Disusun Oleh :
Muhammad Fauzi
1901173
Disusun untuk memenuhi mata kuliah Kerja Praktek, Semester VII Tahun
Akademik 2021/2022 Program Studi Teknik Perminyakan,
STT MIGAS Balikpapan
Disusun Oleh:
Muhammad Fauzi
NIM. 1901173
Disetujui Oleh,
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga
Penulis dapat menyelesaikan Penulisan Laporan Kerja Praktik ini yang berjudul
“Overview Southern Area Operation Mutiara Field Pertamina Hulu Sanga Sanga”
dengan baik sebagai proses pembelajaran serta pertanggung jawaban Mahasiswa STT
MIGAS BALIKPAPAN sebagai kelanjutan dari kegiatan Kerja Praktik. Tidaklupa dalam
kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih dan penghormatan yang mendalam
kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan serta kesempatan untuk melaksanakan
dan membuat laporan Kerja Praktek ini.
2. Orang tua dan keluarga yang memberikan dukungan dan semangat.
3. Bapak Abdi Suprayitno S.T., M.Eng. Selaku Ketua Program Studi S1 Teknik
Perminyakan STT MIGAS Balikpapan.
4. Esterina N. Paindan.,S.Pd.,M.Pd selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktek, yang
telah memotivasi dan mendukung proses pelaksanaan kerja praktek di PT. Pertamina
Hulu Sanga Sanga.
5. PT. Pertamina Hulu Sanga Sanga yang telah memberikan kesempatan kepada saya
dan teman-teman dari STT Migas Balikpapan untuk melakukan Kerja Praktek.
6. Mas Michel Khow & Mas R. Aburizal Valdi Susmantoro selaku pendamping selama
melakukan kerja praktek.
Penulis meyakini sepenuhnya bahwa dalam penulisan ini masih terdapat banyak
kekurangan, sehingga kritik dan saran yang membangun akan sangat berarti bagi penulis.
Akhirnya, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan Semua pihak yang
memerlukannya.
Muhammad Fauzi
ii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR GAMBAR
v
Gambar 4.17 (Permanent WHC) ..........................................................................28
Gambar 4.18 (Mobile Test Unit MTU) ............................................................... 30
Gambar 4.19 (cyclic) ............................................................................................31
Gambar 4.20 (Capilary String) .............................................................................31
Gambar 4.21 (Velocity String) .............................................................................32
vi
DAFTAR GRAFIK
vii
DAFTAR TABEL
viii
BAB I
PENDAHULUAN
• Studi Lapangan
• Studi Pustaka
Merupakan metode yang di gunakan penulis dalam penyusunan laporan
menggunakan literatur yang didapat dibangku kuliah maupun yang diberikan
oleh pembimbing dilapangan yang berhubungan dengan pelaksanaan Kerja
2
Praktek. Sehingga diharapkan dalam penyusunan laporan tidak terjadi
penyimpangan ataupun kesalahan dari ketentuan dan peraturan yang berlaku.
• Bab I, Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, maksud dan tujuan,ruang
lingkup yang membatasi masalah dalam laporan, metode pelaksanaan, dan
sistematika penulisan.
• Bab II, Profil Perusahaan yang meliputi sejarah perusahaan visi, misi dan
tujuan, struktur organisasi, lapangan mutiara, operasi produksi lapangan
mutiara.
• Bab III, Dasar teori gambaran umum teknik produksi, metode pengangkatan
fluida well completion.
• Daftar pustakaan.
3
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
Pertamina Hulu Sanga Sanga (PHSS) merupakan salah satu anak perusahaan
PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI) yang didirikan pada 27 Juli 2017, berada di
wilayah Kalimantan Timur tepatnya di zona 9 (sembilan). PHSS adalah salah satu
perusahaan yang bergerak dibidang eksplorasi minyak dan gas bumi. Sebelum
diambil alih oleh Pertamina, perusahaan berdiri dengan nama VICO atau Virginia
Indonesia Company, Perusahaan Kontraktor Kerja Sama (KKKS) yang ditunjuk
BPMIGAS. Berdiri dengan nama awal HUFFCO Indonesia atau Huffington
Company Indonesia yang didirikan oleh pengusaha minyak asal Texas, Roy
Huffington dan pengusaha asal Virginia, General Arch Sproul.
