PENDAHULUAN
I-1
1.2.1. Definisi Perencanaan
Perencanaan tambang :
● Bagaimana kita bisa membuat rancangan tambang
(mencapai ultimate pit limit) dalam jangka waktu tertentu
secara aman dan menguntungkan.
● Bagaimana menentukan tahapan penambangan.
Perancangan tambang :
● Istilah perancangan tambang biasanya dimaksudkan
sebagai bagian dari proses perencanaan tambang yang
berkaitan dengan masalah-masalah geometrik. Di dalamnya
termasuk perancangan batas akhir penambangan, tahapan
(pushback), urutan penambangan tahunan/ bulanan,
penjadwalan produksi dan waste dump.
● Bagaimana menentukan ultimate pit limit.
I-2
Pada Gambar 1.2 ditunjukkan posisi perencanaan dalam suatu
siklus dan pada Gambar 1.3 adalah tahapan kegiatan pada
industri pertambangan.
I-3
Gambar 1.1. Perencanaan Sebagai Salah Satu Tahapan
Kegiatan Dalam Proses Manajemen
I-4
Gambar 1.2. Mineral Supply Process (McKenzie, 1980)
I-5
• Peta topografi Prospeksi • Peta temuan
• Geologi • Percontoh batuan
• Mineralogi
• Geofisika
• Geokimia
• Pemboran inti
• Jumlah & sifat
cadangan
• Sumur uji (tes pit) Eksplorasi • Kadar endapan
• Terowongan buntu (adit)
• Sifat fisik, kimia,
mekanik
• Stratigrafi & litologi
Masuk Arsip
I-6
• Analisis kemantapan lereng kemajuan
• Tata letak sarana
&
prasarana
tambang
• Pengangkutan
I-7
• Promosi Pemasaran
• Penelitian & pengembangan
produksi
I-8
2) Menghasilkan aliran kas (cash flow) yang akan
memaksimalkan beberapa kriteria ekonomik seperti rate of
return atau net present value.
I-9
Gambar 1.4. Open Pit Design Parameter (D.J.
Charbonneau, 1991)
I - 10
Gambar 1.5. Pengaruh Tahapan Perencanaan Terhadap
Biaya (Lee, 1984)
I - 11
karena ia tergantung pada biaya harga dihubungkan dengan
panjang waktu proyek.
2) Unjuk kerja
3) Biaya
I - 12
kuota yang ada atau unit harga, kecukupan ketentuan untuk
ongkos tidak langsung dan overhead. Tendensi terakhir
menunjukkan adanya batas yang meningkat.
I - 13
konservatif. Harga terakhir berkisar 80% dari kemungkinan atau
lebih. Idealnya, walaupun pada harga konservatif, harus tetap
menguntungkan.
Checklist Item
1. Topografi
a. USGS maps → 1 : 500, 1 : 1000
b. Special Aerial or land survey establish control stations
I - 14
f. Delay
g. Awan, fog
3. Air
a. Sumber : mata air, sungai, danau, bor.
b. Ketersediaan : hukum, kepemilikan, biaya.
c. Kuantitas : ketersediaan perbulan,
kesempatan aliran, kemung-kinan lokasi
bendungan.
d. Kualitas : sampel, perubahan-
perubahan kualitas, efek kontaminasi.
e. Sewage Disposal Methode.
4. Struktur geologi
a. Dalam daerah tambang
b. Di sekeliling daerah tambang
c. Kemungkinan gempa bumi
d. Akibat pada slope (maks. slope)
e. Estimasi dan kondisi fondasi
5. Air tambang
a. Kedalaman
b. Konduktivitas
c. Metode Penirisan
6. Permukaan
a. Vegetasi : tipe, metode pembabatan, biaya
b. Kondisi yang tidak biasa : danau, endapan
deposit, pohon-pohon besar
I - 15
a. Lokasi tambang, haul up hill, down hill
b. Preparasi lokasi (cut, fill)
c. Proses air : gravitasi, pompa
d. Tailing disposal
e. Fasilitas pemeliharaan
10. Jalan
a. Peta jalan
b. Informasi jalan-jalan yang ada :
▪ lebar,
permukaan, batas maksimum beban
▪ batas
maksimum load sesuai musim
▪ pemelih
araan
c. Jalan yang dibuat (harus) oleh
perusahaan
▪panjang
▪profile
▪cut and fill
▪jembatan
▪pengkondisian tanah
▪dll.
11. Power
a. Ketersediaan (PLN) : kilovolt, jarak
(terdekat), biaya
b. Kabel ke SIB
c. Lokasi sub station
I - 16
d. Kemungkinan untuk power station
sendiri
12. Smelting
a. Ketersediaan pabrik
b. Metode pengapalan : jarak, alat
angkut, awak reet, dll.
c. Biaya
d. Aspek terhadap lingkungan
e. Rel KA, dok.
14. Pemerintah
a. Suasana politik
b. Hukum, UU pertambangan
c. Keadaan lokal
I - 17
16. Lokasi pembuangan (waste) : tambang, rumah
sakit, perumahan
a. Jarak
b. Profil jalan
c. Kemungkinan proses lebih lajut
17. Aksesibilitas dari kota utama ke luar
a. Metode transportasi
b. Realibilitas dan transportasi yang
tersedia
c. Komunikasi
I - 18
PEKERJAAN RUMAH 1
I - 19
BAB II
PENAKSIRAN CADANGAN BIJIH (REVIEW)
I - 20
terpenting dan berat tanggung jawabnya dalam mengevaluasi
suatu proyek pertambangan.
I - 21
kita harus cek ulang dengan kadar dan tonase hasil
penambangan yang sesungguhnya.
1) Cadangan (reserve) :
Bagian dari cebakan mineral yang secara ekonomik dan
secara hukum dapat ditambang atau diproduksi pada waktu
perhitungan cadangan dilakukan.
I - 22
bor, kualitas atau kadarnya dihitung dari hasil
pengambilan percontoh secara detail, dan
● lokasi pengamatan,
pengambilan percontoh dan pengukuran cukup dekat satu
sama lain dan sifat-sifat geologinya cukup diketahui
sehingga ukuran, bentuk, kedalaman, serta kadar mineral
dari cadangan dapat ditentukan dengan pasti.
Dokumen-dokumen lain.
I - 23
1) Revisi sistem Amerika Serikat yang diusulkan SME (A Guide
for Reporting Exploration Information, Resources, and
Reserves, Working Party #79, Society of Mining, Metallurgy,
and Exploration, Inc., 1991).
2) Kode Australasia (Australasia Code for Reporting of Identified
Mineral Resources and Ore Reserves, 1992).
3) Rekomendasi CIM (Recommendations on Reserve Definitions
to the Canadian Institute of Mining, Metallurgy and
Petroleum, prepared by the Mineral Economics Society of
CIM, 1994).
4) Klasifikasi Cadangan/Sumberdaya Mineral oleh USBM/USGS
(Principles of a Resource/Reserve Classification for Minerals,
US Bureau of Mines and US Geological Survey, Circular 831,
1980).
I - 24
b) Cebakan mineral dan daerah sekitarnya dibagi menjadi
sel-sel yang teratur, dengan lebar dan panjang tertentu.
c) Adapun dimensi vertikalnya tidak dikaitkan dengan
tinggi jenjang tertentu, melainkan dengan unit stratigrafi
dari cebakan yang bersangkutan; pemodelan dilakukan
dalam bentuk puncak, dasar dan ketebalan dari unit
stratigrafi (lapisan batubara, dll). Kadar dari berbagai
mineral atau variabel dimodelkan untuk setiap lapisan.
1) Geologi
a) Hasil logging geologi dari data pemboran.
b) Percontoh yang representatif dari program
pemboran.
i. Percontoh bor inti (split/skeletal core)
ii. Percontoh bor RC dengan tempatnya (chip trays)
c) Peta-peta geologi dari pemetaan permukaan, dll
I - 25
2) Data Kadar (Assay Data)
a) Sertifikat kadar (assay certificates) dari
laboratorium
b) Data assay biasanya digabung menjadi data
komposit untuk tinggi jenjang tertentu untuk keperluan
penaksiran kadar blok. Analisa statistik dapat dilakukan
untuk assay dan/atau komposit.
