Anda di halaman 1dari 15

MATA ACARA

KETEBALAN DAN KEDALAMAN

“Pendidikan merupakan tiket untuk masa depan. Hari esok untuk


orang-orang yang telah mempersiapkan dirinya hari ini”
~Malcolm X~

I. Tujuan
1. Praktikan dapat memahami definisi dari ketebalan dan kedalaman.
2. Praktikan dapat memahami prinsip pengukuran ketebalan baik
secara langsunng dan tidak langsung, serta pengukuran kedalaman
baik secara langsunng dan tidak langsung.
3. Praktikan dapat memahami pengukuran ketebalan dan kedalaman
secara grafis maupun secara matematis.

II. Teori Pengantar


A. Definisi
1. Ketebalan adalah jarak terpendek yang diukur antara dua bidang
sejajar yang merupakan batas antara dua lapisan.
2. Kedalaman adalah jarak vertikal dari suatu ketinggian tertentu
terhadap suatu titik (misalnya muka air laut) terhadap suatu titik, garis
atau bidang.

t = ketebalan

d = kedalaman

Gambar 3.1 Blok diagram yang memperlihatkan ketebalan dan kedalaman


B. Pengukuran Langsung
Ketebalan lapisan dapat ditentukan dengan beberapa cara, baik secara
langsung maupun tidak lanngsung. Pengukuran secara langsung dapat
dilakukan pada suatu keadaan tertentu, misalnya lapisan horizontal yang
tersingkap pada tebing vertikal (gambar 3.2a), lapisan vertikal yang
tersingkap pada topografi datar (gambar 3.2b) sedangkan pada topografi
miring dapat digunakan alat “Jacob’s staff”, yaitu tongkat yang dilengkapi
dengan “handlevel”, klinometer atau kompas pada bagian atasnya (gambar
3.2c). Dengan kata lain pengukuran ketebalan secara langsung diterapkan
bila topografi tegak lurus dengan kemiringan batuan.
Apabila keadaan medan, struktur yang rumit, atau keterbatasan
alat yang dipakai tidak memungkinkan pengukuran secara langsung,
diadakan pengukuran secara tidak langsung. Tetapi sebaiknya
diusahakan pengukuran mendekati secara langsung.
Baik pengukuran pengukuran ketebalan dan kedalaman
secara tidak langsung d dapat ditempuh dengan dua cara, yaitu:
1. Cara matemais
2. Cara grafis

Gambar 3.2 pengukuran ketebalan secara langsung


C. Pengukuran Tidak langsung
1. Ketebalan
a. Cara Matematis

Perhitungan ketebalan cara matematis menggunakan ilmu


ukur sudut. Perhitungan tergantung besar dan arah dari
kemiringan lereng (slope) dan kemiringan lapisan (dip).

i. Medan datar, lapisan miring


a. Pengukuran tegak lurus terhadap jurus lapisan.
Bila ketebalan dinotasikan t, sedangkan lebar singkapan
yang tegak lurus jurus dinotasikan w, maka:
t = w . sin δ δ = besar dip lapisan.

b. Pengukuran menyudut terhadap jurus lapisan.


w = l . sin γ γ = sudut antara lintasan dengan jurus lapisan.
t = w . sin δ l = lebar singkapan terukur.

Gambar 3.3. Medan datar, lapisan miring. w lebar singkapan


tegak lurus jurus; l lebar singkapan menyudut
jurus.
ii. Medan berlereng (sloping)

Gambar 3.4. H ubungan dip dan slope

1. Pengukuran tegak lurus jurus lapisan dan lapisan searah dengan


lereng sebesar σ.

