Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN ESTIMASI CADANGAN NIKEL MENGGUNAKAN METODE

IDW (INVERSE DISTANCE WEIGHTING)

OLEH :

KELOMPOK 21

INGKY WIJOYO ( R1D118095)

DERIL SISWANTO ( R1D118082)

HARINALDI ( R1D118098)

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2021
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Perencanaan tambang merupakan suatu proses penetapan desain tambang
dan langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan dalam menentukan kelayakan
rancangan tambang dan tahapan pelaksanaan operasi penambangan guna
mencapai hasil yang telah ditentukan. Potensi sumberdaya mineral Indonesia yang
cukup banyak, tersebar hampir di seluruh nusantara dan merupakan salah satu
modal untuk kegiatan pembangunan, terbukti di bidang pertambangan indonesia
yang kaya karena sumberdaya mineral ini menghasilkan pemasukan yang cukup
besar bagi negara melalui pajak dan royalti setiap tahunnya. Berdasarkan
karakteristik geologi dan tatanan tektoniknya, terbentuk beberapa lokasi endapan
nikel laterit yang potensial untuk ditambang. Nikel sebagai salah satu sumberdaya
mineral ekonomis di bumi ini perlu ditemukan keberadaannya untuk dapat
memenuhi kebutuhan dibidang perindustrian. Nikel mempunyai sifat tahan karat.
Dalam keadaan
murni nikel bersifat lunak, tetapi jika dipadukan dengan besi, krom dan
logam lainnya dapat membentuk baja tahan karat yang keras. Perpaduan nikel,
krom dan besi menghasilkan baja tahan karat (stainless steel) yang banyak
diaplikasikan pada peralatan dapur (sendok, dan peralatan memasak), ornamen-
ornamen rumah dan gedung, serta komponen industri (Sukandarrumidi, 2007).
Dalam penambangan nikel laterit, diperlukan estimasi untuk dapat menghitung
sumberdaya sebelum proses penambangan berlangsung. Estimasi sumberdaya
berperan penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas dari suatu endapan.
Sebab dari hasil estimasi yang baik dan akurat yang sesuai dengan keberadaannya
di lapangan dapat menentukan investasi yang akan ditanam oleh investor sebagai
penanaman modal dalam usaha penambangan.
cara penambangan yang akan dilakukan, bahkan dalam memperkirakan
waktu yang akan dibutuhkan oleh perusahaan dalam melakukan usaha
penambangannya sehingga dapat menekan jumlah cost serta memberikan
keuntungan bagi perusahaan itu sendiri dalam proses penambangan selanjutnya.
Atas dasar hal tersebut diatas, maka dilakukanlah penelitian mengenai kegiatan
eksplorasi yang bertujuan untuk mengetahui jumlah sumberdaya endapan nikel
laterit. Pada penelitian ini dilakukan estimasi sumberdaya nikel laterit
menggunakan metode Inverse Distance Weighting (IDW).
1.2 Rumusan masalah

Rumusan masalah pada laporan analisis perhitungan cadangan antara lain:

1. Menentukan analisis kondisi gelogi


2. Menentukan analisis statistic
3. Menentukan kolerasi antara kondisi geologi dan analisis statistic
4. Menetukan metode estimasi cadangan
5. Menghitung nilai sumberdaya
1.3 Tujuan masalah
Tujuan masalah pada laporan analisis perhitungan cadangan adalah sebagai
berikut:
1. Mampu mengetahui analisis kondisi geologi
2. Mampu menentukan analisis statistic
3. Mampu menentukan kolerasi antara kondisi geologi dan analisis statistic
4. Mampu menentukan metode estimasi cadangan
1.4 Batasan masalah
Adapun batasan masalah adalah agar dapat mengetahui metode apa yang
dapat digunakan untuk menentukan estimasi cadangan nikel.
1.5 Manfaat

Adapun manfaat yang dapat didapatkan adalah menambah pengetahuan


pembaca mengenai penentuan metode estimasi cadangan nikel. Selain itu dapat
mengetahui cara membuat database sampai dengan menghitung volume.
BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1 KAJIAN PUSTAKA