3) Data Lokasi
a) Data survai koordinat permukaan dari titik bor.
b) Data survai bawah tanah dari kemiringan dan deviasi
pemboran.
4) Peta-peta topografi
2) Metoda Poligon
Ada dua metoda poligon yang berbeda :
a) Penaksiran cadangan secara manual
dengan metoda poligon daerah pengaruh pada dasarnya
tak lagi dilakukan (usang).
b) Sebaliknya, metoda poligon menggunakan percontoh
terdekat untuk penaksiran kadar blok dalam model
I - 26
(dimana setiap blok memperoleh kadar dari komposi
terdekat) masih umum dilakukan.
3) Metoda Segitiga
a) Penaksiran kadar blok dengan cara ini tidak
dilakukan/sudah usang.
b) Metoda ini penting dalam aplikasi pembuatan kontur
dengan komputer
I - 27
c) Cara ini memungkinkan penafsiran data cebakan mineral
atau cadangan bijih secara probabilistik. Selain itu, ia
memungkinkan pula interpretasi statistik mengenai hal-
hal seperti bias, estimation variance, dll.
d) Berbagai varian/jenis penaksiran yang berdasarkan pada
metoda kriging dan geostatistik dapat dilakukan.
e) Merupakan metoda yang paling umum dipakai dalam
penaksiran kadar blok dalam suatu model cadangan.
I - 28
4) Untuk tambang yang sudah berjalan, satu cara yang dapat
dikerjakan untuk mengetahui kinerja model cadangan adalah
membandingkannya dengan produksi historis. Dua sumber
data produksi adalah laporan produksi tambang (dari analisa
lubang-lubang tembak) dan laporan pabrik pengolahan.
I - 29
secara heap leaching tetapi tidak dapat diproses
dengan flotasi.
iv. Zona sekunder
b) Tidak jarang didapati intrusi berkadar
rendah disekitar titik pusat dari zona bijih/mineralisasi
utama. Material ini sering harus dipisahkan.
2) Emas
a) Mineralisasi emas ‘diendapkan’ oleh cairan/fluida
mediumnya menuruti hubungan antara temperatur dan
tekanan. Garis yang membatasi zona-zona mineralisasi
emas biasanya dapat ditarik. Kadar emas dalam model
cadangan harus menghormati batas-batas mineralisasi
yang ada.
b) Analisa kadar emas seringkali amat sulit. Jika partikel-
partikel emas bebas di dalam bijih mulai melampaui
ukuran 100 mikron, replikasi atau pengulangan untuk
memperoleh hasil yang sama biasanya sukar dicapai.
Biasanya perlu dilakukan assay ulang dalam jumlah
cukup besar.
c) Jenis atau teknik pemboran yang berbeda (bor inti atau
bor RC) seringkali memberikan hasil analisa assay yang
berbeda. Kontaminasi pada hasil pemboran RC (reverse
circulation) harus dicegah, terutama pada kedalaman di
bawah muka air tanah.
3) Molibdenum
Banyak cebakan moli primer yang memperlihatkan dengan
jelas zona-zona kadar moli. Biasanya ini dapat dengan
mudah dibuat garis-garis konturnya, baik dari penampang
atas maupun dari penampang melintang. Kadar dalam model
blok perlu merefleksikan hal ini.
4) Uranium
I - 30
Penaksirancadangan bijih untuk komoditas ini amat
kompleks. Sebaiknya anda panggil ahlinya; terlalu banyak
sandungan yang akan menjatuhkan para pemula atau
mereka yang belum berpengalaman.
PEKERJAAN RUMAH 2
I - 31
BAB III
KADAR BATAS, NISBAH PENGUPASAN,
DAN KADAR EKIVALEN
I - 32
Karena pada tahap terakhir dari penambangan dimana batas
lereng akhir dari tambang telah dicapai, kapital dan peralatan
telah terdepresiasi secara penuh.
I - 33
pengolahan (mill) dan tambang mengalami kekurangan
bijih yang akut, maka process cut-off ini biasanya
merupakan kadar terendah yang masih dapat
dipertimbangkan untuk dapat dikirimkan ke pabrik
Namun demikian, tujuan dari perencanaan tambang jangka
panjang adalah menghindari keadaan tadi di atas.
SR = atau SR =
Untuk geometri penambangan yang ditetapkan, nisbah
pengupasan merupakan fungsi dari kadar batas.
Catatan :
● Nilai BESR adalah 0 pada titik BECOG (tidak dapat
mendukung stripping).
I - 34
● Untuk harga komoditas, perolehan, ukuran pabrik,
tingkat produksi dan ongkos tertentu, BESR merupakan
fungsi linier dari kadar bijih.
● BESR merupakan masukan dalam metoda
perancangan tambang secara manual.
I - 35
5) Kadang-kadang lebih mudah bagi kita untuk menggunakan
nilai NSR dan bukan kadar ekivalen.
T Hitung nilai NSR untuk suatu blok dan gunakan angka ini
sebagai sebuah variabel kadar ekonomik untuk perencanaan
tambang.
T Kadar batas pulang pokok (BECOG) hanyalah mengandung
ongkos-ongkos penambangan, pengolahan dan G&A.
Perolehan mill dan smelter, ongkos-ongkos SRF dan harga
komoditas sudah diperhitung-kan dalam NSR.
PERHITUNGAN KADAR BATAS
Contoh untuk Cu :
Harga x Kadar x Mill Rec x Smlt Rec x 20 – SRF x Kadar x Mill Rec
x Smlt Rec x 20 = Ongkos (Mine +
Mill + G&A)
I - 36
(Harga – SRF) x Kadar x Mill Rec x Smlt Rec x 20 = Ongkos (Mine
+ Mill + G&A)
=
= 0.35 % Cu
Catatan :
Tembaga Moly
Harga Komoditas $ 0.90 $ 3.00
Perolehan Pabrik 88 % 70 %
Perolehan Smelter/Konverter 96.1 % 99 %
Biaya Smelting Konversi per pound $ 0.324 $ 0.81
I - 37
Tabel 3.2
Perhitungan NSR dan BESR
Cu Eq NSR BESR
0.266 3.40 -0.00
0.30 3.83 0.79
0.35 4.47 1.95
0.40 5.11 3.11
0.45 5.75 4.27
0.50 6.39 5.43
0.55 7.03 6.59
0.60 7.66 7.75
0.65 8.30 8.91
0.70 8.94 10.08
0.75 9.58 11.24
0.80 10.22 12.40
0.85 10.86 13.56
0.90 11.50 14.72
0.95 12.13 15.88
1.00 12.77 17.04
1.05 13.41 18.20
1.10 14.05 19.37
1.15 14.69 20.53
1.20 15.33 21.69
I - 38
Gambar 3.1. Grafik Hubungan Antara BESR Dan NSR
Dengan Kadar Cu Eq
PEKERJAAN RUMAH 3
I - 39
Data Ekonomik Awal untuk Cebakan KS Creek (dalam $US)
BAB IV
PERTIMBANGAN DASAR RENCANA
PENAMBANGAN
I - 40
Ada 2 pengertian tentang cut off grade, yaitu :
a. Kadar endapan bahan galian terendah yang
masih memberikan keuntungan apabila ditambang.
b. Kadar rata-rata terendah dari endapan
bahan galian yang masih memberikan keuntungan apabila
endapan tersebut ditambang.
Cut off grade inilah yang akan menentukan batas-batas atau
besarnya cadangan, serta menentukan perlu tidaknya dilakukan
mixing/blending.
BESR =
BESR(1) =
I - 41
Ini berarti bahwa hanya bagian endapan yang mempunyai BESR
yang lebih rendah dari 4,86 yang dapat ditambang secara
tambang terbuka dengan menguntungkan. Jadi 4,86 adalah
BESR(1) tertinggi yang masih dibolehkan untuk operasi tambang
terbuka dengan kondisi tersebut di atas. Setelah ditentukan
bahwa akan digunakan sistem tambang terbuka, maka dalam
rangka pengembangan rencana penambangan digunakan BESR
(2) dengan rumus sebagai berikut.