- Dip (δ) lebih besar daripada slope (σ)


t = w . sin (δ - σ)

- Dip (δ) lebih kecil daripada slope (σ) :


t = w . sin (σ - δ)
2. Pengukuran tegak lurus jurus lapisan dan kemiringan lapisan
berlawanan dengan slope.
i. Dip (δ) lebih kecil daripada slope (σ) :
t = w . sin (δ + σ)

- Dip (δ) lebih besar daripada slope (σ) :


t = w . sin (180 - δ - σ) atau t = w . cos (90 - δ - σ)

- Lapisan horisontal :
t = w . sin σ

- Lapisan vertikal:
t = w . cos σ atau t = w . sin (90 - σ)
3. Pengukuran tidak tegak lurus jurus dan dip berlawanan dengan slope:

t = s ((sin γ . cos σ . sin δ) + (sin σ . cos δ)) atau


t = s ((cos γ . sin δ) + (sin σ . cos δ))
s = jarak singkapan yang tidak tegak lurus, diukur pada lereng
(jarak sesungguhnya di lapangan, bukan jarak pada peta)
4. Pengukuran tidak tegak lurus jurus dan dip searah dengan slope:

t = s ((sin γ . cos σ . sin δ) - (sin σ . cos δ))

b. Cara Grafis

Perhitungan ketebalan secara grafis menggunakan Alignment Diagram,


terdapat Alignment Diagram yakni Palmer Alignment Diagram dan Mertie
Alignment Diagram.

1. Palmer Alignment Diagram


Diagram Palmer Alignment digunakan bila pengukuran lebar singkapan tegak
lurus jurus lapisan dan pengukuran pada medan yang datar. Diagram ini dapat juga
digunakan untuk mencari kemiringan lapisan, bila lebar singkapan dan ketebalan
diketahui.
Namun diagram Palmer Alignment juga dapat digunakan bila permukaan tanah
memiliki kemiringan, dengan syarat lebar singkapan diukur tegak lurus terhadap
jurus perlapisan. Tetapi lebar singkapan pada diagram adalah jarak lereng dan dip
(kemiringan lapisan) ditambah (atau dikurang) sudut lereng.
Jika kemiringan lapisan memiliki arah yang berlawanan terhadap kemiringan
lereng, kemiringan lereng ditambahkan terhadap kemiringan lapisan (dip + slope).
Jika kemiringan lapisan memiliki arah yang sama dengan kemiringan lereng, maka
kemiringan lereng dikurangkan dari kemiringan lapisan (dip – slope).
Contoh penggunaan diagram Palmer Alignment pengukuran lebar singkapan tegak
lurus jurus lapisan dan pengukuran pada medan yang datar.
Lebar suatu singkapan pada medan yang datar adalah 500 m. Kemiringan

lapisan (dip) 70o, diukur tegak lurus jurus perlapisan. Cari ketebalan lapisan tersebut.
Penyelesaian
 Plot 500 pada skala lebar singkapan (skala paling kiri).

 Plot 70o diplot pada skala dip (skala paling kanan).


 Hubungkan kedua angka tersebut dihubungkan dan akan memotong garis
skala ketebalan yang terletak di tengah. Di situ terbaca angka 470, sehingga
ketebalan lapisan adalah 470 m.

