D111 20 1065
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA
2022
i
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
penulisan Laporan Karakterisasi Bahan Tambang yang berjudul Analisis Proksimat ini
tepat pada waktunya. Laporan ini merupakan hasil dari praktikum penyusun yang
dikembangkan lebih dalam lagi mengenai pengetahuan tentang apa saja mengenai
Praktikum Karakterisasi Bahan Tambang. Laporan ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang ilmu batuan bagi para pembaca terutama bagi para mahasiswa
dalam bidang pertambangan. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak yang
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang ditekuni dan membagikan
ini kiranya mohon dimaafkan karena laporan ini masih jauh dari kata sempurna.
Diharapkan supaya mendapatkan kritik dan saran yang dapat membangun demi
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL..................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
2.1 Batubara....................................................................................................3
4.1 Hasil 19
4.2 Pembahasan 22
BAB V PENUTUP...........................................................................................24
iii
5.1 Kesimpulan...............................................................................................24
5.2 Saran.......................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.2 Desikator.........................................................................................................11
3.4 Cawan.............................................................................................................12
3.5 Spatula............................................................................................................12
3.8 Alkohol............................................................................................................14
3.13 Alkohol...........................................................................................................16
3.15 Tisu...............................................................................................................16
v
BAB I
PENDAHULUAN
Bahan tambang yang saat ini masih menjadi primadona adalah batubara, yang
digunakan sebagai salah satu sumber energi primer. Indonesia merupakan salah satu
negara yang memiliki potensi sumberdaya energi dan mineral yang cukup besar,
dengan Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur merupakan provinsi dengan tingkat
sumberdaya batubara tertinggi di Indonesia, yaitu setara dengan 82% dari total
miliar ton (MT) dan cadangan sebesar 28,17 MT (Dirjen Mineral dan Batubara, 2013).
Kualitas batubara adalah sifat fisika dan kimia dari batubara yang
mineral matter penyusunnya, serta oleh derajat coalification (rank). Umumnya, untuk
menentukan kualitas batubara dilakukan analisa kimia pada batubara yang diantaranya
berupa analisis proksimat dan analisis proksimat. Analisis proksimat dilakukan untuk
menentukan jumlah air (moisture), zat terbang (volatile matter), karbon padat (fixed
carbon), dan kadar abu (ash). Penilaian kualitas batubara ditentukan oleh beberapa
parameter yang terkandung dalam batubara yang ditentukan dari sejumlah analisis di
laboratorium, parameter kualitas batubara umumnya terdiri dari, caloriviv value, total
analisis proksimat yang merupakan teknik analisa yang digunakan menentukan kualitas
batubara. Oleh karena itu, praktikum kali ini dilakukan agar praktikan mampu
1
mengetahui kegunaan analisis proksimat dan hubungannya dalam sampel yang di
peran analisis terhadap sampel yang dianalisis serta mengetahui klasifikasi batubara
yang telah dilakukan. Pada praktikum ini akan menganalisis sampel yang sebelumnya
telah dipreparasi yang kemudian akan diketahui kadar kandungan yang ada pada
sampel tersebut. Praktikum ini dilakukan pada Sabtu, 21 Mei 2022 pukul 07.00 WITA di
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Batubara
Batubara adalah batuan sedimen organik yang terbentuk dari sisa-sisa macam
tumbuhan, dan telah mengalami dekomposisi atau penguraian oleh adanya proses
biokimia dan geokimia dalam lingkungan bebas oksigen, yang dipengaruh oleh panas
dan tekanan yang berlangsung lama sehingga berubah baik sifat fisik maupun sifat
kimia. Proses pembentukan batubara dapat melalui proses sedimentasi dan skala
(Hadi, 2012).
