cadangan
C. Kuantitas dan kualitas cadangan

Adapun kegiatan eksplorasi yang dilakukan yaitu:


a. Kegiatan Pemboran
Kegiatan pemboran merupakan kegiatan utama pada eksplorasi untuk
mengetahui kuantitas dan kualitas cadangan. Awal dari kegiatan ini adalah
membuat rencana titik-titik bor. Rencana penentuan titik-titik bor dibuat pada peta
topografi berskala 1 : 500 dengan grid pattern system yaitu membagi peta
sehingga berbentuk bujur sangkar dengan jarak 25 meter antar titik bor.

21
Kegiatan pemboran pada PT. Aneka Tambang, Tbk UBPN Operasi
Pomalaa dilakukan oleh CV. Cipta Utama

Gambar 2.9. Kegiatan Pemboran

b. Pengukuran Kemajuan Tambang


Selain kegiatan eksplorasi, tim eksplorasi memiliki tugas penting lainnya
yaitu melakukan pengukuran terhadap kemajuan tambang. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui jumlah cadangan nikel yang telah dieksploitasi pada suatu daerah
penambangan sekaligus untuk mengetahui sisa cadangan yang dapat dieksploitasi
selanjutnya. Alat yang digunakan adalah Theodolith Nikon Semi Digital.

Gambar 2.10. Pengukuran Kemajuan Tambang

22
2. Kegiatan Penambangan
Kegiatan penambangan bijih nikel di PT. Aneka Tambang, Tbk UBPN
Operasi Pomalaa dilakukan secara tambang terbuka dengan sistem open cut
(selective mining).
Tahapan pada kegiatan penambangan adalah:
a. Persiapan daerah penambangan
Merupakan persiapan awal sebelum melakukan kegiatan penambangan.
Pekerjaan tersebut meliputi:
Pioneering (pembuatan jalan produksi)
Jalan produksi adalah jalan yang digunakan oleh dump truck untuk
mengangkut bijih nikel ke tempat penimbunan bijih (stock yard) dari
front penambangan atau sebaliknya.
Berdasarkan perbedaan kondisi jalan, dikenal dua macam jalan, yaitu
jalan utama yang menghubungkan tempat penimbunan dari kaki bukit
dan cabang jalan utama yang menghubungkan kaki bukit ke front
penambangan.
Land Clearing (Pembabatan)
Pekerjaan pembabatan dilakukan setelah lokasi penambangan telah
ditentukan. Pekerjaan ini meliputi pembersihan daerah rencana
penambangan dari semak-semak dan pohon-pohon. Alat yang
digunakan adalah Bulldozer D85E-SS.
Stripping of over burden
Kegiatan ini dilakukan apabila pekerjaan pembabatan selesai. Alat
yang digunakan adalah Bulldozer D85E-SS.
Pengontrolan terhadap hasil stripping adalah dengan jalan mengadakan
pengukuran terhadap tempat-tempat yang sudah dikerjakan, sambil
memasang patok-patok kembali. Dari hasil pengukuran inilah dapat
diketahui stripping sudah selesai atau perlu dilanjutkan lagi.

23
Gambar 2.11. Persiapan daerah penambangan
b. Penambangan
Sistem penambangan yang digunakan adalah open cut dengan metode
selective mining. Sistem selective mining digunakan karena sistem ini dianggap
cukup efektif dalam memenuhi target produksi bijih nikel untuk saat ini. Kegiatan
penambangan pada PT. Aneka Tambang, Tbk UBPN Operasi Pomalaa dilakukan
oleh pihak beberapa pihak kontraktor antara lain PT. Sumber Setia Budi (SSB),
PT. Jembatan Mas dan PT. Setia Budi Guna Abadi (SBGA). Alat muat yang
digunakan adalah Backhoe Komatsu PC 200 sedangkan untuk pengangkutan dari
lokasi tambang ke stock yard menggunakan Dump Truck Nissan Diesel CWM 432
HTRA yang berkapasitas 20 ton.

3. Pengapalan
Pelabuhan yang ada di PT. Aneka Tambang, Tbk UBPN Operasi Pomalaa
terdiri dari Pelabuhan Pomalaa dan Pelabuhan Tanjung Leppe. Pada kedua
pelabuhan tersebut kapal tidak dapat merapat ke pantai karena dangkal. Oleh
karena itu untuk mengangkut bijih nikel ke ore ship digunakan tongkang yang
ditarik oleh tug boat. Ore ship yang berlabuh berasal dari beberapa negara yaitu
Australia, Jepang dan Cina. Untuk memindahkan bijih nikel dari stock yard ke ore
ship dibutuhkan peralatan darat dan peralatan laut.

24
a. Peralatan darat
Yang dimaksud dengan peralatan darat adalah segala macam alat yang
digunakan untuk kepentingan pemuatan bijih yang operasinya di darat.
Macam-macam peralatan yang dipakai berdasarkan sistem yang digunakan
adalah:
Bijih Nikel diangkut secara langsung oleh dump truck ke dalam
tongkang. Alat muat yang digunakan adalah Wheel Loader.
Bijih Nikel diangkut dengan dump truck kemudian ditumpahkan pada
feeder yang telah disiapkan pada pelabuhan. Tongkang diletakkan di
bawah feeder sehingga bijih nikel tersebut akan langsung menuju
tongkang. Alat muat yang digunakan adalah Wheel Loader.
b. Peralatan Laut
Yang dimaksud dengan peralatan laut adalah segala macam alat yang
digunakan untuk pemuatan bijih ke ore ship yang beroperasi di laut.
Macam-macam peralatan yang dipakai adalah:
Tug boat dipergunakan untuk menarik tongkang yang telah berisi bijih
nikel untuk dibawa ke ore ship. Untuk menarik sebuah tongkang
digunakan 1 tug boat.
Tongkang dipergunakan untuk membawa bijih nikel ke ore ship.
Kapasitas tongkang yang digunakan adalah 500 ton.
4. Preparasi conto
Preparasi conto adalah pekerjaan mempersiapkan conto baik dalam hal
ukuran maupun jumlah sebelum conto tersebut dikirim ke laboratorium untuk
dianalisa. Kegiatan preparasi conto meliputi conto eksplorasi, conto produksi dan
conto pengapalan. Kegiatan preparasi conto ini dikerjakan oleh pihak kontaktor
yaitu CV. Putra Mekongga.

25
Gambar 2.12. Kegiatan preparasi conto

5. Analisis Kadar
Analisa kadar dilakukan dengan menggunakan X-Ray Spectrometer
Simultix 12 (Rigaku). Penentuan kadar/unsur-unsur tidak hanya dilakukan
untuk ore tetapi juga untuk metal, batu kapur dan slag.

Gambar 2.13. Alat Analisa Kadar pada bijih nikel

6. Pengolahan, Peleburan dan Pemurnian


Bijih Nikel dari lokasi tambang selain diekspor ada pula yang diolah
sendiri oleh PT. Aneka Tambang, Tbk UBPN Operasi Pomalaa menjadi
ferronikel. Saat ini, PT. Aneka Tambang, Tbk UBPN Operasi Pomalaa
memiliki 3 unit pabrik pengolahan bijih nikel. Nama 3 unit pabrik pengolahan

26
nikel tersebut adalah Feni 1, Feni 2 dan Feni 3. Bagan proses pengolahan,
peleburan dan pemurnian bijih nikel dapat dilihat pada gambar 2.14.
7. Reklamasi
Salah satu kegiatan yang sangat penting dalam industri pertambangan
adalah reklamasi pada lahan tambang. Kegiatan reklamasi pada lahan tambang ini
terdiri dari:
a. Pembuatan sistem penyaliran dan kolam pengendapan.
Hal ini berfungsi untuk mengatur aliran air dan mengurangi kekeruhan air
khususnya air hujan sebelum dialirkan ke sungai atau ke laut dan
mengantisipasi terjadinya genangan air hujan pada lubang-lubang bekas
penambangan dan jalan tambang .
b. Penghijauan daerah bekas tambang
Sistem penghijauan pada daerah bekas tambang tersebut disesuaikan
dengan lingkungan daerah bekas tambang tersebut.
Beberapa cara penghijauan yaitu:
Sistem Pot: Sistem ini digunakan pada daerah bekas tambang yang
lokasinya berbatu-batu dan sulit untuk mendapatkan tanah humus.
Sistem Teras: Sistem ini digunakan pada daerah bekas tambang yang
topografinya landai serta mudah mendapatkan tanah humus.

27
Bijih Nikel Batubara Antrasit Batu Kapur

Pengeringan dengan Rotary Dryer

Pengayakan Pengayakan Pengayakan

Pemecahan Pemecahan Pemecahan

Penimbangan Penimbangan Penimbangan

Pencampuran

Kalsinasi dengan Rotary Kiln

Umpan Panas

Peleburan

Desulfurisasi
Deoksidasi
Pemurnian

Pencetakan

Pengerjaan Akhir

Fe-Ni

(Sumber : Teknologi Pertambangan Indonesia, PPTM, 1994)


Gambar 2.14. Proses Pengolahan, Peleburan dan Pemurnian Bijih Nikel

28
BAB III
DASAR TEORI

3.1 Kegiatan Eksplorasi


Eksplorasi merupakan bagian dari kegiatan pertambangan, dimana
kegiatan dimulai dari propeksi, eksplorasi, evaluasi, penambangan, pengolahan,
ekstraksi, dan pemasaran sampai reklamasi. Namun seluruh kegiatan tersebut
selalu dilakukan, hal ini bergantung pada jenis bahan galian, pemakaian bahan
galian tersebut dan permintaan pasar.
Menurut Mc. Kinstry H.E dan Alan M. Bateman (ore deposit 1987),
eksplorasi didefinisikan sebagai kegiatan yang tujuan akhirnya adalah penemuan
geologis berupa endapan mineral yang bernilai ekonomis. Selain itu eksplorasi
dapat juga diartikan sebagai pekerjaan selanjutnya setelah ditemukannya endapan
mineral berharga, yang meliputi pekerjaan-pekerjaan untuk mendapatkan ukuran,
bentuk, letak (posisi), kadar rata-rata, dan jumlah cadangan dari endapan tersebut
(Nurhakim, bahan kuliah teknik eksplorasi Prodi Teknik Pertambangan Fakultas
Teknk Universitas Lambung Mangkurat 2006).
Tahapan kegiatan eksplorasi biasanya dilakukan berbeda untuk setiap jenis
endapan mineralnya dan bahkan untuk endapan mineral yang sama sekalipun. Ini
dikarenakan adanya perbedaan penekanan pada tahap-tahap eksplorasi yang
dilakukan pada jenis endapan tertentu, kepentingan masing-masing serta kondisi
geologi dan endapan mineral itu sendiri.
Adapun kegiatan eksplorasi meliputi tahap-tahap sebagai berikut :
A. Studi Literatur
Studi literatur merupakan suatu kegiatan untuk mencari atau mendapatkan
informasi yang berkaitan dengan penentuan daerah cebakan mineral yang
dieksplorasi.
B. Tahap Pengamatan

29
Analisa data sekunder dan peninjauan lapangan, untuk menentukan layak atau
tidaknya dilakukan eksplorasi.
C. Penyelidikan Pendahuluan
Mempersempit daerah prospek dengan cara pemetaan geologi, geokimia, atau
geofisika udara untuk sasaran eksplorasi. Hasil yang didapat adalah endapan
yang mungkin ekonomis dan masih merupakan cadangan tereka.
D. Eksplorasi Detil
Melanjutkan penyelidikan pada sasaran-sasaran eksplorasi dan mendapatkan
cadangan yang merupakan cadangan terindikasi.
E. Eksplorasi Lanjut
Penentan secara pasti sifat-sifat yang diperlukan sebagai data persiapan
penambangan dan persiapan produksi. Hasil yang didapat adalah endapan
ekonomis dan sudah didapat cadangan terukur.
Dan metode dari eksplorasi itu sendiri terdiri dari :
1. Metode Langsung
Menghasilkan gejala geologi tersebut dapat diamati dengan mata geologist ;
metode geologist.
2. Metode Tidak Langsung
Menghasilkan suatu anomali yang dapat ditafsirkan sebagai gejala geologi
yang dilacak dengan; metode geofisika dan metode geokimia.

30
Prospeksi
Tidak ada
Ada
Ekplorasi
Pendahuluan Stop
Eksplo Eksplorasi Eksplorasi
Detail rasi Lanjut

Analisis dan Perhitungan


Cadangan

Evaluasi

Studi Kelayakan
Tidak Layak
Layak

Stop
Development

Arsip
Penambangan

Pengolahan/Ekstraks
i

Pemasaran

(Partanto Prodjosumarto, pengantar teknologi mineral ITB, Bandung 1996)


Gambar 3.1 Diagram Alir Tahap-Tahap Kegiatan Pertambanga

31
Metoda Eksplorasi

Metoda Geologi Metoda Geofisika Metoda Geokimia

Survei Geofisika Udara Penyontohan Aliran


Survei Indera Jauh Sungai
Dari ruang angkasa: Survei Gravitasi
Analisa Citra Satelit Penyontohan Batuan
Survei Magnetik
Dari Udara : Penyontohan Tanah
Analisa Foto Udara, Survei Geofisika Darat
Citra Radar, dll
Survei Geologi Permukaan Survei Seismik

Survei Geologi Tinjau Survei Gravitasi


(Reconnaissance)
Survei Magnetik
Suvei Geologi
Singkapan Survei Geolistrik

Sumur Uji dan Paritan Resistivitas IP

Pemboran Eksplorasi SP EM

Survei Geologi Bawah


Tanah Loging Sumur

(Sumber : Nurhakim, 2006)


Gambar 3.2 Metode Eksplorasi

32
3.2 Pengertian Cadangan
Menurut Mc. Kelvey yang dimaksud dengan cadangan (reserves) adalah
bagian dari sumber daya terindikasi dari suatu komoditas mineral yang dapat
diperoleh secara ekonomis dan tidak bertentangan dengan hukum dan
kebijaksanaan pemerintah pada saat itu. Suatu cadangan mineral biasanya
digolongkan berdasarkan ketelitian dari eksplorasinya. Klasifikasi cadangan di
Amerika menurut US Berau Of Mine and US Geological Survey (USBM and
USGS) dan usulan Mc. Kelvey, 1973 sebagai berikut :
A. Cadangan Terukur
Cadangan terukur adalah cadangan yang kuantitasnya dihitung dari
pengukuran nyata, misalnya dari pemboran, singkapan dan paritan, sedangkan
kadarnya diperoleh dari hasil analisa conto. Jarak titik-titik pengambilan conto
dan pengukuran sangat dekat dan terperinci, sehingga model geologi endpan
mineral dapat diketahui dengan jelas. Struktur, jenis , komposisi, kadar, ketebalan,
kedudukan , dan kelanjutan endapan mineral serta batas penyebarannya dapat
ditentukan dengan tepat. Batas kesalahan perhitungan baik kuantitas maupun
kualitas tidak boleh lebih dari 20%.
B. Cadangan Terkira/Teridikasi (indicated)
Cadangan terkira adalah cadangan yang jumlah tonase dan kadarnya
sebagian diperoleh dari hasil perhitungan pemercontoan dan sebagian lagi
dihitung sebagai proyeksi untuk jarak tertentu berdasarkan keadaan geologi
setempat titik-titik pemerconto dan pengukuran jaraknya tidak perlu rapat
sehingga struktur, kadar, ketebalan, kedudukan, dan kelanjutan endapan mineral
serta batas penyebarannya belum dapat dihitung secara tepat dan baru
disimpulkan/dinyatakan berdasar indikasi. Batas kesalahan baik kuantitas maupun
kualitas 20% - 40%.
C. Cadangan Terduga/Tereka (infered)
Cadangan terduga adalah cadangan yang diperhitungkan kuantitasnya
berdasarakan pengetahuan geologi, kelanjutan endapan mineral, serta batas dari
penyebaran. Ini diperhitungkan dari beberapa titik conto, sebagian besar
perhitungannya didasarkan kepada kadar dan kelanjutan endapan mineral yang

