JUDUL
Evaluasi Pelaksanaan Reklamasi Dan Pascatambang Batubara Di PT. Baturona
Adimulya, Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan.
B. LOKASI
Lokasi penelitian ini dilakukan di PT Baturona Adimulya, Kabupaten Musi
Banyuasin Sumatera Selatan.
C. BIDANG ILMU
Teknik Pertambangan.
D. LATAR BELAKANG
Penggunaan energi batubara di Indonesia yang semakin hari kian meningkat,
sehingga kebutuhan batubara juga ikut meningkat. PT Baturona Adimulya sebagai
salah satu industri penghasil batubara di Indonesia pun melakukan usaha untuk
memenuhi kebutuhan batubara di Indonesia, demi mencapai target produksi batubara,
seringkali kerusakan lingkungan terjadi pada setiap usaha kegiatan pertambangan,
salah satunya yaitu menyebabkan penurunan kualitas lingkungan, berupa kerusakan
ekosistem dan bahkan bisa mengancam dan membahayakan kelangsungan hidup
manusia itu sendiri.
Maka dari itu diperlukan adanya suatu kegiatan sebagai upaya pelestarian
lingkungan agar tidak terjadi kerusakan lebih lanjut. Dan salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah dengan melakukan reklamasi, berkaitan dengan dampak yang
dihasilkan dari kegiatan penambangan, usaha reklamasi lahan bekas tambang menjadi
keharusan bagi setiap perusahaan yang mengelola usaha pertambangan di Indonesia,
termasuk PT. Baturona Adimulya. Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan
memperbaiki atau menata kegun aan lahan yang terganggu akibat kegiatan usaha
pertambangan agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya.
Kegiatan reklamasi yang terencana dan berkelanjutan diharapkan lahan bekas
tambang dapat digunakan atau dimanfaatkan kembali sebagai lahan pertanian atau
kegiatan produktif lainnya sehingga dampak negatif dari kegiatan penambangan dapat
berkurang. Pelaksanaan reklamasi perlu dilakukan secara terencana, sistematis dan
berkelanjutan sebagai wujud dan upaya untuk menerapkan pengelolaan pertambangan
yang berwawasan lingkungan.
Maka dari itu, kegiatan pelaksanaan tugas akhir di PT. Baturona Adimulya,
Musi Banyuasin, Sumatera Selatan ini dilaksanakan untuk mengetahui kegiatan
pemantauan lingkungan, mengobservasi dan mengamati serangkaian proses reklamasi
yang terdiri dari kegiatan penataan lahan, revegetasi dan penyelesaian akhir, serta
mengetahui parameter dan tingkat keberhasilan reklamasi dengan mengacu pada
Keputusan Menteri No. 1827K/ 30/ MEM/2018 mengenai kriteria keberhasilan
reklamasi tahap operasi produksi.
E. PERUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana dan apa saja kegiatan dalam pelaksanaan kegiatan reklamasi dan
pascatambang di PT. Baturona Adimulya ?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan dalam kegiatan
reklamasi dan pascatambang di PT. Baturona Adimulya ?
3. Berapakah kemungkinan keberhasilan pelaksanaan pascatambang yang dilakukan
oleh PT. Baturona Adimulya ?
G. TUJUAN PENELITIAN
1. Menganalisis kegiatan dalam kegiatan reklamasi dan pascatambang di PT.
Baturona Adimulya.
2. Menganalisis factor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan yang dapat
terjadi dalam kegiatan reklamasi dan pascatambang di PT. Baturona Adimulya.
3. Menganalisis kemungkinan keberhasilan dalam kegiatan reklamasi dan
pascatambang di PT. Baturona Adimulya.
H. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat dari penelitian ini untuk memberikan informasi dan pengetahuan
tentang bagaimana proses reklamasi dan pascatambang dilakukan di PT. Baturona
Adimulya.
I. TINJAUAN PUSTAKA
1. Batubara
Batubara adalah sedimen organik berasal dari penguraian sisa berbagai
tumbuhan, campuran heterogen antara senyawa organik dan zat anorganik, menyatu
di bawah beban strata yang menghimpitnya. Salah satu sumber energi yang penting
yang terdapat dalam bentuk deposit yang merupakan pembusukan tanaman,
pengendapan dan penimbunan oleh sedimen, pergerakan kulit bumi dan terjadi akibat
pengaruh erosi. Seperti bahan yang sering terdapat di alam, batubara tidak berada
dalam kondisi murni, selalu bercampur dengan senyawa atau sisa tanaman lain
(Komariah, 2012).
