Anda di halaman 1dari 154

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. SASARAN KULIAH

1) Mahasiswa diharapkan dapat merangkum dan


mensintesiskan pengetahuan kerekayasaan dan
keekonomian yang telah diperoleh ke dalam suatu
perancangan (penentuan pit limit) dan perencanaan
(pentahapan) serta evaluasi suatu tambang terbuka yang
modern.

2) Mahasiswa diharapkan dapat memahami tentang :


a. Falsafah perencanaan
b. Pengertian cut off grade, stripping
ratio dan kadar ekivalen
c. Penaksiran cadangan bijih
d. Perancangan batas penambangan
(final/ultimate pit limit)
e. Pentahapan tambang (mine
phases/pushbacks)
f. Penjadwalan produksi tambang
(mine production schedule)
g. Perancangan tempat penimbunan
(waste dump design)
h. Perhitungan kebutuhan alat dan
tenaga kerja
i. Perhitungan capital and operating
costs
j. Evaluasi finansial

1.2. PENGERTIAN PERENCANAAN

I-1
1.2.1. Definisi Perencanaan

Banyak sekali definisi yang dicetuskan mengenai perencanaan


ditinjau dari berbagai sudut pandangan dan tujuan. Salah satu di
antaranya adalah sebagai berikut.

Perencanaan adalah penentuan persyaratan teknik pencapaian


sasaran kegiatan serta urutan teknis pelaksanaan dalam
berbagai macam anak kegiatan yang harus dilaksanakan untuk
pencapaian tujuan dan sasaran kegiatan.

Perencanaan adalah salah satu tahapan kegiatan dalam proses


manajemen seperti terlihat pada Gambar 1.1.

Perencanaan tambang :
● Bagaimana kita bisa membuat rancangan tambang
(mencapai ultimate pit limit) dalam jangka waktu tertentu
secara aman dan menguntungkan.
● Bagaimana menentukan tahapan penambangan.

Perencanaan berhubungan dengan waktu.

Perancangan tambang :
● Istilah perancangan tambang biasanya dimaksudkan
sebagai bagian dari proses perencanaan tambang yang
berkaitan dengan masalah-masalah geometrik. Di dalamnya
termasuk perancangan batas akhir penambangan, tahapan
(pushback), urutan penambangan tahunan/ bulanan,
penjadwalan produksi dan waste dump.
● Bagaimana menentukan ultimate pit limit.

Perancangan tidak berhubungan dengan waktu.

Aspek perencanaan tambang yang tidak berkaitan dengan


masalah geometri meliputi perhitungan kebutuhan alat dan
tenaga kerja, perkiraan biaya kapital dan biaya operasi.

I-2
Pada Gambar 1.2 ditunjukkan posisi perencanaan dalam suatu
siklus dan pada Gambar 1.3 adalah tahapan kegiatan pada
industri pertambangan.

I-3
Gambar 1.1. Perencanaan Sebagai Salah Satu Tahapan
Kegiatan Dalam Proses Manajemen

I-4
Gambar 1.2. Mineral Supply Process (McKenzie, 1980)

1.2.2. Arti Perencanaan

Perencanaan dapat diartikan sebagai kegiatan berikut.


1) Penentuan tujuan dan sasaran kegiatan yang ingin dicapai.
2) Proses persiapan secara sistematik mengenai kegiatan yang
akan dilakukan.
3) Cara mencapai tujuan dan sasaran dengan menggunakan
sumber dan kemampuan yang tersedia secara berdaya guna
dan berdaya hasil.
4) Pembahasan dari persoalan, kemungkinan dan kesempatan
yang dapat terjadi yang dapat mempengaruhi pencapaian
tujuan.
5) Penentuan dari tindakan yang akan diambil untuk mencapai
tujuan berdasarkan analisa tujuan dan kesempatan.

I-5
• Peta topografi Prospeksi • Peta temuan
• Geologi • Percontoh batuan
• Mineralogi
• Geofisika
• Geokimia

• Pemboran inti
• Jumlah & sifat
cadangan
• Sumur uji (tes pit) Eksplorasi • Kadar endapan
• Terowongan buntu (adit)
• Sifat fisik, kimia,
mekanik
• Stratigrafi & litologi

• Penentuan sasaran • Layak/tidak layak


(target) produksi ditambang ?
• Pemilihan metoda Studi Kelayakan • Kerusakan
lingkungan
penambangan dapat ditangani
• Pemilihan peralatan : Dokumen Amdal, RKL,
macam dan ukurannya RPL
• Evaluasi teknis & ekonomis

Layak Tambang Tidak Layak


Tambang
(mineable) (unmineable)

Masuk Arsip

• Ada agunan • Jual saham


• Jaminan Mencari Dana • Pinjaman bank
kepercayaan • Uang sendiri

• Penentuan sasaran produksi


• Pemilihan metoda penambangan
& batas penambangan Rekacipta
Tambang
• Penentuan macam & ukuran
peralatan • Peta
rancangan

I-6
• Analisis kemantapan lereng kemajuan
• Tata letak sarana
&
prasarana
tambang

• Pengupasan tanah penutup • Medan kerja awal


• Pembangunan sarana Persiapan • Sumuran dalam
prasarana tambang Penambangan • Terowongan buntu

• Geologi & pemercontohan Penambangan • Produksi bijih


• Pemetaan kemajuan tambang • Re-vegetasi
• Pemberaian, pemuatan &
penangkutan
• Energi, bahan kerja, suku cadang
• Pengelolaan & pemantauan
lingkungan

• Pengecilan ukuran &


Pengolahan • Konsentrat
klasifikasi Bahan Galian
• Pencucian & konsentrasi
• Pengelolaan & pemantauan
lingkungan

• Proses ekstraktif metalurgi Metalurgi • Paduan logam


• Pemurnian logam • Logam murni
• Pengelolaan & pemantauan
lingkungan

• Pengangkutan

I-7
• Promosi Pemasaran
• Penelitian & pengembangan
produksi

Gambar 1.3. Tahap Kegiatan Pada Industri Pertambangan

1.2.3. Fungsi Perencanaan

Fungsi perencanaan tergantung dari jenis perencanaan yang


digunakan dalam sasaran yang dituju, tetapi secara umum fungsi
perencanaan dapat dikatakan antara lain sebagai berikut.
1) Pengarahan kegiatan, adanya pedoman bagi pelaksanaan
kegiatan dalam pencapaian tujuan.
2) Perkiraan terhadap masalah pelaksanaan, kemampuan,
harapan, hambatan dan kegagalannya mungkin terjadi.
3) Usaha untuk mengurangi ketidakpastian.
4) Kesempatan untuk memilih kemungkinan terbaik.
5) Penyusunan urutan kepentingan tujuan.
6) Alat pengukur atau dasar ukuran dalam pengawasan dan
penilaian.
7) Cara dan penggunaan dan penempatan sumber daya secara
berdaya guna dan berdaya hasil.

1.2.4. Tujuan Perencanaan Tambang

Tujuan dari pekerjaan perencanaan tambang adalah membuat


suatu rencana produksi tambang untuk sebuah cebakan bijih
yang akan :
1) Menghasilkan tonase bijih pada tingkat produksi yang telah
ditentukan dengan biaya yang semurah mungkin.

I-8
2) Menghasilkan aliran kas (cash flow) yang akan
memaksimalkan beberapa kriteria ekonomik seperti rate of
return atau net present value.

1.2.5. Masalah Perencanaan Tambang

Masalah perencanaan tambang merupakan masalah yang


kompleks karena merupakan problem geometrik tiga dimensi
yang selalu berubah dengan waktu. Geometri tambang bukan
satu-satunya parameter yang berubah dengan waktu. Parameter-
perameter ekonomi penting yang lain pun sering merupakan
fungsi waktu pula.

Berikut ini adalah parameter-parameter yang digunakan didalam


perancangan tambang terbuka.

I-9
Gambar 1.4. Open Pit Design Parameter (D.J.
Charbonneau, 1991)

1.2.6. Biaya Perencanaan

Biaya perencanaan (Lee, 1984) bervariasi bergantung kepada


ukuran dan faktor alamiah proyek, tipe dari studi yang dilakukan,
jumlah alternatif yang harus diteliti dan sejumlah faktor lain.

Atau bisa dinyatakan dalam persamaan berikut.

Biaya = f (ukuran dan sifat dari proyek, jenis studi,


jumlah alternatif yang diinvestigasi, dll)

Dalam rangka menghitung biaya atau bagian teknik dari studi


tidak termasuk seperti ongkos pemilikan, ongkos pengeboran
eksplorasi, uji metalurgi, lingkungan dan studi hukum, atau studi
pendukung lainnya, biasanya dinyatakan sebagai persentase dari
biaya modal dari proyek :

Studi konseptual = 0,1–0,3 % dari biaya total


Studi pra kelayakan = 0,2–0,8 % dari biaya total
Studi kelayakan = 0,5–1,5 % dari biaya total

Gambar 1.5 memperlihatkan beberapa tahapan untuk melakukan


suatu kegiatan tambang yang berhubungan dengan pengaruh
biaya yang harus dikeluarkan.

I - 10
Gambar 1.5. Pengaruh Tahapan Perencanaan Terhadap
Biaya (Lee, 1984)

1.2.7. Akurasi Dari Estimasi

1) Tonase dari kadar

Pada tahap studi kelayakan, karena pengambilan sampel yang


banyak dan pemeriksaan yang berulang, kadar rata-rata dari
penambangan dari beberapa tonase yang diumumkan, disukai
karena diketahui memiliki limit yang dapat diterima, katakanlah
5%, dan diturunkan dari metoda statistik yang standar. Walaupun
tonase yang pasti dari bijih mungkin untuk tambang terbuka
diketahui jika pemboran eksplorasi dari permukaan, dalam
kenyataannya tonase ultimate dari banyak endapan bervariasi

I - 11
karena ia tergantung pada biaya harga dihubungkan dengan
panjang waktu proyek.

Dua standar yang penting yang dapat didefinisikan untuk


sebagian tambang terbuka adalah :
a. Cadangan minimum bijih harus sebanding untuk keperluan
yang dibutuhkan untuk seluruh tahun cash flow yang
diproyeksikan dalam laporan studi kelayakan haruslah
diketahui dengan akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
b. Sebuah tonase ultimate yang potensial, diproyeksikan
berlanjut dan optimistik, seharusnya dikalkulasikan dengan
baik untuk mendefinisikan area tambahan yang berpengaruh
untuk penambangan dan dimana dumping area serta
bangunan pabrik harus diletakkan.

2) Unjuk kerja

Unit-unit dari penambangan open pit sudah memiliki rate unjuk


kerja yang stabil dan biasanya dicapai jika bekerja dalam
organisasi yang baik dan pengorganisasian alat (misal Shovel dan
Truck) secara tepat. Unjuk kerja akan terganggu jika pekerjaan
tambahan (pengupasan tanah penutup dalam sebuah pit) tidak
mencukupi. Pemeliharaan harus dilakukan dan pekerjaan ini
harus dijadwalkan secara baik dan disediakan dalam laporan
studi kelayakan.

3) Biaya

Beberapa mata biaya, terutama ongkos operasi dilapangan,


hanya berbeda sedikit dari setiap tambang dan dapat diketahui
secara detail. Beberapa mungkin unik atau sukar untuk
diperkirakan. Umumnya akurasi dalam modal atau operasi
estimasi biaya operasi kembali pada akurasi dalam kuantitas,

I - 12
kuota yang ada atau unit harga, kecukupan ketentuan untuk
ongkos tidak langsung dan overhead. Tendensi terakhir
menunjukkan adanya batas yang meningkat.

Akurasi dari modal dan estimasi dari biaya operasi meningkat


ketika proyek meningkat dari studi konseptual ke pra kelayakan
dan tahap studi kelayakan. Normalnya range yang bisa diterima
untuk akurasi diberikan sebagai berikut.
● Faktor kesalahan dari studi konseptual + 30% dari biaya total
● Faktor kesalahan dari pra studi kelayakan + 20% dari biaya
total
● Faktor kesalahan dari studi kelayakan + 10% dari biaya total

4) Harga dan perolehan

Pendapatan selama umur tambang adalah kategori utama dari


uang. Itu harus membayar seluruhnya, termasuk pembayaran
kembali dari investasi awal dari uang, karena pendapatan adalah
dasar yang terbesar dalam mengukur faktor ekonomi tambang
sehingga lebih sensitif mengubah penerimaan daripada
mengubah faktor-faktor lain dari jenis-jenis pengeluaran.

Penerimaan ditentukan oleh kadar, recovery, dan harga dari


produk metal. Oleh karenanya, harga adalah : (a) sejauh ini
sangat sulit untuk diestimasi dan (b) suatu jumlah yang besar
diluar dari kontrol estimator. Walaupun mengabaikan inflasi,
harga pembelian secara lebar bervariasi terhadap waktu. Kecuali
komoditi yang bisa dikontrol dengan tepat, mereka mengarah
untuk mengikuti bentuk siklus.

Departemen pemasaran harus menginformasikan hubungan


suplai dan permintaan dan pergerakan harga metal. Mereka
dapat juga menyediakan harga rata-rata metal di luar negeri
dalam harga dolar sekarang, baik kemungkinan naupun

I - 13
konservatif. Harga terakhir berkisar 80% dari kemungkinan atau
lebih. Idealnya, walaupun pada harga konservatif, harus tetap
menguntungkan.

1.3. CHECKLIST DATA AWAL YANG HARUS DIKUMPULKAN

Pada awal tahap perencanaan untuk setiap proyek (tambang)


yang baru, terdapat banyak faktor dari berbagai jenis yang harus
dipertimbangkan. Beberapa faktor tersebut dapat dengan mudah
diperoleh, sedangkan beberapa faktor lain diperoleh dengan
suatu keharusan melakukan studi yang mendalam (misalnya
geometri pit).

Untuk menghindari ketidaklengkapan data, maka sebaiknya


dibuat suatu checklist (Rebel, 1975, “Field Work Program
Checklist for New Properties”).

Checklist Item

1. Topografi
a. USGS maps → 1 : 500, 1 : 1000
b. Special Aerial or land survey establish control stations

2. Kodisi iklim (climate condition)


a. Ketinggian
b. Temperatur → rata-rata bulanan sudah
cukup
c. Presipitasi (untuk penirisan)
● rata-rata presipitasi tahunan
● rata-rata curah hujan bulanan
● rata-rata run-off (keadaan
normal dan flood/banjir)
d. Angin, maks, tercatat dalam arah
e. Kelembaban

I - 14
f. Delay
g. Awan, fog

3. Air
a. Sumber : mata air, sungai, danau, bor.
b. Ketersediaan : hukum, kepemilikan, biaya.
c. Kuantitas : ketersediaan perbulan,
kesempatan aliran, kemung-kinan lokasi
bendungan.
d. Kualitas : sampel, perubahan-
perubahan kualitas, efek kontaminasi.
e. Sewage Disposal Methode.

4. Struktur geologi
a. Dalam daerah tambang
b. Di sekeliling daerah tambang
c. Kemungkinan gempa bumi
d. Akibat pada slope (maks. slope)
e. Estimasi dan kondisi fondasi

5. Air tambang
a. Kedalaman
b. Konduktivitas
c. Metode Penirisan

6. Permukaan
a. Vegetasi : tipe, metode pembabatan, biaya
b. Kondisi yang tidak biasa : danau, endapan
deposit, pohon-pohon besar

7. Tipe/jenis batuan (bijih, overburden)


a. Sampel untuk uji kemampuan dibor
b. Fragmentasi : hardness, derajat pelapukan,
bidang-bidang diskontinu, kecocokan untuk jalan

8. Lokasi untuk konsentrator

I - 15
a. Lokasi tambang, haul up hill, down hill
b. Preparasi lokasi (cut, fill)
c. Proses air : gravitasi, pompa
d. Tailing disposal
e. Fasilitas pemeliharaan

9. Tailing pond (daerah)


a. Lokasi pipa
b. Alamiah, bendungan, danau
c. Pond overflow

10. Jalan
a. Peta jalan
b. Informasi jalan-jalan yang ada :
▪ lebar,
permukaan, batas maksimum beban
▪ batas
maksimum load sesuai musim
▪ pemelih
araan
c. Jalan yang dibuat (harus) oleh
perusahaan
▪panjang
▪profile
▪cut and fill
▪jembatan
▪pengkondisian tanah
▪dll.

11. Power
a. Ketersediaan (PLN) : kilovolt, jarak
(terdekat), biaya
b. Kabel ke SIB
c. Lokasi sub station

I - 16
d. Kemungkinan untuk power station
sendiri

12. Smelting
a. Ketersediaan pabrik
b. Metode pengapalan : jarak, alat
angkut, awak reet, dll.
c. Biaya
d. Aspek terhadap lingkungan
e. Rel KA, dok.

13. Kepemilikan lahan


a. Kepemilikan : negara, pribadi
b. Tata guna lahan
c. Harga tanah
d. Jenis oplians : sewa, beli, dll.

14. Pemerintah
a. Suasana politik
b. Hukum, UU pertambangan
c. Keadaan lokal

15. Kondisi ekonomi


a. Industri utama yang ada,
berpengaruh ke infrastruktur
b. Kesediaan tenaga kerja
c. Skala penggalian
d. Struktur pajak
e. Ketersediaan sarana, toko, rumah
sakit, sekolah, rumah
f. Ketersediaan material, termasuk
bensin, semen, gravel
g. Pembelian

I - 17
16. Lokasi pembuangan (waste) : tambang, rumah
sakit, perumahan
a. Jarak
b. Profil jalan
c. Kemungkinan proses lebih lajut
17. Aksesibilitas dari kota utama ke luar
a. Metode transportasi
b. Realibilitas dan transportasi yang
tersedia
c. Komunikasi

18. Metode mendapatkan informasi


a. Past records (pemerintah)
b. Memelihara alat-alat komunikasi
c. Mengumpulkan conto
d. Pengukuran dan pengamatan lokasi
lapangan
e. Survey lapangan
f. Layout pabrik
g. Check untuk load informasi
h. Check hukum lokal
i. Personal inquiry dan observasi
suasana politik dan ekonomi
j. Peta-peta
k. Cost inquiries
l. Material
m. Membuat utility, avaliability,
inquiries.

I - 18
PEKERJAAN RUMAH 1

Dalam perencanaan tambang, agar pekerjaan perencanaan


dapat lebih mudah dilakukan maka masalah tersebut dibagi
menjadi tugas-tugas seperti berikut.
● Penentuan Pit Limit
● Perancangan push back
● Penjadwalan Produksi
● Perencanaan Tambang berdasarkan urutan waktu
● Pemilihan alat
● Perhitungan Ongkos-ongkos Oprerasi dan Kapital.

Tugas anda adalah memberikan mata kuliah apa saja yang


menunjang tugas-tugas dalam penyelesaian tersebut, dan
gambarkan diagramnya.

I - 19
BAB II
PENAKSIRAN CADANGAN BIJIH (REVIEW)

2.1. PENTINGNYA PENAKSIRAN CADANGAN

1) Memberikan taksiran dari kuantitas (ton) dari cadangan bijih.

2) Memberikan perkiraan bentuk 3-dimensi dari cadangan bijih


serta distribusi ruang (spatial) dari nilainya. Hal ini penting
untuk menentukan urutan/tahapan penambangan, yang
pada gilirannya akan mempengaruhi pemilihan peralatan
dan NPV (Net Present Value) dari tambang.

3) Jumlah cadangan menentukan umur tambang. Hal ini penting


dalam perancangan pabrik pengolahan dan kebutuhan
infrastruktur lainnya.

4) Batas-batas kegiatan penambangan (pit limit) dibuat


berdasarkan taksiran cadangan. Faktor ini harus diperhatikan
dalam menentukan lokasi pembuangan tanah/batuan
penutup dan tailing (waste dump & tailings impoundment),
pabrik pengolahan bijih, bengkel dan fasilitas lainnya.

Karena semua keputusan teknis di atas amat tergantung


padanya, penaksiran cadangan merupakan salah satu tugas

I - 20
terpenting dan berat tanggung jawabnya dalam mengevaluasi
suatu proyek pertambangan.

Harus pula diingat bahwa penaksiran cadangan menghasilkan


suatu taksiran. Model cadangan yang kita buat adalah
pendekatan dari realitas, berdasarkan data/informasi yang kita
miliki, dan masih mengandung ketidakpastian.

2.2. PERSYARATAN DARI PENAKSIRAN CADANGAN

1) Suatu taksiran cadangan harus mencerminkan secara tepat


kondisi geologis dan karakter/sifat dari mineralisasi.

2) Selain itu iapun harus sesuai dengan tujuan dari evaluasi.


Suatu model cadangan bijih yang akan digunakan untuk
perancangan tambang harus konsisten dengan metoda
penambangan dan teknik perencanaan tambang yang akan
diterapkan.

3) Taksiran yang baik harus berdasarkan pada data faktual yang


diolah/diperlakukan secara objektif. Keputusan apaka suatu
data akan dipakai/tidak dipakai harus diambil dengan tak
semena-mena. Tidak boleh ada pembobotan data secara
sewenang-wenang, pembobotan yang berbeda harus dengan
dasar yang jelas.

4) Metoda penaksiran yang digunakan harus memberikan hasil


yang dapat dicek/diperiksa. Tahap pertama setelah
penaksiran cadangan diselesaikan adalah memeriksa taksiran
kadar dari unit penambangan (blok) dengan data (komposit
atau assay bor) yang ada di sekitarnya. Setelah
penambangan dimulai, taksiran kadar dari model cadangan

I - 21
kita harus cek ulang dengan kadar dan tonase hasil
penambangan yang sesungguhnya.

2.3. ASPEK LEGAL/HUKUM DARI PENAKSIRAN CADANGAN

Nilai suatu perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan


berkaitan langsung dengan kuantitas dan kualitas cadangan
mineral yang dimilikinya. Untuk perusahaan-perusahaan
tambang yang sahamnya dijual-belikan kepada publik melalui
pasar modal, badan pemerintah seperti SEC (Securities and
Exchange Commission) di Amerika Serikat mementau dan
mengawsi cadangan mineral mereka.

1) Dokumen yang berisi pernyataan jumlah cadangan bijih (10k


document) harus diisi dan diperbaharui setiap tahun.
2) SEC juga memeriksa pernyataan mengenai jumlah cadangan
yang dibuat dalam prospektus penawaran saham
perusahaan.