33
mempunyai ciri endapan sama. Toleransi penyimpangan kesalahan terhadap
perhitungan cadangan adalah 60%.
Di Indonesia mengikuti klasifikasi cadangan menurut Mc. Kelvey, karena
dianggap paling detil, mempertimbangkan keadaan geologi, ekonomi, dan
memiliki wawasan luas tentang klasifikasi cadangan. Klasifikasi cadangan yang
diusulkan Mc. Kelvey ini berdasarkan pada :
a. Kenaikan tingkat keyakinan geologi.
b. Kenaikan tingkat kelayakan ekonomi.
Kriteria keyakinan geologi didasarkan tingkat keyakinan mengenai
endapan mineral yang meliputi ukuran, bentuk, sebaran, kuantitasnya sesuai
dengan tahap eksplorasinya. Kriteria kelayakan ekonomi didasarkan pada faktor-
faktor ekonomi layak atau tidaknya berdasarkan kondisi ekonomi pada saat itu.
Tingkat kesalahan adalah penyimpangan kesalahan baik kuantitas maupun
kualitas cadangan yang masih bisa diterima sesuai dengan tahap ekplorasinya.
Selain itu juga Mc. Kelvey membagi cadangan didasarkan pada kenaikan
tingkat pelaksanaan ekonomi dan tingkat keyakinan geologi yang dapat dilihat
pada gambar 3.3

34
Total Resources
Totalitas Sumber Daya Mineral
Identified Undiscovered
Teridikasi Tak Terindikasi
Demontrated Hypothermal Speculatives

Kenaikan Tingkat Kelayakan Ekonomi


Terunjuk Hypotetik Spekulatif
Measured Indicated Tereka
Terukur Terindikasi
Economic Reserve
ekonomi
Cadangan
Sub Marginal, Paramarginal

Resources
Sub Economic

Kenaikan Tingkat Keyakinan Geologi

(Sumber : Mc. Kelvey dalam Abdul Rauf Perhitungan cadangan endapan mineral, 1998)
Gambar 3.3 Klasifikasi Cadangan dan Sumber Daya Mineral

3.3 Perhitungan Cadangan


Setelah kita melakukan ekplorasi pada tahap-tahap kegiatan penambangan
kemudian melakukan analisa dan perhitungan cadangan seperti terlihat pada
Gambar 3.1. Adapun tujuan dari perhitungan cadangan yaitu agar dapat
menentukan jumlah dan mutu kualitas yang dapat dipertanggung jawabkan untuk
dieksploitasi sesuai dengan kebutuhan. Dengan perhitungan cadangan akan dapat
mengetahui biaya produksi, membantu perencanaan, efisiensi operasi, control
kehilangan dalam penambangan, unsur produksi tambang, dan sebagainya.
Kegiatan lapangan untuk memperoleh data guna perhitungan cadangan adalah
sebagai berikut :

35
A. Observasi Lapangan
Merupakan gambaran praktis kondisi dan keadaan dilapangan meliputi
pengambilan data geografi dan demografi.
B. Pemetaan
Tidak mutlak dilaksanakan, untuk pengambilan topografi, bentang alam, dan
lereng awal jika peta telah tersedia maka hanya dilakukan ploting.
C. Pengambilan Conto
Dapat berupa air, tanah, endapan, singkapan sesuai dengan metodenya.
D. Pengambilan Data Geologi
Dapat dilakukan dengan studi literatur dan pengecekkan langsung dilapangan.
E. Pengolahan Data
Dilakukan di lapangan (pengecekkan mudah) atau dikirim ke kantor termasuk
pekerjaan studio, uji laboratorium dan analisa.
Untuk Estimasi cadangan tidak lepas dari metode yang akan digunakan,
adapun metode perhitungan cadangan dapat dikategorikan menjadi :
1. Metode Konvesional
a. Tertua dan paling umum digunakan.
b. Mudah diterapkan, dikomunikasikan, dan dipahami.
c. Mudah di adaptasi dengan semua edapan mineral.
d. Kelemahannya sering menghasilkan perkiraan salah, karena cendrung
menilai kadar tinggi saja.
e. Kadar suatu luasan diasumsikan konstan sehingga tidak optimal secara
matematika.
f. Untuk endapan yang terpencar dapat terjadi penafsiran yang salah.
2. Metode Non Konvensional.
a. Pengembangan teori matematik dan statistik.
b. Secara teoritis akan lebih optimal.
c. Kelemahannya rumit data terbatas tidak optimal.

36
3.4 Metode Perhitungan Cadangan
Dalam melakukan metode perhitungan cadangan haruslah ideal dan
sederhana, cepat dalam pengerjaan dan dapat dipercaya sesuai dengan keperluan
dan kegunaan. Metode perhitungan harus dipilih secara hati-hati dan rumusan
yang dipilih harus sederhana dan mempermudah perhitungan sehingga dapat
menghasilkan tingakat ketepatan yang sama dengan metode yang komplek. Maka
tingkat kebenaran perhitungan cadangan tergantung pada ketepatan dan
kesempurnaan pengetahuan atas endapan mineral seperti asumsi-asumsi yang
digunakan untuk menginterprestasikan variabel-veriabel pada batas-batas endapan
dan pada perumusan matematika.
Pemilihan metode untuk perhitungan cadangan tergantung pada :
A. Keadaan Geologi dari Endapan Mineral
Topografi daerah penelitian berupa perbukitan bergelombang
B. Ketersediaan Data
Tidak adanya data lubang bor yang menunjukkan ketebalan endapan bijih
nikel sehingga data merupakan indikasi secara geologi saja.
C. Jenis Bahan Galian.
Bijih nikel merupakan jenis bahan galian golongan B yang mempunyai bentuk
dan geometri yang sederhana, dan memiliki assosiasi dengan mineral-mineral
lainnya.
Secara umum endapan-endapan bahan galian dapat dikategorikan atas
sederhana (simple) atau kompleks (complex) tergantung dari distribusi kadar dan
bentuk geometrinya. Kriteria untuk mengkategorikan endapan bahan galian ini
didasarkan atas pendekatan geologi. Untuk kategori kompleks dicirikan dengan
kadar pada batas endapan dan pada tubuh bijihnya sangat bervariasi serta bentuk
geometrinya yang kompleks, sedangkan untuk kategori sederhana dicirikan
dengan bentuk geometri yang sederhana dan kadar pada batas endapan maupun
pada badan bijih relatif homogen.

37
3.4.1. Metode Penampang Tegak (Cross Section)
Prinsip dari metode ini yaitu pembuata sayatan pada badan bijih, dalam hal
ini adalah nikel. Kemudian dihitung luasan masing-masing badan bijih tersebut,
dan untuk menghitung volumenya digunakan jarak antar penampang.
Untuk perhitungan volume dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
A. Rumus luas rata-rata
1. Volume penampang yang sejajar

V : Volume Cadangan
S1 : Luas Penampang Satu
S2 : Luas Penampang Dua
L : Jarak Antar Penampang

2. Untuk menghitung tonase digunakan rumus


T = V x BJ
Dimana : T = Tonase (ton)
V = Volume (m3)
BJ = Berat Jenis Material (ton/ m3)

Rumus Prismoida
V = (S1 + 4M + S2)

S1,S2 = Luas Penampang Ujung


M = Luas Penampang Tengah
L = Jarak Antar S1 dan S2
V = Volume Cadangan

38
3. Rumus Kerucut Terpancung

k
S1 : Luas Penampang Atas
S2 : Luas Penampang Bawah
L : Jarak Antara S1 dan S2
V : Volume Cadangan

(Abdul Rauf 1998)


Gambar 3.4. Metoda Penampang Standar

3.4.2. Metode Daerah Pengaruh


Perhitungan cadangan menggunakan metode daerah pengaruh (Area Of
Influence) merupakan salah satu metode estimasi cadangan secara konvensional,
metode ini mempunyai luas daerah pengaruh yang sama dengan luas daerah
pengaruh dari titik-titik conto terdekat. Dalam hal ini pola luasan yang dibentuk
segi empat sama sisi dengan luas 625m2. Sedangkan kadar dari masing-masing

39
titik conto bervariasi, dan luas daerah pengaruh setiap titik dihitung dengan
membagi jarak antara dua titik conto yang berdekatan menjadi dua.
Metode ini umumnya menggunakan nilai titik conto yang berada dipusat
blok sebagai pengganti terbaik nilai rata-rata luas tertentu didalam blok tersebut
tanpa mempertimbangkan pengaruh, hubungan letak, dan ruang titk conto di
sekelilingnya. Pada metode daerah pengaruh ini semua faktor ditentukan untuk
titik tertentu pada endapan mineral, diekstensikan (perluasan) sejauh setengah
jarak dari titik-titik sekitarnya yang membentuk daera pengaruh.
Ukuran blok yang ditentukan oleh tiap-tiap titik conto dipengaruhi
langsung oleh spasi conto. Jika spasi rapat maka ukuran blok akan semakin kecil
begitu juga sebaliknya, maka ukuran blok dibatasi. Ukuran blok dapat ditantukan
secara subyektif berdasarkan pengalaman dan perhitungan cadangan sejenis yang
pernah dilakukan sebelumnya.
Dengan demikian pengaruh dari tiap-tiap titik akan membentuk suatu
poligon tertutup, dimana bagian dari endapan yang akan diestimasi cadangannya
diganti oleh beberapa prisma poligon, setiap prisma poligon atau blok
menggambarkan volume daerah pengaruh suatu titik conto,
Dengan demikian untuk mengestimasi volume daerah pengaruh tiap-tiap
poligon, dilakukan dengan cara mengkalikan luas daerah pengaruh tiap-tiap
poligon dengan tebal bijih pada daerah pengaruh tersebut (tebal pada tiap-tiap
poligon)
Volume dari masing-masing daerah pengaruh dapat diestimasi dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut :
V=axt
Keterangan :
V = Volume daerah pengaruh (m3)
a = Luas daerah pengaruh (m2)
t = Tebal bijih (m)
Sedangkan untuk mengestimasi volume total dari masing-masing poligon
digunakan persamaan sebagai berikut :
Vtotal = V1 + V2 + V3 + + Vn atau

40
= a1 x t1 + a2 x t2 + a3 x t3 + + an x tn
Keterangan :
V1, V2, V3, Vn = Volume masing-masing poligon (m3)
a1, a2, a3, an = Luas daerah pengaruh dari masing-masing poligon (m2)
t1, t2, t3, tn = Tebal bijih dari masing-masing poligon (m)
Untuk estimasi tonase bijih total digunakan persamaan sebagai berikut :
T = T1 + T2 + T3 + + Tn
= (V1 x x C1) + (V2 x x C2) + (V3 x x C3) + (Vn x x Cn)
Sedangkan rata-rata diestimasi dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut :
CAV = C1V1 + C2V2 + C3V3 + + CnVn
V1 + V2 + V3 + Vn
Keterangan :
T = Tonase bijih total dari cadangan (WMT)
T1, T2, T3, ,Tn = Tonase bijih dari masing-masing poligon (WMT)
= Densitas Batuan (Ton/m3)
V1, V2, V3, ,Vn = Volume dari masing-masing poligon (m3)

C1, C2, C3,. ,Cn = Kadar dari masing-masing poligon (%)


Keterangan :
Berprospek
Tidak Berprospek

Gambar 3.5 Metode Daerah Pengaru


41
3.5. Penentuan Batas Cadangan
Ketidakteraturan bentuk endapan bijih dan ketidakmerataan distribusi
kadar akan menimbulkan kesulitan dalam penentuan batas-batas endapan
bijihnya. Penanganan masalah ketidakteraturan bentuk endapan dan
ketidakmerataan distribusi kadar merupakan satu rangkaian dalam penentuan
batas-batas cadangan. Terdapat dua kriteria dalam penentuan batas cadangan,
yaitu :
1. Penentuan batas cadangan didasarkan pada interprestasi geologi atas daerah
mineralisasi, sehingga batas-batas struktur maupun litologi juga merupakan
batas cadangan.
2. Batas cadangan didasarkan atas nilai kandungan bijih nikel (kadar) didalam
bijih dengan acuan nilai Cut Off Grade sebesar 1.6 %.

42
BAB IV
HASIL PENELITIAN

Berdasarkan analisa-analisa maka penentuan layak tidaknya bijih nikel


akan ditambang didasarkan pada hasil ekplorasi yang telah dilaksanakan Pada
usaha penambangan yang dikelola oleh PT. Antam (Tbk) UPBN operasi Pomalaa
ini memiliki 4 Kuasa Wilayah (KW) penambangan yang terdiri dari :

1. KW 98PP0213 = 1584,00 Ha
2. KW 98PP0214 = 2372,00 Ha
3. KW 98PP0215 = 599,40 Ha
4. KW 98PP0216 = 3759,00 Ha +
Total Kuasa Wilayah = 8314,40 Ha
Di mana lokasi tambang tengah terletak di KW 98 PP0216. Di PT. Antam
(Tbk) UBPN Operasi Pomala membutuhkan kualitas pasar yang terbagi atas 2
kualitas yaitu:
1. High Grade
a. High Grade Saprolit Ore (HGSO)
Dimana nikel yang mempunyai kualitas ekspor dengan kadar berkisar
2,0% Up atas permintaan dari Negara Jepang, Eropa, Thailland, dan
Korea Selatan.
b. High Grade Pabrik
Kualitas ini untuk memenuhi kebutuhan akan pabrik FeNi 1 dan 2 yang
dikelola PT. Antam (Tbk) sendiri yang akan menghasilkan Ferro-nikel
sebagai bahan setengah jadi untuk dapat diproses selanjutnya
2. Low Grade Saprolit Ore (LGSO)

Kualitas nikel untuk LGSO ini memiliki kualitas yang kadar Ni rendah, yaitu
antara 1,60% sampai 2,0% dengan kadar besi (Fe) > 5% dan Bassisity > 50%.
Kualitas LGSO ini merupakan permintaan akan negara Australia dimana
selain nikel, mereka juga akan mengolah besi (Fe) sebagai mineral asosiasi.

43
4.1. Perhitungan Cadangan Dengan Metode Penampang Tegak

Perhitungan cadangan dengan metode penampang tegak menggunakan


metode standar, yakni mengikuti pedoman perubahan bertahap (rule of gradual
changes), dengan menghubungkan titik-titik pengamatan terluar.

Pada metode standar ini dengan prosedur :

a. Penentuan luas semua seksi.

b. Penentuan faktor rata-rata.

c. Perhitungan volume.

d. Perhitungan cadngan, satuan berat raw material / berat metal.