Nama batubara diduga berasal dari bahasa Inggris Kuno col, yang merupakan
jenis arang yang digunakan pada saat itu. Batubara juga disebut di beberapa daerah,
di timur laut Inggris. Umumnya, batubara tidak ditambang secara luas selama awal
Abad Pertengahan (sebelum tahun 1000 M) tetapi ada catatan tertulis tentang
berkembang pesat, sepanjang abad kesembilan belas dan awal abad kedua puluh.
Popularitas yang meningkat ini telah membuat perlu untuk merancang metode yang
yang terbentuk oleh posisi dekomposisi dan perubahan vegetasi oleh pemadatan,
suhu, dan tekanan Ini bervariasi dalam warna dari coklat ke hitam dan biasanya
3
bertingkat. Sumber vegetasi sering berupa lumut dan bentuk tumbuhan rendah
lainnya, tetapi beberapa batubara mengandung sejumlah besar bahan yang berasal
dipadatkan, dikeraskan, diubah secara kimiawi, dan bermetamorfosis oleh panas dan
tekanan selama waktu geologis Batubara diduga terbentuk dari tumbuhan prasejarah
yang tumbuh di ekosistem rawa. Ketika tanaman tersebut mati, biomassa mereka
disimpan dalam lingkungan akuatik anaerobik di mana tingkat oksigen yang rendah
Endapan batubara, biasanya disebut lapisan atau lapisan, dapat berkisar dari fraksi inci
dikenal dengan Klasifikasi menurut ASTM ( America Society for Testing and Material ).
Klasifikasi ini berdasarkan rank dari batubara itu atau berdasarkan derajat
hingga antrasit). Untuk menentukan rank batubara diperlukan data fixed carbon,
volatile matter dan nilai kalori dalam Btu/lb. Cara pengklasifikasian adalah sebagai
berikut:
4
2. Untuk batubara dengan kandungan volatile matter lebih besar dari 31 %, maka
3. Untuk batubara jenis lignit a. 2 group Lignite coal dengan moist nilai kalori di
5
4. Lignite lignite A ligA 4830-6360
lIgnite B ligB 52 52 ˂5250
sesuai kondisi lapangan, baik yang terikat secara kimia maupun akibat pengaruh
kondisi luar. Kandungan air total ini sangat dipengaruhi oleh faktor keadaan, seperti
iklim, ukuran butiran, kelembaban, dan sebagainya. Kadar air batubara dapat
Kandungan Air Bebas (Free Moisture) Merupakan air yang diserap pada
permukaan batubara akibat pengaruh dari luar. Kadar air bebas sangat
batubara. Kadar air bebas ini dapat hilang dengan cara penguapan alami
Kadar air terikat adalah kadar air yang terperangkap dalam pori batubara
sebagai akibat dari sifat hidroskopi batubara. Kadar air jenis ini baru bisa
Moisture content pada batubara paling sedikitnya terdiri atas satu senyawa
kimia tunggal. Wujudnya dapat berbentuk air yang dapat mengalir dengan cepat dari
dalam sampel batubara, senyawa teradsorpsi, atau sebagai senyawa yang terikat
secara kimia. Sebagian moisture merupakan komponen zat mineral yang tidak terikat
6
Analisis kadar air (moisture content) dapat dihitung dengan menggunakan
rumus:
Dimana:
Keterdapatan dan tipe mineral pada batubara adalah merupakan mineral atau
mineral matter pada batubara dapat diartikan sebagai mineral-mineral dan material
mancakup tiga golongan material yaitu mineral dalam bentuk partikel diskrit dan
kristalin pada batubara, unsur atau senyawa dan biasanya tidak termasuk unsur
nitrogen dan sulfur, dan senyawa anorganik yang larut dalam air pori batubara dan air
permukaan. Mineral matter pada batubara dapat berasal dari unsur anorganik pada
yang berasal dari luar rawa atau endapan kemudian ditransport ke dalam cekungan
pengendapan batubara melalui air atau angin dan dapat disebut extraneous atau
(Mackowsky,1982).
