Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN KERJA PRAKTEK

ANALISA LAJU KEAUSAN DAN MATERIAL ALTERNATIF


BULRING SEGMENT PADA GRIDING TABLE PULVERIZED
COAL MILL 01 FOD
DI PT PLN (PERSERO) UNIT PELAKSANA
PEMBANGKITAN OMBILIN

Oleh:
FAJRI INDRA
17250020

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


UNIVERSITAS DHARMA ANDALAS
PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat


dan karunia-Nya serta kekuatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
laporan Kerja Praktek ini. dalam pelaksanaan Kerja Praktek ini penulis
mengambil judul “Analisa Laju Keausan dan Material Alternatif Bulring
Segment Pada Griding Table Pulverized Coal Mill 01 Fod di PT PLN (Persero )
Unit Pelaksana Pembangkitan Ombilin ”. Laporan Kerja Praktek ini disusun
berdasarkan kegiatan-kegiatan yang penulis lakukan selama melaksanakan Kerja
Praktek di PT PLN (Persero ) Unit Pelaksana Pembangkitan Ombilin. Kerja
Praktek ini diadakan dari tanggal 03 Januari – 11 Februari 2022.
Laporan ini diajukan sebagai salah satu syarat lulus mata kuliah Kerja
Praktek dan ini juga merupakan salah satu syarat lulus mata kuliah wajib untuk
memenuhi persyaratan untuk jenjang studi strata 1 di Teknik Mesin Universitas
Dharma Andalas Padang.
Selama pengerjaan laporan ini penulis banyak mendapat bantuan, masukan
serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. PT PLN (Persero) Unit Pelaksana Pembangkitan Ombilin yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan Kerja
Praktek di perusahaan tersebut.
2. Manager PT PLN (Persero) Unit Pelaksana Pembangkitan Ombilin ..
yang telah memberi izin kepada penulis untuk melaksanakan Kerja
Praktek.
3. Pembimbing lapangan Supervisor Pemeliharaan Boiler Rahmat
Heriandi yang telah membantu penulis dalam melakukan Kerja
Praktek.
4. Seluruh staf PT PLN (Persero) Unit Pelaksana Pembangkitan Ombilin,
khususnya bagian Pemeliharaan Boiler yang telah memberikan
pengalaman dan bimbingan kepada penulis selama melakukan kerja
praktek ini.

i
5. Ketua Program Studi Teknik Mesin Universitas Dharma Andalas
Zulkifli Amin, Ph. D.
6. Koordinator Kerja Praktek di Program Studi di Teknik Mesin
Universitas Dharma Andalas Sanny Ardhy, ST. MT.
7. Pembimbing Laporan Kerja Praktek di Program Studi Teknik Mesin
Universitas Dharma Andalas Islahuddin, ST. MT. dan Angga Bahri
Pratama, S.Pd. MT.
8. Kedua Orang tua dan keluarga yang telah memberikan Doa dan
dukungan.
9. Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan semangat dalam
menjalani hari-hari selama melakukan kerja praktek.
Akhir kata, penulis menyadari tulisan ini masih banyak memiliki
kekurangan. Maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun agar lebih baik untuk ke depannya. Akhir kata, semoga Laporan
Kerja Praktek ini membawa manfaat bagi kita semua dan untuk pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sawahlunto, 11 Februari 2022

Fajri Indra

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ v
DAFTAR TABEL................................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Kerja Praktek ................................................................................ 2
1.3 Manfaat Kerja Praktek .............................................................................. 2
1.4 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.5 Batasan Masalah ....................................................................................... 2
1.6 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ............................................................... 2
1.7 Sistematika Penulisan ............................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 4
2.1 Mill / Coal Pulverizer (Penggiling Batu bara) .......................................... 4
2.2 Grinding Table .......................................................................................... 5
2.3 Segment Grinding Table ........................................................................... 7
2.4 Maintanance Segment .................................................................................. 9
2.5 Material Alternatif ........................................................................................ 9
2.5.1 High-Cr White Cast Iron Alloys (HCCI) .............................................. 10
2.5.2 Ni Hard Type 4 White Cast Iron ........................................................... 10
2.6 Keausan ................................................................................................... 12
2.7 Perhitungan Laju Keausan Segment ........................................................... 12
BAB III METODOLOGI ................................................................................... 17
3.1. Diagram Alir Kerja Praktek ...................................................................... 17
3.2 Tahapan Kerja Praktek .............................................................................. 18
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN ....................................................... 20
4.1 Analisa Laju Kehausan dan Material Alternatif Bulring Segment Grinding
Table Pulverized Coal Mill 01 FOD ....................................................... 20
4.2 Analisa Material Alternatif....................................................................... 21

iii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 22
5.1 Kesimpulan........................................................................................... 22
5.2 Saran ...................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 23

iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 (a) grinding table dan (b) jurnal grinding roll dalam mill ................ 6
Gambar 2.2 Grinding Table................................................................................... 6
Gambar 2.3 Segment grinding table ...................................................................... 8
Gambar 2.4 Grafik Laju Keausan Sampel Segment ............................................ 16
Gambar 3.1 Flowchart pembuatan laporan ......................................................... 17

v
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbandingan komposisi kimia ASTM A532 Class III Type A dengan
ASTM A276 440C................................................................................ 10
Tabel 2.2 Perbandingan komposisi kimia ASTM A532 Class I Type D dengan
ASTM A276 440C................................................................................ 11
Tabel 2.3 Perbandingan sifat mekanik material ASTM A276 440C, ASTM A532
Class III Type A, dan ASTM A532 Class I Type D............................. 11
Tabel 2.4 Perhitungan data sampel segment 1 – 10.............................................. 15

vi
PT PLN (Persero) Teknik Mesin
Unit Pelaksana Universitas Dharma Andalas
Pembangkitan Ombilin Laporan Kerja Praktek

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


PT PLN (Persero) Unit Pelaksana Pembangkitan Ombilin merupakan
pembangkit listrik tenaga uap berdaya 2 x 100 MW. Dalam mencapai suatu
tenaga listrik yang maksimal, perlu adanya suatu sistem yang membantu proses
penggilingan material menjadi material siap pakai. Banyak mesin yang
merupakan alat utama dalam pengglingan (batu bara). Salah satunya adalah
Pulverized Coal Mill sebagai penghalus batu bara. Komponen dari Pulverized
Coal Mill yang berkerja tampa henti untuk menghaluskan batu bara menjadi
butiran halus adalah Griding table. Griding table terdiri dari susunan beberapa
Segment – Segment mengalami gesekan langsung dengan batu bara sehinga dapat
menimbulkan keausan dalam jangka waktu tertentu. Pemilihan material Segment
dengan nilai kekerasan yang tinggi sangat penting dilakukan untuk mengurangi
tingkat keausan pada segment.
Keausan pada grinding table disebabkan kontak fisik yang terjadi secara
terus menerus pada grinding dengan batu bara yang mengakibatkan permukaan
dari grinding menjadi terkikis. Selain itu, pengikisan juga akan mudah terjadi
dikarenakan proses penggilingan batu bara dilakukan hampir 24 jam setiap
harinya. Keausan pada permukaan grinding table biasanya akan terlihat setelah
tiga sampai dengan lima bulan pemakaian. Efek yang ditimbulkan dari keusan
grinding table ini adalah berkurangnya kualitas batu bara yang digiling serta
menurunnya tingkat produksi dari mesin Mill.
Oleh karena itu, dengan menganalisa keausan yang terjadi pada grinding
table selama beroperasi akan membantu menanggulangi masalah (problem
solving) berkurangnya efisiensi produksi dan memudahkan dalam melakukan
perawatan secara berkala (preventive maintenance) pada grinding table di mesin
Mill.
PT PLN (Persero) Teknik Mesin
Unit Pelaksana Universitas Dharma Andalas
Pembangkitan Ombilin Laporan Kerja Praktek

1.2 Tujuan Kerja Praktek


Adapun tujuan dilaksanakannya kerja praktek adalah:
1. Mengetahui laju keausan Grinding Table dari Mill 01 FOD PLTU
Ombilin.
2. Mencari material alternatif yang lebih baik untuk Segment pada
Grinding Table Pulverized Coal Mill 01 FOD PLTU Ombilin.

1.3 Manfaat Kerja Praktek


Adapun manfaat dilakukan kerja praktek ini adalah:
1. Mendapatkan umur pakai dari Grinding Table yang lebih maksimal.
2. Untuk mendapatkan hasil produksi yang maksimal.

1.4 Rumusan Masalah


Dalam penulisan laporan kerja praktek ini, adapun rumusan masalah
berdasarkan tujuan laporan yaitu:
1. Bagaimana menghitung laju keausan yang terjadi pada Grinding Table
Mill 01 FOD PLTU Ombilin ?
2. Bagaimana memilih material alternatif Grinding Table Pulverized Coal
Mill 01 FOD PLTU Ombilin ?

1.5 Batasan Masalah


Dalam kerja praktek ini, adapun batasan masalah laporan, yaitu:
1. Tidak dilakukan perhitungan terhadap getaran yang terjadi pada mesin.
2. Tidak membahas reaksi kimia yang terjadi.
3. Tidak membahas perpindahan panas.
4. Tidak menghitung kekuatan mesin mill.
5. Tidak membahas proses produksi pada mill

1.6 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Kerja Praktek ini dilaksanakan di PT PLN (Persero) Unit Pelaksana
Pembangkitan Ombilin tepatnya di Jl. Prof, Dr. M. Yamin, SH, Talawi

Fajri Indra
03 Agustus – 28 September 2020 2
17250020
PT PLN (Persero) Teknik Mesin
Unit Pelaksana Universitas Dharma Andalas
Pembangkitan Ombilin Laporan Kerja Praktek

Sawahlunto, Sumatera Barat, yang dimulai dari tanggal 03 Januari 2022 sampai
11 Februari 2022.