Tabel 4.1. Prosedur Perhitungan Metoda Penampang Standar


(Sumber : Abdul Rauf 1998)

Jarak Cadangan Cadangan


Tonage
Blok Seksi Luas Antar Volume Raw Kadar Mineral/
Faktor
Seksi Material Metal

1 A-A' B-B' S1 S2 L1 F Q1=V1.F c1 P1=Q1.c1

2 B-B' C-C' S2 S3 L2 F Q2=V2.F c2 P2=Q2.c2

. . . . . . . . .
. . . . . . . . .

Y-Y' Z-Z' Sn Sn Ln F Qn=Vn.F cn Pn=Qn.cn


n

Perhitungan cadangan dengan metoda penampang tegak ini dilakukan dengan


beberapa tahap :

1. Membuat sayatan pada badan bijh.

2. Mengitung luasan masing-masing sayatan dengan menggunakan rumus


1/3 simpson, dengan membagi beberapa segmen yang berjumlah genap
pada masing-masing sayatan.

44
3. Menghitung volume antar sayatan yang stu dengan yang lain berdasarkan
blok-blok.

4. Menghitung cadangan dengan mengalikan jumlah volume total dengan


berat jenis material.

Maka dengan menggunakan rums pada tabel diatas di dapat hasil


perhitungan volume sebesar 343.727 m3 dan cadangan raw material sebesar
659.955,8515 WMT sebagaimana terlampir (lampiran D).

Tabel 4.2. Hasil Perhitungan Cadangan Nikel Menggunakan Metode


Penampang Tegak
LUAS JARAK ANTAR
VOLUME DENSITY TONASE
BLOK SEKSI PENAMPANG PENAMPANG
(m3) (ton/m3) (WMT)
(m2) (m)
AA' 672,34
1 100 32958.34 1,92 63280.0128
BB' 645,74
BB' 645,74
2 100 48376.04 1,92 92881.9968
CC' 954,606
CC' 954,606
3 100 75759.11 1,92 145457.4835
DD' 1.496,09
DD' 1.496,09
4 100 48930.59 1,92 93946.7328
EE' 948,69
EE' 948,69
5 100 21498.69 1,92 41277.4848
FF' 411
FF' 411
6 100 19111 1,92 36693.12
GG' 374
GG' 374
7 100 19224 1,92 36910.08
HH' 377
HH' 377
8 100 16847 1,92 32346.24
II' 329,4
II' 329,4
9 50 5433.9 1,92 10433.088
JJ' 204,18
JJ' 204,18
10 50 21529.18 1,92 41336.0256
KK' 853
KK' 853
11 50 7742 1,92 14864.64
LL' 275,56
LL' 275,56
12 50 18975.56 1,92 36433.0752
MM' 748
MM' 748
13 100 7341.6 1,92 14095.872
NN' 131,872
TOTAL 343727 659955.8515

45
4.2. Perhitungan Cadangan Dengan Metode Daerah Pengaruh

Estimasi cadangan dengan menggunakan daerah pengaruh, (Area of


Influence) perhitungan-perhitungan berdasarkan kedalaman lubang bor, ketebalan,
jarak pengaruh, dan analisis kadar Ni dibuat dalam satu tabel teratur dan
terangkum.

Estimasi cadangan dengan menggunakan metode ini dilakukan dengan


membuat blok-blok daerah pengaruh berdasarkan aturan metode poligon,
sehingga akan didapat estimasi luas dari masing-masing segi banyak hasil
penggambaran secara manual.
Adapun langkah-langkah perhitungan adalah sebagai berikut:

a. Memasukkan data no blok, luas, ketebalan tanah penutup, dan ketebalan bijih
nikel ke dalam lajur tabel yang telah dibuat..
b. Kemudian untuk mendapatkan volume dari masing-masing poligon, dilakukan
dengan jalan mengkalikan luas dari tiap-tiap poligon dengan tebal bijih dari
masing-masing poligon tersebut.
V=at
Keterangan : V : volume daerah pengaruh (m3)
a : luas daerah pengaruh (m2)
t : tebal endapan nikel (m)
c. Tonase bijih nikel didapatkan dari hasil perkalian antara volume poligon
dengan densitas batuan yang mempunyai kadar Ni.
T = V BJ
Keterangan : T : tonase (WMT)
V : volume (m3)
BJ: densitas batuan (ton/m3)
d. Total tonase bijih nikel diperoleh dengan menjumlahkan seluruh tonase bijih
nikel dari tiap-tiap blok/poligon.

46
Maka dengan langkah perhitungan diatas didapat hasil perhitungan volume
sebesar 386.875 m3, dan jumlah tonase sebesar 742.800 WMT (lampiran E)

Tabel 4.3. Hasil perhitungan cadangan nikel menggunakan


metode daerah pengaruh
LUAS KETEBALAN DENSITAS VOLUME TONASE
TB (m2) (m) (ton/m3) (m3) (WMT)
651A 625 10 1.92 6250 12000
650A 625 12 1.92 7500 14400
649A 625 12 1.92 7500 14400
648B 625 5 1.92 3125 6000
641A 625 10 1.92 6250 12000
641B 625 15 1.92 9375 18000
642A 625 7 1.92 4375 8400
643A 625 7 1.92 4375 8400
645A 625 10 1.92 6250 12000
645B 625 7 1.92 4375 8400
619A 625 11 1.92 6875 13200
617A 625 9 1.92 5625 10800
617B 625 9 1.92 5625 10800
615A 625 10 1.92 6250 12000
612A 625 5 1.92 3125 6000
592A 625 18 1.92 11250 21600
592B 625 9 1.92 5625 10800
593A 625 8 1.92 5000 9600
594A 625 14 1.92 8750 16800
596A 625 18 1.92 11250 21600
596B 625 7 1.92 4375 8400
597A 625 8 1.92 5000 9600
598B 625 6 1.92 3750 7200
574A 625 13 1.92 8125 15600
573A 625 9 1.92 5625 10800
572A 625 9 1.92 5625 10800
571A 625 16 1.92 10000 19200
570A 625 14 1.92 8750 16800
569A 625 11 1.92 6875 13200
546B 625 10 1.92 6250 12000
547A 625 14 1.92 8750 16800
548A 625 9 1.92 5625 10800
549A 625 6 1.92 3750 7200

47
529A 625 8 1.92 5000 9600
528B 625 13 1.92 8125 15600
528A 625 9 1.92 5625 10800
527A 625 10 1.92 6250 12000
505A 625 6 1.92 3750 7200
506A 625 14 1.92 8750 16800
507A 625 11 1.92 6875 13200
508A 625 14 1.92 8750 16800
494C 625 12 1.92 7500 14400
493A 625 16 1.92 10000 19200
492A 625 10 1.92 6250 12000
473F 625 10 1.92 6250 12000
473E 625 16 1.92 10000 19200
473A 625 20 1.92 12500 24000
473B 625 17 1.92 10625 20400
473D 625 7 1.92 4375 8400
475A 625 10 1.92 6250 12000
471F 625 7 1.92 4375 8400
470D 625 6 1.92 3750 7200
472B 625 18 1.92 11250 21600
471A 625 11 1.92 6875 13200
470A 625 12 1.92 7500 14400
469A 625 9 1.92 5625 10800
449 625 7 1.92 4375 8400
450A 625 8 1.92 5000 9600
TOTAL 386875 742800

48
BAB V
PEMBAHASAN

5.1. Perhitungan Cadangan


5.1.1. Metode Penampang Tegak
Untuk perhitungan dengan menggunakan metode penampang tegak,
digunakan rumus 1/3 simpson untuk menghitug luasan dari masing-masing
sayatan, kemudian digunakan rumus rata-rata (mean area formula) untuk
menghitung volume.
Penggunaan rumus rata-rata dianggap paling sederhana serta cocok untuk
menghitung volume cadangan yang terletak diantara dua penampang dengan luas
penampang 1 (S2) dan luas penampang 2 (S2) serta jarak antar penampang (L).
Pembuatan sayatan sendiri dilakukan dengan menggunakan program
Autocad 2005 dan Quicksurf 2005. pada perhitungan cadangan ini dibuat 14
sayatan sesuai dengan pola pemboran dengan jarak antar sayatan 100 m dan 50
m. Sayatn-sayatan tersebut dibagi dalam 13 blok daerah penambangan. Cadangan
dihitung tiap-tiap blok (tabel 4.2).
Hasil perhitungan cadangan nikel dengan metode penampang tegak
diperoleh jumlah cadangan sebesar 659.955,8515 WMT.

5.1.2. Metode Daerah Pengaruh


Untuk perhitungan cadangan menggunakan daerah pengaruh, dibuat
luasan membentuk segi empat sama sisi dengan luasan 25 25. Kemudian
dihitung volume dengan mengalikan ketebalan dengan luasan tiap daerah
pengaruh. Bentuk luasan daerah pengaruh dibuat dengan menggunakan surfer 8,
dan lubang bor sendiri berjumlah 58 titik bor.
Hasil perhitungan cadangan dengan metode daerah pengaruh yakni
742.800 WMT.

49
5.2. Kesalahan Perhitungan
Hasil perhitunga yang didapat dari kedua metode ini memiliki selisih
perbedaan besar cadangan. Jumlah cadangan nikel yang didapat mempunyai
jumlah selisih sebesar 82.844,15 WMT. Dari perhitungan kedua metode tersebut
didapatkan persen kesalahan sebesar 13 %. nilai ini didapat dengan rumus
dibawah ini :

= 13%.
Persen kesalahan tersebut menunjukan bahwa kesalahan perhitungan
cadangan yang dilakukan relatif rendah. ini didasarkan pada klasifikasi cadangan
menurut Mc. Kelvey dengan toleransi tingkat kesalahan perhitungan untuk
cadangan terukur yaitu 20%.
Terdapatnya perbedaan jumlah dari perhitungan cadangan dengan dua
metode tersebut dari kedua bentuk metode menunjukan perbedaan perhitungan.
Faktor kesalahan lainnya adalah tingkat ketelitian dari program Autocad,
Quicksurf dan Surfer dalam menentukan luas daerahnya.

50
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan-perhitungan yang dilakukan maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut
a. Besarnya cadangan nikel dihitung dengan merode penampang tegak
sebesar 659.955,8515 WMT, dan untuk metode daerah pengaruh
sebesar 742.800 WMT.
b. Persen kesalahan perhitungan cadangan adalah sebesar 13%.

6.2. Saran
Saran yang dapat penulis berikan berdasarkan hasil perhitungan cadangan
nikel menggunakan metode penampang tegak dan metode daerah pengaruh yaitu :
a. Kedua metode tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Kelebihannya yaitu : sederhana, murah dan dapat diterapkan secara umum,
sedangkan kekurangan dari kedua metode tersebut adalah dalam
menghitung luasan menggunakan Autocad, quicksurf dan surfer
diperlukan ketelitian dalam penggambaran.
b. Perbedaan hasil perhitungan diharapkan dapat saling melengkapi.
c. Dalam kegiatan lebih lanjut (penambangan) sebaiknya menggunakan
perkiraan jumlah cadangan dengan jumlah nilai cadangan yang kecil.

51
DAFTAR PUSTAKA

1. Abdul Rauf, Perhitungan Cadangan Endapan Mineral, Modul Kuliah,


Jurusan Teknik Pertambangan, UPN Veteran Yogyakarta, 1998

2. Abraham Beda, Rancangan Teknis Sistem Penyaliran di Bukit TBL


Tambang Tengah PT. ANTAM UBPN Pomalaa, Tugas Akhir,
Program Studi Teknik Pertambangan, STTNAS Yogyakarta, 2008

3. Agus Haris, Metode Perhitungan Cadangan, Modul Responsi, Dep Teknik


Pertambangan, ITB, Bandung, 2005

4. Hasanudin dkk, Arsip PT. ANTAM Tbk UBPN POMALAA, 1992

5. J.E. Gill, R.A. Blais, V.A. Haw. Ore Reserve Estimation and Grade
Control, The Canadian Institute Of Mining and Metalurgy, 1968

6. Nurhakim, Teknik Eksplorasi, Bahan Kuliah, Prodi Teknik


Pertambangan, UNLAM, Banjarbaru, 2006

7. Partanto Prodjosumarto, Pengantar Teknologi Mineral, Diktat Kuliah,


ITB, Bandung, 1996

8. -----, Kajian Nikel, Dep Energi dan Sumber Daya Mineral, 1985

9. -----, Teknologi Pertambangan Indonesia, PPTM, Bandung, 1994

52
LMPIRAN A

DATA CURAH HUJAN DAN HARI HUJAN

Tabel A.1 Tabel data cura hujan dan hari hujan

T A HU N
2002 2003 2004 2005 2006 2007
Bulan
C. H C. H C. H C. H C.H C. Hujan
Hari Hari Hari Hari Hari Hari
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
Januari 33.41 13 6.55 4 9.2 9 40.6 14 22.4 10 23.6 10
Februari 5.46 8 0 0 24.2 18 7.6 4 9,32 7.5 172.3 13
Maret 23.62 12 10.65 7 40.5 8 34.7 10 27.37 9.25 323.25 16
April 40.2 14 18.41 19 27.9 14 15.5 7 25.5 13.5 251.05 18
Mei 37.68 7 27.74 15 14.8 5 19.7 7 24.98 8.5 404.65 23
Juni 9.24 7 11.91 12 0 0 24.3 3 11.36 5.5 144.8 16
Juli 0.71 1 15.54 11 0.97 1 13.5 4 7.68 1.5 264.05 24
Agustus 0 0 7.67 8 0 0 1.6 1 2.32 2.25 63 9
September 16.21 1 2.96 2 0 0 0 0 4.79 5.75 35.95 5
Oktober 1.64 1 16.76 7 0.8 2 44.5 13 15.93 7 116.8 5
November 10.81 4 25.5 10 2.5 8 10.6 6 12.35 7 78.3 9
Desember 42.74 9 30.3 20 56.17 13 32.6 10 40.45 13 97.55 19
221.72 77 173.99 115 177.04 78 245.2 79 172.73 90.75 1975.3 167
LAMPIRAN B
DATA ANALISA TITIK BOR DAN KADAR
Tabel B.1 Data analisa titik bor dan kadar