Formulir S-18 dari SEC merupakan dokumen yang digunakan


dalam pendaftaran sekuritas. Butir 17A dari formulir ini layak
diperhatikan, karena menyangkut juga definisi yang dipakai SEC
untuk menentukan Proven and Probable Reserves (cadangan
terbukti dan terkira sering pula disebut Measured and Indicated
Reserves)

1) Cadangan (reserve) :
Bagian dari cebakan mineral yang secara ekonomik dan
secara hukum dapat ditambang atau diproduksi pada waktu
perhitungan cadangan dilakukan.

2) Cadangan terbukti/terukur (proven/measured reserves) :


Suatu cadangan yang :
● kuantitas atau jumlahnya dihitung dari data
singkapan, sumur-sumur uji, galian atau lubang-lubang

I - 22
bor, kualitas atau kadarnya dihitung dari hasil
pengambilan percontoh secara detail, dan
● lokasi pengamatan,
pengambilan percontoh dan pengukuran cukup dekat satu
sama lain dan sifat-sifat geologinya cukup diketahui
sehingga ukuran, bentuk, kedalaman, serta kadar mineral
dari cadangan dapat ditentukan dengan pasti.

3) Cadangan terkira (probable/indicated reserves)


Cadangan yang kuantitas dan kualitasnya dihitung dari data
yang serupa dengan data pada cadangan terbukti, tetapi
yang lokasi pengamatan, pengukuran dan pengambilan
percontohnya berjarak lebih jauh satu sama lain atau yang
jaraknya masih kurang cukup dekat. Tingkat keyakinan
cadangan terkira ini, walaupun lebih rendah daripada untuk
cadangan terbukti, masih cukup tinggi untuk menganggap
adanya kesinambungan (kontinuitas) antara titik-titik
pengamatan.

4) Harap diperhatikan bahwa SEC hanya mengakui klasifikasi


cadangan Terbukti/Proven dan Terkira/Probable. Klasifikasi
yang lebih rendah atau yang kurang pasti, seperti
“Mungkin/Possible” tidak dianggap sebagai cadangan dan tak
boleh dimasukkan kedalam prospektus yang ditawarkan.

5) Harap diperhatikan pula bahwa definisi di atas masih agak subyektif,

sehingga memberikan fleksibilitas yang cukup kepada para ahli

pertambangan/geologi dalam menafsirkannya.

6) Akhirnya, ada beberapa informasi tambahan yang perlu


diperhatikan dalam mengisi formulir S-18 dari SEC ini.

Dokumen-dokumen lain.

I - 23
1) Revisi sistem Amerika Serikat yang diusulkan SME (A Guide
for Reporting Exploration Information, Resources, and
Reserves, Working Party #79, Society of Mining, Metallurgy,
and Exploration, Inc., 1991).
2) Kode Australasia (Australasia Code for Reporting of Identified
Mineral Resources and Ore Reserves, 1992).
3) Rekomendasi CIM (Recommendations on Reserve Definitions
to the Canadian Institute of Mining, Metallurgy and
Petroleum, prepared by the Mineral Economics Society of
CIM, 1994).
4) Klasifikasi Cadangan/Sumberdaya Mineral oleh USBM/USGS
(Principles of a Resource/Reserve Classification for Minerals,
US Bureau of Mines and US Geological Survey, Circular 831,
1980).

2.4. MODEL KOMPUTER

1) Model Blok Teratur (Regular Block Model)


a) Cebakan bijih dan daerah sekitarnya dibagi menjadi unit-
unit yang lebih kecil atau blok-blok, yang memiliki
ukuran (panjang, lebar dan tinggi) tertentu. Tinggi blok
biasanya disesuaikan dengan tinggi jenjang
penambangan.
b) Tiap-tiap blok memiliki atribut-atribut seperti jenis
batuan, jenis alterasi, jenis mineralisasi, kadar (bisa lebih
dari satu mineral), kode topografi, dll.
c) Model blok teratur adalah model komputer yang paling
umum dipakai hingga saaat ini untuk tambang-tambang
logam/bijih berbatuan keras.

2) Gridded Seam Model


a) Untuk permodelan batubara dan cebakan-cebakan berlapis
lainnya.

I - 24
b) Cebakan mineral dan daerah sekitarnya dibagi menjadi
sel-sel yang teratur, dengan lebar dan panjang tertentu.
c) Adapun dimensi vertikalnya tidak dikaitkan dengan
tinggi jenjang tertentu, melainkan dengan unit stratigrafi
dari cebakan yang bersangkutan; pemodelan dilakukan
dalam bentuk puncak, dasar dan ketebalan dari unit
stratigrafi (lapisan batubara, dll). Kadar dari berbagai
mineral atau variabel dimodelkan untuk setiap lapisan.

3) Model Blok Tak Teratur (Irregular Block Model)


a) Beberapa paket perangkat lunak memungkinkan struktur
data yang lebih canggih sehingga ukuran blok dalam
model tak perlu harus sama. Blok-blok berukuran amat
besar dapat digunakan dalam daerah-daerah tepi yang
tidak termineralisasi, dimana informasi detail tidak
diperlukan. Sebaliknya, blok-blok berukuran kecil dapat
diterapkan didaerah mineralisasi bijih yang penting
dimana detail amat diperlukan.
b) Namun demikian, model semacam ini tidak mudah
dipindahkan dari suatu perangkat lunak ke perangkat
lunak yang lainnya.

2.5. DATA UTAMA

1) Geologi
a) Hasil logging geologi dari data pemboran.
b) Percontoh yang representatif dari program
pemboran.
i. Percontoh bor inti (split/skeletal core)
ii. Percontoh bor RC dengan tempatnya (chip trays)
c) Peta-peta geologi dari pemetaan permukaan, dll

I - 25
2) Data Kadar (Assay Data)
a) Sertifikat kadar (assay certificates) dari
laboratorium
b) Data assay biasanya digabung menjadi data
komposit untuk tinggi jenjang tertentu untuk keperluan
penaksiran kadar blok. Analisa statistik dapat dilakukan
untuk assay dan/atau komposit.

3) Data Lokasi
a) Data survai koordinat permukaan dari titik bor.
b) Data survai bawah tanah dari kemiringan dan deviasi
pemboran.

4) Peta-peta topografi

2.6. METODA-METODA PENAKSIRAN

1) Penaksiran Cadangan Secara Manual (Cross-Section)


a) Masih kerap dilakukan pada tahap-tahap paling awal dari
proyek.
b) Hasil penaksiran secara manual ini dapat dipakai sebagai
alat pembanding untuk mengecek hasil penaksiran yang
lebih canggih menggunakan komputer.
c) Hasil penaksiran secara manual ini tak dapat langsung
digunakan dalam perencanaan tambang dengan bantuan
komputer.

2) Metoda Poligon
Ada dua metoda poligon yang berbeda :
a) Penaksiran cadangan secara manual
dengan metoda poligon daerah pengaruh pada dasarnya
tak lagi dilakukan (usang).
b) Sebaliknya, metoda poligon menggunakan percontoh
terdekat untuk penaksiran kadar blok dalam model

I - 26
(dimana setiap blok memperoleh kadar dari komposi
terdekat) masih umum dilakukan.

3) Metoda Segitiga
a) Penaksiran kadar blok dengan cara ini tidak
dilakukan/sudah usang.
b) Metoda ini penting dalam aplikasi pembuatan kontur
dengan komputer

4) Metoda Jarak Terbalik (Inverse Distance Method)


a) Suatu cara penaksiran dimana kadar suatu blok
merupakan kombinasi linier atau harga rata-rata
berbobot (weighted average) dari komposit lubang bor
disekitar blok tersebut. Komposit yang dekat
memperoleh bobot yang relatif lebih besar, sedangkan
komposit yang jauh dari blok bobotnya relatif lebih kecil.
b) Pilihan dari pangkat yang digunakan (ID1, ID2, ID3, ...)
berpengaruh terhadap hasil taksiran. Semakin tinggi
pangkat yang digunakan hasilnya akan semakin
mendekati metoda poligon komposit terdekat.
c) Sifat/kelakuan anisotropik dari cebakan mineral dapat
diperhitungkan (space ‘warping’).
d) Merupakan metoda yang masih umum dipakai.

5) Metoda Geostatistik dan Kriging


a) Metoda inipun menggunakan kombinasi linier atau harga
rata-rata berbobot (weighted average) dari komposit
lubang bor di sekitar blok untuk menghitung kadar blok
yang ditaksir.
b) Pembobotan tidak semata-mata berdasarkan jarak,
melainkan menggunakan korelasi statistik antar
percontoh (data komposit) yang juga merupakan fungsi
jarak. Karena itu, cara ini lebih canggih dan kelakuan
anisotropik dapat dengan mudah dapat diperhitungkan.

I - 27
c) Cara ini memungkinkan penafsiran data cebakan mineral
atau cadangan bijih secara probabilistik. Selain itu, ia
memungkinkan pula interpretasi statistik mengenai hal-
hal seperti bias, estimation variance, dll.
d) Berbagai varian/jenis penaksiran yang berdasarkan pada
metoda kriging dan geostatistik dapat dilakukan.
e) Merupakan metoda yang paling umum dipakai dalam
penaksiran kadar blok dalam suatu model cadangan.

2.7. PEMERIKSAAN DARI SUATU MODEL CADANGAN


MINERAL

1) Bandingkan peta-peta (penampang atas dan penampang


melintang) dari data pemboran (assay/komposit) dengan
peta-peta yang sama untuk model blok. Apakah kadar blok
mengikuti kecenderungan kadar yang tampak pada data
yang digunakan? Apakah kadar dalam model blok selalu
lebih tinggi atau lebih rendah jika dibandingkan dengan
data? Apakah kadar blok diekstrapolasi terlalu jauh ke
daerah yang belum dibor ?

2) Lakukan perbandingan secara statistik antara kadar blok


dengan kadar percontoh (komposit) yang digunakan.
Beberapa teknik seperti statistika dasar (rata-rata,
simpangan baku, median, dll) dan perbandingan distribusi
kadar/probability plot dapat dicoba.

3) Lakukan perhitungan cadangan secara terpisah, secara


manual atau menggunakan komputer. Apakah taksiran ini
sensitif terhadap parameter-parameter penaksiran seperti
jarak pengaruh dalam mencari percontoh, kadar data yang
tinggi atau kadar tertinggi yang diperbolehkan, dsb ?

I - 28
4) Untuk tambang yang sudah berjalan, satu cara yang dapat
dikerjakan untuk mengetahui kinerja model cadangan adalah
membandingkannya dengan produksi historis. Dua sumber
data produksi adalah laporan produksi tambang (dari analisa
lubang-lubang tembak) dan laporan pabrik pengolahan.

5) Lakukan pemeriksaan yang rinci terhadap data assay


pemboran itu sendiri. Apakah data dari bor RC sesuai dengan
data dari bor inti yang berdekatan. Pemeriksaan integritas
data dapat pula dilakukan dengan melukakan assay ulang
(biasanya di laboratorium yang berbeda) pemeriksaan assay
terhadap komposit metalurgi, dll.

2.8. BEBERAPA HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN UNTUK


BERBAGAI KOMODITAS

1) Tembaga (terutama untuk sistem porfiri)


a) Zona mineralisasi : biasanya ada beberapa
daerah dengan karakter yang berbeda misalnya sulfida,
zona terlindi (leached), oksida, pengkayaan sekunder
atau supergene, dan zona primer atau hypogene.
i. Zona sulfida biasanya menghasilkan
asam selama proses pelapukan, yang dapat
melarutkan logam tembaga dan membawanya ke
tempat lain.
ii. Zona terlindi dicirikan oleh
kadar ‘total copper’ yang rendah, dan ‘acid soluble
copper” merupakan bagian besar dari ‘total copper’.
iii. Zona teroksidasi biasanya
dicirikan oleh ‘acid soluble copper’ yang
persentasenya paling tidak 50% dari ‘total copper’.
Mineraloginya terdiri dari malachit, azurit, dll.
Merupakan target yang baik untuk proses pelindian

I - 29
secara heap leaching tetapi tidak dapat diproses
dengan flotasi.
iv. Zona sekunder
b) Tidak jarang didapati intrusi berkadar
rendah disekitar titik pusat dari zona bijih/mineralisasi
utama. Material ini sering harus dipisahkan.
2) Emas
a) Mineralisasi emas ‘diendapkan’ oleh cairan/fluida
mediumnya menuruti hubungan antara temperatur dan
tekanan. Garis yang membatasi zona-zona mineralisasi
emas biasanya dapat ditarik. Kadar emas dalam model
cadangan harus menghormati batas-batas mineralisasi
yang ada.
b) Analisa kadar emas seringkali amat sulit. Jika partikel-
partikel emas bebas di dalam bijih mulai melampaui
ukuran 100 mikron, replikasi atau pengulangan untuk
memperoleh hasil yang sama biasanya sukar dicapai.
Biasanya perlu dilakukan assay ulang dalam jumlah
cukup besar.
c) Jenis atau teknik pemboran yang berbeda (bor inti atau
bor RC) seringkali memberikan hasil analisa assay yang
berbeda. Kontaminasi pada hasil pemboran RC (reverse
circulation) harus dicegah, terutama pada kedalaman di
bawah muka air tanah.

3) Molibdenum
Banyak cebakan moli primer yang memperlihatkan dengan
jelas zona-zona kadar moli. Biasanya ini dapat dengan
mudah dibuat garis-garis konturnya, baik dari penampang
atas maupun dari penampang melintang. Kadar dalam model
blok perlu merefleksikan hal ini.

4) Uranium

I - 30
Penaksirancadangan bijih untuk komoditas ini amat
kompleks. Sebaiknya anda panggil ahlinya; terlalu banyak
sandungan yang akan menjatuhkan para pemula atau
mereka yang belum berpengalaman.

PEKERJAAN RUMAH 2

Topik : Pembobotan rata-rata

Saudara memiliki dua stockpile bijih tembaga, yang terdiri dari


supergene dan hypogene, sebagai berikut :
Material Ton Total Peroleha Kadar
Bijih Tembaga n Konsentrat
Superge 91.025 0.410 % 85 % 22.7 %
ne
Hypogen 151.85 0.520 % 92 % 26.7 %
e 3

1. Berapakah total tonase bijih dan kadar tembaga rata-rata?


2. Berapakah perolehan rata-rata tembaga?
3. Berapakah kadar rata-rata konsentrat?

I - 31
BAB III
KADAR BATAS, NISBAH PENGUPASAN,
DAN KADAR EKIVALEN

3.1. PERHITUNGAN KADAR BATAS (CUT-OFF GRADE)

1) Kadar Batas Pulang Pokok (Break Even Cut-Off Grade = BECOG)


a) Dalam teori ekonomi, analisis pulang pokok terdiri dari
penentuan nilai parameter yang diinginkan (misalnya :
berapa jumlah produk yang harus dijual) sedemikian rupa
sehinga pendapatan tepat sama dengan ongkos atau
biaya yang dikeluarkan (keuntungan = nol)
b) Dalam pertambangan, yang ingin kita ketahui adalah
berapa kadar bijih yang menghasilkan angka yang sama
antara pendapatan yang diperoleh dari penjualan bijih
tadi dengan biaya yang dikeluarkan untuk menambang
serta memprosesnya. Kadar ini dikenal dengan nama
kadar batas pulang pokok atau break even cut-off grade.
BECOG =

c) Biasanya hanya biaya atau ongkos operasi langsung yang


diperhitungkan dalam penentuan cut-off grade. Ongkos-
ongkos kapital dan biaya tak langsung seperti penyusutan
(depresiasi) pada umumnya tidak dimasukkan.

Untuk keperluan perancangan batas akhir penambangan (pit


design) asumsi yang diambil adalah bahwa umur tambang
cukup panjang sehingga depresiasi tidak lagi merupakan
faktor yang penting. Mengapa ?

I - 32
Karena pada tahap terakhir dari penambangan dimana batas
lereng akhir dari tambang telah dicapai, kapital dan peralatan
telah terdepresiasi secara penuh.

2) Kadar Batas Internal (Internal Cut-Off Grade = ICOG)


a) Jika diasumsikan bahwa satu ton material pasti akan
ditambang, berapa kadar minimum yang akan
menghasilkan kerugian lebih kecil dari dua alternatif
berikut : mengirimkan material hasil penambangan ke
pabrik pemrosesan, atau mengirimkan material ini ke
tempat pembuangan ? (ingat bahwa ongkos
penambangan walau bagaimanapun tetap harus
dikeluarkan).
b) Gunakan persamaan yang sama (seperti untuk BECOG),
hanya dalam hal ini ongkos penambangan tidak
dimasukkan. Jadi untuk menghitung ICOG, ongkos
penambangan = nol.

3) Kadar Batas Proses


a) Bila tingkat produksi dari pabrik pemrosesan bijih telah
ditentukan, misalnya untuk pabrik flotasi bijih fluida, maka
perhitungan cut-off grade harus memasukkan ongkos
G&A.
b) Sebaliknya, bila tingkat produksinya tidak tertentu seperti
pada kasus pelindian bijih oksida di leach pad, argumen
bahwa kadar batas dapat dihitung tanpa memasukan
ongkos-ongkos G&A adalah argumen yang dapat diterima.
Selama jangka waktu satu tahun pasti akan ada bijih yang
berkadar lebih tinggi yang dapat menutupi biaya-biaya ini.
c) Kadar batas ini kadang-kadang disebut kadar batas
pengolahan (process cut-off), yakni kadar terendah yang
dapat menutupi biaya pengolahan langsung. Dalam
operasi penambangan, jika anda mempunyai pabrik

I - 33
pengolahan (mill) dan tambang mengalami kekurangan
bijih yang akut, maka process cut-off ini biasanya
merupakan kadar terendah yang masih dapat
dipertimbangkan untuk dapat dikirimkan ke pabrik
Namun demikian, tujuan dari perencanaan tambang jangka
panjang adalah menghindari keadaan tadi di atas.

3.2. NISBAH PENGUPASAN PULANG POKOK (BREAK EVEN


STRIPPING RATIO =BESR)

1) Nisbah pengupasan didefinisikan sebagai nisbah dari jumlah


material penutup (waste) terhadap jumlah material bijih (ore).
Pada tambang bijih, nisbah ini biasanya dinyatakan dalam ton
waste/ton ore. Di tambang batubara sering dipakai m3 waste/
ton batubara.

SR = atau SR =
Untuk geometri penambangan yang ditetapkan, nisbah
pengupasan merupakan fungsi dari kadar batas.

2) Jika kadar bijih diketahui dan jika semua keuntungan bersih


dari menambang bijih tersebut dipakai untuk mengupas
tanah penutup (waste stripping), berapa jumlah tanah
penutup yang dapat dikupas Inilah konsep BESR.
BESR =

Catatan :
● Nilai BESR adalah 0 pada titik BECOG (tidak dapat
mendukung stripping).

I - 34
● Untuk harga komoditas, perolehan, ukuran pabrik,
tingkat produksi dan ongkos tertentu, BESR merupakan
fungsi linier dari kadar bijih.
● BESR merupakan masukan dalam metoda
perancangan tambang secara manual.

3.3. PERHITUNGAN KADAR EKIVALEN

1) Bilamana dalam cebakan bijijh kita dapati lebih dari satu


meneral (utama dan ikutan), biasanya perlu dipakai konsep
dasar ekivalen untuk mengevaluasinya.
2) Pertama kali, kita definisikan dahulu NSR (Net Smelter Return)
sebagai nilai kotor dari satu ton bijih setelah dikurangi dengan
ongkos-ongkos smelting, refining, dan freight (SRF).
3) Tahap-tahap perhitungan kadar ekivalen (misalnya Cu
ekivalen) adalah sebagai berikut.
a) Hitung NSR dari 1 ton (atau 1 tonne) tembaga yang
berkadar bijih 1 %.
b) Hitung NSR dari 1 ton (atau 1 tonne) mineral ikutan,
misalnya moly dengan kadar 1% (atau emas dengan
kadar 1 oz/ton atau 1 g/tonne, dst).
c) Hitung faktor ekivalensi sebagai nisbah (ratio) antara NSR
untuk mineral ikutan terhadap NSR untuk mineral utama.
d) Jadi kadar Cu Ekivalen = total Cu + Faktor x moly.
e) Jika kadar total Cu dan kadar moly (emas, perak, dst)
dalam blok diketahui, maka kadar Cu Ekivalen dari blok
tersebut dapat dihitung.
4) Kadar ekivalen dapat pula dipahami atau didefinikan sebagai
kadar yang menghasilkan gabungan nilai NSR dari semua
mineral yang ada.

