ELISABET PASUNU
D111 20 1008
GOWA
2022
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan pencipta langit dan bumi
kuliah karakterisasi bahan tambang yang telah mengajar penyusun pada proses
Terlepas dari kekurangan yang mungkin didapati pada laporan ini, penyusun
berharap laporan ini dapat memberikan dampak yang baik kepada pembaca mengenai
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................iv
DAFTAR TABEL.....................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
2.1 Batubara...........................................................................................................4
4.1 Hasil...............................................................................................................22
4.2 Pembahasan....................................................................................................25
BAB V PENUTUP.................................................................................................27
iii
5.1 Kesimpulan......................................................................................................27
5.2 Saran..............................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Muffle Furnace..................................................................................13
v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Data Penimbangan Moisture Content ......................................................22
vi
v
BAB I
PENDAHULUAN
sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan
Salah satu barang tambang yang banyak ditambang adalah batubara. Batubara
merupakan salah satu sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, batubara
memiliki peranan penting dalam banyak hal. Salah satu kontribusi batubara adalah
pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Meningkatnya konsumsi batubara di dunia tidak
energi utama pembangkit listrik, batubara merupakan salah satu pemasok sumber
energi terbesar kedua setelah minyak bumi. Batubara sebagai sumber energi dunia
dan merupakan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui maka penting untuk
penggunaaan batubara secara efisien, agar produksi dan penggunaan batubara dapat
terkonrol dan dapat menyimpan cadangan batubara untuk masa mendatang. Salah
satu analisis untuk uji kualitas control batubara adalah analisis proksimat
Analisis proksimat adalah metode atau analisis awal yang digunakan untuk
penentuan kandungan kadar air, zat terbang, zat abu, dan karbon tertambat pada
sampel batubara yang akan diuji. Acuan bagi analis untuk menghasilkan nilai hasil uji
yang presisi dan akurat adalah Standard Operation Prosedur (SOP). Standar ini telah
instruksi kerja alat melalui pembahasan sehingga menghasilkan prosedur baku analisis
dan untuk mengetahui kualitas batubara dan pemanfaatannya. Praktikum ini juga
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, tujuan yang ingin dicapai dari
2
Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin. Praktikum ini
mencakup tentang tata cara analisis proksimat, klasifikasi batubara berdasarkan hasil
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Batubara
sedimen yang mudah terbakar secara komposisi tersusun atas karbon sebagai bahan
utamanya, terbentuk dari kompaksi dan pengerasan dari tumbuhan sisa (Pratama, et
al., 2020).
Batubara terbentuk dari perubahan fisik dan kimia dari peat dengan proses-
tumbuhan yang terendapkan dilingkungan delta, pantai, rawa maupun cekungan antar
gunung yang berupa danau, dimana lapisan batuan dasarnya merupakan lapisan
batuan yang kedap air, sehingga memungkinkan tidak terjadinya sirkulasi air yang
pohon-pohon yang mati akan terendam dan mengalami pembusukan anaerob. Zat air
batubara. Ada dua teori tentang terjadinya terbentuknya gambut dalam bentuk lapisan
(Juniar, 2008):
1. Teori Insitu
4
Teori ini menganggap bahwa penumpukan sisa tumbuhan terjadi ditempat di
rawa dan kemudian akan terjadi pengubahan yang akan menghasilkan batubara
mulai dari gambut hingga antrasit. Teori ini didasarkan pada kenyataan bahwa :
2. Teori drift
Teori ini menganggap bahwa penumpukan sisa tumbuhan terjadi di tempat lain.
a) Adanya fosil hewan sungai (seperti ikan) dalam lapisan batubara yang
terbentuk.
d) Adanya lapisan tanah dan batuan sedimen pada batubara yang terbentuk
1. Biokimia
Tahap ini merupakan suatu tahap dimana terjadi perubahan dari tumbuhan
menjadi gambut yang diakibatkan oleh bakteri dan fungi dalam air yang
c) Iklim harus basah, supaya sisa tumbuhan dapat tergenang dalam air yang
5
Tahap biokimia ini terdiri dari beberapa proses yaitu (Nurela, 2019):
c) Seri dari tahap biokimia ini adalah : lignit bituminous coal high atau
transformasi dari gambut yang merupakan rank tertinggi sedangkan lignit adalah
rank terendah.