BESR(2) =
I - 42
bertambah, sebaliknya jika harga logam turun maka jumlah
cadangan akan berkurang.
Tabel 4.1
Contoh Perhitungan Break Even Stripping Ratio (BESR)
ONGKOS PENGUPASAN
Ongkos pengupasan /ton $ 0,40 $ 0,40 $ 0,40
waste
RECOVERY VALUE
Harga jual per ton bijih
1. Untuk $ 0,25/lb Cu $ 3,53 $ 3,05 $ 2,58
BESR 2,5 : 1 1,5 : 1 0,6 : 1
2. Untuk $ 0,30/lb Cu $ 4,23 $ 4,23 $ 3,09
BESR 4,2 : 1 3,0 : 1 1,8 : 1
3. Untuk $ 0,35/lb Cu $ 4,94 $ 4,27 $ 3,61
BESR 6,0 : 1 4,5 : 1 3,2 : 1
I - 43
Gambar 4.1. Contoh Grafik BESR
4.2. PERTIMBANGAN TEKNIS
Ultimate pit slope adalah batas akhir atau paling luar dari suatu
tambang terbuka yang masih diperbolehkan, dan pada
kemiringan ini jenjang masih tetap mantap (stabil).
I - 44
Adalah sistem penirisan dengan cara mengeluarkan (memompa)
air yang sudah masuk ke dalam tambang.
I - 45
Adalah sistem penirisan dengan cara mencegah masuknya air ke
dalam tambang (preventive drainage system) artinya dengan
cara membuat beberapa lubang bor dibagian luar daerah
penambangan atau di jenjang kemudian dari lubang-lubang bor
tersebut air dipompa ke luar tambang.
W minimum = Y + Wt + Ls + G + Wb
keterangan :
W minimum : lebar jenjang minimum, m
Y : lebar yang disediakan untuk pengeboran, m
Wt : lebar yang disediakan untuk alat-alat, m
Ls : panjang power shovel tanpa panjang boom, m
G : floor cutting radius dari power shovel, m
Wb : lebar untuk broken material, m
I - 46
b. Untuk dredging kedalaman ideal antara 50 ft-80 ft, tetapi
ada yang sampai 130 m.
c. Untuk open cut antara 12 ft–75 ft; yang baik adalah 30 ft.
Sedangkan untuk tambang bijih dapat sampai 225 ft.
Lebar jenjang disesuaikan dengan loading track, daerah
operasi power shovel serta untuk peledakan, lebarnya
antara 20 ft–76 ft, umumnya 50 ft dan yang ideal 30 ft.
I - 47
keterangan :
B =lebar jenjang, m
R =digging radius dari alat muat, m
C =jarak sisi jenjang broken material ke garis tengah
rel, m
L=lebar yang disediakan untuk pengaman (safety),
biasanya selebar dump truck, m
b. Lebar jenjang
Lebar jenjang antara 40–60 m, biasanya juga dibuat
antara 80–100 m. Jika memakai multi row bore hole.
Lebar minimum untuk batuan keras :
Vr = A + C + C1 + L + B
keterangan :
I - 48
Vr = lebar jenjang minimum, m
A = lebar broken material, m
C = jarak sisi timbunan ke sisi tengah rel, m
C1= 0,50 lebar lori = 2–3 m
B = lebar endapan yang diledakkan = 6–12 m
L = lebar yang disediakan untuk menjamin
extraction dari endapan pada jenjang di
bawahnya.
a. Tinggi jenjang
− Untuk tambang bijih besi antara 20 – 40 ft
− Untuk tambang bijih tembaga 30 – 70 ft
− Untuk limestone dapat sampai 200 ft
b. Lebar jenjang
Antara 50–250 ft
c. Kemiringan jenjang
Antara 45o–65o
Tinggi jenjang : L = Lm x Sf
keterangan :
L = tinggi jenjang, m
Lm = maximum cutting height dan alat muat
Sf = swell factor
= 1/3 untuk cara corner cut dan = 0,50 untuk cara
box cut
I - 49
muka jenjang. Semuanya itu digambarkan dengan kaki lereng
(toe), puncak (crest) dan sudut muka jenjang (face angle).
Sudut muka jenjang ini dapat bervariasi tergantung dari
karakteristik batuan, orientasi jenjang dan peledakan. Pada
batuan keras sudut ini bervariasi antara 55 0–800. Bagian-
bagian jenjang tersebut dapat digambarkan pada Gambar
4.3.
I - 50
pada jenjang dasar keposisi toe yang baru setelah cut digali (lihat
Gambar 4.4).
I - 51
Gambar 4.5. Fungsi Jenjang Penangkap
Secara umum lebar dari jenjang penangkap adalah 2/3 dari tinggi
jenjang sedangkan pada akhir umur tambang lebar jenjang
penangkap kadang-kadang dikurangi sampai kira-kira 1/3 dari
tinggi jenjang. Kadang-kadang jenjang ganda (double benches)
ditinggalkan sepanjang final pit seperti pada Gambar 4.6.
I - 52
Sebagai tambahan pada jenjang penangkap, tumpukan material
bongkahan (berm) biasanya sering terdapat di sepanjang crest.
Dengan terdapatnya tumpukan tersebut maka akan terbentuk
suatu saluran antara tumpukan dan kaki lereng (toe) untuk
menangkap batuan yang jatuh (falling rock). Menurut Call (1986)
bahwa geometri jenjang penangkap direkomendasikan untuk
didesain seperti pada Gambar 4.7 dan Tabel 4.2.
I - 53
(overall) = tan-1 = 50.4O
I - 54
(overall) = tan-1 = 36.98O
I - 55
Gambar 4.10. Sudut Lereng Antar Ramp (Interramp)
I - 56
Gambar 4.11. Sudut Lereng Keseluruhan Dengan Adanya
Jenjang Kerja
I - 57
BAB V
PERANCANGAN BATAS AKHIR PENAMBANGAN
(PIT LIMIT DESIGN)
I - 58
5.2. PERANCANGAN TAMBANG : DEFINISI DAN DASAR
PEMIKIRAN
I - 59
ii. Selain itu, untuk proyek yang
berjangka waktu panjang seperti ini, cukup masuk
akal bahwa faktor teknologi yang semakin canggih
akan mengimbangi faktor nilai waktu dari uang.
I - 60
menentukan batas penambangan, terutama bila lereng
akhir (final pit walls) akan dibuat pada tahap-tahap awal.
Usaha yang lebih serius dapat meliputi perancangan dua
geometri pit yang berbeda, lengkap dengan jalan
angkutnya dan dengan lereng akhir pada berbagai posisi
yang berlainan, kemudian dipilih alternatif mana yang
terbaik.
c. Pada tahap-tahap belakangan,
khususnya ketika lereng akhir dengan nisbah pengupasan
yang relatif besar akan dibuat, energi yang besar perlu
dicurahkan untuk perancangan pit limit ini.
Studi kelayakan yang memakan waktu beberapa bulan
dapat dilakukan. Beberapa alternatif rancangan dapat
dibuat untuk melihat detail dari penjadwalan produksi,
kebutuhan alat serta ongkos-ongkos.
I - 61
blok-blok bijih akan dapat membayar pengupasan tanah
penutupnya.
I - 62
4) Pedoman pokok dalam menentukan batas penambangan
a. Setiap blok bijih yang akan ditambang harus dapat
membayar atau mendukung pengupasan (stripping)
dirinya sendiri.
b. Jika sebuah blok bijih dapat ditambang karena kontribusi
dari blok-blok bijih lain yang terletak diatasnya (dan pada
jalur penambangan blok ini), maka blok bijih ini harus
ditambang. Kontribusi dari tiap-tiap blok dapat
dijumlahkan, jadi rata-rata untuk beberapa blok
diperbolehkan.
c. Jika dua blok bijih yang terpisah satu sama lain dapat
ditambang karena kontribusi simultan dari pengupasan
waste yang sama, maka kedua blok ini harus ditambang.
d. Tidak ada blok waste yang boleh ditambang kecuali bila ia
terletak pada jalur penambangan dari suatu blok bijih
yang terletak di bawahnya.