Saat ini, PHSS tidak hanya mengelola lapangan yang sebelumnya dikelola
oleh VICO, namun ada beberapa lapangan yang sebelumnya dikelola oleh
Pertamina sendiri dan sekarang berada dibawah naungan/dioperasikan oleh PHSS
yaitu lapangan Tanjung, Sanga Sanga dan lapangan Sangata. PHSS mulai beroperasi
bulan agustus 2018, namun seluruh sumber daya manusia yang menggerakkan roda
bisnis dan kegiatan operasi wilayah sanga sanga sebagai wilayah kerjanya
4
merupakan orang-orang yang berpengalaman sebagai perintis bisnis LNG di
indonesia bersama operator Wilayah Kerja (WK) Sanga Sanga sebelumnya. Dengan
sumber daya manusia yang dimiliki tersebut, mengantarkan PHSS menjadi
produsen LNG pertama di Indonesia diera Gross Split.
PHSS telah mengelola WK sanga sanga sejak Agustus 2018 dengan lokasi
wilayah kerja di Teluk Kutai yang terletak di Kalimantan Timur dan memiliki luas
wilayah sekitar 1.942 km persegi. Sepanjang beroperasi, WK sanga sangan telah
memproduksi gas lebih dari 12.6 TCF dan minyak sebanyak0,4 miliar barrel dari
lapangan-lapangan produksi di Badak, Mutiara, Semberah, Nilam, Pamaguan,
Lampake, & Beras.
• Misi: Melaksanakan pengelolaan asset dan portofolio usaha minyak dan gas
bumi secara efisien, efektif, professional dan berdaya laba tinggi, serta
memberikan nilai tambah bagi pemangku kepentingan.
PHSS telah mengelola WK sanga sanga sejak Agustus 2018 dengan lokasi
wilayah kerja di Teluk Kutai yang terletak di Kalimantan Timur dan memiliki luas
wilayah sekitar 1.942 km persegi. PHSS telah membagi daerah operasinya menjadi
dua daerah yaitu Southern Area Operation yang terdiri dari lapangan Mutiara,
Pamaguan, dan Beras. Adapun daerah operasi lainnya yaitu Northern Area
Operation yang terdiri dari lapangan Badak, Nilam, Lampake dan Sembera.
5
Lapangan Mutiara beroperasi sejak tahun 1982 dan mulai produksi di tahun
1991. Memiliki 97 sumur (60 sumur gas dan 37 sumur minyak) yang masih aktif,
memiliki 7 genset untuk power supply, memiliki 3 Satellite/Stationdiantaranya M-6
Station (terdapat 2 sistem kompresi VLP dengan kapasitas 4,5MMCFD dan 2 VLP
kapasitas 3 MMCFD serta 1 tank liquid kapasitas 5000 BPD), M-8 Station
(terdapat 3 VLP kapasitas 5 MMCFD, 2 VLP kapasitas 3 MMCFD, 1 HP kapasitas
7 MMCFD dan 1 liquid tank kapasitas 5000 BPD),Pamaguan Station (terdapat 2
VLP kapasitas 5 MMCFD, 1 oil tank kapasitas 3250 BPD dan 1 water tank kapasitas
3300 BPD) serta 1 Central Plant yaitu Mutiara Central Plant (terdapat 3 VLP
kapasitas 5 MMCFD, 1 VLP kapasitas3 MMCFD, 1 LP kapasitas 50 MMCFD, 3
MP kapasitas 50 MMCFD, 1 oil tank kapasitas 10000 BPD dan 1 water tank
kapasitas 12000 BPD).
6
2.6 Operasi Produksi Lapangan Mutiara
Saat ini, lapangan Mutiara memproduksikan minyak sekitar 7200 BOPDdan
gas sekitar 9-10 MMCFD. Berdasarkan tipikal komplesinya, sumur di lapangan
Mutiara sejak tahun 2000 telah berevolusi dari Conventional Wells menjadi
Monobore Wells.