1.7 Sistematika Penulisan


Agar masalah-masalah yang direncanakan dalam laporan kerja praktek ini
dapat lebih jelas dan mudah dimengerti, maka penulis mencoba menguraikan
pembahasan ini dalam beberapa bab:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, tujuan kerja praktek, manfaat kerja
praktek, batasan masalah, waktu dan tempat pelaksanaan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini secara umum membahas dasar-dasar teori, studi literature yang
menyangkut topik.
BAB III METODOLOGI
Pada bab ini membahas prosedur, flowchart penelitian yang
dilaksanakan, termasuk peralatan kerja yang digunakan.
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi analisa pelaksanaan (praktik) di lapangan yang diamati
selama melaksanakan kerja praktek.
BAB V PENUTUP
Mencakup ringkasan pembahasan perencanaan dan pelaksanaan proyek
pada bab-bab sebelumnya, yang mencakup hal-hal penting dari hasil
pembahasan yang perlu menjadi catatan khusus.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Fajri Indra
03 Agustus – 28 September 2020 3
17250020
PT PLN (Persero) Teknik Mesin
Unit Pelaksana Universitas Dharma Andalas
Pembangkitan Ombilin Laporan Kerja Praktek

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mill / Coal Pulverizer (Penggiling Batu bara)


PT PLN (Persero) Unit Pelaksana Pembangkitan Ombilin merupakan pusat
Pembangkitan Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang menggunakan batu bara sebagai
bahan utama dengan boiler jenis Pulverized Coal Fired Boiler. Salah satu
peralatan utama dari boiler jenis ini yang berfungsi sebagai penggiling dan
penghalus batu bara adalah Pulverized Coal Mill. Berikut ini merupakan
karakteristik dari Pulverized Coal Mill yang digunakan di PLTU Ombilin:
Tipe : BCP 1900/40 VERTICAL SPINDLE
Gear Reducer : Jenis Worm and Whell
Pelumasan : Jenis pelumasan menggunakan oli,
Volume oli 900 liter
Pendinginan : Jenis pendinginan menggunakan air,
Flow air untuk pendinginan 2 𝑚3 /jam
Jumlah journal : 3 buah
Jenis Classifier : Static Classifier
Jumlah dari Deflector Blade 30 buah
Flow batu bara : 4 hingga 23 Ton/jam
Fineness Through : 200 mesh > 70 %

Ada empat prinsip dasar yang terjadi di dalam mill yaitu: pengeringan,
penggilingan, sirkulasi, dan klasifikasi.
Prinsip dasar pertama adalah pengeringan, yaitu batu bara yang masuk ke
dalam mill menerima panas dari udara panas yang dihasilkan oleh air heater dan
dihembuskan oleh primary air fan sehingga surface moisture dari batu bara
tersebut berkurang.
Prinsip dasar kedua adalah penggilingan, yaitu proses merubah ukuran batu
bara sehingga menghasilkan ukuran sesuai spesifikasi. Ada tiga jenis penggilingan
yang terjadi yaitu Impaction, dimana batu bara di grinding table ditumbuk oleh

Fajri Indra
03 Agustus – 28 September 2020 4
17250020
PT PLN (Persero) Teknik Mesin
Unit Pelaksana Universitas Dharma Andalas
Pembangkitan Ombilin Laporan Kerja Praktek

grinding roll memanfaatkan gaya dari luar. Biasanya gaya tumbukan berasal dari
gaya pegas atau gaya hidrolik yang dipasang pada jurnal. Crushing, yaitu dimana
batu bara ditekan diantara dua objek yaitu grinding roll dan grinding table.
Attrition, yaitu dimana batu bara hancur karena gesekan.
Prinsip dasar ketiga adalah sirkulasi, yaitu udara primary yang berasal dari
primary air fan merupakan metode sirkulasi dalam mill yang berfungsi untuk
mengirim batu bara halus menuju furnace dan juga berfungsi untuk membuang
benda yang tidak bisa digiling seperti logam, batu, atau benda lain yang dapat
merusak material mill dengan memanfaatkan gaya sentripetal.
Prinsip dasar yang terakhir adalah klasifikasi. Terdapat suatu komponen
yang bernama classifier yang berfungsi untuk mengklasifikasikan ukuran batu
bara. Clasifier diletakkan di bagian atas dari mill, batu bara yang masih berukuran
besar akan dikembalikan ke grinding table dan akan digiling kembali hingga
mencapai ukuran sesuai spesifikasi. Jika ukurannya sudah sesuai spesifikasi maka
batu bara akan di kirim menuju furnace. Pengklasifikasian ini sangat penting
karena merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi performa boiler.[5]

2.2 Grinding Table


Grinding Table adalah suatu komponen dari mesin penggiling batu bara
(mill), yang berfungsi sebagai penghalus batu bara menjadi serbuk, dengan ukuran
± 200 mesh yang akan di salurkan ke ruang bakar (boiler), Grinding Table terletak
di bagian lantai mill yang dipasangkan ke vertical shaft. Prinsip kerjanya adalah
grinding table akan di putar oleh shaft, grinding table yang berputar akan
menggiling batu bara yang di jatuhkan ke atasnya dengan bantuan jurnal grinding
roll sebagai penumbuk yang berada di atas grinding table sehingga batu bara
tersebut menjadi serbuk halus berukuran ± 200 mesh.

Fajri Indra
03 Agustus – 28 September 2020 5
17250020
PT PLN (Persero) Teknik Mesin
Unit Pelaksana Universitas Dharma Andalas
Pembangkitan Ombilin Laporan Kerja Praktek

Gambar 2.1 (a) grinding table dan (b) jurnal grinding roll dalam mill
Bagian-bagian dari grinding table dengan fungsinya adalah sebagai
berikut ini :

3 1

Gambar 2.2 Grinding Table

Fajri Indra
03 Agustus – 28 September 2020 6
17250020
PT PLN (Persero) Teknik Mesin
Unit Pelaksana Universitas Dharma Andalas
Pembangkitan Ombilin Laporan Kerja Praktek

1. Segment
Segment merupakan bagian grinding table yang fungsinya sebagai
landasan dalam penggiling batu bara.

2. Segment bowl loc


Merupakan bagian yang mengunci atau menahan segment bagian bawah
ke grinding table agar tidak terlepas dari grinding table.

3. Segment loc
Merupakan bagian yang mengunci atau menahan segment bagian atas ke
grinding table agar tidak terlepas dari grinding table.

4. Defuser
Merupakan bagian yang berfungsi sebagai tempat lewatnya udara panas
dari primary air fan. Putaran dari defuser akan membentuk turbulensi udara
yang akan mendorong batu bara ke atas dan akan diteruskan ke pipa yang
menuju boiler. Selain itu defuser juga sebagai tempat lewatnya fyrite (sisa
penggilingan) yang tidak bisa dihancurkan mill. Dalam 1 grinding table,
defuser berjumlah 15 buah.

5. Liner defuser
Bagian yang berfungsi pengapit defuser agar udara yang dihembuskan
oleh primary air fan dari bawah grinding table hanya akan melewati defuser.

6. Loc Nut Bowl mill


Merupakan bagian yang berfungsi sebagai pengunci antara grinding table
dengan vertical shaft.

2.3 Segment Grinding Table


Segment adalah bagian utama dari grinding table, karena segment memiliki
fungsi sebagai permukaan tempat penggilingan batu bara terjadi bersama dengan
jurnal grinding roll dimana jarak antara segment dengan grinding roll harus
berada antara 6-10 mm, jika melebihi jarak tersebut maka dilakukan adjustment
terhadap jurnal grinding roll berupa menaikkan atau menurunkan jarak jurnal
grinding roll terhadap grinding table. Tapi tidak dapat melakukan adjustment lagi

Fajri Indra
03 Agustus – 28 September 2020 7
17250020
PT PLN (Persero) Teknik Mesin
Unit Pelaksana Universitas Dharma Andalas
Pembangkitan Ombilin Laporan Kerja Praktek

maka segment atau grinding roll harus diganti. Penggantian segment dikarenakan
segment mengalami keausan yang telah parah. Dalam satu grinding table, terdiri
dari 30 segment.

Gambar 2.3 Segment grinding table


Segment merupakan bagian grinding table yang secara langsung bersentuhan
dengan batu bara. Selama proses penggilingan batu bara terjadi, segment akan
mengalami keausan akibat gesekan dan tekanan dari proses penggilingan. Tingkat
kecepatan dan besar keausan pada segment ini tegantung dari kekerasan material
dari segment sendiri, tingkat kekerasan dari batu bara, besar pembebanan dari
proses penggilingan, kecepatan putaran grinding table, dan lama waktu
pengoperasian dari mill.
Karakteristik Material dari Segment Grinding Table :
• Memiliki tingkat kekerasan yang tinggi ± 500 Hb
• Tangguh
• Tahan Beban Impact
• Tahan Panas

Fajri Indra
03 Agustus – 28 September 2020 8
17250020
PT PLN (Persero) Teknik Mesin
Unit Pelaksana Universitas Dharma Andalas
Pembangkitan Ombilin Laporan Kerja Praktek

2.4 Maintanance Segment


Maintenance dari segment dilakukan dengan cara mengganti segment dengan
yang baru. Proses penggantian segment pada grinding table dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
a. Hentikan kerja mill
b. Roll out breaker mill
c. Buka pintu jurnal grinding roll
d. Lakukan cleaning bagian dalam mill dari sisa batu bara
e. Lepaskan pelindung segment bowl lock
f. Buka segment bowl lock
g. Buka segment lock
h. Keluarkan segment dari grinding table
i. Bersihkan permukaan grinding table
j. Pasang segment yang baru
k. Pasang segment lock
l. Pasang segment bowl lock
m. Pasang pelindung segment bowl lock
n. Bersihkan area dan peralatan
o. Tutup pintu jurnal grinding roll
p. Roll in breaker mill