5.2.2. Pemrograman Dinamik 2-D (Metoda Lerchs-
Grossman)
I - 63
b. Pemrograman dinamik (dynamic programming)
ditujukan untuk proses beberapa tahap (multi-stage
process). Biasanya melibatkan elemen waktu dari
keputusan-keputusan yang berurutan (sequential
decisions). Critical Path Method atau CPM adalah suatu
contoh baik. Proses multi tahap merupakan uatu masalah
dimana keputusan yang berurutan harus diambil,
dansetiap keputusan akan mempengaruhi ruang lingkup
pengambilan keputusan berikutnya.
n
Tujuan : mengoptimalkan R = RI dengan memilih
secara tepat
i=1
nilai-nilai variabel keputusan. Solusi optimal diperoleh
dengan mengikuti prinsip Optimalitas Dinamik dari
Bellman yang intinya: apapun yang telah kita lakukan
dimasa yang lalu, keputusan-keputusan mendatang harus
optimal relatif terhadap situasi saat ini. Solusi optimal ini
merupakan suatu kumpulan-kumpulan keputusan yang
berurutan, misalnya sebuah kebijakan (policy)
3) Asumsi-asumsi dasar
a. Nilai ekonomik tiap blok diketahui/dapat
dihitung.
I - 64
b. Sudut lereng keseluruhan diberikan sebagai
masukan.
c. Tujuan : memaksimalkan keuntungan total
(nilai material yang ditambang dikurangi ongkos
penambangan)
4) Algoritma
a. Sudut lereng
i. Jika ukuran blok dalam model sudah
pasti, tentukan jumlah blok ke atas dan ke bawah
untuk setiap blok (pada penampang) yang paling
mendekati kendala sudut lereng.
ii. Jika ukuran blok masih dapat diatur,
pilihlah sedemikian rupa sehingga geometri ukuran
blok sesuai dengan sudut lereng.
b. Hitung nilai ekonomik dari tiap blok, yaitu
pendapatan dari nilai jual dikurangi ongkos penambangan
blok tersebut, ongkos pengolahan dan ongkos G&A
(general & administrative costs = overhead). Nilai
ekonomik ini kita sebut sebagai nilai pertama dari blok
atau mij. Pada penampang 2-dimensi, blok (i,j) terletak
pada baris i dan kolom j.
c. Hitung jumlah nilai ekonomik dari blok-blok yang berada
di satu kolom dengan blok (i,j). Ini kita definisikan sebagai
nilai kedua dari blok atau Mij.
i
Mij = mkj
k=1
d. Pada penampang kita tambahkan baris 0, lalu hitung nilai
ketiga dari blok atau Pij sebagai berikut.
Poj = 0
I - 65
e. Beri tanda panah untuk menandai maksimum dari blok
(i,j) ke blok (i+k,j-1) tanda panah ini harus mengarah dari
kanan ke kiri.
i. Untuk kolom pertama (j = 1),
buatlah Pij = Mij
ii. Pij mewakili nilai paling besar yang
dapat diperoleh dari penambangan blok (i,j) dan
semua blok di atasnya, serta blok-blok di sebelah
kirinya
I - 66
Gambar 5.2. Nilai Ekonomik Mula-Mula dari Setiap Model
Blok
(Hustrulid & Kutcha,1995)
I - 67
Gambar 5.5. Kumulatif Penjumlahan Yang Lengkap
(Hustrulid & Kutcha,1995)
I - 68
Gambar 5.7. Pergerakan Proses penjumlahan Pada Kolom
7
(Hustrulid & Kutcha,1995)
I - 69
Gambar 5.9. Nilai Blok Individu Untuk Dua Bagian Pit
(Hustrulid & Kutcha,1995)
I - 70
5.2.3. Metoda Kerucut Mengambang (Floating Cone 3-
Dimensi)
1) Tujuan
a. Menentukan batas akhir satu tambang terbuka (ultimate
pit limit) dengan menggunakan analisis ekonomik pulang
pokok (break even economic analysis).
b) Sasaran yang ingin dicapai dalam penentuan batas
akhir penambangan mengharuskan batas akhir tersebut
dihitung menggunakan dasar ekonomik pulang pokok.
c) Keuntungan dari menambang tahapan bijih
terakhir harus tepat membayar biaya pengupasan lapisan
penutupnya.
I - 71
− Ongkos peleburan, pemurnian dan pengangkutan
(SRF) per unit produk akhir komoditas
− Perolehan (recovery) dari peleburan dan pemurnian
− Ongkos umum dan administrasi (G&A) per ton bijih
− Ongkos royalti
c) Data Sudut Lereng
i. Satu sudut lereng yang sama untuk pit , atau
ii. Sudut lereng yang bervariasi dengan zona-zona di pit
d) Lebar Pit Bottom Minimum – cukup untuk ruang kerja
peralatan
I - 72
bawah, kemudian mulai lagi dari atas model blok
untuk mengambil blok-blok yang mungkin sekarang
menjadi ekonomis karena pengupasan material waste
oleh blok-blok bijih di bawahnya. Ini akan berlangsung
hingga tak ada lagi material yang dapat ditambang.
iii. Dinding lereng dari kerucut ini memililki sudut yang
sama dengan sudut lereng tambang yang ditentukan.
iv. Jari-jari penambangan minimum atau lebar minimum
pada pit bottom merupakan salah satu masukan.
Biasanya jari-jari ini dibuat berukuran 1,5 kali ukuran
blok, sehingga lebar minimum di pit bottom adalah 9
blok (cukup untuk beroperasinya peralatan).
v. Analisis kerucut mengambang ini
menggunakan pendekatan blok utuh terdekat. Jadi,
jika pusat blok berada di dalam kerucut maka seluruh
blok itu dianggap berada dalam kerucut.
vi. Sembarang bentuk pit dapat didekati
dengan membuat kerucut-kerucut overlapping satu
sama lain. Overlap dimungkinkan karena blok-blok
yang ditambang pada kerucut sebelumnya berubah
statusnya menjadi blok udara, sehingga tidak lagi
diperhitungkan dalam analisis ekonomik kerucut
berikutnya. Jika semua kerucut terbalik ini kita
gabungkan, sebuah geometri pit akan terbentuk.
Selubung paling luardari bentu pit ini berada pada
posisi pulang pokok relatif terhadap data masukan
(input) yang kita berikan.
I - 73
diperoleh akan menjadi lebih kecil dan cadangan
tertambangnya lebih kecil pula.
b) Jika harga komoditas terus diturunka, akan diperoleh
suatu serial geometri pit (bentuk/geometri open pit dari
besar ke kecil). Proses penambangannya akan
mentargetkan dulu blok-blok dengan potensi keuntungan
paling besar (untuk harga komoditas paling rendah). Blok-
blok yang merupakan target berikutnya secara bertahap
akan ditambang hingga batas akhir dari pit tercapai (pada
harga komoditas yang diproyeksikan)
c) Serial geometri ini menjadi indikator atau pedoman
urutan pengambilan bijih. Hal ini amat berguna dalam
merancang tahap-tahap penambangan (phase/pushback
design).
I - 74
Gambar 5.14. Keadaan Setelah Membuat Floating Cone 2
Baris
(Hustrulid & Kutcha,1995)
I - 75
Gambar 5.16. Keadaan Setelah Membuat Floating Cone 4
Baris
(Hustrulid & Kutcha,1995)
Contoh Soal :
I - 76
Dengan menggunakan pendekatan kerucut mengambang
(floating cone) yang benar, hitunglah keuntungan bersih yang
akan diperoleh dari penampang tambang terbuka di bawah ini.
Tunjukan pula blok-blok yang akan ditambang/tidak akan
ditambang.
Permukaan
1 2
3
Catatan :
Nilai blok adalah gross income dikurangi biaya pengolahan
dan biaya tak langsung, tetapi tidak termasuk biaya
penambangan.
