Oleh:
FAJRI INDRA
17250020
i
5. Ketua Program Studi Teknik Mesin Universitas Dharma Andalas
Zulkifli Amin, Ph. D.
6. Koordinator Kerja Praktek di Program Studi di Teknik Mesin
Universitas Dharma Andalas Sanny Ardhy, ST. MT.
7. Pembimbing Laporan Kerja Praktek di Program Studi Teknik Mesin
Universitas Dharma Andalas Islahuddin, ST. MT. dan Angga Bahri
Pratama, S.Pd. MT.
8. Kedua Orang tua dan keluarga yang telah memberikan Doa dan
dukungan.
9. Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan semangat dalam
menjalani hari-hari selama melakukan kerja praktek.
Akhir kata, penulis menyadari tulisan ini masih banyak memiliki
kekurangan. Maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun agar lebih baik untuk ke depannya. Akhir kata, semoga Laporan
Kerja Praktek ini membawa manfaat bagi kita semua dan untuk pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Fajri Indra
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 22
5.1 Kesimpulan........................................................................................... 22
5.2 Saran ...................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 23
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 (a) grinding table dan (b) jurnal grinding roll dalam mill ................ 6
Gambar 2.2 Grinding Table................................................................................... 6
Gambar 2.3 Segment grinding table ...................................................................... 8
Gambar 2.4 Grafik Laju Keausan Sampel Segment ............................................ 16
Gambar 3.1 Flowchart pembuatan laporan ......................................................... 17
v
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbandingan komposisi kimia ASTM A532 Class III Type A dengan
ASTM A276 440C................................................................................ 10
Tabel 2.2 Perbandingan komposisi kimia ASTM A532 Class I Type D dengan
ASTM A276 440C................................................................................ 11
Tabel 2.3 Perbandingan sifat mekanik material ASTM A276 440C, ASTM A532
Class III Type A, dan ASTM A532 Class I Type D............................. 11
Tabel 2.4 Perhitungan data sampel segment 1 – 10.............................................. 15
vi
PT PLN (Persero) Teknik Mesin
Unit Pelaksana Universitas Dharma Andalas
Pembangkitan Ombilin Laporan Kerja Praktek
BAB I
PENDAHULUAN
Fajri Indra
03 Agustus – 28 September 2020 2
17250020
PT PLN (Persero) Teknik Mesin
Unit Pelaksana Universitas Dharma Andalas
Pembangkitan Ombilin Laporan Kerja Praktek
Sawahlunto, Sumatera Barat, yang dimulai dari tanggal 03 Januari 2022 sampai
11 Februari 2022.
Fajri Indra
03 Agustus – 28 September 2020 3
17250020
PT PLN (Persero) Teknik Mesin
Unit Pelaksana Universitas Dharma Andalas
Pembangkitan Ombilin Laporan Kerja Praktek
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ada empat prinsip dasar yang terjadi di dalam mill yaitu: pengeringan,
penggilingan, sirkulasi, dan klasifikasi.
Prinsip dasar pertama adalah pengeringan, yaitu batu bara yang masuk ke
dalam mill menerima panas dari udara panas yang dihasilkan oleh air heater dan
dihembuskan oleh primary air fan sehingga surface moisture dari batu bara
tersebut berkurang.
Prinsip dasar kedua adalah penggilingan, yaitu proses merubah ukuran batu
bara sehingga menghasilkan ukuran sesuai spesifikasi. Ada tiga jenis penggilingan
yang terjadi yaitu Impaction, dimana batu bara di grinding table ditumbuk oleh
Fajri Indra
03 Agustus – 28 September 2020 4
17250020
PT PLN (Persero) Teknik Mesin
Unit Pelaksana Universitas Dharma Andalas
Pembangkitan Ombilin Laporan Kerja Praktek
grinding roll memanfaatkan gaya dari luar. Biasanya gaya tumbukan berasal dari
gaya pegas atau gaya hidrolik yang dipasang pada jurnal. Crushing, yaitu dimana
batu bara ditekan diantara dua objek yaitu grinding roll dan grinding table.
Attrition, yaitu dimana batu bara hancur karena gesekan.
Prinsip dasar ketiga adalah sirkulasi, yaitu udara primary yang berasal dari
primary air fan merupakan metode sirkulasi dalam mill yang berfungsi untuk
mengirim batu bara halus menuju furnace dan juga berfungsi untuk membuang
benda yang tidak bisa digiling seperti logam, batu, atau benda lain yang dapat
merusak material mill dengan memanfaatkan gaya sentripetal.