Jalur pipa (flowline) produksi di lapangan Mutiara tidak seperti jalur flowline
yang ada di lapangan Badak dan Nilam yang direct, dimana fluida yang
diproduksikan dari sumur langsung masuk ke flowline dan menuju ke Station.
Untuk sumur di lapangan Mutiara memiliki jalur flowline yang berbentuk seperti
tulang ikan/bercabang, dimana fluida hasil produksi yang keluar dari sumur satu
dengan sumur yang lain akan dialirkan melalui flowline menuju ke flowline utama
atau trunkline sehingga fluida dari sumur-sumur tersebut bertemu dan berkumpul
di dalam trunkline tersebut lalu menuju ke Station. Di Station, fluida akan
dipisahkan berdasarkan fasanya (gas dan liquid) lalu kemudian dikirim lagi
menuju Central Plant untuk diproses lebihlanjut sebelum di kirim ke sales point.
8
BAB III
DASAR TEORI
Pada prinsipnya, yang dipelajari dalam teknik produksi adalah cara- cara
mengangkat fluida dari dalam reservoir ke permukaan. Hal utama yang harus
diperhatikan didalam memproduksikan suatu sumur adalah ”laju produksi”, dimana
besarnya harga laju produksi (q) yang diperoleh dengan metode produksi tertentu
harus merupakan laju produksi optimum, baik ditinjau dari sumur itu sendiri
maupun dari lapangan secara keseluruhan. Dua hal pokok yang mendasari teknik
produksi adalah:
Pada gerakan fluida dari dasar sumur sampai ke permukaan melalui media
pipa, yang perlu diketahui adalah penurunan tekanan yang terjadi selama fluida
mengalir didalam pipa. Besarnya penurunan tekanan yang terjadi dapat dihitung
dengan menggunakan berbagai metode yang tersedia (Vertical Flow
Performance atau Tubing Performance).
9
ataupun persyaratan yang harus dipenuhi sebelum dikapalkan, maka antara
minyak, air, dan gas harus dipisahkan. Hampir semua perusahaan- perusahaan
pipa minyak menghendaki agar minyak yang di-transport tidak mengandung
lebih dari 2 - 3% air dan padatan. Proses pemisahan fluida produksi meliputi
berbagai cara pemisahan padatan-padatan dari minyak, pemisahan air dan gas dari
minyak serta pemecahan emulsi. Berbagai peralatan digunakan untuk proses
pemisahan yang terdiri dari masing-masing komponen, maupun merupakan
gabungan-gabungan dari pada komponen yang membentuk satu sistem
pemisahan. Minyak yang telah dipisahkan dialirkan dan ditampung pada tangki
penimbun (storage tank), kemudian akan dikirim ke refinery atau ke terminal
pengapalan dengan jalan mengalirkan melalui pipasalur (pipe line).
11
Gambar 3.1 (Tipikal komplesi sumur)
➢ Electric line; sebuah alat yang mirip dengan slickline tetapi didalam
kawatnya memiliki kabel konduktor yang dapat digunakan untuk
13
memerintahkan alat yang dibawa o 8leh electric line. Alat ini biasanya
digunakan untuk perforating, melakukan setting packer, serta melakukan
proses logging
➢ Braided line; sebuah alat yang juga mirip dengan slickline hanya saja
braided line memiliki kawat yang lebih tebal sehingga kawatnya lebih kuat
dan biasanya digunakan untuk pekerjaan pada alat-alat yang lebih berat
seperti fishing dan lain-lain.
14
Gambar 3.5 (Coiled tubing uni
15
BAB IV
PEMBAHASAN HASIL KERJA PRAKTEK
16
Di lapangan Mutiara sendiri, pour point depressant merupakan
metode yang sangat efektif saat ini untuk mengatasi minyak dengan
pour point temperatur tinggi terlebih lagi biayanya yang lebih murah
dibandingkan dengan steam flood dan heater yang dipasang di flowline.