KOORDINAT NILAI KADAR (%) KADAR


RATARATA
TITIK RATA
TEBAL KETEBALAN
BOR EASCO NORCO ELEVASI Ni CO Fe SiO2 CaO MgO RATA Ni
(m)
(%)
651A 2087,5 1625 228,15 1 2,00 0,04 15,78 40,58 1,87 40,58 10 1,31
2087,5 1625 228,15 2 2,08 0,04 15,36 39,58 1,74 16,48
2087,5 1625 228,15 3 1,45 0,03 12,08 44,65 2,13 19,65
2087,5 1625 228,15 4 1,72 0,03 13,95 46,04 1,82 18,29
2087,5 1625 228,15 5 0,56 0,02 7,76 43,41 1,37 26,51
2087,5 1625 228,15 6 1,47 0,03 13,39 47,12 1,80 18,78
2087,5 1625 228,15 7 1,12 0,03 11,61 46,71 1,82 20,20
2087,5 1625 228,15 8 0,89 0,02 8,89 42,32 1,78 26,52
2087,5 1625 228,15 9 0,84 0,03 10,71 45,46 1,47 23,31
2087,5 1625 228,15 10 0,67 0,06 21,58 37,89 0,82 9,10
650A 2112,5 1625 220,05 1 0,71 0,05 21,29 41,90 0,89 9,06 12 0,75
2112,5 1625 220,05 2 0,60 0,06 18,79 48,25 0,78 8,23
2112,5 1625 220,05 3 0,79 0,07 20,92 43,47 0,82 9,27
2112,5 1625 220,05 4 0,98 0,08 26,51 35,22 0,86 9,35
2112,5 1625 220,05 5 0,92 0,08 24,99 35,37 0,98 10,00
2112,5 1625 220,05 6 0,88 0,05 15,63 52,15 0,88 10,10
2112,5 1625 220,05 7 0,73 0,05 18,16 45,27 0,86 9,82
2112,5 1625 220,05 8 0,57 0,05 16,48 51,83 0,77 7,64
2112,5 1625 220,05 9 0,48 0,06 22,12 37,74 0,87 11,18
2112,5 1625 220,05 10 1,33 0,03 11,51 43,39 1,79 19,64
2112,5 1625 220,05 11 0,55 0,04 15,00 51,14 0,82 9,80
2112,5 1625 220,05 12 0,69 0,04 15,16 52,61 0,82 9,80
649A 2137,5 1625 210,39 1 0,82 0,07 31,10 24,73 0,86 7,62 12 0,99
2137,5 1625 210,39 2 0,84 0,07 31,71 24,86 0,86 8,70
2137,5 1625 210,39 3 0,83 0,07 32,51 24,13 0,80 9,41
2137,5 1625 210,39 4 0,90 1,10 37,17 15,87 0,74 6,63
2137,5 1625 210,39 5 1,12 0,08 29,85 22,82 1,23 9,91
2137,5 1625 210,39 6 1,45 0,02 8,52 40,94 1,30 25,98
2137,5 1625 210,39 7 1,08 0,04 13,89 38,62 0,69 29,20
2137,5 1625 210,39 8 1,06 0,04 15,06 41,78 1,69 18,27
2137,5 1625 210,39 9 0,94 0,04 14,86 49,09 1,56 4,60
2137,5 1625 210,39 10 0,11 0,02 5,65 68,53 1,11 17,34
2137,5 1625 210,39 11 1,00 0,03 12,60 52,85 1,40 15,11
2137,5 1625 210,39 12 1,77 0,08 29,91 24,64 1,07 10,06
648B 2187.5 1625 209.18 1 1,24 0,10 21,64 42,98 0,99 11,44 5 1,12
2187.5 1625 209.18 2 1,15 0,03 9,50 42,29 1,41 28,71
2187.5 1625 209.18 3 1,13 0,03 10,19 39,46 1,25 28,92
2187.5 1625 209.18 4 1,36 0,03 9,12 42,15 1,43 19,76
2187.5 1625 209.18 5 0,75 0,03 5,96 39,99 1,40 21,68
641A 2087.5 1600 230.15 1 0,77 0,06 16,64 49,34 0,78 8,95 10 1,34
2087.5 1600 230.15 2 1,79 0,06 17,70 38,39 1,08 14,55
2087.5 1600 230.15 3 1,95 0,04 15,67 43,16 1,34 16,00
2087.5 1600 230.15 4 1,89 0,03 12,61 47,43 1,21 18,59
2087.5 1600 230.15 5 1,76 0,03 9,31 48,54 1,16 22,22
2087.5 1600 230.15 6 1,69 0,03 9,91 49,27 1,19 21,55
2087.5 1600 230.15 7 1,26 0,02 8,86 47,26 1,58 23,68
2087.5 1600 230.15 8 0,86 0,03 9,87 45,78 1,22 25,66
2087.5 1600 230.15 9 0,84 0,02 9,37 50,49 1,47 23,27
2087.5 1600 230.15 10 0,61 0,02 6,39 44,29 1,44 33,09
641B 2112.5 1600 220.48 1 0,60 0,05 17,71 52,11 0,73 8,46 15 1,50
2112.5 1600 220.48 2 0,75 0,06 19,99 44,30 0,72 9,06
2112.5 1600 220.48 3 0,83 0,06 19,82 39,98 0,74 10,52
2112.5 1600 220.48 4 1,17 0,07 23,97 34,26 0,79 9,50
2112.5 1600 220.48 5 0,97 0,06 22,69 38,65 0,74 8,36
2112.5 1600 220.48 6 0,96 0,05 19,01 44,17 0,78 10,32
2112.5 1600 220.48 7 0,66 0,04 13,60 56,81 0,73 9,24
2112.5 1600 220.48 8 2,84 0,04 76,29 39,43 1,17 15,45
2112.5 1600 220.48 9 2,29 0,02 7,31 51,88 1,05 22,65
2112.5 1600 220.48 10 2,32 0,03 12,55 53,51 0,97 16,51
2112.5 1600 220.48 11 2,62 0,02 8,73 54,10 0,87 20,20
2112.5 1600 220.48 12 2,00 0,03 10,27 55,91 0,86 25,35
2112.5 1600 220.48 13 1,76 0,03 10,14 62,00 0,84 24,96
2112.5 1600 220.48 14 1,42 0,02 6,40 62,10 0,89 26,27
2112.5 1600 220.48 15 1,43 0,02 6,23 56,13 0,88 25,52
642 A 2137.5 1600 211.68 1 0,90 0,06 16,64 49,34 0,78 8,95 7 0,82
2137.5 1600 211.68 2 0,86 0,06 17,70 38,39 1,08 14,55
2137.5 1600 211.68 3 0,39 0,04 15,67 43,16 1,34 16,00
2137.5 1600 211.68 4 0,78 0,03 12,61 47,43 1,21 18,59
2137.5 1600 211.68 5 1,29 0,03 9,31 48,54 1,16 22,22
2137.5 1600 211.68 6 1,22 0,03 9,91 49,27 1,19 21,55
2137.5 1600 211.68 7 0,36 0,02 8,86 47,26 1,58 23,68
643A 2162.5 1600 222.33 1 0,57 0,05 18,35 17,29 1,00 7,17 7 1,16
2162.5 1600 222.33 2 1,41 0,03 10,11 43,54 1,49 23,16
2162.5 1600 222.33 3 1,18 0,07 25,65 30,67 1,19 11,85
2162.5 1600 222.33 4 1,24 0,02 80,52 40,52 0,87 29,57
2162.5 1600 222.33 5 1,14 0,03 11,13 43,10 1,16 27,55
2162.5 1600 222.33 6 1,42 0,03 9,33 44,24 0,78 30,98
2162.5 1600 222.33 7 0,56 0,02 5,97 43,28 0,73 36,82
645A 2187.5 1600 219.37 1 1,30 0,06 30,64 27,94 1,03 11,75 10 1,00
2187.5 1600 219.37 2 1,38 0,10 25,41 35,49 0,98 11,29
2187.5 1600 219.37 3 1,23 0,06 17,40 41,86 1,98 16,60
2187.5 1600 219.37 4 1,12 0,03 9,75 51,03 1,90 20,64
2187.5 1600 219.37 5 1,31 0,03 12,04 53,53 1,34 19,83
2187.5 1600 219.37 6 1,28 0,03 11,21 50,30 1,47 21,90
2187.5 1600 219.37 7 0,75 0,03 5,63 45,22 1,21 31,68
2187.5 1600 219.37 8 0,44 0,02 3,82 43,14 0,99 33,51
2187.5 1600 219.37 9 0,50 0,03 8,28 41,07 1,01 28,13
2187.5 1600 219.37 10 0,76 0,03 7,75 43,44 1,01 29,08
645B 2112.5 1600 218.21 1 2,36 0,07 15,09 40,66 0,97 18,48 7 2,03
2112.5 1600 218.21 2 2,80 0,04 11,75 41,93 1,01 21,24
2112.5 1600 218.21 3 2,46 0,07 25,86 29,18 0,92 14,46
2112.5 1600 218.21 4 2,65 0,08 23,71 30,98 1,02 15,45
2112.5 1600 218.21 5 2,11 0,03 7,24 43,04 0,94 28,14
2112.5 1600 218.21 6 1,28 0,03 4,99 42,27 1,16 30,68
2112.5 1600 218.21 7 0,58 0,03 6,02 40,75 1,15 31,19
619A 2087.5 1575 225.35 1 0,85 0,13 16,34 50,58 0,79 8,44
2087.5 1575 225.35 2 0,63 0,06 16,90 54,31 0,73 6,28
2087.5 1575 225.35 3 1,31 0,07 23,11 37,49 0,77 6,59
2087.5 1575 225.35 4 1,44 0,06 15,05 53,86 0,83 7,75
2087.5 1575 225.35 5 1,74 0,05 10,69 62,90 0,66 4,86
2087.5 1575 225.35 6 2,02 0,06 17,17 55,48 0,77 5,86
2087.5 1575 225.35 7 1,90 0,09 11,60 46,13 1,20 25,88
2087.5 1575 225.35 8 2,18 0,04 8,22 57,14 1,01 18,67
2087.5 1575 225.35 9 1,52 0,03 10,90 52,61 0,92 18,13
2087.5 1575 225.35 10 1,07 0,03 6,62 57,89 0,87 18,05
2087.5 1575 225.35 11 1,34 0,04 18,58 32,98 1,19 18,45
617A 2137.5 1575 216.26 1 1,52 0,06 22,72 36,38 0,94 11,88 9 0,87
2137.5 1575 216.26 2 0,94 0,05 16,58 49,01 0,99 15,08
2137.5 1575 216.26 3 1,19 0,03 9,49 49,70 1,33 20,64
2137.5 1575 216.26 4 0,75 0,03 9,30 59,88 1,21 15,59
2137.5 1575 216.26 5 0,65 0,03 9,21 54,20 0,98 21,54
2137.5 1575 216.26 6 1,09 0,04 12,44 41,73 2,59 21,26
2137.5 1575 216.26 7 0,49 0,03 8,86 57,72 1,11 17,56
2137.5 1575 216.26 8 0,52 0,03 9,78 59,62 1,03 17,74
2137.5 1575 216.26 9 0,72 0,03 10,20 52,21 1,02 22,16
617B 2162.5 1575 219.94 1 1,16 0,07 26,16 31,42 1,38 12,58 9 1,32
2162.5 1575 219.94 2 1,60 0,04 14,24 40,33 2,09 22,73
2162.5 1575 219.94 3 1,14 0,06 21,68 28,88 0,74 19,19
2162.5 1575 219.94 4 1,43 0,03 10,96 47,52 1,66 24,39
2162.5 1575 219.94 5 1,31 0,02 8,19 48,54 1,71 25,53
2162.5 1575 219.94 6 1,65 0,03 10,31 46,31 1,16 25,20
2162.5 1575 219.94 7 1,81 0,02 8,22 44,56 1,18 28,32
2162.5 1575 219.94 8 1,23 0,03 9.88 44.3 1.5 27.2
2162.5 1575 219.94 9 0.63 0.02 5.81 44.8 2.2 32.3
615A 2187.5 1575 224.31 1 1,47 0,07 26,94 34,40 0,97 13,79 10 1,37
2187.5 1575 224.31 2 1,46 0,07 24,51 37,01 0,96 13,79
2187.5 1575 224.31 3 1,55 0,04 18,82 44,68 0,96 19,37
2187.5 1575 224.31 4 1,36 0,02 8,61 51,37 1,27 25,90
2187.5 1575 224.31 5 1,78 0,02 8,14 51,63 1,34 25,50
2187.5 1575 224.31 6 1,75 0,02 4,93 55,40 1,30 25,59
2187.5 1575 224.31 7 1,15 0,03 12,30 51,00 1,34 23,76
2187.5 1575 224.31 8 1,15 0,03 12,29 53,85 1,27 22,02
2187.5 1575 224.31 9 1,11 0,02 10,70 53,98 1,40 23,36
2187.5 1575 224.31 10 1,01 0,03 10,90 53,72 1,63 20,82
612A 2162.5 1575 200.04 1 2,11 0,03 12,52 45,31 1,59 19,60 5 1,46
2162.5 1575 200.04 2 0,87 0,02 5,46 47,70 1,74 28,33
2162.5 1575 200.04 3 1,59 0,03 9,89 46,90 1,76 21,74
2162.5 1575 200.04 4 1,53 0,03 10,55 45,56 1,69 22,20
2162.5 1575 200.04 5 1,23 0,03 10,59 45,74 1,51 21,57
592A 2087.5 1550 217.82 1 0,93 0,06 24,51 23,93 1,41 10,30 18 1,65
2087.5 1550 217.82 2 0,68 0,06 19,26 30,51 1,08 8,78
2087.5 1550 217.82 3 1,32 0,06 22,54 24,25 1,68 13,53
2087.5 1550 217.82 4 1,82 0,04 14,04 26,94 1,94 16,76
2087.5 1550 217.82 5 2,48 0,07 23,51 19,44 1,37 13,14
2087.5 1550 217.82 6 2,26 0,02 8,84 29,59 1,79 20,54
2087.5 1550 217.82 7 2,66 0,02 6,23 28,89 1,85 20,39
2087.5 1550 217.82 8 1,61 0,02 7,86 31,18 2,21 17,85
2087.5 1550 217.82 9 1,95 0,02 9,21 26,28 2,23 17,89
2087.5 1550 217.82 10 1,77 0,02 8,37 28,96 2,13 19,66
2087.5 1550 217.82 11 1,12 0,02 7,40 32,57 2,09 15,72
2087.5 1550 217.82 12 1,50 0,02 8,74 30,59 1,88 15,13
2087.5 1550 217.82 13 1,38 0,02 6,98 33,48 1,91 15,39
2087.5 1550 217.82 14 1,31 0,03 9,90 30,24 2,03 14,09
2087.5 1550 217.82 15 1,30 0,02 9,71 27,13 2,10 16,65
2087.5 1550 217.82 16 1,38 0,03 11,67 25,92 2,37 15,86
2087.5 1550 217.82 17 2,06 0,03 10,43 24,39 1,55 17,34
2087.5 1550 217.82 18 2,25 0,02 6,83 26,47 1,41 19,86
592B 2112.5 1550 215.99 1 0,45 0,13 16,34 50,58 0,79 8,44 9 0,95
2112.5 1550 215.99 2 1,06 0,06 16,90 54,31 0,73 6,28
2112.5 1550 215.99 3 1,12 0,07 23,11 37,49 0,77 6,59
2112.5 1550 215.99 4 0,88 0,06 15,05 53,86 0,83 7,75
2112.5 1550 215.99 5 0,99 0,05 10,69 62,90 0,66 4,86
2112.5 1550 215.99 6 1,02 0,06 17,17 55,48 0,77 5,86
2112.5 1550 215.99 7 0,63 0,09 11,60 46,13 1,20 25,88
2112.5 1550 215.99 8 0,85 0,04 8,22 57,14 1,01 18,67
2112.5 1550 215.99 9 1,52 0,03 10,90 52,61 0,92 18,13
593 A 2137.5 1550 217.73 1 0,91 0,10 21,82 42,09 0,70 5,19 8 0,95
2137.5 1550 217.73 2 1,01 0,10 13,33 54,75 0,81 15,40
2137.5 1550 217.73 3 1,22 0,03 10,16 50,36 0,97 23,36
2137.5 1550 217.73 4 1,27 0,03 10,62 51,23 1,08 19,51
2137.5 1550 217.73 5 0,91 0,02 7,86 56,83 1,10 19,53
2137.5 1550 217.73 6 1,25 0,03 13,55 49,05 0,97 17,86
2137.5 1550 217.73 7 0,57 0,03 7,23 69,98 1,00 14,44
2137.5 1550 217.73 8 0,51 0,03 11,50 52,98 1,25 20,90
594A 2162.5 1550 225.46 1 0,63 0,04 17,03 54,48 0,85 9,38 14 1,67
2162.5 1550 225.46 2 0,75 0,05 19,04 49,28 0,80 8,75
2162.5 1550 225.46 3 0,73 0,05 13,66 57,84 0,77 9,29
2162.5 1550 225.46 4 0,61 0,03 8,23 71,62 0,93 10,34
2162.5 1550 225.46 5 0,86 0,04 14,75 .54,47 0,89 10,19
2162.5 1550 225.46 6 2,60 0,03 8,71 58,49 1,10 15,20
2162.5 1550 225.46 7 2,52 0,03 10,59 49,59 1,19 17,84
2162.5 1550 225.46 8 2,50 0,05 19,90 37,94 1,02 16,87
2162.5 1550 225.46 9 2,55 0,03 10,37 46,98 0,91 22,52
2162.5 1550 225.46 10 2,43 0,03 10,83 49,38 1,31 21,48
2162.5 1550 225.46 11 2,07 0,03 11,15 48,20 1,43 21,37
2162.5 1550 225.46 12 1,77 0,04 15,82 48,95 1,19 15,76
2162.5 1550 225.46 13 1,88 0,04 18,01 42,84 1,10 16,63
2162.5 1550 225.46 14 1,52 0,05 21,65 38,63 1,12 14,31
596A 2187.5 1550 226,20 1 1,31 0,09 27,51 33,74 0,80 11,19 18 2,08
2187.5 1550 226,20 2 1,60 0,06 26,88 31,92 0,81 11,49
2187.5 1550 226,20 3 1,64 0,09 29,05 30,51 0,77 11,95
2187.5 1550 226,20 4 2,26 0,13 35,31 19,97 0,77 11,63
2187.5 1550 226,20 5 2,26 0,06 13,86 55,41 0,81 14,75
2187.5 1550 226,20 6 2,30 0,04 17,52 43,28 0,84 16,80
2187.5 1550 226,20 7 2,63 0,04 10,26 45,59 1,01 23,15
2187.5 1550 226,20 8 2,48 0,03 10,58 47,84 1,18 21,29
2187.5 1550 226,20 9 1,98 0,03 8,05 52,15 1,30 20,69
2187.5 1550 226,20 10 1,80 0,04 8,44 47,37 1,14 19,10
2187.5 1550 226,20 11 2,37 0,04 12,05 55,76 1,37 14,72
2187.5 1550 226,20 12 1,83 0,04 8,34 52,49 1,23 21,79
2187.5 1550 226,20 13 2,15 0,03 8,98 51,72 0,86 21,40
2187.5 1550 226,20 14 4,26 0,04 7,01 47,74 0,94 22,53
2187.5 1550 226,20 15 1,62 0,03 32,28 26,76 0,89 12,79
2187.5 1550 226,20 16 1,50 0,03 34,15 24,30 0,80 12,34
2187.5 1550 226,20 17 1,56 0,06 31,86 21,41 0,79 15,39
