Anda di halaman 1dari 78

LAPORAN

KULIAH KERJA USAHA (KKU)


PT. BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN


KEPADA MASYARAKAT (LPPM)
UNIVERSITAS SIMALUNGUN
PEMATANGSIANTAR 2019

1
LAPORAN
KULIAH KERJA USAHA (KKU)
DI
PT.BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE
DOLOK MELANGIR-SIMALUNGUN
21155

Pematangsiantar, 31 Agustus 2019

Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing,

Drs.Rustam Sinaga,M.Si

Lembaga Penelitian Dan Pengabdian


Kepada Masyarakat Universitas Simalungun
(LPPM-USI)

Marulam MT Simarmata,SP.,M.Si

Ketua

2
DAFTAR NAMA PESERTA
KULIAH KERJA USAHA (KKU)
DI
PT.BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE

No Nama Mahasiswa NPM Fakultas Program Studi

1. Ryanda Gusti Satrio Khoir 164320058 Teknik Mesin

2. Muhammad Taufik Syabirin 164320044 Teknik Mesin

3. Istya Syahdianwi 164320028 Teknik Mesin

4. Imanuel P Pardede 164320026 Teknik Mesin

5. Rexyobi Wahana Dirgantara 164320052 Teknik Mesin

6. Felix Steven Damanik 164320019 Teknik Mesin

7. Ronaldo H Lubis 154320041 Teknik Mesin

PematangSiantar,31 agustus 2019


Dosen Pembimbing

Drs.Rustam Sinaga,M.Si
NIDN.OO15085502

3
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN......................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................. iii
DAFTAR ISI............................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................
vii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………….
viii

BAB 1 . PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2 Batasan Masalah......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Praktek Kerja Lapangan................................................................. 2
1.4 Manfaat Praktek Kerja Lapangan .............................................................. 3
1.5 Waktu dan Tempat Praktek Kerja Lapangan ............................................ 4

BAB 2. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN................................................... 5


2.1 Sejarah Perusahaan..................................................................................... 5
2.2 Ruang Lingkup Bidang Usaha.................................................................... 8
2.3 Lokasi Perusahaan...................................................................................... 9
2.4 Daerah Pemasaran...................................................................................... 10
2.5 Kegiatan Produksi....................................................................................... 11
2.6 Shift Dan Jam Kerja.................................................................................... 11
2.7 Sistem Pengupahan dan Bahan Baku......................................................... 12
2.8 Standart Mutu Produk dan Bahan Baku..................................................... 13
2.8.1 Bahan yang Digunakan...................................................................... 18
2.8.1.1. Bahan baku ........................................................................... 19
2.8.1.2. Bahan Tambahan................................................................... 20
2.8.1.3. Bahan Penolong..................................................................... 21
2.9 Struktur Organisasi...................................................................................... 21

BAB 3. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 23


3.1 Tinjauan Pustaka........................................................................................ 23
3.1.1 Pendahuluan...................................................................................... 23
3.1.2 Partikel Lateks................................................................................... 24
3.1.3 Prokoagulasi...................................................................................... 25
3.1.4 Perbedaan Karet Alam dan Karet Sintesis........................................ 31

4
3.1.5 Jenis-jenis Karet Alam...................................................................... 32

BAB 4. HASIL KERJA PRAKTEK LAPANGAN............................................... 38


4.1 Maintenance................................................................................................ 38
4.2 Mesin dan Peralatan.................................................................................... 38
4.3 Rangkaian Proses Produksi......................................................................... 45
4.3.1 Penimbangan Bahan Baku................................................................. 45
BAB 5 . PENUTUP................................................................................................... 52
5.1 Kesimpulan................................................................................................. 52
5.2 Saran........................................................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR

5
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Kerja
Praktek ini.
Laporan ini dibuat untuk memenuhi persyaratan bagi setiap
mahasiswa yang mengambil studi D-3 di Jurusan Teknik Mesin Universitas
Simalungun.
Pada kesempatan kali ini, penulis juga ingin menyampaikan ucapan
terimakasih yang sebesar-besasrnya kepada :
1. Bapak Ir. Amsar Saragih MM selaku ketua yayasan Universitas
Simalungun.
2. Ibu Dr. Corry, M.Si selaku Rektor Universitas Simalungun.
3. Bapak M. Ade Kurnia Harahap ST MT selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Simalungun.
4. Bapak Rolando Sihombing ST. M,Eng Selaku Ketua Prodi teknik Mesin
Universitas Simalungun.
5. Ibu Fitriana Damanik selaku sekretaris Prodi teknik Mesin
Universitas Simalungun.
6. Seluruh Bapak/ ibu dosen dan pegawai Universitas Simalungun
khususnya di Fakultas Teknik Mesin.
7. Bapak Budi N.Damanik, selaku Manager Engineering di PT.
Bridgestone Sumatra Rubber Estate.
8. Bapak Iskandar Hadi, selaku Pembimbing Materi I sekaligus Senior
Assistant Engineering Department di PT. Bridgestone Sumatra Rubber
Estate.
9. Bapak Didik Syahputra, selaku Pembimbing materi II Departemen
Engineering sekaligus sebagai POM dan NB2 Engineering Assistant, di
PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate.
10. Seluruh staff dan karyawan bagian Human Resources and
Development.
11. Karyawan bagian Engineering Department PT. Bridgestone Rubber
Sumatra Estate.

6
12. Kedua orang tua yang telah banyak memberikan Doa dan motivasi
kepada penulis.
13. Teman-teman Teknik Mesin Angkatan 2016 yang telah banyak
memberikan masukkan dan dukungan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam


laporan ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca. Semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi
para pembaca. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih.

Serbelawan, 30 Agustus 2019

Penulis,

BAB I
PENDAHULUAN

7
1.1. Latar Belakang
Mahasiswa Teknik Mesin dalam sistem perkuliahannya telah
memperoleh teori-teori teknik terapan yang berhubungan langsung dengan
dunia kerja khusus mesin,dan juga adalah calon-calon tenaga kerja yang
diharapkan mampu memenuhi kebutuhan dunia kerja dan hal ini menuntut
mahasiswa untuk lebih meningkatakan kemampuannya.
Didalam perkuliahan telah dilakukan praktikum-praktikum baik di
laboratorium ataupun di workshop. Maka untuk mencapai tujuan tersebut
dilakukan Kuliah Kerja Usaha. Dalam praktek kerja lapangan ini mahasiswa
juga akan mendapat pengetahuan tentang dunia permesinan. Dan mahasiswa
juga akan mendapat praktek kerja yang lebih nyata berdasarkan teori-teori
yang diperoleh di bangku kuliah .
Kuliah Kerja Usaha merupakan suata bentuk pengintegrasian Tri
Dharma Perguruan Tinggi yang meliputi kegiatan pendidikan, penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat. Dengan pelaksanaan Kuliah Kerja Usaha
diharapkan mahasiswa juga dituntut mampu menyesuaikan dan
mensosialisasikan diri dalam suatu lingkaran kerja bahkan dapat
memberikan sumbangan dan masukan yang membangun.
PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate merupakan suatu perusahaan
yang bergerak dibidang perkenunan dan pengolahan karet. Hasil perkebunan
berupa getah karet akan diolah menjadi bahan setengah jadi yaitu Crumb
Rubber.
Pengolahan karet mentah menjadi karet lemah melalui beberapa
proses, yaitu ; sortasi bahan baku, pembersihan, pengeringan, (maturasi),
peremahan I, pencucian II, pencucian III, pengeringan dan pengepakan.
Penelitian ini difokuskan pada mempelajari kinerja mesin produksi
utama dan mempelajari cara perawatan mesin-mesin tersebut. Mesin-mesin
yang digunakan adalah sebagai berikut: Slab Cutter,Prebeaker,Hammer Mill,
ExtruderI, Extruder II, Dryer dan Press ball.

8
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan penulis dapat
membuat laporan kuliah kerja usaha mengenai kinerja mesin-mesin produksi
utama dan perawatan dari mesin-mesin tersebut.

1.2Batasan Masalah
Batasan masalah pada Kuliah Kerja Usaha yang dilaksanakan adalah
sebagai berikut:
1. Kuliah Kerja Usaha dilakukan di PT. BRIDGESTONE SUMATRA
RUBBER ESTATE yang bergerak didalam pengolahan karet mentah.
2. Kuliah Kerja Usaha yang meliputi bidang-bidang yang berkaitan
dengan disiplin ilmu Teknik Mesin antara lain:
a. Organisasi dan manajemen
b. Proses maintenance secara umum
c. Spesifikasi alat-alat proses utama produksi

1.3 Tujuan KKU


Maksud Kuliah Kerja Usaha adalah untuk memberikan motivasi bagi
mahasiswa untuk dapat tampil lebih percaya diri di dunia mesin dan membe
rikan pengalaman yang cukup berharga sebagai bekal kami sebelum terjun
langsung di dunia kerja.
Tujuan umum Kuliah Kerja Usaha ini antara lain:
a. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mahasiswa
mengenai situasi dunia permesinan
b. Meningkatkan kualitas pendidikan dan pengalaman mahasiswa
Universitas Simalungun.
c. Melihat secara langsung tenaga kerja yang bagaimana
dibutuhkan oleh dunia permesinan dan melihat langsung dunia
kerja yang sebenarnya.
d. Meningkatkan kerja sama antara Universitas Simalungun
sebagai wadah pendidik yang handal dan perusahaan sebagai
penerima sumber daya tersebut.

9
e. Membandingkan dan membangun kepekaan dan kemampuan
bersosialisasi mahasiswa dalam suatu lingkungan kerja dengan
berbagai dinamikanya
f. Membandingkan teori yang diperoleh di perguruan tinggi
dengan aplikasi dalam Teknik Mesin.
g. Melatih mahasiswa dalam menjalani dan menghadapi dunuia
kerja sebelum terjun kedalamnya

1.4. Manfaat Kuliah Kerja Usaha


Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, Kuliah Kerja Usaha
diharuskan bagi mahasiswa salah satunya untuk memenuhi kurukilum dari
perkuliahan dalam menyelesaikan program Strata 1 mahasiswa tersebut,
selain itu juga dianjurga agar mengetahui secara dalam mengenai dunia
kerja, mengatur struktur pekerjaan itu sendiri, dan dapat mengembangkan
wawasan dan ilmu yang telah didapat secara teri dan akademi tidak jauh dari
tujuan Kuliah Kerja Usaha, adapun beberapa manfaat Kuliah Kerja Usaha ini
adalah:
a) Menambah kepercayaan diri dalam bertanta dan bersosialisasi
sesama teman atau rekan kerja.
b) Mengetahui struktur oganisasi dalam suatu perusahaan dan cara
kerjanya.
c) Mengetahui cara menghormati atasan dan menghargai sesama
rekan kerja
d) Mengetahui cara mengoptimalkan waktu dalam bekerja.
e) Menambah wawasan tidak hanya dibidang atau dijurusan
mahasiswa tetapi juga dari hal lain yang bukan jurusan
mahasiswa tersebut
f) Lebih disiplin dalam menghargai waktu.
g) Lebih memahami teori yang didapatkan dikampus dan
diterapkan di tempat Kuliah Kerja Usaha.
h) Melatih diri untuk bertanggung jawab dan dapat mengendalikan
diri

10
1.5. Waktu dan Tempat Kuliah Kerja Usaha
Kuliah Kerja Usaha telah dilaksanakan di pabrik Crumb Rubber PT.
Bridgestne Sumatra Rubber Estate Dolok Melangir Kabupaten Simalungun
Provinsi Sumatra Utara. Waktu pelaksanaan Kuliah Kerja Usaha ini adalah
pada tanggal 9 juli 2019-31 Agustus 2019.