17
Gambar 4.2 (Endapan wax didalam flowline)
18
1. Sand Screan
Sand screen merupakan metode awal dan paling umum digunakan
di PHSS yang menjadi pilihan untuk menahan pasir agar tidak ikut
terproduksi. Ada dua metode yang biasa digunakan untuk memasang sand
screen yaitu dengan cara hanging screen, dimana screen dipasang dengan
cara digantung dan berada sedikit diatas zona perforasi dan yang kedua
dengan cara pack-off screen, dimana screen dipasang tepat didepan zona
perforasi. Sand screen bekerja secara mechanic dengan prinsip kerja
yang sangat sederhana yaitu dengan menyaring butiran-butiran pasir
dibawah sumur sehingga tidak masuk kedalam production tubing.
A. Slotted Liner Screan
Slotted liner screen adalah tabung yang terdiri dari beberapa
potongan lembaran logam yang dilas menjadi satu. Setiap potongan
lembaran logam memiliki sejumlah lubang slot lurus yang dilubangi
untuk melakukan penyaringan. Umumnya, masing-masing lubang slot
lurus memiliki panjang sekitar 1,5 hingga 2,5 inci, dengan lebar rata-
rata 0,012 hingga 0,250 inci.
Jenis sand screen ini adalah opsi kontrol pasir paling murah yang
tersedia, namun permeabilitas tabung yang rendah menjadi perhatian
utama. Hal ini berarti semakin besar kemungkinantabung tersumbat dan
berdampak negatif pada efisiensi sumur. Untuk memberikan perspektif
lebih lanjut, Slotted liner screen sangat cocok untuk operasi yang sangat
hemat anggaran atau jika minyak yang diekstraksi dari lubang sumur
memiliki kualitas yang lebih tinggi.
19
B. Wire Warpped Screan (Wedge Wire)
Toleransi sand screen tipe ini untuk sand grains umumnyalebih dari
0.001″ dan kurang dari 0.002″. Inflow area tergantung pada ketebalan
wire dan lebar slotnya. Diameter screen bervariasi dari 1.5″ sampai 7″
atau lebih besar, nilai ini adalah diameter tubing dasarnya. Diameter
sebenarnya dari screen sedikit lebih besar, contohnya diameter luar
sebenarnya dari 3.5″ adalah sekitar 4
Masalah utama dengan wire wrapped screen adalah tidak dapat
bekerja sebaik mungkin dengan anyaman wire mesh. Ini berarti sebagian
besar partikel halus akan melewati saringan dan masuk ke produk akhir
C. Prepacked Screans
Prepacked screens ini berfungsi sebagai media filtrasi sekunder
yang akan menyaring partikel yang lebih halus. Jika dibandingkan
dengan sand control lainnya yang dirancang untuk menghilangkan
partikel yang lebih halus, jenis screen ini adalah salah satu solusi yang
lebih murah. Namun disisi lain, screen ini juga menimbulkan kekhawatiran
penyumbatan dimana butiran pasir berukuran lebih besar yang tidak dapat
melewati screen iniakan tinggal dan menyumbat karena screen ini tidak dapat
melepaskan kembali (back-flushed) butiran pasir yang menempeldi screen ini
20
Gambar 4.6 (Prepacked screens)
21
Gambar 4.8 (Premium screens)
2. Sand Consolidation
Sand Consolidation merupakan suatu cara untuk mengendalikan
produksi pasir yang tidak diinginkan dari formasi batupasir yang lemah.
Konsolidasi pasir secara kimiawi mengikat butiran pasir yang
membentuk matriks formasi sambil mempertahankan permeabilitasyang
cukup untuk mencapai tingkat produksi yang optimum.
22
packer yang digunakan untuk mengisolasi chemical agar
benar-benar masuk kedalam reservoir dan tidak kembali
masuk ke anulus.
6. Curing time dan Pull Out Of Hole Coil Tubing (POOH CT);
yaitu mengeluarkan coil tubing dari dalam sumur dan
menunggu proses pengeringan resin dan hardener selama
23
kurang lebih 1 bulan agar benar-benar merekatkan butiran-
butiran pasir/formasi reservoir yangunconsolidated.