Mineral matter pada umumnya dibagi menjadi dua kategori yaitu, syngenetic
dan epigenetic. Syngenetic (primary) pada mineral matter adalah mineral yang
mempunyai ukuran butir lebih kecil dari mineral epigenetic dan tersebar secara merata
7
batubara dapat dibedakan atas: dari mineral utama ( major minerals), mineral
tambahan (minor minerals) dan mineral jejak (trace minerals) (Speight, 1994).
tambahan 1-10% dan mineral jejak 1% berat. Umumnya yang termasuk mineral
utama adalah mineral lempung dan kuarsa sedangkan mineral minor yang umum
adalah karbonat, sulfida dan sulfat. Mineral lempung (clay) adalah merupakan
kelompok yang paling dominan dijumpai pada batubara, sekitar 6080% dari total
mineral matter. Umumnya terdapat sebagai mineral primer yang terbentuk akibat
adanya aksi air atau angin yang membawa material detrital ke dalam cekungan
oleh kondisi kimia rawa (Bustin,1989). Spesies mineral lempung umum terdapat dalam
batubara adalah kaolinite, illite dan montmorilonit. Kaolinit ini umumnya terdapat
tersebar pada vitrinit sebagai pengisi rekahan dan lainnya berbentuk speris. Sedangkan
illite biasanya lebih banyak terdapat pada batubara dengan lapisan penutup ( roof)
batuan sedimen marin. Mineral lempung yang terbentuk pada fase ke dua ( secondary),
umumnya dihasilkan oleh adanya transformasi dari lempung fase pertama. Bila
bertambah. Asosiasi mineral lempung pada lapisan batubara berupa inklusi halus yang
tersebar dan sebagai pita-pita lempung (tonstein). Kuarsa (SiO 2) adalah merupakan
salah satu mineral oksida yang paling penting terdapat dalam batubara (Tylor, 1998).
Ada dua tipe dari kuarsa yang dapat dibedakan berdasarkan daripada teksturnya yaitu
butiran kuarsa klastik berbentuk bulat jika terendapkan melalui media air dan
berbentuk menyudut jika melalui media angin. Tipe lainnya adalah kuarsa kristal halus
yang terbentuk dari larutan setelah pengendapan batubara. Kuarsa dalam batubara ini
kebanyakan merupakan silika yang terlarut dari hasil pelapukan felspar dan mika.
8
Kuarsa merupakan mineral syngenetic dan jarang ditemukan sebagai epigenetic
(Ranton, 1982).
soi
Kualitas batubara adalah sifat fisika dan kimia dari batubara yang
mineral matter penyusunnya, serta oleh derajat coalification (rank). Umumnya, untuk
menentukan kualitas batubara dilakukan analisa kimia pada batubara yang diantaranya
tujuan komersial dan properti yang digunakan adalah analisis proksimat yang
memberikan persentase kadar air, zat terbang, kadar abu, karbon tetap dan sulfur
dalam batubara dengan nilai kalor dalam cal/gm. Ada tiga klasifikasi utama, yaitu
klasifikasi American Standards for Testing and Materials (ASTM) yang dikembangkan di
Amerika Serikat, klasifikasi National Coal Board (NCB) yang dikembangkan di Inggris
Klasifikasi NCB dan ECE juga mencakup sifat kokas batubara (Rao, dkk., 2005).
Tabel 2.1 Jenis batubara berdasarkan hasil analisis proksimat (Speight, 2015).
Antrasit Bituminus Sub-bituminus Lignit
9
Golongan ini sebenarnya termasuk jenis batubara, tapi merupakan bahan
bakar. Hal ini disebabkan karena masih merupakan fase awal dari proses
pembentukan batubara.
Batubara lignit disebut juga batubara muda yaitu batubara yang merupakan
batubara tingkat terendah dari batubara, berupa batubara yang sangat lunak
10
Karakteristik batubara sub-bituminous berada diantara batubara lignit dan
bituminous.