I - 35
5) Kadang-kadang lebih mudah bagi kita untuk menggunakan
nilai NSR dan bukan kadar ekivalen.
T Hitung nilai NSR untuk suatu blok dan gunakan angka ini
sebagai sebuah variabel kadar ekonomik untuk perencanaan
tambang.
T Kadar batas pulang pokok (BECOG) hanyalah mengandung
ongkos-ongkos penambangan, pengolahan dan G&A.
Perolehan mill dan smelter, ongkos-ongkos SRF dan harga
komoditas sudah diperhitung-kan dalam NSR.
PERHITUNGAN KADAR BATAS

Contoh untuk Cu :

Ongkos penambangan (mining cost) per ton material


$ 0.75
Ongkos pengolahan (milling cost) per ton bijih $ 3.25
Ongkos G & A per ton bijih $ 0.25
Perolehan pabrik (mill recovery)
94 %
Smelting, refining, freight per pound product $ 0.275
Perolehan smelter (smelter recovery)
96.15 %
Harga tembaga per pound
$0.95

Penghasilan = Biaya (titik pulang pokok ; untuk satu ton bijih)

Harga x Kadar x Mill Rec x Smlt Rec x 20 = Ongkos (Mine + Mill +


G&A) + SRF x Kadar x Mill Rec x
SMLT Rec x 20

Harga x Kadar x Mill Rec x Smlt Rec x 20 – SRF x Kadar x Mill Rec
x Smlt Rec x 20 = Ongkos (Mine +
Mill + G&A)

I - 36
(Harga – SRF) x Kadar x Mill Rec x Smlt Rec x 20 = Ongkos (Mine
+ Mill + G&A)

Kadar batas pulang pokok =

=
= 0.35 % Cu
Catatan :

Angka 20 adalah faktor konversi dari % ke pound (dengan satuan


pound per persen. Untuk proyek dengan satuan metrik faktor
konversinya adalah 22.046. untuk logam mulia (mis : emas) tidak
diperlukan faktor konversi karena satuannya sudah langsung
dalam satuan produksi (oz/ton atau gram/ton).
Tabel 3.1
Perhitungan Kadar Ekivalen

Tembaga Moly
Harga Komoditas $ 0.90 $ 3.00
Perolehan Pabrik 88 % 70 %
Perolehan Smelter/Konverter 96.1 % 99 %
Biaya Smelting Konversi per pound $ 0.324 $ 0.81

1. Hitung nilai NSR dari 1 ton bijih


dengan kadar 1% Cu
($ 0.90 - $ 0.324) (1%) (0.88) (0.961) (20 lb/%) = $ 9.74
2. Hitung nilai NSR dari 1 ton bijih
dengan kadar 1% Moly
($ 3.00 - $ 0.81) (1%) (0.70) (0.99) (20 lb/%) = $ 30.35
3. Faktor Ekivalen = NSR
Moly / NSR Tembaga $ 30.35 / $ 9.74 = 3.1160
4. Tembaga Ekivalen = Kadar Cu +
3.1160 x Kadar Moly

I - 37
Tabel 3.2
Perhitungan NSR dan BESR

Cu Eq NSR BESR
0.266 3.40 -0.00
0.30 3.83 0.79
0.35 4.47 1.95
0.40 5.11 3.11
0.45 5.75 4.27
0.50 6.39 5.43
0.55 7.03 6.59
0.60 7.66 7.75
0.65 8.30 8.91
0.70 8.94 10.08
0.75 9.58 11.24
0.80 10.22 12.40
0.85 10.86 13.56
0.90 11.50 14.72
0.95 12.13 15.88
1.00 12.77 17.04
1.05 13.41 18.20
1.10 14.05 19.37
1.15 14.69 20.53
1.20 15.33 21.69

I - 38
Gambar 3.1. Grafik Hubungan Antara BESR Dan NSR
Dengan Kadar Cu Eq

PEKERJAAN RUMAH 3

Topik : Perhitungan BECOG, ICOG, dan Faktor Eq

I - 39
Data Ekonomik Awal untuk Cebakan KS Creek (dalam $US)

Mining Cost Per Tonne Total Material $ 0.55


Milling Cost Per Tonne Ore $ 2.10
General and Administrative (G&A) Per Tonne $ 0.75
Ore
Mill Recovery of Copper 92 %
Mill Recovery of Gold 80 %
Smelting, Freight, Refining (SFR) Per Pound $ 0.345
Payable Copper
Smelter Payable (Recovery) of Copper 96.15 %
Smelter Payable (Recovery) of Gold 98 %
Copper Price Per Pound $ 1.00
Gold Price Per Tr Oz and (Per Gram) $ 375 ($ 12.06)
Breakeven Cutoff Grade for Copper ?
Internal Cutoff Grade for Copper ?
Copper Equivalent = Total Copper + .?. x ?
Gold

BAB IV
PERTIMBANGAN DASAR RENCANA
PENAMBANGAN

4.1. PERTIMBANGAN EKONOMIS

4.1.1. Cut off Grade

I - 40
Ada 2 pengertian tentang cut off grade, yaitu :
a. Kadar endapan bahan galian terendah yang
masih memberikan keuntungan apabila ditambang.
b. Kadar rata-rata terendah dari endapan
bahan galian yang masih memberikan keuntungan apabila
endapan tersebut ditambang.
Cut off grade inilah yang akan menentukan batas-batas atau
besarnya cadangan, serta menentukan perlu tidaknya dilakukan
mixing/blending.

4.1.2. Break Even Stripping Ratio (BESR)

Untuk menganalisis kemungkinan sistem penambangan yang


akan digunakan, apakah tambang terbuka ataukah tambang
bawah tanah, maka dipelajari Break Even Stripping Ratio (BESR),
yaitu perbandingan antara biaya penggalian endapan bijih (ore)
dengan biaya pengupasan tanah penutup (overburden) atau
merupakan perbandingan biaya penambangan bawah tanah
dengan penambangan terbuka. BESR ini juga disebut over all
stripping ratio.

BESR =

Misalnya biaya penambangan secara tambang bawah tanah =


2,00/ton ore, biaya penambangan secara tambang terbuka =
0,30/ton ore dan ongkos pengupasan tanah penutup = 0,35/ton
waste. Maka untuk memilih salah satu sistem penambangan
digunakan rumus BESR (1).

BESR(1) =

I - 41
Ini berarti bahwa hanya bagian endapan yang mempunyai BESR
yang lebih rendah dari 4,86 yang dapat ditambang secara
tambang terbuka dengan menguntungkan. Jadi 4,86 adalah
BESR(1) tertinggi yang masih dibolehkan untuk operasi tambang
terbuka dengan kondisi tersebut di atas. Setelah ditentukan
bahwa akan digunakan sistem tambang terbuka, maka dalam
rangka pengembangan rencana penambangan digunakan BESR
(2) dengan rumus sebagai berikut.

BESR(2) =

BESR(2) ini juga disebut economic stripping ratio yang artinya


berapa besar keuntungan yang dapat diperoleh bila endapan bijih
itu ditambang secara tambang terbuka. Contoh perhitungan
BESR (2) untuk bijih tembaga kadar 0,80%, 0,75% dan 0,60%Cu
adalah sebagai berikut.
Dari hasil perhitungan seperti terlihat pada Tabel 4.1 bila harga
logam Cu = $0,35/lb, ternyata untuk bijih Cu (ore) dengan
kadar 0,80% mempunyai BESR 1,5 : 1 dan kadar 0,60% Cu
mempunyai BESR 0,6 :1. dengan demikian selanjutnya untuk
harga metal $0,30/lb dan $0,35/lb Cu juga dihitung BESR-nya.
Setelah masing-masing BESR dihitung untuk setiap kadar Cu dan
untuk berbagai harga logam Cu, kemudian dapat dibuat grafik
BESR vs kadar Cu (lihat Gambar 4.1).

Dari grafik BESR (lihat Gambar 4.1) terlihat bahwa tinggi


rendahnya BESR sangat dipengaruhi oleh :
- kadar logam dari bijih yang akan ditambang
- harga logam di pasaran

Jadi pada dasarnya, jika terjadi kenaikan harga logam di pasaran,


dapat mengakibatkan perluasan tambang karena cadangan

I - 42
bertambah, sebaliknya jika harga logam turun maka jumlah
cadangan akan berkurang.
Tabel 4.1
Contoh Perhitungan Break Even Stripping Ratio (BESR)

Kadar bijih, % Cu 0,80 0,70 0,60


Smelter recovery, % 81,80 83,02 85,80
Recovery Cu/ton ore, lb 14,10 12,20 10,30

ONGKOS PRODUKSI TIAP TON BIJIH


Penambangan $ 0,45 $ 0,45 $ 0,45
Miling, Dpr. & Gen. Cost $ 1,25 $ 1,25 $ 1,25
Treatment etc. $ 0,85 $ 0,76 $ 0,65
Ongkos produksi total $ 2,55 $ 2,46 $ 2,35

ONGKOS PENGUPASAN
Ongkos pengupasan /ton $ 0,40 $ 0,40 $ 0,40
waste

RECOVERY VALUE
Harga jual per ton bijih
1. Untuk $ 0,25/lb Cu $ 3,53 $ 3,05 $ 2,58
BESR 2,5 : 1 1,5 : 1 0,6 : 1
2. Untuk $ 0,30/lb Cu $ 4,23 $ 4,23 $ 3,09
BESR 4,2 : 1 3,0 : 1 1,8 : 1
3. Untuk $ 0,35/lb Cu $ 4,94 $ 4,27 $ 3,61
BESR 6,0 : 1 4,5 : 1 3,2 : 1

I - 43
Gambar 4.1. Contoh Grafik BESR
4.2. PERTIMBANGAN TEKNIS

4.2.1. Ultimate pit slope

Ultimate pit slope adalah batas akhir atau paling luar dari suatu
tambang terbuka yang masih diperbolehkan, dan pada
kemiringan ini jenjang masih tetap mantap (stabil).

Jadi dalam menentukan kemiringan lereng suatu tambang harus


ditinjau dari dua segi, yaitu :
− dari segi ekonomis masih menguntungkan
− dari segi teknis keamanannya bisa dijamin.

Dengan demikian, maka faktor-faktor yang mempengaruhi


kemiringan lereng (ultimate pit slope) suatu tambang adalah :
− BESR yang masih diperbolehkan
− Struktur geologi yang meliputi joint, bidang-bidang geser,
patahan, dll.
− Ada air, yaitu kandungan air tanah di dalam lapisan-lapisan
batuan.
− Unsur waktu.

Hubungan antara ultimate pit slope dengan BESR dapat berubah-


ubah tergantung dari harga metal di pasaran (lihat Gambar 4.2).

4.2.2. Sistem penirisan

Secara garis besar sistem penirisan tambang (drainage system)


dapat dibagi menjadi 2 (dua) golongan yaitu :
- sistem penirisan langsung (konvensional)
- sistem penirisan tidak langsung (inkonvensional)

1) Sistem Penirisan Langsung

I - 44
Adalah sistem penirisan dengan cara mengeluarkan (memompa)
air yang sudah masuk ke dalam tambang.

Gambar 4.2. Hubungan Antara Ultimate Pit Limit Dengan


BESR

Sistem penirisan langsung dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :

a) Penirisan dengan tunnel atau adit


Cara penirisan ini hanya bisa diterapkan untuk tambang yang
terletak di daerah pegunungan atau berbentuk bukit.
Air yang masuk ke dalam tambang dikeluarkan dengan cara
mengalirkan air dari dasar tambang ke luar tambang melalui
terowongan (tunnel/adit).

b) Penirisan dengan open sump


Cara penirisan inilah yang pada umumnya banyak digunakan
di tambang-tambang terbuka.
Air yang masuk ke dalam tambang dikumpulkan ke suatu
sumuran (sump) yang biasanya dibuat di dasar tambang dan
dari sumuran tersebut kemudian air dipompa keluar tambang.

2) Sistem penirisan tak langsung

I - 45
Adalah sistem penirisan dengan cara mencegah masuknya air ke
dalam tambang (preventive drainage system) artinya dengan
cara membuat beberapa lubang bor dibagian luar daerah
penambangan atau di jenjang kemudian dari lubang-lubang bor
tersebut air dipompa ke luar tambang.

Ada beberapa macam cara penirisan tak langsung, yaitu :


− siemens methods
− small pipe with vacuum pump
− deep well pump method
− electro osmosis methods

4.2.3. Ukuran Jenjang (bench dimension)

Cara-cara pembongkaran akan mempengaruhi ukuran jenjang.


Ada beberapa pendapat tentang ukuran jenjang itu, antara lain :

1) Menurut Head Quarter of US Army (pits and quarry


tehnical bulletin) No : (5-352)

W minimum = Y + Wt + Ls + G + Wb
keterangan :
W minimum : lebar jenjang minimum, m
Y : lebar yang disediakan untuk pengeboran, m
Wt : lebar yang disediakan untuk alat-alat, m
Ls : panjang power shovel tanpa panjang boom, m
G : floor cutting radius dari power shovel, m
Wb : lebar untuk broken material, m

2) Menurut Lewis (elements mining)

Tinggi jenjang adalah sebagai berikut.

a. Untuk cara hydraulicking yang baik adalah 200 ft dan


maksimum 600 ft.

I - 46
b. Untuk dredging kedalaman ideal antara 50 ft-80 ft, tetapi
ada yang sampai 130 m.

c. Untuk open cut antara 12 ft–75 ft; yang baik adalah 30 ft.
Sedangkan untuk tambang bijih dapat sampai 225 ft.
Lebar jenjang disesuaikan dengan loading track, daerah
operasi power shovel serta untuk peledakan, lebarnya
antara 20 ft–76 ft, umumnya 50 ft dan yang ideal 30 ft.

3) Menurut L. Sheyyakov (mining of mineral deposits)

Lebar jenjang tergantung pada metoda penggalian dan


kekerasan mateial yang ditambang.

a. Untuk material lunak


B = (1,00 sampai 1,50) Ro + L + L1 + L2
keterangan :
B = lebar jenjang, m
Ro = digging radius dari alat muat, m
L = jarak antara sisi jenjang (bench) dengan rel, 3-4 m
L1 = lebar lori, 1,75–3,00 m
L2 = jarak untuk menjaga agar tidak longsor, m

b. Untuk material keras


B = N + L + L1 + L2
keterangan :
B = lebar jenjang, m
N = lebar yang dibutuhkan untuk broken material, m

Disini tidak disediakan lebar untuk alat-muat/gali karena


dianggap alat muat bekerja disamping broken material.

4) Menurut Melinkov dan Chevnokoy (safety in open cast


mining)

a. Untuk lapisan yang lunak (soft strata)


B = 2R + C + C1 + L

I - 47
keterangan :
B =lebar jenjang, m
R =digging radius dari alat muat, m
C =jarak sisi jenjang broken material ke garis tengah
rel, m
L=lebar yang disediakan untuk pengaman (safety),
biasanya selebar dump truck, m

b. Untuk lapisan yang keras (hard strata)


B = a + C + C1 + L + A
keterangan :
B = lebar jenjang, m
a = lebar untuk broken material, m
A = lebar pemotongan pertama (awal), m

5) Menurut Popov (the working of mineral deposit)

a. Tinggi jenjang dan kemiringannya


(i) Kemiringan jenjang
tergantung dari kandungan air pada material. Material
yang relatif kering biasanya memungkinkan
kemiringan jenjang yang lebih besar.
(ii) Umumnya tinggi
jenjang berkisar antara 12–15 m, dengan kemiringan :
− untuk batuan beku : 70o - 80o
− untuk batuan sedimen : 50o - 60o
− untuk pasir kering : 40o - 50o
− untuk batuan yang argilaceous : 35o - 45o

b. Lebar jenjang
Lebar jenjang antara 40–60 m, biasanya juga dibuat
antara 80–100 m. Jika memakai multi row bore hole.
Lebar minimum untuk batuan keras :
Vr = A + C + C1 + L + B
keterangan :

I - 48
Vr = lebar jenjang minimum, m
A = lebar broken material, m
C = jarak sisi timbunan ke sisi tengah rel, m
C1= 0,50 lebar lori = 2–3 m
B = lebar endapan yang diledakkan = 6–12 m
L = lebar yang disediakan untuk menjamin
extraction dari endapan pada jenjang di
bawahnya.

6) Menurut Young (elements of mining)

a. Tinggi jenjang
− Untuk tambang bijih besi antara 20 – 40 ft
− Untuk tambang bijih tembaga 30 – 70 ft
− Untuk limestone dapat sampai 200 ft
b. Lebar jenjang
Antara 50–250 ft
c. Kemiringan jenjang
Antara 45o–65o

7) Menururt E. P. Pfleider (surface mining)

Tinggi jenjang : L = Lm x Sf
keterangan :
L = tinggi jenjang, m
Lm = maximum cutting height dan alat muat
Sf = swell factor
= 1/3 untuk cara corner cut dan = 0,50 untuk cara
box cut

8) Menurut Hustrulid (open pit mine planning and design)

Pada tambang terbuka, masing-masing jenjang memiliki


permukaan bagian atas dan bagian bawah yang dipisahkan
oleh jarak H yang disebut dengan tinggi jenjang. Kemudian
permukaan sub-vertikal yang tersingkap dan disebut dengan

I - 49
muka jenjang. Semuanya itu digambarkan dengan kaki lereng
(toe), puncak (crest) dan sudut muka jenjang (face angle).
Sudut muka jenjang ini dapat bervariasi tergantung dari
karakteristik batuan, orientasi jenjang dan peledakan. Pada
batuan keras sudut ini bervariasi antara 55 0–800. Bagian-
bagian jenjang tersebut dapat digambarkan pada Gambar
4.3.

Gambar 4.3. Bagian-Bagian Jenjang Menurut Hustrulid

Permukaan jenjang yang tersingkap paling bawah disebut jenjang


dasar (bench floor). Lebar jenjang ini adalah jarak antara crest
dan toe yang diukur sepanjang permukaan jenjang bagian atas.
Lebar bank adalah proyeksi horisontal dari muka jenjang.
Terdapat beberapa tipe jenjang.

Jenjang kerja adalah suatu jenjang dimana dilakukan proses


penambangan. lebar yang digali dari jenjang kerja ini disebut cut.
Lebar jenjang kerja (WB) didefinisikan sebagai jarak dari crest

I - 50
pada jenjang dasar keposisi toe yang baru setelah cut digali (lihat
Gambar 4.4).

Setelah cut dipindahkan maka akan terlihat sisanya adalah


sebagai jenjang pengaman atau jenjang penangkap (catch
bench) dengan lebar SB. Tujuan pembuatan jenjang penangkap ini
adalah :
a. Untuk mengumpulkan material yang meluncur dari jenjang
yang ada di atasnya
b. Untuk memberhentikan pergerakan boulder yang bergerak ke
bawah

Kedua fungsi tersebut dapat digambarkan pada Gambar 4.5.

Gambar 4.4. Penampang Jenjang Kerja

I - 51
Gambar 4.5. Fungsi Jenjang Penangkap

Secara umum lebar dari jenjang penangkap adalah 2/3 dari tinggi
jenjang sedangkan pada akhir umur tambang lebar jenjang
penangkap kadang-kadang dikurangi sampai kira-kira 1/3 dari
tinggi jenjang. Kadang-kadang jenjang ganda (double benches)
ditinggalkan sepanjang final pit seperti pada Gambar 4.6.

Gambar 4.6. Jenjang Ganda Pada Final Pit Limit

I - 52
Sebagai tambahan pada jenjang penangkap, tumpukan material
bongkahan (berm) biasanya sering terdapat di sepanjang crest.
Dengan terdapatnya tumpukan tersebut maka akan terbentuk
suatu saluran antara tumpukan dan kaki lereng (toe) untuk
menangkap batuan yang jatuh (falling rock). Menurut Call (1986)
bahwa geometri jenjang penangkap direkomendasikan untuk
didesain seperti pada Gambar 4.7 dan Tabel 4.2.

Gambar 4.7. Geometri Jenjang Penangkap (Call, 1986)


Tabel 4.2. Dimensi Jenjang Penangkap (Call, 1986)

Bench Impact Berm Berm width Minimum berm


height (m) zone (m) height (m) (m) width (m)
15 3.5 1.5 4 7.5
30 4.5 2 5.5 10
45 5 3 8 13

Berikut ini adalah suatu lereng yang terdiri dari 5 jenjang


(Gambar 4.8) dimana sudut lerengnya dibuat dari garis yang
menghubungkan kaki lereng yang paling rendah sampai ke
puncak lereng yang paling tinggi sehingga kemiringan lereng
keseluruhannya (overall pit slope) dapat dihitung sebagai berikut.

I - 53
 (overall) = tan-1 = 50.4O

Gambar 4.8. Sudut Lereng Keseluruhan


Jika pada Gambar 4.9 terlihat bahwa pada jenjang ketiga
terdapat jalan masuk yang berbelok (acces ramp) dengan lebar
100 ft maka kemiringan lerengnya menjadi :

 (overall) = tan-1 = 39.2O

Apabila pada lereng tersebut terdapat jenjang kerja dengan lebar


125 ft pada jenjang 2 seperti pada Gambar 4.10 maka sudut
lereng keseluruhan menjadi :

I - 54
 (overall) = tan-1 = 36.98O

Gambar 4.9. Sudut Lereng Keseluruhan Dengan Adanya


Ramp
Jika ramp tersebut dibagi menjadi 2 bagian seperti pada Gambar
4.10 yang masing-masing ramp tersebut dapat digambarkan
dengan sudut lereng. Sudut ini disebut sudut antar ramp
(interramp angle). Dalam hal ini berlaku :

IR1 = IR2 = tan-1 = 50.4O

I - 55
Gambar 4.10. Sudut Lereng Antar Ramp (Interramp)

I - 56
Gambar 4.11. Sudut Lereng Keseluruhan Dengan Adanya
Jenjang Kerja

I - 57
BAB V
PERANCANGAN BATAS AKHIR PENAMBANGAN
(PIT LIMIT DESIGN)

5.1. KONSEP DASAR

1) Data yang ada :


Model blok cebakan bijih
Data tekno-ekonomik (termasuk sudut lereng)
Pertanyaannya :
Bagaimana menentukan batas akhir penambangan
(bentuk/geometri dari final pit) ?

2) Kadar Batas Pulang Pokok (Break Even Cut-off Grade) dan


Nisbah Pengupasan Pulang Pokok (Break Even Stripping Ratio)
: berdasarkan data ekonomik dan perolehan (recovery) kita
dapat menghitung BECOG dan membuat suatu tabel yang
menunjukkan BESR untuk berbagai kadar batas.

3) Beberapa algoritma perancangan (penentuan pit limit)


a. Metoda penampang (Manual Cross Section / 2-D)
b. Pemrograman dinamik 2 Dimensi (2-D Dynamic
Programming atau Metoda Lerchs-Grossmann)
c. Metoda Kerusut mengambang (Floating cone) 3-D
d. Metoda tiga dimensi lainnya :
− Teori grafik (Graph theory)
− 3-D Dynamic programming
− Aliran Jaringan (Network Flow)

I - 58
5.2. PERANCANGAN TAMBANG : DEFINISI DAN DASAR
PEMIKIRAN

1) Istilah perancangan tambang biasanya dimaksudkan sebagai


bagian dari proses perencanaan tambang yang berkaitan
dengan masalah-masalah geometrik. Di dalamnya termasuk
perancangan batas akhir penambangan, tahapan (pushback),
urutan penambangan tahunan/ bulanan, penjadwalan
produksi dan waste dump.

2) Aspek perencanaan tambang yang tidak berkaitan dengan


masalah geometrik meliputi kebutuhan alat dan tenaga kerja,
perkiraan biaya kapital dan biaya operasi.