Prinsip dasar yang terakhir adalah klasifikasi. Terdapat suatu komponen
yang bernama classifier yang berfungsi untuk mengklasifikasikan ukuran batu
bara. Clasifier diletakkan di bagian atas dari mill, batu bara yang masih berukuran
besar akan dikembalikan ke grinding table dan akan digiling kembali hingga
mencapai ukuran sesuai spesifikasi. Jika ukurannya sudah sesuai spesifikasi maka
batu bara akan di kirim menuju furnace. Pengklasifikasian ini sangat penting
karena merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi performa boiler.[5]
Fajri Indra
03 Agustus – 28 September 2020 5
17250020
PT PLN (Persero) Teknik Mesin
Unit Pelaksana Universitas Dharma Andalas
Pembangkitan Ombilin Laporan Kerja Praktek
Gambar 2.1 (a) grinding table dan (b) jurnal grinding roll dalam mill
Bagian-bagian dari grinding table dengan fungsinya adalah sebagai
berikut ini :
3 1
Fajri Indra
03 Agustus – 28 September 2020 6
17250020
PT PLN (Persero) Teknik Mesin
Unit Pelaksana Universitas Dharma Andalas
Pembangkitan Ombilin Laporan Kerja Praktek
1. Segment
Segment merupakan bagian grinding table yang fungsinya sebagai
landasan dalam penggiling batu bara.
3. Segment loc
Merupakan bagian yang mengunci atau menahan segment bagian atas ke
grinding table agar tidak terlepas dari grinding table.
4. Defuser
Merupakan bagian yang berfungsi sebagai tempat lewatnya udara panas
dari primary air fan. Putaran dari defuser akan membentuk turbulensi udara
yang akan mendorong batu bara ke atas dan akan diteruskan ke pipa yang
menuju boiler. Selain itu defuser juga sebagai tempat lewatnya fyrite (sisa
penggilingan) yang tidak bisa dihancurkan mill. Dalam 1 grinding table,
defuser berjumlah 15 buah.
5. Liner defuser
Bagian yang berfungsi pengapit defuser agar udara yang dihembuskan
oleh primary air fan dari bawah grinding table hanya akan melewati defuser.
Fajri Indra
03 Agustus – 28 September 2020 7
17250020
PT PLN (Persero) Teknik Mesin
Unit Pelaksana Universitas Dharma Andalas
Pembangkitan Ombilin Laporan Kerja Praktek
maka segment atau grinding roll harus diganti. Penggantian segment dikarenakan
segment mengalami keausan yang telah parah. Dalam satu grinding table, terdiri
dari 30 segment.
Fajri Indra
03 Agustus – 28 September 2020 8
17250020
PT PLN (Persero) Teknik Mesin
Unit Pelaksana Universitas Dharma Andalas
Pembangkitan Ombilin Laporan Kerja Praktek
Fajri Indra
03 Agustus – 28 September 2020 9
17250020
PT PLN (Persero) Teknik Mesin
Unit Pelaksana Universitas Dharma Andalas
Pembangkitan Ombilin Laporan Kerja Praktek
nilai kekerasan 550-600 HB. Namun material tersebut belum mampu mencegah
keausan dalam jangka waktu lama. Ada beberapa material segment yang dapat
menjadi alternatif dalam pembuatan segment. Material tersebut dipertimbangkan
karena memiliki tingkat kekerasan yang tinggi. Berikut ini dijelaskan beberapa
alternatif material segment:
2.5.1 High-Cr White Cast Iron Alloys (HCCI)
High-Cr white cast iron memiliki ketahanan aus dan korosi yang sangat
baik dengan harga pembelian material yang tidak terlalu mahal. High-Cr
white cast iron memiliki sifat ketahanan aus abrasi dan aus erosi yang
sangat baik karena adanya dukungan dari eutectic matrix dalam struktur
mikronya [2]. High-Cr white cast iron memiliki nilai kekerasan ≥ 550 HB.
Material ini juga memiliki ketangguhan yang mampu menahan patah dan
kegagalan struktur. High-Cr white cast iron telah digunakan pada coal
crusher hammers, ball mill, pulverizer ring, dan chute liner. Standar
material lain yang ekuivalen dengan high-Cr white cast iron adalah ASTM
A532 Class III Type A. Berikut ini perbandingan komposisi kimia ASTM
A532 Class III Type A dengan ASTM A276 440C pada Tabel 4.1:
Tabel 2.1 Perbandingan komposisi kimia ASTM A532 Class III Type A dengan
ASTM A276 440C
Material C S P Mn Si Cr Mo Ni Cu Fe
2,00 23,0
ASTM A532 0,1
- 0,06 2,0 1,5 - 3,0 2,5 1,5 Bal.