4. Bituminous
Golongan ini merupakan batubara dengan keadaan fisik yang tebal dan
berwarna cokelat tua. Batubara bituminous memiliki nilai kalor yang tinggi,
mengandung 86% karbon dengan sedikit kandungan air, abu, dan sulfur.
5. Anthracite
11
Batubara antrasit merupakan batubara dengan peringkat tertinggi atau disebut
juga batubara tua. Batubara antrasit berbentuk padat, keras dengan warna
untuk mengetahui secara kuantitatif komponen utama suatu bahan makanan. Analisis
komposisi kimia dan fungsinya yaitu air, abu, protein kasar, lemak kasar dan berat
abu, kandungan zat terbang, dan kadar karbon yang ditentukan dari serangkaian
metode pengujian standar (standart test methods). Analisis ini dikembangkan sebagai
alat sederhana untuk menentukan distribusi produk yang diperoleh dari sampel
12
terbang (terdiri dari gas dan uap selama pirolisis), kadar karbon, fraksi non-volatile dari
Moisture yang mengisi penuh pori-pori ini ditentukan sebagai total moisture
dan dipandang sebagai moisture bawaan di dalam sampel yang dikumpulkan dalam
keadaan segar, tidak menunjukkan adanya yang dapat dilihat ( visible) pada
permukaan batubara, tidak dibiarkan menjadi kering setelah pengumpulan sampel, dan
sampel diambil dari muka batubara segar yang belum kering. Apabila sampel tidak
memenuhi kriteria ini, maka moisture bawaan dapat ditaksir dengan penentuan
dalam kapiler zat batubara dan berada dalam tekanan dari kelembaban kapiler air
permukaan. Untuk itu banyak energi yang perlu dikeluarkan untuk mengeluarkan air di
Volatile matter (VM) ialah banyaknya zat yang hilang bila sampel batubara
dipanaskan pada suhu dan waktu yang telah ditentukan (setelah dikoreksi oleh kadar
moisture). Volatile yang menguap terdiri atas sebagian besar gas-gas yang mudah
terbakar seperti hidrogen, karbon monoksida, dan metan (Muchjidin, 2006). Parameter
kualitas batubara lainnya adalah Fixed Carbon (FC). FC menyatakan banyaknya karbon
yang terdapat dalam material sisa setelah volatile matter dihilangkan. Fixed Carbon
atau kadar karbon merupakan kandungan utama dari batubara. Kandungan inilah yang
paling berperan dalam menentukan besarnya heating value suatu batubara. Semakin
banyak fixed carbon, maka semakin besar heating value-nya. Nilai kadar karbon
(kelembapan), kadar abu, dan jumlah zat terbang. Nilai ini semakin bertambah seiring
dengan tingkat pembatubaraan. Kadar karbon dan jumlah zat terbang digunakan
13
sebagai perhitungan untuk menilai kualitas bahan bakar yaitu berupa nilai fuel ratio
(Komariah, 2012).
Keterangan :
VM = Volatile matter
M = Moisture
pembakaran batubara. Kandungan abu berasal dari hasil sisa pembakaran batubara.
Keberadaan kandungan abu pada lapisan batubara dikarenakan senyawa organik dan
anorganik yang merupakan hasil dari rombakan material disekitarnya yang bercampur
pada saat transportasi, sedimentasi dan pembatubaraan (Sidiq, 2011). Sementara itu,
kandungan sulfur dalam batubara sangat bervariasi dan pada umumnya bersifat
heterogen sekalipun dalam satu seam batubara yang sama. Sulfur dalam batubara
thermal maupun metalurgi tidak diinginkan, karena sulfur dapat mempengaruhi sifat-
produk dari besi baja. Oleh karena itu dalam komersial, sulfur dijadikan batasan
Kalor adalah suatu bentuk energi yang diterima oleh suatu benda yang
menyebabkan benda tersebut berubah suhu atau wujud bentuknya. Kalor berbeda
dengan suhu, karena suhu adalah ukuran dalam satuan derajat panas. Kalor
merupakan suatu kuantitas atau jumlah panas baik yang diserap maupun dilepaskan
oleh suatu benda. Panas yang dilepas oleh batubara bila dibakar di udara merupakan
besaran yang sangat penting dalam menganalisis batubara. Energi yang dibebaskan ini
14
berasal dari adanya interaksi eksotermis senyawa hidrokarbon dengan oksigen.