3) Penentuan Batas Penambangan (final pit limit)

a. Tujuan yang ingin dicapai adalah


menentukan batas-batas penambangan pada suatu
cebakan bijih (yakni jumlah cadangan dan kadarnya) yang
akan memaksimalkan nilai bersih total dari cebakan bijih
tersebut sebelum memasukkan faktor nilai waktu dari
uang.
i. Tidak diperhitungkannya nilai waktu
dari uang akan menghasilkan bentuk pit yang paling
besar untuk suatu set parameter ekonomik tertentu.
ii. Dengan menambahkan faktor bunga
(interest), besar pit akan berkurang.

b. Mengapa faktor nilai waktu dari uang tidak


dimasukkan ? Beberapa alasan :
i. Untuk proyek dengan jangka waktu
panjang (misal : lebih dari 15 tahun), tahap-tahap
penambangan terakhir akan memiliki dampak yang
minimal terhadap tingkat pengembalian modal atau
rate of return.

I - 59
ii. Selain itu, untuk proyek yang
berjangka waktu panjang seperti ini, cukup masuk
akal bahwa faktor teknologi yang semakin canggih
akan mengimbangi faktor nilai waktu dari uang.

c. Walaupun butir (a) di atas merupakan


tujuan yang paling umum, ada beberapa kasus terutama
pada cebakan bijih dengan nisbah pengupasan yang
tinggi–dimana nilai waktu dari uang perlu
dipertimbangkan pada tahap awal dari evaluasi.

4) Berapa banyak energi yang harus dicurahkan untuk


menentukan batas penambangan ?

a. Pada fase kelayakan suatu proyek


yang berjangka panjang, tahap-tahap penambangan
terakhir akan memiliki dampak yang minimal terhadap
rate of return. Karena itu, mencurahkan terlalu banyak
waktu untuk perancangan batas penambangan barangkali
kurang memiliki alasan yang kuat.
i. Usaha yang tidak begitu memakan
waktu dapat meliputi penggunaan program floating
cone atau 3-D Lerchs-Grossmann untuk menentukan
pit limit, dan melakukan pengecekan awal apakah
hasilnya masuk akal.
ii. Studi sensitivitas dengan melakukan
perubahan-perubahan kecil pada parameter pokok
seperti sudut lereng, harga komodits, ongkos-ongkos,
dan lain-lain. Akan membantu dalam pemilihan
skenario untuk dasar perancangan.

b. Untuk proyek penambangan dengan


jangka waktu yang relatif singkat, misalnya kurang dari
15 tahun, diperlukan energi dan waktu lebih banyak untuk

I - 60
menentukan batas penambangan, terutama bila lereng
akhir (final pit walls) akan dibuat pada tahap-tahap awal.
Usaha yang lebih serius dapat meliputi perancangan dua
geometri pit yang berbeda, lengkap dengan jalan
angkutnya dan dengan lereng akhir pada berbagai posisi
yang berlainan, kemudian dipilih alternatif mana yang
terbaik.
c. Pada tahap-tahap belakangan,
khususnya ketika lereng akhir dengan nisbah pengupasan
yang relatif besar akan dibuat, energi yang besar perlu
dicurahkan untuk perancangan pit limit ini.
Studi kelayakan yang memakan waktu beberapa bulan
dapat dilakukan. Beberapa alternatif rancangan dapat
dibuat untuk melihat detail dari penjadwalan produksi,
kebutuhan alat serta ongkos-ongkos.

5.2.1. Metoda Penampang 2 Dimensi

1) Penentuan batas penambangan secara manual membutuhkan


pertimbangan-pertimbangan yang sifatnya subyektif. Dua
orang yang berbeda mungkin akan memperoleh batas-batas
penambangan (pit limit) yang tidak persisi sama.

2) Deskripsi metoda penampang (2-D manual cross-sectional


method)

a. Mulai dengan model blok (skala horisontal =


skala vertikal). Tentukan sudut lereng keseluruhan. Hitung
BECOG dan buat tabel yang menunjukkan BESR untuk
berbagai kadar batas.

b. Untuk setiap penampang tentukan batas


penambangan (trial pit limit) pada sudut lereng tersebut.
Tentukan posisi lereng akhir dimana BESR kumulatif dari

I - 61
blok-blok bijih akan dapat membayar pengupasan tanah
penutupnya.

c. Pindahkan trial pit limit dari penampang


vertikal (cross section) ke horisontal (level/plan map).
Dalam memindahkan rancangan pit, hanya titik-titik pada
level dimana terjadi perubahan rancangan yang berarti
perlu dipindahkan.
Level atau jenjang yang penting meliputi bagian atas dan
bawah dan lereng yang panjang, dan jenjang dimana
sudut lereng berubah. Tidak semua titik pada setiap
jenjang perlu dipindahkan.

d. Buat kontur batas penambangan pada


penampang horisontal. Rancangan batas akhir
penambangan harus cukup halus. Menghubungkan setiap
titik secara kaku pada level map tidak akan memberikan
hasil yang diinginkan. Beberapa titik pada level map ini
mungkin harus diabaikan.
e. Untuk penampang-penampang (sections) di
dekat ujung cebakan bijih, sudut lereng dapat dibuat
sedikit lebih landai.
f. Kuantitas dan kadar cadangan yang
terdapat di dalam batas penambangan dapat
ditabulasikan dari jumlah, berat dan kadar blok di tiap-
tiap jenjang.

3) Asumsi Implisit metoda penampang 2-D


a. Walau bagaimanapun, penambangan di bagian tengah
dari cadangan pasti akan terjadi. Kita hanya perlu
menetapkan batas penambangan yang paling luar saja.
b. Cebakan bijih memiliki bentuk cukup memanjang ke arah
yang tegak lurus dari penampang-penampang vertikal
yang digunakan.

I - 62
4) Pedoman pokok dalam menentukan batas penambangan
a. Setiap blok bijih yang akan ditambang harus dapat
membayar atau mendukung pengupasan (stripping)
dirinya sendiri.
b. Jika sebuah blok bijih dapat ditambang karena kontribusi
dari blok-blok bijih lain yang terletak diatasnya (dan pada
jalur penambangan blok ini), maka blok bijih ini harus
ditambang. Kontribusi dari tiap-tiap blok dapat
dijumlahkan, jadi rata-rata untuk beberapa blok
diperbolehkan.
c. Jika dua blok bijih yang terpisah satu sama lain dapat
ditambang karena kontribusi simultan dari pengupasan
waste yang sama, maka kedua blok ini harus ditambang.
d. Tidak ada blok waste yang boleh ditambang kecuali bila ia
terletak pada jalur penambangan dari suatu blok bijih
yang terletak di bawahnya.
5.2.2. Pemrograman Dinamik 2-D (Metoda Lerchs-
Grossman)

1) Pemrograman Linier vs. Pemrograman Dinamik


a. Pemrograman linier (linier programing) dirancang
untuk proses suatu tahap. Biasanya di dalamnya tidak
terlibat elemen waktu atau urut-urutan berdasarkan
waktu (one shot decision).
T (D,S) S’
Masukan keluaran
S S’
Return R1
Solusi optimal (yaitu nilai-nilai keputusan) diperoleh
dengan mengikuti algoritma simplex.
Tujuan : mengoptimalkan R1.

I - 63
b. Pemrograman dinamik (dynamic programming)
ditujukan untuk proses beberapa tahap (multi-stage
process). Biasanya melibatkan elemen waktu dari
keputusan-keputusan yang berurutan (sequential
decisions). Critical Path Method atau CPM adalah suatu
contoh baik. Proses multi tahap merupakan uatu masalah
dimana keputusan yang berurutan harus diambil,
dansetiap keputusan akan mempengaruhi ruang lingkup
pengambilan keputusan berikutnya.

n
Tujuan : mengoptimalkan R =  RI dengan memilih
secara tepat
i=1
nilai-nilai variabel keputusan. Solusi optimal diperoleh
dengan mengikuti prinsip Optimalitas Dinamik dari
Bellman yang intinya: apapun yang telah kita lakukan
dimasa yang lalu, keputusan-keputusan mendatang harus
optimal relatif terhadap situasi saat ini. Solusi optimal ini
merupakan suatu kumpulan-kumpulan keputusan yang
berurutan, misalnya sebuah kebijakan (policy)

2) Pemrograman Dinamik 2- Dimensi (Metoda Lerchs-Grossman)


Memiliki motivasi bahwa pada dasarnya penentuan batas
penambangan yang ‘optimum’ menggunakan penampang (2-
D cross section) mudah dilakukan.

3) Asumsi-asumsi dasar
a. Nilai ekonomik tiap blok diketahui/dapat
dihitung.

I - 64
b. Sudut lereng keseluruhan diberikan sebagai
masukan.
c. Tujuan : memaksimalkan keuntungan total
(nilai material yang ditambang dikurangi ongkos
penambangan)

4) Algoritma
a. Sudut lereng
i. Jika ukuran blok dalam model sudah
pasti, tentukan jumlah blok ke atas dan ke bawah
untuk setiap blok (pada penampang) yang paling
mendekati kendala sudut lereng.
ii. Jika ukuran blok masih dapat diatur,
pilihlah sedemikian rupa sehingga geometri ukuran
blok sesuai dengan sudut lereng.
b. Hitung nilai ekonomik dari tiap blok, yaitu
pendapatan dari nilai jual dikurangi ongkos penambangan
blok tersebut, ongkos pengolahan dan ongkos G&A
(general & administrative costs = overhead). Nilai
ekonomik ini kita sebut sebagai nilai pertama dari blok
atau mij. Pada penampang 2-dimensi, blok (i,j) terletak
pada baris i dan kolom j.
c. Hitung jumlah nilai ekonomik dari blok-blok yang berada
di satu kolom dengan blok (i,j). Ini kita definisikan sebagai
nilai kedua dari blok atau Mij.
i
Mij =  mkj
k=1
d. Pada penampang kita tambahkan baris 0, lalu hitung nilai
ketiga dari blok atau Pij sebagai berikut.
Poj = 0

Kemudian, untuk tiap kolom mulai dari kolom 1 :


Pij = Mij + max (Pi+k,j-1) untuk k = -1,0,1

I - 65
e. Beri tanda panah untuk menandai maksimum dari blok
(i,j) ke blok (i+k,j-1) tanda panah ini harus mengarah dari
kanan ke kiri.
i. Untuk kolom pertama (j = 1),
buatlah Pij = Mij
ii. Pij mewakili nilai paling besar yang
dapat diperoleh dari penambangan blok (i,j) dan
semua blok di atasnya, serta blok-blok di sebelah
kirinya

f. Pilih jalur optimal (yang akan menandai


kontur permukaan tambang atau batas penambangan)
dengan mencari kolom j yang memiliki nilai P ij positif dan
terbesar di permukaan (di baris 1).
i. Kontur batas penambangan akan
diperoleh dengan mengikuti arah anak panah dari
kanan ke kiri, mulai dari blok ini.
ii. Jika nilai Pij di permukaan (baris 1)
semua negatif, berarti tidak ada blok yang ekonomik
untuk ditambang pada penampang yang
bersangkutan.

Langkah-langkah tersebut di atas dapat direpresentasikan sebagai


berikut.

Gambar 5.1. Geometri Badan Bijih Untuk Contoh


Lerchs-Grossman 2-D (Hustrulid & Kutcha,1995)

I - 66
Gambar 5.2. Nilai Ekonomik Mula-Mula dari Setiap Model
Blok
(Hustrulid & Kutcha,1995)

Gambar 5.3. Nilai Ekonomik Akhir dari Setiap Model Blok


(Hustrulid & Kutcha,1995)

Gambar 5.4. Perhitungan dari Penjumlahan Kumulatif


Untuk Kolom 6 (Hustrulid & Kutcha,1995)

I - 67
Gambar 5.5. Kumulatif Penjumlahan Yang Lengkap
(Hustrulid & Kutcha,1995)

Gambar 5.6. Prosedur Penentuan Arah Nilai Kumulatif


Maksimum dan Minimum (Hustrulid & Kutcha,1995)

I - 68
Gambar 5.7. Pergerakan Proses penjumlahan Pada Kolom
7
(Hustrulid & Kutcha,1995)

Gambar 5.8. Penentuan Pit dan Nilai Total Dengan Anak


Panah
(Hustrulid & Kutcha,1995)

I - 69
Gambar 5.9. Nilai Blok Individu Untuk Dua Bagian Pit
(Hustrulid & Kutcha,1995)

Gambar 5.10. Proses Penjumlahan Pada Seluruh Bagian


(Hustrulid & Kutcha,1995)

Gambar 5.11. Penentuan Pit Yang Optimum


(Hustrulid & Kutcha,1995)

Gambar 5.12. Perpaduan Batas akhir Pit Yang Optimum


Pada Blok Model (Hustrulid & Kutcha,1995)

I - 70
5.2.3. Metoda Kerucut Mengambang (Floating Cone 3-
Dimensi)

1) Tujuan
a. Menentukan batas akhir satu tambang terbuka (ultimate
pit limit) dengan menggunakan analisis ekonomik pulang
pokok (break even economic analysis).
b) Sasaran yang ingin dicapai dalam penentuan batas
akhir penambangan mengharuskan batas akhir tersebut
dihitung menggunakan dasar ekonomik pulang pokok.
c) Keuntungan dari menambang tahapan bijih
terakhir harus tepat membayar biaya pengupasan lapisan
penutupnya.

2) Masukan Data Yang diperlukan


a) Model Blok Cadangan Bijih
i. Model komputer yang membagi cebakan bijih menjadi
blok-blok yang seragam
ii. Tiap blok memiliki informasi tentang tofografi, geologi
dan taksiran kadar mineral
iii. Informasi yang disimpan dalam tiap blok cukup untuk
menghitung nilai ekonomiknya dari data ekonomi yang
ada
b) Data Ekonomik
i. Harga komoditas (Cu, Au, Ag, Mo, ...... dll)
ii. Semua ongkos-ongkos yang berkaitan dengan
penambangan dan pengolahan bijih :
− Ongkos penambangan per ton bijih
− Ongkos penambangan/pengupasan per ton lapisan
penutup
− Ongkos pengolahan (penggerusan, milling/leaching)
per ton bijih
− Perolehan (recovery) dari proses pengolahan

I - 71
− Ongkos peleburan, pemurnian dan pengangkutan
(SRF) per unit produk akhir komoditas
− Perolehan (recovery) dari peleburan dan pemurnian
− Ongkos umum dan administrasi (G&A) per ton bijih
− Ongkos royalti
c) Data Sudut Lereng
i. Satu sudut lereng yang sama untuk pit , atau
ii. Sudut lereng yang bervariasi dengan zona-zona di pit
d) Lebar Pit Bottom Minimum – cukup untuk ruang kerja
peralatan

3) Algoritma floating cone bekerja dalam dua tahap :


a) Pada tahap pertama, taksiran kadar blok dan
parameter ekonomik (harga komoditas, ongkos
penambangan dan pengolahan, perolehan dan royalti)
digunakan untuk membuat suatu model blok ekonomik.
Setiap blok memiliki nilai moneter, blok bijih nilainya
positif dan blok lapisan penutup (waste) negatif. Nilai
uang ini mewakili keuntungan bersih dari penambangan
blok yang bersangkutan.
b) Pada tahap kedua analisis kerucut mengambang
dilakukan terhadap blok-blok dalam model, dari atas ke
bawah. Dasar (bagian lancip) dari suatu kerucut terbalik
diletakkan di pusat setiap blok bijih (blok yang nilainya
positif)
i. Suatu analisis ekonomik kemudian dilakukan dengan
menjumlahkan nilai uang dari seluruh blok di dalam
kerucut terbalik ini. Jika hasilnya positif, semua blok
ini harus ditambang/dikeluarkan dari model dan tidak
lagi diperhitungkan dalam analisis berikutnya.
ii. Kerucut ini digerakkan secara sistematis dalam model
blok hingga semua material yang ekonomis habis
ditambang. Kerucut dimulai dari atas dan bergerak ke

I - 72
bawah, kemudian mulai lagi dari atas model blok
untuk mengambil blok-blok yang mungkin sekarang
menjadi ekonomis karena pengupasan material waste
oleh blok-blok bijih di bawahnya. Ini akan berlangsung
hingga tak ada lagi material yang dapat ditambang.
iii. Dinding lereng dari kerucut ini memililki sudut yang
sama dengan sudut lereng tambang yang ditentukan.
iv. Jari-jari penambangan minimum atau lebar minimum
pada pit bottom merupakan salah satu masukan.
Biasanya jari-jari ini dibuat berukuran 1,5 kali ukuran
blok, sehingga lebar minimum di pit bottom adalah 9
blok (cukup untuk beroperasinya peralatan).
v. Analisis kerucut mengambang ini
menggunakan pendekatan blok utuh terdekat. Jadi,
jika pusat blok berada di dalam kerucut maka seluruh
blok itu dianggap berada dalam kerucut.
vi. Sembarang bentuk pit dapat didekati
dengan membuat kerucut-kerucut overlapping satu
sama lain. Overlap dimungkinkan karena blok-blok
yang ditambang pada kerucut sebelumnya berubah
statusnya menjadi blok udara, sehingga tidak lagi
diperhitungkan dalam analisis ekonomik kerucut
berikutnya. Jika semua kerucut terbalik ini kita
gabungkan, sebuah geometri pit akan terbentuk.
Selubung paling luardari bentu pit ini berada pada
posisi pulang pokok relatif terhadap data masukan
(input) yang kita berikan.

4) Aspek lain : Penerapan metoda kerucut mengambang untuk


perancangan penahapan penambangan (pushback)
a) Jika harga komomditas diturunkan, BECOG akan naik dan
BESR akan turun. Geometri kerucut mengambang yang

I - 73
diperoleh akan menjadi lebih kecil dan cadangan
tertambangnya lebih kecil pula.
b) Jika harga komoditas terus diturunka, akan diperoleh
suatu serial geometri pit (bentuk/geometri open pit dari
besar ke kecil). Proses penambangannya akan
mentargetkan dulu blok-blok dengan potensi keuntungan
paling besar (untuk harga komoditas paling rendah). Blok-
blok yang merupakan target berikutnya secara bertahap
akan ditambang hingga batas akhir dari pit tercapai (pada
harga komoditas yang diproyeksikan)
c) Serial geometri ini menjadi indikator atau pedoman
urutan pengambilan bijih. Hal ini amat berguna dalam
merancang tahap-tahap penambangan (phase/pushback
design).

Berikut ini adalah cara mengoptimasi pit limit dengan cara


floating cone 3D dengan data nilai ekonomik dari setiap blok
model yang sama dengan pada Lerch-Grossman 2D.

Gambar 5.13. Nilai Ekonomik Model Blok Untuk Floating


Cone
(Hustrulid & Kutcha,1995)

I - 74
Gambar 5.14. Keadaan Setelah Membuat Floating Cone 2
Baris
(Hustrulid & Kutcha,1995)

Gambar 5.15. Keadaan Setelah Membuat Floating Cone 3


Baris
(Hustrulid & Kutcha,1995)

I - 75
Gambar 5.16. Keadaan Setelah Membuat Floating Cone 4
Baris
(Hustrulid & Kutcha,1995)

Gambar 5.17. Keadaan Setelah Membuat Floating Cone 5


Baris
(Hustrulid & Kutcha,1995)

Gambar 5.18. Keadaan Setelah Membuat Floating Cone 6


Baris
(Hustrulid & Kutcha,1995)

Pada Gambar 5.18 terlihat bahwa hasil penentuan pit yang


optimum dengan cara floating cone memberikan hasil yang sama
dengan cara Lerchs-Grossman.

Contoh Soal :

I - 76
Dengan menggunakan pendekatan kerucut mengambang
(floating cone) yang benar, hitunglah keuntungan bersih yang
akan diperoleh dari penampang tambang terbuka di bawah ini.
Tunjukan pula blok-blok yang akan ditambang/tidak akan
ditambang.

Permukaan

45o sudut lereng

1 2
3

nilai blok 1 = Rp. 80 juta


nilai blok 2 = Rp. 100 juta
nilai blok 3 = Rp. 20 juta
Ongkos Penggalian/penambangan = Rp. 10 juta/blok

Catatan :
Nilai blok adalah gross income dikurangi biaya pengolahan
dan biaya tak langsung, tetapi tidak termasuk biaya
penambangan.

Jawaban :

1 2

Blok yang ditambang

Blok yang tidak ditambang

I - 77
Net profit = nilai blok 1 + nilai blok 2 - ongkos
penggalian/penambangan
= 80 juta + 100 juta - (12 x 10 juta)
= 180 juta – 120 juta
= 60 juta

PEKERJAAN RUMAH 4

Topik : Penentuan Ultimate Pit Limit dengan Metode


Manual
Buatlah Resume mengenai Metode Penampang 2 Dimensi Secara
Manual.

PEKERJAAN RUMAH 5

Topik : Penentuan Ultimate Pit Limit dengan Metode Lerchs-Grossman

I - 78
Suatu penampang blok model dengan Net Value untuk tiap-tiap
blok sebagai berikut

- - - - - - - -
2 2 2 2 2 2 2 2
- 3 3 3 3 3 3 -
8 8
- 1 1 1 1 1 1 -
1 1
5 5
- - - - - - - -
2 7 7 7 7 7 7 2
3 3

1. Tulis prosedur dasar untuk penggunaan metode Dynamic


Programming (Lerchs-Grossman) bagi penentuan Ultimate Pit
Limit!
2. Berikan komentar atas hasil yang diperoleh!

PEKERJAAN RUMAH 6

Topik : Evaluasi Ekonomi Pit dengan metode Kerucut


Mengambang (Floating Cone)

Wakil Direktur operasi suatu perusahaan pertambangan emas skala kecil


meminta Saudara untuk memeriksa kembali pit yang dihasilkan oleh

I - 79
stafnya dengan mennggunakan metode floating cone. Data-data
ekonomi yang digunakan untuk floating cone adalah sebagai berikut :
Biaya penambangan per total ton $ 0.591
Biaya pengolahan per ton bijih $ 1.80
Biaya Umum dan Administrasi per ton bijih $ 0.50
Perolehan emas 85.6 %
Harga emas per troy ounce $ 400
Kemiringan lereng 45
Saudara melakukan perhitungan menggunakan metode floating cone
dengan parameter yang sama dan mendapatkan geometri pit yang lebih
kecil. Gambar 1 menunjukkan pit klien anda dan gambar 2 menunjukkan
hasil perhitungan anda. Dengan perbandingan sebagai berikut:

Perbandingan Hasil Floating Cone.