Class III Type A 0
3,30 30,0
16,0
ASTM A276 0,60- 0,0
0,03 1,0 1,0 - 0,75 - - Bal.
440C 0,75 4
18,0
Fajri Indra
03 Agustus – 28 September 2020 10
17250020
PT PLN (Persero) Teknik Mesin
Unit Pelaksana Universitas Dharma Andalas
Pembangkitan Ombilin Laporan Kerja Praktek
type 4 berada pada 550-700 HB. Ni hard type 4 banyak digunakan pada
roller pulverizer mill, pulverizer ring, ball mill, mixer liners, dan coal
crushers. Berikut ini perbandingan komposisi kimia dari ASTM A532
Class I Type D dengan ASTM A276 440C pada Tabel 4.2:
Tabel 2.2 Perbandingan komposisi kimia ASTM A532 Class I Type D dengan
ASTM A276 440C
Material C Si Mn Ni Cr S P Mo Fe
2,5 4,5 7,0
ASTM A532
- 0,8 2,0 - - 0,015 0,3 1,5 Bal.
Class I Type D
3,6 7,0 11,0
0,95 16,0
ASTM A276
- 1,0 1,0 - - 0,030 0,04 0,75 Bal.
440C
1,20 18,0
ASTM A276 440C, ASTM A532 Class III Type A, dan ASTM A532 Class I
Type D memiliki sifat mekanik yang berbeda. Hal ini disebabkan karena
komposisi kimianya yang berbeda pula. Namun yang menjadi prioritas sifat
mekanik pada pemilihan material alternatif ini adalah nilai kekerasannya.
Perbedaan sifat mekanik material ASTM A276 440C, ASTM A532 Class III Type
A, dan ASTM A532 Class I Type D disajikan dalam Tabel 4.3 berikut ini:
Tabel 2.3 Perbandingan sifat mekanik material ASTM A276 440C, ASTM A532
Class III Type A, dan ASTM A532 Class I Type D.
Fajri Indra
03 Agustus – 28 September 2020 11
17250020
PT PLN (Persero) Teknik Mesin
Unit Pelaksana Universitas Dharma Andalas
Pembangkitan Ombilin Laporan Kerja Praktek
2.6 Keausan
Keausan adalah penguraian ketebalan permukaan akibat gesekan yang
terjadi pada pembebanan dan gerakan. Keausan umumnya dianalogikan sebagai
hilangnya materi sebagai akibat interaksi mekanik dua permukaan yang bergerak
slidding dan dibebani. Ini merupakan fenomena normal yang terjadi jika dua
permukaan saling bergesekan, maka akan ada keausan atau perpindahan materi
yang terjadi antara dua benda yang bergesekan. [3]
Untuk pengguna (user), hal ini dapat menyebabkan:
1. Berkurangnya masa hidup dan produktivitas mill
2. Meningkatkan risiko terhadap personel
3. Konsumsi energi yang lebih tinggi & hasil yang lebih rendah
Jika digabungkan, faktor-faktor di atas dapat mengakibatkan pengeluaran
biaya perbaikan yang signifikan. Karena itu penting untuk faktor dalam efek pakai
pada kehidupan produk, dengan perencanaan untuk masa pakai, pemeliharaan dan
perbaikan operasi yang menjadi salah satu kunci keberhasilan dan kelancaran
suatu industri.