➢ Komponen-Komponen Sand Consolidation
24
4.1.3 Prmanent Coil Tubing Gas Lift
Permanent Coiled Tubing Gas Lift (PCTGL) adalah teknik
menginjeksikan gas kedalam coiled tubing sebagai metode pengangkatan
buatan pada sumur monobore cemented. Metode ini merupakan aplikasi
artificial lift yang tepat guna, terutama pada sumur yang tidak memiliki
anulus. PCTGL bukan merupakan “stand alone project” dimana
diperlukan fasilitias pendukung seperti HP compressor sebagai supplier
utama gas bertekanan tinggi sebagai sumber gas lift.
Alasan pemilihan metode PCTGL sebagai artificial lift di PHSS
khususnya lapangan Mutiara diantaranya:
➢ Lapangan Mutiara memiliki banyak sumur-sumur gasyang
berarti bahwa juga banyak memiliki cadangan gas. Jadi selain
untuk dijual, gasnya juga digunakan sebagai source gas lift.
➢ Conventional gas lift tidak dapat diterapkan di lapangan
Mutiara, karena sumur-sumur yang ada di lapangan Mutiara
saat ini menggunakan sumur monobore. Salah satu tantangan
dalam melakukan conventional gas lift di sumur monobore
adalah tidak tersedianya gas lift valve atau side pocket
mandrel dimana tempat memasukkan gas ke dalam
production tubing. Sumur monobore tidak memiliki anulus
untuk mengangkut gas ke bawah.
PCTGL adalah tubing dengan diameter 1,5 inci dan memiliki nozzle
(lubang kecil di ujung coiled tubing) sebagai tempat keluarnya injeksi gas,
check valve sebagai katup untuk memastikan arah aliran hanya satu arah
yaitu dari coiled tubing ke production tubing sehingga tidak ada fluida yang
kembali masuk ke dalam coiled tubing. Kemudian coiled tubing digantung
di atas X-mass tree. Gas diinjeksikan ke dalam swab valve, keluar melalui
nozzle, masuk ke production tubing, mengangkut liquid melalui anulus
(antara production tubing dan coiled tubing), kemudian keluar melewati
wing valve
25
Gambar 4.13 BHA (Bottom Hole Assembly) PCTGL
26
Gambar 4.16 Desain PCTGL
27
Adapun sumur yang tepat untuk pemasangan WHC harus
memiliki beberapa kriteria/syarat yang harus dipenuhi antara lain:
– Sumur telah mengalami penurunan pressure sehingga tidak
mampu mengalirkan gas sampai ke plant.
– Sumur masih memiliki reserves yang banyak dan ekonomis.
– Sumur memiliki good reservoir properties.
– Memiliki komposisi gas yang sesuai dengan kebutuhan
bahan bakar WHC itu sendiri.
28
ditempatkan dalam sebuah housing sehingga jika kedua rotor berputar,
maka ruang yang terbentuk antara bagian cekung dan dinding rumah
akan bergerak kearah aksial sehingga udara termampatkan. Adapun
prinsip kerjanya secara sederhana yaitu:
29
4.1.6 MTU ( Mobile Test Unit )
Kendaraan yang didesaim khusus termasuk peralatan dan kru
untuk pengujian sumur yang mampu bergerak untuk mencakup semua
sumur produksi di suatu lapangan atau blok. Data sumur yang
dihasilkan akurat dan realtime, digunakan dalam pemantauan
reservoir, pengelolaan sumur, dan optimalisasi produksi.
30
1. Cycling
Pada metode cyclic, sumur akan di shut in dengan harapan bahwa
gas akan mengsegregation karena densitas gas lebih ringan sehingga
mendorong liquid keluar sumur.