Dengan Cutoff Grade 0.007 oz/ton
Kton bijih Emas (oz/ton) Total Kton
Pit klien 3.160 0.0207 11.010
Pit anda 2.656 0.0219 7.686

Saudara sangat yakin bahwa hasil perhitungan saudara betul, tetapi


perlu didemonstrasikan secara analitis pada kasus ini. Anda
memutuskan untuk melakukan suatu analisis ekonomi pada material
pada pit dan pada selisih perbedaannya.
1. Lakukan analisis ekonomi pada material pit dan increment
dengan melengkapi tabel terlampir. Kadar selisih adalah
0.0144 oz/ton. Darimana kadar selisih tersebut berasal?
2. Apakah pit klien anda memiliki geometri yang layak pada
harga emas $ 400? Jika ya mengapa? Dan jika tidak
mengapa?

Pit Pit anda Selisih


klien
Kton bijih
Kadar emas (oz/ton)
Emas yang dikandung (koz)
Perolehan pengolahan
Emas yang diperoleh (koz)
Kton total yang ditambang
Harga emas ($ per troy oz)
Pendapatan kotor ($x1000)
Biaya penambangan per total

I - 80
ton
Biaya pengolahan per ton bijih
Biaya umum & administrasi per
ton bijih
Biaya penambangan total
($x1000)
Biaya pengolahan total ($x1000)
Biaya umum & administrasi total
($x1000)
Biaya total ($x1000)
Keuntungan bersih ($x1000)
Biaya total per oz yang
diperoleh ($)

I - 81
Gambar 1.
Pit Klien

I - 82
Gambar 2.
Pit Anda

BAB VI

I - 83
PENJADWALAN PRODUKSI

6.1. PENDAHULUAN

1) Suatu penjadwalan produksi tambang menyatakan, dalam


periode waktu (misalnya tahun), ton bijih, kadar dan
pemindahan material total yang akan dihasilkan oleh
tambang tersebut.
2) Sasarannya adalah menghasilkan suatu jadwal untuk
mencapai beberapa sasaran/kriteria ekonomik seperti
memaksimumkan Net Present Value (NPV) atau Rate Of
Return (ROR). Kriteria lain di antaranya dapat menghasilkan
suatu kuantitas material semurah mungkin, dll.
3) Fokus kita adalah perencanaan jangka panjang. Kita akan
menghasilkan suatu jadwal produksi dan kemudian
menentukan kebutuhan peralatan untuk mengoperasikan
jadwal tersebut. Pada penjadwalan jangka pendek fokusnya
mungkin berbeda; dengan kendala jumlah peralatan, kita
menentukan jadwal yang terbaik.
4) Selama proses penjadwalan, evaluasi beberapa alternatif
sering dilakukan.
5) Data masukan dasar adalah penyataan tonase dari tahap-
tahap penambangan yaitu tabulasi ton dan kadar per jenjang
dari material yang akan ditambang untuk tiap tahap.

6.2. ASUMSI AWAL YANG DIPERLUKAN UNTUK


MENGEMBANG-KAN SUATU JADWAL

1) Tingkat produksi bijih untuk tiap periode waktu


a. Dapat ditentukan dengan studi perbandingan tingkat
produksi.

I - 84
b. Tingkat produksi dapat berubah dengan waktu.
2) Cut off grade untuk tiap periode waktu.
Beberapa jadwal sering dibuat untuk mengevaluasi strategi
cutt off grade yang berbeda.
3) Dua butir di atas akan mempengaruhi jadwal pengupasan
tanah penutup.

6.3. PENGAMATAN TERHADAP TABULASI CADANGAN PER


JENJANG UNTUK TIAP TAHAP

1) Jenjang atas biasanya terdiri dari tanah penutup yang harus


dikupas
2) Jenjang dasar umumnya terdiri kebanyakan dari bijih. Bijih ini
merupakan sumber yang akan menjaga kelangsungan pabrik
pengolahan
3) Pada elevasi berapa akan terjadi peralihan dari tanah penutup
ke bijih ?
4) Suatu kriteria dalam nisbah kupas. Pada jenjang ke berapa
nisbah kupas akan lebih rendah dari nisbah kupas rata-rata ?

6.4. KEBUTUHAN PENGUPASAN PRA PRODUKSI

1) Berapa banyak material/tanah penutup yang harus dikupas


selama masa pra-produksi ?
2) Jumlah minimum adalah material/tanah penutup yang harus
dipindahkan dari pushback/tahap pertama sehingga pushback
ini akan menjadi sumber penambangan bijih untuk produksi
tahun pertama.
3) Proses penjadwalan dapat mengindikasikan jumlah
material/tanah penutup yang disebut diatas, jadi mungkin
perlu dilakukan pengupasan pada pushback kedua, dan
seterusnya.

I - 85
4) Material bijih yang ditambang selama pra-produksi biasanya
ditumpuk di dekat crusher dan menjadi bagian dari bijih untuk
tahun pertama.

6.5. PENENTUAN JADWAL PENGUPASAN MATERIAL


PENUTUP

1) Jadwalkan bijih dari tahap-tahap penambangan (pushback)


sesuai urutannya.
Untuk tiap periode waktu, kumulatif waste dibagi dengan
jumlah tahun. Hasilnya memberikan tingkat produksi rata-rata
yang diperlukan untuk memperoleh bijih.
2) Tabulasikan waste (atau material total) berdasarkan tahun.
3) Puncak pemindahan waste berhubungan dengan pra-
pengupasan yang dibutuhkan pada setiap tahap. Kita ingin
meratakan jadwal produksi waste dengan pemindahan tanah
penutup ini jauh dimuka, misalnya mulai pengupasan
pushback sebelum bijih diperlukan.
a. Untuk tiap periode waktu, kumulatif waste dibagi
dengan jumlah tahun. Hasilnya memberikan tingkat
produksi waste rata-rata yang diperlukan untuk
memperoleh bijih.
b. Hitung nilai kumulatif waste maksimum dibagi
dengan jumlah tahun. Hasilnya adalah tingkat produksi
waste per tahun untuk penjadwalan yang baik dan rata.
c. Penjadwalan pertama adalah untuk melampaui
puncak tertinggi kemudian mengatur kembali persoalan
tersebut untuk puncak berikutnya.

6.6. KESEIMBANGAN JADWAL

I - 86
1) Saat ini kita telah mempunyai tingkat produksi bijih dan
pemindahan material total berdasarkan perioda waktu.
2) Langkah berikutnya adalah menambang dari tahap bijih
utama dan dari tahap yang memerlukan pengupasan selama
satu periode waktu untuk mencapai sasaran produksi
a. Persoalannya adalah akan ada waste di dalam bijih dan
sebagian bijih terdapat di dalam material waste.
b. Harus diseimbangkan sehingga jumlah bijih dari semua
sumber mencapai target pula.
i. trial and error (metode coba-coba)
ii. simultaneous equations
(menggunakan persamaan serentak)
3) Setelah bijih dan waste (atau material total) dari tiap tahap
ditentukan untuk suatu periode waktu, kadar untuk tahun itu
dapat ditentukan sebagai ton rata-rata berbobot untuk bijih
yang ditambang.

6.7. KOMENTAR LAIN-LAIN

1) Kebutuhan bijih tahun pertama harus dikurangi sehingga


jumlah bijih yang dikumpulkan selama pra-produksi dan yang
ditambang selama tahun pertama sama dengan sasaran
pabrik tahun pertama.
2) Untuk pabrik yang besar, adalah biasa mengurangi sasaran
produksi tahun pertama misalnya 75% dari kapasitas.
3) Adalah sangat sulit mencegah kesalahan numerik. Lakukan
pengecekan sebanyak mungkin, antara lain :
a. Bila suatu tahap/pushback selesai, pastikan bahwa
material yang ditargetkan setiap tahun untuk tahap
tersebut sama jumlahnya dengan jumlah material tahap
tersebut untuk bijih dan waste

I - 87
b. Buat suatu tabel untuk tiap tahun yang memperlihatkan
material berdasarkan pushback
4) Selama proses penjadwalan mungkin terdapat batasan
penambangan lain yang tidak diperhitungkan
a. Total ton yang dapat ditambang dari suatu tahap selama
satu tahun.
b. Total jumlah jenjang yang dapat ditambang dari satu tahap
selama satu tahun.

6.8. PETA TAMBANG

1) Setelah proses penjadwalan dilakukan, maka akan sangat


mudah membuat gambar konseptual tentang keadaan
tambang pada akhir setiap tahun.
2) Kita akan mengetahui jenjang mana yang ditambang dari tiap
tahap selama satu tahun dan kita mempunyai rancangan
untuk tiap tahap.
3) Adalah penting membuat peta agar kita dapat mengetahui
apakah jadwal yang telah dibuat dapat dilaksanakan.
a. Check akses ke daerah yang diperlukan.
b. Pastikan bahwa suatu jumlah material yang sangat
banyak tidak harus keluar dari satu jalan angkut.

6.9. STRATEGI KADAR BATAS (CUT OFF GRADE STRATEGY)

1) Dapat ditunjukkan bahwa untuk suatu tambang yang


mempunyai batas keuntungan yang cukup memadai, jadwal
yang terbaik (di dalam pengertian pemaksimuman NPV atau
ROI) akan dimulai pada cut off yang lebih tinggi dari break
even selama tahun-tahun awal dan menurun ke internal cut
off grade pada saat menuju ke akhir umur tambang.

I - 88
2) Kan Lane menjelaskan mengapa hal ini terjadi pada teori
ekonomik dari cut off grades.
3) Tambang dengan umur yang pendek dan keuntungan yang
margin akan mulai pada strategi internal cut off grade pada
wal dan tetap pada kadar batas ini untuk keseluruhan umum
tambang.
4) Dengan sebuah program yang secara cepat dapat
mengevaluasi jadwal, strategi cutoff yang terbaik dapat
ditentukan dengan cara trial and error.
5) Rule of Thumb yang lain adalah mencoba mencapai
penghasilan sekitar dua kali biaya operasi untuk 4 atau 5
tahun pertama dari umur tambang. Hal ini akan memberikan
pengembalian modal yang cepat (quick pay off capital).

Kelemahan metoda manual, jika ada parameter rancangan yang


berubah, maka prosesnya harus diulang kembali. Kelemahan lain
adalah tiap pit dapat dirancang per penampang, tetapi jika telah
digabung dan dihaluskan, hasilnya tidak menggambarkan pit
secara keseluruhan dengan baik.

Penggunaan metoda komputer dapat menangani jumlah data dan


alternatif yang lebih banyak dibandingkan dengan metoda
manual. Komputer merupakan alat yang baik untuk memisahkan,
memproses dan menunjukkan data dari proyek penambangan.

Penggunaan metoda komputer dapat dibagi atas dua kelompok :

a. Computer assisted methods

Perhitungan dilakukan komputer di bawah pengawasan langsung


desainer. Komputer tidak mengerjakan rancangan seluruh
rancangan tetapi hanya melakukan perhitungan dengan
pengawasan desainer terhadap prosesnya. Contohnya akan

I - 89
diberikan pada metoda Lerch-Grossman pada 2 dimensi dan
metoda incremental pit expansion pada 3 dimensi.

b. Automated methods

Metoda ini sangat baik dalam merancang ultimate pit untuk


memberikan pembatasan-pembatasan fisik dan ekonomi tanpa
campur tangan insinyur. Satu kategori dari automated mehods
adalah melibatkan teknik mengoptimalkan secara matematis
dengan menggunakan program linear, program dinamik, atau
aliran kerja. Kategori kedua menggunakan metoda seperti
floating cone methods, tetapi belum tentu merupakan metoda
yang paling optimal. Semakin murahnya biaya memproses
dengan komputer maka lebih baik digunakan automated
methods untuk masa mendatang.
Karakter lain yang membedakan tipe metode komputer adalah
penggunaan salah satu dari blok secara keseluruhan dari
penambangan. Dalam metode blok keseluruhan, setiap blok
ditambang sebagai satu unit atau ditinggalkan secara utuh,
sedangkan dalam metoda blok pembagian satu bagian dari blok
dapat ditambang. Setiap tipe memiliki keuntungan sendiri.

Berikut ini adalah contoh penjadwalan produksi dari suatu


penambangan bijih yang dapat memberikan nilai NPV optimum.

Contoh Soal :

Berdasarkan hasil interpretasi geologi dan perencanaan tambang


diperoleh gambaran blok penambangan bijih sebagai berikut.

W W W W W W W W W W
O O O O O O O O O O

keterangan :W = waste
O = ore
Berdasarkan hasil kajian kelayakan awal diperoleh data bahwa :
● net value tiap ‘ore’ blok adalah US$ 2.0

I - 90
● biaya untuk menambang ‘waste’ tiap blok adalah
US$ 1.0
● laju produksi per tahun adalah 5 blok
● interest rate diasumsikan 10 % (present value
factor : 1/ (1+1)0)
Berdasarkan hasil perencanaan diperoleh 3 (tiga) skenario
penjadwalan produksi sebagai berikut.
1) Pengupasan 5 blok waste diikuti oleh penambangan 5 blok
ore
2) Pre-stripping selama 1 tahun kemudian dilanjutkan oleh
penambangan 3 blok ore/tahun dan pengupasan 2 blok
waste/tahun.
3) Pengupasan waste diupayakan lebih dulu 1 blok dibandingkan
penambangan ore.
Tugas kita adalah menentukan skenario penjadwalan produksi
yang mana diantara 3 (tiga) skenario diatas yang akan
diterapkan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Menggambarkan kemajuan penambangan blok tiap skenario
tiap tahun.
b. Menghitung besarnya Net Present Value untuk tiap skenario.
c. Berdasarkan nilai Net Present Value tentukan skenario
penambangan yang akan diterapkan.

I - 91
Gambar 6.1. Tahapan Penambangan – Skenario 1
(Hustrulid & Kutcha,1995)

-$5 -$5 $10 $10


NPV = + + +
(1.10)1 (1.10)2 (1.10)3 (1.10)4

= -$4.55 - $4.13 + $7.51 + $6.83 = $5.66

Gambar 6.2. Tahapan Penambangan – Skenario 2


(Hustrulid & Kutcha,1995)

-$5 $4 $4 $7
NPV = + + +
(1.10)1 (1.10)2 (1.10)3 (1.10)4

= -$4.54 + $3.31 + $3.01 + $4.78 = $6.56

I - 92
Gambar 6.3. Tahapan Penambangan – Skenario 3
(Hustrulid & Kutcha,1995)

$1 $2.50 $2.50 $4
NPV = + + +
(1.10)1 (1.10)2 (1.10)3 (1.10)4

= $0.91 + $2.07 + $1.88 + $2.73 = $7.59

I - 93
Dengan melihat nilai NPV untuk setiap skenario, maka skenario
penambangan bijih yang akan diterapkan adalah skenario ke-3
dengan nilai NPV yang paling besar.

PEKERJAAN RUMAH 7

Topik: Penjadwalan Produksi


Tabel di bawah ini menunjukkan banyaknya bijih dan waste pada
jenjang untuk 3 fase suatu tambang terbuka. Gambar terlampir
menunjukkan geometri bijih dan waste. Buat jadwal produksi
untuk badan bijih tersebut. Tandai gambar tersebut untuk
menunjukkan jenjang yang mana yang ditambang dari setiap
fase pada periode fase tersebut.

Gunakan kriteria berikut ini:


1. Tingkat produksi bijih yang diinginkan adalah 7 unit per tahun
untuk jangka waktu proyek 10 tahun .
2. Pada tahap pra produksi tidak melakukan penambangan bijih
tetapi harus dapat menambang bijih mulai pada tahun 1.
3. Seluruh fase harus ditambang berdasarkan urutan jenjang.
Anda tidak dapat menambang bijih pada fase 2 dari jenjang 7
sebelum waste pada jenjang 1-6 ditambang.
4. Buat jadwal pemindahan waste sebaik mungkin (setelah
target pemindahan waste dari tahap pra produksi tercapai).

I - 94
Data Tonase Fase Penambangan
Fase 1 Fase 2 Fase 3 Total
Jenjan Biji Wast Bijih Wast Bijih Waste Bijih Waste
g h e e
1 0 13 0 3 0 3 0 19
2 0 12 0 3 0 3 0 18
3 7 4 0 3 0 3 7 10
4 7 3 0 3 0 3 7 9
5 7 2 0 3 0 3 7 8
6 7 1 0 3 0 3 7 7
7 7 3 0 3 7 6
8 7 2 0 3 7 5
9 7 1 0 3 7 4
10 7 3 7 3
11 7 2 7 2
12 7 1 7 1
Total 28 35 21 24 21 33 70 92

Jadwal Produksi Penambangan menunjukkan Distribusi Material Per


Fase Per Tahun
Fase 1 Fase 2 Fase 3 Total
Tahun Biji Waste Bijih Waste Bijih Wast Biji Wast
h e h e
PP
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Total 28 35 21 24 21 33 70 92

I - 95
I - 96
BAB VII
PERANCANGAN PIT DAN PUSHBACK

7.1. PENDAHULUAN

1) Pembahasan akan ditekankan pada perancangan geometri


yang dapat ditambang dengan masukan geometri pit yang
dihasilkan oleh program floating cone.

I - 97
2) Dinding-dinding lereng dari tambang (pit walls) harus
diperhalus, dan jalan masuk ke tambang harus
diperhitungkan dalam perencanaan.
3) Dalam bab ini kita akan membahas pula sudut lereng dan jalan
angkut.
4) Perancangan pentahapan tambang (mining phases/pushback)
akan dibahas pula.

7.2. SUDUT LERENG

1) Geometri Jenjang
T Geometri jenjang terdiri dari tinggi jenjang, sudut
lereng jenjang tunggal, dan lebar dari jenjang penangkap
(catch bench). Rancangan geoteknik jenjang biasanya
dinyatakan dalam bentuk parameter-parameter untuk
ketiga aspek ini.
T Tinggi jenjang : Biasanya alat muat yang
digunakan harus mampu pula mencapai pucuk atau
bagian atas jenjang. Jika tingkat produksi atau faktor lain
mengharuskan ketinggian jenjang tertentu, alat muat
yang akan digunakan harus disesuaikan pula ukurannya.
c. Sudut lereng jenjang : penggalian oleh alat gali mekanis
seperti loader atau shovel di permukaan jenjang pada
umumnya akan menghasilkan sudut lereng antara 60–65
derajat. Sudut lereng yang lebih curam biasanya
memerlukan peledakan pre-splitting.
d. Lebar jenjang penangkap : ditentukan oleh
pertimbangan keamanan. Tujuannya adalah menangkap
batu-batuan yang jatuh. Perlu bulldozer kecil atau grader
untuk membersihkan catch bench ini secara berkala.
T Di beberapa tambang terkadang digunakan konfigurasi
multi-jenjang (double/triple bench), pada umumnya untuk jenjang

I - 98
yang tingginya 5-8 meter. Dalam hal ini jenjang perangkap dibuat
setiap dua atau tiga jenjang. Tujuannya adalah untuk
menerjalkan sudut lereng keseluruhan. Jenjang penangkap ini
biasanya dibuat lebih lebar dibandingkan untuk jenjang tunggal.
T Dalam operasi di pit, pengontrolan sudut lereng biasa
dilakukan dengan menandai lokasi pucuk jenjang (crest) yang
diinginkan menggunakan bendera kecil. Operator shovel
diperintahkan untuk menggali sampai mangkuknya mencapai
lokasi bendera tersebut. Lokasi lubang-lubang tembak dapat pula
menjadi pedoman.

2) Sudut lereng inter-ramp vs. overall


a. Sudut lereng antar-jalan (inter-ramp slope angle) adalah
sudut lereng gabungan beberapa jenjang diantara dua
jalan angkut. Inilah yang dihasilkan oleh ahli-ahli
geoteknik sewaktu mereka menetapkan sudut lereng
jenjang tunggal (face angle) dan lebar jenjang penangkap
(catch bench)
b. Sudut lereng keseluruhan (overall slope angle) adalah
sudut yang sebenarnya dari dinding pit keseluruhan,
dengan memperhitungkan jalan angkut, jenjang
penangkap dan semua profil lain di pit wall.
c. Penggambaran dengan metoda garis tengah (centerline
drawings)
i. Ada beberapa cara menggambarkan lokasi jenjang
dalam peta tambang. Satu alternatif adalah dengan
menggambar garis ketinggian kaki (toe) dan puncak
jenjang (crest) menggunakan dua jenis garis, misalnya
tipis/tebal, putus-putus/penuh atau dua warna yang
berbeda. Gambar peta yang dihasilkan cenderung
lebih rumit.
ii. Alternatif yang lebih sederhana adalah menggunakan
ketinggian titik tengah jenjang (bench centerlines)

I - 99
untuk mewakili suatu jenjang. Dengan demikian hanya
diperlukan satu garis saja untuk menggambarkan
suatu jenjang di peta. Letak kontur ini tepat di tengah-
tengah antara lokasi toe dan crest.
iii. Di luar pit, garis-garis kontur ditandai dengan elevasi
sebenarnya. Di dalam pit, jenjang digambarkan pada
lokasi titik tengahnya (mid bench) tetapi ditandai
dengan elevasi kaki jenjang (bench toe). Pada
kenyataannya, label ini mengacu kepada dataran
(misalnya elevasi catch bench) diantara dua
centerlines.
iv. Garis kontur titik tengah (bench centerlines) ini
memotong jalan angkut di tengah-tengah antara dua
jenjang (separo jalan antar jenjang).

7.3. JALAN ANGKUT

1) Letak jalan keluar tambang


a. Untuk suatu tambang yang baru, penting diperhitungkan
dimana letak jalan-jalan keluar dari tambang. Biasanya
kita ingin akses yang baik ke lokasi pembuangan tanah
penutup (waste dump) dan peremuk bijih (crusher).
b. Topografi merupakan faktor yang penting. Akan sulit sekali
bagi truk untuk keluar dari pit ke medan yang curam.

2) Lebar jalan
a. Tergantung pada lebar alat angkut,
biasanya 4 kali lebar truk.
b. Lebar jalan seperti di atas memungkinkan
lau lintas dua arah, ruangan untuk truk yang akan
menyusul, juga cukup untuk selokan penyaliran dan
tanggul pengaman. Untuk truk tambang yang paling besar
saat ini (240 ton) lebar jalan biasanya 30–35 m.