Menurut Muchjidin (2006), tahap pertama terbentuknya batubara adalah
sebagai berikut:
1. Pembentukan Gambut
di mana pada proses pembentukan batubara ini terjadi reaksi biokimia yang luas.
Selama proses penguraian, protein dan selulosa akan mengalami penguraian yang
reaksinya lebih cepat. Sehingga pada gambut masih terdapat ranting, daun, spora,
bijih. Bagian tumbuhan terurai di bawah kondisi aerob menjadi CO2 dan amoniak,
proses ini dipengaruhi oleh iklim. Tahap pertama ini merupakan pembentukan
humus dan hasilnya berupa gambut.
2. Pembentukan Lignit
Proses terbentuknya lignit berlangsung ketika endapan gambut pada posisi
terbuka. Di bawah kondisi asam terbentuklah material ulmin dengan kandungan
karbon sebesar 61,70% (kondisi kering). Topografi daerah gambut akan berubah
yang menyebabkan gambut terkubur di bawah lapisan lanau dan terkubur di bawah
lapisan pasir, kemudian lapisan tersebut terendapkan oleh sungai dan rawa.
Semakin dalam gambut tersebut terkubur, semakin besar volume timbunan
sedimen yang menghimpitnya sehingga tekanan pada lapisan tersebut bertambah
serta terjadi kenaikan suhu. Tahapan kedua ini disebut juga dengan tahapan
metamorfosis. Produknya yang dinamakan lignit termasuk batubara peringkat
rendah.
3. Pembentukan batubara sub-bituminus
Batubara lignit peringkat rendah berubah menjadi batubara peringkat pertengahan.
Pada proses pembentukan batubara sub-bituminus kandungan hidrogen konstan
dan oksigen turun.
4. Pembentukan batubara bituminous
Pada proses ini terjadinya penurunan kandungan oksigen dan hidrogen secara
perlahan-lahan dibandingkan dengan proses sebelumnya. Produk sampingan pada
proses bituminus adalah CH4,CO2, dan mungkin H2O.
5. Proses antrasit
Dalam proses pembentukan antrasit oksigen hampir konstan dan hidrogen
cenderung turun lebih cepat. Kecepatan reaksi kimia diatur oleh tekanan atau suhu.
Coalification dibantu oleh proses fisika dan kimia alam yang akan mengubah
cellulosa menjadi batubara lignit, sub-bituminus, bituminus dan antrasit. Antrasit
merupakan batubara peringkat tinggi.
1. Penataan Lahan
2. Pengendalian Erosi dan Sedimentasi
3. Revegetasi
4. Pemeliharaan
Tanah diolah supaya gembur agar perakaran tanaman dapat dengan mudah
menembus tanah dan mendapatkan unsur hara yang diperlukan dengan baik,
diharapkan pertumbuhan tanaman sesuai dengan yang diinginkan.
Untuk meningkatkan kesuburan tanah dan mencegah erosi, tanah yang telah
rata dapat ditanami dengan tumbuhan penutup tanah (cover crop) seperti jenis
kacang-kacangan/polong-polongan. Kacangan-kacangan dikenal sebagai ‘pupuk
hijau, karena kemampuannya untuk mengikat dan mengelolah mineral dalam tanah
seperti nitrogen dan fosfor.
Selain itu, penanaman tumbuhan penutup tanah akan membuat tanah menjadi
lebih gembur. Apabila turun hujan, akan lebih banyak air yang akan terserap. Agar
erosi lebih terkendali, bias dibuat saluran air (drainase) dan bendungan penahan.
4.3 Revegetasi
Revegetasi adalah usaha atau kegiatan penanaman kembali lahan bekas
tambang. Menurut Setiadi (2006) tujuan dari revegetasi akan mencakup re-
establishment komunitas tumbuhan asli secara berkelanjutan untuk menahan erosi
dan aliran permukaan, perbaikan biodiversitas, dan pemulihan estetika lanskap.
Pemulihan lanskap secara langsung menguntungkan bagi lingkungan melalui
perbaikan habitat satwa liar, biodiversitas, produktivitas tanah dan kualitas air.