11
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan


PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate berada di Kebun Dolok
Melangir, Serbelawan, Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Sumatra Utara yang
bargerak dalam bidang perkebunan dan pengolahan getah berupa barang
setengah jadi yang disebut Crumb Rubber atau SIR (Standart Indonesian
Rubber). Pada awalnaya PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate ini
bernama Goodyear Tire and Rubber, Co. yang di ambil dari proes vulkanisasi
belerang yaitu Charles Goodyear. PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate
merupakan anak perusahaan dari bridgestone Tire and Rubber Company
yang berpusat di Akron, Ohio, Amerka Serikat.
Tahun 1916, perusahaan perkebunan dan pengolahan karet di Dolok
Melangir dibeli oleh perusahaan Goodyear dari Vrenide Indice
Coltounderneering (VICO), Yaitu salah satu perusahaan Belanda yang
dipimpin oleh J.J Blandeing. Pada tahun 1917, dilakukan usaha penanaman
pohon karet pertama sekali di perkebunan Dolok Melangir. Beberapa pabrik
didirikan dengan nama DM, DX, dan FM. Tahun 1927, Planning Research
Departemen (PRD) dan Cemical Research Departemen (CRD) didirikan,
sekarang PRD diganti menjadi Field Service Departmen (FSD) dan CRD
diganti menjadi Quality Control Departemen (QCD).
Sekitar tahun 1942-1945 setelah berkhirnya perang dunia II, bangsa
Jepang menguasai pulau Sumatera dan usaha perkebunannya termasuk
perkrbunan karet di Dolok Melangir. Namun, karena rakyat Indonesia
mengadakan perlawanan terhadap bangsa Jepang maka Jepang pun
mengalami kekalahan dan kemudian angkat kaki dari Indonesia. Setelah
bangsa Jepang tidak lagi berada di Indonesia, sekitar tahun 1946-1949
perkebunan karet di Dolok Melangir di organisir dan dibawahi oleh
pemerintah militer Belanda, tetapi perkebunan ini tidak menghasilkan
keuntungan. Tahun 1965, pemerintah Indonesia menasionalisasi
perusahaan ini melalui Badan Nasionalis Perusahaan Belanda yang diberi

12
nama Perusaahan Perkebunan Negara (PPN). Sekitar tahun 1965-1967
Goodyear diambil alih oleh pemerintah Indonesia berdasarkan Pempres
No.6/1964 sebagai akibat dari politik Dwikora yaitu penggayangan terhadap
Malaysia. Penguasaan manajemen diambil alih dan namanaya diganti dengan
PP Ampera I yang kemudian dilebur menjadi PPN Karet XVIII. Tahun 1967
oleh Pemerintah Orde Baru, manajemen perusahaan ini diserahkan kepada
pemiliknya dan sebagaimana di dalam perjanjian antara Pemerintah RI
dengan pihak Goodyear tertanggal 10 Oktober 1967. Kebun Aek Nabara
diserahkan kepada negara dan sebagai gantinya kebun Dolok Ulu dan Naga
Raja. Ketiganya dijadikan satu unit dan dibagi atas 4 divisi yang luas masing-
masing sam. Pada tahun itu juga Kebun Naga Raja dan Dolok Ulu beralih dari
PPN menjadi milik perusahaan Goodyear.
Pada 1967, setelah vakum selamadua tahun Goodyear menjadi
perusahaan koorporasi multi nasional pertama yang diperbolehkan masuk
kembali ke Indonesia yang kemudian kembali pengoperasian perkebunan
dengan baik selama 30 tahun.
Pada tahun 1977, Goodyear mendirikan pabrik juga di Aek Tarum
Perkebunan PT. Haboko Tea Coy Aek Tarum diurus oleh Goodyear dari PT.
Lonsum pada tanggal 1 Oktober 1982. Pada tahun 1988, Goodyear berganti
nama dari Goodyear Sumatra Plantations Company Ltd., menjadi PT.
Goodyear Sumatra Plantations (GSP). Pada tahun 1996, PT.Goodyear
Sumatera Plantations menjual 5% sahamnya untuk berdikari dalam
persiapan mendapatkan hak paten baru, dan di tahun1997 permintaan untuk
perpanjangan 30 tahun hak eksploitasi telah diterima.
Kepemilikan Saham perusahaan PT. Bridgestone Sumatera
Plantations sebanyak 1.900.000 saham telah beralih kepada Bridgestone
Coorporatin (Jepang) dengan nama perusahaan PT. Bridgestone Sumatera
Rubber Estate yang merupakan badan hokum Indonesia yang berkedudukan
di Indonesia sejak Tanggal 9 Agustus 2005. Peralihan kepemilikan dan
perubahan nama perusahaan tersebut tercantum dalam keputusan sirkuler
pada Akte Notaris No.80 Persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
R.I. No.C-02583 HT.01.04.TH, tanggal 2 Pebruari 2005 dan Persetujuan

13
Badan Koordinasi Penanaman Modal R.I NO.236/B.2/A6/2005. Dan pada
akhirnya, bulan Agustus 2005 PT.Goodyear Sumatra plantations (GSP)
menjual sahamnya ke Bridgestone Sumatra Rubber Estate (PT.BSRE).
Peralihan kepemilikan dan perubahan nama perusahaan telah diumumkan
melalui Harian Media Indonesia dan Suara Pembaharuan pada tanggal 1
September 2005.
Saat ini PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate memiliki 5 divisi
yaitu:
1. Divisi I Naga Raja
2. Divisi II Dolok Melangir
3. Divisi III Dolok Ulu
4. Divisi IV Dolok Ulu
5. Divisi V Aek Tarum
Divisi I-IV terletak Kabupaten Simalungun dan Divisi V terletak di
Kabupaten Asahan. Tiap divisi dikepalai oleh seorang manajer. PT.
Bridgestone Sumatera Rubber Estate berada di divisi II Dolok Melangir yang
mempunyai 3(tiga) pabrik pengolahan,yakni:
1. DX Factory
2. DM Factory
3. FM Factory
Namun sekarang ini, pabrik pengolahantersebut tidak hanya tiga saja,
tapi sudah bertambah menjadi lima pengolahan. Pabrik pengolahan tersebut
adalah:
1. NB 1 Factory
2.NB 2 Faktory
Operasi dari pada kelima pabrik pengolahan tersebut dalam
pengolahan crumb rubber tersebut pada dasarnya sam, hanya saja
perbedaannya terletak pada spesifikasi mutu teknis bahan baku pembuatan
crumb rubbernya.
Kebun Naga Raja diusahai berdasarkan SK Ditjen Agraria
No.SK.2/HGU/80 tanggal 2 Januari dan srtifikat HGU No. 1 tanggal 15
Oktober 1982 dan telah memperoleh perpanjangn selama 25 tahun sesuai SK

14
Menteri Negara Agraria/Kepala Badan pertanahan Nasional Nomor:
114/HGU/BPN/1997 tanggal 16 september 1997 seluar 2.486,73.
Kebun Dolok Merangir dan Dolok Ulu diusahakan berdasarkan SK
Menteri Dalam Negeri No.3/HGU/DA/80 dan telah memperoleh
perpanjangan selama 25 tahun sesuai Menteri Agraria/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor:117/HGU/BPN/1997 seluas 11.226,38 Ha.
Kebun Aek Tarum diusahai berdasarka Hak Guna Usaha No.1/Perk.A.
Tarum Haboko dan telah memperoleh perpnjangan selama 25 tahun sesuai
SK Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor:149/HGU/BPN/1997 tanggal 9 desmber 1997 seluas 4.238,88 Ha.

2.2. Ruang Lingukup Bidang Usaha


PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate merupaka perusahaan yang
bergerak dalam bidang perkebunan dan pengolahan karet. Perkebunan karet
merupakan sumber bahan baku utama pabrik disamping perkebunan-
perkebunan karet rakyatyang menjual keperusaah ini. Kegiatan penanaman
karet memakai jenis Havea Brasilliensis dan mengolahnya menjadi Crumb
Rubber.
PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate memiliki visi dan
spirit/semangat perusahaan, yaitu Spirit(Semangat) perusahaan adalah
“kepercayaan dan kebanggaan”. PT. Bridgestoe sumatera Rubber Estate
menopang kehidupan yang menyenangkan melalui keamanan serta
kenyamanan semua orang yang memberikan kegembiraan serta inspirasi.
Misi perusahaan adalah “Menyumbang masyarakat dengan mutu
tinggi” . PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate tidak akan berhrnti pada
produk, pelayanan dan teknologi tetapi akan terus mengejara serta kualitas
tertinggi dalam semua kegiatan perusahaan. Dan dari kesemuanya adalah
manusianya. PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate akan memanfaatkan
skill dan kemampuan Masing-masing individu dengan semaksimal mungkin.
Sebagai perusahaan global yang mempunyai rasa tanggung jawab, sambil
memakai hasil musyawarah dan keinginan bersama dengan masyarakat
sebagai pedoman dari semua kegiatan, PT. Bridgestone Sumatra Rubber

15
Estate akan memberikan kontribusi terhadap perkembangan masyarakat
luas serta memberikan kontribusi terhadap pelestarian lingkungan alam.
Prinsip dasar perusahaan adalah : Siejitsu-Kyocho (Integritas dan
Kerjasama), Shinsu-Dokuso (Pelopor Kreatifitas), Genbutsu-Genba
(Peninjauan Lapangan), Jukuryo-Danko (Kematangan Tindakan).

2.3 Lokasi Perusahaan


Lokasi perkebunan dan juga pabrik PT. Bridgestone Sumatra Rubber
Estate terletak di Kebun Dolok Merangir, Serbelawan, Kecamatan Dolok Batu
Nanggar, Sumatera Utara, Indonesia yang memiliki jarak 108 km dari kota
Medan (ibu kota Provinsi Sumatera Utara) dan juga berjarak 20 km dari kota
Pematang Siantar. Perkebunan dan pabrik ini terletak pada ketinggian ± 42
m dari permukaan laut, dengan topografi yang sebagian besar berbuki- bukit.
Areal perkebunan di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok
Merangir ini mempunyai batas-batas geografis yaitu :
1. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Serbelawan.
2. Sebelah Barat berbatasan dengan pemukiman penduduk dan
Kecamatan Si Pis-pis.
3. Sebelah Utara berbatasan dengan Perkampungan Negeri Lawan.
4. Sebelah Selatan berbatasan dengan perumahan karyawan dan Desa
Kampung Umbong.
Pendirian perusahaan tersebut memiliki letak yang sangat strategis. Hal
tersebut disebabkan karena :
1. Sumber bahan getah karet tidak jauh dari lokasi pabrik karena
perkebunan karet tersebut merupakan milik PT. Bridgestone Sumatra
Rubber Estate sendiri
2. Didukung oleh sarana transportasi dan komunikasi yang menunjang
serta prasarana jalan yang baik. Sehingga hal ini akan memudahkan
pengiriman bahan baku, barang setengah jadi dan juga untuk
pemasarannya.

16
3. Disekitar lokasi pabrik tersedia tenaga kerja yang cukup dan memiliki
keterampilan sebagai tenaga kerja, sebagai karyawan yang
dipekerjakan merupakan penduduk setempat.
Luas area yang diimanfaatkan untuk kegiatan usaha perkebunan dan
pengolahan karet oleh PT.BSRE sesuai dengan luas areal HGU (Hak Guna
Usaha) yang berlaku yaitu Keputusan Mentri Negara Agraria/Kepala Bidang
Pertanahan Nasional Nomor: 114/HGU/BPN/1997 dengan luas 2.843,73 ha
di Kabupaten Serdang Bedagai dan Keputusan Mentri Negara Agraria/Kepala
Bidang Pertanahan Nasional Nomor: 117/HGU/BPN/1997 dengan luas
11.226,38 ha di Kabupaten Simalungun. Namun setelah diukur secara
kadesteral dengan mengeluarkan seluas 202,827 ha areal untuk kawasan
industri Kabupaten Simalungun dan peluasan wilayah ibu kota Kecamatan
Tapian Dolok, Kantor Imigrasi Pematangsiantar serta peruntukkan jalan
maka luas areal HGU PT. BSRE di kabupaten Simalungun menjadi seluas
11.023,553 ha . Izin HGU tersebut berlaku selama 25 tahun sejak
diperpanjangan pada tanggal 1 Januari 1998.

2.4 Daerah Perusahaan


PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate merupakan pabrik yang
mengolah getah karet menjadi produk Crumb Rubber atau SIR yang sudah
melalui tahapan pengontrolan kualitas pada bagian Quality Control
Department. Oleh karena itu, banyak negara- negara yang membeli produk
Crumb Rubber atau SIR yang dihasilkan oleh PT. Bridgestone Sumatra
Rubber Estate.
Daerah-daerah pemasaran produk Crumb Rubber atau SIR yang
dihasilkan oleh PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate diekspor ke negara
Jepang tepatnya ke kota Yokohama, Tokyo, Hakata, Moji, dan Yokkaichi.
Selain negara Jepang, negara Brazil juga mengimpor produk tersebut,
tepatnya di kota Santos dan Savanah. Selain itu juga, tujuan ekspor produk
tersebut adalah negara Amerika Serikat yaitu dikota New Orleans.
Cara pendistribusian produk tersebut hingga sampai keluar negeri adalah
produk Crumb Rubber atau SIR dikirim dari Dolok Merangir ke pelabuhan

17
Belawan sebagai tempat penyimpanan sementara sebelum dikirim kepada
Konsumen melalui transportasi laut yang ada dikota Medan dengan
menggunakan truk-truk pengangkutan produk Crumb Rubber atau SIR
ttersebut.