2.1.1 Genesa Nikel Laterit


Proses pelapukan dimulai pada batuan peridotit. Batuan ini banyak
mengandung olivine, magnesium silikat, dan besi silikat yang pada umumnya
mengandung 0.30% nikel (Sundari, 2012). Air tanah yang kaya akan CO2,
berasal dari udara luar dan tumbuhan, akan menghancurkan olivine.
Penguraian olivine, magnesium silika dan besi silika ke dalam larutan
cenderung untuk membentuk suspensi koloid dari partikel-partikel silika. Di
dalam larutan besi akan bersenyawa dengan oksida dan mengendap sebagai
ferrihidroksida. Endapan ferrihidroksida ini akan menjadi reaktif terhadap air,
sehingga kandungan air pada endapan tersebut akan mengubah ferrihidroksida
menjadi mineral-mineral seperti goethite (FeO(OH)), hematit (Fe2O3) dan
cobalt. Mineral-mineral tersebut sering dikenal sebagai “besi karat”. Endapan
ini akan terakumulasi dekat dengan permukaan tanah, sedangkan magnesium,
nikel dan silika akan tetap tertinggal di dalam larutan dan bergerak turun
selama suplai air yang masuk ke dalam tanah terus berlangsung. Rangkaian
proses ini merupakan proses pelapukan dan leaching. Unsur Ni sendiri
merupakan unsur tambahan di dalam batuan ultrabasa. Sebelum proses
pelindihan berlangsung, unsur Ni berada dalam ikatan serpentine group.
Rumus kimia dari kelompok serpentin adalah X2-3 SiO2O5(OH)4, dengan X
tersebut tergantikan unsur-unsur seperti Cr, Mg, Fe, Ni, Al, Zn atau Mn atau
dapat juga merupakan kombinasinya.
Adanya suplai air dan saluran untuk turunnya air, berupa kekar, maka
Ni yang terbawa oleh air turun ke bawah, dan akan terkumpul di zona air
sudah tidak dapat turun lagi dan tidak dapat menembus bedrock (Harzburgit).
Ikatan dari Ni yang berasosiasi dengan Mg, SiO dan H akan membentuk
mineral garnierit dengan rumus kimia (Ni,Mg) Si4O5 (OH)4. Apabila proses
ini berlangsung terus menerus, maka yang akan terjadi adalah proses
pengkayaan supergen (supergen enrichment). Zona pengkayaan supergen ini
terbentuk di zona saprolit. Dalam satu penampang vertikal profil laterit dapat
juga terbentuk zona pengkayaan yang lebih dari satu, hal tersebut dapat terjadi
karena muka air tanah yang selalu berubah-ubah, terutama dari perubahan
musim. Dibawah zona pengkayaan supergen terdapat zona mineralisasi primer
yang tidak terpengaruh oleh proses oksidasi maupun pelindihan, yang sering
disebut sebagai zona Hipogen, terdapat sebagai batuan induk yaitu batuan
Harzburgit. Profil endapan nikel laterit yang terbentuk dari hasil pelapukan
batuan ultrabasa secara umum terdiri dari 4 (empat) lapisan, yaitu lapisan
tanah penutup atau top soil, lapisan limonit, lapisan saprolit, dan bedrock.
a) Lapisan tanah penutup
Lapisan tanah penutup biasa disebut iron capping. Material lapisan
berukuran lempung, berwarna coklat kemerahan, dan biasanya terdapat
juga sisa-sisa tumbuhan. Pengkayaan Fe terjadi pada zona ini karena
terdiri dari konkresi Fe-Oksida (mineral Hematite dan Goethite), dan
Chromiferous dengan kandungan nikel relatif rendah. Tebal lapisan
bervariasi antara 0 – 2 m. Tekstur batuan asal sudah tidak dapat dikenali
lagi.
b) Lapisan Limonit
Merupakan lapisan berwarna coklat muda, ukuran butir lempung