Menurut Sujitno (2007), arah dari upaya rehabilitasi lahan bekas tambang
ditinjau dari aspek teknis adalah upaya untuk mengembalikan kondisi tanah agar
stabil dan tidak rawan erosi. Berdasarkan aspek ekonomi dan estetika lahan, kondisi
tanah diperbaiki agar nilai/potensi ekonominya dapat dikembalikan sekurang-
kurangnya seperti keadaan semula. Berdasarkan aspek ekosistem, upaya
pengembalian kondisi ekosistem ke ekosistem semula. Dalam hal ini
revegetasi/reforestisasi adalah upaya yang mencakup kepentingan aspek-aspek
tersebut. Reklamasi hampir selalu identik dengan revegetasi.
Seleksi tanaman lokal dilakukan dengan melihat beberapa sifat seperti bersifat
katalistik (pohon yang dapat dipelihara),tumbuh cepat (pionir), penambat nitrogen,
menyukai penyinaran penuh, toleran terhadap hara rendah, memproduksi seresah
yang mudah terdekomposisi, mudah diperbanyak, biaya rendah, dan benih tersedia
secara alami (Nurtjahya 2003).
4.4 Pemeliharaan
Penataan Permukaan
Tanah
Penutupan
v
Penimbunan Tanah
Penanaman
Penebaran Tanah Pengendalian
Zona Hama, gulma dan
Sedimentai
J. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan data dan informasi yang diperoleh dari lokasi penambangan sebagai
data primer dan juga diambil dari literatur-literatur yang berhubungan dengan
pembuatan laporan ini.
2. Pengambilan data
Pengambilan data yang dilakukan terdiri dari data primer dan data sekunder.
a. Data primer, yaitu data yang diambil dari pengamatan dan observasi di
lapangan dengan mencatat secara sistematis data yang dibutuhkan.
1)Sampel Tanah
2)Menghitung Luas Lahan
b. Data sekunder, yaitu data – data penunjang yang diambil dari literatur
dan referensi- referensi yang berhubungan dengan penelitian ini.
1) Data Penatahgunaan Lahan.
2) Data Pengendalian Erosi.
3) Data Pengendalian Sedimentasi.
4) Data Revegetasi
3. Pengolahan data
Setelah mendapatkan data yang diperlukan, dilakukan pengolahan data yaitu
menyusun berdasarkan urutan, ditabulasi, kemudian di hitung nilai-nilai yang
diperlukan seperti nilai rata-rata, rumus luasan dan volume bangun ruang, dan
hasilnya nanti akan digunakan sebagai masukan-masukan dalam perhitungan
selanjutnya.
No Kegiatan Minggu ke
1 2 3 4
1 Pengambilan Sampel
2 Pengujian Sampel
3 Pengolahan dan Analisa Data
4 Pembuatan dan Penyusunan Laporan
L. PENUTUP
Demikian proposal Tugas Akhir ini Pemohon buat untuk menggambarkan tujuan
dilakukan nya studi Tugas Akhir. Atas perhatiannya Pemohon ucapkan terima kasih.
M. DAFTAR PUSTAKA
Arie, I. 2015. Penilaian Tingkat Keberhasilan Reklamasi Lahan Bekas Tambang Pada
Pit 2 PT. Pipit Mutiara Jaya Dikabupaten Tanah Tidung Dikalimantan Utara.
Prosiding Seminar Nasional ReTII ke-10, 2015. Page :184-188.
Bukhari, I., K. S. Lubis, dan A. Lubis. 2014. Pendugaan Erosi Aktual Berdasarkan
Metode USLE Melalui Pendekatan Vegetasi, Kemiringan Lereng dan
Erodibilitas di Hulu Sub DAS Padang. Jurnal Agroekoteknologi Universitas
Sumatera Utara 3(1): 160-167.
Malau, R.S., dan W. H. Utomo. 2017. Kajian Sifat Fisik Tanah Pada Berbagai Umur
tanaman kayu putih (Melaleuca cajuputi) Di Lahan Bekas tambang batubara
PT. Bukit Asam Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan 4 (2) : 525-531
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 18 Tahun 2008.
Reklamasi Dan Penutupan Tambang. 29 Mei 2008. Jakarta.
Sutedjo M.M. 1992. Analisa Tanah, Air dan Jaringan Tanaman, Cetakan Kedua,
Rineka Cipta, Jakarta.