I - 100
3) Kemiringan jalan
a. Jalan angkut di jalan tambang biasanya dirancang pada
kemiringan 8% atau 10%
b. Untuk tambang-tambang yang besar, kemiringan jalan 8%
paling umum. Ini akan memberikan fleksibilitas yang lebih
besar dalam pembuatannya, serta memudahkan dalam
pengaturan masuk ke jenjang tanpa menjadi terlalu terjal
di beberapa tempat.
c. Untuk jalan-jalan angkut yang panjang, kemiringan 10%
adalah kemiringan maksimum yang masih praktis.
Tambang-tambang kecil banyak yang dirancang dengan
kemiringan jalan 10%.

4) Rancangan spiral vs. switchback


a. Pada umumnya switchback ingin dihindari sebisa
mungkin, karena cenderung melambatkan laulintas. Juga
ban akan lebih cepat aus dan perawatan ban akan lebih
besar lagi. Faktor lain adalah keamanan.
b. Tetapi jika ada sisi tambang yang jauh lebih rendah dari
dinding lainnya di sekeliling pit, switchback di sisi ini
sering lebih murah daripada membuat jalan angkut spiral
mengelilingi dinding pit.
c. Jika switchback harus dipakai, buatlah cukup panjang
sehingga dibagian sebelah dalam dari tikungan
kemiringannya tidak terlalu terjal.

5) Pertimbangan Keamanan
a. Di lokasi jalan tambang dapat dibuat belokan tanjangan
darurat (runaway ramps) untuk menghentikan truk yang
tak terkontrol, bila geometri pit memungkinkan.
Melakukan pengupasan ekstra yang besar hanya untuk
membuat fasilitas ini tidak umum dilakukan.

I - 101
b. Tanggul pemisah di tengahjalan dapat dibuat beberapa
tempat untuk tujuan ini. Straddle berm semacam ini
murah biayanya.

6) Dampak penggalian untuk membuat jalan


a. Baik di batuan bijih atau waste, material yang diatasnya
menjadi jalan tambang (atau yang harus digali untuk
membuat jalan), volumenya luar biasa besarnya. Dampak
ekonomik dari pembuatan jalan tambang cukup berarti.
b. Sering ada kecenderungan untuk membuat studi
kelayakan awal dengan tahap-tahap penambangan tanpa
memperhitungkan jumlah material untuk membuat jalan
angkut. Kesalahan yang diperoleh biasanya cukup besar.
Dampak jalan angkut pada tahap-tahap awal
penambangan (yaitu tahap-tahap yang menghasilkan
uang untuk mengembalikan modal) biasanya jauh lebih
besar daripada dampaknya pada rancangan akhir
penambangan.

7.4. TAHAPAN TAMBANG (MINING PHASES/PUSHBACK)

1) Definisi, Filosofi, Metodologi


T Pushback adalah bentuk-bentuk penambangan
(minable geometries) yang menunjukkan bagaimana
suatu pit akan ditambang, dari titik masuk awal hingga ke
bentuk akhir pit. Nama-nama lain adalah phases, slices,
stages.
T Tujuan utama dari pentahapan ini adalah untuk
membagi seluruh volume yang ada dalam pit ke dalam
unit-unit perencanaan yang lebih kecil sehingga lebih
mudah ditangani.
c. Dengan demikian, problem perancangan tambang 3-
Dimensi yang amat kompleks ini dapat disederhanakan.

I - 102
Selain itu, elemen waktu dapat mulai diperhitungkan
dalam rancangan ini karena urutan penambangan tiap-
tiap pushback merupakan pertimbangan penting.
d. Pushback ini biasanya dirancang mengikuti urutan
penambangan dengan algoritma floating cone untuk
berbagai skenario harga komoditas. Bentuk pushback ini
tidak akan sama persis sama dengan geometri yang
dihasilkan floating cone karena kendala operasi seperti
lebar pushback minimum dll.
e. Tahapan-tahapan penambangan yang dirancang secara
baik akan memberikan akses ke semua daerah kerja, dan
menyediakan ruang kerja yang cukup untuk operasi
peralatan yang efisien.

2) Kriteria perancangan
a. Harus cukup lebar agar peralatan tambang dapat bekerja
dengan baik. Untuk truk dan shovel besar yang ada
sekarang, lebar pushback minimum adalah 10–100 meter.
Untuk loader dan truk berukuran sedang 60 meter sudah
cukup lebar. Jumlah shovel yang diperkirakan akan bekerja
bersama-sama pada sebuah pushback juga
mempengaruhi lebar minimum ini.
b. Tak kurang pentingnya untuk memperlihatkan paling tidak
satu jalan angkut untuk setiap pushback, untuk
memperhitungkan jumlah material yang terlibat dan
memungkinkan akses keluar. Jalan angkut ini harus
menunjukkan pula akses ke seluruh pemuka kerja.
c. Perlu diperhatikan bahwa penambahan jalan pada suatu
pushback akan mengurangi lebar daerah kerja (sebanyak
lebar jalan) di bawah lokasi jalan tersebut. Jika beberapa
jalan atau switchback akan dimasukkan ke suatu
pushback, lebar awal di sebelah atas harus ditambah
untuk memberi ruangan ekstra.

I - 103
d. Perlu diperhatikan pula bahwa tambang kita tidak akan
pernah sama bentuknya dengan rancangan tahap-tahap
penambangan (phase design). Ini karena dalam
kenyatannya, beberapa pushback akan aktif pada waktu
yang sama (dikerjakan secara bersamaan).

3) Penampilan Rancangan
a. Peta penampang horisontal tampak atas (plan/level map)
memperlihatkan bentuk pit pada akhir tiap tahap. Bila
mungkin tandai setiap perubahan.
b. Peta penampang horisontal yang menunjukkan batas
seluruh pushback pada satu atau dua elevasi jenjang.
c. Peta penampang vertikal tampak samping (cross-section)
yang menunjukkan geometri seluruh pushback sering
berguna pula.

Suatu tabel yang memberikan jumlah ton bijih, kadarnya, jumlah


material total dan nisbah pengupasan untuk setiap pushback
(Tabel 7.1). Tabulasi jumlah dan kadar material per jenjang untuk
tiap pushback diperlukan untuk penjadwalan produksi (Tabel 7.2).

I - 104
Tabel 7.1. Tabulasi Material Setiap Tahapan
Untuk Tiap Tahunnya
TABULATION OF ORE TONS PER PHASE PER YEAR

I - 105
Year Phase 1 Phase 2 Phase 3 Phase 4 Phase 5 Phase 6 Phase
0 4808. 0. 0. 0. 0. 0.
1 6225. 5167. 0. 0. 0. 0.
2 17483. 4073. 0. 45. 0. 0.
3 9175. 12418. 0. 6. 0. 0.
4 0. 2730. 17704. 654. 513. 0.
5 0. 0. 6019. 9816. 5765. 0.
6 0. 0. 0. 0. 21370. 230.
7 0. 0. 0. 0. 18100. 3501.
8 0. 0. 0. 0. 7042. 14558.
9 0. 0. 0. 0. 0. 21600.
10 0. 0. 0. 0. 0. 21600.
11 0. 0. 0. 0. 0. 7583.
TOTAL 37691. 24388. 23723. 10521. 52790. 69071.

TABULATION OF WASTE TONS PER PHASE PER YEAR


Year Phase 1 Phase 2 Phase 3 Phase 4 Phase 5 Phase 6 Phase
0 13069. 0. 0. 0. 0. 0.
1 8350. 16870. 0. 0. 0. 0.
2 6770. 11660. 0. 6790. 0. 0.
3 761. 9350. 0. 15109. 0. 0.
4 0. 7. 1526. 16275. 7412. 0.
5 0. 0. 33. 4107. 21084. 0.
6 0. 0. 0. 0. 10488. 14405.
7 0. 0. 0. 0. 1745. 23148.
8 0. 0. 0. 0. 1270. 23622.
9 0. 0. 0. 0. 0. 17196.
10 0. 0. 0. 0. 0. 3018.
11 0. 0. 0. 0. 0. 17.
TOTAL 28950. 37887. 1559. 42281. 41999. 81406.

I - 106
TABULATION OF TOTAL TONS PER PHASE PER YEAR
Year Phase 1 Phase 2 Phase 3 Phase 4 Phase 5 Phase 6 Phase
0 17877. 0. 0. 0. 0. 0.
1 14575. 22038. 0. 0. 0. 0.
2 24253. 15732. 0. 6835. 0. 0.
3 9936. 21768. 0. 15115. 0. 0.
4 0. 2737. 19230. 16929. 7925. 0.
5 0. 0. 6052. 13923. 26849. 0.
6 0. 0. 0. 0. 31858. 14635.
7 0. 0. 0. 0. 19844. 26649.
8 0. 0. 0. 0. 8312. 38179.
9 0. 0. 0. 0. 0. 38796.
10 0. 0. 0. 0. 0. 24618.
11 0. 0. 0. 0. 0. 7599.
TOTAL 66641. 62275. 25282. 52802. 94789. 150477.

Tabel 7.2. Tabulasi Jumlah dan Kadar Material Per jenjang


Untuk Tiap Tahapan

Ore Total Total


Bench Gold Waste Bench
Year Phase Ktonnes Cu Eq Coppe Ktonnes
Ktonnes g/t Ktonnes Fraction
r
1 1335 0 0,000 0,000 0,000 1,051 1,061 1.0000

PP 1320 1,811 0,687 0,242 0,242 4,090 5,901 1.0000

1305 2,997 0,683 0,209 0,209 7,918 10.915 1.0000

1290 4,714 0,725 0,213 0,213 7,268 11.982 1.0000

Total 9,522 0,705 0,217 0,217 20.337 29.859

1 1275 1,324 0,801 0,214 0,214 948 2,272 0.2166

2 1350 0 0,000 0,000 0,000 331 331 1.0000

1335 581 0,710 0,234 0,234 1,206 1,787 1.0000

1320 1,161 0,622 0,167 0,167 2,215 3,376 1.0000

1305 1,212 0,709 0,202 0,202 3,508 4,720 1.0000

1290 1,239 0,797 0,219 0,219 5,448 6,687 1.0000

1275 1,161 0,901 0,250 0,250 4,958 6,119 0.8275

Total 6,678 0,762 0,213 0,213 18.614 25.292

I - 107
Example of Bench Average Mining Ratio
Year 1: Ore Target 6,678 Waste Target : 18,614
Year Phase Bench Ore Waste Bench Cumulative Cumulative
Ktonnes Ktonnes Fraction Ore Waste
1 1 1275 6114 4377 x 6114 4377

1 2 1350 0 331 1 0 331


1335 581 1206 1 581 1537

1320 1161 2215 1 1742 3752

1305 1212 3508 1 2954 7260

1290 1239 54446 1 4193 12708

1275 1403 59993 y 5596 18701

I - 108
Ore : 4193 + 6114x + 1403y = 6678
Waste : 12708 + 4377x + 5993y = 18614
x = 0.2166, y = 0.6273

Berikut ini adalah beberapa contoh pushback untuk suatu


tambang

I - 109
Gambar 7.1. Mining Phase 1
(American Gold Resources, 1996)

I - 110
Gambar 7.2. Mining Phase 2
(American Gold Resources, 1996)

I - 111
Gambar 7.3. Mining Phase 3
(American Gold Resources, 1996)

I - 112
Gambar 7.4. Mining Phase 4
(American Gold Resources, 1996)

I - 113
Gambar 7.5. Final Pit
(American Gold Resources, 1996)

I - 114
PEKERJAAN RUMAH 8

Topik : Ramp Design

Buatlah desain jalan (ramp design) dari suatu pit seperti


terlihat pada gambar dibawah ini. Jelaskanlah tahap-tahap
pembuatan jalan tersebut (lihatlah buku “Open Pit Mine Planing
and Design”, Hustrulid & Kutcha, 1995)
Keadaan awal :

I - 115
BAB VIII
WASTE DUMP DAN STOCKPILE

8.1. PENDAHULUAN

1) Suatu waste dump adalah suatu daerah dimana suatu operasi


tambang terbuka dapat membuang material kadar rendah
dan/atau material bukan bijih yang harus digali dari pit untuk
memperoleh bijih/material kadar tinggi.
2) Stockpile digunakan untuk menyimpan material yang akan
digunakan pada saat yang akan datang.
a. Bijih kadar rendah yang dapat diproses
pada saat yang akan datang.
b. Tanah penutup atau tanah pucuk yang
dapat digunakan untuk reklamasi.
3) Rancangan waste dump sangat penting untuk perhitungan
keekonomian. Lokasi dan bentuk dari waste dump dan
stockpile akan berpengaruh terhadap jumlah gilir truk yang
diperlukan, demikian pula biaya operasi dan jumlah truk
dalam satu armada yang diperlukan.
4) Daerah yang diperlukan untuk waste dump pada umumnya
luasnya 2-3 kali dari daerah penambangan (pit).
a. Material yang telah dibongkar (loose material)
berkembang 30-45 % dibandingkan dengan material in situ.
b. Sudut kemiringan untuk suatu dump
umumnya lebih landai dari pit.
c. Material pada umumnya tidak dapat
ditumpuk setinggi kedalaman dari pit.
5) Berdasarkan alasan politik, banyak perusahaan menjauhi
nama waste dumps. Istilah yang disukai adalah waste rock
storage area, rock piles, dan lain-lain.

I - 116
8.2. JENIS DUMP

1) Valley Fill/Crest Dumps


a. Dapat diterapkan di daerah ayng mempunyai topografi
curam. Dumps dibangun pada lereng.
b. Elevasi puncak (dump crest) ditetapkan
pada awal pembuatan dump. Truk membawa muatannya
ke elevasi ini dan membuang muatannya ke lembah di
bawahnya. Elevasi crest ini dipertahankan sepanjang
umur tambang.
c. Dump dibangun pada angle of repose.
d. Membangun suatu dump ke arah atas
(dalam beberapa lift) pada daerah yang topografinya
curam biayanya mahal. Dumping akan mulai pada kaki
(toe) dari dump final yang berarti pengangkutan truk yang
panjang pada awal proyek.
e. Diperlukan usaha yang cukup besar untuk
pemadatan yang memenuhi persyaratan reklamasi.
2) Terraced Dump/Dump yang dibangun ke atas (dalam lift)
a. Dapat diterapkan jika topografi tidak begitu
curam pada lokasi dump.
b. Dump dibangun dari bawah ke atas. Dalam
lift biasanya 20-40 m tingginya.
c. Ada untung ruginya dari segi ekonomi
antara jarak horizontal untuk perluasan lift terhadap
kapan memulai suatu lift baru.
d. Lift-lift berikutnya terletak lebih ke belakang
sehingga sudut lereng keseluruhan (overall slope angle)
mendekati yang dibutuhkan untuk reklamasi.

8.3. PEMILIHAN LOKASI

1) Tergantung pada beberapa faktor:

I - 117
a. Lokasi dan ukuran pit sebagai fungsi waktu.
b. Topografi.
c. Volume waste rock sebagai fungsi waktu
dan sumber.
d. Batas KP/CoW.
e. Jalur penirisan yang ada.
f. Persyaratan reklamasi.
g. Kondisi pondasi.
h. Peralatan penanganan material.

2) Selama rancangan detail dapat dipertimbangkan beberapa


lokasi yang berbeda untuk perbandingan faktor ekonomik.

8.4. PARAMETER RANCANGAN

1) Angle of Repose
a. Batuan kering run of mine umumnya mempunyai angle
of repose antara 34–37 derajat.
b. Sudut ini dipengaruhi oleh tinggi dump,
ketidakteraturan bongkah batuan, kecepatan dumping.
c. Dapat dibuat pengukuran pada suatu lereng
(bongkah-bongkah alami/talus) yang ada di daerah
tersebut.

2) Faktor Pengembangan (Swell Factor)


a. Pada batuan keras, faktor pengembangan
pada umumnya antara 30 dan 45%. Satu meter kubik in
situ akan mengembang menjadi 1,3–1,45 meter kubik
material lepas (loose).
b. Pengukuran bobot isi loose dapat dilakukan.
c. Dengan waktu, material dapat dikompakkan
dari 5–15%. Material yang dibuang dengan truk akan
menjadi lebih kompak daripada material yang dibuang
oleh ban berjalan (belt conveyor stackes).

I - 118
3) Tinggi Lift/Jarak “Setback”
a. Hanya berlaku untuk dump yang dibangun
ke atas (dengan lift).
b. Tinggi lift umumnya adalah 15-40 meter.
c. Rancangan jarak setback sedemikian rupa
sehingga sudut kemiringan keseluruhan rata-rata
(average overall slope angle) adalah 2H:1V (27 derajat)
sampai 2.5H:1V (22 derajat) untuk memudahkan
reklamasi.
4) Jarak Dari Pit Limit
a. Jarak minimum adalah ruangan yang cukup
untuk suatu jalan antara pit limit dan kaki dump (dump
toe). Kestabilan pit akibat dump harus diperhitungkan.
b. Jarak yang sama atau lebih besar dari
kedalaman pit akan mengurangi resiko yang berhubungan
dengan kestabilan lereng pit.

5) Makalah Bonhet/Kunze (Surface Mining Bab 5.6)


merekomendasikan sedikit tanjakan ke arah dump crest
dengan alasan penirisan dan keamanan.
a. Limpasan air hujan menjauhi crest.
b. Truk harus menggunakan tenaga mesin
untuk menuju ke crest dan bukan meluncur bebas. Juga
akan mengurangi resiko alat/ kendaraan yang diparkir
meluncur jatuh dari puncak waste dump (crest).

8.5. PERHITUNGAN VOLUME

1) Penampang Horizontal
a. Ukur luas daerah pada kaki (toe) dan puncak
(crest) dari setiap lift. Rata-ratanya adalah luas lift.
b. Tinggi lift memberikan dimensi ke tiga dan
volume untuk lift.

I - 119
c. Jumlahkan volume untuk tiap lift untuk
memperoleh volume total dump.
2) Penampang Vertikal
a. Buat beberapa penampang melintang dengan jarak
yang sama melalui dump.
b. Ukur luas pada tiap penampang.
c. Luas ini dianggap sama sehingga separuh
jalan ke penampang berikutnya pada kedua sisi untuk
memperoleh dimensi ke tiga dan volume untuk setiap
penampang.
d. Jumlahkan volume tiap-tiap penampang
untuk memperoleh volume total dump.

3) Rancangan Dump adalah dengan cara coba-coba (Trial and


Error)
a. Gambar rancangan dump secara coba-coba
dan hitung volumenya. Bandingkan dengan volume
dump yang diperlukan.
b. Sesuaikan rancangan dan ukur kembali
sampai volume yang diinginkan dicapai. Umumnya 2–3
kali dicoba sudah cukup. Perbedaan antara ukuran yang
diperlukan dan rancangan sampai 5% umumnya dapat
diterima.

8.6. REKLAMASI

1) Untuk memenuhi syarat lingkungan pada umumnya dump


akan dirancang dengan kemiringan 2H:1V atau 2.5H:1V.
a. Stabilitas jangka panjang.
b. Memudahkan penanaman kembali
(revegetasi).
2) Mungkin harus ditimbun dengan topsoil atau overburden.

I - 120
3) Mungkin harus memelihara saluran air dan kolam
pengendapan sedimen.
4) Harus memantau air dari dump (masalah air asam tambang,
dll).

8.7. KOMENTAR LAIN

1) Biasanya satu track dozer ditugasi pada waste dump yang


aktif.
a. Menjaga dump tetap bersih dan memelihara
kemiringan.
b. Sering truk menimbun dekat dengan crest
dan dozer mendorong material melalui crest.
c. Membebaskan truk dan peralatan lain yang
terperangkap.
2) Dump yang besar memerlukan perhitungan rekayasa
geoteknik yang cukup.
a. Penentuan kestabilan pondasi.
b. Kecepatan maksimum dari kemajuan dump.
c. Pengaruh air. Bagaimana membuang
material ke jalur penirisan.
d. Masalah gempa bumi pada daerah seismik
yang aktif.
3) Jika rencana tambang mengijinkan, penimbunan kembali ke
daerah yang sudah habis ditambang banyak memberi
keuntungan (dilakukan misalnya di Gn. Muro).
a. Umumnya pengangkutan jarak pendek.
b. Mengurangi dampak visual dari aktivitas
tambang.
4) Menjadwalkan penempatan material pada dump sesuai
penjadwalan produksi umum dilakukan.

I - 121
BAB IX
EVALUASI FINANSIAL

9.1. PENDAHULUAN

1) Tujuan dari suatu usaha bisnis dalam ekonomi pasar bebas


adalah memberikan pengembalian finansial (financial return)
kepada para pemilk usaha, konsisten dengan tujuan dari
perusahaan. Perusahaan itu sendiri bisa berupa perusahaan
publik atau milik individu.
2) Tujuan evaluasi finansial adalah untuk menentukan apakah
pengembalian finansial yang cukup dapat diperoleh dari
suatu proyek. Salah satu hal yang mungkin dapat diperoleh
dari suatu proyek. Salah satu hal yang mungkin ingin

I - 122
dievaluasi adalah bagaimana sebaiknya mengalokasikan dana
perusahaan di beberapa proyek yang saling bersaing untuk
mendapatkan dana.
3) Aspek-aspek evaluasi finansial spesifik untuk pertambangan :
a. Intensitas kapital
b. Masa pra-produksi yang panjang
c. Resiko besar
4) Sumberdaya tak terbarukan–penghasilan diperoleh dengan
mengambil/ menjual aset (cadangan).

9.2. NILAI WAKTU DARI UANG

1) Dalam ekonomi pasar bebas, nilai waktu dari uang terletak di


jantung dari semua transaksi financial.
2) Bunga (interest) adalah sewa yang dibayar untuk pemakaian
uang.
a. FV = PV (1+i)n PV = Present Value
b. PV = FV / (1+i) n
FV = Future Value

9.3. MENENTUKAN TINGKAT BUNGA (DISCOUNT RATE)

1) Walaupun telah ada kesepakatan tentang perlunya konsep


nilai waktu dari uang, pemilihan atau penentuan tingkat
bunga yang pantas sering menjadi bahan diskusi dan
perdebatan.
2) Komponen utama dari Discount Rate
a. Base Opportunity Cost
b. Transaction Cost
c. Increment resiko – berbagai tingkat
i. Penggantian peralatan di tambang yang
sedang beroperasi
ii. Program ekspansi di tambang yang sedang
beroperasi

I - 123
iii. Pengembangan tambang baru,
komoditas sama, di negara yang sama
iv. Pengembangan tambang baru,
komoditas lain dan/atau di negara lain.
d. Increment Inflasi
Jika digunakan evaluasi constant dollar, komponen inflasi
harus dikeluarkan dari discount rate.