Jawaban :
1 2
I - 77
Net profit = nilai blok 1 + nilai blok 2 - ongkos
penggalian/penambangan
= 80 juta + 100 juta - (12 x 10 juta)
= 180 juta – 120 juta
= 60 juta
PEKERJAAN RUMAH 4
PEKERJAAN RUMAH 5
I - 78
Suatu penampang blok model dengan Net Value untuk tiap-tiap
blok sebagai berikut
- - - - - - - -
2 2 2 2 2 2 2 2
- 3 3 3 3 3 3 -
8 8
- 1 1 1 1 1 1 -
1 1
5 5
- - - - - - - -
2 7 7 7 7 7 7 2
3 3
PEKERJAAN RUMAH 6
I - 79
stafnya dengan mennggunakan metode floating cone. Data-data
ekonomi yang digunakan untuk floating cone adalah sebagai berikut :
Biaya penambangan per total ton $ 0.591
Biaya pengolahan per ton bijih $ 1.80
Biaya Umum dan Administrasi per ton bijih $ 0.50
Perolehan emas 85.6 %
Harga emas per troy ounce $ 400
Kemiringan lereng 45
Saudara melakukan perhitungan menggunakan metode floating cone
dengan parameter yang sama dan mendapatkan geometri pit yang lebih
kecil. Gambar 1 menunjukkan pit klien anda dan gambar 2 menunjukkan
hasil perhitungan anda. Dengan perbandingan sebagai berikut:
I - 80
ton
Biaya pengolahan per ton bijih
Biaya umum & administrasi per
ton bijih
Biaya penambangan total
($x1000)
Biaya pengolahan total ($x1000)
Biaya umum & administrasi total
($x1000)
Biaya total ($x1000)
Keuntungan bersih ($x1000)
Biaya total per oz yang
diperoleh ($)
I - 81
Gambar 1.
Pit Klien
I - 82
Gambar 2.
Pit Anda
BAB VI
I - 83
PENJADWALAN PRODUKSI
6.1. PENDAHULUAN
I - 84
b. Tingkat produksi dapat berubah dengan waktu.
2) Cut off grade untuk tiap periode waktu.
Beberapa jadwal sering dibuat untuk mengevaluasi strategi
cutt off grade yang berbeda.
3) Dua butir di atas akan mempengaruhi jadwal pengupasan
tanah penutup.
I - 85
4) Material bijih yang ditambang selama pra-produksi biasanya
ditumpuk di dekat crusher dan menjadi bagian dari bijih untuk
tahun pertama.
I - 86
1) Saat ini kita telah mempunyai tingkat produksi bijih dan
pemindahan material total berdasarkan perioda waktu.
2) Langkah berikutnya adalah menambang dari tahap bijih
utama dan dari tahap yang memerlukan pengupasan selama
satu periode waktu untuk mencapai sasaran produksi
a. Persoalannya adalah akan ada waste di dalam bijih dan
sebagian bijih terdapat di dalam material waste.
b. Harus diseimbangkan sehingga jumlah bijih dari semua
sumber mencapai target pula.
i. trial and error (metode coba-coba)
ii. simultaneous equations
(menggunakan persamaan serentak)
3) Setelah bijih dan waste (atau material total) dari tiap tahap
ditentukan untuk suatu periode waktu, kadar untuk tahun itu
dapat ditentukan sebagai ton rata-rata berbobot untuk bijih
yang ditambang.
I - 87
b. Buat suatu tabel untuk tiap tahun yang memperlihatkan
material berdasarkan pushback
4) Selama proses penjadwalan mungkin terdapat batasan
penambangan lain yang tidak diperhitungkan
a. Total ton yang dapat ditambang dari suatu tahap selama
satu tahun.
b. Total jumlah jenjang yang dapat ditambang dari satu tahap
selama satu tahun.
I - 88
2) Kan Lane menjelaskan mengapa hal ini terjadi pada teori
ekonomik dari cut off grades.
3) Tambang dengan umur yang pendek dan keuntungan yang
margin akan mulai pada strategi internal cut off grade pada
wal dan tetap pada kadar batas ini untuk keseluruhan umum
tambang.
4) Dengan sebuah program yang secara cepat dapat
mengevaluasi jadwal, strategi cutoff yang terbaik dapat
ditentukan dengan cara trial and error.
5) Rule of Thumb yang lain adalah mencoba mencapai
penghasilan sekitar dua kali biaya operasi untuk 4 atau 5
tahun pertama dari umur tambang. Hal ini akan memberikan
pengembalian modal yang cepat (quick pay off capital).
I - 89
diberikan pada metoda Lerch-Grossman pada 2 dimensi dan
metoda incremental pit expansion pada 3 dimensi.
b. Automated methods
Contoh Soal :
W W W W W W W W W W
O O O O O O O O O O
keterangan :W = waste
O = ore
Berdasarkan hasil kajian kelayakan awal diperoleh data bahwa :
● net value tiap ‘ore’ blok adalah US$ 2.0
I - 90
● biaya untuk menambang ‘waste’ tiap blok adalah
US$ 1.0
● laju produksi per tahun adalah 5 blok
● interest rate diasumsikan 10 % (present value
factor : 1/ (1+1)0)
Berdasarkan hasil perencanaan diperoleh 3 (tiga) skenario
penjadwalan produksi sebagai berikut.
1) Pengupasan 5 blok waste diikuti oleh penambangan 5 blok
ore
2) Pre-stripping selama 1 tahun kemudian dilanjutkan oleh
penambangan 3 blok ore/tahun dan pengupasan 2 blok
waste/tahun.
3) Pengupasan waste diupayakan lebih dulu 1 blok dibandingkan
penambangan ore.
Tugas kita adalah menentukan skenario penjadwalan produksi
yang mana diantara 3 (tiga) skenario diatas yang akan
diterapkan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Menggambarkan kemajuan penambangan blok tiap skenario
tiap tahun.
b. Menghitung besarnya Net Present Value untuk tiap skenario.
c. Berdasarkan nilai Net Present Value tentukan skenario
penambangan yang akan diterapkan.
I - 91
Gambar 6.1. Tahapan Penambangan – Skenario 1
(Hustrulid & Kutcha,1995)
-$5 $4 $4 $7
NPV = + + +
(1.10)1 (1.10)2 (1.10)3 (1.10)4
I - 92
Gambar 6.3. Tahapan Penambangan – Skenario 3
(Hustrulid & Kutcha,1995)
$1 $2.50 $2.50 $4
NPV = + + +
(1.10)1 (1.10)2 (1.10)3 (1.10)4
I - 93
Dengan melihat nilai NPV untuk setiap skenario, maka skenario
penambangan bijih yang akan diterapkan adalah skenario ke-3
dengan nilai NPV yang paling besar.
PEKERJAAN RUMAH 7
I - 94
Data Tonase Fase Penambangan
Fase 1 Fase 2 Fase 3 Total
Jenjan Biji Wast Bijih Wast Bijih Waste Bijih Waste
g h e e
1 0 13 0 3 0 3 0 19
2 0 12 0 3 0 3 0 18
3 7 4 0 3 0 3 7 10
4 7 3 0 3 0 3 7 9
5 7 2 0 3 0 3 7 8
6 7 1 0 3 0 3 7 7
7 7 3 0 3 7 6
8 7 2 0 3 7 5
9 7 1 0 3 7 4
10 7 3 7 3
11 7 2 7 2
12 7 1 7 1
Total 28 35 21 24 21 33 70 92
I - 95
I - 96
BAB VII
PERANCANGAN PIT DAN PUSHBACK
7.1. PENDAHULUAN
I - 97
2) Dinding-dinding lereng dari tambang (pit walls) harus
diperhalus, dan jalan masuk ke tambang harus
diperhitungkan dalam perencanaan.
3) Dalam bab ini kita akan membahas pula sudut lereng dan jalan
angkut.
4) Perancangan pentahapan tambang (mining phases/pushback)
akan dibahas pula.
1) Geometri Jenjang
T Geometri jenjang terdiri dari tinggi jenjang, sudut
lereng jenjang tunggal, dan lebar dari jenjang penangkap
(catch bench). Rancangan geoteknik jenjang biasanya
dinyatakan dalam bentuk parameter-parameter untuk
ketiga aspek ini.