Material lainnya seperti moisture, nitrogen, sulfur, dan zat mineral juga mengalami
FC = 100% - % M -% A – VM………………………………………(2.4)
Keterangan :
FC : Fix Carbon %
M : Moisture %
A : Ash %
VM : Volatile matter %
Ada tiga faktor yang mempengaruhi kualitas batubara yaitu umur, temperatur
1. Umur
Umur batubara adalah kapan suatu batubara atau coalification terjadi. Untuk
batubara terbentuk, maka para ahli geologi membuat suatu tabel yang
15
Devonian 350 – 410 Juta tahun lalu
2. Temperatur
Temperatur adalah salah satu faktor yang mempengaruhi rank atau kualitas
a. Geothermal Gradient
b. Igneous Intrusion
3. Tekanan
Efek tekanan sangat berperan pada saat awal pembentukan batubara atau
16
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Praktikum kali ini menggunakan alat dan bahan sebagai penunjang praktikum.
3.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
2. Desikator
muffle furnace.
17
Gambar 3.2 Desikator.
3. Neraca analitik
Neraca analitik berfungsi untuk mengukur berat atau massa sampel bubuk.
4. Cawan
5. Spatula
18
Gambar 3.5 Spatula.
6. Pinset panjang
7. Mortar baja
Mortar baja berfungsi untuk mengancurkan batuan menjadi ukuran butir kecil.
19
Gambar 3.7 Mortar baja.
3.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut.
1. Sampel bubuk
2. Alkohol
20
Gambar 3.9 Alkohol.
3. Alat tulis
4. Tissue
21
Gambar 3.11 Tisu.
Prosedur percobaan dalam praktikum kali ini terdiri dari beberapa tahapan yang
yang dilakukan pada hari Sabtu, 21 Mei 2022 pukul 07.00 WITA di LAB APBG
22
3. Memasukkan sampel batubara ke dalam krusibel (cawan) menggunakan
berat 1 gram.
23
6. Mengatur mesin furnace sesuai dengan suhu dan waktu yang diinginkan. Untuk
menganalisis kadar air pada suhu 105˚C selama 1 jam, kadar abu
menggunakan suhu 750˚C selama 2 jam, serta zat terbang pada suhu 950˚C
selama 7 menit.
tang krusibel.
24
Gambar 3.19 Mendinginkan sampel.