2. Tahap Geokimia
menjadi antrasit yang diakibatkan oleh tekanan dan suhu dalam waktu yang lama,
Menurut klasifikasi tingkatan (rank) batubara sesuai ASTM- D338, dan SNI 13–
b) Medium–Volatile Bituminous
6
merupakan grup batubara dalam rank bituminous yang memiliki kandungan fixed
carbon sebesar >69% - <78% kandungan volatile matter sebesar >22%- <31%.
c) High–Volatile A Bituminous
adalah grup batubara dalam rank bituminous yang memiliki persentase fixed
merupakan batubara dalam rank bituminous yang mempunyai nilai kalori sebesar r
e) High–Volatile C Bituminous
merupakan batubara dalam rank bituminous yang mempunyai nilai kalori sebesar
antara keduanya tidak dapat dijelaskan secara pasti. Bagian yang pertama disebut
kelembaban bebas atau free moisture yang terjadi pada permukaan batubara dan
pada bidang rekahannya. Mudah hilang melalui penguapan pada suhu ruang kecuali
selama cuaca basah dan dingin yang tidak biasa. Dalam skala perdagangan nilai kadar
kelembaban batubara tidak boleh lebih dari batas yang disepakati karna dapat
moisture yang dibedakan lagi menjadi tiga kelompok yaitu ( Gouricharan & Rao, 2016)
7
Ini adalah air yang tergabung dalam beberapa senyawa organik batubara.
Ini adalah air yang membentuk bagian dari struktur kristal lempung dan
pemanasan pada suhu 100°C tetapi untuk kelembaban dekomposisi dan kelembaban
mineral dibutuhkan suhu 500°C untuk menghilangkannya ( Gouricharan & Rao, 2016).
Tidak ada batubara yang seluruhnya terdiri dari senyawa organik. Bahan
anorganik juga ada dalam batubara sebagai pengotor. Pengotor dalam batubara
berbentuk mineral dan bahan mineral tidak mudah terbakar. Residu dari bahan mineral
ini setelah batubara dibakar akan menjadi abu. Kandungan abu rata-rata dari seluruh
ketebalan lapisan batubara setidaknya 2 atau 3%, bahkan untuk batubara bituminous
yang sangat murni, dan 10% atau lebih untuk sebagian besar tambang komersial.
Bahan yang kadar abunya terlalu tinggi untuk penggunaan biasa disebut bone coal,
abu dan belerang. Bahan mineral pembentuk abu terdiri dari dua jenis yaitu bahan
mineral bawaan (inherent mineral matter) dan bahan mineral asing atau tambahan
adalah unsur anorganik yang ada pada tumbuhan yang membentuk batubara dan
jumlahnya berkisar 2% dari total abu yang dihasilkan. Sementara mineral asing atau
8
pembusukan terjadi dan dapat pula berupa unsur organik yang bercampur dengan
batubara pada saat proses penambangan berlangsung. Material pengotor ini biasanya
bertentuk lempung halus dari mino silikat, karbonat, sulfida, oksida, klorida dan sulfat
sesuai dengan sifat fisik dan kimianya yang kemudian dapat digunakan untuk
mengevaluasi kualitas dan nilai (ekonomi) dari batubara individu untuk tujuan
sifat batubara tertentu yang dapat digunakan sebagai nilai cut-off untuk estimasi
sumber daya dan cadangan batubara (misalnya hasil abu, nilai kalor dan kadar sulfur
total). Batubara dapat diklasifikasikan menurut sifat ilmiah yang berbeda, misalnya
komposisi unsur dan sifat fisik dan kimia atau menurut properti komersial yang
pembakaran atau karbonisasi misalnya coking atau caking properties, nilai kalor, daya
panas dan waktu,, batubara umumnya dibagi menjadi lima kelas sebagai berikut
bakar. Hal ini disebabkan karena masih merupakan fase awal dari proses
pembentukan batubara.