2187.5 1550 226,20 18 1,94 0,03 34,18 21,59 0,81 12,41
596B 2212.5 1550 221.26 1 1,37 0,10 30,37 22,40 0,88 8,73 7 1,38
2212.5 1550 221.26 2 1,39 0,10 22,99 27,92 0,72 8,92
2212.5 1550 221.26 3 1,05 0,10 22,37 43,17 0,73 9,17
2212.5 1550 221.26 4 1,90 0,04 12,79 49,22 0,93 14,04
2212.5 1550 221.26 5 1,53 0,04 11,59 50,87 0,97 13,22
2212.5 1550 221.26 6 1,10 0,04 20,34 48,10 0,74 11,17
2212.5 1550 221.26 7 1,38 0,06 21,11 43,14 0,83 10,22
597A 2237.5 1550 211.46 1 1,15 0,07 24,58 36,13 1,00 11,24 8 2,24
2237.5 1550 211.46 2 1,14 0,06 21,10 43,20 0,81 8,82
2237.5 1550 211.46 3 2,64 0,24 13,71 42,33 0,90 20,05
2237.5 1550 211.46 4 2,86 0,03 12,05 42,94 0,87 22,26
2237.5 1550 211.46 5 2,97 0,03 9,01 44,28 0,93 24,26
2237.5 1550 211.46 6 2,50 0,02 8,29 46,04 1,53 23,89
2237.5 1550 211.46 7 2,52 0,03 9,33 48,00 1,09 21,97
2237.5 1550 211.46 8 2,18 0,02 7,75 50,65 1,10 22,40
598B 2262.5 1550 204.83 1 1,50 0,04 17,03 54,48 0,85 9,38 5 1,42
2262.5 1550 204.83 2 1,52 0,05 19,04 49,28 0,80 8,75
2262.5 1550 204.83 3 1,32 0,05 13,66 57,84 0,77 9,29
2262.5 1550 204.83 4 1,55 0,03 8,23 71,62 0,93 10,34
2262.5 1550 204.83 5 1,20 0,04 14,75 .54,47 0,89 10,19
574A 2087.5 1525 210.51 1 0,87 0,04 16,17 53,88 0,84 9,72 13 1,18
2087.5 1525 210.51 2 0,92 0,04 16,09 52,18 0,85 9,89
2087.5 1525 210.51 3 1,36 0,04 17,92 44,22 1,00 13,58
2087.5 1525 210.51 4 1,53 0,02 9,61 52,02 1,55 21,92
2087.5 1525 210.51 5 1,53 0,02 8,90 55,79 1,61 20,14
2087.5 1525 210.51 6 1,72 0,02 7,98 56,77 1,52 20,30
2087.5 1525 210.51 7 1,00 0,02 8,11 64,08 1,66 18,98
2087.5 1525 210.51 8 0,86 0,02 6,89 62,55 1,98 21,97
2087.5 1525 210.51 9 1,65 0,03 13,68 48,30 1,19 17,63
2087.5 1525 210.51 10 1,67 0,03 9,36 47,78 1,41 15,02
2087.5 1525 210.51 11 1,35 0,02 7,03 56,79 1,29 20,75
2087.5 1525 210.51 12 1,32 0,02 7,10 55,57 1,31 20,17
2087.5 1525 210.51 13 1,10 0,02 4,40 59,77 1,05 24,38
573A 2112.5 1525 206.72 1 1,13 0,04 16,17 53,88 0,84 9,72 8 1,27
2112.5 1525 206.72 2 0,88 0,04 16,09 52,18 0,85 9,89
2112.5 1525 206.72 3 1,71 0,04 17,92 44,22 1,00 13,58
2112.5 1525 206.72 4 1,93 0,02 9,61 52,02 1,55 21,92
2112.5 1525 206.72 5 1,32 0,02 8,90 55,79 1,61 20,14
2112.5 1525 206.72 6 1,57 0,02 7,98 56,77 1,52 20,30
2112.5 1525 206.72 7 0,96 0,02 8,11 64,08 1,66 18,98
2112.5 1525 206.72 8 0,63 0,02 6,89 62,55 1,98 21,97
572A 2137.5 1525 215.69 1 1,07 0,13 27,22 7,57 0,62 1,66 9 1,42
2137.5 1525 215.69 2 1,19 0,06 25,68 9,49 0,62 0,26
2137.5 1525 215.69 3 1,74 0,07 32,08 5,95 0,62 1,10
2137.5 1525 215.69 4 1,86 0,04 12,72 45,83 1,17 15,75
2137.5 1525 215.69 5 1,38 0,03 9,70 49,50 1,55 17,23
2137.5 1525 215.69 6 1,42 0,03 9,47 44,83 2,03 19,23
2137.5 1525 215.69 7 1,57 0,03 9,46 46,84 1,82 19,45
2137.5 1525 215.69 8 1,32 0,02 8,92 49,93 2,19 20,02
2137.5 1525 215.69 9 1,23 0,03 8,95 51,18 1,86 19,61
571A 2162.5 1525 223,90 1 1,09 0,05 19,38 42,16 0,86 5,13 16 2,26
2162.5 1525 223,90 2 1,44 0,05 12,98 55,44 0,93 6,60
2162.5 1525 223,90 3 2,52 0,03 8,45 51,30 0,93 15,10
2162.5 1525 223,90 4 2,18 0,03 7,51 46,65 1,02 19,50
2162.5 1525 223,90 5 2,52 0,03 7,51 46,65 1,02 19,50
2162.5 1525 223,90 6 1,64 0,03 11,09 53,05 1,40 12,77
2162.5 1525 223,90 7 1,82 0,03 12,68 49,07 1,15 12,57
2162.5 1525 223,90 8 1,70 0,03 11,68 52,13 1,21 12,14
2162.5 1525 223,90 9 1,35 0,03 10,43 33,30 1,60 11,46
2162.5 1525 223,90 10 2,79 0,06 19,32 36,30 1,16 9,52
2162.5 1525 223,90 11 3,57 0,06 15,61 39,35 1,10 12,07
2162.5 1525 223,90 12 3,09 0,03 19,02 34,85 1,09 10,21
2162.5 1525 223,90 13 3,21 0,04 16,04 41,31 1,20 10,00
2162.5 1525 223,90 14 2,45 0,04 14,28 44,52 1,19 11,18
2162.5 1525 223,90 15 2,53 0,05 15,08 43,20 1,32 10,92
2162.5 1525 223,90 16 2,26 0,04 12,24 43,51 1,31 12,17
570A 2187.5 1525 224.51 1 0,78 0,05 18,02 52,81 1,12 7,98 14 1,54
2187.5 1525 224.51 2 0,97 0,04 16,46 51,27 1,13 4,13
2187.5 1525 224.51 3 1,48 0,04 19,71 46,30 1,36 4,56
2187.5 1525 224.51 4 1,82 0,03 15,31 47,57 1,84 8,03
2187.5 1525 224.51 5 2,61 0,03 10,36 49,15 1,40 11,51
2187.5 1525 224.51 6 2,16 0,03 10,68 49,38 1,49 10,54
2187.5 1525 224.51 7 1,89 0,03 8,98 46,76 1,34 14,69
2187.5 1525 224.51 8 1,41 0,02 6,71 54,10 1,77 11,87
2187.5 1525 224.51 9 1,01 0,02 7,00 52,61 1,76 11,88
2187.5 1525 224.51 10 1,37 0,03 12,66 45,79 1,39 10,65
2187.5 1525 224.51 11 1,47 0,02 8,43 49,35 2,13 10,58
2187.5 1525 224.51 12 1,12 0,02 9,87 54,41 3,00 9,09
2187.5 1525 224.51 13 1,44 0,02 9,45 52,67 3,45 8,78
2187.5 1525 224.51 14 2,06 0,03 6,90 48,09 1,92 11,47
569A 2212.5 1525 220.31 1 0,94 0,06 19,54 45,13 1,20 9,68 11 1,57
2212.5 1525 220.31 2 1,51 0,05 16,35 45,07 1,44 14,20
2212.5 1525 220.31 3 1,63 0,03 12,17 48,33 1,40 17,72
2212.5 1525 220.31 4 2,07 0,03 11,18 49,04 1,87 17,86
2212.5 1525 220.31 5 2,05 0,03 9,60 40,78 1,51 20,47
2212.5 1525 220.31 6 1,83 0,02 8,93 46,50 1,61 22,58
2212.5 1525 220.31 7 2,02 0,04 12,26 44,79 1,14 20,30
2212.5 1525 220.31 8 2,02 0,04 12,38 43,91 1,22 19,66
2212.5 1525 220.31 9 1,76 0,03 10,60 46,28 1,46 17,98
2212.5 1525 220.31 10 2,35 0,03 12,12 49,85 1,77 17,19
2212.5 1525 220.31 11 1,18 0,02 9,02 50,21 1,58 20,36
546B 2112.5 1500 199.54 1 1,60 0,06 16,64 49,34 0,78 8,95 10 2,14
2112.5 1500 199.54 2 1,86 0,06 17,70 38,39 1,08 14,55
2112.5 1500 199.54 3 2,35 0,04 15,67 43,16 1,34 16,00
2112.5 1500 199.54 4 2,64 0,03 12,61 47,43 1,21 18,59
2112.5 1500 199.54 5 2,64 0,03 9,31 48,54 1,16 22,22
2112.5 1500 199.54 6 2,19 0,03 9,91 49,27 1,19 21,55
2112.5 1500 199.54 7 2,06 0,02 8,86 47,26 1,58 23,68
2112.5 1500 199.54 8 2,91 0,03 9,87 45,78 1,22 25,66
2112.5 1500 199.54 9 1,47 0,02 9,37 50,49 1,47 23,27
2112.5 1500 199.54 10 1,70 0,02 6,39 44,29 1,44 33,09
547A 2137.5 1500 213.75 1 0,85 0,06 18,42 37,54 1,51 14,56 14 2,00
2137.5 1500 213.75 2 1,64 0,06 19,04 36,67 1,54 11,99
2137.5 1500 213.75 3 1,12 0,05 17,63 40,60 1,61 12,10
2137.5 1500 213.75 4 1,48 0,04 15,63 44,01 1,59 14,49
2137.5 1500 213.75 5 2,36 0,03 12,33 48,07 1,68 19,39
2137.5 1500 213.75 6 2,54 0,02 9,48 54,41 1,53 23,32
2137.5 1500 213.75 7 2,89 0,03 11,23 48,22 1,26 21,61
2137.5 1500 213.75 8 2,85 0,02 16,53 46,60 0,89 27,57
2137.5 1500 213.75 9 2,29 0,02 8,50 49,41 1,28 25,16
2137.5 1500 213.75 10 1,97 0,02 10,00 47,89 1,18 23,80
2137.5 1500 213.75 11 2,03 0,03 10,94 47,35 1,38 23,12
2137.5 1500 213.75 12 1,83 0,02 10,23 55,26 1,92 19,94
2137.5 1500 213.75 13 1,83 0,01 4,84 45,07 0,80 36,20
2137.5 1500 213.75 14 2,29 0,02 10,24 48,80 1,55 23,51
548A 2162.5 1500 220.25 1 1,25 0,04 14,27 47,03 1,42 14,19 9 1,21
2162.5 1500 220.25 2 1,37 0,03 11,03 53,94 1,72 15,56
2162.5 1500 220.25 3 0,83 0,04 11,05 66,42 0,79 6,86
2162.5 1500 220.25 4 1,81 0,05 14,91 49,60 1,09 10,81
2162.5 1500 220.25 5 0,62 0,02 7,49 81,35 0,84 8,48
2162.5 1500 220.25 6 0,96 0,02 6,20 80,68 0,91 14,89
2162.5 1500 220.25 7 1,78 0,03 9,43 52,34 1,22 23,70
2162.5 1500 220.25 8 1,44 0,03 8,95 52,22 1,30 24,05
2162.5 1500 220.25 9 0,80 0,03 10,27 65,12 2,06 14,79
549A 2187.5 1500 218.74 1 0,98 0,07 16,30 50,34 0,94 10,96 6 1,30
2187.5 1500 218.74 2 1,29 0,04 12,95 53,17 1,08 14,93
2187.5 1500 218.74 3 1,59 0,03 9,90 53,38 1,21 18,52
2187.5 1500 218.74 4 1,12 0,03 10,34 52,05 0,96 21,82
2187.5 1500 218.74 5 1,19 0,02 8,27 56,47 0,98 19,93
2187.5 1500 218.74 6 1,64 0,02 9,37 57,48 1,18 18,56
529A 2112.5 1475 198.96 1 1,63 0,07 31,10 24,73 0,86 7,62 8 1,48
2112.5 1475 198.96 2 1,34 0,07 31,71 24,86 0,86 8,70
2112.5 1475 198.96 3 1,94 0,07 32,51 24,13 0,80 9,41
2112.5 1475 198.96 4 1,57 1,10 37,17 15,87 0,74 6,63
2112.5 1475 198.96 5 1,73 0,08 29,85 22,82 1,23 9,91
2112.5 1475 198.96 6 1,28 0,02 8,52 40,94 1,30 25,98
2112.5 1475 198.96 7 1,27 0,04 13,89 38,62 0,69 29,20
2112.5 1475 198.96 8 1,10 0,04 15,06 41,78 1,69 18,27
528B 2137.5 1475 210.97 1 0,94 0,10 23,50 40,39 0,73 4,14 13 2,28
2137.5 1475 210.97 2 1,42 0,11 19,34 39,58 0,81 5,68
2137.5 1475 210.97 3 2,90 0,09 17,19 36,90 0,96 13,59
2137.5 1475 210.97 4 3,06 0,08 17,20 35,55 0,94 15,79
2137.5 1475 210.97 5 3,61 0,09 17,58 34,77 0,81 14,13
2137.5 1475 210.97 6 2,51 0,04 16,58 33,88 0,89 15,96
2137.5 1475 210.97 7 2,94 0,04 10,48 39,49 0,90 21,57
2137.5 1475 210.97 8 2,46 0,03 9,27 42,20 0,83 28,36
2137.5 1475 210.97 9 2,23 0,02 3,11 10,80 0,70 5,14
2137.5 1475 210.97 10 2,46 0,03 12,40 44,60 0,80 23,49
2137.5 1475 210.97 11 1,93 0,03 7,93 47,2 0,85 27,29
2137.5 1475 210.97 12 1,94 0,03 11,01 45,27 0,87 25,94
2137.5 1475 210.97 13 1,24 0,02 5,19 54,22 0,72 31,05
528A 2162.5 1475 214.48 1 0,68 0,05 16,85 54,50 0,65 4,20 9 1,46
2162.5 1475 214.48 2 0,73 0,07 23,11 47,40 0,60 3,97
2162.5 1475 214.48 3 1,29 0,04 16,41 44,03 1,07 8,12
2162.5 1475 214.48 4 0,60 0,02 7,36 79,25 0,74 7,08
2162.5 1475 214.48 5 2,06 0,03 9,68 50,75 1,71 18,88
2162.5 1475 214.48 6 1,79 0,03 9,48 54,07 1,24 17,00
2162.5 1475 214.48 7 1,91 0,03 11,21 53,38 1,57 20,08
2162.5 1475 214.48 8 1,71 0,03 11,21 53,38 1,57 16,60
2162.5 1475 214.48 9 1,77 0,04 14,77 45,27 1,75 14,75
527A 2187.5 1475 217.24 1 0,58 0,05 13,34 68,88 1,58 2,60 10 1,64
2187.5 1475 217.24 2 0,68 0,05 17,51 57,79 0,62 3,83
2187.5 1475 217.24 3 2,41 0,04 13,47 47,25 1,46 15,37
2187.5 1475 217.24 4 1,60 0,04 13,67 52,75 1,38 12,11
2187.5 1475 217.24 5 1,74 0,05 20,97 44,25 0,82 6,55
2187.5 1475 217.24 6 1,55 0,04 18,89 48,25 1,25 7,24
2187.5 1475 217.24 7 2,60 0,04 17,92 45,56 1,21 12,04
2187.5 1475 217.24 8 2,23 0,03 11,33 49,82 0,98 14,58
2187.5 1475 217.24 9 1,71 0,03 12,11 55,93 1,06 13,36
2187.5 1475 217.24 10 1,26 0,03 11,18 61,12 1,90 13,46
505A 2112.5 1450 197.96 1 1,22 0,13 23,90 32,14 0,92 8,92 6 2,02
2112.5 1450 197.96 2 2,37 0,06 14,28 35,73 1,77 19,73
2112.5 1450 197.96 3 2,50 0,04 9,53 41,52 1,50 24,26
2112.5 1450 197.96 4 2,31 0,03 8,86 45,22 1,11 25,99
2112.5 1450 197.96 5 1,42 0,02 5,96 44,07 1,82 29,68
2112.5 1450 197.96 6 1,78 0,03 7,63 44,01 1,45 28,77
506A 2137.5 1450 207,80 1 2,75 0,10 10,85 44,02 1,47 22,57 14 2,13
2137.5 1450 207,80 2 1,28 0,10 14,68 55,96 0,85 6,89
2137.5 1450 207,80 3 2,43 0,12 16,74 44,36 1,00 11,17
2137.5 1450 207,80 4 2,18 0,11 10,47 46,69 1,69 17,96
2137.5 1450 207,80 5 1,41 0,10 19,54 43,55 0,70 6,00
2137.5 1450 207,80 6 2,61 0,13 29,96 20,67 0,64 2,42
2137.5 1450 207,80 7 2,53 0,15 31,78 22,37 0,67 3,64
2137.5 1450 207,80 8 2,09 0,14 29,15 21,13 0,73 65,4
2137.5 1450 207,80 9 2,53 0,14 31,31 17,67 0,67 3,64
2137.5 1450 207,80 10 2,59 0,11 25,48 26,23 1,15 6,18
2137.5 1450 207,80 11 2,56 0,08 16,69 38,36 1,27 13,23
2137.5 1450 207,80 12 1,52 0,05 7,18 42,63 1,21 29,20
2137.5 1450 207,80 13 2,27 0,06 9,64 42,32 1,23 23,62
2137.5 1450 207,80 14 1,09 0,04 22,29 40,00 0,67 8,71
507A 2162.5 1450 215.65 1 0,84 0,11 18,34 47,37 0,70 3,40 11 0,57
2162.5 1450 215.65 2 0,93 0,03 1,08 83,53 0,67 3,53
2162.5 1450 215.65 3 0,31 0,04 16,09 52,71 1,11 6,73
2162.5 1450 215.65 4 0,37 0,03 3,91 69,49 0,67 3,55
2162.5 1450 215.65 5 0,75 0,09 16,36 47,29 0,67 4,31
2162.5 1450 215.65 6 0,56 0,07 14,46 54,38 0,61 3,84
2162.5 1450 215.65 7 0,46 0,05 9,02 71,14 0,64 3,21
2162.5 1450 215.65 8 0,35 0,04 4,96 79,20 0,63 1,02
2162.5 1450 215.65 9 0,36 0,03 7,56 70,57 0,23 3,23
2162.5 1450 215.65 10 2,85 0,04 18,34 36,35 0,87 14,80
2162.5 1450 215.65 11 0,56 0,02 5,90 87,40 0,61 7,57
508A 2187.5 1450 210.69 1 1,07 0,06 34,64 27,62 0,63 2,91 14 1,28
2187.5 1450 210.69 2 0,81 0,07 20,09 30,99 0,66 2,46
2187.5 1450 210.69 3 1,16 0,05 23,91 36,81 0,70 5,11
2187.5 1450 210.69 4 2,54 0,06 8,69 44,70 0,82 28,11
2187.5 1450 210.69 5 1,11 0,04 20,67 45,00 0,79 4,14
2187.5 1450 210.69 6 1,51 0,03 8,52 50,32 2,82 16,05