2.5 Kegiataan Produksi


Bergerak dibidang KARET ALAM, bahan setengah jadi yaitu CRUMB
RUBBER yang siap untuk diekspor ke perusahaan inti yang berada di Jepang
dan juga perusahaan lainnya yang berada di Amerika Serikat, Amerika
Selatan untuk diproses kembali menjadi barang jadi yaitu berupa ban
kendaraan.
Proses produksi Crumb Rubber melalui beberapa proses yaitu:
- Slab Cutter
- Prebeaker
- Hammer Mill
- Extruder 1
- Extruder 2
- Dryer
- Presball

2.6 Shift dan Jam kerja


Jam kerja yang dilakukan di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate
bagi setiap karyawan adalah dengan pembagian jam kerja menjadi 3 shift
selama 7 hari dalam seminggu.
1. Shift I : Pukul 07.00 WIB – 15.00 WIB
2. Shift II : Pukul 15.00 WIB – 23.00 WIB
3. Shift III : Pukul 23.00 WIB – 07.00 WIB
Karyawan selama dibagian kantor, jam kerja selama 5 hari kerja dalam
seminggu, adalah sebagai berikut:
1. Senin – Jumat
Pukul 07.00 WIB – 12.00 WIB : Jam kerja

18
Pukul 12.00 WIB – 13.30 WIB : Jam istirahat
Pukul 13.30 WIB – 16.30 WIB : Jam kerja setelah istirahat
2.7. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya
Upah yang diberikan oleh PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate
kepada karyawan adalah diatas UMR (Upah Minimum Regional) sesuai
dengan peraturan pemerintah.
Sistem pengupahan yang berlaku untuk karyawan PT. Bridgestone
Sumatra Rubber Estate, yaitu:
 Gaji pokok
 Natura
 Lembur
 Fooding
 Premi
 Tunjangan ban sepeda
 Tunjangan kesehatan
 Intencive

PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate menyediakan beberapa


fasilitas yang dibutuhkan, guna meningkatkan kesejahteraan dari karyawan.
Fasilitas-fasilitas yang diberikan berupa:
 Perumahan  Pakaian seragam
 Listrik  Balai pertemuan
 Air bersih  Kantin
 Pelatihan  Koperasi
 Poliklinik  Unit kas bank syariah
 Unit pelayanan KB  Mandiri
 Rumah ibadah  Sarana olahraga
 Sarana transportasi

Perusahaan mengikut sertakan seluruh staff dan karyawan (MP DAN DP)
Sebagai peserta BPJS Kesehatan tidak dibayarkan, hal ini dikarenakan PT.

19
Bridgestone Sumatra Rubber Estate telah menyediakan fasilitas sarana
kesehatan sendiri bagi pekerja/karyawannya.

2.8 Standart Mutu Produk dan Bahan Baku


Untuk menjaga kualitas produk yang dihasilkan, PT. Bridgestone
Sumatra Rubber Estate melakukan pengawasan mutu. Pengawasan mutu
dilakukan pada saat penerima bahan baku, proses maturasi, proses
pembentukan crumb, sampai dengan finishing product. Untuk itu PT.
Bridgestone Sumatra Rubber Estate menerapkan standard mutu
berdasarkan Standard Indonesian Rubber ( SIR ). Untuk mendapatkan
standard mutu berdasarkan Standard Indonesian Rubber ( SIR ), maka PT.
Bridgestone Sumatra Rubber Estate melakukan pengawasan mutu di mulai
dari standard bahan baku, standard proses maturasi , standard produk serta
pendektesian mental. Berikut merupakan pengawasan mutu pada PT.
Bridgestone Sumatra Rubber Estate.
a. Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan berasal dari dua sumber yaitu, karet
yang dihasilkan sendiri ( BSRE ) dan karet yang dibeli dari
masyarakat.
b. Proses Maturasi
Merupakan cara yang digunakan untuk proses pengeringan pada
periode yang ditentukan, agar kadar kering bahan bakun semakin tinggi
sebelum diolah menjadi crumb. Proses maturasi dilakukan selama 3 minggu,
hal ini dilakukan untuk mendapatkan kadar kering tinggi. Kadar kering dari
bahan baku sangat menentukan kualitas produk akhir, salah satunya adalah
adanya bintik-bintik putih pada produk yang dikenal dengan white spot.
Utnuk itu perlu dilakukan proses pemeriksaan bahan baku. Prosedur
pengujian DRC pda proses maturasi adalah sebagai berikut :
Standar mutu produk yang dihasilkan PT. Bridgestone Sumatra
Rubber Estate, yaitu :
1. Sampel diambil dari setiap BIN sebelum pengolahan sekitar 3 kg
2. Sampel diambil dari lokasi acak dari setiap BIN

20
3. Petugas Quality Control mengambil sampel dan ditempatkan
dalam tas atau nampan
4. Sampel akan dibawa ke Quality Control Departement untuk diuji
kadar DRC nya.
5. Hasil dari test akan mendefenisikan kuantitas dari DRC sebelum
diproses.
6. Kadar kering pada proses maturasi biasanya sekitar 50 %
 Sampel yang diambil ditimbang, sampel tersebut adalah
sampel basah, diberi nama ( A )
 Sampel tersebut kemudian digiling sekitar 15-20 pass atau
sampai homogen dan bebas dari kontaminasi.
 Setelah digiling sampel kemudian digantung selama 45
menit untuk memastikan bebas dari air di permukaan dan
berat 100% lapisan basah, sampel ini di beri nama (B)
 Sekitar 1% dari berat lapisan basah yang mengandung
beberapa lembar lapisan basah dengan ukuran sekitar 10 x
5 cm dipotong secara acak dan ditimbang (C1), potongan
lainnya yaitu C2 dipotong untuk duplikasi dan ditimbang
 Potongan lapisan basah C1 dan C2 kemudian dikeringkan
dalam oven sampai kering benar, dan tidak ada bercak
putih ditemukan.
 Setelah kering potongan-potongan di dinginkan dan
ditimbang sampel ini disebut (D1 dan D2)
 Perhitungan DRCnya sebagai berikut:

a. Pendeteksian Metal
Agar produk crumb rubber yang dihasilkan tidak mengandung
material seperti besi, ataupun batu, maka PT. Bridgestone Sumatera
Rubber Estate melakukan prosedur pendeteksian metal. Adapun
prosedur pendeteksian metal tersebut adalah sebagai berikut:

21
1. Pekerja mendorong bandela dari roller conveyor ke belt
conveyor yang mentransfer bandela ke detektor logam.
2. Pada saat bandela berada dibawah detektor logam, maka
system akan secara otomatis mendeteksi kontaminasi logam
di bandela.
3. Jika bandela tidak terkontaminasi logam, maka lampu utama
dan alarm tidak akan menyala dan bandela akan di transfer ke
daerah pengepakan.
4. Jika bendel terkontaminasi, maka lampu utama dan alarm
akan menyala secara otomatis. Bandela akan diperiksa ulang
melewati detektor logam pada posisi sebaliknya.
5. Apabila lampu utama dan alarm masih menyala, maka
bandela akan di tolak. Bandela yang akan diproses kembali.
Bandela akan dipotong menjadi 2 bagian A dan B. Bagian A
dan B akan diproses sesuai dengan prosedur 1 sampai dengan
prosedur 4. Apabila bagian A tidak terkontaminasi, maka
bagian A akan di transfer ke proses selanjutnya. Apabila
bagian B terkontaminasi, maka B dipotong menjadi 2 yaitu B1
dan B2. Prosedur ini akan berlanjut sampai akhirnya logam di
temukan.
6. Hanya 2 bandela dengan jarak minimal 40 cm yang dapat
diperiksa dengan belt conveyor pada waktu yang sama.
7. Setiap shift, detektor logam harus diperiksa oleh QCD dan
dicatat dalam buku pemeriksaan detektor logam. Hal ini
untuk menghindarkan kesalahan pendeteksian oleh detektor
logam.

b. Produk
Produce yang di hasilkan oleh PT. Bridgestone Sumatera
Rubber Estate berdasarkan standart mutu karet olahan Standart
Indonesian Rubber (SIR). SIR digolongkan dalam 6 jenis mutu
yaitu:

22
1. SIR 3 WF (Whole Field)
2. SIR 20
SIR 3 WF dari lateks dan SIR 20 dari koagulum lateks. Untuk
memilih jenis bahan olah yang sesuai dengan rencana
produksi, produsen SIR dapat berpedoman kepada standart
bahan olah karet.
Standart Indonesia Rubber disajikan dalam bentuk bandela
dengan berat dan ukuran tertentu. Ukuran bandela SIR yang di
perdagangkan adalah panjang 675,25 mm dan lebar 35 mm,
dapat mempunyai berat sebesar 33 1/3 atau 35 kg atau sesuai
dengan permintaan pembeli.
Untuk mengetahui jenis dan karakteristik penggolongan mutu
karet olahan berdasarkan SIR, dapat dilihat pada table 2.1.

Tabel 2.1. Skema Persyaratan Mutu


Jenis
Jenis mutu Persyaratan
NO mutu
Bahan SIR 3 SIR 3 L SIR 3 SIR 5 SIR 10 SIR 20
karakterteristik olah CV WF
satuan LATEKS KOAGULUM LATEKS
1 Kadar Kotoran
% Max0.03 Max0.03 Max0.03 Max0.05 Max0.10 Max0.20
(b/b)
2 Kadar Abu
% Max0.05 Max0.50 Max0.50 Max0.50 Max0.75 Max1.00
(b/b)
3 Kadar Zat
% Max0.80 Max0.80 Max0.80 Max0.80 Max0.80 Max0.80
menguap (b/b)
4 PRI % Min 60 Min 75 Min75 Min 70 Min 60 Min 50
5 Po % - Min 30 Min 30 Min 30 Min 30 Min 30
6 Nitrogen (b/b) % Max0.60 Max0.60 Max0.60 Max0.60 Max0.60 Max0.60

23
Jenis
Jenis mutu Persyaratan
NO mutu
Bahan SIR 3 SIR 3 L SIR 3 SIR 5 SIR 10 SIR 20
karakterteristik olah CV WF
satuan LATEKS KOAGULUM LATEKS
7 Kemantapan
Viskositas
WAST ( Skala % Max 8 - - - - -
Plastisitas
Wallace )
8 Viskositas
Monney ML - - - - - - -
( 1+4 )
9 Warna Skala
- - Max 6 - - - -
Lovibond

Sumber : PT.Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir

Berikut defenisi dari beberapa jenis mutu karakteristik adalah :


1. Kadar Kotoran
Kotoran adalah benda asing yang larut dan tidak dapat melalui
saringan mesh. Adanya kotoran didalam karet yang relative tinggi dapat
mengurangi sifat dinamika yang unggul dari vulkanist karet alam antara lain
kalor timbul dan ketehanan retak lenturnya. Kotoran tersebut juga
mengganggu pada pembuatan culkanisat tipis.

2. Kadar abu
Abu di dalam karet terjadi dari oksida, karbonat dan fosfat dari
kalium, magnesim, kalsium, natrium dan beberapa unsur lain dalma jumlah
yang berbeda beda. Abu dapat pula mengandung silicat yang berasal dari
karet atau benda asing yang berjmlah kandungannya berganung pada
pengolahann bahan mentah karet. Abu dari karet memberikn sedikit
gambaran mengenai jumblah bahan mineral didalam karet. Beberapa bahan
mineral di dalam karet yng meninggalkan abu dapat mengurngi sifat

24
dinamika yang unggul seperi kalor timbul dan ketahanan retak lentur dari
vulkanisat karet slam.

3. zat menguap
Zat menguap di dalam karet sebagian besar dari uap air dan sisanya
adalah zat-zat lainseperti serum yang mudah menguappada suhu 1000 c.
kadar zat menguap adalah bobot yang hilang dari potongan uji setelah
pengeringan. Adanya zat yang mudah menguap didalam karet selain dapat
menyebabkan bau busuk, memudahkan tumbuhnya jamur yang dapat
menimbulkan kesulitan dalam waktu mencapurkan bahan-bahan kimia di
dalam karet pada waktu pembuaan komponen tersebut tertama untuk
pencumpuran karbon black pada suhu rendah.

4. Plasticity Retention Index (PRI)


Penetuan plasticity retention index (PRI) adalah cara pengujian yang
sederhana dan cepat untuk mengukur ketahanan karet terhadap degradasi
oleh oksidasi pada suhu tinggi. Nilai PRI yang tinggi menunjukan ketahanan
yang tinggi terhadap degrasi oleh oksidasi. Kadang-kadang ada warna karet
yang tidak dapat di bandingkan karena terlalu kuning, kehijau-hijauan atau
abu-abu. Jika hal itu terjadi maka karet tersebut dianggap sebagai karet yang
mempunyai warna tidak normal. Warna yang tidak normal dapat terjadi
karna pemisahan fraksi-fraksi kedalam lateks, sehingga mengakibatkan
terkontaminasi pada pikmen alam.
Untuk menjaga kualitas produk yang telah di tetapkan oleh SNI maka
dilakukan pengambilan sampel dari produk, untuk mengetahui ada tidaknya
white spot yang terkandng dalam bendela akan di potong, ada tidaknya white
spot akan di tentukan oleh visualisasi operator. Untuk persyaratan mutu
seperti Tabel 2.1, maka simple di ambil dari setiap 9 bandela.
Misalnya dapat dilakukan terhadap bendela nomor 2, 11, 20 dan
seterusnya atau bendela 5, 14, 23 dan seterusnya atau yang bisa di lakukan di
PT Bridgestone Sumatra Rubber Estate adalah potongan bandela 9, 18, 27

25
dan seterusnya. Syarat pengambilan contoh pandela pada PT Bridgestone
Sumatra Rubber Estate sebagi berikut:
1. Bandela yang terpilih di letatakn di atas meja yang bersih dalam
posisi mendatar dan terpendek kea rah vertical.
2. Salah satu sudut bandela di potong dengan ukuran kira-kira 5 cm x 5
cm x tebal bendela kea rah vertical.
3. Potongan yang lainnya diambil dengan cara yang sama pada sudut
berlawanan dengan arah diagonal

5 cm
5 cm
5 cm B
A B 5 cm
A 5 cm
5 cm

4. Berat satu potong conto (A dan B) adalah 150sampai 300 gram.


5. Kedua contoh tersebut kemudian di masukkan dalam kantong
plastic.
6. Contoh akan di berikan label yang menerangkan mengenai tanggal
produksi nomor pallet contoh , nomor potongan bendela dan
keterangan lain bila di butuhkan.
7. Kantong plastik yang berisi contoh di tutup, selanjudnya di kirim ke
laboraturium untuk di uji.
8. Kriteria pengujian berdasarkan skema mutu pada Tabel 2.1

2.8.1 Bahan yang di gunakan


Dalam proses produksi terdapat 3 bahan yang di gunakan, bahan
tersebut di antaranya, bahan baku merupakan bahan utama pada proseses
produksi. Bahan tambahan merupakan bahan yang di tambah ke bahan
utama dengan presentasi yang kecil. Bahan penolong merupkan bahan yang
ikut membantu bahan utama dala proses produksi tetapi tidak ikut di dalam
proses produksi.