Batubara lignit disebut juga batubara muda yaitu batubara yang merupakan
9
batubara tingkat terendah dari batubara, berupa batubara yang sangat lunak
dan
bituminous.
4. Bituminous
Golongan ini merupakan batubara dengan keadaan fisik yang tebal dan
berwarna cokelat tua. Batubara bituminous memiliki nilai kalor yang tinggi,
mengandung 86% karbon dengan sedikit kandungan air, abu, dan sulfur.
5. Anthracite
juga batubara tua. Batubara antrasit berbentuk padat, keras dengan warna
sederhana dan banyak dilakukan orang. Istilah ash dan zat mineral anorganik
digunakan secara bersama yang satu dapat menggantikan lainnya. Ash adalah residu
yang tertinggal setelah batubara dibakar. Ash berbeda dengan banyaknya dan susunan
kimia dari zat mineral dalam batubara yang disebabkan pemecahan termis zat mineral
10
sebelumnya. Ada sekitar 16 atau lebih parameter penentu kualitas batubara yang
secara umum disajikan walaupun sekitar 16 atau lebih parameter penentu kualitas
a. Kandungan Air Total (Total Moisture) Merupakan banyaknya air yang terkandung
dalam batubara sesuai kondisi lapangan, baik yang terikat secara kimia maupun akibat
pengaruh kondisi luar. Kandungan air total ini sangat dipengaruhi oleh faktor keadaan,
b. Kandungan Air Bebas (Free Moisture) Merupakan air yang diserap pada permukaan
c. Kandungan Air Bawaan (Inherent Moisture) Merupakan kandungan air bawaan yang
2.6.2 Ash
Merupakan sisa zat anorganik yang terdapat dalam batubara. Kandungan abu
maupun pengotor yang berasal dari proses penambangan. Kandungan abu dapat
Zat terbang merupakan zat aktif yang menghasilkan energi atau panas apabila
batubara tersebut dibakar. Makin tinggi kandungan zat terbang dalam batubara, maka
batubara tersebut akan makin mudah terbakar, demikian pula sebaliknya (Nurela,
2019).
11
2.6.4 Fixed carbon
adanya pengeluaran zat terbang dan kandungan air, maka karbon tertambat secara
otomatis akan naik, sehingga makin tinggi kandungan karbonnya, maka kualitas
batubara akan makin baik. Perbandingan antara karbon padat dengan zat terbang
12
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1.1 Alat
1. Muffle Furnace
2. Cawan
13
Gambar 3.2 Cawan
3. Weighing Machine
4. Spatula
14
Gambar 3.4 Spatula
5. Agate Mortar
6. Sieving
15
Gambar 3.6 Sieving
3.1.2 Bahan
1. Sampel Bubuk
Sampel bubuk berfungsi sebagai sampel yang akan diuji kedalam LOI.
2. Alkohol
3. Tissue
16
Gambar 3.9 Tissue
Prosedur percobaan dalam praktikum kali ini terdiri dari beberapa tahapan yang
berikut:
3. Menimbang Cawan Kosong tanpa tutup untuk analisis moisture content dan
17
Gambar 3.11 Menimbang Cawan
berat 1 gram.
18
Gambar 3.13 Menimbang sampel dalam cawan
6. Mengatur mesin Muffle Furnace sesuai dengan suhu dan waktu yang
diinginkan. Untuk menganalisis kadar air pada suhu 105˚C selama 1 jam, kadar
abu menggunakan suhu 750˚C selama 2 jam, serta zat terbang pada suhu
19
Gambar 3.14 Mengatur suhu pada muffle furnace.
tang krusibel.