2.Capillary String
merupakan metode “deliquification” untuk masalah “liquid
loading” sumur dengan menginjeksikan chemical surfactant (foamer)
ffuntuk menurunkan tegangan permukaan dan densitas cairan di dalam
tubing agar liquid dapat terangkat ke
31
3. Velocity String
Menginstal velocity string dengan konsep meningkatkan velocity dengan
megurangi diameter dari luas aliran.
32
BAB V
PENUTUIP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kerja praktek yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
➢ Pour point depressant merupakan metode yang sangat efektif untuk
mengatasi minyak dengan pour point temperatur tinggi terlebih lagi
biayanya yang lebih murah dibandingkan dengan steam flood dan
heater yang dipasang di flowline. Pour point depressant merupakan
suatu chemical yang diinjeksikan ke dalam flowline untuk
mencegah minyak berat membentuk wax.
➢ Sand screen merupakan salah satu jenis sand control yang
digunakan sebagai media filter untuk mencegah produksi pasir. Ada
beberapa tipe- tipe sand screen diantaranya slotted liner screen,
wire wrapped screen, prepacked screens, dan premium screens.
➢ Sand Consolidation merupakan suatu cara untuk mengendalikan
produksi pasir yang tidak diinginkan dari formasi batupasir yang
lemah. Sand consolidation dilakukan dengan cara menginjeksikan
chemical berupa resin dan hardener langsung kedalam reservoir
yang unconsolidated untuk merekatkan butir batuannya agar
menjadi reservoir yang consolidated sehingga aman untuk
diproduksikan.
➢ Capillary string merupakan metode “deliquification” untuk
masalah “liquid loading” sumur dengan menginjeksikan chemical
surfactant (foamer) untuk menurunkan tegangan permukaan dan
densitas cairan di dalam tubing agar liquid dapat terangkat ke
permukaan.
➢ Velocity string juga merupakan salah satu metode “deliquification”
untukmasalah “liquid loading” sumur dengan memperkecil ukuran
33
tubing untuk menurunkan “critical rate” dengan
mempertimbangkan besarnya restriksi tubing.
➢ Permanent Coiled Tubing Gas Lift (PCTGL) adalah teknik
menginjeksikan gas kedalam coiled tubing sebagai metode
pengangkatan buatan pada sumur monobore cemented. PCTGL
merupakan salah satu teknologi artificial lift yang paling umum
digunakan di PHSS.
➢ Wellhead compressor merupakan sebuah kompresor yang
ditempatkan di kepala sumur dengan tujuan menambah laju alir
sumur dengan cara menurunkan tekanan kepala sumur.
➢ Thru Tubing Electrical Submersible Pump (TTESP) metode
pengangkatan buatan berupa pompa centrifugal yang dipasang
didalam tubing dengan diamter yang kecil pada sumur dual
monobore cemented yang beroperasi dengan multistage dan
digerakkan oleh motor sebagai penggerak utamanya.
5.2 Saran
Adapaun saran dari kegiatan kerja praktek sebagai berikut :
➢ Bagi mahasiswa peserta kerja praktik , agar memiliki penguasaan
teori dasar yang cukup dan kesiapan mental untuk mampu
memahami dan beradaptasi di lingkungan industri Migas yang
sangat konsisten dalam penerapan regulasi dan penerapan aspek
HSSE.
➢ Bagi lembaga pendidikan dalam hal ini STT Migas Balikpapan,
dapat terus menjalin kerja sama yang baik dengan lingkungan
industri untuk mempermudah pelaksanaan kerja praktik mahasiswa
dan pemagangan alumni
➢ Bagi lingkungan industri Migas, dapat memberikan kesempatan
seluas- luasnya kepada mahasiswa untuk melaksanakan kegiatan
kerja praktik dan kegiatan pemagangan kepada lulusan-lulusan
Universitas khususnya STT Migas Balikpapan
34
DAFTAR PUSTAKA
35
Sumaryanto, dkk. “Developing Oil in Monobore Well Completion Using
Permanent Coil Tubing Gas Lift Application”. Paper SPE-147903
Presented at the SPE/IATMI Asian Pacific Oil & Gas Conference
and Exhibition in Jakarta, Indonesia 20-22 September 2011.
36