2.5 Material Alternatif


Material segment harus memiliki karakteristik yang sesuai dengan standar
yang ada. Hal ini dilakukan agar segment tidak cepat aus dan mengurai biaya
operasional serta perawatan dari segment. Beberapa karakteristik material segment
yaitu:
• Memiliki nilai kekerasan ≥ 500 HB
• Tahan aus dan beban impact
• Tahan panas
Standar material segment yang digunakan adalah martensitic chromium
carbides cast iron dengan persentase chromium 16,5-18% [1]. Berdasarkan sifat
tersebut maka standar material yang digunakan adalah ASTM A276 440C dengan

Fajri Indra
03 Agustus – 28 September 2020 9
17250020
PT PLN (Persero) Teknik Mesin
Unit Pelaksana Universitas Dharma Andalas
Pembangkitan Ombilin Laporan Kerja Praktek

nilai kekerasan 550-600 HB. Namun material tersebut belum mampu mencegah
keausan dalam jangka waktu lama. Ada beberapa material segment yang dapat
menjadi alternatif dalam pembuatan segment. Material tersebut dipertimbangkan
karena memiliki tingkat kekerasan yang tinggi. Berikut ini dijelaskan beberapa
alternatif material segment:
2.5.1 High-Cr White Cast Iron Alloys (HCCI)
High-Cr white cast iron memiliki ketahanan aus dan korosi yang sangat
baik dengan harga pembelian material yang tidak terlalu mahal. High-Cr
white cast iron memiliki sifat ketahanan aus abrasi dan aus erosi yang
sangat baik karena adanya dukungan dari eutectic matrix dalam struktur
mikronya [2]. High-Cr white cast iron memiliki nilai kekerasan ≥ 550 HB.
Material ini juga memiliki ketangguhan yang mampu menahan patah dan
kegagalan struktur. High-Cr white cast iron telah digunakan pada coal
crusher hammers, ball mill, pulverizer ring, dan chute liner. Standar
material lain yang ekuivalen dengan high-Cr white cast iron adalah ASTM
A532 Class III Type A. Berikut ini perbandingan komposisi kimia ASTM
A532 Class III Type A dengan ASTM A276 440C pada Tabel 4.1:
Tabel 2.1 Perbandingan komposisi kimia ASTM A532 Class III Type A dengan
ASTM A276 440C
Material C S P Mn Si Cr Mo Ni Cu Fe
2,00 23,0
ASTM A532 0,1
- 0,06 2,0 1,5 - 3,0 2,5 1,5 Bal.
Class III Type A 0
3,30 30,0
16,0
ASTM A276 0,60- 0,0
0,03 1,0 1,0 - 0,75 - - Bal.
440C 0,75 4
18,0

2.5.2 Ni Hard Type 4 White Cast Iron


Ni hard type 4 menawarkan tingkat ketahanan aus abrasi terbesar dari jenis
paduan yang ada [3]. Selain menawarkan ketahanan abrasi yang tinggi, Ni
hard type 4 lebih tahan terhadap beban kejut. Ni hard type 4 terdiri dari
karbida kromium dalam struktur martensit sehingga memiliki nilai
kekerasan yang tinggi. Standar material lain yang ekuivalen dengan Ni
hard type 4 adalah ASTM A532 Class I Type D. Nilai kekerasan Ni hard

Fajri Indra
03 Agustus – 28 September 2020 10
17250020
PT PLN (Persero) Teknik Mesin
Unit Pelaksana Universitas Dharma Andalas
Pembangkitan Ombilin Laporan Kerja Praktek

type 4 berada pada 550-700 HB. Ni hard type 4 banyak digunakan pada
roller pulverizer mill, pulverizer ring, ball mill, mixer liners, dan coal
crushers. Berikut ini perbandingan komposisi kimia dari ASTM A532
Class I Type D dengan ASTM A276 440C pada Tabel 4.2:
Tabel 2.2 Perbandingan komposisi kimia ASTM A532 Class I Type D dengan
ASTM A276 440C
Material C Si Mn Ni Cr S P Mo Fe
2,5 4,5 7,0
ASTM A532
- 0,8 2,0 - - 0,015 0,3 1,5 Bal.
Class I Type D
3,6 7,0 11,0
0,95 16,0
ASTM A276
- 1,0 1,0 - - 0,030 0,04 0,75 Bal.
440C
1,20 18,0

ASTM A276 440C, ASTM A532 Class III Type A, dan ASTM A532 Class I
Type D memiliki sifat mekanik yang berbeda. Hal ini disebabkan karena
komposisi kimianya yang berbeda pula. Namun yang menjadi prioritas sifat
mekanik pada pemilihan material alternatif ini adalah nilai kekerasannya.
Perbedaan sifat mekanik material ASTM A276 440C, ASTM A532 Class III Type
A, dan ASTM A532 Class I Type D disajikan dalam Tabel 4.3 berikut ini:
Tabel 2.3 Perbandingan sifat mekanik material ASTM A276 440C, ASTM A532
Class III Type A, dan ASTM A532 Class I Type D.

ASTM A276 ASTM A532 ASTM A532


Mechanical Properties 440C Class III Type A Class I Type
D
Hardness (HB) 550-600 550-600 550-700
Tensile Strength (MPa) 650-800 415-550 500-600

Compressive Strength 370-460 2960 280-310


(MPa)
Modulus of Elasticity 200 205-220 17300
(Gpa)
Specific Density (g/cm3) 7,8 7,6 7,75

Specific Heat (J/kgK) 460 498 500

Fajri Indra
03 Agustus – 28 September 2020 11
17250020
PT PLN (Persero) Teknik Mesin
Unit Pelaksana Universitas Dharma Andalas
Pembangkitan Ombilin Laporan Kerja Praktek

2.6 Keausan
Keausan adalah penguraian ketebalan permukaan akibat gesekan yang
terjadi pada pembebanan dan gerakan. Keausan umumnya dianalogikan sebagai
hilangnya materi sebagai akibat interaksi mekanik dua permukaan yang bergerak
slidding dan dibebani. Ini merupakan fenomena normal yang terjadi jika dua
permukaan saling bergesekan, maka akan ada keausan atau perpindahan materi
yang terjadi antara dua benda yang bergesekan. [3]
Untuk pengguna (user), hal ini dapat menyebabkan:
1. Berkurangnya masa hidup dan produktivitas mill
2. Meningkatkan risiko terhadap personel
3. Konsumsi energi yang lebih tinggi & hasil yang lebih rendah
Jika digabungkan, faktor-faktor di atas dapat mengakibatkan pengeluaran
biaya perbaikan yang signifikan. Karena itu penting untuk faktor dalam efek pakai
pada kehidupan produk, dengan perencanaan untuk masa pakai, pemeliharaan dan
perbaikan operasi yang menjadi salah satu kunci keberhasilan dan kelancaran
suatu industri.

2.7 Perhitungan Laju Keausan Segment


Berikut ini adalah perhitungan dari 10 sampel segment mill 1 FOD untuk
menentukan laju keausan segment grinding table :
a. Luas dan Volume Segment
alas atas = 20 cm
alas bawah =12 cm
panjang = 46 cm
tinggi = 7 cm
• Luas Permukaan Segment
A = ½ (alas atas + alas bawah) × panjang
A = ½ (20 + 12 ) × 46 = 736 cm2

• Volume Segment

V = ½ (alas atas + alas bawah) × panjang × tinggi

V = ½ (20 + 12) × 46 × 7 = 5152 cm3

Fajri Indra
03 Agustus – 28 September 2020 12
17250020
PT PLN (Persero) Teknik Mesin
Unit Pelaksana Universitas Dharma Andalas
Pembangkitan Ombilin Laporan Kerja Praktek

b. Laju Keausan

Jam Operasi = 17520 jam

Tebal awal = 7 cm

Segment no 1

• Volume segment yang habis akibat aus

Tebal awal (To) = 7 cm


Tebal akhir (Ti) = 5.2 cm
T aus = To – Ti
= 7 – 5.2 = 1.8 cm
Va = A × T aus
= 736 cm2 × 1.8 cm = 1324.8 cm3
• Laju keausan segment
Va
Wa =
Jam operasi
1324.8 c𝑚3
Wa =
17520 jam
Wa = 0.075 cm3/ jam

Segment no 2

• Volume segment yang habis akibat aus

Tebal awal (To) = 7 cm


Tebal akhir (Ti) = 5.3 cm
T aus = To – Ti
= 7 – 5.3 = 1.7 cm
Va = A × T aus
= 736 cm2 × 1.7 cm = 1251.2 cm3
• Laju keausan segment
Va
Wa =
Jam operasi
1251.2 c𝑚3
Wa =
17520 jam

Fajri Indra
03 Agustus – 28 September 2020 13
17250020
PT PLN (Persero) Teknik Mesin
Unit Pelaksana Universitas Dharma Andalas
Pembangkitan Ombilin Laporan Kerja Praktek

Wa = 0.071 cm3/ jam

Segment no 3

• Volume segment yang habis akibat aus

Tebal awal (To) = 7 cm


Tebal akhir (Ti) = 5.3 cm
T aus = To – Ti
= 7 – 5.3 = 1.7 cm
Va = A × T aus
= 736 cm2 × 1.7 cm = 1251.2 cm3
• Laju keausan segment
Va
Wa =
Jam operasi
1251.2 c𝑚3
Wa =
17520 jam
Wa = 0.071 cm3/ jam

Segment no 4

• Volume segment yang habis akibat aus

Tebal awal (To) = 7 cm


Tebal akhir (Ti) = 5.1 cm
T aus = To – Ti
= 7 – 5.1 = 1.9 cm
Va = A × T aus
= 736 cm2 × 1.9 cm = 1398.4 cm3
• Laju keausan segment
Va
Wa =
Jam operasi
1398.4 c𝑚3
Wa =
17520 jam
Wa = 0.079 cm3/ jam