2187.5 1450 210.69 7 1,14 0,02 7,27 55,66 2,52 15,02
2187.5 1450 210.69 8 1,09 0,03 10,56 56,02 1,16 11,53
2187.5 1450 210.69 9 1,11 0,03 10,47 36,62 1,24 15,64
2187.5 1450 210.69 10 1,65 0,03 10,73 53,33 0,93 17,30
2187.5 1450 210.69 11 1,28 0,03 11,95 53,31 1,15 13,35
2187.5 1450 210.69 12 1,15 0,03 11,58 53,14 1,04 17,71
2187.5 1450 210.69 13 1,21 0,03 12,11 54,33 1,43 15,14
2187.5 1450 210.69 14 1,18 0,03 9,38 54,73 1,33 13,11
494C 2137.5 1425 204.18 1 0,81 0,13 16,34 50,58 0,79 8,44 12 1,50
2137.5 1425 204.18 2 0,53 0,06 16,90 54,31 0,73 6,28
2137.5 1425 204.18 3 0,70 0,07 23,11 37,49 0,77 6,59
2137.5 1425 204.18 4 0,66 0,06 15,05 53,86 0,83 7,75
2137.5 1425 204.18 5 0,49 0,05 10,69 62,90 0,66 4,86
2137.5 1425 204.18 6 0,80 0,06 17,17 55,48 0,77 5,86
2137.5 1425 204.18 7 1,96 0,09 11,60 46,13 1,20 25,88
2137.5 1425 204.18 8 1,69 0,04 8,22 57,14 1,01 18,67
2137.5 1425 204.18 9 1,58 0,03 10,90 52,61 0,92 18,13
2137.5 1425 204.18 10 1,67 0,03 6,62 57,89 0,87 18,05
2137.5 1425 204.18 11 1,68 0,04 18,58 32,98 1,19 18,45
2137.5 1425 204.18 12 1,50 0,03 17,49 35,09 1,21 16,55
493A 2162.5 1425 209,30 1 0,98 0,07 21,68 32,93 0,75 6,47 14 1,38
2162.5 1425 209,30 2 0,97 0,07 23,50 23,50 0,79 5,66
2162.5 1425 209,30 3 1,05 0,09 24,52 26,76 0,72 6,15
2162.5 1425 209,30 4 0,92 0,06 26,59 30,57 0,76 3,28
2162.5 1425 209,30 5 1,25 0,05 21,44 32,77 0,76 6,79
2162.5 1425 209,30 6 1,03 0,04 17,69 39,12 0,81 6,76
2162.5 1425 209,30 7 1,33 0,04 19,15 41,57 0,12 7,50
2162.5 1425 209,30 8 1,68 0,03 10,28 46,22 0,91 26,71
2162.5 1425 209,30 9 1,55 0,04 17,31 44,91 2,13 9,77
2162.5 1425 209,30 10 2,01 0,04 14,71 47,44 1,66 14,92
2162.5 1425 209,30 11 2,14 0,03 11,92 44,63 1,66 20,57
2162.5 1425 209,30 12 1,95 0,04 14,07 44,77 1,66 15,84
2162.5 1425 209,30 13 1,58 0,04 14,66 45,50 1,58 12,12
2162.5 1425 209,30 14 0,96 0,03 12,64 54,94 2,35 10,09
492A 2187.5 1425 200.68 1 1,24 0,07 24,77 33,47 0,70 8,09 10 1,76
2187.5 1425 200.68 2 1,14 0,06 19,33 43,78 0,82 10,69
2187.5 1425 200.68 3 1,05 0,02 10,59 50,05 2,84 17,41
2187.5 1425 200.68 4 1,95 0,05 20,41 57,59 1,21 11,47
2187.5 1425 200.68 5 2,66 0,03 11,80 45,39 1,29 21,20
2187.5 1425 200.68 6 1,63 0,03 11,45 57,53 1,33 16,23
2187.5 1425 200.68 7 2,03 0,03 13,26 52,45 1,05 16,27
2187.5 1425 200.68 8 1,53 0,03 10,86 58,15 1,48 17,79
2187.5 1425 200.68 9 2,01 0,02 8,61 56,70 1,34 21,89
2187.5 1425 200.68 10 2,55 0,02 9,39 48,00 1,21 23,49
473F 2150 1412.5 204.35 1 1,16 0,07 19,10 43,22 0,78 9,23 11 1,74
2150 1412.5 204.35 2 1,04 0,07 20,32 47,47 0,71 8,35
2150 1412.5 204.35 3 1,39 0,06 21,29 39,14 0,89 9,23
2150 1412.5 204.35 4 1,50 0,05 13,69 51,19 1,14 13,09
2150 1412.5 204.35 5 1,81 0,03 8,40 65,38 0,95 14,01
2150 1412.5 204.35 6 2,39 0,04 12,15 50,65 1,10 17,01
2150 1412.5 204.35 7 2,75 0,03 8,25 51,29 1,43 20,91
2150 1412.5 204.35 8 2,44 0,02 8,06 51,89 2,13 21,96
2150 1412.5 204.35 9 1,90 0,02 7,86 40,95 1,79 22,66
2150 1412.5 204.35 10 1,74 0,03 8,06 41,73 1,81 21,70
2150 1412.5 204.35 11 1,07 0,01 6,42 38,76 1,52 21,99
473E 2162.5 1412.5 204.74 1 1,40 0,07 27,65 31,71 0,92 9,66 16 2,32
2162.5 1412.5 204.74 2 2,16 0,03 13,86 44,59 1,52 18,07
2162.5 1412.5 204.74 3 2,60 0,04 13,06 43,50 1,49 24,13
2162.5 1412.5 204.74 4 2,10 0,03 12,00 47,99 1,37 21,79
2162.5 1412.5 204.74 5 2,19 0,03 12,02 47,45 1,68 2,18
2162.5 1412.5 204.74 6 1,74 0,03 12,19 51,51 2,18 19,77
2162.5 1412.5 204.74 7 1,94 0,03 11,68 37,48 1,52 14,65
2162.5 1412.5 204.74 8 2,32 0,02 9,42 50,40 1,53 25,13
2162.5 1412.5 204.74 9 3,35 0,03 13,32 45,79 1,36 20,30
2162.5 1412.5 204.74 10 2,57 0,03 12,22 44,94 2,25 19,25
2162.5 1412.5 204.74 11 2,55 0,03 11,12 48,35 1,71 21,19
2162.5 1412.5 204.74 12 2,26 0,03 10,79 45,64 1,67 23,32
2162.5 1412.5 204.74 13 2,89 0,03 11,22 43,37 1,00 25,76
2162.5 1412.5 204.74 14 2,48 0,02 9,89 44,26 1,76 25,98
2162.5 1412.5 204.74 15 2,42 0,02 9,42 46,93 1,37 25,49
2162.5 1412.5 204.74 16 2,20 0,03 11,12 51,77 0,96 21,20
473A 2212.5 1400 195.97 1 0,85 0,02 9,02 50,21 1,58 20,36 20 1,66
2212.5 1400 195.97 2 0,99 0,06 24,51 23,93 1,41 10,30
2212.5 1400 195.97 3 0,98 0,06 19,26 30,51 1,08 8,78
2212.5 1400 195.97 4 1,47 0,06 22,54 24,25 1,68 13,53
2212.5 1400 195.97 5 1,81 0,04 14,04 26,94 1,94 16,76
2212.5 1400 195.97 6 2,11 0,07 23,51 19,44 1,37 13,14
2212.5 1400 195.97 7 1,60 0,02 8,84 29,59 1,79 20,54
2212.5 1400 195.97 8 1,35 0,02 6,23 28,89 1,85 20,39
2212.5 1400 195.97 9 1,67 0,02 7,86 31,18 2,21 17,85
2212.5 1400 195.97 10 1,88 0,02 9,21 26,28 2,23 17,89
2212.5 1400 195.97 11 2,47 0,02 8,37 28,96 2,13 19,66
2212.5 1400 195.97 12 2,00 0,02 7,40 32,57 2,09 15,72
2212.5 1400 195.97 13 1,64 0,02 8,74 30,59 1,88 15,13
2212.5 1400 195.97 14 1,68 0,02 6,98 33,48 1,91 15,39
2212.5 1400 195.97 15 2,25 0,03 9,90 30,24 2,03 14,09
2212.5 1400 195.97 16 1,87 0,02 9,71 27,13 2,10 16,65
2212.5 1400 195.97 17 1,88 0,03 11,67 25,92 2,37 15,86
2212.5 1400 195.97 18 1,94 0,03 10,43 24,39 1,55 17,34
2212.5 1400 195.97 19 1,48 0,02 6,83 26,47 1,41 19,86
2212.5 1400 195.97 20 1,22 0,03 11,12 48,35 1,71 21,19
473B 2137.5 1400 204.13 1 0,98 0,06 16,56 53,17 0,75 8,15 17 1,26
2137.5 1400 204.13 2 0,88 0,06 14,59 55,73 0,69 8,10
2137.5 1400 204.13 3 0,96 0,05 15,13 53,47 0,85 8,60
2137.5 1400 204.13 4 0,97 0,04 14,17 55,62 0,76 9,66
2137.5 1400 204.13 5 2,26 0,03 13,59 50,13 1,79 17,46
2137.5 1400 204.13 6 1,15 0,06 19,26 43,29 0,79 7,69
2137.5 1400 204.13 7 1,23 0,05 18,05 45,72 0,90 8,10
2137.5 1400 204.13 8 1,15 0,05 15,72 50,46 1,06 9,92
2137.5 1400 204.13 9 1,75 0,05 17,60 38,36 1,66 11,63
2137.5 1400 204.13 10 1,78 0,05 18,78 38,76 1,61 10,00
2137.5 1400 204.13 11 1,40 0,05 15,83 49,74 1,33 9,67
2137.5 1400 204.13 12 0,98 0,03 11,00 66,92 1,22 9,63
2137.5 1400 204.13 13 1,00 0,04 13,80 53,85 1,32 3,52
2137.5 1400 204.13 14 1,86 0,04 14,44 47,34 1,20 11,20
2137.5 1400 204.13 15 2,14 0,04 14,31 47,67 1,44 12,97
2137.5 1400 204.13 16 1,88 0,03 14,88 45,59 1,37 12,75
2137.5 1400 204.13 17 1,47 0,03 11,52 51,95 1,05 14,81
473D 2162.5 1400 204.52 1 1,17 0,06 28,30 33,39 0,84 4,79 7 2,86
2162.5 1400 204.52 2 1,99 0,04 17,72 41,36 0,75 10,37
2162.5 1400 204.52 3 2,70 0,04 13,60 43,99 0,74 17,63
2162.5 1400 204.52 4 2,56 0,04 13,18 47,59 0,80 19,76
2162.5 1400 204.52 5 2,70 0,04 12,41 59,96 0,71 5,59
2162.5 1400 204.52 6 2,08 0,03 9,36 47,54 0,78 27,50
2162.5 1400 204.52 7 1,58 0,04 20,09 40,70 1,57 8,17
475A 2187.5 1400 198.12 1 1,21 0,10 21,82 42,09 0,70 5,19 10 1,48
2187.5 1400 198.12 2 1,38 0,10 13,33 54,75 0,81 15,40
2187.5 1400 198.12 3 1,87 0,03 10,16 50,36 0,97 23,36
2187.5 1400 198.12 4 1,83 0,03 10,62 51,23 1,08 19,51
2187.5 1400 198.12 5 1,42 0,02 7,86 56,83 1,10 19,53
2187.5 1400 198.12 6 1,58 0,03 13,55 49,05 0,97 17,86
2187.5 1400 198.12 7 0,92 0,03 7,23 69,98 1,00 14,44
2187.5 1400 198.12 8 1,59 0,03 11,50 52,98 1,25 20,90
2187.5 1400 198.12 9 1,39 0,03 9,84 52,52 0,91 22,78
2187.5 1400 198.12 10 1,18 0,02 7,55 47,63 1,29 29,58
471F 2137.5 1387.5 201.98 1 1,32 0,09 24,87 29,85 0,96 9,72 7 1,94
2137.5 1387.5 201.98 2 1,80 0,06 17,57 40,52 1,13 11,17
2137.5 1387.5 201.98 3 2,67 0,03 10,42 50,69 1,59 19,81
2137.5 1387.5 201.98 4 2,64 0,03 10,50 46,74 1,58 21,89
2137.5 1387.5 201.98 5 1,69 0,06 17,99 39,49 1,19 12,91
2137.5 1387.5 201.98 6 1,69 0,10 27,96 22,92 0,76 9,96
2137.5 1387.5 201.98 7 1,77 0,07 22,09 31,91 1,18 12,45
470D 2162.5 1387.5 205.71 1 2,53 0,02 10,79 46,75 1,84 27,82 6 2,17
2162.5 1387.5 205.71 2 2,52 0,02 10,80 45,68 1,85 22,81
2162.5 1387.5 205.71 3 2,59 0,03 10,10 48,46 1,53 22,50
2162.5 1387.5 205.71 4 2,07 0,02 10,32 49,89 1,88 22,76
2162.5 1387.5 205.71 5 1,69 0,02 9,83 49,36 1,71 25,06
2162.5 1387.5 205.71 6 1,62 0,02 7,97 51,57 1,23 28,59
472B 2112.5 1375 191.29 1 1,81 0,06 18,42 37,54 1,51 14,56 18 1,70
2112.5 1375 191.29 2 1,65 0,06 19,04 36,67 1,54 11,99
2112.5 1375 191.29 3 1,64 0,05 17,63 40,60 1,61 12,10
2112.5 1375 191.29 4 1,70 0,04 15,63 44,01 1,59 14,49
2112.5 1375 191.29 5 1,65 0,03 12,33 48,07 1,68 19,39
2112.5 1375 191.29 6 2,02 0,02 9,48 54,41 1,53 23,32
2112.5 1375 191.29 7 2,12 0,03 11,23 48,22 1,26 21,61
2112.5 1375 191.29 8 2,25 0,02 16,53 46,60 0,89 27,57
2112.5 1375 191.29 9 1,94 0,02 8,50 49,41 1,28 25,16
2112.5 1375 191.29 10 2,14 0,02 10,00 47,89 1,18 23,80
2112.5 1375 191.29 11 2,25 0,03 10,94 47,35 1,38 23,12
2112.5 1375 191.29 12 1,44 0,02 10,23 55,26 1,92 19,94
2112.5 1375 191.29 13 0,64 0,01 4,84 45,07 0,80 36,20
2112.5 1375 191.29 14 1,87 0,02 10,24 48,80 1,55 23,51
2112.5 1375 191.29 15 1,32 0,02 8,28 48,36 2,19 25,32
2112.5 1375 191.29 16 1,71 0,02 7,25 46,95 1,85 27,05
2112.5 1375 191.29 17 2,11 0,02 8,51 47,53 1,19 26,46
2112.5 1375 191.29 18 0,50 0,01 5,05 51,66 2,07 31,27
471A 2137.5 1375 202.18 1 2,07 0,07 17,18 40,59 1,37 10,65 11 2,21
2137.5 1375 202.18 2 2,92 0,04 13,77 42,14 1,72 17,03
2137.5 1375 202.18 3 2,62 0,02 10,10 49,08 1,32 22,63
2137.5 1375 202.18 4 2,56 0,06 13,33 42,15 2,04 19,60
2137.5 1375 202.18 5 2,36 0,03 12,56 45,41 1,90 19,17
2137.5 1375 202.18 6 2,21 0,03 11,18 50,25 1,98 20,13
2137.5 1375 202.18 7 2,45 0,03 11,47 49,22 1,19 21,01
2137.5 1375 202.18 8 1,98 0,03 11,66 48,34 1,88 21,08
2137.5 1375 202.18 9 1,74 0,03 11,61 52,68 1,80 19,96
2137.5 1375 202.18 10 1,68 0,02 9,80 54,29 1,33 20,52
2137.5 1375 202.18 11 1,77 0,01 6,40 64,36 1,81 20,81
470A 2162.5 1375 204.96 1 1,81 0,08 12,92 51,23 2,13 10,96 12 1,77
2162.5 1375 204.96 2 2,16 0,03 12,83 50,36 1,46 13,37
2162.5 1375 204.96 3 2,30 0,05 12,02 49,69 1,48 14,55
2162.5 1375 204.96 4 2,61 0,03 10,03 48,80 1,49 21,12
2162.5 1375 204.96 5 2,50 0,02 9,13 51,67 1,57 19,83
2162.5 1375 204.96 6 1,69 0,02 8,19 59,25 1,91 18,81
2162.5 1375 204.96 7 1,96 0,03 9,24 51,63 1,83 17,68
2162.5 1375 204.96 8 2,22 0,03 7,61 57,41 1,49 18,52
2162.5 1375 204.96 9 1,45 0,02 7,48 55,61 2,16 20,93
2162.5 1375 204.96 10 1,17 0,02 8,81 58,10 1,55 18,81
2162.5 1375 204.96 11 0,69 0,02 5,52 56,83 1,31 24,36
2162.5 1375 204.96 12 0,68 0,02 4,33 58,80 1,88 27,27
469A 2151.5 1375 197.92 1 1,24 0,02 7,31 53,34 1,84 22,39 9 1,42
2151.5 1375 197.92 2 1,66 0,04 8,51 53,20 1,43 22,05
2151.5 1375 197.92 3 2,18 0,03 10,61 48,64 1,03 24,40
2151.5 1375 197.92 4 1,43 0,03 11,69 53,25 1,70 20,53
2151.5 1375 197.92 5 1,45 0,03 11,65 52,33 1,51 19,97
2151.5 1375 197.92 6 1,40 0,03 11,39 53,35 1,81 21,06
2151.5 1375 197.92 7 1,30 0,02 8,80 57,40 1,01 24,19
2151.5 1375 197.92 8 0,79 0,02 8,76 51,49 1,22 26,81
2151.5 1375 197.92 9 1,30 0,02 8,22 49,40 1,02 27,36
449 2100 1350 184.58 1 1,57 0,04 17,61 41,98 1,53 17,29 7 1,36
2100 1350 184.58 2 1,78 0,03 11,02 44,04 2,04 20,59
2100 1350 184.58 3 1,70 0,03 10,99 47,00 1,71 19,42
2100 1350 184.58 4 1,35 0,02 7,78 47,02 1,41 26,61
2100 1350 184.58 5 1,37 0,02 9,73 48,59 6,28 25,57
2100 1350 184.58 6 0,91 0,02 8,36 49,72 1,41 25,13
2100 1350 184.58 7 0,81 0,01 7,50 49,81 1,54 27,86
450A 2137.5 1350 195.49 1 1,45 0,03 10,58 65,95 1,35 15,61 8 1,79
2137.5 1350 195.49 2 2,18 0,02 9,79 55,24 1,41 21,01
2137.5 1350 195.49 3 2,39 0,02 7,28 51,64 2,44 26,58
2137.5 1350 195.49 4 1,99 0,02 8,89 53,00 2,50 22,93
2137.5 1350 195.49 5 2,47 0,04 15,35 34,09 1,07 16,46
2137.5 1350 195.49 6 0,81 0,02 8,65 58,14 1,87 24,59
2137.5 1350 195.49 7 1,42 0,02 7,98 53,36 1,83 26,65
2137.5 1350 195.49 8 1,61 0,02 11,27 53,02 1,85 18,95
LAMPIRAN C
PERHITUNGAN LUAS SAYATAN METODE PENAMPANG TEGAK
Untuk perhitungan luasan metode penampang tegak digunakan rumus 1/3
simpson, dengan membagi segmen-segmen tiap luasan penampang, jumlah
segmen genap