T Tinggi jenjang : Biasanya alat muat yang
digunakan harus mampu pula mencapai pucuk atau
bagian atas jenjang. Jika tingkat produksi atau faktor lain
mengharuskan ketinggian jenjang tertentu, alat muat
yang akan digunakan harus disesuaikan pula ukurannya.
c. Sudut lereng jenjang : penggalian oleh alat gali mekanis
seperti loader atau shovel di permukaan jenjang pada
umumnya akan menghasilkan sudut lereng antara 60–65
derajat. Sudut lereng yang lebih curam biasanya
memerlukan peledakan pre-splitting.
d. Lebar jenjang penangkap : ditentukan oleh
pertimbangan keamanan. Tujuannya adalah menangkap
batu-batuan yang jatuh. Perlu bulldozer kecil atau grader
untuk membersihkan catch bench ini secara berkala.
T Di beberapa tambang terkadang digunakan konfigurasi
multi-jenjang (double/triple bench), pada umumnya untuk jenjang
I - 98
yang tingginya 5-8 meter. Dalam hal ini jenjang perangkap dibuat
setiap dua atau tiga jenjang. Tujuannya adalah untuk
menerjalkan sudut lereng keseluruhan. Jenjang penangkap ini
biasanya dibuat lebih lebar dibandingkan untuk jenjang tunggal.
T Dalam operasi di pit, pengontrolan sudut lereng biasa
dilakukan dengan menandai lokasi pucuk jenjang (crest) yang
diinginkan menggunakan bendera kecil. Operator shovel
diperintahkan untuk menggali sampai mangkuknya mencapai
lokasi bendera tersebut. Lokasi lubang-lubang tembak dapat pula
menjadi pedoman.
I - 99
untuk mewakili suatu jenjang. Dengan demikian hanya
diperlukan satu garis saja untuk menggambarkan
suatu jenjang di peta. Letak kontur ini tepat di tengah-
tengah antara lokasi toe dan crest.
iii. Di luar pit, garis-garis kontur ditandai dengan elevasi
sebenarnya. Di dalam pit, jenjang digambarkan pada
lokasi titik tengahnya (mid bench) tetapi ditandai
dengan elevasi kaki jenjang (bench toe). Pada
kenyataannya, label ini mengacu kepada dataran
(misalnya elevasi catch bench) diantara dua
centerlines.
iv. Garis kontur titik tengah (bench centerlines) ini
memotong jalan angkut di tengah-tengah antara dua
jenjang (separo jalan antar jenjang).
2) Lebar jalan
a. Tergantung pada lebar alat angkut,
biasanya 4 kali lebar truk.
b. Lebar jalan seperti di atas memungkinkan
lau lintas dua arah, ruangan untuk truk yang akan
menyusul, juga cukup untuk selokan penyaliran dan
tanggul pengaman. Untuk truk tambang yang paling besar
saat ini (240 ton) lebar jalan biasanya 30–35 m.
I - 100
3) Kemiringan jalan
a. Jalan angkut di jalan tambang biasanya dirancang pada
kemiringan 8% atau 10%
b. Untuk tambang-tambang yang besar, kemiringan jalan 8%
paling umum. Ini akan memberikan fleksibilitas yang lebih
besar dalam pembuatannya, serta memudahkan dalam
pengaturan masuk ke jenjang tanpa menjadi terlalu terjal
di beberapa tempat.
c. Untuk jalan-jalan angkut yang panjang, kemiringan 10%
adalah kemiringan maksimum yang masih praktis.
Tambang-tambang kecil banyak yang dirancang dengan
kemiringan jalan 10%.
5) Pertimbangan Keamanan
a. Di lokasi jalan tambang dapat dibuat belokan tanjangan
darurat (runaway ramps) untuk menghentikan truk yang
tak terkontrol, bila geometri pit memungkinkan.
Melakukan pengupasan ekstra yang besar hanya untuk
membuat fasilitas ini tidak umum dilakukan.
I - 101
b. Tanggul pemisah di tengahjalan dapat dibuat beberapa
tempat untuk tujuan ini. Straddle berm semacam ini
murah biayanya.
I - 102
Selain itu, elemen waktu dapat mulai diperhitungkan
dalam rancangan ini karena urutan penambangan tiap-
tiap pushback merupakan pertimbangan penting.
d. Pushback ini biasanya dirancang mengikuti urutan
penambangan dengan algoritma floating cone untuk
berbagai skenario harga komoditas. Bentuk pushback ini
tidak akan sama persis sama dengan geometri yang
dihasilkan floating cone karena kendala operasi seperti
lebar pushback minimum dll.
e. Tahapan-tahapan penambangan yang dirancang secara
baik akan memberikan akses ke semua daerah kerja, dan
menyediakan ruang kerja yang cukup untuk operasi
peralatan yang efisien.
2) Kriteria perancangan
a. Harus cukup lebar agar peralatan tambang dapat bekerja
dengan baik. Untuk truk dan shovel besar yang ada
sekarang, lebar pushback minimum adalah 10–100 meter.
Untuk loader dan truk berukuran sedang 60 meter sudah
cukup lebar. Jumlah shovel yang diperkirakan akan bekerja
bersama-sama pada sebuah pushback juga
mempengaruhi lebar minimum ini.
b. Tak kurang pentingnya untuk memperlihatkan paling tidak
satu jalan angkut untuk setiap pushback, untuk
memperhitungkan jumlah material yang terlibat dan
memungkinkan akses keluar. Jalan angkut ini harus
menunjukkan pula akses ke seluruh pemuka kerja.
c. Perlu diperhatikan bahwa penambahan jalan pada suatu
pushback akan mengurangi lebar daerah kerja (sebanyak
lebar jalan) di bawah lokasi jalan tersebut. Jika beberapa
jalan atau switchback akan dimasukkan ke suatu
pushback, lebar awal di sebelah atas harus ditambah
untuk memberi ruangan ekstra.
I - 103
d. Perlu diperhatikan pula bahwa tambang kita tidak akan
pernah sama bentuknya dengan rancangan tahap-tahap
penambangan (phase design). Ini karena dalam
kenyatannya, beberapa pushback akan aktif pada waktu
yang sama (dikerjakan secara bersamaan).
3) Penampilan Rancangan
a. Peta penampang horisontal tampak atas (plan/level map)
memperlihatkan bentuk pit pada akhir tiap tahap. Bila
mungkin tandai setiap perubahan.
b. Peta penampang horisontal yang menunjukkan batas
seluruh pushback pada satu atau dua elevasi jenjang.
c. Peta penampang vertikal tampak samping (cross-section)
yang menunjukkan geometri seluruh pushback sering
berguna pula.
I - 104
Tabel 7.1. Tabulasi Material Setiap Tahapan
Untuk Tiap Tahunnya
TABULATION OF ORE TONS PER PHASE PER YEAR
I - 105
Year Phase 1 Phase 2 Phase 3 Phase 4 Phase 5 Phase 6 Phase
0 4808. 0. 0. 0. 0. 0.
1 6225. 5167. 0. 0. 0. 0.
2 17483. 4073. 0. 45. 0. 0.
3 9175. 12418. 0. 6. 0. 0.
4 0. 2730. 17704. 654. 513. 0.
5 0. 0. 6019. 9816. 5765. 0.
6 0. 0. 0. 0. 21370. 230.
7 0. 0. 0. 0. 18100. 3501.
8 0. 0. 0. 0. 7042. 14558.
9 0. 0. 0. 0. 0. 21600.
10 0. 0. 0. 0. 0. 21600.
11 0. 0. 0. 0. 0. 7583.
TOTAL 37691. 24388. 23723. 10521. 52790. 69071.
I - 106
TABULATION OF TOTAL TONS PER PHASE PER YEAR
Year Phase 1 Phase 2 Phase 3 Phase 4 Phase 5 Phase 6 Phase
0 17877. 0. 0. 0. 0. 0.
1 14575. 22038. 0. 0. 0. 0.
2 24253. 15732. 0. 6835. 0. 0.
3 9936. 21768. 0. 15115. 0. 0.
4 0. 2737. 19230. 16929. 7925. 0.
5 0. 0. 6052. 13923. 26849. 0.
6 0. 0. 0. 0. 31858. 14635.
7 0. 0. 0. 0. 19844. 26649.
8 0. 0. 0. 0. 8312. 38179.
9 0. 0. 0. 0. 0. 38796.
10 0. 0. 0. 0. 0. 24618.
11 0. 0. 0. 0. 0. 7599.