26
28.1.1. Bahan Baku
Bahan baku adalah semua bahan utama yang di gunakan dalam
pembuatan suatu produk dan ikut dalam proses produksi. Penggunaan bahan
baku memiliki presentase terbesar di bandingkan dengan bahan tambahan
maupun bahan penolong. Pada PT.Bridgestone Sumatra Rubber Estate
khususnya pada DX factory, bahan baku yang di gunakan terdiri dari 3 jenis,
yaitu
1. BSRE Lump
BSRE Lump merupakan bahan baku yang berasal dari
perkebunan Bridgestone Sumatera Rubber Estate. Getah karet di
tampung di dalam mangkok yang menyerupai benjolan, sehinggah
bentuk getah karet akan menyerupai mangkok.
Bahan baku yang di gunakan adalah cup lump (getah
mangkuk ). Cup lump di dapat dari kebu sendiri yang di kelolah oleh
Bridgestone Sumatera Rubber Estate. Adapun spesifikasi dari BSRE
Lump, sebagai berikut :
a. Tidak terkontamidasi dengan lumpur, batu dan kayu.
b. Tidak mengandung bahan kimia seperti TSP yang biasanya
terkadung pada pupuk karet.
c. Kandungan tatal dan daun tidak boleh lebih dari 5 helai per
bongkah.
d. Drat Rubber Content

2. Out Purchase Lump C1


Out Purchase Lump atau di singkat dengan OP Lump
merupakan karet yang berbentuk bongkahan mangkuk yang di beli
dari masyarakat. Op lump di bagi berdasarkan peryortiran menjadi
C1 dan C2. Berikut spesifikasinya dari OP Lump C1.

a. Tidak terkontaminasi degan lumpur, batu dan kayu


b. Tidak mengandung bahan kimia seperti TSP

27
c. Kandungan tatal dan daun tidak boleh lebih dari 5 helai
perbongkah
d. Dry rubber content

3. Out Purchase Lump C2


Out Purchase Lump C2 atau OP 2 merupakan bahan baku
terbentuk mangkuk yang di beli dari masyarakat. OP C1 dan OP C2
di tentukan berdasarkan grade. Berikut merupakan spesifikasi dari
OP C2.
1. Tidak terkontaminasi degan lumpur, batu dan kayu.
2. Tidak mengandung bahan kimia seperti TSP.
3. Kandungan tatal dan daun tidak boleh lebih dari 15 helai
perbongkah.
4. Dry rubber content.

2.8.1.2. Bahan Tambahan


Bahan tambahan adalah semua bahan yang di gunakan pada proses
produksi untuk memberikan nilai tambah satu produk dan terdapat pada
akhir. Biasanya bahan tambah mempunyai presentasi yang sangat kecil di
bandingkan dengan bahan baku. Bahan tambah yang di gunakan pada
pembuatan crumb rubber diantaranya;
1. Plastik
Plastik di gunakan sebagai pembungkus atau pelapis crumb rubber.
Plastik berfungsi agar crumb rubber tidak terkontaminasi debu atupun
udara. Karateristik pelastik yang di gunakan sebagai pembungkus harus
sesuai dengan standart SNI. Karakter yang harus di sesuaikan dengan SNI
diantaranya, warna pelastik pembungkus , warna pita pelastik, tebal
plastic pembungks dan titik leleh plastik.
2. Pallet
Pallet digunakan untuk menyimpan bendela-bendela yang tela di
bungkus. Selain itu pallet palet memudahkan proses pengangkutan ke
gudang penyimpanan serta memudahkan proses pengangkutan ke kapal.

28
Saat ini di gunakan beberapa ukuran pallet, yaitu di tenukan oleh jumblah
bendela yang dapat di tampung di dalamnya.

a. Kemasan pallet standart berisi : 30 bendela


b. Kemasan pallet jumbo berisi : 36 bendela
c. Kemasan pallet super jumbo : 42 bendela

2.8.1.3. Bahan Penolong


Bahan penolong merupakan bahan yang ikut membantu bahan
utama dalam proses produksi tetapi tidak ikut di dalam proses produksi. Air
merupakan bahan penolong yang di gunakan pada pembuatan crum rubber.
Air sangat di perlukan karna pada umumnya industry pengolahan crumb
rubber memerlukan proses yang banyak. Pada peroses produksi pembuatan
crumb rubber di PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate, setidaknya ada 6
buah tangki pencucian. Hal ini membktikan bahwa air merupakan sumber
daya yang sangat peenting untuk membantu proses produksi pembuatan
crumb rubber.

2.9. Struktur Organisasi PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate


Struktur Organisasi yang terdapat di perusahaan PT. Bridgestone
Sumatera Rubber Estate adalah struktur organisasi hubungan campuran lini-
fungsional, di mana terdapat bahwa hubungan lini sebagai hubungan
hubungan utama dan hubungan fungsional sebagai pelengkap. Hubungan lini
pada struktur organisasi tersebut menunjukan bahwa bawahan tersebut
hanya menerima tugas , tanggung jawab, wewenang serta haknya dari
atasannya. Oleh karena itu, seseorang bawahan hanya mengenal seorang
atasan. Struktur organisasi lini tersebut terlihat pada production director
yang memiliki bawahan yaitu Manager Production. Di mana seorang Manager
Production harus mempertanggung jawabkan tugasnya kepada Production
Director. Untuk hubungan fungsional, dimana terdapat spesialisasi tugas di
lkukan menurut fungsi-fungsinya, misalnya bagian MFA dibagi lagi.

29
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1. TINJAUAN PUSTAKA


3.1.1. PENDAHULUAN
Karet alam merupkan salah satu komoditi pertanian yang paling baik
untuk lingkup internasional dan terutam di Indonesia. Di Indonesia karet
merupakan salah satu hasil pertanian terkemuka karna banyak menunjang
perekonomian Negara. Sampai tahun 1992 ada 3 negara yang menguasai
pasaran karet dunia yaitu Indonesia, Thailand, dan Malaysia.
Luas lahan karet yang di miliki Indonesia mencapai 2,7 – 3 juta hektar.
Ini merupakan lahan karet yang terbesar di dunia. Sayang nya perkebunan
yang luas ini tidak di imbangi dengan produktivitas yang memuaskan.
Produktivitas lahan karet di Indonesia rata-rata rendah dan mutu karet yang
di hasilkan juga kurang memuaskan. Bahkan di pasaran internasional karet
Indonesia terkenal sebagai karet yang bermutu rendah. Sebaliknya Malaysia
dan Thailand memiliki produktivitas karet yang baik dengan mutu yang
terjaga, terutaman produksi karet Thailand. Itu lah sebabnya Malaysia dan
Thailand masih menguasai pasaran karet internasional sementara Indonesia
hanya menjadi baying baying keduanya.
Banyak perkebunan-perkebunan karet yang tersebar di berbagai
provinsi di Indonesia. Perkebunan karet yang besar banyak di usahakan oleh
pemerintah serta swasta. Sedangkan perkebunan perkebunan karet skala
kecil pada umumnya di miliki oleh rakyat. Bila di kumpulkan secara
keseluruhan, jumlah kebun karet rakyat di Indonesia sedemikian besar
sehingga usaha tersebut cukup menentukan bagi perkaretan nasional.
Sayangnya, perkebunan karet rakyat tidak di kelolah dengan baik. Boleh di
bilang pengelolaan yang di lakukan hanya seadanya. Setelah di tanam, karet
di biarkan tumbuh begitu saja, karet kurang di perhatikan. Tanaman karet
tua jarang di remajakan dengan klon baru. Bahkan klon baru yang dapat
menghasilkan produk lebih baik jarang mereka kenal. Itulah sebabnya
produktivitas perkebunan karet rakyat masih sangat rendah. Yang lebih

30
memperhatinkan lagi mutu karet yang di hasilkan. Peralatan dan teknologi
yang di ketahui masih sangat rendah. Mutu karet yang memenuhi standart
dan memiliki harga jual yang tinggi serta memenuhi keinginan pasar rata
rata di hasilkan oleh perkebunan besar milik pemerintah dan swasta.
Pedagang karet alam beberapa tahun terakhir mengalami penurunan.
Antara lain dikarenkan munculnya saingan karet alam, yaitu karet sintetis.
Sejak PD II penetian mengenai karet sintetis di lakukan secar insentif oleh
beberapa Negara maju. Selanjutnya keret buatan yang bahan bakunya dari
lapisan lapisan minyak bumi ini di lakukan secara besar-besaran. Lambat
laun permintaan terhadap karet sintetis meningkat pesat sehingg
mengurangi permintaan karet alam. Jenis-jenis karet sintetis yang banyak di
buat di antarannya SBR (Styrene Butadiane), BR ( Cispoli Butadien), dan IR
( Cis-Poliisopren)
Beberapa hal yang dapat di lakukan untuk membantu meningkatkan
daya saing karet alam terhadap karet sintetis adalah:
- Peningktan produksi persatuan luas
- Penurunan biaya produksi
- Peningkatan mutu dan penyajian
- Pengembangan kegunaan
- Langkah-langkah promosi yang tepat

3.1.2. PARTIKEL LATEKS


Setiap bagian pohon lateks di lukai akan mengeluarkan getah susu yang
sebut “ LATEKS “. Banyak tanaman yang di lukai atau disadap mengelurkan
cairan putih yang menyerupai susu, tapi hanya beberapa jenis pohon saja
yang menghasilkan karet. Di antara tanaman tropis lainnya. Hevea
Bracileansis ( Family Euphotbiaccace) yang telah di kembangkan dan
mencapai tingkat perekonomian yang penting. Komposisi lateks Havea
Bracileansis L dapat di lihat jika lateks disentrifugasi dengan kekecapan
18.000 rpm, yang hasilnya adalah sebagai berikut:
1. Fraksi lateks (37%) : karet (isoprene), protein, lipida dan ion
logam.

31
2. Fraksi Frey Wyssling (1-3%) : karotenoid lipida, air, karbohidrat
dan inositol, protein da turunannya.
3. Fraksi Serum (48%) : senyawa nitrogen, asam nuklead dan
nikleotida, senyawa organik, ion organic dan logam.
4. Fraksi Dasar (14%) : air, protein, dan senyawa nitrogen, karet dan
karotenoid, lipida dan ion logam.
Partikel karet di dalama lateks tidak dapat saling berdekatan, karena
masing masing partikel mempunyai muatan listrik. Ini menimbulkan gerak
brown ( dapat di lihat di bawah microscop ). Di dalam lateks, isoprene di
selaputi oleh lapisan protein sehingga partikel karet bermuatan listrik.

3.1.3. PRAKOAGULASI
Pada saat melai keluar dari pohon hingga beberapa jam lateks masih
berupa cairan, tetapi setelah kira kira 8 jam lateks mulai mengental dan
selanjudnya membentuk gumpalan karet. Penggumpalan (prakoagulasi)
dapat di bagi 2 yaitu :
1. Penggumpalan spontan
2. Penggumpalan buatan
Penggumpalan spontan biasanya di sebabkan oleh pengaruh enzim
dan bakteri, aoromanya sangat berbeda dari yang segar dan pada hari
berikutnya akan tercium bau yang busuk. Sedangkan penggumpalan buatan
biasanya di lakukan dengan penambahan asam.
Prakoagulasi terjadi karena kemantapan bagian koloidal yang
terkandng di dalam lateks berkurang. Bagian bagian koloidal ini kemudian
menggumpal menjadi satu dan membentuk komponen yang berukuran lebih
besar. Komponen koloidal yang lebih ini akan membeku. Inilah yang
menyebabkan terjadinya prakoagulasi.
Getah karet atau lateks sebenarnya merupakan suspensi koloidal dari
air dan bahan-bahan kimiayang terkandung di dalamnya. Bagian-bagian yang
terkandung tersebut tidak larut sempurna, melainkan terpencar secara
homogen atau merata di dalam air. Partikel-partikel koloidal ini sedemikian
kecil dan halusnya sehingga dapat menembus saringan.