20
Gambar 3.16 Mengeluarkan sampel dari dalam muffle
furnace
10. Menghitung massa krusibel (cawan) yang berisi sampel yang telah dibakar
11. Setelah data dari analisis kadar air didapatkan, maka selanjutnya menganalisis
kadar abu dan zat terbang dari sampel. Prosedur percobaan di atas diulangi
21
tetapi mengatur suhu yang berbeda pada mesin Muffle Furnace . Selain itu pada
BAB IV
4.1 Hasil
Hasil yang diperoleh dari analisis yang telah dilakuikan berupa data-data
22
Data penimbangan cawan kosong untuk perhitungan moisture content adalah
10,7398 gram. Data penimbangan sampel batubara adalah 1,0001 gram. Data
penimbangan berat sampel dan cawan setelah pemijaran adalah 11,7235 gram.
untuk analisis kandungan air menggunakan cawan karena sampel yang ditimbang akan
W 2−W 3
Moisture(%)= ×100 %
W 2−W 1
11,7399−11,7235
Moisture(%)= ×100 %
11,7399−10,7398
Moisture(%)=1,639 %
Keterangan:
10,1811 gram. Data penimbangan sampel batubara adalah 1,0004 gram. Data
penimbangan berat sampel dan cawan setelah pemijaran adalah 10,5888 gram.
23
untuk analisis kadar abu menggunakan cawan karena sampel yang ditimbang akan
menggunakan cawan sebagai wadah. Berikut ini perhitungan ash content berdasarkan
W 3−W 1
Ash(%)= ×100 %
W 2−W 1
10,5888−10,1811
Ash(%)= ×100 %
11,1819−10,1811
Ash(%)=1,0992%
Keterangan:
Data penimbangan cawan kosong dan tutup untuk perhitungan volatile matter
adalah 16,4013 gram. Data penimbangan sampel batubara adalah 1,002 gram. Data
penimbangan berat sampel, cawan, dan tutup setelah pemijaran adalah 17,6255 gram.
untuk analisis kandungan zat terbang menggunakan cawan dan tutup karena sampel
yang ditimbang akan menggunakan cawan sebagai wadah dan tutup cawan untuk
menghindarkan sampel dari udara luar. Berikut ini perhitungan ash content
W 2−W 3
VM ( % )= ×100 %−Moisture (%)
W 2−W 1
24
11,3848−17,6255
VM ( % )= ×100 %−1,639 %
11,3848−16,4013
VM (%)=10,801 %
Keterangan:
diatas, maka praktikan dapat melakukan perhitungan untuk mengetahui fixed carbon
menggunakan data-data yang telah dihitung diatas. Berikut ini perhitungan fixed
FC=%
Keterangan:
FC = Fixed carbon
VM = Volatile matter
4.2 Pembahasan
terbakar secara komposisi tersusun atas karbon sebagai bahan utamanya, terbentuk
dari kompaksi dan pengerasan dari tumbuhan sisa. Analisis proksimat merupakan cara
25
mengevaluasi batubara yang paling sederhana dan banyak dilakukan orang. Istilah ash
dan zat mineral anorganik digunakan secara bersama yang satu dapat menggantikan
lainnya. Ash adalah residu yang tertinggal setelah batubara dibakar. Ash berbeda
dengan banyaknya dan susunan kimia dari zat mineral dalam batubara yang
Praktikum kali ini menggunakan sampel batubara yang telah digerus dan diayak
menggunakan ayakan 60 mesh yang menjadi standar analisis proksimat kali ini.
sampel batubara pada praktikum ini memiliki kadar air sebesar 1,639%, kadar abu
sebesar 1,099%, kandungan zat terbang sebesar 10,801%, dan kadar karbon
tertambat sebesar 86,461%. Hasil analisis proksimat kali ini menandakan bahwa
batubara yang menjadi sampel uji kali ini masuk dalam rank semi anthracite.