TOTAL 66641. 62275. 25282. 52802. 94789. 150477.
I - 107
Example of Bench Average Mining Ratio
Year 1: Ore Target 6,678 Waste Target : 18,614
Year Phase Bench Ore Waste Bench Cumulative Cumulative
Ktonnes Ktonnes Fraction Ore Waste
1 1 1275 6114 4377 x 6114 4377
I - 108
Ore : 4193 + 6114x + 1403y = 6678
Waste : 12708 + 4377x + 5993y = 18614
x = 0.2166, y = 0.6273
I - 109
Gambar 7.1. Mining Phase 1
(American Gold Resources, 1996)
I - 110
Gambar 7.2. Mining Phase 2
(American Gold Resources, 1996)
I - 111
Gambar 7.3. Mining Phase 3
(American Gold Resources, 1996)
I - 112
Gambar 7.4. Mining Phase 4
(American Gold Resources, 1996)
I - 113
Gambar 7.5. Final Pit
(American Gold Resources, 1996)
I - 114
PEKERJAAN RUMAH 8
I - 115
BAB VIII
WASTE DUMP DAN STOCKPILE
8.1. PENDAHULUAN
I - 116
8.2. JENIS DUMP
I - 117
a. Lokasi dan ukuran pit sebagai fungsi waktu.
b. Topografi.
c. Volume waste rock sebagai fungsi waktu
dan sumber.
d. Batas KP/CoW.
e. Jalur penirisan yang ada.
f. Persyaratan reklamasi.
g. Kondisi pondasi.
h. Peralatan penanganan material.
1) Angle of Repose
a. Batuan kering run of mine umumnya mempunyai angle
of repose antara 34–37 derajat.
b. Sudut ini dipengaruhi oleh tinggi dump,
ketidakteraturan bongkah batuan, kecepatan dumping.
c. Dapat dibuat pengukuran pada suatu lereng
(bongkah-bongkah alami/talus) yang ada di daerah
tersebut.
I - 118
3) Tinggi Lift/Jarak “Setback”
a. Hanya berlaku untuk dump yang dibangun
ke atas (dengan lift).
b. Tinggi lift umumnya adalah 15-40 meter.
c. Rancangan jarak setback sedemikian rupa
sehingga sudut kemiringan keseluruhan rata-rata
(average overall slope angle) adalah 2H:1V (27 derajat)
sampai 2.5H:1V (22 derajat) untuk memudahkan
reklamasi.
4) Jarak Dari Pit Limit
a. Jarak minimum adalah ruangan yang cukup
untuk suatu jalan antara pit limit dan kaki dump (dump
toe). Kestabilan pit akibat dump harus diperhitungkan.
b. Jarak yang sama atau lebih besar dari
kedalaman pit akan mengurangi resiko yang berhubungan
dengan kestabilan lereng pit.
1) Penampang Horizontal
a. Ukur luas daerah pada kaki (toe) dan puncak
(crest) dari setiap lift. Rata-ratanya adalah luas lift.
b. Tinggi lift memberikan dimensi ke tiga dan
volume untuk lift.
I - 119
c. Jumlahkan volume untuk tiap lift untuk
memperoleh volume total dump.
2) Penampang Vertikal
a. Buat beberapa penampang melintang dengan jarak
yang sama melalui dump.
b. Ukur luas pada tiap penampang.
c. Luas ini dianggap sama sehingga separuh
jalan ke penampang berikutnya pada kedua sisi untuk
memperoleh dimensi ke tiga dan volume untuk setiap
penampang.
d. Jumlahkan volume tiap-tiap penampang
untuk memperoleh volume total dump.
8.6. REKLAMASI
I - 120
3) Mungkin harus memelihara saluran air dan kolam
pengendapan sedimen.
4) Harus memantau air dari dump (masalah air asam tambang,
dll).
I - 121
BAB IX
EVALUASI FINANSIAL
9.1. PENDAHULUAN
I - 122
dievaluasi adalah bagaimana sebaiknya mengalokasikan dana
perusahaan di beberapa proyek yang saling bersaing untuk
mendapatkan dana.
3) Aspek-aspek evaluasi finansial spesifik untuk pertambangan :
a. Intensitas kapital
b. Masa pra-produksi yang panjang
c. Resiko besar
4) Sumberdaya tak terbarukan–penghasilan diperoleh dengan
mengambil/ menjual aset (cadangan).
I - 123
iii. Pengembangan tambang baru,
komoditas sama, di negara yang sama
iv. Pengembangan tambang baru,
komoditas lain dan/atau di negara lain.
d. Increment Inflasi
Jika digunakan evaluasi constant dollar, komponen inflasi
harus dikeluarkan dari discount rate.
I - 124
2) Tanpa memperhitungkan inflasi akan membuat pajak terlalu
kecil.
Depresiasi dan deflesi dihitung pada awal proyek yang tidak
terpengaruh oleh inflasi. Pengaruh netto dari inflasi ialah
mengurangi kredit pajak dari keduanya.
1) Payback Period
2) Net Present Value
3) Internal Rate of Return
Contoh Soal :
I - 125
Suatu konsultan tambang diminta untuk mengkaji kelayakan
suatu endapan porfiri gold-copper. Berdasarkan hasil studi
kelayakan awal (pre-feasibility study) telah diperoleh data-data
sebagai berikut :
A. Data produksi
B. Data Pengolahan
C. Data Ekonomi
I - 126
- Milling cost : US$ 1.8 per tonne
- General & Administration cost : US$ 0.5 per tonne
- Copper price : US$ 1.0 per pound
- Gold price : US$ 400 per troy ounce
- Smelter payable of copper : 96%
- Smelter payable of gold : 98%
- SRF per pound payable copper : US$ 0.345
- Plant and infrastructure capital : US$ 20.000.000
- Akusisi lahan : US$ 10.000.000
- Discount rate : 15%
- Present value factor : 1/(1+i)n
- Ekskalasi biaya : 1%
- Ekskalasi pendapatan : 1%
- Pajak perusahaan : 20%
- Royalti : 2% dari revenue
Jawaban :
I - 127
Mining cost per tonne Total material US$ 0.55
Milling cost per tonne Ore US$ 1.8
General & Administration cost per tonne US$ 0.5
ore
Mill recovery of gold 80%
Mill recovery of copper 92%
SRF per pound payable copper US$ 0.345
Smelter payable (Recovery) of copper 96%
Smelter payable (Recovery) of gold 98%
Copper price per pound US$ 1.0
Gold price per troy ounce (per gram) US$ 400
($12.86)
Breakeven Cut off Grade for copper ?
Internal Cut off Grade for Copper ?
Copper Equivalent ?
Perhitungan :
a. BECOG
Penghasilan = Biaya
Price x Gradex Mill Rec x Smelter Rec x 20 = Cost
(Mine+Mill+G&A) + SRF
x Grade x Mill Rec x Smelter Rec x
20
= 0.246 %
Catatan :
Angka 20 adalah faktor konversi dari % ke pound (dengan satuan
pound %)
b. ICOG
Rumusnya sama dengan BECOG namun ongkos penambangannya tidak
ikut diperhitungkan.
Cost (Mill + G&A)
ICOG =
I - 128
(Price-SRF) x Mill Rec x Smelter Rec x 20
( $1.80 + $0.50)
=
($1.00 -$0.345) x 0.92 x 0.96 x 20
= 0.20 %
c. Copper Equivalent
Copper Gold
Price $ 1.00/lb $ 12.86/gr
Mill Rec 98% 80%
Smelter Rec 96% 98%
SRF $0.345 -
1) Hitung nilai NSR (Net Smelter Return) dari 1 ton bijih dengan kadar 1%
Cu.
($1.00/lb - $0.345/lb) x (1%) x 0.92 x 0.96 x 20 lb/% = $
11.57
2) Hitung nilai NSR (Net Smelter Return) dari 1 ton bijih dengan
kadar 1 gr/ton Au.