32
Susunan bahan lateks dapat dibagi menjadi dua komponen.
Komponen pertama adalah bagian yang mendispersikan atau memancarkan
bahan-bahan yang terkandung secara merata, biasa disebut serum. Bahan-
bahan bukan karet yag larut dalam air, seperti protein, garam-garam mineral,
enzim dan lain-lain termasuk ke dalam serum. Komponen kedua adalah
bagian yang didispersikan atau dipancarkan. Komponan kedua ini terdiri dari
butir-butir karet yang dikelilingi lapisan tipis protein.
Sebenarnya sistem koloidal bisa dipertahankan agak lama sampai satu
hari lebih, sebab bagian-bagian karet yang dikelilingi oleh lapisan tipis
sejenis protein mempunyai kestabilan sendiri. Stabilisatornya adalah lapisan
protein yang mengelilingi tersebut. Dengan berkurangnya kestabilan ini
terjadilah prakoagulasi.
Penyebab terjadinya prakoagulasi antara lain sebagai berikut :
1. Penambahan asam
Penambahan asam organik ataupun anorganik mengakibatkan
turunnya pH lateks titik isoelektriknya sehingga lateks kebun
membeku (pH lateks kebun 6,9).
2. Mikroorganisme
- Lateks segar merupakan media yang baik bagi pertumbuhan
mikroorganisme, mikroorganisme banyak terdapat di
lingkungan perkebunan karet (pepohonan, udara, tanah, air atau
pada alat-alat yang digunakan).
- Mikroorganisme ini menghasilkan asam-asam yang menurunkan
pH mencapai titik isoelektrik sehingga lateks membeku serta
menimbulkan rasa bau karena terbentuknya asam-asam yang
mudah menguap (volatile fatty acid) bila banyak
mikroorganisme maka senyawa asam yang dihasilkan akan
banyak pula.
- Suhu udara yang tinggi akan lebih mengaktifkan kegiatan
bakteri, sehingga dalam penyadapan ataupun pengangkutan
diusahakan pada suhu rendah atau pagi.

33
3. Iklim
- Air hujan akan membawa Zat-zat ini akan mengkatalisis
terjadinya prakoagualasi.
- Lateks yang baru disadap juga mudah menggumpal jika terkena
sinar matahari yang terik karena kestabilan koloidnya rusak
oleh panas yang terjadi.
4. Pengangkutan
- Pengangkutan yang terlambat ataupun jarak yang jauh
menyebabkan lateks baru tiba ditempat pengolahan pada siang
hari dan sempat terkena matahari sehingga mengganggu
kestabilan lateks.
- Jalan yang buruk atau angkutan yang terguncang-guncang
mengakibatkan lateks yang diangkut terkocok-kocok secara kuat
sehingga merusak kestabilan koloid.
5. Kotoran atau bahan-bahan lain yang tercampur
- Lateks akan mengalami prakoagualasi bila dicampur dengan air
kotor, terutama air yang mengandung logam atau elektrolit.
- Prakoagualasi juga sering terjadi karena tercampurnya kotoran
atau bahan lain yang mengandung kapur atau asam.
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
prakoagualasi antara lain sebagai berikut :
1. Menjaga kebersihan alat-alat yang digunakan dalam
penyadapan, penampungan, maupun pengangkutan. Selama
pengangkutan dari kebun ke pabrik pengolahan, lateks dijaga
agar tidak mengalami banyak guncangan.
2. Mencegah pengenceran lateks dari kebun dengan air kotor,
misalnya air sungai, air saluran atau air got.
3. Memulai penyadapan pada pagi hari sebelum matahari terbit
untuk membantu agar lateks dapat sampai ke pabrik atau
tempat pengolahan sebelum udara menjadi panas.

34
Adapun langkah-langkah pencegahan diatas sudah dilakukan tetapi
hasilnya belum seperti yang diinginkan, maka zat antikoagulan dapat
digunakan. Zat antikoagulan ada beberapa macam, tetapi harus dipilih yang
paling tepat. Pilihan disesuaikan dengan kondisi lokasi, harga, kadar bahaya
zat tersebut dan yang terpenting adalah kemampuan zat tersebut dalam
mencegah prakoagualasi. Dalam pemakaiannya zat antikoagulan bisa
digabung untuk menambah daya antikoagualasinya, bisa dua macam menjadi
satu tiga macam campuran sekaligus. Berikut ini contoh beberapa
antikoagualan yang banyak dipakai di perusahaan atau tempat-tempat
pengolahan karet.
1. Soda atau natrium karbonat (Na2CO3)
Dibanding dengan zat antikoagulan yang lain, harga soda atau
natrium karbonat memang lebih murah. Karena itu soda banyak
digunakan di pabrik-pabrik pengolahan yang sederhana. Akan tetapi
zat ini tidak dianjurkan digunakan pada pabrik yang akan mengolah
lateks menjadi ribbed smoked sheets (RSS) karena sheet kering yang
dihasilkan akan bergelembung-gelembung atau bubles. Pemakaian
soda aman untuk karet yang akan diolah menjadi crepe. Dosis soda
yang digunakan adalah 5 – 10 ml larutan soda tanpa air kristal (soda
ash) 10% setiap liter lateks.
2. Amonia (NH3)
Zat antikoagulan ini termasuk yang paling banyak digunakan karena :
- Desinfektan sehingga dapat membunuh bakteri
- Bersifat basah sehingga dapat mempertahankan/menaikkan pH
lateks kebun
- Mengurangi konsentrasi logam
Lateks yang akan diolah menjadi crepe hendaknya tidak diberi
ammonia secara berlebihan karena berpengaruh terhadap warna
crepe yang jadi nantinya. Dosis ammonia yang dipakai untuk
mencegah terjadinya prakoagualasi adalah 5 – 10 ml larutan ammonia
2,5% untuk setiap liter lateks.

35
3. Formaldehid
Pemakaian formaldehid sebagai anti koagulan paling
merepotkan dibanding zat lainnya, karena :
- Kurang baik apabila digunakan di musim hujan
- Apabila disimpan zat ini akan teroksidasi menjadi asam semut
atau asam format (HCHO → HCOOH) yang dapat menyebabkan
pembekuan apabila dicampur pada lateks.
Oleh karena itu, formaldehid yang akan digunakan terlebih
dahulu harus diperiksa apakah larutan ini bereaksi asam atau
tidak, apabila bereaksi asam harus dinetralkan dengan zat yang
bersifat basah seperti soda kaustik. Setelah formaldehid bereaksi
netral baru digunakan. Dosis yang dapat dipakai adalah 5 – 10 ml
larutan dengan kadar 5% untuk setiap liter lateks yang akan
dicegah prakoagualasinya.

4. Natrium sulfit (Na2SO3)


Pemakaian zat ini sebagai zat antikoagulan paling merepotkan,
karena :
- Bahan ini tidak tahan lama disimpan
- Apabila ingin digunakan harus dibuat terlebih dahulu
- Dalam jangka waktu sehari akan teroksidasi oleh udara menjadi
natrium sulfit (Na2SO4), bila sudah teroksidasi maka sifatnya
sebagai antikoagulan menjadi lenyap.
Selain sebagai antikoagulan natrium sulfit juga bisa memperpanjang
waktu pengeringan dan sebagai desinfektan. Dosis yang digunakan
adalah 5 – 10 ml larutan berkadar 10% untuk setiap liter lateks.
Pabrik atau tempat pengolahan karet yang membuat karet
jenis ribbed smoked sheet (RSS) rata-rata menggunakan ammonia
dan natrium sulfit sebagai antikoagulan. Untuk membuat karet jenis
crepe, antikoagulan yang biasa digunakan adalah soda atau natrium
sulfit. Sedangkan formaldehid walau dapat digunakan untuk jenis
ribbed smoked sheet dan crepe, tetapi pemakaiannya kurang

36
dianjurkan. Untuk mendapatkan dosis antikoagulan yang paling tepat
dapat dicoba dengan dosis rendah terlebih dahulu. Apabila belum
mencukupi, maka dosisi dinaikkan sedikit demi sedikit. Untuk
patokan dapat digunakan dosis seperti yang telah disebutkan diatas.
Zat antikoagulan harus diberikan secepat mungkin setelah lateks
disadap. Apabila mungkin penambahan antikoagulan pada mangkuk-
mangkuk penampung lateks perlu dilakukan, kecuali untuk
formaldehid. Dengan cara ini pencegahan prakoagualasi berjalan lebih
efektif. Cara ini membutuhkan tenaga kerja tambahan untuk menaruh
antikoagulan, pada setiap mangkuk pada batang karet yang disadap,
berarti juga penambahan biaya.
Beberapa perkebunan menaruh zat antikoagulan pada setiap
mangkuk batang karet yang disadap, cara ini memerlukan banyak
biaya. Untuk menghemat biaya sebagian areal karet yang letaknya
jauh dari tempat pengolahan, zat antikoagulannya ditaruh di
mangkuk. Sedangkan sebagian areal yang dekat dengan tempat
pengolahan, zat antikoagulannya ditaruh dalam ember atau tangki-
tangki penampungan. Penambahan antikoagulan pada ember atau
tangki penampungan terhitung kurang efektif. Lebih tidak efektif lagi
apabila antikoagulan ditambahkan ditempat pengolahan tetapi
maksudnya sebagai desinfektan atau pemati kuman.
Gejala-gejala prakoagualasi yang sudah muncul menunjukkan
tanda bahwa lateks harus segera diolah. Setiap penundaan akan
mengakibatkan penambahan jumlah lumps sehingga hasil pengolahan
menjadi kirang baik atau off grades dan tidak memenuhi standar
jenis-jenis baku atau standars grades.

37
3.1.4 PERBEDAAN KARET ALAM DENGAN KARET SINTETIS
Walau karet alam sekarang jumlah produksi dan konsumsinya jauh di
bawah karet sintetis atau karet buatan pabrik, tetapi sesungguhnya karet
alam belum dapat digantikan oleh karet sintetis. Bagaimanapun keunggulan
yang dimiliki karet alam sulit ditandingi oleh karet sintetis.
Adapun kelebihan-kelebihan karet alam dibanding karet sintetis
adalah :
- Memiliki daya elastis atau daya lenting sempurna
- Memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah
- Mempunyai daya arus yang tinggi
- Tidak mudah panas (low heat build up) dan
- Memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan (groove cracking
resistance)
Walaupun demikian, karet sintetis juga memiliki kelebihan, antara
lain :
- Tahan terhadap zat kimia, dan
- Harganya yang cenderung dapat dipertahankan
Bila ada pihak yang menginginkan karet sintetis dalam jumlah tertentu,
maka biasanya pengiriman atau suplai barang tersebut jarang mengalami
kesulitan. Hal seperti ini sulit diharapkan dari karet alam. Harga dan pasokan
karet alam selalu mengalami perubahan, bahkan kadang-kadang bergejolak.
Beberapa jenis ban seperti ban radial walaupun dalam pembuatannya
dicampur dengan karet sintetis, tetapi jumlah karet alam yang digunakan
tetap besar, yaitu dua kali lipat komponen karet alam untuk pembuatan ban
non-radial. Jenis-jenis ban yag besar kurang baik bila dibuat dari bahan
sintetis yang lebih banyak.. Porsi karet alam yang dibutuhkan untuk ban
berukuran besar adalah jauh lebih besar. Ban pesawat terbang bahkan dibuat
hampir semuanya dari bahan karet alam. Walaupun jumlah produksi karet
alam lebih rendah, bahkan hanya setengah dari produksi karet sintetis tetapi
sesungguhnya jumlah produksi dan konsumsi kedua jenis karet ini hampir
sama. Dua jenis karet ini sebenarnya memiliki pasar tersendiri, karet alam

38
dan karet sintetis sesungguhnya tidak saling mematikan atau bersaing
penuh. Keduanya mempunyai sifat saling melengkapi atau komplementer.