sampai pasir, tekstur batuan asal mulai dapat diamati walaupun masih
sangat sulit, dengan tebal lapisan berkisar antara 1 – 10 m. Lapisan ini
tipis pada daerah yang terjal, dan sempat hilang karena erosi. Pada zone
limonit hampir seluruh unsur yang mudah larut hilang terlindi, kadar MgO
hanya tinggal kurang dari 2% berat dan kadar SiO2 berkisar 2 – 5% berat.
Sebaliknya kadar Fe2O3 menjadi sekitar 60 – 80% berat dan kadar
Al2O3 maksimum 7% berat. Zone ini didominasi oleh mineral Goethit,
disamping juga terdapat Magnetit, Hematit, Kromit, serta Kuarsa
sekunder. Pada Goethit terikat Nikel, Chrom, Cobalt, Vanadium, dan
Aluminium.
c) Lapisan Saprolit
Merupakan lapisan dari batuan dasar yang sudah lapuk,
berupa bongkah-bongkah lunak berwarna coklat kekuningan sampai
kehijauan. Struktur dan tekstur batuan asal masih terlihat. Perubahan
geokimia zone saprolit yang terletak di atas batuan asal ini tidak banyak,
H2O dan Nikel bertambah, dengan kadar Ni keseluruhan lapisan antara 2 –
4%, sedangkan Magnesium dan Silikon hanya sedikit yang hilang terlindi.
Zona ini terdiri dari vein-vein Garnierite, Mangan, Serpentin, Kuarsa
sekunder bertekstur boxwork, Ni-Kalsedon, dan di beberapa tempat sudah
terbentuk limonit yang mengandung Fe-hidroksida.
d) Bedrock (Batuan Dasar)
Merupakan bagian terbawah dari profil nikel laterit, berwarna hitam
kehijauan, terdiri dari bongkah – bongkah batuan dasar dengan ukuran >
75 cm, dan secara umum sudah tidak mengandung mineral ekonomis.
Kadar mineral mendekati atau sama dengan batuan asal, yaitu dengan
kadar Fe ± 5% serta Ni dan Co antara 0.01 – 0.30%.
2.1.2 Analisa Dan Perhitungan Cadangan
Menurut Mc. Kelvey yang dimaksud dengan cadangan (reserve)
adalah bagian dari sumber daya terindikasi dari suatu komoditas mineral yang
dapat diperoleh secara ekonomis dan tidak bertentangan dengan hokum dan
kebijaksanaan pemerintah pada saat itu. Suatu cadangan dengan mineral
biasanya digolongkan berdasarkan ketelitian eksplorasinya. Klasifikasi
cadangan di Amerika menurut US Berau Of Mine and US Geological Survey
(USBM and USGS) dan usulan Mc. Kelvey, 1973 sebagai berikut:
a) Cadangan Terukur
Cadangan terukur adalah cadangan yang kuantitasnya dihitung
dari pengukuran nyata, misalnya dari pemboran, singkapan dan paritan,
sedangkan kadarnya diperoleh dari hasil analisa contoh. Jarak titik-titik
pengambilan contoh dan pengukuran sangat dekat dan terperinci,
sehingga model geologi endpan mineral dapat diketahui dengan jelas.
Struktur, jenis, komposisi, kadar, ketebalan, kedudukan, dan kelanjutan
endapan mineral serta batas penyebarannya dapat ditentukan dengan
tepat. Batas kesalahan perhitungan baik kuantitas maupun kualitas tidak
boleh lebih dari 20%.
b) Cadangan Terkira/Teridikasi (indicated)
Cadangan terkira adalah cadangan yang jumlah tonase dan
kadarnya sebagian diperoleh dari hasil perhitungan dan sebagian lagi
dihitung sebagai proyeksi untuk jarak tertentu berdasarkan keadaan
geologi setempat titik-titik pemercontoh dan pengukuran jaraknya tidak
perlu rapat sehingga struktur, kadar, ketebalan, kedudukan, dan
kelanjutan endapan mineral serta batas penyebarannya belum dapat
dihitung secara tepat dan baru disimpulkan/dinyatakan berdasar