• Volume Segment
Fajri Indra
03 Agustus – 28 September 2020 12
17250020
PT PLN (Persero) Teknik Mesin
Unit Pelaksana Universitas Dharma Andalas
Pembangkitan Ombilin Laporan Kerja Praktek
b. Laju Keausan
Tebal awal = 7 cm
Segment no 1
Segment no 2
Fajri Indra
03 Agustus – 28 September 2020 13
17250020
PT PLN (Persero) Teknik Mesin
Unit Pelaksana Universitas Dharma Andalas
Pembangkitan Ombilin Laporan Kerja Praktek
Segment no 3
Segment no 4
Fajri Indra
03 Agustus – 28 September 2020 14
17250020
PT PLN (Persero) Teknik Mesin
Unit Pelaksana Universitas Dharma Andalas
Pembangkitan Ombilin Laporan Kerja Praktek
Segment no 5
Fajri Indra
03 Agustus – 28 September 2020 15
17250020
PT PLN (Persero) Teknik Mesin
Unit Pelaksana Universitas Dharma Andalas
Pembangkitan Ombilin Laporan Kerja Praktek
0,06
0,04
0,02
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Segment
Fajri Indra
03 Agustus – 28 September 2020 16
17250020
PT PLN (Persero) Teknik Mesin
Unit Pelaksana Universitas Dharma Andalas
Pembangkitan Ombilin Laporan Kerja Praktek
BAB III
METODOLOGI
Start
Identifikasi
Masalah
Studi literatur
Pengolahan Data
Selesai
Fajri Indra
03 Agustus – 28 September 2020 17
17250020
PT PLN (Persero) Teknik Mesin
Unit Pelaksana Universitas Dharma Andalas
Pembangkitan Ombilin Laporan Kerja Praktek
Fajri Indra
03 Agustus – 28 September 2020 18
17250020
PT PLN (Persero) Teknik Mesin
Unit Pelaksana Universitas Dharma Andalas
Pembangkitan Ombilin Laporan Kerja Praktek
Fajri Indra
03 Agustus – 28 September 2020 19
17250020
PT PLN (Persero) Teknik Mesin
Unit Pelaksana Universitas Dharma Andalas
Pembangkitan Ombilin Laporan Kerja Praktek
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Fajri Indra
03 Agustus – 28 September 2020 20
17250020
PT PLN (Persero) Teknik Mesin
Unit Pelaksana Universitas Dharma Andalas
Pembangkitan Ombilin Laporan Kerja Praktek
juga dapat dengan mengurangi pengotor (batu atau kerikil) yang masuk ke mill,
sebab pengotor tidak dapat dihancurkan oleh mill sehingga menambah beban kerja
mill dalam menggiling dan mempercepat keausan pada segment. Serta lebih sering
memperhatikan clearent ( jarak) antara jurnal grinding roll dengan grinding table,
agar kerja mill dalam menggiling batu bara dapat optimal dan segment bekerja
dalam kondisi yang baik.
Fajri Indra
03 Agustus – 28 September 2020 21
17250020
PT PLN (Persero) Teknik Mesin
Unit Pelaksana Universitas Dharma Andalas
Pembangkitan Ombilin Laporan Kerja Praktek
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari analisa serta pembahasan kerja praktek yang telah dilakukan, maka
dapat disimpulkan bahwa:
1. Segment grinding table berfungsi sebagai landasan permukaan dalam
proses menggiling batu bara sampai halus (± 200 mesh).
2. Segment yang digunakan memiliki luas permukaan sebesar 736 cm 2 dan
volume sebesar 5152 cm3
3. Keausan rata-rata yang terjadi pada segment sebesar 1.8 cm dalam 17520
jam waktu operasi
4. Laju keausan rata-rata dari segment adalah 0.075 cm3/jam
5. Material Alternstif yang dipertimbangkan dalam pembuatan Segment
adalah Ni Hard Type 4 White Cast Iron
5.2 Saran
1. Sebaiknya pergantian material grinding table disesuaikan dengan laju
keausan untuk mencegah keausan yang lebih cepat.
2. Perlunya dilakukan preventive maintenance untuk peralatan dan perkakas
grinding table, agar tetap dalam kondisi bagus.
3. Dalam pengambilan data, agar sebaik mungkin dipahami agar
penganalisaan mudah didapatkan.
Fajri Indra
03 Agustus – 28 September 2020 22
17250020
PT PLN (Persero) Teknik Mesin
Unit Pelaksana Universitas Dharma Andalas
Pembangkitan Ombilin Laporan Kerja Praktek
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Pulverized Coal Mill and Burners Manual Book, vol. 1. .
[2]. K. Abd, E. K. Zohdy, and D. S. H. E. M. Sallam, “Wear and Corrosion
Behavior of High-Cr White Cast Iron Alloys in Different Corrosive Media,”
J. Bio- Tribo-Corrosion, vol. 1, no. 4, pp. 1–12, 2015.
[3]. “Ni-Hard Material Data and Applications,” .
[4]. Reynold Corder. 1986. Manual Book Maintainance Instruktion Manual, PT
PLN ( Persero) Sektor Pembangkitan Ombilin.
[5]. Reynold Corder. 1986. Boiler Design Manual, PT PLN ( Persero) Sektor
Pembangkitan Ombilin.