3.1.5 JENIS-JENIS KARET ALAM


Ada beberapa macam karet alam yang dikenal, diantaranya
merupakan bahan olahan. Bahan olahan ada yang setengah jadi atau sudah
jadi. Ada juga karet yang diolah kembali berdasarkan bahan karet yang sudah
jadi. Jenis-jenis karet yang dikenal luas adalah :
a) Bahan olah karet
Bahan olah karet adalah lateks kebun serta gumpalan lateks kebun
yang diperoleh dari pohon karet hevea brasiliensis. Beberapa kalangan
mengatakan bahwa bahan olah karet bukan produksi perkebunan besar,
melainkan merupakan bokar (bahan olah karet rakyat) karena biasanya
diperoleh dari petani yang mengusahakan kebun karet. Menurut
pengolahannya bahan olah karet dibagi menjadi 4 macam :
1. yang terjadi secara alamiah dalam mangkuk penampung. Lateks kebun
adalah cairan getah yang didapat dari bidang sadap pohon karet. Cairan
getah ini belum mengalami penggumpalan entah itu dengan tambahan
atau tanpa bahan pemantap (zat antikoagulan).
2. Sheet angin adalah bahan olah karet yang dibuat dari lateks yang sudah
disaring dan digumpalkan degan asam semut, berupa karet sheet yang
sudah digiling tetapi belum jadi.
3. Slab tipis adalah bahan olah karet yang terbuat dari lateks yang sudah
digumpalkan dengan asam semut.
4. Lump segar adalah bahan olah karet yang bukan berasal dari gumpalan
lateks kebun

b) Karet alam konvensional


Ada beberapa macam karet olahan yang tergolong karet alam
konvensional, jenis ini pada dasarnya hanya terdiri dari golongan karet sheet
dan crepe. Jenis-jenis karet alam yang tergolong konvensional adalah sebagai
berikut :

39
1. ari lateks, Ribbed Smoked Sheet (RSS) adalah jenis karet berupa
lembaran sheet yang mendapat proses pengasapan dengan baik.
2. White crepe dan pale crepe adalah jenis crepe yang berwarna putih atau
muda dan ada yang tebal dan tipis.
3. Estate brown crepe adalah jenis crepe yang berwarna cokelat dan
banyak dihasilkan oleh perkebunan-perkebunan besar stsu estate. Jenis
ini juga dibuat dari bahan yang kurang baik atau jelek seperti yang
digunakan untuk pembuatan off crepe serta dari sisa lateks, lump atau
koagulan yang berasal dari prakoagulasi, dan serap atau lateks kebun
yang sudah kering di atas bidang penyadapan.
4. Compo crepe adalah jenis crepe yang dibuat dari bahan lump, serap
pohon, potongan-potongan sisa dari RSS atau slab basah.
5. Thin brown crepe remilis adalah crepe cokelat yang tipis karena digiling
ulang.
6. Thick blanket crepe ambers adalah blanket yang tebal dan berwarna
cokelat, biasanya dibuat dari slab basah, sheet tanpa proses pengapasan
dan lump serta serap dari perkebunan atau kebun rakyat yang baik
mutunya. Scrap tanak tidak boleh digunakan.
7. Flat bark crepe adalah karet tanah atau earth rubber, yaitu jenis crepe
yang dihasilkan dari scrap karet alam yang belum diolah, termasuk scrap
tanah yang berwarna hitam.
8. Pure smoked blanket crepe adalah crepe yang diperoleh dari
penggilingan karet asap yang khusus berasal dari RSS, termasuk juga
block sheet atau sheet bongkah, atau dari sisa pemotongan RSS. Jenis
karet lain atau bahan bukan karet tidak boleh digunakan.
9. Off Crepe adalah crepe yang tidak tergolong bentuk beku atau standar.
Biasanya tidak dibuat melalui proses pembekuan langsung dari bahan lateks
yang masih segar, melainkan dari contoh-contoh RSS yang tidak bagus
penggilingannya sebelu diasapi, busa-busa d bekas air cucian yang banyak
mengandung lateks serta bahan-bahan lain yang jelek.

c. Lateks Pekat

40
Lateks pekat adalah jenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak
berbentuk lembaran atau padatan lainnya. Lateks pekat dijual di pasaran ada yang
dibuat melaui proses pendadihan atau creamed lateks dan melalui proses
pemusingan atau centrifuged lateks. Biasanya lateks pekat banyak digunakan
untuk pembuatan bahan-bahan karet yang tipis dan bermutu tinggi.
d. Karet bongkah (block rubber)
Karet bongkah adalah karet remah yang telah dikeringkan dan dikilang
menjadi bandela-bandela dengan ukuran yang telah ditentukan. Karet bongkah
ada yang berwarna muda dan setiap kelasnya mempunyai kode warna tersendiri.
e. Karet spesifikasi teknis (crumb rubber)
Karet spesifikasi teknis adalah karet alam yang dibuat khusus sehingga
terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu juga didasarkan pada sifat-sifat teknis.
Warna atau penilaian visual yang menjadi dasar penentuan golongan mutu pada
jenis karet sheet, crepe maupun lateks pekat tidak berlaku pada jenis ini.
f. Tyre Rubber
Tyre Rubber adalah bentuk lain dari karet alam yang dihasilkan sebagai
barang setengah jadi sehingga bisa langsung dipakai oleh konsumen, baik untuk
pembuatan ban atau barang yang menggunakan bahan baku karet alam lainnya.
g. Karet Reklim (Reclaimed Rubber)
Karet Reklim adalah karet yang diolah kembali dari barang-barang karet
bekas, terutama ban-ban mobil bekas dan bekas ban-ban berjalan. Karenanya
boleh dibilang karet reklim adalah suatu hasil pengolahan scrap yang sudah
divulkanisir. Biasanya karet reklim banyak dipakai sebagai bahan campuran
sebab bersifat mudah mengambil bentuk dalam acuan serta daya lekat yang
dimilikinya juga baik. Produk yang dihasilkan lebih kukuh dan tahan lama
dipakai, lebih tahan terhadap bensin atau minyak pelumas. Tetap karet reklim
kurang kenyal dan kurang tahan gesekan sesuai dengan sifatnya sebagai karet
bekas pakai.
h. Karet Sintesis dan Standar Mutunya.
Karet sintesis sebagian besar dibuat dengan mengandalkan bahan baku
minyak bumi. Biasanya karet sintesis dibuat akan memiliki sifat tersendiri yang

41
khas. Ada jenis yang tahan terhadap panas atau suhu tinggi, minyak, pengaruh
udara bahkan ada yang kedap gas.
Berdasarkan tujuan pemanfaatannya ada dua macam karet sintesis yang
dikenal, yaitu :
A. Karet sintesis untuk kegunaan umum
Karet sintesis dapat digunakan untuk berbagai keperluan, bahkan banyak
fungsi karet alam yang dapat digantikannya. Jenis-jenis karet sintesis untuk
kegunaan umum diantaranya sebagai berikut :
1. SBR (Styrene Butadiene Rubber)
Jenis SBR merupakan karet sintetsis yang paling banyak diporduksi dan
digunakan. Jenis ini memiliki ketahanan kikis yang baik dan kalor atau panas
yang ditimbulkan juga rendah. Namun SBR yang tidak diberi tambahan bahan
penguat memiliki kekuatan yang lebih rendah dibandingkan vulkanisir karet alam.
2. BR (Butadiene Rubber)
Dibanding dengan SBR, karet jenis BR lebih lemah. Daya lekat lebih
rendah, dan pengolahannya juga tergolong sulit. Karet jenis ini jarang digunakan
tersendiri. Untuk membuat suatu barang biasanya BR dicampur dengan karet alam
atau SBR.
3. IR (Isoprene Rubber) atau Polyisoprene Rubber
Jenis karet ini mirip dengan karet alam karena sama-sama merupakan
polimer isoprene. Dapat dikatakan bahwa sifat IR yang mirip sekali dengan karet
alam, walaupun tidak secara keseluruhan. Jenis IR memiliki kelebihan lain
dibanding karet alam yaitu lebih murni dalam bahan dan viskositasnya lebih
mantap.

Karet Sintesis untuk Kegunaan Khusus


Jenis karet sintesis ini tidak terlalu banyak digunakan dibanding karet sintesis
yang pertama. Jenis ini digunakan untuk keperluan khusus karena memiliki sifat
khusus yang tidak dipunyai karet sintesis jenis pertama. Beberapa jenis karet
sintesis untuk kegunaan khusus yang banyak dibutuhkan diantaranya :

42
1. IIR (Isobutene Isoprene Rubber)
IIR sering dibuat butyl rubber dan hanya mempunyai sedikit ikatan
rangkap sehingga membuatnya tahan terhadap pengaruh oksigen dan ozon.
IIR juga terkenal karena kedap asap. Dalam proses vulkanisirnya, jenis IIR
lambat matang sehingga memerlukan bahan pemercepat dan belerang.
Akibatnya jeleknya IIR tidak baik dicampur dengan karet alam atau karet
sintesis lainnya bila akan diolah menjadi suatu barang. IIR yang divulkanisir
dengan damar fenolik menjadikan bahan tahan terhadap suhu tinggi serta
proses pelapukan/penuaan.
2. NBR (Nytrile Butadiene Rubber) atau Acrilonytryle Buatadiene Rubber
NBR adalah karet sintesis untuk kegunaan khusus yang paling banyak
dibutuhkan. Sifatnya yang sangat baik adalah tahan terhadapp minyak. Sifat
ini disebabkan oleh adanya kandungan akrilonitril didalamnya. Semakin besar
kandungan akrilonitril yang dimiliki maka daya tahan terhadap minyak,
lemak dan bensin semakin tinggi tetapi elastisitasnya semakin berkurang.
Kelemahan NBR adalah sulit untuk diplastisasi. Cara mengatasinya
dengan memilih NBR yang memiliki viskositas awal yang sesuai dengan
keinginan. NBR memerlukan pula penambahan bahan penguat serta bahan
pelunak senyawa ester.
3. CR (Chloroprene Rubber)
CR memiliki ketahanan terhadap minyak tetapi dibandingkan dengan
NBR ketahanannya masih kalah. CR juga memiliki daya tahan terhadap
pengaruh oksigen dan ozon di udara, bahkan juga terhadap panas atau nyala
api. Pembuatan karet sintesis CR tidak divulkanisir dengan belerang
melainkan menggunakan magnesium oksida, seng oksida dan bahan
pemercepat tertentu. Minyak bahan pelunak ditambahkan ke dalam CR untuk
proses pengolahan yang baik.
4. EPR (Ethylene Propylene Rubber)
Ethylene Propylene Rubber sering disebut EPDM karena tidak hanya
menggunakan monomer etilen dan propilen pada proses polimerisasinya
melainkan juga monomer ketiga atau EPDM. Pada proses vulkanisasinya
dapat ditambahkan belerang. Adapun bahan pengisi dan bahan pelunak yang

43
ditambahkan tidak memberikan pengaruh terhadap daya tahan. Keunggulan
yang dimiliki EPR adalah ketahanannya terhadap sinar matahari, ozon serta
pengaruh unsur cuaca lainnya. Sedangkan kelemahannya pada daya lekat
yang rendah.

44
BAB IV
HASIL KERJA PRAKTEK LAPANGAN

4.1. MAINTENANCE
Maintenance pada PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate bekerja setiap
hari untuk memastikan keadaan mesin yang digunakan dalam kondisi baik, pihak
maintenance juga bekerja di hari libur jika terjadi kerusakan mesin pada pabrik
atau melakukan service yang dilakukan setiap minggunya.Pekerja maintenance
hanya bekerja mulai pukul 07.00 – 16.30 Wib mereka tidak ikut dalam shift siang
ataupun malam.Tapi apabila terjadi kerusakan yang terjadi pada pabrik pihak
maintenance siap melakukan perbaikan pada pabrik.Pekerja maintenance juga
diwajibkan pada saat bekerja harus safety dalam bekerja untuk menghindari
kecelakaan pada saat melakukaan pekerjaan yang dikerjakan.Pihak maintenance
memiliki pekerja-pekerja yang sudah menguasai di bidangnya masing-masing
seperti :
- Membubut
- Mengelas
- Memotong
Maintenance PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate memiliki 2 jenis
maintenance :
1. Maintenance General Work Shop
2. Maintenance Factory

1. Maintenance General Work Shop (GWS)


Maintenance ini sebagai penyedia kebutuhan pada maintenance factory,
seperti Scroll, Die Plate, Oli, Rotary, Belt, dan sebagainya. Maintenance ini
juga memiliki tugas untuk pembentukan scroll, pengelasan, pembubutan,
penggrindaan, pemotongan.
Maintenance General Work Shop ini terdapat beberapa mesin seperti :
- Mesin bubut
- Mesin bor duduk
- Mesin milling

45
- Mesin scrub
- Mesin plasma cutter
- Mesin frais
- Elpiji blander
- Mesin hackking shaw
- Travo las
- Kompresor

2. Maintenance Factory
Maintenance Factory ini yaitu maintenance yang dilakukan langsung di
lingkungan pabrik atau proses produksi. Contoh maintenance pada Factory
yaitu : Penggantian Scroll, Die Plate, Pispot, belt, mata pisau (cutter), dll.
Adapun kegiatan maintenance yang dilakukan di factory seperti perbaikan
yaitu : pengelasan elevator pada setiap mesin yang apabila bucket nya
putus/patah ataupun sudah tidak duduk pada dudukannya.