Fajri Indra
03 Agustus – 28 September 2020 14
17250020
PT PLN (Persero) Teknik Mesin
Unit Pelaksana Universitas Dharma Andalas
Pembangkitan Ombilin Laporan Kerja Praktek

Segment no 5

• Volume segment yang habis akibat aus

Tebal awal (To) = 7 cm


Tebal akhir (Ti) = 5.0 cm
T aus = To – Ti
= 7 – 5.0 = 2.0 cm
Va = A × T aus
= 736 cm2 × 2.0 cm = 1472 cm3
• Laju keausan segment
Va
Wa =
Jam operasi
1472 c𝑚3
Wa =
17520 jam
Wa = 0.084 cm3/ jam
Tabel 2.4 Perhitungan data sampel segment 1 – 10

Segment Tebal awal (cm) Tebal Akhir Volume Laju Keausan


(cm) Aus (cm3) (cm3/jam)

1 7 5.2 1324.8 0.075

2 7 5.3 1251.2 0.071

3 7 5.3 1251.2 0.071

4 7 5.1 1398.4 0.079

5 7 5.0 1472 0.084

6 7 5.4 1177.6 0.067

7 7 5.3 1251.2 0.071

8 7 5.0 1472 0.084

9 7 5.1 1398.4 0.079

10 7 5.2 1324.8 0.075

Fajri Indra
03 Agustus – 28 September 2020 15
17250020
PT PLN (Persero) Teknik Mesin
Unit Pelaksana Universitas Dharma Andalas
Pembangkitan Ombilin Laporan Kerja Praktek

Laju Keausan Sampel Segment


0,1 0,084 0,084 0,079
0,075 0,071 0,071 0,079
Laju Keausan (cm3/jam)
0,071 0,075
0,08 0,067

0,06

0,04

0,02
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Segment

Gambar 2.4 Grafik Laju Keausan Sampel Segment

Fajri Indra
03 Agustus – 28 September 2020 16
17250020
PT PLN (Persero) Teknik Mesin
Unit Pelaksana Universitas Dharma Andalas
Pembangkitan Ombilin Laporan Kerja Praktek

BAB III
METODOLOGI

3.1. Diagram Alir Kerja Praktek


Dalam suatu pembuatan laporan kerja / penelitian juga dikenal suatu
metode yang digunakan, yaitu metoda kualitatif dan kuantitatif. Metoda kualitatif
adalah metoda yang berisikan suatu pengamatan kerja yang bersifat deskriptif dan
cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna (perspektif subjek) lebih
ditonjolkan dalam metoda ini. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar
fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan.
Metoda kuantitatif adalah metoda yang sistematis terhadap bagian –
bagian dan fenomena serta hubungan–hubungannya. Tujuan metoda ini adalah
mengembangkan dan menggunakan model–model matematis, teori–teori dan
hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Terlihat pada Gambar 3.1.

Start

Identifikasi
Masalah

Studi literatur

Pengolahan Data

Analisa laju keausan dan


material alternatif

Kesimpulan dan saran

Selesai

Gambar 3.1 Flowchart pembuatan laporan

Fajri Indra
03 Agustus – 28 September 2020 17
17250020
PT PLN (Persero) Teknik Mesin
Unit Pelaksana Universitas Dharma Andalas
Pembangkitan Ombilin Laporan Kerja Praktek

3.2 Tahapan Kerja Praktek


Langkah–langkah pembuatan yang dilakukan dalam usaha agar tujuan
serangkaian proses Kerja Praktek dapat tercapai adalah:
1) Langkah Awal Penelitian
Proses perkenalan dengan karyawan dan pekerja khususnya pada
PT PLN (Persero) Unit Pelaksana Pembangkitan Ombilin. Melihat
langsung ke lapangan untuk pengenalan dengan alat–alat dan prosedur
kerja di lapangan.
2) Identifikasi Masalah dan Pengamatan Lapangan
Setelah selesai pengenalan di lapangan, penulis mencoba mencari
suatu permasalahan yang sering terjadi dan melihat proses–proses yang
dikerjakan di tempat kerja praktek secara lebih mendalam. Dari banyaknya
kegiatan pengerjaan di Pemeliharaan Boiler , penulis menemukan suatu
permasalahan, yaitu keausan pada material Grinding Table. Penulis
mencoba menganalisis untuk memahami pengerjaan ini yang biasa di
pemeliharaan boiler.
3) Interview
Dari hasil survei lapangan beberapa hari dan wawancara dengan
Supervisor sekaligus pembimbing Rahmad Heriadi , maka didapatkan
permasalahan yang terjadi pada grinding table. yaitu terjadinya keausan,
dan apabila sudah aus maka membutuhkan perbaikan dan pergantian
kembali (rebuilding).
4) Studi Literatur
Pada saat melakukan studi literature didapatkan pemilihan bahan
yang tepat untuk rekondisi Segment grinding table.dan mempelajari
faktor–faktor penyebab keausan pada Grinding tablel dan cara
menanggulangi masalah keausan.
5) Pengumpulan Data
Informasi maupun data yang diperlukan dalam pembuatan laporan
ini didapat dari manual book yang dikeluarkan oleh perusahaman
pembuat, serta dengan melakukan wawancara dengan pekerja lapangan.
6) Analisa dan Pembahasan

Fajri Indra
03 Agustus – 28 September 2020 18
17250020
PT PLN (Persero) Teknik Mesin
Unit Pelaksana Universitas Dharma Andalas
Pembangkitan Ombilin Laporan Kerja Praktek

Data yang diperoleh kemudian diolah untuk mendapatkan data data


aktual dari keausan Segment grinding tablel. Selanjutnya dilakukan
penganalisaan untuk mengetahui keausan yang terjadi, cara
penanggulangan, metoda perbaikan atau pergantian serta estimasi agar
masalah keausan pada Segment grinding table dapat ditanggulangi dengan
lebih baik.
7) Kesimpulan dan Saran
Dari analisa yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan dan saran
untuk laju keausan Segment Girnding Table Mill 01 FOD agar kelancaran
saat penggunaan Segment Grinding Table di PT PLN (Persero) Unit
Pelaksana Pembangkitan Ombilan nantinya dapat dicapai dengan baik.

Fajri Indra
03 Agustus – 28 September 2020 19
17250020
PT PLN (Persero) Teknik Mesin
Unit Pelaksana Universitas Dharma Andalas
Pembangkitan Ombilin Laporan Kerja Praktek

BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Laju Kehausan dan Material Alternatif Bulring Segment


Grinding Table Pulverized Coal Mill 01 FOD
Pada pembangkit listrik bertenaga uap, batu bara digunakan sebagai sumber
bahan bakar utama. Proses pembakaran batu bara ini terjadi pada bagian boiler,
dimana batu bara akan diproses terlebih dahulu agar dapat digunakan sesuai
dengan jenis boiler yang digunakan pada pusat pembangkit. Pada PLTU Ombilin
Talawi, Salah Lunto batu bara yang digunakan pada boiler harus dalam keadaan
halus dengan ukuran ± 200 mesh. Untuk menghaluskan batu bara tersebut
menggunakan mill/ coal pulvarizer (penggiling batu bara), yang nantinya akan
menggiling batu bara sampai tingkat yang telah ditentukan dan dihembuskan ke
boiler dengan pipa dengan bantuan udara panas untuk mempercepat proses
pembakaran. Mill yang digunakan untuk satu unit boiler adalah 4 buah mill,
dengan 3 mill yang bekerja dan 1 mill standby setiap harinya.
Bagian utama pada mill yang digunakan untuk penggilingan adalah grinding
table dan grinding roll. Pada grinding table bagian yang digunakan untuk
penggilingan adalah segment yang terdiri dari 30 buah yang terletak pada
permukaan grinding table. Dalam penggilingan batu bara mill bekerja tanpa henti,
akibat nya segment dari grinding table akan mengalami keausan terus menerus.
Selain itu keausan pada segment disebabkan oleh temperatur di dalam mill,
gerekan dengan batu bara dan pembebanan dari proses penggilingan batu bara.
Dari perhitungan yang dilakukan menggunakan data yang di ambil
dilapangan berupa 10 sampel segment dari mill 1 FOD. Didapatkan bahwa terjadi
keausan pada segment dengan rata-rata Tebal keausan sebesar 1.8 cm dan laju
keausan rata-rata sebesar 0.075 cm3/jam dalam kurun waktu 2 tahun mill 1 FOB
bekerja. Proses penggilingan batu bara yang terus menerus membuat umur pakai
segment yang digunakan berkisar selama 2 tahun sebelum diganti. Untuk
meningkatkan umur pakai (life time) dari segment dapat melakukan penggantian
material segment yang memiliki tingkat kekerasan yang lebih tinggi. Selain itu

Fajri Indra
03 Agustus – 28 September 2020 20
17250020
PT PLN (Persero) Teknik Mesin
Unit Pelaksana Universitas Dharma Andalas
Pembangkitan Ombilin Laporan Kerja Praktek

juga dapat dengan mengurangi pengotor (batu atau kerikil) yang masuk ke mill,
sebab pengotor tidak dapat dihancurkan oleh mill sehingga menambah beban kerja
mill dalam menggiling dan mempercepat keausan pada segment. Serta lebih sering
memperhatikan clearent ( jarak) antara jurnal grinding roll dengan grinding table,
agar kerja mill dalam menggiling batu bara dapat optimal dan segment bekerja
dalam kondisi yang baik.