Fajri Indra
03 Agustus – 28 September 2020 23
17250020
LAMPIRAN
SEJARAH BERDIRINYA PLTU OMBILIN
1. SEJARAH PERUSAHAAN
a. Sistem eksternal
Sistem eksternal dilakukan di Pretreament Plant dan Water Treatment
Plant. Pengolahan air bertujuan untuk mengolah bahan mentah air (air
sungai) menjadi air murni yang siap untuk diubah menjadi uap sehingga
dapat membangkitkan energi listrik.
Sodium Polyelectrolit
• Sodium Hypoclorite
Berfungsi untuk membunuh mikro organisme yang terdapat
dalam air.
• Cooper Corrotion Inhibitor
Berfungsi untuk menghambat terjadinya korosi tembaga (Cu)
pada pipa Condenser.
• Asam Clorid
Berfungsi untuk meningkatkan derajat keasaman air, dari
Cooling Tower air dipompakan ke Circulating Water Intake
Pit. Kemudian dipompakan lagi oleh Circulating Water
Pump ke Condenser yang berfungsi untuk mendinginkan uap.
Dari Condenser air masuk ke bak Cooling Tower lagi dengan
demikian sirkulasi air pendingan merupakan sirkulasi
tertutup. Kemudian air pada Cooling Tower diambil pada
storage basin dengan Cooling TowerMake Up Pump.
• Diesel Fire Fighting (Pemadam kebakaran)
Merupakan peralatan yang digunakan untuk pemadam
kebakaran apabila terjadi kebakaran.
b. Sistem Internal
Sistem internal dimulai dari Hot Well, air Demineralizer Tank dipompakan
dengan Make Up ke Hot Well, begitu air condensat yang berasal dari
Condenser ke Hot Well. Air dari Hot Well dipompakan ke Low Pressure
Heather yang terdiri dari dua tahapan Low Pressure Heather yaitu:
• LPH1 dengan temperatur sekitar 49°C-72°C dan Pressure antara 0,5
bar-0,9 bar.
• LPH 2 dengan temperatur sekitsr 56°C-110°C dan Pressure antara 0,9
bar-1,5 bar.
Adapun Hydrazine, digunakan untuk mengikat oksigen yang terlarut
dalam air, sedangkan Amoniak digunakan untuk menstabilkan derajat
keasaman (PH) air supaya netral (PH 6,2-7,8).
Di LPH temperatur akan naik karena uap ekstraksi dari turbin. Air dari
LPH masuk ke Deaerator untuk membuang gas-gas yang terlarut dalam
air dan pemanasan terjadi dengan menggunakan uap ekstraksi dari
turbin yang bercampur langsung dengan air. Selanjutnya air masuk ke
Feed Water Tank, dengan menggunakan boiler feed pump air dialiri ke
High Pressure Heater (HPH) dengan tekanan antara 7 bar-14 bar, di
HPH temperatur air akan bertambah karena adanya pemanasan uap
ekstraksi dari turbin sebesar 200°C - 304°C. Air dari HPH masuk ke
Economizer, pada Economizer terjadi pemanasan oleh aliran gas buang
dari sisa pembakaran. Dari Economizer air masuk ke Boiler Drum. Uap
yang dihasilkan di BoilerDrum masukke dalam Superheater dan
temperaturnya telah mencapai kurang lebih 505 0C kemudian masuk ke
DeSuperHeater, uap kering dari Super Heater siap memutar turbin dan
masuk ke Condenser yang kemudian didinginkan atau di embunkan
dengan menggunakan air pendingan dari Cooling Tower, air dari hasil
pengembunan akan ditampung di Hot Well.
7. Sistem Bahan Bakar
Bahan bakar yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. High Speed Diesel (HSD)
Bahan bakar solar digunakan untuk pembakaran awal yaitu disaat unit
batu bara dioperasikan hingga beban sekitar 35 MW. Bahan bakar solar
ditampung pada tangki HSD yang telah disiapkan. Di PLTU Ombilin terdapat
2 buah tangki HSD yaitu:
• Satu tangki untuk Storage Tank dengan kapasitas 620 kl.
• Satu tangki untuk Daily Tank dengan kapasitas 220 kl.
Selanjutnya minyak diesel HSD tersebut dikabutkan di Burner dan
dinyalakan dengan busi listrik (Ignitor).
b. Batu Bara
Peralatan utama pada sistem bahan bakar batu bara adalah:
• Coal bunker
Peralatan Coal Bunker digunakan sebagai tempat penampungan batu
bara sebelum batu bara tersebut digiling di dalam Coal Mill. Sebelum
ditampung pada Coal Bunker, batu bara tersebut telah melalui Reclaim
Hooper, Crush House, Transfer Tower dengan menggunakan Belt
Conveyor yang dilengkapi dengan Magnetic Separator dan Metal
Detector.