Gambar 3.5. Palmer alignment diagram untuk menentukan ketebalan lapisan batuan
(Palmer, 1918). Diagram ini hanya digunakan untuk ketebalan singkapan
yang diukur tegak lurus jurus perlapisan. Jika permukaan tanah horisontal,
lebar singkapan 500 m dan dip 70o, maka ketebalan lapisannya adalah 470 m
(ditunjukkan oleh garis merah). Jika permukaan tanah horisontal, lebar
singkapan 600 m, dip 20o, maka ketebalannya adalah 205 m (ditunjukkan oleh
garis biru).
2. Mertie Alignment Diagram
Diagram Mertie Alignment mempunyai fungsi yang sama dengan diagram
Palmer Alignment, hanya diagram ini bisa digunakan untuk pengukuran pada
topografi yang mempunyai kemiringan (slope) dan pengukuran tidak tegak lurus
jurus. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa kita harus membedakan apakah
kemiringan lapisan searah dengan slope atau berlawanan. Bila searah maka besar
sudut antara jalur pengukuran dan jurus diplot di bagian bawah pada skala azimuth
lintasan dan sebaliknya.
Contoh penggunaan diagram Mertie Alignment pengukuran lebar singkapan
tidak tegak lurus jurus lapisan dan pengukuran pada medan yang mempunyai
kemiringan (slope).
Diketahui kemiringan lapisan (dip) yang searah kemiringan lereng (slope), sudut
antara jurus dan arah pengukuran 600, dip 450, slope 250 dan lebar singkapan 1000 m.
Cari ketebalan lapisan tersebut.
Penyesaian:
 Plot 60o pada skala azimuth lintasan bagian bawah.
 Sudut 45o diplot pada skala sudut dip, kemudian cari sudut 25o diplot pada skala
sudut lereng. Selanjutnya cari perpotongan kedua sudut tersebut pada jaring-
jaring segitiga sesuai lingkaran derajat, misalkan titik x.
 Hubungkan x dengan angka 60o (dari skala azimuth of traverse), sehingga garis
memotong garis skala t’ pada titik y. Titik y ini terletak di atas angka 0 pada skala
t’
 Plot nilai 1000 pada skala rentang lereng bagian atas. Hubungkan titik y dengan
angka 1000 tersebut dan akan memotong skala ketebalan lapisan.
 Karena titik y dan 1000 terletak pada bagian atas maka pembacaan ketebalan mulai
dari atas. Angka 0 bagian bawah dibaca 2000. Jadi ketebalan lapisan yang dicari
adalah 256 m.
Gambar 3.6. Mertie alignment diagram untuk menentukan ketebalan lapisan batuan
terhadap suatu permukaan atau horison yang mempunyai kemiringan, diukur
tidak tegak lurus jurus (Mertie, 1922). Dalam membaca skala paling kanan,
yaitu ketebalan lapisan, harap diperhatikan urutan angkanya. Bila skala
tersebut dibaca dari bawah, nilai-nilai ketebalan lapisan akan bertambah ke
arah atas dari angka 1000; angka 900 di atas 1000 harus dibaca sebagai 1100,
angka 800 di atas 1000 harus dibaca sebagai 1200, demikian seterusnya
hingga angka 0 paling atas dibaca sebagai 2000. Sebaliknya bila skala tersebut
dibaca dari atas, maka nilai-nilai ketebalan lapisan akan bertambah ke arah
bawah dari angka 1000; angka 900 di bawah 1000 dibaca sebagai 1100, dan
seterusnya hingga angka 0 paling bawah dibaca sebagai 2000.

2. Kedalaman

(a) Cara Matematis

i. Pengukuran tegak lurus jurus perlapisan, topografi datar

d = s tan δ

d = kedalaman

s = jarak titik pengukuran terhadap singkapan perlapisan


δ = kemiringan lapisan (dip)
Apabila m tidak tegak lurus jurus, maka kemiringan lapisan yang
dipakai adalah kemiringan semu (α)
d = s tan α

ii. Pengukuran tegak lurus jurus perlapisan, topografi miring

1) dip searah dengan slope:

d = s . (cos σ . tg δ – sin σ)

σ = kemiringan lereng (slope)


2) dip berlawanan dengan slope

d = s . (cos σ . tg δ + sin σ)

iii. Pengukuran tidak tegak lurus jurus lapisan:

1) dip searah dengan slope:

d = s . (cos σ . tg δ . sin γ – sin σ)

γ = sudut antara lintasan pengukuran dengan jurus lapisan

2) dip berlawanan dengan slope:

d = s . (cos σ . tg δ . sin γ + sin σ)

B. Cara Grafis

Pengukuran kedalaman cara grafis menggunakan aligment diagram, seperti


halnya pengukuran ketebalan cara grafis. Prosedur pencariannya juga sama.
Perbedaannya hanya pada skala yang digunakan. Palmer Alignment diagram
(Gambar 4.7), digunakan bila pengukuran horisontal dan tegak lurus jurus.
Apabila tidak tegak lurus jurus maka digunakan Mertie Alignmen diagram
(Gambar 4.8), .