1. Penampang A-A

L = 0.67 x [1002]

L = 671.34

79
2. Penampang B-B

L = 0.83 x [778]

L = 645.74

80
3. Penampang C-C

L = 1.167 x [818]

L = 954.606

81
4. Penampang D-D

L = 1.167 x [1282]

L = 1496.09

82
5. Penampang E-E

L = 0.83 x [1143]

L = 948.69

83
6. Penampang F-F

L = 0.5 x [822]

L = 411

84
7. Penampang G-G

L = 0.5 x [748]

L = 374

85
8. Penampang H-H

L = 0.5 x [754]

L = 377

86
9. Penampang I-I

L = 0.3 x [1098]

L = 329.4

87
10. Penampang J-J

L = 0.83 x [246]

L = 204.18

88
11. Penampang K-K

L = 0.5 x [1706]

L = 853

89
12. Penampang L=L

L = 0.83 x [332]

L = 275.56

90
13. Penampang M-M

L = 0.5 x [1496]

L = 748

91
14. Penampang N-N

L = 0.416 x [317]

L = 131.872

92
LAMPIRAN D

PERHITUNGAN JUMLAH CADANGAN DENGAN METODE


PENAMPANG TEGAK (CROSS SECTION)

Perhitungan Volume dan Tonase

Pada peta cadangan nikel dibagi menjadi 13 blok, dan dihitung berdasarkan
sayatan. Untuk mendapatkan jumlah cadangan pada masing-masing blok
dilakukan dengan cara mengalikan jumlah volume dengan densitas material yakni
1,92 ton/m3.