indikasi. Batas kesalahan baik kuantitas maupun kualitas 20% - 40%.
c) Cadangan Terduga/Tereka (infered)
Cadangan terduga adalah cadangan yang diperhitungkan
kuantitasnya berdasarakan pengetahuan geologi, kelanjutan endapan
mineral, serta batas dari penyebaran. Ini diperhitungkan dari beberapa
titik contoh, sebagian besar perhitungannya didasarkan kepada kadar
dan kelanjutan endapan mineral yang mempunyai ciri endapan sama.
Toleransi penyimpangan kesalahan terhadap perhitungan cadangan adalah
60%. Di Indonesia mengikuti klasifikasi cadangan menurut Mc. Kelvey,
karena dianggap paling detil, mempertimbangkan keadaan geologi,
ekonomi, dan memiliki wawasan luas tentang klasifikasi cadangan.
Klasifikasi cadangan yang diusulkan Mc.Kelvey ini berdasarkan pada:
2.2.3 Perhitungan Cadangan
Setelah kita melakukan ekplorasi pada tahap-tahap kegiatan
penambangan kemudian melakukan analisa dan perhitungan cadangan.
Adapun tujuan dari perhitungan cadangan yaitu agar dapat menentukan
jumlah dan mutu kualitas yang dapat dipertanggung jawabkan untuk
dieksploitasi sesuai dengan kebutuhan. Dengan perhitungan cadangan akan
dapat mengetahui biaya produksi, membantu perencanaan, efisiensi
operasi, control kehilangan dalam penambangan, unsur produksi
tambang, dan sebagainya. Kegiatan lapangan untuk memperoleh data guna
perhitungan cadangan adalah sebagai berikut:
a. Observasi Lapangan
Merupakan gambaran praktis kondisi dan keadaan dilapangan
meliputi pengambilan data geografi dan demografi.
b. Pemetaan
Tidak mutlak dilaksanakan, untuk pengambilan topografi, bentang
alam, dan lereng awal jika peta telah tersedia maka hanya dilakukan
ploting.
c. Pengambilan Contoh
Dapat berupa air, tanah, endapan, singkapan sesuai dengan
metodenya.
d. Pengambilan Data Geologi
Dapat dilakukan dengan studi literatur dan pengecekkan langsung
dilapangan.
e. Pengolahan Data
Dilakukan di lapangan (pengecekkan mudah) atau dikirim ke kantor
termasuk pekerjaan studio, uji laboratorium dan analisa. Untuk Estimasi
cadangan tidak lepas dari metode yang akan digunakan, adapun metode
perhitungan cadangan dapat dikategorikan menjadi:
1. Metode Konvesional
a. Tertua dan paling umum digunakan.
b. Mudah diterapkan, dikomunikasikan, dan dipahami.
c. Mudah di adaptasi dengan semua edapan mineral.
d. Kelemahannya sering menghasilkan perkiraan salah, karena
cendrung menilai kadar tinggi saja.
e. Kadar suatu luasan diasumsikan konstan sehingga tidak
optimal secara matematika.
f. Untuk endapan yang terpencar dapat terjadi penafsiran yang salah.
2. Metode Non Konvesional
a. Pengembangan teori matematika dan statistic.
b. Secara teoritis akan lebih optimal.
c. Kelemahannya rumit data terbatas dan tidak optimal.
Parameter-parameter yang penting adalah antara lain :
a) Kadar bijih
Di dalam perhitungan cadangan dari bijih merupakan faktor yang
menentukan (yang sangat penting) yang digunakan di dalam
perhitungan (hal ini) adalah kadar rata-rata dari bijih.
b) Ketebalan dan luas
Kedua parameter ini mempunyai hubungan dengan geometri
endapan dan penyebaran bijih.
c) porositas dan kandungan air
d) berat jenis
Beberapa hubungan yang penting adalah :
Gd
Gm 
(1  P)
Gd  Gm 1- P