4.2 Analisa Material Alternatif


Dari kedua material diatas, penulis menyarankan material Ni Hard Type 4
lebih dipertimbangkan dalam pemilihan material segment. Hal ini karena Ni Hard
Type 4 merupakan jenis paduan dengan tingkat ketahanan aus terbesar daripada
jenis paduan lainnya. Tidak hanya memiliki ketahanan aus abrasi yang paling
baik, Ni Hard Type 4 juga tahan terhadap beban kejut dimana sifat tersebut sangat
dibutuhkan pada material segment. Ni Hard Type 4 memiliki nilai kekerasan
tertinggi yang dapat dicapai hingga 700 HB. Nilai kekerasan yang tinggi tentu
menjadi pertimbangan utama pemilihan material ini. Sebab kekerasan yang tinggi
akan mengurai tingkat keausan material. Selain itu, Ni Hard Type 4 juga sangat
umum digunakan oleh produsen mesin mill sehingga mudah didapatkan di
pasaran. Standar material lain yang ekuivalen dengan Ni hard type 4 adalah
ASTM A532 Class I Type D.

Fajri Indra
03 Agustus – 28 September 2020 21
17250020
PT PLN (Persero) Teknik Mesin
Unit Pelaksana Universitas Dharma Andalas
Pembangkitan Ombilin Laporan Kerja Praktek

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari analisa serta pembahasan kerja praktek yang telah dilakukan, maka
dapat disimpulkan bahwa:
1. Segment grinding table berfungsi sebagai landasan permukaan dalam
proses menggiling batu bara sampai halus (± 200 mesh).
2. Segment yang digunakan memiliki luas permukaan sebesar 736 cm 2 dan
volume sebesar 5152 cm3
3. Keausan rata-rata yang terjadi pada segment sebesar 1.8 cm dalam 17520
jam waktu operasi
4. Laju keausan rata-rata dari segment adalah 0.075 cm3/jam
5. Material Alternstif yang dipertimbangkan dalam pembuatan Segment
adalah Ni Hard Type 4 White Cast Iron

5.2 Saran
1. Sebaiknya pergantian material grinding table disesuaikan dengan laju
keausan untuk mencegah keausan yang lebih cepat.
2. Perlunya dilakukan preventive maintenance untuk peralatan dan perkakas
grinding table, agar tetap dalam kondisi bagus.
3. Dalam pengambilan data, agar sebaik mungkin dipahami agar
penganalisaan mudah didapatkan.

Fajri Indra
03 Agustus – 28 September 2020 22
17250020
PT PLN (Persero) Teknik Mesin
Unit Pelaksana Universitas Dharma Andalas
Pembangkitan Ombilin Laporan Kerja Praktek

DAFTAR PUSTAKA
[1]. Pulverized Coal Mill and Burners Manual Book, vol. 1. .
[2]. K. Abd, E. K. Zohdy, and D. S. H. E. M. Sallam, “Wear and Corrosion
Behavior of High-Cr White Cast Iron Alloys in Different Corrosive Media,”
J. Bio- Tribo-Corrosion, vol. 1, no. 4, pp. 1–12, 2015.
[3]. “Ni-Hard Material Data and Applications,” .
[4]. Reynold Corder. 1986. Manual Book Maintainance Instruktion Manual, PT
PLN ( Persero) Sektor Pembangkitan Ombilin.
[5]. Reynold Corder. 1986. Boiler Design Manual, PT PLN ( Persero) Sektor
Pembangkitan Ombilin.

Fajri Indra
03 Agustus – 28 September 2020 23
17250020
LAMPIRAN
SEJARAH BERDIRINYA PLTU OMBILIN

1. SEJARAH PERUSAHAAN

Gambar 1. PT PLN ( Persero ) Unit Pelaksana Pembangkitan Ombilin

Pembangunan PLTU Ombilin merupakan upaya pemerintah dalam rangka


memenuhi kebutuhan akan pasokan daya listrik yang terus meningkat.
Pembangunan PLTU Ombilin juga merupakan perwujudan dari program
pemerintah yang terdapat dalam GBHN yang bertujuan untuk menunjang
diverifikasi dan konversi energi dengan memanfaatkan sumber daya batu bara.
Pada PT PLN (Persero) Unit Pelaksana Pembangkitan dan Pengendalian
Pembangkitan Ombilin merupakan bagian dari sistem interkoneksi kelistrikan
Sumbagsel-Sumbagteng. Konstribusi kelistrikan yang disalurkan Unit Pelaksana
Pembangkitan Ombilin kesistem interkoneksi sebesar 2 × 100 MW berdasarkan
data conditioning dari total keseluruhan pembangkit yang ada di sistem
interkoneksi Sumatera Bagian Barat dan Riau.
Kota Sawahlunto di Propinsi Sumatera Barat, merupakan daerah penghasil
batu bara sebagai sumber energi listrik. Pembangunan Pusat Listrik Tenaga Uap
(PLTU) Ombilin-Sijantang dengan menggunakan bahan bakar batu bara
merupakan salah satu cara pemanfaatan potensi batu bara di daerah Sawalunto dan
sekitarnya.
PLTU Ombilin merupakan PLTU mulut tambang yang direncanakan
beroperasi tahun 1986 dengan batu bara Ombilin dari PT. AIC dan PT. BA UPO,
namun realisasinya PLTU Ombilin baru memulai beroperasi sejak akhir tahun
1996.
Pada PT PLN (Persero) Unit Pelaksana Pembangkitan dan Pengendalian
Pembangkitan Ombilin dibentuk berdasarkan surat direksi PT PLN (Persero) No.
080.K /023/DIR/1995, pada tanggal 18 September 1995 tentang pembuatan dan
penetapan tingkat unit Unit Pelaksana Pembangkitan Ombilin pada PT PLN
(Persero) Wilayah III Unit Pelaksana Pembangkitan Ombilin yang membawahi
daerah kerja Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) Ombilin dengan kapasitas
terpasang 2 x 100 MW.
Pada saat awal PT PLN (Persero) pembangkitan sumbangsel Unit Pelaksana
pembangkitan dan pengendalian ombilin berdiri berdasarkan surat Direksi No.
112.K/023/DIR/1996, tanggal 18 November 1996 tentang Unit Pelaksana PT.PLN
(Persero) Pembangkitan dan Penyaluran Sumatera Bagian Selatan pada tanggal 01
Januari 1997,dibentuk unit Organisasi PT PLN (Persero) Pembangkitan dan
Penyaluran Sumatera Bagian Selatan Unit Pelaksana Pembangkitan Ombilin.
PLTU Ombilin terdiri dari 2 unit, masing-masing unit memiliki kapasitas
100 MW. PLTU Ombilin baru beroperasi untuk pertama kalinya pada tanggal 26
Agustus 1996 untuk unit 1, sedangkan untuk unit 2 baru beroperasi pada tanggal
15 November 1996. Gardu induk pada PLTU Ombilin menggunakan Gas
Insulated Switchgear yang berkapasitas 3150 A yang beroperasi lebih awal yakni
pada tanggal 1 April 1996.
Pembangunan PLTU Ombilin unit 1 dan 2 didaerah Sawahlunto telah
melalui tahapan yang standar dan tentunya juga telah mempertimbangkan
beberapa aspek yang menunjang untuk diputuskannya pembangunan suatu
pembangkit yang sesuai dengan infrastruktur yang ada. Adapun tahapan
pembangunan PLTU Ombilin antara lain dimulai dengan tahap pasca konstruksi,
tahap konstruksi, tahap operasi, tahap pasca operasi.
Pada bulan Juli 1993 konstruksi utama dimulai dan secara bertahap
pembangunan PLTU Ombilin Unit 1 dan unit 2 mulai dikerjakan, 3 (tiga) tahun
kemudian yaitu pada bulan Juli 1996, unit 1 beroperasi disusul pada tahun yang
sama yaitu pada bulan November 1996 PLTU unit 2 kemudian beroperasi,
sedangkan PLTU itu sendiri dimungkinkan dapat beroperasi selama ± 30 tahun.
Tenaga listrik yang dihasilkan PLTU Ombilin melalui generator dengan
tegangan 11,5 kV dinaikkan menjadi 150 kV melalui trafo utama. Kemudian
disalurkan melalui jaringan tegangan tinggi 150 kV yang terhubung ke sistem
interkoneksi Sumbagsel, Sumbagteng yang dikendalikan oleh Pusat Penyaluran
dan Pengaturan Beban Sumatera (P3BS).
Tahapan-tahapan pembangunan PLTU, kantor dan sarana penunjang lainnya
adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Tahapan Pembangunan PLTU Ombilin

No. Tanggal/Bulan/Tahun Proses


1. Juli 1993 Awal pembangunan
2. Februari 1996 Awal dimulai Comissioning
3. 26 Agustus 1996 Pengoperasian PLTU Unit 1
4. 05 November 1996 Pengoperasian PLTU unit 2
5. 15 Desember 1997 Serah terima proyek selesai
6. 21 Juli 2004 PLTG bergabung berkapasitas 3 x
21,35 MW yang berlokasi di
Kecamatan Pauh limo Padang.