46
MESIN DAN PERALATAN 4.2.
Sche
dule
Mai
Sumb
nten er :
PT .Br
ance
idgest
Di one
Suma
Pabr tra
ik Rubb
er
DX EStat
e
Fact
ory
Mesin merupakan peralatan produksi yang memerlukan penggerak. Untuk
melakukan proses produksi pengolahan karet, PT. Bridgestone Sumatera Rubber
Estate mempunyai mesin sebagai berikut :
1. Nama Mesin : Drag Conveyer
Fungsi Mesin : Mentrasfer bahan baku ke proses
selanjutnya
Model : Portable Twin Chain
Panjang : 6000mm
Lebar : 750mm
Kapasitas : 6 Ton/hr
Kecepatan :0,13m/dt

2. Nama Mesin : Slab Cutter


Fungsi Mesin : Memotong Bahan Baku
Diameter Die Plate : 25 mm
Motor : 75 Hp
Power Transmission : V-belt pulley ratio 11” – 11”-1.450 rpm
380 volt
Kecepatan : 50 rpm
Kapasitas : 6000-6500 kg Dry/hr

3. Nama Mesin : Pre Breaker


Fungsi Mesin : Memotong Bahan Baku
Model Mesin : Twin Screw Pre Breaker MK II
Diameter Die Plate : 25 mm
Motor : 60 Hp, 1.450 rpm
Power Transmission : V-belt pulley ratio 11” – 11”
Kecepatan : 50 rpm
Kapasitas : 3000-3500 kg Dry/hr

4. Nama Mesin : Screw Conveyor


Fungsi Mesin : Mentransfer bahan baku ke blower
Diameter : 460 mm
Power : Chain 5/8”, ratio sprocket 25/38 teeth
Kecepatan : 22,2 rpm
Kapasitas : 5,69 Ton/Hr

5. Nama Mesin : Stirrer/ Agigator


Fungsi Mesin : Mengaduk bahan baku pada setling tank
Model : CVV M10-4190-BB
Panjang : 2780 mm
Lebar : 446 mm
Sistem Penggerak : Toshiba VFS7-5075P. 400 V – 7,5 KW

6. Nama Mesin : Bucket Conveyor


Fungsi Mesin : Mentransfer bahan baku ke proses
selanjutnya
Model : Portable Twin Chain
Panjang : 5000 mm
Lebar : 640 mm
Kapasitas : 4,2 Ton/ Hr
Kecepatan : 0,13 m/ det
Mesin Penggerak : Toshiba VFS-4022P. 400 V – 2,2 KW

7. Nama Mesin : Pneumatic Transfer


Fungsi Mesin : Mentransfer partikel karet ke mesin
hammer mill, setling tank dan ectruder.
Tipe : Axial Centrifugal Heavy Duty fan LS-17
Motor : TECO Motor 60 Hp, 1450rpm, 380 VAC
Kecepatan : 2220 rpm
Ventury : Stainless Stell Tipe MK II
Gas Cyclone : Stainless Stell Tipe MK II
Diameter Pipa : 8”
8. Nama Mesin : Hammer Mill
Fungsi Mesin : Mencincang bahan baku menjadi ukuran
yang lebih kecil.
Model : Hammer Mill MK-III
Diameter Screen : 25 mm
Motor : 75 Hp, 1450 rpm, 380 VAC, 50 Hz.
Power Transmission : V-Belt pulley ratio 12” -9”
Kecepatan : 1740 rpm
Kapasitas : 3000-3500 kg Dry/ hr

9. Nama Mesin : Extruder I


Fungsi Mesin : Mengekstruksi bahan baku menjadi partikel
kecil.
Model : Single screw SRE MK III
Diameter Die Plate : 3 – 3,5 mm
Kapasitas : 2000-2500 kg Dry/ Hr
Kecepatan : 100 rpm
Kecepatan Pemotong : 1450 rpm

10. Nama Mesin : Extruder II


Fungsi Mesin : Mencincang bahan baku menjadi partikel
kecil.
Model : Single Screw CRE MK III
Diameter Die Plate : 2,4 – 3,3 mm
Kapasitas : 2000 – 2500 kg Dry/ Hr
Kecepatan : 100 rpm
Kecepatan Pemotong : 1450 rpm

11.Nama Mesin : Dryer


Fungsi Mesin : Mengeringkan partikel karet
Model : CRTD 2000
Trolley : 16 section mm
Power : 75 Hp, 1450 rpm, 380 VAC, 50 Hz.
Kapasitas : 2000 Kg Dry/hr
Dimensi Dryer : 23,6m x 5m x 1,25m
Dimensi Trolley : 4,6m x 1,45m x 0,51m

12. Nama Mesin : Balling Press


Fungsi Mesin : Menekan potongan biscuit, sehingga
menjadi bandela.
Model : Twin chamber, MHP 105 ton
Tekanan : 3000 Psi\
Motor : 30 Hp, 1450 rpm, 380 volt, 50 HZ
Waktu Pengepresan : 19 detik

13. Nama Mesin : Metal detector


Fungsi Mesin : Mendeteksi keberadaan metal dalam
bandela
Model : Metron 20 – C series
Power : 85 sampai 245 V AC 60HZ
Temperatur : -
Kelembapan : 100%
Conveyor Detector
Panjang : 3190 mm
Tinggi : 450 mm
Lebar : 700 mm

Peralatan merupakan suatu alat yang digunakan pada proses produksi


yang tidak mempunyai penggerak.Adapun peralatan produksi yang
digunakan PT.Bridgestone Sumatra Rubber Estate adalah sebagai berikut :
1. Nama Mesin : Latex Receiving Tank
Fungsi Alat : Memudahkan alat untuk masuk ke drag
conveyer
Model : Elipsoide Pressure Tank

Diameter : 1400 mm
Panjang : 2800 mm
Bahan : Mild steel plate 12 mm
Kapasitas : 2,5 ton

2. Nama Tank : Skim tank


Fungsi Alat : Memudahkan alat untuk masuk ke drag
conveyer
Model : Ellipside pressure tank
Diameter : 1400 mm
Bahan :
Mild Steel plate : 12 mm
Kapasitas : 1,25 ton

3. Nama Alat : Trolley


Fungsi Alat : Sebagai tempat untuk mengeringkan
biscuit pada mesin dryer
Panjang : 4880 mm
Lebar : 1450 mm
Tinggi : 850 mm
Bahan : Alumunium

4. Nama Alat : Tangga Pengangkatan crumb biscuit


Fungsi Alat : Membantu pekerja dalam pengangkatan
crumb biscuit.
Panjang : 4880 mm
Lebar : 670 mm
Bahan : Alumunium
5. Nama Alat : Meja Penumpukan crumbbiscuit
Fungsi Alat : Penumbukan sementara crumb biscuit
untuk proses pendinginan
Panjang : 4880 mm
Lebar : 124 mm
Tinggi : 700 mm
Bahan : Kayu

6.Nama Alat : Pisau crumb biscuit


Fungsi Alat : Memotong crumb biscuit untuk
penimpangan maupun untuk
pengambilan sampel.
Panjang : 600 mm
Lebar : 10 mm
Bahan : Stainless Stell

4.3 RANGKAIAN PROSES PRODUKSI


Proses pengolahan Crumb Rubber pada PT.Bridgestone Sumatera
Rubber Estate dilakukan dengan 3 tahapan proses. Tahapan proses tersebut
yaitu :
1. Penerimaan bahan baku
a. Penimbangan truk isi
b. Penyortiran
c. Penimbangan truk kosong
d. Precleaning
e. Maturasi

2. Proses pencucian,Pemotongan dan pengeringan


3. Finishing Product
a. Penimbangan
b. Pengambilan Sampel
c. Deteksi logam
d. Pengemasan
e. Penimpaan bandela pada bau
f. Penyimpanan

4.3.1. Penimbangan Bahan Baku


Setiap truk yang datang ke pabrik akan melakukan
penimbangan,penimbangan terbagi dua yaitu penimbangan isi dan
penimbangan kosong.Penimbangan isi dilakukan pada saat truk masih berisi
bahan baku,sedangkan penimbangan kosong dilakukan pada saat bahan baku
telah di sortir. Hal ini dilakukan untuk megetahui kuantitas dari bahan baku
yang dibawa oleh truk. Bagi karet yang dibeli dari penduduk (Out Purchase)
penimbangan memudahkan pembayaran perusahaan kepada pemilik karet.
a. Penyortiran
Bahan baku disortir pada area penerimaan bahan baku, disini muatan
truk dibongkar.Pekerja menyortir dan memisahkan bahan baku berdasarkan
grade yang telah ditentukan. Penetuan grade berdasarkan visualisasi
pekerja.Kemudian bahan baku tersebut diletakan didalam tempat
penampungan (BIN) dan disortir ataupun dipisahkan antara BSRE
Lump,C1,dan C2,setelah bahan baku disortir,maka dilakukan proses
Preacleaning.

b. Preacleaning
Adapun tahap-tahap proses mesin Preacleaning adalah sebagai
berikut :
1) Bahan baku diangkat dengan menggunakan Belt Conveyer ke mesin
slab cutter.
2) Pemotongan Bahan (Slab Cutter)
Memotong bahan baku menjadi ukuran yang lebih kecil dengan
menggunakan Slab Cutter.
3) Pencucian Bahan (Washing Setting Tank I)
Bahan yang telah diptong dari Slab Cutter masuk kedalam tangki yang
berisi air untuk mencuci bahan dari pengaruh kontaminasi dan arus air yang
mengalir bak pencucian yang membawa bahan baku ke bucket conveyor
menuju pre breaker.
4) Mencincang Bahan (Pre Breaker)
Pada Pre Beaker dilakukan pencincangan bahan menjadi ukuran
bahan yang lebih kecil/halus yang akan dibawa menggunakan Bucket
Conveyer menuju Washing SettingTank 2
5) Pencucian Bahan (Washing Setting Tank 2)
Pada proses ini bahan baku kembali akan mengalami proses
pencucian .
6) Mencincang Bahan (Hammer Mill)
Setelah bahan dicuci pada tahap kedua,lalu bahan dicincang kembali
menjadi ukuran yang lebih kecil dengan menggunakan Hammer Mill. Hasil
yang diperoleh dari proses pencincangan ini,akan ditampung didalam sebuah
tangki besar dan kemudian diangkut dengan menggunakan truk ketempat
penampungan (BIN).

c. Maturasi
Maturasi merupakan cara yang digunakan untuk proses pengeringan
pada periode yang ditentukan agar kadar kering bahan baku semakin tinggi
sebelum diolah. Pada proses maturasi ini bahan baku dijemur di area BIN
untuk mendapatkan kadar karet kering sebesar 75%-80%. Selama proses
maturasi petugas Quality Control akan mengambil sampel untuk menguji Dry
Rubber Content (DRC). Nilai dari DRC akan menentukan kelayakan bahan
baku yang akan diproses.

Proses Pencucian,Pemotongan Dan Pengeringan :


1) Drag Conveyer
Partikel karet dari bin yang telah mecapai DRC 75-80% di
tranportasikan menggunakan drag conveyer menguji slab cutter
2) Slab Cutter
Pada mesin slab cutter bahan baku dipotong menjadi ukuran yang
lebih kecil. Bahan baku akan mengalami penekanan oleh screw press untuk
melewati die plate dengan diameter lubang sebesar 25 mm.Bahan baku yang
keluar dari die plate akan di potong dengan besi pemotong yang bekerja
secara berlawanan,sehingga ukuran bahan baku semakin kecil.
3) Blending bahan C1 dan C2 (Cyclone Tank)
Blending bahan didalam Cyclone yang berisi air dengan menggunakan
mesin Mixer .
4) Mencincang Bahan (Pre Beaker I)
Mencincang bahan dapat menggunakan Pre Beaker I
5) Bleanding Bahan (Cyclone Tank)
Blending bahan dengan menggunakan peralatan mesin mixer dan
menghilangkan kontaminasi dari kotoran dengan menggunakan pipa
sirkulasi air (berbentuk limas), dimana proses pemisahan kontaminasi
kotoran dari bahan berdasarkan berat jenis .
6) Mencincang Bahan (Pre Beaker II)
Mencincang bahan dengan meggunakan Pre Beaker II
7) Blending Bahan (Washing Setting Tank II)
Blending bahan didalam tangki I yang berisi air dengan menggunakan
mesin mixer,dan menyaring bahan dari kontaminasi dengan menggunakan
wadah pembatas diantara (penyekat) pada dinding tangki yang terdapat
didalam tangki I ,kemudian bahan di transfer ke tangki 2 dengan
menggunakan Bucket Conveyer.
8) Blending Bahan (Washing Setting Tank 2)
Blending nahan didalam tangki 2 berisi air dengan menggunakan
mixer dan menyaring bahan dari kontaminasi dengan menggunakan mesin
blower. Kemudian bahan di transfer ke tangki 3 dengan menggunakan mesin
Conveyer dan akan melewati Hammer Mill.
9) Mencincang Bahan (Hammer Mill)
Mencincang bahan agar lebih halus dengan mesin Hammer Mill.
10) Blending Bahan (Washing SettingTank 3)
Blending bahan di tangki 3 yang berisi air dengan menggunakan
mesin blower.Kemudian bahan ditransfer ke tangki 4 dengan menggunakan
mesin Screw Conveyer dan akan melewati Ekstruder.
11) Mencincang Bahan (Ekstruder)
Mencincang bahan agar lebih halus dengan menggunakan ekstruder
sehingga menjadi partikel-partikel yang lebih kecil dengan ketebalan sekitar
6 mm.
12) Blending Bahan (Washing Setting 4)
Blending bahan didalam tangki 4 yang berisi air dengan menggunakan
mesin mixer, dan menyaring bahan dari kontaminasi dengan menggunakan
mesin blower.Kemudian bahan di transfer kedalam Ekstruder II.
13) Mencincang bahan dan menyaring bahan dari kontaminasi(Ekstruder)
Mencincang bahan agar lebih halus dengan menggunakan ekstruder II
sehingga menjadi partikel-partikel karet yang halus dengan ketebalan 2 mm
dan kemudian menyaring bahan dari kontaminasi dengan menggunakan gas
Cyclone berdasarkan tekanan udara yang dialirkan melalui pipa-pipa blower.