Pada Crusher House ini batu bara akan dipecah sehingga ukurannya
sekitar 40 mm. Setiap unit boiler mempunyai empat buah Coal Bunker dan
setiap Coal Bunker berfungsi menyuplai satu buah Coal Mill. Kapasitas
masing-masing Coal Bunkeradalah 160 ton. Dari Coal Bunker batu bara
ditransfer ke Coal Mill dengan menggunakan bantuan Coal Feeder.
• Coal Feeder
Coal Feeder berfungsi untuk menyuplai batu bara ke dalam mill
sesuai dengan kebutuhannya. Volume batu bara yang disuplai ke
dalammill pada akhirnya akan menentukan banyaknya uap yang akan
diproduksi oleh Boiler.
• Coal Mill
Coal Mill adalah alat untuk menggiling batu bara menjadi serbuk yang
sangat halus. Batubara yang halus ini dapat membantu proses pembakaran
menjadi sempurna dan cepat. Untuk satu unit terdapat empat Coal Mill dan
satu Coal Mill mempunyai empat keluaran.Masing-masing keluaran
menuju setiap sudut (Corner) pada Boiler. Serbuk batu bara yang
dihembuskan ke ruang bakar boiler dibantu dengan bantuan udara dari
Primary Air Fan.
• Sealing Air Fan dan Primary Air Fan
Primary Air Fan ini juga membantu proses pembakaran padaboiler,
karena sebelumnya sudah ada nyala api (Burner) maka serbuk batu bara
tersebut terbakar. Setelah api batu bara sudah normal selanjutnya Burner
solar dimatikan.
Seperti sudah dijelaskan diatas bahwa untuk penyalaan awal di ruang bakar
boiler bahan bakar adalah HSD. HSD dipakai sampai daya yang dibangkitkan
generator untuk setiap unit sampai maksimal + 35 MW. Kemudian dari 35 MW
sampai 60 MW bahan bakar boiler adalah batu bara yang diambil dari dua buah
silo (Coal Bunker). Dari 60 MW sampai beban maksimum (100 MW) batu bara di
tambah satu silo lagi. Sedangkan dari 25 MW sampai 35 MW adalah masa transisi
dari bahan bakar HSD ke bahan bakar batu bara.
8. Sistem Siklus Air dan Uap
Air dipompakan ke dalam boiler dengan menggunakan pompa air pengisi
(Boiler Feed Pump), melalui katup pengatur. Sebelum masuk ke dalam Boiler
Drum air dipanaskan terlebih dahulu di Low Pressure Heater juga dipanasi di
High Pressure Heater dengan menggunakaan uap ekstrasi dari turbin dan
kemudian dipanaskan di Economizer dengan menggunakan panas gas buang pada
boiler, sehingga temperatur air mendekati titik didihnya.
Dari Ecomonizer air disalurkan ke Boiler Drum. Dari Boiler Drum
bersirkulasi melalui Down Comer berupa pipa berukuran besar yang
menghubungkan bagian bawah Boiler Drum dengan Lower Header.
Dari Lower Header air masuk ke Tube Wall (Riser) berupa dinding segi
empat (berupa pipa-pipa) yang mengitari ruang bakar. Panas yang dihasilkan dari
proses pembakaran di dalam ruang bakar sebagian diberikan pada air yang berada
dalam Tube Wall sehingga air berubah menjadi uap basah. Uap hasil penguapan
dari Tube Wall terkumpul dalam Boiler Drum. Uap mengalir ke dalam puncak
Boiler Drum melewati Steam Separator (pemisah uap) dan Screen Dryer
(pengering uap), kemudian keluar dari drum dalam keadaan kering menuju Super
Heater yang terdiri dari Low Temperatue Super Heater dan High Temperature
Super Heater yang berfungsi sebagai pemanasan lanjut.
Uap panas dari Super Heater disalurkan melalui DeSuper Heater yang
bertujuan untuk mengatur temperatur uap menuju turbin. Butir-butir air yang
terpisah dari uap Boiler Drum jatuh bersirkulasi kembali bersama air.