Blok 1 : sayatan A-A dengan sayatan B-B

V = 32958.34 m3

T = V BJ

= 32958.34 m3 1,92 ton/m3

T = 63280.0128 ton

Blok 2 : B-B dengan C-C

V = 48376.04 m3

T = V BJ

= 48376.04 m3 1,92 ton/m3

T = 92881.9968 ton

93
Blok 3 : C-C dengan D-D

V = 75759.106 m3

T = V BJ

= 75759.106 m3 1,92 ton/m3

T = 145457.4835 ton

Blok 4 : D-D dengan E-E

V = 48930.59 m3

T = V BJ

= 48930.59 m3 1,92 ton/m3

T = 93946.7328 ton

Blok 5 : E-E dengn F-F

V = 21498.69 m3

T = V BJ

= 21498.69 m3 1,92 ton/m3

T = 41277.4848 ton

Blok 6 : F-F dengan G-G

94
V = 19111 m3

T = V BJ

= 19111 m3 1,92 ton/m3

T = 36693.12 ton

Blok 7 : G-G dengan H-H

V = 19224 m3

T = V BJ

= 19224 m3 1,92 ton/m3

T = 36910.08 ton

Blpk 8 : H-H dengan I-I

V = 16847 m3

T = 16847 m3 1,92 ton/m3

T = 32346.24 ton

Blok 9 : I-I dengan J-J

V = 5433.9 m3

T = V BJ

= 5433.9 m3 1,92 ton/m3

T = 10433.088 ton

95
Blok 10 : J-J dengan K-K

V = 21529.18 m3

T = V BJ

= 21529.18 m3 1,92 ton/m3

T = 41336.0256 ton

Blok 11 : K-K dengan L-L

V = 7742 m3

T = V BJ

= 7742 m3 1,92 ton/m3

T = 14864.64 ton

Blok 12 : L-L dengan M-M

V = 18975.56 m3

T = V BJ

= 18975.56 m3 1,92 ton/m3

T = 36433.0752 ton

Blok 13 : M-M dengan N-N

96
V = 7341.6 m3

T = V BJ

= 7341.6 m3 1,92 ton/m3

T = 14095.872 ton

Jumlah total Volume

= Blok (1 + 2 +3 + 4 + 5 + 6 + 7 + 8 + 9 + 10 + 11 + 12 + 13)

= 343.727m3

Jumlah total tonase

= 659.955,8515 ton

Tabel D.1. Hasil Perhitungan Cadangan Nikel Menggunakan Metode

LUAS JARAK ANTAR


VOLUME DENSITY TONASE
BLOK SEKSI PENAMPANG PENAMPANG
(m3) (ton/m3) (WMT)
(m2) (m)
AA' 672,34
1 100 32958.34 1,92 63280.0128
BB' 645,74
BB' 645,74
2 100 48376.04 1,92 92881.9968
CC' 954,606
CC' 954,606
3 100 75759.11 1,92 145457.4835
DD' 1.496,09
DD' 1.496,09
4 100 48930.59 1,92 93946.7328
EE' 948,69
EE' 948,69
5 100 21498.69 1,92 41277.4848
FF' 411
FF' 411
6 100 19111 1,92 36693.12
GG' 374
GG' 374
7 100 19224 1,92 36910.08
HH' 377
HH' 377
8 100 16847 1,92 32346.24
II' 329,4
II' 329,4
9 50 5433.9 1,92 10433.088
JJ' 204,18
JJ' 204,18
10 50 21529.18 1,92 41336.0256
KK' 853
KK' 853
11 50 7742 1,92 14864.64
LL' 275,56
97
LL' 275,56
12 50 18975.56 1,92 36433.0752
MM' 748
MM' 748
13 100 7341.6 1,92 14095.872
NN' 131,872
TOTAL 343.727 659.955,8515

98
LAMPIRAN E

PERHITUNGAN JUMLAH CADANGAN NIKEL MENGGUNAKAN


METODE DAERAH PENGARUH

Perhitungan jumlah cadangan dengan metode daerah pengaruh dalah sebagai


berikut :

TB 651A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 10 m

Volume = 625 m2 10

= 6250 m3

Tonase = 6250 m3 1,92 ton/m3

= 12000 ton

TB 650A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 12 m

Volume = 625 m2 12

= 7500 m3

Tonase = 7500 m3 1,92 ton/m3

= 14400 ton

TB 649A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 12 m

Volume = 625 m2 12
99
= 7500 m3

Tonase = 14400 m3 1,92 ton/m3

= 27648 ton

TB 648B

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan =5m

Volume = 625 m2 5

= 3125 m3

Tonase = 3125 m3 1,92 ton/m3

= 6000 ton

TB 641A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 10 m

Volume = 625 m2 10

= 6250 m3

Tonase = 6250 m3 1,92 ton/m3

= 12000 ton

TB 641B

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 15 m

Volume = 625 m2 15

= 9375 m3

Tonase = 9375 m3 1,92 ton/m3

= 18000 ton

100
TB 642A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan =7m

Volume = 625 m2 7

= 4375 m3

Tonase = 4375 m3 1,92 ton/m3

= 8400 ton

TB 643A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan =7m

Volume = 625 m2 7

= 4375 m3

Tonase = 4375 m3 1,92 ton/m3

= 8400 ton

TB 645A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 10 m

Volume = 625 m2 10

= 6250 m3

Tonase = 6250 m3 1,92 ton/m3

= 12000 ton

TB 645B

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan =7m

Volume = 625 m2 7
101
= 4375 m3

Tonase = 4375 m3 1,92 ton/m3

= 8400 ton

TB 619A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 11 m

Volume = 625 m2 11m

= 6875 m3

Tonase = 6875 m3 1,92 ton/m3

= 13200 ton

TB 617A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan =9m

Volume = 625 m2 9m

= 5625 m3

Tonase = 5625 m3 1,92 ton/m3

= 10800 ton

TB 617B

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan =9m

Volume = 625 m2 9m

= 5625 m3

Tonase = 5625 m3 1,92 ton/m3

= 10800 ton

102
TB 615A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 10 m

Volume = 625 m2 10m

= 6250 m3

Tonase = 6250 m3 1,92 ton/m3

= 12000 ton

TB 612A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan =5m

Volume = 625 m2 5m

= 3125 m3

Tonase = 3125 m3 1,92 ton/m3

= 6000 ton

TB 592A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 18 m

Volume = 625 m2 18m

= 11250 m3

Tonase = 11250 m3 1,92 ton/m3

= 21600 ton

TB 592B

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan =9m

Volume = 625 m2 9m
103
= 5625 m3

Tonase = 5625 m3 1,92 ton/m3

= 10800 ton

TB 593A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan =8m

Volume = 625 m2 8 m

= 5000 m3

Tonase = 5000 m3 1,92 ton/m3

= 9600 ton

TB 594A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 14 m

Volume = 625 m2 14 m

= 8750 m3

Tonase = 8750 m3 1,92 ton/m3

= 16800 ton

TB 596A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 18 m

Volume = 625 m2 18 m

= 11250 m3

Tonase = 11250 m3 1,92 ton/m3

= 21600 ton

104
TB 596B

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan =7m

Volume = 625 m2 7m

= 4375 m3

Tonase = 4375 m3 1,92 ton/m3

= 8400 ton

TB 598A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan =8m

Volume = 625 m2 8 m

= 5000 m3

Tonase = 5000 m3 1,92 ton/m3

= 9600 ton

TB 598A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan =6m

Volume = 625 m2 6 m

= 3750 m3

Tonase = 3750 m3 1,92 ton/m3

= 1.152 ton

TB 574A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 13 m

Volume = 625 m2 13 m
105
= 8125 m3

Tonase = 8125 m3 1,92 ton/m3

= 15600 ton

TB 573A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan =9m

Volume = 625 m2 9 m

= 5625 m3

Tonase = 5625 m3 1,92 ton/m3

= 10800 ton

TB 572A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan =9m

Volume = 625 m2 9 m

= 5625 m3

Tonase = 5625 m3 1,92 ton/m3

= 10800 ton

TB 571A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 16 m

Volume = 625 m2 16 m

= 10000 m3

Tonase = 10000 m3 1,92 ton/m3

= 19200 ton
106
TB 570A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 14 m

Volume = 625 m2 14 m

= 8750 m3

Tonase = 8750 m3 1,92 ton/m3

= 16800 ton

TB 569A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 11 m

Volume = 625 m2 11 m

= 6875 m3

Tonase = 6875 m3 1,92 ton/m3

= 13200 ton

TB 546B

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 10 m

Volume = 625 m2 10 m

= 6250 m3

Tonase = 6250 m3 1,92 ton/m3

= 12000 ton

TB 547A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 14 m

Volume = 625 m2 14 m
107
= 8750 m3

Tonase = 8750 m3 1,92 ton/m3

= 16800 ton

TB 548A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan =9m

Volume = 625 m2 9 m

= 5625 m3

Tonase = 5625m3 1,92 ton/m3

= 10800 ton

TB 549A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan =6m

Volume = 625 m2 6 m

= 3750 m3

Tonase = 3750 m3 1,92 ton/m3

= 7200 ton

TB 529A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan =8m

Volume = 625 m2 8 m

= 5000 m3

Tonase = 5000 m3 1,92 ton/m3

= 9600 ton

108
TB 528B

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 13 m

Volume = 625 m2 13 m

= 8125 m3

Tonase = 8125 m3 1,92 ton/m3

= 15600 ton

TB 528A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan =9m

Volume = 625 m2 9 m

= 5625 m3

Tonase = 5625 m3 1,92 ton/m3

= 10800 ton

TB 527A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 10 m

Volume = 625 m2 10 m

= 6250 m3

Tonase = 6250 m3 1,92 ton/m3

= 12000 ton

TB 505A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan =6m

Volume = 625 m2 6 m
109
= 3750 m3

Tonase = 3750 m3 1,92 ton/m3

= 7200 ton

TB 506A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 14 m

Volume = 625 m2 14 m

= 8750 m3

Tonase = 8750 m3 1,92 ton/m3

= 16800 ton

TB 507A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 11 m

Volume = 625 m2 11 m

= 6875 m3

Tonase = 6875 m3 1,92 ton/m3

= 13200 ton

TB 508A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 14 m

Volume = 625 m2 14 m

= 8750 m3

Tonase = 8750 m3 1,92 ton/m3

= 16800 ton

110
TB 494C

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 12 m

Volume = 625 m2 12 m

= 7500 m3

Tonase = 7500 m3 1,92 ton/m3

= 14400 ton

TB 493A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 16 m

Volume = 625 m2 16

= 10000 m3

Tonase = 10000 m3 1,92 ton/m3

= 19200 ton

TB 492A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 10 m

Volume = 625 m2 10 m

= 6250 m3

Tonase = 6250 m3 1,92 ton/m3

= 12000 ton

TB 473F

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 10 m

Volume = 625 m2 10 m
111
= 6250 m3

Tonase = 6250 m3 1,92 ton/m3

= 12000 ton

TB 473E

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 16 m

Volume = 625 m2 16 m

= 10000 m3

Tonase = 10000 m3 1,92 ton/m3

= 19200 ton

TB 473A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 20 m

Volume = 625 m2 20 m

= 12500 m3

Tonase = 12500 m3 1,92 ton/m3

= 24000 ton

TB 473B

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 17 m

Volume = 625 m2 17 m

= 10625 m3

Tonase = 10625 m3 1,92 ton/m3

= 20400 ton

112
TB 473D

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan =7m

Volume = 625 m2 7

= 4375 m3

Tonase = 4375 m3 1,92 ton/m3

= 8400 ton

TB 475A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 10 m

Volume = 625 m2 10 m

= 6250 m3

Tonase = 6250 m3 1,92 ton/m3

= 12000 ton

TB 471F

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan =7m

Volume = 625 m2 7 m

= 4375 m3

Tonase = 4375 m3 1,92 ton/m3

= 8400 ton

TB 470D

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan =6m

Volume = 625 m2 6 m
113
= 3750 m3

Tonase = 3750 m3 1,92 ton/m3

= 7200 ton

TB 472B

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 18 m

Volume = 625 m2 18 m

= 11250 m3

Tonase = 11250 m3 1,92 ton/m3

= 21600 ton

TB 471A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 11 m

Volume = 625 m2 11 m

= 6875 m3

Tonase = 6875 m3 1,92 ton/m3

= 13200 ton

TB 470A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 12 m

Volume = 625 m2 12

= 7500 m3

Tonase = 7500 m3 1,92 ton/m3

= 14400 ton

114
TB 469A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan =9m

Volume = 625 m2 9 m

= 5625 m3

Tonase = 5625 m3 1,92 ton/m3

= 10800 ton

TB 449

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan =7m

Volume = 625 m2 7 m

= 4375 m3

Tonase = 4375 m3 1,92 ton/m3

= 8400 ton

TB 450A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan =8m

Volume = 625 m2 8 m

= 5000 m3

Tonase = 5000m3 1,92 ton/m3

= 9600 ton

115
Tabel E.1. Hasil Perhitungan Cadangan Menggunakan Daerah Pengaruh

LUAS KETEBALAN DENSITAS VOLUME TONASE


TB (m2) (m) (ton/m3) (m3) (WMT)
651A 625 10 1.92 6250 12000
650A 625 12 1.92 7500 14400
649A 625 12 1.92 7500 14400
648B 625 5 1.92 3125 6000
641A 625 10 1.92 6250 12000
641B 625 15 1.92 9375 18000
642A 625 7 1.92 4375 8400
643A 625 7 1.92 4375 8400
645A 625 10 1.92 6250 12000
645B 625 7 1.92 4375 8400
619A 625 11 1.92 6875 13200
617A 625 9 1.92 5625 10800
617B 625 9 1.92 5625 10800
615A 625 10 1.92 6250 12000
612A 625 5 1.92 3125 6000
592A 625 18 1.92 11250 21600
592B 625 9 1.92 5625 10800
593A 625 8 1.92 5000 9600
594A 625 14 1.92 8750 16800
596A 625 18 1.92 11250 21600
596B 625 7 1.92 4375 8400
597A 625 8 1.92 5000 9600
598B 625 6 1.92 3750 7200
574A 625 13 1.92 8125 15600
573A 625 9 1.92 5625 10800
572A 625 9 1.92 5625 10800
571A 625 16 1.92 10000 19200
570A 625 14 1.92 8750 16800
569A 625 11 1.92 6875 13200
546B 625 10 1.92 6250 12000
547A 625 14 1.92 8750 16800
548A 625 9 1.92 5625 10800
549A 625 6 1.92 3750 7200
529A 625 8 1.92 5000 9600
528B 625 13 1.92 8125 15600
528A 625 9 1.92 5625 10800
527A 625 10 1.92 6250 12000

116
505A 625 6 1.92 3750 7200
506A 625 14 1.92 8750 16800
507A 625 11 1.92 6875 13200
508A 625 14 1.92 8750 16800
494C 625 12 1.92 7500 14400
493A 625 16 1.92 10000 19200
492A 625 10 1.92 6250 12000
473F 625 10 1.92 6250 12000
473E 625 16 1.92 10000 19200
473A 625 20 1.92 12500 24000
473B 625 17 1.92 10625 20400
473D 625 7 1.92 4375 8400
475A 625 10 1.92 6250 12000
471F 625 7 1.92 4375 8400
470D 625 6 1.92 3750 7200
472B 625 18 1.92 11250 21600
471A 625 11 1.92 6875 13200
470A 625 12 1.92 7500 14400
469A 625 9 1.92 5625 10800
449 625 7 1.92 4375 8400
450A 625 8 1.92 5000 9600
TOTAL 386.875 742.800

117
LAMPIRAN F
PETA LUBANG BOR DAN SAYATAN

PETA
-1300 LUBANG BOR & SAYATAN

-1350

N Skala 1 : 500

M 0 100 200 300 400


-1400 L
K LEGENDA
J
I

-1450 H
Garis Kontur (Interval Kontur 3 m)

G Lubang Bor

F
-1500
Sayatan
E

D
-1550 Lokasi : Areal penambangan nikel tambang tengah bukit TLC-3
C
PT. Antam Tbk UBPN Pomalaa,Kab Kolaka, Sulawesi Tenggara
B Oleh
Nama : Zaenal Abbidin Kamarullah
-1600 A No. Mhs : 71106072
Jurusan : Teknik Pertambangan

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL


YOGYAKARTA
-1650
2100 2150 2200 2250 2300 2350 2400
LAMPIRAN G
PETA LUBANG BOR DAN DAERAH PENGARUH

PETA
-1300 LUBANG BOR & DAERAH PENGARUH

-1350 449 450A

472B 471A 470A 469A


Skala 1 : 500
471F 470D

0 100 200 300 400


-1400 473B 473D 475A 473A

473F 473E
LEGENDA
494C 493A 492A

-1450 505A 506A 507A 508A


Garis Kontur (Interval Kontur 3 m)

529A 528B 528A 527A


Lubang Bor

-1500 546B 547A 548A 549A

Daerah Pengaruh

574A 573A 572A 571A 570A 569A

-1550 592A 592B 593A 594A 596A 596B 597A 598B


Lokasi : Areal penambangan nikel tambang tengah bukit TLC-3
PT. Antam Tbk UBPN Pomalaa,Kab Kolaka, Sulawesi Tenggara
619A 617A 617B 615A 612A

Oleh
Nama : Zaenal Abbidin Kamarullah
-1600 641A 641B 642A 643A 645A 645B
No. Mhs : 71106072
Jurusan : Teknik Pertambangan
651A 650A 649A 648B

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL


YOGYAKARTA
-1650
2100 2150 2200 2250 2300 2350 2400

Anda mungkin juga menyukai