2. Profil PT. PLN (Persero)


• Visi dan Misi Perusahaan
PT. PLN (Persero) memiliki visi dan misi sebagai berikut:
Visi:
Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh kembang serta
unggul dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani.
Misi:
a. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait,
berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan
pemegang saham.
b. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan dari
kualitas kehidupan masyarakat.
c. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan
ekonomi.
d. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
Motto:
“Listrik untuk Kehidupan yang Lebih Baik“
“ELECTRICITY FOR A BETTER LIFE“
3. Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) Ombilin
Struktur organisasi di PT PLN (Persero) Unit Pelaksana Pembangkitan
Ombilin merupakan suatu susunan yang didalamnya terdapat bagian-bagian yang
saling mendukung satu sama lainnya. Dimana PT PLN (Persero) Unit Pelaksana
Pembangkitan Ombilin dikepalai oleh Manager dan dibantu oleh beberapa
Manager Bagian yang terdiri dari:

Gambar 2. Struktur Organisasi PT PLN (PERSERO) Unit Pelaksana


Pembangkitan Ombilin
Masing-masing bagian tersebut mempunyai tugas khusus antara lain:
a. Manager Bagian Enjiniring
Melakukan perencanaan dan evaluasi pengoperasian unit. Untuk
menjalankan tugas tersebut dibantu oleh Supervisor Pengelola Sistem dan
Supervisor Pemeliharaan Prediktif

b. Manager Bagian Operasi


Melakukan pengoperasian unit untuk pembangkitan tenaga listrik. Untuk
menjalankan tugas tersebut Asman Operasi dibantu oleh 6 (enam)
Supervisor:
1) Supervisor Operasi Shift A
2) Supervisor Operasi Shift B
3) Supervisor Operasi Shift C
4) Supervisor Operasi Shift D
5) Supervisor Analisa Kimia
6) Supervisor Perencanaan & Pengendalian Operasi
c. Manager Bagian Pemeliharaan
Melaksanakan pemeliharaan pembangkitan tenaga termal. Untuk
melaksanakan tugasnya di bantu oleh 6 (enam) supervisor, yaitu:
1) Supervisor Pemeliharaan Boiler
2) Supervisor Pemeliharaan Turbin
3) Supervisor Pemeliharaan Listrik
4) Supervisor Pemeliharaan Kontrol dan Instrumen
5) Supervisor Perencanaan & Pengendalian Pemeliharaan
6) Supervisor Logistik
d. Manager Bagian Coal dan Ash Handling
1) Supervisor Operasi Coal dan Ash Handling
2) Supevisor Pemeliharaan Coal dan Ash Handling
3) Supervisor Pengelolaan Bahan Bakar
e. Manajer Bagian Keuangan, SDM dan Administrasi
Menyelenggarakan tata usaha kesekretariatan kepegawaian akuntansi
keuangan dan logistik. Untuk menjalankan tugas dibantu oleh:
1) Supervisor SDM dan Umum
2) Supervisor Keuangan
f. Supervisor Pelaksana Pengadaan
1) Analyst / Assistant Analyst Pelaksana Pengadaan
2) Officer / Assitant Officer / Junior Officer Administrasi Pengadaan
4. Peralatan Utama PLTU Ombilin
Peralatan utama PLTU Ombilin secara umum dibagi atas 3 (tiga) bagian,
yaitu:
• Boiler
Boiler adalah peralatan tempat pembakaran untuk proses pemanasan yang
mengubah air menjadi uap. Boiler memiliki beberapa peralatan pembantu, yaitu:
1) Economizer
Economizer adalah pengisian air untuk Boiler Drum yang memanfaatkan
kalor dari gas buang. Economizer terdiri dari beberapa pipa-pipa kecil yang
disusun berlapis-lapis, pada bagian dalam pipa mengalir air pengisi yang
dipompakan oleh Boiler Feep Pump ke Boiler Drum. Pada setiap unit boiler
terpasang satu unit Economizer.
2) Boiler Drum
Boiler Drum merupakan bejana tempat menampung air yang datang dari
Economizer. Dalam boilerdrum terdapat peralatan Screen Dryer yang
berfungsi untuk mengeringkan uap dan Steam Separator yang berfungsi
sebagai pemisah uap dengan air. Banyaknya air pengisi yang masuk ke Boiler
Drum harus sebanding dengan banyaknya uap yang meninggalkan Boiler
Drum sehingga level air terjaga konstan.
3) Down Comer
Down Comer berupa pipa yang berukuran besar dan dapat
menghubungkan bagian bawah Boiler Drum dengan Lower Header. Down
Comer berfungsi untuk mengalirkan air yang turun dari Boiler Drum menuju
Lower Header. Dari Lower Header air masuk ke Tube Wall Riser untuk
menyerap panas dari pembakaran dan kembali ke Boiler Drum.
4) Tube Wall
Panas yang dihasilkan oleh proses pembakaran di dalam Furnace sebagian
diberikan kepada air yang ada di dalam Tube Wall sehingga air berubah
menjadi uap. Selain berfungsi untuk merubah air menjadi uap, Tube Wall
juga mencegah penyebaran panas dalam Furnace ke udara luar.
5) Super Heater
Uap yang dihasilkan oleh Riser masih berbentuk uap basah. Untuk
mendapatkan uap kering dan memiliki kandungan panas yang lebih tinggi,
maka uap tersebut dipanasi lebih lanjut sehingga menjadi uap kering (Super
Heater Steam).
Pemanasan uap dilaksanakan pada beberapa pipa Super Heater yang
dipasang dibagian atas ruang bakar (Furnace).
Super heater terbagi atas 2 (dua) kelompok, yaitu:
a) Low Temperatur Super Heater (LTSH)
b) High Temperatur Super Heater (HTSH)
• Turbin
Turbin adalah alat yang berfungsi untuk merubah energi kinetik menjadi
energi mekanik. Pada PLTU Ombilin yang digunakan adalah turbin uap (steam
turbin), memiliki sudu-sudu 20 tingkat. Sudu-sudu pada turbin ini terdiri dari
sudu tetap dan sudu gerak. Turbin uap ini juga dilengkapi dengan 2 main stop
valve dan 4 governor valve. Spesifikasi Steam Turbin di PLTU Ombilin adalah
sebagai berikut:
• Jenis: Condensing Turbin, silinder tunggal, poros tunggal dan non
reaheat serta mempunyai kemampuan operasi dengan 5 jenis
pemanasan pendahuluan (Regenerative Feed Heating System).
• Type/tingkat: impuls/ 20 tingkat
• Daya: 100 MW
• Daya maksimum: 110 MW dalam kondisi Throttle Valve terbuka
lebar (VWO) dan 5% Over Pressure.
• Data kondisi Quarante Output:
Tekanan uap : 100 bar
Suhu uap : 510oC
Enthalpy : 3400 KJ/ Kg
Jumlah uap : 373,4T/ hr
Tekanan condenser : 0,091 bar
Kecepatan putar poros: 3000 rpm
Pabrik : GECALSTHOM Rateu LaCourneuve
Tipe : TC 114 MV 140
Tekanan uap keluar : 96 mbar
• Generator
Generator merupakan peralatan yang dapat mengubah energi mekanik
menjadi energi listrik.Pada PLTU Ombilin ini generator yang digunakan adalah
generator sinkron yang mempunyai 2 buah kutub.
5. Sistem Pengoperasian PLTU Ombilin
Sistem pengoperasian PLTU berbeda dengan PLTA. PLTA hanya memiliki
sistem lebih sederhana berupa pengolahan air saja. Sedangkan PLTU memiliki
semua teknologi yang dibutuhkan mulai dari pengolahan air, pengolahan bahan
bakar batubara serta diesel (High Speed Diesel), teknologi pengolahan
pembuangan limbah (asap dan debu hasil pembakaran batu bara), teknologi
transportasi batu bara, teknologi pendinginan dengan menara pendingin dan masih
banyak lagi teknologi-teknologi sederhana yang membentuk PLTU Ombilin ini
menjadi sistem terbesar pembangkit tenaga listrik.
Sistem-sistem itu secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi:
a. Sistem Pengolahan Air
b. Sistem Bahan Bakar (batu bara dan HSD)
c. Sistem Air dan Uap
d. Sistem Udara Pembakaran dan Gas Buang
Skema umum alur konversi energi dari pengoperasian PLTU Ombilin ini
adalah:

Furnace Boiler Turbin Generator


Kimia Panas Potensial Kinetik Listrik

Gambar 3. Skema Konversi Energi PLTU Ombilin


6. Sistem Pengolahan Air
Air merupakan salah satu komponen yang penting untuk memenuhi
kebutuhan PLTU Ombilin dalam pembangkit energi listrik dengan tenaga uap. Air
yang digunakan diambil dari sungai Ombilin setelah melalui beberapa tahapan
pengolahan.Sistem pengolahan air dibedakan atas dua bagian yaitu:

a. Sistem eksternal
Sistem eksternal dilakukan di Pretreament Plant dan Water Treatment
Plant. Pengolahan air bertujuan untuk mengolah bahan mentah air (air
sungai) menjadi air murni yang siap untuk diubah menjadi uap sehingga
dapat membangkitkan energi listrik.