Sebagian uap bekas dari turbin ditampung di dalam Condenser. Pada
Condenser terjadi pengembunan dengan bantuan air pendingin dari Cooling
Tower. Air hasil pengembunan ditampung pada Hot Well. Air tersebut
dipompakan menuju Low Pressure Heater (LPH) dengan bantuan Condensate
Pump. Air dari LPH disalurkan pada Deaerator dan terjadi pula pemanasan di
dalam Deaerator dengan menggunakan uap ekstrasi dari turbin, dan pada
Deaerator tersebut air Condensate bercampur langsung dengan uap pemanasan
dari turbin. Fungsi dari Deaerator ini adalah untuk mengurangi kandungan gas
dalam air pengisi (Water Condensate).
Air dari Deaerator tersebut ditampung pada Feed Water Tank dan
dipompakan dengan menggunakan Boiler Feed Pump menuju High Pressure
Heater.
9. Sistem Udara Pembakaran dan Gas Buang
a) Sistem Udara
Proses pembakaran pada Furnace udara diambil dari luar dengan
menggunakan Force Draft Fan yang merupakan kipas udara yang menghisap
udara luar dengan menghembuskan ke ruang bakar melalui Tubular Air
Heater.
Pada Tubular Air Heater udara dipanaskan sehingga temperatur udara
pembakaran + 300oC yang berguna untuk menghasilkan pembakaran yang
lebih sempurna. Sebagian dari udara panas setelah melalui Tubular Air
Heater, dihisap dan dinaikkan tekanannya oleh Primary Air Fan sebagai
udara primer.Udara ini digunakan untuk mengeringkan batu bara di dalam
Coal Mill serta menghembuskan serbuk batu bara ke dalam ruang bakar
melalui Coal Burner.
b) Sistem Gas Buang
Percampuran udara dan bahan bakar bereaksi dalam proses pembakaran
yang menghasilkan panas dan gas buang, abu berat (Bottom Ash) dan abu
ringan (Fly Ash). Gas buang ini mengalir dari ruang bakar di dalam saluran
gas buang (Flue Gas Duct) menuju cerobong (Stack).
Panas dari gas buang ini sebelum menuju cerobong dimanfaatkan untuk
memanaskan SuperHeater dan Economizer dan kemudian gas buang dialirkan
ke dalam Tubular Air Heater dan dimanfaatkan untuk memanaskan udara.
Dari Tubular Air Heater gas buang tersebut masuk ke Electrostatic
Precipitator. Pada Electrostatic Precipitator ini terjadi penangkapan debu
yang keluar bersama gas buang. Debu yang menempel pada Electrostatic
Precipitator ditampung di dalam Ash Hooper yang kemudian ditampung pada
Ash Silo untuk dibuang ke tempat pembuangan. Sedangkan gas bersih keluar
dari Electrostatic Precipitator dibuang ke cerobong melalui Induce Draft Fan
yang merupakan kipas hisap yang menghisap gas buang dari dalam ruang
bakar dan melalui cerobong.
10. Sistem Kelistrikan PLTU Ombilin
PLTU Ombilin mempunyai dua unit pembangkitan dengan kapasitas
masing-masing 100 MW. PLTU Ombilin mulai beroperasi pada tahun 1996
dengan tujuan untuk memenuhi pasokan listrik daerah Sumatera Barat dan Riau.
Sistem kelistrikan PLTU Ombilin terdiri atas:
• Sistem 150 kV
Setelah generator berputar 3000 rpm maka akan diberikan penguatan dari
eksiter sehingga generator tersebut akan menghasilkan tegangan 11,5 kV.
Keluaran dari tegangan tersebut dinaikkan menjadi 150 kV pada trafo Step Up,
kemudian disalurkan ke jaringan interkoneksi melalui GIS (Gas Insulated
Switchgear).Sistem GIS pada PLTU Ombilin mempunyai sistem rel daya ganda
dengan 1,5 pemutus beban dan dilengkapi gas SF6 (Sulfur Hexaflorida) yang
berfungsi sebagai isolasi dan pemadam busur api. Secara umum rel daya ganda
mempunyai beberapa keandalan, antara lain:
1) Sistem operasi lebih baik
2) Mempunyai kapasitas lebih baik
3) Mempunyai keandalan lebih tinggi pada saluran transmisi
4) Kontinuitas pelayanan lebih terjamin
• Sistem 6 kV
Untuk pengisian bus 6 kV pada saat unit belum beroperasi di suplai dari GIS
melalui diameter lima ke Station Service Transformer dimana tegangannya akan
diturunkan dari 150 kV menjadi 6 kV. Tegangan pada bus 6 kV digunakan untuk
pengoperasian motor-motor yang berguna untuk pengoperasian awal unit, seperti
motor-motor pada Crusher House, Boiler Feed Pump, Condensate Pump dan
Circulating Water Pump.