9. Menghitung massa krusibel (cawan) yang berisi sampel yang telah dibakar
10. Setelah data dari analisis kadar air didapatkan, maka selanjutnya menganalisis
kadar abu dan zat terbang dari sampel. Prosedur percobaan di atas diulangi
tetapi mengatur suhu yang berbeda pada mesin furnace. Selain itu pada
BAB IV
25
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1 Hasil
air), volatile matter (zat terbang), ash content (kadar abu) dan fixed carbon (kadar
karbon) dari sampel batubara, sehingga dilakukan perhitungan sebagai berikut, untuk
weighting machine untuk perhitungan moisture content diketahui berat cawan (W1)
adalah 10,2756 gram. Berat sampel batubara saat dilakukan penimbangan dengan
weighting machine adalah 1,0001 gram. Berat cawan dan sampel (W 2) adalah 11,2756
gram. Setelah itu cawan dan sampel kemudian dimasukkan kedalam muffle furnace
dengan menggunakan spatula pada suhu mencapai 105 oC, selama ±1 jam yang
kemudian didinginkan dengan desicator selama ±10 menit hingga dingin, kemudian
menimbang cawan yang berisi sampel yang telah dipanaskan (W 3), diketahui beratnya
11,1959 gram. Perhitungan analisis kadar air (moisture content) dapat dihitung dengan
hasil praktikum:
W2- W3
Moisture (%) = ×100% …………………………….…….(4.1)
W2- W1
11,2756 - 11,1959
Moisture (%) = ×100%
1 1,2756 - 10,2756
26
Moisture (%) = 7,97 %
Keterangan:
weighting machine untuk perhitungan moisture content diketahui berat cawan (W1)
adalah 11,2534 gram. Berat sampel batubara saat dilakukan penimbangan dengan
weighting machine adalah 1,000 gram. Berat cawan dan sampel (W 2) adalah 12,2534
gram. Setelah itu cawan dan sampel kemudian dimasukkan kedalam muffle furnace
dengan menggunakan spatula pada suhu mencapai 500 oC, selama ±1 jam. Kemudian
menaikkan suhu hingga 750oC selama ±2 jam yang kemudian didinginkan dengan
desicator selama ±10 menit hingga dingin, kemudian menimbang cawan yang berisi
sampel yang telah dipanaskan (W 3), diketahui beratnya 12,2303 gram. Perhitungan
analisis ash content (Kadar Abu) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
W3 - W 1
Ash (%) = ×100%………………………………………(4.2)
W2 - W1
12,2303 - 11,2534
Ash (%) = ×100%
12,2534 - 11,2534
Ash (%) = 97,69 %
Keterangan:
W1 = Berat cawan (gram).
27
W2 = Berat cawan + Berat sampel sebelum dipijar (gram).
weighting machine untuk perhitungan moisture content diketahui berat cawan (W1)
adalah 10,3846 gram. Berat sampel batubara saat dilakukan penimbangan dengan
weighting machine adalah 1,0002 gram. Berat cawan dan sampel (W 2) adalah 11,3848
gram. Setelah itu cawan dan sampel kemudian dimasukkan kedalam muffle furnace
dengan menggunakan spatula pada suhu mencapai 950 oC selama 7 menit, kemudian
didinginkan dengan desicator selama ±10 menit hingga dingin, kemudian menimbang
cawan yang berisi sampel yang telah dipanaskan (W 3), diketahui beratnya 10,5085
gram. Perhitungan analisis volatile matter (zat terbang) dapat dihitung dengan
hasil praktikum:
W2 - W 3
VM ( % ) = ×100% - Moisture ( % ) ………………………….(4.3)
W2 - W 1
18,2995 -17,8421
VM ( % ) = ×100% − 7,97 %
18,2995 -17,2995
VM(%) = 45,74 %
Keterangan:
28
W3 = Berat cawan + tutup + Berat sampel setelah dipijar (gram)
diatas, maka praktikan dapat melakukan perhitungan untuk mengetahui fixed carbon
menggunakan data-data yang telah dihitung diatas. Berikut ini perhitungan fixed
carbon berdasarkan data-data yang telah didapatkan pada saat melakukan kegiatan
praktikum.
FC = -51,32 %
Keterangan:
FC = Fixed carbon
VM = Volatile matter
4.2 Pembahasan
meliputi analisis pengujian kimia terhadap moisture, kandungan abu, kandungan zat
terbang, dan kadar karbon yang menggunakan cawan sebagai wadah sampel dalam
pengukuran berat sampel. Pengukuran berat cawan (W 1) perlu dilakukan sebagai data
analisis karena cawan merupakan wadah sampel yang akan dianalisis. Praktikum
analisis proksimat kali ini memiliki standar sendiri dalam menentukan berat sampel,
yaitu sebesar 1 gram. Setelah pengukuran sampel dan cawan (W 2) telah dilakukan,
29
yang telah dipijar akan dimasukkan ke dalam desikator sampai sampel aman untuk
Praktikum kali ini menggunakan sampel batubara yang telah digerus dan diayak
menggunakan ayakan 65 mesh yang menjadi standar analisis proksimat kali ini.