9.4. PERHITUNGAN INFLASI

1) Tiga cara mendasar untuk memasukkan inflasi dalam


statement aliran kas :
a. Constant dollar, tanpa perubahan untuk
inflasi :
i. Semua ongkos/biaya dan penghasilan
dihitung untuk waktu itu
ii. Ongkos dan penghasilan dianggap akan
terinflasi pada tingkat yang sama
iii. Ongkos kapital dan pajak biasanya
terlalu kecil dari seharusnya

b. Semua variabel diinflasikan ke awal proyek,


setelah itu tetap konstan.
i. Digunakan oleh beberapa institusi
keuangan karena memperhitungkan inflasi untuk
ongkos kapital tersebut.
ii. Pajak masih terlalu kecil dari yang
seharusnya.

c. Semua variabel diinflasikan selama jangka waktu proyek.


i. Dalam teorinya paling realistik
ii. Harus mengasumsikan tingkat inflasi per tahun untuk
tiap variabel.

I - 124
2) Tanpa memperhitungkan inflasi akan membuat pajak terlalu
kecil.
Depresiasi dan deflesi dihitung pada awal proyek yang tidak
terpengaruh oleh inflasi. Pengaruh netto dari inflasi ialah
mengurangi kredit pajak dari keduanya.

9.5. UKURAN KINERJA

1) Payback Period
2) Net Present Value
3) Internal Rate of Return

9.6. ANALISIS SENSITIVITAS

1) Problem utama dengan analisis finansial ialah mencoba


memprediksikan hasil dari banyak parameter.
2) Dalam analisis sensitivitas tiap variabel yang penting untuk
evaluasi (kadar bijih, perolehan, ongkos kapital, ongkos
operasi, harga komoditas) diubah-ubah untuk menentukan
pengaruhnya terhadap ukuran kinerja.

9.7. ANALISIS RESIKO

1) Mirip dengan analisis sensitivitas, hanya di sini suatu


distribusi probabilitas dibuat untuk parameter-parameter
yang penting.
2) Simulasi Monte Carlo dipakai untuk membuat suatu distribusi
ukuran kinerja (lihat artikel 4.3 Financial Analysis dalam
surface Mining)

Berikut ini adalah contoh perhitungan evaluasi finansial dari suatu


tambang.

Contoh Soal :

I - 125
Suatu konsultan tambang diminta untuk mengkaji kelayakan
suatu endapan porfiri gold-copper. Berdasarkan hasil studi
kelayakan awal (pre-feasibility study) telah diperoleh data-data
sebagai berikut :

A. Data produksi

Dengan mempertimbangkan tingkat produksi dan topografi daerah


penambangan maka diputuskan untuk melakukan penambangan
secara tambang terbuka, dengan data-data :
- ore : 3500 Kton/tahun
- gold grade : 0.0207 oz/tahun
- copper grade : 0.6 %
- perbandingan waste to ore : 5.5 (tahun 1-3); 4.0 (tahun 4);
dan 3.0 (tahun 5)
- umur : 5 tahun

Catatan: Pada tahun ke-0 hanya memproduksi waste sebesar


15.000 Ktons

B. Data Pengolahan

Dengan mempertimbangkan karakteristik mineral yang ada maka


diputuskan bahwa metoda pengolahan yang digunakan adalah
dengan metoda flotasi, dengan data-data :
- mill recovery of gold : 80%
- mill recovery of copper : 92%

C. Data Ekonomi

Dengan mempertimbangkan supply-demand pasar logam,


teknologi penambangan dan pengolahan serta kondisi makro
ekonomi maka data-data dasar yang digunakan untuk analisis
ekonomi adalah :

- Mining cost : US$ 0.55 per tonne

I - 126
- Milling cost : US$ 1.8 per tonne
- General & Administration cost : US$ 0.5 per tonne
- Copper price : US$ 1.0 per pound
- Gold price : US$ 400 per troy ounce
- Smelter payable of copper : 96%
- Smelter payable of gold : 98%
- SRF per pound payable copper : US$ 0.345
- Plant and infrastructure capital : US$ 20.000.000
- Akusisi lahan : US$ 10.000.000
- Discount rate : 15%
- Present value factor : 1/(1+i)n
- Ekskalasi biaya : 1%
- Ekskalasi pendapatan : 1%
- Pajak perusahaan : 20%
- Royalti : 2% dari revenue

Tugas kita sebagai mining engineer yang bekerja pada konsultan


tersebut adalah menghitung kelayakan penambangan dengan
menyusun langkah perhitungan sebagai berikut :
1) Menghitung (untuk tahun 1) :
a. Break Even Cut off Grade for Copper
b. Internal Cut off Grade for Copper
c. Copper Equivalent

2) Menghitung Net Present Value (NPV) selama umur tambang


setelah pajak.
Berdasarkan hasil perhitungan yang kita lakukan tentukan apakah
skenario penambangan yang telah disusun layak untuk diterapkan
atau tidak ?
Catatan : 1 ton = 2000 pound ; 1 ounce = 0.9114 troy ounce

Jawaban :

Tabel 9.1. Data Ekonomik Awal Untuk Cebakan Bijih


(dalam US$ )

I - 127
Mining cost per tonne Total material US$ 0.55
Milling cost per tonne Ore US$ 1.8
General & Administration cost per tonne US$ 0.5
ore
Mill recovery of gold 80%
Mill recovery of copper 92%
SRF per pound payable copper US$ 0.345
Smelter payable (Recovery) of copper 96%
Smelter payable (Recovery) of gold 98%
Copper price per pound US$ 1.0
Gold price per troy ounce (per gram) US$ 400
($12.86)
Breakeven Cut off Grade for copper ?
Internal Cut off Grade for Copper ?
Copper Equivalent ?

Perhitungan :

a. BECOG
Penghasilan = Biaya
Price x Gradex Mill Rec x Smelter Rec x 20 = Cost
(Mine+Mill+G&A) + SRF
x Grade x Mill Rec x Smelter Rec x
20

(Price-SRF) x Grade x Mill Rec x Smel. Rec x 20 = Cost (mine + Mill


+ G&A)
Cost Cost (mine + Mill + G&A)
BECOG=
(Price-SRF) x Mill Rec x Smelter Rec x 20

($0.55 + $1.80 + $0.50)


=
($1.00 -$0.345) x 0.92 x 0.96 x 20

= 0.246 %

Catatan :
Angka 20 adalah faktor konversi dari % ke pound (dengan satuan
pound %)
b. ICOG
Rumusnya sama dengan BECOG namun ongkos penambangannya tidak
ikut diperhitungkan.
Cost (Mill + G&A)
ICOG =

I - 128
(Price-SRF) x Mill Rec x Smelter Rec x 20

( $1.80 + $0.50)
=
($1.00 -$0.345) x 0.92 x 0.96 x 20

= 0.20 %

c. Copper Equivalent

Tabel 9.2. Data Pengolahan Bijih

Copper Gold
Price $ 1.00/lb $ 12.86/gr
Mill Rec 98% 80%
Smelter Rec 96% 98%
SRF $0.345 -

1) Hitung nilai NSR (Net Smelter Return) dari 1 ton bijih dengan kadar 1%
Cu.
($1.00/lb - $0.345/lb) x (1%) x 0.92 x 0.96 x 20 lb/% = $
11.57

2) Hitung nilai NSR (Net Smelter Return) dari 1 ton bijih dengan
kadar 1 gr/ton Au.
($ 12.86/gr) x 1 gr x (0.80) x (0.98) = $ 10.08

Faktor Eq =

Faktor Eq = = 0.871

3) Copper Equivalent = total Cu + 0.871 x Gold


Discount rate : 15%
Gold price : 400 US$/tr oz
Copper price : 1 US$/lb
Process Rec of Gold : 80%
Process Rec of Copper : 92%

I - 129
Present Value Factors at 15 % interest

Year 0 1 2 3 4 5
Factor 1.000 0.870 0.756 0.658 0.572 0.497

Year 0 1 2 3 4 5
Waste : ore 5.5 5.5 5.5 4 3

Tabel 9.3. Hasil Perhitungan NPV

Total
Year
Economic Parameter
PP 1 2 3 4 5

Ore (ktons) 0 3500 3500 3500 3500 3500 17500


Waste (ktons) 15000 19250 19250 19250 14000 10500 97250
Total (ktons) 15000 22750 22750 22750 17500 14000 114750
Grade Gold (ktons) 0.02070.02070.02070.02070.02070.0207 0.0207
Recovereed Gold (koz) 0 72.45 72.45 72.45 72.45 72.45 362.25
Grade Copper (%) 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6 0.6
Recovered Copper (ktons) 0 21 21 21 21 21 105
Gross Revenue ($ x 1000) 0 64076 64076 64076 64076 64076 320381
Mining Cost per total ton 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55
Total Mining Cost ($ x 1000) 8250 12513 12513 12513 9625 7700 63113
Processing Cost Per ton ore 1.8 1.8 1.8 1.8 1.8 1.8 1.8
Total Processing Cost 0 6300 6300 6300 6300 6300 32500
G&A Cost per ton ore 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5
Total G&A Cost per ton ore 0 1750 1750 1750 1750 1750 8750
Plant and Infrastructure Capital 20000 20000
Akuisisi Lahan 10000 10000
Royalti 01281.51281.51281.51281.51281.5 6407.6
Taxable Income ($ x 1000) 38250 42232 42232 42232 45120 47045 180610
Tax (20%) 08446.48446.48446.49023.99408.9 43772
Cash flow 38250 33786 33786 33786 36096 37636 136838

I - 130
PEKERJAAN RUMAH 9

Proyek 1

Topik : Perhitungan NPV Proyek


Hitung pre-tax cash flow untuk tiap tahun dengan jadwal produksi
dan parameter ekonomi sebagi berikut. Juga hitung NPV untuk
proyek menggunakan tingkat bunga 15%.
Jadwal Produksi Penambangan
Tahun Kton Emas Emas Kton Ktol total
bijih (oz/t) (oz) waste
PP 0 0,000 0 11.000 11.000
1 2.700 0,072 199.400 14.300 17.000
2 2.700 0,074 199.800 14.300 17.000
3 2.700 0,068 183.600 14.300 17.000
4 2.700 0,060 162.000 13.683 16.383
5 2.700 0,063 170.100 4.011 6.711
6 1.531 0,059 90.300 2.098 3.629
TOTA 15.03 0,067 1.005.20 73.692 88.723
L 1 0

Parameter Ekonomi
Biaya penambangan per total ton $ 0,85
Biaya pengolahan per ton bijih $ 3,10
Biaya umum & administrasi per $ 1.377
tahun (termasuk PP) ($x1000)
Perolehan pengolahan 80 %
Harga emas per troy oz $ 400
Modal pabrik dan infrastruktur $ 30.000
($x1000)
Tingkat suku bunga 15 %

Buat asumsi yang layak untuk modal awal tambang. Modal


penggantian pealatan tidak diperhitungkan.

Present Value Factor pada tingkat suku bunga 15 %. Faktor = 1/


(1+i)n.
Tahu 0 1 2 3 4 5 6

I - 131
n
Fakto 1,00 0,87 0,75 0,65 0,57 0,49 0,432
r 0 0 6 8 2 7

1. Hitunglah NPV proyek dengan data-data Ekonomi di atas.


2. Dikerjakan dalam bentuk tabel sebagai berikut.
3.
Paramet PP 1 2 3 4 5 6 Total
er
Ekonomi
k

NPV
pada
15%

BAB XI

ONGKOS OPERASI TAMBANG

I - 132
11.1. KOMPONEN UTAMA

1) Tenaga Kerja

2) Suku Cadang dan Bahan Habis


a. Penggantian karena rusak atau aus
b. Bahan bakar
c. Bahan peledak dan aksesorinya
d. Oli, pelumas, filter

11.2. ONGKOS OPERASI BIASA DINYATAKAN UNTUK TIAP UNIT


OPERASI

1) Pemboran

a. Ongkos suku cadang dan bahan habis yang terkait


dengan operasi dan perawatan alat bor lubang tembak. Meliputi ongkos
mata bor, batang bor dan aksesori lainnya.
b. Ongkos tenaga kerja (operator alat bor dan asistennya
serta sebagian dari personel perawatan alat).
2) Peledakan
a. Ongkos suku cadang dan bahan habis yang terkait
dengan operasi peledakan.
b. Ongkos tenaga kerja (juru ledak dan asistennya).
3) Pemuatan
a. Ongkos suku cadang dan bahan habis yang terkait
dengan operasi dan perawatan alat muat (shovel, loader).
b. Ongkos tenaga kerja (operator shovel, loader dan
sebagian dari personel perawatan alat).

I - 133
4) Pengangkutan
a. Ongkos suku cadang dan bahan habis yang terkait
dengan operasi dan perawatan alat angkut (truk).
b. Ongkos tenaga kerja (operator truk dan sebagian dari
personel perawatan alat).

5) Kegiatan Pendukung Utama


a. Ongkos suku cadang dan bahan habis yang terkait
dengan operasi dan perawatan alat pendukung utama (bulldozer, grader,
truk air)
b. Ongkos tenaga kerja alat-alat tersebut (operator dan
sebagian dari personel perawatan alat).

6) Kegiatan Penunjang Tambang


a. Ongkos suku cadang dan bahan habis yang terkait
dengan operasi dan perawatan alat penunjang kegiatan tambang (alat bor
kecil, truk bahan peledak, alat gali kecil, dll juga suplai untuk bagian
engineering dan operasi). Sebagai patokan (rule of thumb) dapat
digunakan angka US$ 0. 01 per total ton.
b. Ongkos tenaga kerja personel tambang yang terkait
(juru pompa, kru servis dan tenaga kerja umum).

7) Perawatan Umum
a. Ongkos suku cadang dan bahan habis yang terkait
dengan pemeliharaan alat pendukung perawatan tambang (truk bahan
bakar, truk pelumas, crane, dll juga suplai untuk bagian perawatan,
bengkel dan gudang). Sebagai patokan (rule of thumb) dapat digunakan
angka US$ 0. 01 per total ton.
b. Ongkos tenaga kerja personel perawatan seperti teknisi
ban, kru bahan bakar/pelumas dan tenaga kerja umum.
c. Termasuk pula biaya servis oleh kontraktor atau agen.
Dapat diperkirakan sebagai persentase dari ongkos tenaga kerja
perawatan total.

I - 134
8) General dan Administrative (G & A)
Gaji pegawai di bidang-bidang umum dan administrasi (biasanya disebut
dengan biaya upah overhead) ditambah dengan tunjangan-tunjangan lainnya.

11.3. PARAMETER PENTING DALAM PENAKSIRAN ONGKOS/BIAYA

1) Tingkat Upah Pekerja


a. Perlu data tentang tingkat upah yang berlaku untuk
keahlian ekivalen yang diperlukan oleh operasi penambangan.
b. Tambahan tunjangan-tunjangan lain di luar gaji
besarnya tergantung pada peraturan yang berlaku. Di Amerika Serikat
berkisar sekitar 35%; di beberapa negara lain dapat lebih tinggi.
c. Tingkat upah ini dikalikan dengan jumlah personel
yang dihitung sebelumnya dalam bab “Kebutuhan Tenaga Kerja”.
2) Harga diesel (untuk bahan bakar dan campuran bahan peledak ANFO) hingga
ke tambang.
3) Biaya listrik (untuk peralatan shovel dan bor listrik).
4) Harga bahan peledak sampai ke tambang.
5) Jumlah gilir yang dijadwalkan untuk tiap jenis alat (dari Perhitungan
Kebutuhan Peralatan Tambang).

11.4. ONGKOS OPERASI ALAT PER GILIR

Berdasarkan pada biaya operasi per jam dan jumlah aktual jam pemakaian alat per
gilir.

11.5. ONGKOS PELEDAKAN

I - 135
Ongkos bahan peledak dan aksesorinya yang dibutuhkan untuk suatu pola
peledakan tipikal, dibagi dengan jumlah ton batuan yang dihasilkan.

1) Alternatif lain untuk memperkirakan biaya aksesori peledakan adalah dengan


menggunakan persentase dari ongkos bahan peledak. Persentase untuk suplai
aksesori bahan peledak ini berkisar dari 2-3% untuk tinggi jenjang dan spasi
(jarak antar lubang tembak) yang besar, hingga 33% untuk jenjang dan spasi
kecil.
2) Suplai aksesori lainnya ini meliputi primer, booster, detonating cord, dll.

Contoh ongkos operasi tambang :

Tabel 11.1. Ongkos Operasi Tambang Selama 25 Tahun

I - 136
BAB XII
PERENCANAAN TAMBANG BATUBARA

12.1. PENAKSIRAN CADANGAN

Penaksiran cadangan merupakan salah satu tugas terpenting dan


berat tanggung jawabnya dalam mengevaluasi suatu proyek
pertambangan karena keputusan-keputusan teknis amat
tergantung padanya. Model cadangan yang dibuat adalah
pendekatan dari keadaan cadangan nyata berdasarkan
data/informasi yang tersedia dan masih mengandung
ketidakpastian.

Ada beberapa hal yang mendasari sehingga penaksiran


cadangan dianggap penting, antara lain :
1) Penaksiran cadangan memberikan taksiran dari kuantitas
(tonase) dan kualitas (kadar dan lain-lain) dari cadangan.
2) Penaksiran cadangan memberikan perkiraan bentuk tiga
dimensi dari cadangan serta distribusi ruang (spatial) dari
nilainya. Hal ini penting untuk menentukan urutan atau
tahapan penambangan, yang pada gilirannya akan
mempengaruhi pemilihan peralatan dan Net Present Value
(NPV) dari tambang.
3) Jumlah cadangan menentukan umur tambang. Hal ini penting
dalam perancangan pabrik pengolahan dan kebutuhan
infrastruktur lainnya.
4) Batas-batas kegiatan penambangan (pit limit) dibuat
berdasarkan taksiran cadangan. Faktor ini harus diperhatikan
dalam menentukan lokasi pembuangan tanah atau batuan

I - 137
penutup dan tailing (waste dump dan tailing impoundment),
pabrik pengolahan bijih, bengkel dan fasilitas lainnya.

Syarat-syarat untuk dapat melaksanakan penaksiran cadangan


suatu daerah penambangan, antara lain :
1) Suatu taksiran cadangan harus mencerminkan kondisi
geologis dan karakter atau sifat dari mineralisasi.
2) Model cadangan yang akan digunakan untuk perancangan
tambang harus konsisten dengan metode penambangan dan
teknik perencanaan tambang yang akan diterapkan.
3) Taksiran yang baik harus didasarkan pada data faktual yang
diolah atau diperlakukan secara objektif.
4) Metode penaksiran yang digunakan harus memberikan hasil
yang dapat diuji ulang atau diverifikasi.

Tahap pertama setelah penaksiran cadangan selesai dilakukan


adalah memeriksa atau mengecek taksiran kadar blok (unit
penambangan terkecil). Hal ini dilakukan dengan menggunakan
data pemboran (komposit data assay) yang ada disekitarnya.
Setelah penambangan dimulai, taksiran kadar dari model
cadangan harus dicek ulang dengan kadar dan tonase hasil
penambangan yang sesungguhnya.

12.2. METODE PENAKSIRAN CADANGAN

Prinsip utama dalam penaksiran cadangan adalah bagaimana


mendapatkan suatu nilai pengganti terbaik dari sejumlah perconto
yang diambil dari suatu badan mineral. Secara lebih spesifik kita
ingin menaksir kadar pada suatu lokasi dimana kita tidak memiliki
data dengan menggunakan sejumlah perconto yang letaknya dekat
dengan lokasi tersebut.

Ada berbagai metode untuk menghitung cadangan sesuai


dengan kondisi geologi dan mineralogi endapan. Berbagai
metode tersebut telah dikembangkan dari metode konvensional

I - 138
(klasik) yang manual sampai metode geostatistik dengan
komputer. Metode geostatistik secara bertahap telah
menggantikan penggunaan metode konvensional. Metode
geostatistik penjelasan secara rinci tidak akan dibahas dalam
kesempatan ini.
Untuk memilih salah satu di antara metode itu diperlukan
beberapa pertimbangan, yaitu analisis geologi cadangan, tujuan
perhitungan cadangan, sistem penambangan dan prinsip-prinsip
dari interpretasi dan eksplorasi yang dipakai. Metode tertentu
lebih sesuai dipakai untuk endapan dengan bentuk geometri dan
distribusi kadar yang tertentu pula. Endapan dengan bentuk
geometri kompleks dan distribusi kadar yang tinggi akan lebih
cocok bila dihitung dengan Metode Krigging. Untuk endapan
dengan bentuk geometri sederhana dengan distribusi kadar atau
koefisien variasi rendah akan lebih efektif dihitung dengan
metode penampang yang sederhana.

Metode-metode konvensional yang digunakan untuk perhitungan


cadangan adalah sebagai berikut :

1) Menurut G. Popov :

Metode rata-rata faktor dan luas


a. Metode analog
b. Metode blok-blok geologi

Metode blok-blok penambangan


a. Blok terbuka pada empat sisi pekerjaan bawah
tanah
b. Blok terbuka pada tiga sisi pekerjaan bawah tanah
c. Blok terbuka pada dua sisi pekerjaan bawah tanah
d. Blok terbuka pada satu level dan perpotongan
pada kedalaman pemboran
Metode cross-section

I - 139
a. Metode standar
b. Metode linear
c. Metode isoline

Metode Analitik
a. Metode triangle (segitiga)
b. Metode poligon
1) Penyebaran lubang bor tidak teratur
2) Penyebaran lubang bor teratur
i. Jaringan kerja bujur sangkar
ii. Grid papan catur

2) Menurut Park adalah :


Regular
a. Included area
b. Excluded area
c. Semi regular
Irregular
a. Area of influence
b. Triangle grouping
c. Cross-section

Berikut ini uraian mengenai beberapa metoda yang biasa


diaplikasikan :

1) Metode Penampang Melintang

Penampang melintang disusun dari kombinasi antara peta garis


singkapan (cropline) batubara dengan data pemboran (log bor).
Penampang melintang per seam disusun dengan melakukan
interpolasi antar data lapisan (seam) pada setiap titik bor yang
berdekatan. Garis penampang melintang sebaiknya selalu
diusahakan tegak lurus jurus garis singkapan batubara.