($ 12.86/gr) x 1 gr x (0.80) x (0.98) = $ 10.08
Faktor Eq =
Faktor Eq = = 0.871
I - 129
Present Value Factors at 15 % interest
Year 0 1 2 3 4 5
Factor 1.000 0.870 0.756 0.658 0.572 0.497
Year 0 1 2 3 4 5
Waste : ore 5.5 5.5 5.5 4 3
Total
Year
Economic Parameter
PP 1 2 3 4 5
I - 130
PEKERJAAN RUMAH 9
Proyek 1
Parameter Ekonomi
Biaya penambangan per total ton $ 0,85
Biaya pengolahan per ton bijih $ 3,10
Biaya umum & administrasi per $ 1.377
tahun (termasuk PP) ($x1000)
Perolehan pengolahan 80 %
Harga emas per troy oz $ 400
Modal pabrik dan infrastruktur $ 30.000
($x1000)
Tingkat suku bunga 15 %
I - 131
n
Fakto 1,00 0,87 0,75 0,65 0,57 0,49 0,432
r 0 0 6 8 2 7
NPV
pada
15%
BAB XI
I - 132
11.1. KOMPONEN UTAMA
1) Tenaga Kerja
1) Pemboran
I - 133
4) Pengangkutan
a. Ongkos suku cadang dan bahan habis yang terkait
dengan operasi dan perawatan alat angkut (truk).
b. Ongkos tenaga kerja (operator truk dan sebagian dari
personel perawatan alat).
7) Perawatan Umum
a. Ongkos suku cadang dan bahan habis yang terkait
dengan pemeliharaan alat pendukung perawatan tambang (truk bahan
bakar, truk pelumas, crane, dll juga suplai untuk bagian perawatan,
bengkel dan gudang). Sebagai patokan (rule of thumb) dapat digunakan
angka US$ 0. 01 per total ton.
b. Ongkos tenaga kerja personel perawatan seperti teknisi
ban, kru bahan bakar/pelumas dan tenaga kerja umum.
c. Termasuk pula biaya servis oleh kontraktor atau agen.
Dapat diperkirakan sebagai persentase dari ongkos tenaga kerja
perawatan total.
I - 134
8) General dan Administrative (G & A)
Gaji pegawai di bidang-bidang umum dan administrasi (biasanya disebut
dengan biaya upah overhead) ditambah dengan tunjangan-tunjangan lainnya.
Berdasarkan pada biaya operasi per jam dan jumlah aktual jam pemakaian alat per
gilir.
I - 135
Ongkos bahan peledak dan aksesorinya yang dibutuhkan untuk suatu pola
peledakan tipikal, dibagi dengan jumlah ton batuan yang dihasilkan.
I - 136
BAB XII
PERENCANAAN TAMBANG BATUBARA
I - 137
penutup dan tailing (waste dump dan tailing impoundment),
pabrik pengolahan bijih, bengkel dan fasilitas lainnya.
I - 138
(klasik) yang manual sampai metode geostatistik dengan
komputer. Metode geostatistik secara bertahap telah
menggantikan penggunaan metode konvensional. Metode
geostatistik penjelasan secara rinci tidak akan dibahas dalam
kesempatan ini.
Untuk memilih salah satu di antara metode itu diperlukan
beberapa pertimbangan, yaitu analisis geologi cadangan, tujuan
perhitungan cadangan, sistem penambangan dan prinsip-prinsip
dari interpretasi dan eksplorasi yang dipakai. Metode tertentu
lebih sesuai dipakai untuk endapan dengan bentuk geometri dan
distribusi kadar yang tertentu pula. Endapan dengan bentuk
geometri kompleks dan distribusi kadar yang tinggi akan lebih
cocok bila dihitung dengan Metode Krigging. Untuk endapan
dengan bentuk geometri sederhana dengan distribusi kadar atau
koefisien variasi rendah akan lebih efektif dihitung dengan
metode penampang yang sederhana.
1) Menurut G. Popov :
I - 139
a. Metode standar
b. Metode linear
c. Metode isoline
Metode Analitik
a. Metode triangle (segitiga)
b. Metode poligon
1) Penyebaran lubang bor tidak teratur
2) Penyebaran lubang bor teratur
i. Jaringan kerja bujur sangkar
ii. Grid papan catur
I - 140
digunakan untuk menghitung cadangan tertambang dengan
memasukkan asumsi sudut lereng ke dalamnya.
keterangan :
V = Volume daerah yang ditaksir (m3)
L = Jarak antar Penampang (m)
S = Luas daerah penampang batubara pertama dan kedua
(ton/m3)
I - 141
3) Metode Triangular
4) Metode Poligon
I - 142
dan kemiringan yang relatif konsisten. Prosedur perhitungan
dalam sistem USGS adalah dengan membuat lingkaran-lingkaran
(setengah lingkaran) pada setiap titik informasi endapan
batubara, yaitu singkapan batubara dan lokasi pemboran.
Keterangan :
A = rata-rata ketebalan seam (m)
B = berat batubara per unit volume yang sesuai (ton/m3)
C = luas daerah dasar batubara (m2)
I - 143
c. Berat jenis bijih
I - 144
Dua pendekatan rancangan tambang terbuka :
● Mempertimbangkan persoalan tahapan pemindahan material
per blok untuk memenuhi produksi.
● Mempertimbangkan pemindahan material yang berhubungan
sangat erat dengan peralatan yang digunakan.
I - 145
Kegiatan penambangan selalu menimbulkan pengaruh terhadap
lingkungan, oleh karena itu dalam melaksanakan kegiatan-
kegiatan dalam penambangan harus mengetahui/mengerti
akibat-akibat yang mungkin akan ditimbulkan dari kegiatan-
kegiatan tersebut, sehingga dapat diusahakan dampak negatif
yang sekecil mungkin.
Aktivitas Peralatan/Bahan
Pembongkaran, penggaruan, Buldoser dengan single shank
dan penggusuran (giant) ripper dan double shank
ripper
Pemboran dan peledakan - Alat bor : CRD dan Kompresor
- Bahan peledak : ANFO (bahan
peledak utama) dan Power Gel
(primer)
- Alat bantu peledakan : NONEL,
sumbu ledak, sumbu api, plain
detonator.
Penggalian dan pemuatan Shovel dan backhoe
Pengangkutan Truk jungkit
I - 146
Perancangan penambangan pada daerah tambang pada
umumnya dilakukan berdasarkan batasan nisbah kupas.
I - 147
12.4.3. Rancangan Penambangan
I - 148
3) Arah dan urutan penambangan
4) Kegiatan Penambangan
5) Pembersihan lahan
I - 149
dilakukan terhadap vegetasi/pohon-pohon yang terdapat di
sekitar daerah operasi penambangan dengan menggunakan
buldoser.
I - 150
Pemuatan lapisan penutup ke dalam alat angkut baik dari
hasil penggaruan maupun hasil peledakan adalah
menggunakan alat muat.
● Pengangkutan
Pengangkutan lapisan penutup ke lokasi penimbunan adalah
menggunakan truk jungkit.
I - 151
Cara seperti ini selain mengurangi biaya produksi (karena jarak
angkut lapisan penutup berkurang) juga mengurangi kerusakan
lingkungan akibat bekas penambangan. Dengan backfilling
lubang-lubang bekas tambang diisi kembali sehingga persiapan
pelaksanaan reklamasi dapat segera berjalan.
I - 152
Minescape 4 merupakan salah satu perangkat lunak terpadu
yang dirancang khusus untuk industri pertambangan. Minescape
yang berintikan sistem grafik CAD 3D dengan produk-produk
aplikasinya memungkinkan penggunanya secara interaktif
membuat dan mengolah model-model geologi tiga dimensi serta
desain tambang dalam Platform Silicon Graphics dan Sun UNIX.
Aplikasi Minescape merupakan inti dari sistem Minescape
meliputi sistem dasar dari program, bahasa pemrograman,
struktur data, library, alat-alat dan modul-modul yang merupakan
bagian perangkat lunak Minescape.
● CAD Window
CAD Window menampilkan grafis 3D CAD dari Minescape
(Computer Aided Design).
● Form
Format merupakan window tersendiri yang menampilkan
parameter dan data yang relevan untuk mengoperasikan
I - 153
Minescape secara khusus serta memungkinkan anda untuk
melihat, memanipulasi parameter secara interaktif dan
menyerahkan modul-modul tersebut untuk dijalankan.
I - 154