zat terbang sebesar >9%-<14%, dan kadar karbon tertambat sebesar >86%-<92%
berdasarkan ASTM dan ISO terhadap batubara. Batubara semi anthracite merupakan
golongan batubara dengan keadaan fisik yang tebal dan membentuk bongkah-bongkah
Hasil dari praktikum ini masih terdapat kekeliruan data yang berakibat pada
batubara. Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya kesalahan dalam proses
analisis praktikum adalah human error. Human error merupakan kesalahan yang
dilakukan oleh praktikan yang dapat berdampak pada hasil analisis. Contoh human
error yaitu saat proses penimbangan sampel, terjadi penukaran sampel yang ditimbang
sebelum pemijaran dan setelah pemijaran. Akibat tertukarnya sampel uji akan
membuat hasil data yang diterima akan berbeda dari yang seharusnya. Prosedur yang
tidak diikuti juga akan menciptakan kesalahan dalam pengambilan data. Saat
praktikum, sampel dibakar menggunakan tutup cawan yang seharusnya dibakar tanpa
26
tutup cawan sehingga dalam proses pembakaran dilakukan kembali selama beberapa
menit. Data yang kurang tepat akan membuat hasil perhitungan menjadi kurang tepat
sehingga membuat hasil analisis yang dilakukan akan tidak sepenuhnya akurat.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
27
1. Analisis proksimat dilakukan untuk melihat kandungan air, kadar abu,
kandungan zat terbang, dan kadar karbon tertambat. Hasil analisis dari sampel
batubara pada praktikum ini memiliki kadar air sebesar 1,639%, kadar abu
sebesar 1,099%, kandungan zat terbang sebesar 10,801%, dan kadar karbon
2. Hasil analisis proksimat memiliki tujuan untuk mengetahui jenis batubara yang
menjadi sampel uji. Klasifikasi batubara terdiri dari lignit, sub bituminus,
bituminus, dan antrasit. Hasil analisis proksimat kali ini menandakan bahwa
batubara yang menjadi sampel uji kali ini masuk dalam rank semi anthracite.
dilakukan oleh suatu perusahaan. Semakin baik kualitas suatu batubara maka
dengan kualitas baik seperti batubara rank semi anthracite biasanya pada
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ariyanto. D, 2007. Pembuatan Briket Arang Dari Enceng Gondok (Eichornia Crasipess
Solm) Dengan Sagu Sebagai Pengikat, Palembang
Brotowati, S. & Sofia, I., 2018. Peningkatan Kualitas Batubara Subbituminus Mallawa
Menjadi Batubara Bituminus. INTEK, 5(1), pp. 34-38.
28
Gouricharan, T. & Rao, D. S., 2016. Moisture . In: V. P. S. P. Ltd, ed. Coal Processing
and Utilization. Chennai, India: CRC Press/Balkema, p. 14.
Juniar. R, 2008. Produk Biobriket Batubara Tanpa Bahan Pengikat Hasil Proses
Aglomerasi Minyak Jarak Pagar – Air Dengan Biomasa Serbuk Gargaji,
Penelitian Palembang
Malaidj, E., Anshariah & Budiman, A. A., 2018. Analisis Proksimat Sulfur Dan Nilai Kalor
Dalam Penentuan Kualitas Batubara Didesa Pattappa Kecamatan Pujananting
Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan. Geomine, 6(131-137).
Muchjidin, 2006. Pengendalian Mutu Dalam Industri Batu Bara. Bandung: ITB PRESS.
Nurela, 2019. Analisa Total Moisture Dan Ash Pada Briket Batubara. 4(1), pp. 36-43.
Prahesthi, L. O., & Zamani, F. 1885. Penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP)
Analisis Kimia Proksimat Batubara. Bandung: Sub Bidang Laboratorium Pusat
Sumber Daya Geologi.
LAMPIRAN
29
30
31