Gd
P  1
Gm

Gd  Gn 1- M
Gd
Gn 
(1  M)
Gm 1- P
Gn 
(1  M)
Gn 1- M
Gm 
(1  P )
Gm = berat jenis dari mineral tanpa pori, tanpa kandungan air
(moisture)
Gd = berat jenis dari rock (kering) - tanpa kandungan air, hanya
pori
Gn = berat jenis dari rock (natural) dengan pori dan kandungan air
P = porositas
M = kandungan air (moisture content)
2.2.4 Data dan Permodelan
Untuk menghitung cadangan nikel terlebih dahulu dibuat permodelan
endapannya. Data yang dibutuhkan pada permodelan yaitu:
a) Dalam perhitungan manual
1. Jarak dari lubang bor satu ke lubang bor yang lain.
2. Data log bor.
b) Dalam menggunakan software
1. Data assay adalah merupakan data hasil analisis kadar nikel.
2. Data collar adalah data koordinatdan elevasi titik bor.
3. Data geology adalah data litologi profil nikel laterit titik bor.
4. Data survey adalah data total kedalaman titik bor.
Prosedur perhitungan cadangan dengan metode Inverse Distance yaitu:
a) Dalam perhitungan manual
1. Dapatkan data lubang bor (log bor) untuk menghiung kadar endapan.
2. Dapatkan data jarak antara titik lubang bor.
3. Melakukan perhitungan sesuai dengan rumus yang tersedia untuk
mendapatkan estimasi kadar endapan.
b) Dalam menggunakan software
1. Masukan data assay, collar, survey, dan litologi pada database surpac.
2. Membuat file DTM (Digital Terrain Model) yaitu sebuah file yang
terbentuk dari koordinat X dan Y serta elevasi Z dari tiga titik yang
membentuk segitiga litologi limonit, saprolit, badrock dan topografi.
3. Membuat blok model 3D (tiga dimensi berdasarkan batas keleluruhan
titik bor.
4. Membuat composit setiap litologi limonit, saprolit dan bedrock.
5. Membuat constrain setiap litologi limonit, saprolit, dan bedrock.
6. Tambahkan atribut Ni.
7. Masukkan massa jenis saprolit 1,5 ton/m³.
8. Mengestimasi blok model 3D (tiga dimensi) dengan metode inverse
distance dengan kekuatan inverse distance adalah power 2.
9. Menghitung volume dan tonase setiap batas COG yang diinginkan.
Kelebihan metode inverse distance antara lain:
1. Perhitungannya hanya menggunakan data jarak antara lubang bor dan
kadar sampel pada log bor.
2. Pada pangkat yang sangat besar menghasilkan pendekatan metode
polygon.
Kelemahan metode inverse distance antara lain:
1. Tidak ada hubungan antara jarak dan range a pada variogram.
2. Pada deposit irregular dengan range kecil akan diperlakukan sama
dengan pada deposit reguler dengan luas a.
3. Jika titik referensi adalah lubang bor, kemudian faktor pembobotan tak
berhingga, maka metode ini tidak dapat diterapkan.
4. Metode ini didasarkan pada estimasi titik dan tidak bergantung pada
ukuran blok.
5. Invers Distance hanya memperhatikan jarak dan belum memperhatikan
efek pengelompokan data. Sehingga data dengan jarak yang sama
namun mempunyai pola sebaran yang berbeda masih akan memberikan
hasil yang sama.
6. Metode ini belum memberikan korelasi ruang antara titik data dengan
titik data yang lain.
2.2.5 Penentuan Batas Cadangan
Ketidakteraturan bentuk endapan bijih dan ketidakmerataan distribusi
kadar akan menimbulkan kesulitan dalam penentuan batas-batas endapan
bijihnya. Distribusi kadar merupakan satu rangkaian dalam penentuan batas-
batas cadangan.
Terdapat dua kriteria dalam penentuan batas cadangan, yaitu:
1) Penentuan batas cadangan didasarkan pada interprestasi geologi atas daerah
mineralisasi, sehingga batas-batas struktur maupun litologi juga merupakan
batas cadangan.
2) Batas cadangan didasarkan atas nilai kandungan bijih nikel (kadar) di dalam
bijih.
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil

3.1.1 Analisis Litologi, Morfologi dan Struktur

Adapun hasil dari analisis litologi, morfologi dan struktur yaitu :

a) Peta Topografi

Gambar 3.1 Peta Topografi

Peta topografi adalah salah satu jenis peta yang mempunyai ciri-ciri khusus
yang memperlihatkan keadaan bentuk, penyebaran roman muka bumi dan
dimensinya dengan ditandai adanya skala besar dan lebih detail. Sebuah peta
topografi biasanya terdiri dari dua atau lebih peta yang tergabung untuk
membentuk keseluruhan peta. Sebuah garis kontur merupakan kombinasi dari dua
segmen garis yang berhubungan namun tidak berpotongan, ini merupakan titik
elevasi pada peta topografi. Peta topografi biasanya menggunakan garis kontur
dalam pemetaan.

3.1.2 Analisis Geostatistik

Adapun hasil dari analisis geostatistik yaitu :

a) Statistics fe

Gambar 3.2 Statistic fe


b) Statistic ni

Gambar 3.3 Statistics ni


c) Statistics Report

Gambar 3.4 Statistics Report


Berdasarkan data pada Statistics Report maka data yang diolah
terdistribusi normal karena nilai mean dan median mendekati yaitu mean
dengan nilai 1,373832 dan median dengan nilai 1,300000 Selain itu
berdasarkan data pada Statistics Report dapat diketahui metode apa yang akan
digunakan untuk menghitung estimasi cadangan nikel dengan melihat nilai
Coefficient of variation, jika nilainya lebih kecil dari 0,25 maka dapat
menggunakan metode NNP (Nearest Neigh Bour) namun jika nilainya lebih
besar dari 0,25 maka menggunakan metode IDW (Inverse Distance Weighted)
atau Kriging dengan melihat nilai Skewness dengan nilai lebih kecil dari 0,5
maka bisa menggunakan menggunakan metode Kriging.
Maka berdasarkan data pada Statistics Report maka dapat digunakan
metode IDW (Inverse Distance Weighted) karena nilai dari Coefficient of
variation lebih besar dari 0,25 yaitu dengan nilai 0,350509 dan nilai dari
Skewness lebih besar dari 0,5 yaitu dengan nilai 0,718816.
Metode IDW (Inverse Distance Weighted) adalah salah satu metode
interpolasi untuk menaksir suatu nilai pada lokasi yang tidak tersampel
berdasarkan data disekitarnya. Metode ini sering digunakan dalam kegiatan
eksplorasi karena dalam proses perhitungannya lebih sederhana dan mudah
dipahami. Metode ini memiliki asumsi bahwa setiap titik input mempunyai
pengaruh yang bersifat lokal yang berkurang terhadap jarak.

3.1.3 Hasil Estimasi

Adapun hasil dari estimasi dengan menggunakan metode IDW (Inverse


Distance Weighted) yaitu :
a) Gambar Hasil Perhitungan Cadangan COG

Gambar 3.5 Hasil Perhitungan Cadangan COG


b) Tabel Hasil Perhitungan Cadangan COG

Ni Volume Tonnes Ni
0,0-1,65 0 0 0,00
1,65-1,8 8750 13125 1,73
1,8-999,0 1860000 2790000 6,27
Grand Total 1860000 2803125 6,25
Tabel 3.1 Hasil Perhitungan Cadangan COG
Berdasarkan table diatas maka dapat dilihat Ni dengan nilai 0,0-1,65
memiliki volume = 0, Tonnes = 0, Ni = 0,00. Ni dengan nilai 1,65-1,8 memiliki
volume = 8750, Tonnes = 13125, Ni = 1,73. Ni dengan nilai 1,8-999,0 memiliki
volume = 1860000, Tonnes = 2790000, Ni = 6,27. Maka didapatkan grand total
dengan volume = 1860000, Tonnes = 2803125, Ni = 6,25.
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan

Adapun Kesimpulan yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :

1) Dapat mengetahui analisis kondisi geologi


2) Dapat menentukan analisis statistic
3) Dapat menentukan kolerasi antara kondisi geologi dan analisis statistic
4) Dapat menentukan metode estimasi cadangan
4.2 Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan adalah mengenai durasi pada saat
praktikum agar dapat lebih dikurangi.

Anda mungkin juga menyukai