Sodium Polyelectrolit

Air Sungai Hypoclorit


Ombilin Mixer Bar Clarifier
Aluminium Screen
Sulfat Air Demin
GeneralService Storage
Make Up Cooling Tower
Basin
Fire Hydrant
Gambar 4. Sirkulasi Air di Pretreatmen
Air sungai Ombilin dipompakan dengan menggunakan River Water
Pump. Di PLTU Ombilin ada tiga buah River Water Pump, yang
pengoperasiannya ditentukan dengan kebutuhannya. Jika kebutuhan air 580
ton maka pompa yang digunakan dua buah, sedangkan yang lainnya dalam
keadaan Standby.
Sistem pengaturannya diatur secara otomatis. Sebelum air menuju
clarifier terlebih dahulu masuk kedalam Mixer. Mixer merupakan tempat
pengadukan zat-zat kimia seperti:
1) Aluminium Sulfat, yaitu untuk membuat Flok dan penggumpalan serta
mempermudah pengendapan kotoran.
2) Polyelektrolit, berfungsi untuk mempercepat proses pengendapan, yaitu
dengan mengikat partikel-partikel zat terlarut yang terdapat dalam air
sehingga dijadikan butiran-butiran yang melayang-layang di dalam air
menjadi berat dan mengendap di dalam air.
3) Sodium Hypoclorite, yaitu untuk menghambat pertumbuhan lumut dan
membunuh mikroorganisme.
Setelah melalui Mixer kemudian diteruskan ke Clarifier yang terlebih
dahulu air tersebut disaring ke Bar Screen yang gunanya untuk menyaring
benda-benda yang berukuran besar,kemudian air dipompakan ke Clarifier,
Clarifier ini merupakan bak pengendapan, pada bak ini dilengkapi dengan
Pulsator. Pulsator berfungsi untuk menyalurkan atau mendistribusikan air
bersih yang akan menuju Storage Basin, Storage Basin (Bak
penampungan) berfungsi sebagai bak penampungan air dari Clarifier yang
kemudian dipompakan untuk:
a) Water Service (Pelayanan Air). Water Service merupakan air umpan
Sand Filter (Saringan Pasir) digunakan untuk air minum dan sanitasi
(kesehatan) di PLTU Ombilin yang diinjeksikan dengan Sodium
Hypoclorite.Pengolahan air yang dilakukan di Water Treatment Plant
(WTP) adalah sebagai berikut:
• Sand Filter (penyaringan pasir)
Umpan Sand Filter ini merupakan tempat penyaringan awal yang
kemudian air tersebut di pompakan melalui Sand Filter yang
bertujuan untuk menyaring kotoran-kotoran yang masih terbawa
dari Storage Basin.
• Clear Well (Penampungan air bersih)
Berfungsi untuk menampung air bersih yang dipompakan dari Sand
Filter.
• Activated Carbon Filter (Saringan Karbon Aktif)
Berfungsi untuk menghilangkan warna, bau, rasa dan sebagai
pengikat zat-zat organik.
• Cation Exchanger (Penukar Kation)
Berfungsi untuk melepas H+ dan mengikat zat-zat yang terlarut
pada air tersebut. Setelah beroperasi lebih kurang 18 jam Cation
Exchanger akan menjadi jenuh diregenerasi (diinjeksikan) dengan
HCl selama kurang lebih 30 menit.
• Degasser
Berfungsi untuk menghilangkan udara yang terkandung dalam air.
• Anion Exchanger (Penukaran Anion)
Berfungsi untuk melepaskan OH, seperti halnya pada Cation
Excharger setelah beroperasi lebih kurang 18 jam maka Anion
Exchanger akan jenuh sehingga perlu diinjeksikan NaOH selama
lebih kurang 30 menit.
• Mixed Bed
Merupakan alat pencampur yang menangkap ion-ion yang lolos
dari Cation Exchanger, sehingga air keluar dari Mixed Bed adalah
air yang bebas mineral.
• Demineralizer Water Tank (bak penampungan air demineralisasi)
Merupakan penampungan air bebas mineral dan dipompakan
dengan Make Up Pump untuk sistem internal unit.
b) Make Up Cooling Tower (menara penampungan air dingin)
Make Up Cooling Tower berguna untuk air penampungan pada
Cooling Tower. Air pada cooling tower ini digunakan untuk
mendinginkan Condenser. Air untuk Cooling Tower ini dipompakan
dari Storage Basin dengan menggunakan Cooling Tower Make Up
Pump dan diinjeksikan dengan beberapa zat yaitu:

• Sodium Hypoclorite
Berfungsi untuk membunuh mikro organisme yang terdapat
dalam air.
• Cooper Corrotion Inhibitor
Berfungsi untuk menghambat terjadinya korosi tembaga (Cu)
pada pipa Condenser.
• Asam Clorid
Berfungsi untuk meningkatkan derajat keasaman air, dari
Cooling Tower air dipompakan ke Circulating Water Intake
Pit. Kemudian dipompakan lagi oleh Circulating Water
Pump ke Condenser yang berfungsi untuk mendinginkan uap.
Dari Condenser air masuk ke bak Cooling Tower lagi dengan
demikian sirkulasi air pendingan merupakan sirkulasi
tertutup. Kemudian air pada Cooling Tower diambil pada
storage basin dengan Cooling TowerMake Up Pump.
• Diesel Fire Fighting (Pemadam kebakaran)
Merupakan peralatan yang digunakan untuk pemadam
kebakaran apabila terjadi kebakaran.
b. Sistem Internal
Sistem internal dimulai dari Hot Well, air Demineralizer Tank dipompakan
dengan Make Up ke Hot Well, begitu air condensat yang berasal dari
Condenser ke Hot Well. Air dari Hot Well dipompakan ke Low Pressure
Heather yang terdiri dari dua tahapan Low Pressure Heather yaitu:
• LPH1 dengan temperatur sekitar 49°C-72°C dan Pressure antara 0,5
bar-0,9 bar.
• LPH 2 dengan temperatur sekitsr 56°C-110°C dan Pressure antara 0,9
bar-1,5 bar.
Adapun Hydrazine, digunakan untuk mengikat oksigen yang terlarut
dalam air, sedangkan Amoniak digunakan untuk menstabilkan derajat
keasaman (PH) air supaya netral (PH 6,2-7,8).
Di LPH temperatur akan naik karena uap ekstraksi dari turbin. Air dari
LPH masuk ke Deaerator untuk membuang gas-gas yang terlarut dalam
air dan pemanasan terjadi dengan menggunakan uap ekstraksi dari
turbin yang bercampur langsung dengan air. Selanjutnya air masuk ke
Feed Water Tank, dengan menggunakan boiler feed pump air dialiri ke
High Pressure Heater (HPH) dengan tekanan antara 7 bar-14 bar, di
HPH temperatur air akan bertambah karena adanya pemanasan uap
ekstraksi dari turbin sebesar 200°C - 304°C. Air dari HPH masuk ke
Economizer, pada Economizer terjadi pemanasan oleh aliran gas buang
dari sisa pembakaran. Dari Economizer air masuk ke Boiler Drum. Uap
yang dihasilkan di BoilerDrum masukke dalam Superheater dan
temperaturnya telah mencapai kurang lebih 505 0C kemudian masuk ke
DeSuperHeater, uap kering dari Super Heater siap memutar turbin dan
masuk ke Condenser yang kemudian didinginkan atau di embunkan
dengan menggunakan air pendingan dari Cooling Tower, air dari hasil
pengembunan akan ditampung di Hot Well.
7. Sistem Bahan Bakar
Bahan bakar yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. High Speed Diesel (HSD)
Bahan bakar solar digunakan untuk pembakaran awal yaitu disaat unit
batu bara dioperasikan hingga beban sekitar 35 MW. Bahan bakar solar
ditampung pada tangki HSD yang telah disiapkan. Di PLTU Ombilin terdapat
2 buah tangki HSD yaitu:
• Satu tangki untuk Storage Tank dengan kapasitas 620 kl.
• Satu tangki untuk Daily Tank dengan kapasitas 220 kl.
Selanjutnya minyak diesel HSD tersebut dikabutkan di Burner dan
dinyalakan dengan busi listrik (Ignitor).
b. Batu Bara
Peralatan utama pada sistem bahan bakar batu bara adalah:

• Coal bunker
Peralatan Coal Bunker digunakan sebagai tempat penampungan batu
bara sebelum batu bara tersebut digiling di dalam Coal Mill. Sebelum
ditampung pada Coal Bunker, batu bara tersebut telah melalui Reclaim
Hooper, Crush House, Transfer Tower dengan menggunakan Belt
Conveyor yang dilengkapi dengan Magnetic Separator dan Metal
Detector.
Pada Crusher House ini batu bara akan dipecah sehingga ukurannya
sekitar 40 mm. Setiap unit boiler mempunyai empat buah Coal Bunker dan
setiap Coal Bunker berfungsi menyuplai satu buah Coal Mill. Kapasitas
masing-masing Coal Bunkeradalah 160 ton. Dari Coal Bunker batu bara
ditransfer ke Coal Mill dengan menggunakan bantuan Coal Feeder.
• Coal Feeder
Coal Feeder berfungsi untuk menyuplai batu bara ke dalam mill
sesuai dengan kebutuhannya. Volume batu bara yang disuplai ke
dalammill pada akhirnya akan menentukan banyaknya uap yang akan
diproduksi oleh Boiler.
• Coal Mill
Coal Mill adalah alat untuk menggiling batu bara menjadi serbuk yang
sangat halus. Batubara yang halus ini dapat membantu proses pembakaran
menjadi sempurna dan cepat. Untuk satu unit terdapat empat Coal Mill dan
satu Coal Mill mempunyai empat keluaran.Masing-masing keluaran
menuju setiap sudut (Corner) pada Boiler. Serbuk batu bara yang
dihembuskan ke ruang bakar boiler dibantu dengan bantuan udara dari
Primary Air Fan.
• Sealing Air Fan dan Primary Air Fan
Primary Air Fan ini juga membantu proses pembakaran padaboiler,
karena sebelumnya sudah ada nyala api (Burner) maka serbuk batu bara
tersebut terbakar. Setelah api batu bara sudah normal selanjutnya Burner
solar dimatikan.
Seperti sudah dijelaskan diatas bahwa untuk penyalaan awal di ruang bakar
boiler bahan bakar adalah HSD. HSD dipakai sampai daya yang dibangkitkan
generator untuk setiap unit sampai maksimal + 35 MW. Kemudian dari 35 MW
sampai 60 MW bahan bakar boiler adalah batu bara yang diambil dari dua buah
silo (Coal Bunker). Dari 60 MW sampai beban maksimum (100 MW) batu bara di
tambah satu silo lagi. Sedangkan dari 25 MW sampai 35 MW adalah masa transisi
dari bahan bakar HSD ke bahan bakar batu bara.
8. Sistem Siklus Air dan Uap
Air dipompakan ke dalam boiler dengan menggunakan pompa air pengisi
(Boiler Feed Pump), melalui katup pengatur. Sebelum masuk ke dalam Boiler
Drum air dipanaskan terlebih dahulu di Low Pressure Heater juga dipanasi di
High Pressure Heater dengan menggunakaan uap ekstrasi dari turbin dan
kemudian dipanaskan di Economizer dengan menggunakan panas gas buang pada
boiler, sehingga temperatur air mendekati titik didihnya.
Dari Ecomonizer air disalurkan ke Boiler Drum. Dari Boiler Drum
bersirkulasi melalui Down Comer berupa pipa berukuran besar yang
menghubungkan bagian bawah Boiler Drum dengan Lower Header.
Dari Lower Header air masuk ke Tube Wall (Riser) berupa dinding segi
empat (berupa pipa-pipa) yang mengitari ruang bakar. Panas yang dihasilkan dari
proses pembakaran di dalam ruang bakar sebagian diberikan pada air yang berada
dalam Tube Wall sehingga air berubah menjadi uap basah. Uap hasil penguapan
dari Tube Wall terkumpul dalam Boiler Drum. Uap mengalir ke dalam puncak
Boiler Drum melewati Steam Separator (pemisah uap) dan Screen Dryer
(pengering uap), kemudian keluar dari drum dalam keadaan kering menuju Super
Heater yang terdiri dari Low Temperatue Super Heater dan High Temperature
Super Heater yang berfungsi sebagai pemanasan lanjut.
Uap panas dari Super Heater disalurkan melalui DeSuper Heater yang
bertujuan untuk mengatur temperatur uap menuju turbin. Butir-butir air yang
terpisah dari uap Boiler Drum jatuh bersirkulasi kembali bersama air.
Sebagian uap bekas dari turbin ditampung di dalam Condenser. Pada
Condenser terjadi pengembunan dengan bantuan air pendingin dari Cooling
Tower. Air hasil pengembunan ditampung pada Hot Well. Air tersebut
dipompakan menuju Low Pressure Heater (LPH) dengan bantuan Condensate
Pump. Air dari LPH disalurkan pada Deaerator dan terjadi pula pemanasan di
dalam Deaerator dengan menggunakan uap ekstrasi dari turbin, dan pada
Deaerator tersebut air Condensate bercampur langsung dengan uap pemanasan
dari turbin. Fungsi dari Deaerator ini adalah untuk mengurangi kandungan gas
dalam air pengisi (Water Condensate).
Air dari Deaerator tersebut ditampung pada Feed Water Tank dan
dipompakan dengan menggunakan Boiler Feed Pump menuju High Pressure
Heater.
9. Sistem Udara Pembakaran dan Gas Buang
a) Sistem Udara
Proses pembakaran pada Furnace udara diambil dari luar dengan
menggunakan Force Draft Fan yang merupakan kipas udara yang menghisap
udara luar dengan menghembuskan ke ruang bakar melalui Tubular Air
Heater.
Pada Tubular Air Heater udara dipanaskan sehingga temperatur udara
pembakaran + 300oC yang berguna untuk menghasilkan pembakaran yang
lebih sempurna. Sebagian dari udara panas setelah melalui Tubular Air
Heater, dihisap dan dinaikkan tekanannya oleh Primary Air Fan sebagai
udara primer.Udara ini digunakan untuk mengeringkan batu bara di dalam
Coal Mill serta menghembuskan serbuk batu bara ke dalam ruang bakar
melalui Coal Burner.
b) Sistem Gas Buang
Percampuran udara dan bahan bakar bereaksi dalam proses pembakaran
yang menghasilkan panas dan gas buang, abu berat (Bottom Ash) dan abu
ringan (Fly Ash). Gas buang ini mengalir dari ruang bakar di dalam saluran
gas buang (Flue Gas Duct) menuju cerobong (Stack).
Panas dari gas buang ini sebelum menuju cerobong dimanfaatkan untuk
memanaskan SuperHeater dan Economizer dan kemudian gas buang dialirkan
ke dalam Tubular Air Heater dan dimanfaatkan untuk memanaskan udara.
Dari Tubular Air Heater gas buang tersebut masuk ke Electrostatic
Precipitator. Pada Electrostatic Precipitator ini terjadi penangkapan debu
yang keluar bersama gas buang. Debu yang menempel pada Electrostatic
Precipitator ditampung di dalam Ash Hooper yang kemudian ditampung pada
Ash Silo untuk dibuang ke tempat pembuangan. Sedangkan gas bersih keluar
dari Electrostatic Precipitator dibuang ke cerobong melalui Induce Draft Fan
yang merupakan kipas hisap yang menghisap gas buang dari dalam ruang
bakar dan melalui cerobong.
10. Sistem Kelistrikan PLTU Ombilin
PLTU Ombilin mempunyai dua unit pembangkitan dengan kapasitas
masing-masing 100 MW. PLTU Ombilin mulai beroperasi pada tahun 1996
dengan tujuan untuk memenuhi pasokan listrik daerah Sumatera Barat dan Riau.
Sistem kelistrikan PLTU Ombilin terdiri atas:
• Sistem 150 kV
Setelah generator berputar 3000 rpm maka akan diberikan penguatan dari
eksiter sehingga generator tersebut akan menghasilkan tegangan 11,5 kV.
Keluaran dari tegangan tersebut dinaikkan menjadi 150 kV pada trafo Step Up,
kemudian disalurkan ke jaringan interkoneksi melalui GIS (Gas Insulated
Switchgear).Sistem GIS pada PLTU Ombilin mempunyai sistem rel daya ganda
dengan 1,5 pemutus beban dan dilengkapi gas SF6 (Sulfur Hexaflorida) yang
berfungsi sebagai isolasi dan pemadam busur api. Secara umum rel daya ganda
mempunyai beberapa keandalan, antara lain:
1) Sistem operasi lebih baik
2) Mempunyai kapasitas lebih baik
3) Mempunyai keandalan lebih tinggi pada saluran transmisi
4) Kontinuitas pelayanan lebih terjamin
• Sistem 6 kV
Untuk pengisian bus 6 kV pada saat unit belum beroperasi di suplai dari GIS
melalui diameter lima ke Station Service Transformer dimana tegangannya akan
diturunkan dari 150 kV menjadi 6 kV. Tegangan pada bus 6 kV digunakan untuk
pengoperasian motor-motor yang berguna untuk pengoperasian awal unit, seperti
motor-motor pada Crusher House, Boiler Feed Pump, Condensate Pump dan
Circulating Water Pump.
• Sistem 380 Volt
Sistem 380 Volt terbagi dalam dua kondisi, yaitu kondisi normal dan kondisi
abnormal. Pada kondisi normal tegangan 380 Volt diambil dari bus 6 kV yang
terlebih dahulu diturunkan melalui trafo Step Down.
Pada kondisi Abnormal apabila pada bus 380 Volt terjadi penurunan tegangan
hingga 70% maka untuk menyuplai tegangan minus 380 Volt diambil dari Diesel
Emergency. Tegangan 380 Volt ini digunakan sebagai sumber tegangan pada
motor-motor kecil untuk pengoperasian unit dan juga untuk menyuplai tegangan
pada bus 220 Volt.
• Sistem 220 Volt AC
Pengisian bus 220 Volt AC pada kondisi normal, operasi disuplai dari bus
380 Volt. Tegangan 220 Volt AC ini digunakan sebagai penerangan dan peralatan
lainnya.Apabila tegangan bus 380 Volt mengalami gangguan, maka untuk
pengisisan tegangan bus 220 Volt AC disuplai dari Diesel Emergency.
• Sistem Uninteruptable Power Supply (UPS)
Pada sistem 220 Volt AC UPS tegangan disuplai dari bus 380 Volt. UPS
adalah suatu peralatan yang gunanya berfungsi untuk memberikan suplai daya
secara kontiniu dalam keadaan normal maupun abnormal. UPS di PLTU Ombilin
dipasang pada sistem LNA yang memberikan suplai 220 Volt AC satu fasa untuk
keperluan sistem kontrol komputer. PLTU Ombilin mempunyai tiga sistem UPS,
yaitu UPS unit 1, UPS unit 2, dan UPS Common. Ketiga UPS tersebut mempunyai
data-data yang sama.
Pada sistem UPS ini terdapat beberapa bagian peralatan, yaitu:
1) Rectifier, berfungsi mengubah tegangan AC ke DC.
2) Charger, berfungsi memberikan suplai arus ke baterai dalam kondisi
charging.
3) Inverter, berfungsi untuk merubah tegangan DC ke AC dan
menyuplai beban pada kondisi normal.
4) Stabilizer, berfungsi untuk menstabilkan tegangan keluaran trafo dan
menyuplai beban operasi pada kondisi Inverterout Service.
5) Static Switch merupakan saklar yang bertindak secara otomatis dari
keluaran Inverter ke Input Reverse apabila keluaran Inverter
terganggu.
Apabila terjadi gangguan pada bus 380 Volt, maka yang menyuplai tegangan
220 Volt AC untuk UPS adalah baterai sampai bus 380 Volt beroperasi lagi.
• Sistem 220 Volt DC
Sistem 220 Volt DC tegangannya disuplai dari bus 380 Volt melalui Rectifier
yang dilengkapi dengan trafo Step Down, dimana tegangan 220 Volt DC
digunakan untuk Emergency Lighting, Alarm Lighting, dll.
• Sistem 48 Volt DC
Sistem 48 Volt DC digunakan untuk peralatan proteksi seluruh unit,
diantaranya proteksi Over Current, proteksi Over Voltage, proteksi Under
Voltage, dll. Selain itu, tegangan 48 Volt DC juga digunakan untuk sistem
pengontrolan unit.
• Sistem Gas Insulated Switchgear (GIS)
Sistem gas pada PLTU Ombilin berfungsi sebagai isolasi dan pemadaman
busur api. Secara umum sistem ini mempunyai rel daya ganda dan dibawah ini
merupakan beberapa keandalan dari GIS antara lain:
1) Pada saat terjadi gangguan pada salah satu rel daya sewaktu pemeliharaan
pelayanan beban tetap bisa dilayani dengan mengalihkan pada rel daya
yang tidak teganggu.
2) Kontiniutas pelayanan lebih terjamin.
3) Pemulihan pelayanan relative lebih cepat, bila terjadi gangguan pada
sistem rel daya.gas Insulated Switchgear (GIS) pada PLTU Ombilin terdiri
dari 6 (enam) Feeder tegangan, yaitu:
a. Feeder satu, arah GI Salak
b. Feeder dua, arah GI Indarung
c. Feeder tiga, arah GI Batusangkar 1
d. Feeder empat, arah GI Batusangkar 2
e. Feeder lima, arah GI Kiliranjao 1
f. Feeder enam, arah GI Kiliranjao

Anda mungkin juga menyukai