• Sistem 380 Volt
Sistem 380 Volt terbagi dalam dua kondisi, yaitu kondisi normal dan kondisi
abnormal. Pada kondisi normal tegangan 380 Volt diambil dari bus 6 kV yang
terlebih dahulu diturunkan melalui trafo Step Down.
Pada kondisi Abnormal apabila pada bus 380 Volt terjadi penurunan tegangan
hingga 70% maka untuk menyuplai tegangan minus 380 Volt diambil dari Diesel
Emergency. Tegangan 380 Volt ini digunakan sebagai sumber tegangan pada
motor-motor kecil untuk pengoperasian unit dan juga untuk menyuplai tegangan
pada bus 220 Volt.
• Sistem 220 Volt AC
Pengisian bus 220 Volt AC pada kondisi normal, operasi disuplai dari bus
380 Volt. Tegangan 220 Volt AC ini digunakan sebagai penerangan dan peralatan
lainnya.Apabila tegangan bus 380 Volt mengalami gangguan, maka untuk
pengisisan tegangan bus 220 Volt AC disuplai dari Diesel Emergency.
• Sistem Uninteruptable Power Supply (UPS)
Pada sistem 220 Volt AC UPS tegangan disuplai dari bus 380 Volt. UPS
adalah suatu peralatan yang gunanya berfungsi untuk memberikan suplai daya
secara kontiniu dalam keadaan normal maupun abnormal. UPS di PLTU Ombilin
dipasang pada sistem LNA yang memberikan suplai 220 Volt AC satu fasa untuk
keperluan sistem kontrol komputer. PLTU Ombilin mempunyai tiga sistem UPS,
yaitu UPS unit 1, UPS unit 2, dan UPS Common. Ketiga UPS tersebut mempunyai
data-data yang sama.
Pada sistem UPS ini terdapat beberapa bagian peralatan, yaitu:
1) Rectifier, berfungsi mengubah tegangan AC ke DC.
2) Charger, berfungsi memberikan suplai arus ke baterai dalam kondisi
charging.
3) Inverter, berfungsi untuk merubah tegangan DC ke AC dan
menyuplai beban pada kondisi normal.
4) Stabilizer, berfungsi untuk menstabilkan tegangan keluaran trafo dan
menyuplai beban operasi pada kondisi Inverterout Service.
5) Static Switch merupakan saklar yang bertindak secara otomatis dari
keluaran Inverter ke Input Reverse apabila keluaran Inverter
terganggu.
Apabila terjadi gangguan pada bus 380 Volt, maka yang menyuplai tegangan
220 Volt AC untuk UPS adalah baterai sampai bus 380 Volt beroperasi lagi.
• Sistem 220 Volt DC
Sistem 220 Volt DC tegangannya disuplai dari bus 380 Volt melalui Rectifier
yang dilengkapi dengan trafo Step Down, dimana tegangan 220 Volt DC
digunakan untuk Emergency Lighting, Alarm Lighting, dll.
• Sistem 48 Volt DC
Sistem 48 Volt DC digunakan untuk peralatan proteksi seluruh unit,
diantaranya proteksi Over Current, proteksi Over Voltage, proteksi Under
Voltage, dll. Selain itu, tegangan 48 Volt DC juga digunakan untuk sistem
pengontrolan unit.
• Sistem Gas Insulated Switchgear (GIS)
Sistem gas pada PLTU Ombilin berfungsi sebagai isolasi dan pemadaman
busur api. Secara umum sistem ini mempunyai rel daya ganda dan dibawah ini
merupakan beberapa keandalan dari GIS antara lain:
1) Pada saat terjadi gangguan pada salah satu rel daya sewaktu pemeliharaan
pelayanan beban tetap bisa dilayani dengan mengalihkan pada rel daya
yang tidak teganggu.
2) Kontiniutas pelayanan lebih terjamin.
3) Pemulihan pelayanan relative lebih cepat, bila terjadi gangguan pada
sistem rel daya.gas Insulated Switchgear (GIS) pada PLTU Ombilin terdiri
dari 6 (enam) Feeder tegangan, yaitu:
a. Feeder satu, arah GI Salak
b. Feeder dua, arah GI Indarung
c. Feeder tiga, arah GI Batusangkar 1
d. Feeder empat, arah GI Batusangkar 2
e. Feeder lima, arah GI Kiliranjao 1
f. Feeder enam, arah GI Kiliranjao