Palmer Alignment diagram (Gambar 4.7) tersebut juga dapat digunakan


bila permukaan tanah memiliki kemiringan, dengan syarat jarak lereng
pengukuran diukur tegak lurus terhadap jurus perlapisan. Dip (kemiringan lapisan)
ditambah (atau dikurang) slope angle (sudut lereng). Jika kemiringan lapisan
memiliki arah yang berlawanan terhadap kemiringan lereng, kemiringan lereng
ditambahkan terhadap kemiringan lapisan (dip + slope). Jika kemiringan lapisan
memiliki arah yang sama dengan kemiringan lereng, maka kemiringan lereng
dikurangkan dari kemiringan lapisan (dip – slope).
i. Palmer Alignment Diagram

Gambar 3.7. Palmer alignment diagram untuk menentukan kedalaman lapisan batuan
(Palmer, 1918). Diagram ini hanya digunakan untuk jarak terhadap
singkapan (diukur dari titik yang ingin diketahui kedalaman lapisan
batuannya) pada bidang horisontal yang diukur tegak lurus jurus perlapisan.
Jika permukaan tanah horisontal, jarak terhadap singkapan 600 m dan dip
200, maka kedalaman lapisan pada titik tersebut adalah 220 m
ii. Mertie Alignment Diagram

Gambar 3.8. Mertie alignment diagram untuk menentukan kedalaman lapisan batuan
terhadap suatu permukaan atau horison yang mempunyai kemiringan, diukur
tidak tegak lurus jurus (Mertie, 1922). Diketahui kemiringan lapisan (dip)
yang berlawanan arah kemiringan lereng (slope), sudut antara jurus dan arah
pengukuran 500, dip 400, sudut lereng (slope) 250 dan lebar singkapan 1100

m. Kedalaman lapisan batuan adalah 900 m.

I. ALAT DAN BAHAN


1. Mistar 30 cm
2. Kalkulator scientific
3. Busur 360O
4. Kertas grafik A4 minimal 10 lembar
5. ATM
6. Kelengkapan diri (idcard, celanakain hitam polos, kemeja putih lengan panjang
polos, sepatu, jilbab hitam, rok hitam)
7. Palmer Alignment diagram dan Mertie Alignmen diagram untuk pengukuran
ketebalan dan kedalaman masing masing 5 lebar
TUGAS PENDAHULUAN
TEBAL DAN KEDALAMAN

1. JELASKAN DAN GAMBARKAN PEMAHAMAN ANDA TENTANG


PENGERTIAN KEDALAM, KETEBALAN, SUDUT, GARIS SEJAJAR,
DAN GARIS VERTIKAL !
2. SEBUTKAN CARA PENGUKURAN TEBAL DAN KEDALAMAN!
3. JELASKAN HUBUNGAN ANTARA SUDUT DALAM DAN SUDUT
TRIGONOMETRI !
4. TULISKAN DAN HAFALKAN RUMUS DASAR DALAM
TRIGONOMETRI !
RUMUS MENCARI PANJANG SISI DENGAN BANTUAN SUDUT
PADA SEGITIGA SIKU-SIKU !
5. TULISKAN DAN HAFALKAN NILAI-NILAI SIN,COS, DAN TAGEN
SUDUT-SUDUT ISTIMEWA DALAM TRIGONOMETRI !
6. APA MANFAAT DALAM MEMPELAJARI TEBAL DAN KEDALAMAN
DALAM ILMU PERTAMBANGAN ?

“Hiduplah seakan-akan kau akan mati besok.


Belajarlah seakan-akan kau akan hidup selamanya”
~Mahatma Gandhi~

Anda mungkin juga menyukai