sampel batubara pada praktikum ini memiliki kadar air (moisture) sebesar 7,97 %,
kadar abu sebesar 97,79% , kandungan zat terbang sebesa 45,74% sehingga diperoleh
kadar karbon tertambat sebesar 98,7002 % . Hasil kadar karbon yang tertambat
diperoleh hasil (-) hal ini dikarenakan terjadi human error pada saat melakukan
praktikum sehingga berdasarkan hasil analisis proksimat kali ini menandakan bahwa
batubara yang menjadi sampel uji kali ini merupakan jenis batubara bittuminous.
Batubara bittuminous merupakan jenis batubara yang memiliki nilai kalor yang
tinggi, mengandung 86% karbon dengan sedikit kandungan air, abu, dan sulfur.
30
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
air, kadar abu, kandungan zat terbang, dan kadar karbon tertambat. Data
berupa berat cawan, berat sampel dan cawan, serta berat sampel dan cawan
setelah pembakaran 105oC selama 1 jam untuk moisture content. Data berupa
berat cawan, berat sampel dan cawan, serta berat sampel dan cawan setelah
pembakaran 500oC selama 1 jam dan suhu 750 oC selama 2 jam untuk ash
content. Data berupa berat cawan bertutup, berat sampel dan cawan bertutup,
serta berat sampel dan cawan bertutup setelah pembakaran 950 oC selama 7
menit untuk volatile matter. Data yang telah dihitung berupa kandungan air,
kadar abu, dan kandungan zat terbang akan diolah untuk mencari nilai
yang menjadi sampel uji merupakan batubara jenis bittuminous karena memiliki
kadar air sebesar 7,97%, kadar abu sebesar 97,79%, kandungan zat terbang
sebesar 45,74%, dan kadar karbon tertambat sebesar -51,32% yang mana
31
3. Pemanfaatan yang akan dilakukan oleh suatu perusahaan sangat berpengaruh
5.2 Saran
dipertahankan. Ruangan praktikum yang bersih juga dapat membuat pratikan nyaman
melakukan praktikum.
mengerti. Sikap disiplin asisten juga dapat membangun karakter praktikan sehingga
32
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen Minerba Kementerian ESDM, 2015, “ Monitoring dan Evaluasi Atas Hasil
Koordinasi dan Supervisi Pertambangan Mineral dan Batubawa Provinsi
Bengkulu, Lampung, dan Banten”, Makalah, Jakarta, 22 April 2015.
Hadi, A.I, et al, 2012. Analisis Kualitas Batubara Berdasarkan Nilai HGI dengan Standar
ASTM, Jurnal Ilmu Fisika Indonesia, Jurusan Fisika, FMIPA. Universitas
Bengkulu, Bengkulu
Mackowsky M.TH, 1982. Minerals and Trace Elements Occuring in Coal, In Stach E. et
al : Stach’s Texbook of Coal Petrology. Geb Borntraeger. Berlin-Stuttgart.
Malaidji, E., Anahariah, Budiman, A. A. 2018. Analisis Proksimat, Sulfur, dan Nilai Kalor
dalam Penentuan Kualitas Batubara di Desa Pattappa Kecamatan Pujananting
Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan. Makassar. Jurnal Geomine.
Rao, D. V. S., & Gouricharan, T. Coal Processing and Utilization. India: CRC Press.
Soejitno, H. T. 1997. Batubara Harapan Masa Depan. Jakarta: PT. Rosda Jayaputra.
Speight, J.G. 2005. Handbook of Coal Analysis. Kanada: John Wiley & Sons.
33
Sulistyo, A. B., & Rinaldi, A. 2020. Pemilihan Komposisi Batubara GC-8 atau SMM untuk
Mendapatkan Kualitas dan Biaya Produksi yang Optimum di PT. Vinysea.
Serang. Jurnal InTent. Vol. 3 No. 2.
34