Penampang seam berguna untuk memudahkan perhitungan


sumberdaya sekaligus cadangan batubara salah satunya dengan
menggunakan rumus mean area. Data tersebut juga dapat

I - 140
digunakan untuk menghitung cadangan tertambang dengan
memasukkan asumsi sudut lereng ke dalamnya.

Cadangan dihitung berdasarkan luas daerah batas seam pada


penampang yang bersebelahan. Volume cadangan yang dihitung
adalah volume antara dua penampang yang bersebelahan.
Perhitungan volume dilakukan menggunakan rumus mean area.
V = L /2 (S1 + S2)

keterangan :
V = Volume daerah yang ditaksir (m3)
L = Jarak antar Penampang (m)
S = Luas daerah penampang batubara pertama dan kedua
(ton/m3)

Selain menggunakan rumus mean area, perhitungan ini juga dapat


dilakukan menggunakan rumus kerucut terpancung, rumus
prismoida dan rumus obelisk.

Faktor tonase biasanya diperoleh untuk masing-masing material


secara empirik. Kemudian tonase untuk masing-masing penampang
dijumlahkan untuk memberikan gambaran total tonase cadangan
batubara. Perkiraan akhir untuk kualitas batubara diperoleh dengan
menghitung nilai rata-rata tertimbang (weighted average) untuk
masing-masing seam atau area perhitungan.

2) Metode Penampang Horizontal

Walaupun metode penampang vertikal telah banyak digunakan


untuk penaksiran cadangan bijih pada masa lalu, sekarang metode
ini telah banyak digantikan oleh teknik-teknik berdasar pada
penggunaan penampang horizontal.

Metode penampang horizontal pada dasarnya melakukan


perhitungan volume berdasarkan luas daerah juga. Nilai-nilai elevasi
yang diperoleh dari data pemboran dikorelasikan secara horizontal
membentuk permukaan lapisan menggunakan prinsip triangulasi
atau daerah pengaruh. Kemudian permukaan ini dihitung luasnya,
dan luas permukaannya dikalikan dengan rata-rata ketebalan
lapisan untuk memperoleh volume seam yang diinginkan.

I - 141
3) Metode Triangular

Metode triangular adalah salah satu metode yang dapat digunakan


untuk menghitung cadangan batubara. Di dalam metode triangular,
masing-masing titik batas material pada lubang bor dijadikan ujung
sebuah segitiga sehingga akan dihasilkan suatu permukaan yang
terdiri dari gabungan segitiga-segitiga dan dihasilkan seam berupa
prisma-prisma segitiga yang teridiri dari dua buah segitiga yang
sejajar dengan jarak vertikal sebesar ketebalan lapisan. Jika prisma
segitiga yang terbentuk memiliki ketebalan yang tetap, maka
volumenya akan sama dengan luas daerah dikalikan dengan
ketebalan, dan untuk memperoleh tonnase, maka dikenakanlah
faktor tonase yang sesuai.

4) Metode Poligon

Metode poligon merupakan metode penaksiran yang konvensional.


Metode ini umum diterapkan pada endapan-endapan yang relatif
homogen dan mempunyai geometri sederhana.

Kadar pada suatu luasan di dalam poligon ditaksir dengan nilai


conto yang berada ditengah-tengah poligon sehingga metode ini
sering disebut metode poligon daerah pengaruh (area of influence).
Daerah pengaruh dibuat dengan membagi dua jarak antara dua titik
sampel dengan satu garis sumbu. Poligon dibangun dari titik-titik
pada garis hubung dengan jarak batas terhadap pusat poligon yang
selalu sama dengan jarak batas pusat poligon disebelahnya. Di
dalam poligon, kadar diasumsikan konstan dan sama dengan kadar
pada lubang bor di dalamnya. Dalam kerangka model blok, dikenal
jenis penaksiran poligon dengan jarak titik terdekat (rule of nearest
point), yaitu nilai hasil penaksiran hanya dipengaruhi oleh nilai
sampel yang terdekat.

5) Menurut U.S. Geological Survey, 1980

Perhitungan sumberdaya batubara dilakukan berdasarkan berat


batubara per unit volume, luas daerah yang melingkupi sumberdaya
yang akan dihitung, dan rata-rata ketebalan seam.

Metode ini dianggap sesuai untuk diterapkan dalam perhitungan


sumberdaya batubara yang berbentuk tabular dengan ketebalan

I - 142
dan kemiringan yang relatif konsisten. Prosedur perhitungan
dalam sistem USGS adalah dengan membuat lingkaran-lingkaran
(setengah lingkaran) pada setiap titik informasi endapan
batubara, yaitu singkapan batubara dan lokasi pemboran.

Untuk batubara dengan kemiringan lapisan kurang dari 30 derajat,


daerah dalam radius lingkaran 0-400 m adalah untuk perhitungan
sumberdaya terukur dan daerah radius 400-1200 m adalah untuk
perhitungan sumberdaya terunjuk. Sedangkan untuk batubara
dengan kemiringan lebih dari 30 derajat, radius lingkaran-lingkaran
dicari harga proyeksinya ke permukaan terlebih dahulu. Tonase
batubara diperkirakan dengan rumus sebagai berikut :
A x B x C = tonase batubara

Keterangan :
A = rata-rata ketebalan seam (m)
B = berat batubara per unit volume yang sesuai (ton/m3)
C = luas daerah dasar batubara (m2)

6) Model Gridded Seam (Model Blok stratigrafi)

Dasar aplikasi teknik-teknik komputer untuk penaksiran tonase dan


kadar adalah membagi-bagi cebakan dan memvisualisasikan
cebakan sebagai kumpulan blok-blok, kemudian blok-blok inilah
yang akan diamati untuk memperkirakan tonase dan kadar. Untuk
pemodelan batubara dan cebakan-cebakan berlapis yang memiliki
penyebaran lateral biasanya digunakan model gridded seam.
Secara lateral endapan batubara dan daerah sekitarnya dibagi
menjadi sel-sel yang teratur, dengan lebar dan panjang tertentu.
Adapun dimensi vertikalnya tidak dikaitkan dengan tinggi jenjang
tertentu, melainkan dengan unit stratigrafi dari cebakan yang
bersangkutan. Permodelan dilakukan dalam bentuk puncak, dasar,
dan ketebalan dari unit stratigrafi. Kadar dari berbagai bahan galian
atau variabel dimodelkan untuk setiap lapisan.

Dalam melakukan perhitungan cadangan, parameter-parameter


yang penting adalah :
a. Ketebalan dan luas
b. Kadar dari bijih

I - 143
c. Berat jenis bijih

12.3. KONSEP PENAMBANGAN

Dalam merencanakan suatu tambang batubara perlu


pemahaman mengenai Konsep Penambangan dan Perancangan
Penambangan yang benar untuk suatu tambang terbuka
batubara. Hal ini menjadi penting karena penataan lahan bekas
tambang seharusnya menjadi bagian perencanaan tambang.

12.3.1. Pemilihan Daerah Penambangan

Pemilihan daerah penambangan tentunya harus didasarkan pada


hasil Kajian Geologi Tambang akan diperoleh daerah
penambangan tersebut. Beberapa faktor yang menyebabkan
suatu daerah dapat dikatagorikan potensial adalah :
● Penyebaran batubara yang merata.
● Jumlah cadangan yang besar.
● Lapisan batubara yang tebal.
● Kualitas batubara yang baik.
● Perhitungan cadangan tertambang pada daerah tambang
tersebut dapat menghasilkan nisbah kupas yang bervariasi.
Besarnya nisbah kupas pada tambang-tambang ini
disebabkan antara lain oleh kondisi topografi dan hilangnya
penyebaran lapisan batubara pada daerah tersebut.
● Oleh karena itu daerah yang mempunyai nisbah kupas > 12 :
1 dianggap tidak ekonomis untuk ditambang saat ini. Lapisan
penutup di atas lapisan batubara maupun antara lapisan
batubara pada umumnya terdiri dari siltstone, mudstone
kadang-kadang dengan sisipan shally coal dan sandstone.
● Kemiringan lapisan batubara berkisar antar 8 – 35 derajat.

12.3.2. Tahapan Penambangan

I - 144
Dua pendekatan rancangan tambang terbuka :
● Mempertimbangkan persoalan tahapan pemindahan material
per blok untuk memenuhi produksi.
● Mempertimbangkan pemindahan material yang berhubungan
sangat erat dengan peralatan yang digunakan.

Pada tambang terbuka daerah penambangan cukup luas


sehingga memungkinkan pemakaian alat-alat yang besar. Dalam
pemilihan metoda penambangan perlu memperhatikan
pertimbangan teknis yang didasarkan atas :
● Faktor geografi dan geologi
● Lokasi :penentuan pemakaian alat penambangan
● Curah hujan, temperatur, iklim dan ketinggian akan
berpengaruh terhadap produktifitas alat.
● Faktor geologi yang berpengaruh seperti keadaan permukaan,
jumlah lapisan batubara, kemiringan batubara, dan ketebalan
tanah penutup.
● Ukuran dan distribusi lapisan batubara
● Ketersediaan peralatan dan kesesuaian dengan peralatan lain
● Geoteknik
● Umur tambang
● Produksi
● Sistem Penambangan Batubara

Kegiatan-kegiatan dalam tambang batubara terbuka meliputi :


● Persiapan daerah penambangan
● Pemboran dan peledakan atau penggaruan
● Pengupasan dan pembuangan tanah penutup
● Pemuatan dan pembuangan tanah penutup
● Reklamasi
● Teknik penambangan pada umumnya sangat dipengaruhi
oleh kondisi geologi dan topografi daerah yang akan
ditambang.

I - 145
Kegiatan penambangan selalu menimbulkan pengaruh terhadap
lingkungan, oleh karena itu dalam melaksanakan kegiatan-
kegiatan dalam penambangan harus mengetahui/mengerti
akibat-akibat yang mungkin akan ditimbulkan dari kegiatan-
kegiatan tersebut, sehingga dapat diusahakan dampak negatif
yang sekecil mungkin.

Contoh jenis peralatan tambang dan peralatan bantu utama yang


akan digunakan dalam sistem penambangan seperti yang telah
diuraikan di atas adalah seperti yang terlihat pada Tabel 12.1.

Tabel 12.1. Contoh Peralatan Tambang Yang Diperlukan Berdasarkan Aktivitas


(Laporan Akhir Proyek Bina Pertambangan, ITB, 2000)

Aktivitas Peralatan/Bahan
Pembongkaran, penggaruan, Buldoser dengan single shank
dan penggusuran (giant) ripper dan double shank
ripper
Pemboran dan peledakan - Alat bor : CRD dan Kompresor
- Bahan peledak : ANFO (bahan
peledak utama) dan Power Gel
(primer)
- Alat bantu peledakan : NONEL,
sumbu ledak, sumbu api, plain
detonator.
Penggalian dan pemuatan Shovel dan backhoe
Pengangkutan Truk jungkit

12.3.3. Cadangan Tertambang

Seperti telah dijelaskan dalam Kajian Geologi Tambang,


perhitungan cadangan tertambang dilakukan dengan
perhitungan dilakukan dengan metode penampang atau metode
lainnya.

12.3.4. Strategi Penambangan

I - 146
Perancangan penambangan pada daerah tambang pada
umumnya dilakukan berdasarkan batasan nisbah kupas.

12.4. PERANCANGAN PENAMBANGAN

12.4.1. Rencana Produksi

Semua perusahaan tambang merencanakan beroperasi dengan


tingkat produksi batubara per tahun. Produksi tahun ke-1
biasanya lebih kecil dari tahun-tahun berikutnya. Hal ini dilakukan
dengan pertimbangan bahwa pada tahun awal penambangan
selain kegiatan penambangan juga diperlukan berbagai kegiatan
lainnya seperti persiapan permuka kerja, pembuatan jalan ke
outside dump, dan lain sebagainya.
Rencana produksi untuk setiap tahun memperhatikan pengaruh
curah hujan terhadap produksi batubara.

Rencana produksi bertahap seperti yang dijelaskan di atas


selanjutnya menjadi panduan untuk menentukan batas kemajuan
penambangan setiap tahun.

12.4.2. Kriteria Penambangan

Kriteria penambangan pada umumnya dapat dipengaruhi oleh


beberapa faktor berikut :
● Faktor struktur geologi
● Faktor geoteknik
● Faktor hidrologi dan hidrogeologi
● Data dan asumsi yang digunakan dalam perhitungan :
− Waktu kerja
− Sifat fisik material
− Efisiensi kerja peralatan

I - 147
12.4.3. Rancangan Penambangan

1) Permuka kerja penambangan

Permuka kerja penambangan adalah medan kerja di mana


kegiatan penggalian/penambangan batubara sedang
berlangsung. Satu permuka kerja membutuhkan satu armada
peralatan tambang yang terdiri dari satu unit alat gali-muat
dengan beberapa unit alat angkut dan dibantu satu unit alat
garu-dorong. Dalam satu pit penambangan mungkin terdapat
satu atau lebih permuka kerja. Jika pit cukup luas dan dengan
alasan kebutuhan produksi maka beberapa permuka kerja dapat
beroperasi secara bersamaan. Banyaknya permuka kerja yang
harus beroperasi dalam penambangan ditentukan oleh jumlah
armada peralatan penambangan batubara yang dibutuhkan
berdasarkan target produksi.
2) Batas penambangan

Faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan batas tambang


terbuka adalah batas Kuasa Pertambangan (KP) Eksploitasi,
penyebaran lapisan batubara, dimensi lereng aman, rencana
produksi, nisbah kupas, aliran sungai, dan jalan negara yang
melewati tambang tersebut

Penentuan batas lereng akhir tambang juga mengacu pada


nisbah kupas dan dimensi maksimum lereng yang aman
berdasarkan rekomendasi Kajian Geoteknik. Rencana produksi
akan menentukan batas pit yang akan ditambang setiap tahun
dengan nisbah kupas tertentu.

Batas penambangan tiap semester/tahun baik ke arah lateral


(luas bukaan tambang) maupun vertikal (posisi lantai tambang)
diwujudkan dalam peta kemajuan tambang tiap tahun.

I - 148
3) Arah dan urutan penambangan

Arah kemajuan penambangan adalah dari daerah singkapan ke


arah tegak lurus jurus lapisan batubara sampai lereng akhir
penambangan, kemudian bergerak maju ke daerah
penambangan tahun berikutnya mengikuti penyebaran lapisan
batubara.
Pemilihan urut-urutan penambangan terutama didasarkan pada
pertimbangan teknis operasional serta cadangan yang ada

4) Kegiatan Penambangan

Penambangan batubara biasanya dilakukan dengan siklus


konvensional yaitu menggunakan kombinasi peralatan shovel/
backhoe dan truk jungkit serta buldoser. Metode ini mempunyai
fleksibilitas dan selektivitas dalam penggalian, serta ketersedian
alat baik jenis maupun ukuran di pasaran.

Operasi penambangan setiap tahunnya terdiri kegiatan


pembersihan lahan yang dilaksanakan terlebih dahulu, kemudian
diikuti dengan penggalian/ pemberaian, pemuatan dan
pengangkutan yang dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan.
Artinya, sementara kegiatan pembersihan lahan terus
berlangsung dan setelah luas lahan yang dibersihkan cukup dan
aman untuk tempat kerja alat gali, maka kegiatan
penggalian/pemberaian dapat segera dimulai. Kegiatan ini diikuti
dengan kegiatan pemuatan dan pengangkutan, baik untuk
batubara maupun lapisan penutup.

5) Pembersihan lahan

Untuk menyediakan tempat kerja bagi alat gali-muat dan alat


angkut perlu dilakukan pembersihan lahan. Pembersihan lahan ini

I - 149
dilakukan terhadap vegetasi/pohon-pohon yang terdapat di
sekitar daerah operasi penambangan dengan menggunakan
buldoser.

6) Penanganan tanah pucuk

Pertimbangan penanaman kembali daerah bekas tambang untuk


mengurangi kerusakan lingkungan (reklamasi) memerlukan suatu
strategi untuk penanganan tanah pucuk. Tanah pucuk ini
nantinya akan disebar pada bagian teratas dari tumpukan lapisan
penutup, baik di lokasi outside dump maupun di lokasi backfilling.

Tanah pucuk akan dikupas dan dimuat ke dalam truk jungkit


dengan menggunakan alat muat kemudian diangkut ke lokasi
penimbunan dan langsung disebar di atas timbunan lapisan
penutup, kecuali pada awal penambangan karena belum ada
timbunan lapisan penutup maka tanah pucuk akan ditumpuk di
dekat lokasi outside dump sebelum disebar di atas timbunan
lapisan penutup.

7) Penggalian/pemberaian, pemuatan dan pengangkutan


lapisan penutup

Seperti telah diuraikan sebelumnya, teknik penggalian yang


direkomendasikan adalah :
● Penggalian bebas untuk tanah pucuk
● Penggaruan untuk batubara, mudstone, sebagian sandstone
dan siltstone
● Peledakan untuk sebagian batuan keras, bila ada.

Oleh sebab itu penanganan lapisan penutup (overburden dan


interburden) akan dilakukan dengan cara sebagai berikut :
● Penggalian/pemberaian
● Pemuatan

I - 150
Pemuatan lapisan penutup ke dalam alat angkut baik dari
hasil penggaruan maupun hasil peledakan adalah
menggunakan alat muat.
● Pengangkutan
Pengangkutan lapisan penutup ke lokasi penimbunan adalah
menggunakan truk jungkit.

8) Penggalian/pemberaian, pemuatan dan pengangkutan


batubara

Pada umumnya penanganan lapisan batubara akan dilakukan


dengan cara sebagai berikut :
● Penggaruan
● Penggaruan batubara dengan menggunakan buldoser yang
dapat dilengkapi dengan single/double shank ripper.
● Pemuatan
● Pemuatan batubara ke dalam alat angkut menggunakan alat
muat.
● Pengangkutan
● Pengangkutan lapisan batubara ke ROM stockpile
menggunakan truk jungkit (rigid truck).
9) Jalan tambang

Yang dimaksud dengan jalan tambang adalah jalan yang


menghubungkan permuka kerja dengan lokasi ROM stockpile dan
lokasi penimbunan lapisan penutup. Jalan tambang disiapkan
untuk untuk dua jalur pengangkutan truk jungkit.

10) Perencanaan penimbunan lapisan penutup

Dalam perencanaan penimbunan lapisan penutup, penimbunan


di lokasi outside dump hanya akan dilaksanakan sampai
tersedianya daerah bekas penambangan yang cukup luas untuk
dapat melaksanakan backfilling.

I - 151
Cara seperti ini selain mengurangi biaya produksi (karena jarak
angkut lapisan penutup berkurang) juga mengurangi kerusakan
lingkungan akibat bekas penambangan. Dengan backfilling
lubang-lubang bekas tambang diisi kembali sehingga persiapan
pelaksanaan reklamasi dapat segera berjalan.

Untuk keperluan penimbunan di luar pit ini telah dipilih lokasi


timbunan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi
penimbunan tanah adalah sebagai berikut :
● jarak yang tidak terlalu jauh dari permuka kerja tambang
● tidak ada cadangan batubara di bawah lokasi yang dipilih
● tidak mengganggu daerah yang akan ditambang
● topografi permukaan berupa lembah.

Untuk menjaga agar lereng timbunan tetap aman, perancangan


penimbunan tanah di luar pit maupun backfilling selalu mengikuti
dimensi timbunan yang telah direkomendasikan oleh Kajian
Geoteknik.

11) Kebutuhan Peralatan

Kebutuhan alat-alat tambang dihitung dengan cara membagi


target produksi per jam dengan produktivitas alat per jam. Target
produksi per jam didapatkan dengan cara membagi target
produksi per tahun dengan jam kerja efektif alat per tahun.

Peralatan tersebut dapat dikelompokkan menjadi peralatan


tambang utama dan peralatan penunjang.

12.5. APLIKASI MINESCAPE 4

I - 152
Minescape 4 merupakan salah satu perangkat lunak terpadu
yang dirancang khusus untuk industri pertambangan. Minescape
yang berintikan sistem grafik CAD 3D dengan produk-produk
aplikasinya memungkinkan penggunanya secara interaktif
membuat dan mengolah model-model geologi tiga dimensi serta
desain tambang dalam Platform Silicon Graphics dan Sun UNIX.
Aplikasi Minescape merupakan inti dari sistem Minescape
meliputi sistem dasar dari program, bahasa pemrograman,
struktur data, library, alat-alat dan modul-modul yang merupakan
bagian perangkat lunak Minescape.

Komponen-komponen Minescape meliputi :


● GTI (Graphic Task Interface)
GTI merupakan sistem minescape yang menyediakan
manajemen interface yang akan gambar-gambar dan secara
visual berbeda dari lingkungan Minescape. GTI terdiri dari
base window dan berisi sejumlah Page yang dapat
dikonfigurasikan untuk kebutuhan pemakai dan ditampilkan
sebagai tab-tab dalam tabdeck.
● Page
Page (halaman layar) merupakan gabungan jendela yang
menjalankan fungsi-fungsi khusus dan ditampilkan di dalam
GTI Window. Secara umum Page ada dua macam, yaitu
monitor page yang menyediakan layanan pemantauan dan
kontrol terhadap modul-modul yang dijalankan dan
minescape page yang menyediakan fungsi-fungsi Minescape.

● CAD Window
CAD Window menampilkan grafis 3D CAD dari Minescape
(Computer Aided Design).

● Form
Format merupakan window tersendiri yang menampilkan
parameter dan data yang relevan untuk mengoperasikan

I - 153
Minescape secara khusus serta memungkinkan anda untuk
melihat, memanipulasi parameter secara interaktif dan
menyerahkan modul-modul tersebut untuk dijalankan.

Produk adalah perangkat lunak khusus yang dipadukan dengan


aplikasi Minescape. Produk-produk tambahan memberikan
kehandalan dalam aplikasi dan fungsi-fungsi tambahan yang
khusus pada operasi-operasi tertentu (misalnya Quality,
Stratigraphic Modelling dan Underground Design). Produk-produk
yang tersedia dalam keluaran ini meliputi :
● Blasthole Database
● Stratigraphic Modelling
● Block Modelling
● Quality
● Open Cut Mine Design
● Underground Coal Mine Design
● Mine Surveying
● Reserves
● Haul Road Design
● Drill & Blast Design
● Dragline Modelling
● Scheduling
● Truck Route

I - 154

Anda mungkin juga menyukai