14) Air Classifier


Partikel-partikel karet yang telah di dorong dengan menggunakan
tekanan udara melalui pipa blower menuju Trolley .Setiap satu trolley terdiri
dari 28 kotak yang dibatasi oleh sekat yang terbuat dari stainless
steel.Kemudian trolley ditempatkan didepan dryer diatas pusher untuk
menunggu waktu disorong masuk.
15) Drying
Proses Drying dilakukan dalam 2 tahapan ,dimana setiap tahapan
membutuhkan waktu selama 13 menit. Adapun tahapannya adalah sebagai
berikut :
- Tahap I (Pengeringan)
Partikel-partikel karet dikeringkan dalam jangka waktu 13 menit
40 detik.
- Tahap II (Pemasakan)
Sudah dilakukan pengeringan,selanjutnya dilakukan pada jangka
waktu 13 menit 40 detik.
Pada proses drying ini, partikel-partikel karet tidak langsung
bersentuhan dengan api, tetapi hanya menggunakan panas api yang
dihembuskan melalui Fan. Fan ini juga berfungsi melakukan
pendinginan setelah proses pemasakan.

Finishing product

1) Penimbangan
Lalu bale tersebut ditimbang sebanyak 35 kg. 1 bale = 35 kg, dan 1
pallet =36 bale.
2) Pengambilan sampel
Sampel diambil setiap sembilan bandela (yaitu 4 sampel per pallet).
Sampel diambil dari setiap sudut secara berlawanan secara
diagonal.Sampel yang diambil dari sekitar 300 – 400 gram sampel.
Sampel diberi label , dibungkus dan dikirim untuk dianalisis oleh
petugas QCD. Bandela kemudian dipotong dua setiap 6 bandela,
secara visual diperiksa untuk memeriksa white spot dan kontaminasi.
Bandela dibungkus dengan kriteria produk yang dihasilkan.
3) Pengepresan
Setelah itu, dilakukan proses pengepresan untuk memadatkan bale.
Penimpaan pallet dilakukan dengan menggunakan batu penimpa.
Sebelum ditimpa pallet terlebih dahulu dilapisi dengan plastik alas.
Penimpaan pallet dengan batu ini dilakukan selama 4 jam.
4) Deteksi Logam
Bale hal yang telah dipress, dilewatkan melalui mesin detektor yang
bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya logam yang terdapat pada
bale.
5) Pengemasan
Setelah bale dideteksi, bele dikemas dengan plastik dan disusun
dalam 1 pallet dan dikirim ke gudang penyimpanan untuk dilakukan
proses packing.
a. Pengecekan
Forklift diperiksa sebelum melakukan aktifitasnya.
b. Penyortiran Metal Box
-Pemeriksaan metal box yang layak dan tidak untuk kemasan.
-Membersihkan kaki metal box yang ada kontaminan.
c. Pendistribusian Metal box yang bagus ke pabrik
-Pentransferan Metal Box kosong ke masing – masing pabrik.
-Metal Box dilapisi dengan Top Layer sebagai tempat untuk
menyimpan pallet.
d. Pentransferan Pallet dari Pabrik (Ready Process)
-Pallet – Pallet dari masing – masing dilangsir ke gudang.
-Pallet dicheck dan ditimpa dengan batu penimpa untuk
merapatkan palletmetal box agar mudah dan rapi.
e. Pengepakan (Pengemasan) pallet
-Pallet dikemas dengan alat pengepak yang berupa
plastik(Cover).
-Plastik (Cover) direkatkan dengan pada metal box dengan
menggunakaniShrink Gun.
-pengecekan ulang label marking dengan deklarasi terakhir
diterima.
f. Penimpaan dan Penyusunan Pallet Ready Export
-Pallet selesai dikemas,ditimpa dan disusun dengan teratur di
dalam gudang.
-Formasi susunan pallet 1 – 24 untuk baris 1 dan 25 – 48 baris
kedua.
g. Pengiriman Pallet
-Pengiriman berdasarkan DO dan raffik
-Pemeriksaan label marketing.
-Pemeriksaan air di pallet dengan kertas test.

BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari kerja praktek di
PT.Bridgestone sumatra Rubber Estate(PT.BSRE)Dolok Merangir –
serbelawan adalah:

1. Produk crumb rubber dapat dikelompokkan berdasarkan bahan


baku yang digunakan contohnya pada produk Standar
Indonesian Rubber(SIR), seperti SIR 3 WF dari lateks kebun
(BSRE lump) atau penggunaan antikoagulan, sedangkan SIR 20
CV, SIR 10 dan SIR 20 dari koagulum lateks (cup lump) atau
yang sering disebut Out Purchase Lump C1 dan Out purchase
Lump C2.

2. PT.Bridgestone Sumatra Rubber Estate (PT.BSRE) Dolok


Merangir-Serbelawan memproduksi crumb rubber (karet
remah) yang dioperasikan pada pabrik FM, DM, DX,NBI, dan
NB2. Pada NB1 diproduksi crumb rubber dengan kualitas yang
lebih rendah dari produk pabrik NB1.

3. Terdapat beberapa analisa yang dilakukan baik terhadap bahan


baku (latex dan lump) maupun produk (crumb rubber) meliputi
analisa NH3.VFA (Volatile Fatty Acid),TSC (Total solid Content),
pH, DRC (Dry Rubber Content) untuk bahan baku lateks, serta
DC (Dirl Content) untuk bahan baku lateks, serta DC (Dirt
Content),vm(Volatile Matter), PO (Plasticity Original), PRI
(Plasticity Retention Index),Mooney Viscosity,ASHT,dan kadar N2
untuk produk crumb rubber.

4. Tahapan proses produksi crumb rubber pada PT. Bridgestone


Sumatra Rubber Estate (PT. BSRE) Dolok Merangir –
Serbelawan yaitu penerimaan bahan baku (penimbangan

bahan baku, penyortiran, precleaning, proses maturasi), proses


pencucian pemotongan dan ekstruksi,serta Finishing product
(penimbangan, pengujian sampel,
deteksi metal, pengemasan, penimpaan bandela dengan batu,
penyimpanan.

5. Pada PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangir –


Serbelawan (PT. BSRE) terdapat pengolahan limba cair dengan
menggunakan sistem ASETS(Active Sludge Effluent Treatmen
System), dan pengolahan emis gas menggunakan air scrubber.

5.2 SARAN

Adapun saran yang dapat diberikan dari kerja Praktek untuk PT.
Bridgestone Sumatra Rubber Estate (PT. BSRE) Dolok Merangir – Serbelawan
Adalah:

1. Disarankan untuk memaksimalkan pengaplikasian energi


terbarukan seperti pemanfaatan cangkang kelapa sawit atau
briket sebagai pengganti bahan bakar solar dalam proses
produksi crumb rubber.
2. Disarankan agar meningkatkan konservasi sumber daya alam
melalui perbaikan operasional dan produk yang dihasilkan.
3. Disarankan untuk melakukan proses pengolahan limbah bau
lanjutan yang dihasilkan dari unit drier tidak merugikan para
pekerja dan masyarakat sekitar pabrik.

DAFTAR PUSTAKA

Austin. T. George,(1985),Shreve’s Chemical Process Industries, Mc


Graw – Hill BookCompany.

Pedoman kerja PT. Perkebunan Nusantara III Medan,Buku II Bidang

Teknik dan Pengolahan.

Polthamus, G. Loren, (1962), RUBBER, Leonard Hill (Books) Limited,

London.

Tim Penulis PS, (1999),Karet : Strategi Pemasaran Tahun 2000.

NILAI LAPORAN AKHIR OLEH PT.BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE

PELAKSANAAN KULIAH KERJA USAHA (KKU)


UNIVERSITAS SIMALUNGUN

TAHUN 2019

Nama Mahasiswa : RYANDA GUSTI SATRIO KHOIR

Nomor Pokok mahasiswa : 16 432 0058

Fakultas : TEKNIK

Tempat KKU : PT.BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER


ESTATE

No. Aspek Penilaian Bobot Nilai

(B) (N) BXN

1 Kehadiran 10% 81 8,1

2 Disiplin dan Tanggung Jawab 15% 80 12

3 Kemampuan BekerjaSama 20% 80 16


dalam Team

4 Penguasaan Teori dan 25% 80 20


Praktek Lapangan

5 Kreativitas dan Kemampuan 30% 80 24


Bekerja

Jumlah (Nilai KKU) 80,1

Catatan :
1. Nilai Dibuat dalam angka 0 s/d 100
2. Nilai KKU merupakan jumlah Bobot (B) X Nilai (N)

Serbelawan, 31 Agustus 2019

Pembimbing Materi I

Ir. ISKANDAR HADI


SENIOR ASSISTANT
ENGINEERING DEPT

NILAI LAPORAN AKHIR OLEH PT.BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE

PELAKSANAAN KULIAH KERJA USAHA (KKU)


UNIVERSITAS SIMALUNGUN

TAHUN 2019

Nama Mahasiswa : MUHAMMAD TAUFIK SYABIRIN

Nomor Pokok mahasiswa : 16 432 0044

Fakultas : TEKNIK

Tempat KKU : PT.BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER


ESTATE

No. Aspek Penilaian Bobot Nilai

(B) (N) BXN

1 Kehadiran 10% 81 8,1

2 Disiplin dan Tanggung Jawab 15% 80 12

3 Kemampuan BekerjaSama 20% 80 16


dalam Team

4 Penguasaan Teori dan 25% 80 20


Praktek Lapangan

5 Kreativitas dan Kemampuan 30% 80 24


Bekerja

Jumlah (Nilai KKU) 80,1

Catatan :
1. Nilai Dibuat dalam angka 0 s/d 100
2. Nilai KKU merupakan jumlah Bobot (B) X Nilai (N)

Serbelawan, 31 Agustus 2019

Pembimbing Materi I

Ir. ISKANDAR HADI


SENIOR ASSISTANT
ENGINEERING DEPT

NILAI LAPORAN AKHIR OLEH PT.BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE

PELAKSANAAN KULIAH KERJA USAHA (KKU)


UNIVERSITAS SIMALUNGUN

TAHUN 2019

Nama Mahasiswa : REXYOBI WAHANA DIRGANTARA

Nomor Pokok mahasiswa : 16 432 0052

Fakultas : TEKNIK

Tempat KKU : PT.BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER


ESTATE

No. Aspek Penilaian Bobot Nilai

(B) (N) BXN

1 Kehadiran 10% 81 8,1

2 Disiplin dan Tanggung Jawab 15% 80 12

3 Kemampuan BekerjaSama 20% 80 16


dalam Team

4 Penguasaan Teori dan 25% 80 20


Praktek Lapangan

5 Kreativitas dan Kemampuan 30% 80 24


Bekerja

Jumlah (Nilai KKU) 80,1

Catatan :
1. Nilai Dibuat dalam angka 0 s/d 100
2. Nilai KKU merupakan jumlah Bobot (B) X Nilai (N)

Serbelawan, 31 Agustus 2019

Pembimbing Materi I

Ir. ISKANDAR HADI


SENIOR ASSISTANT
ENGINEERING DEPT

NILAI LAPORAN AKHIR OLEH PT.BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE

PELAKSANAAN KULIAH KERJA USAHA (KKU)


UNIVERSITAS SIMALUNGUN

TAHUN 2019

Nama Mahasiswa : ISTYA SYAHDIANWI

Nomor Pokok mahasiswa : 16 432 0028

Fakultas : TEKNIK

Tempat KKU : PT.BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER


ESTATE

No. Aspek Penilaian Bobot Nilai

(B) (N) BXN

1 Kehadiran 10% 81 8,1

2 Disiplin dan Tanggung Jawab 15% 80 12

3 Kemampuan BekerjaSama 20% 80 16


dalam Team

4 Penguasaan Teori dan 25% 80 20


Praktek Lapangan

5 Kreativitas dan Kemampuan 30% 80 24


Bekerja

Jumlah (Nilai KKU) 80,1

Catatan :
1. Nilai Dibuat dalam angka 0 s/d 100
2. Nilai KKU merupakan jumlah Bobot (B) X Nilai (N)

Serbelawan, 31 Agustus 2019

Pembimbing Materi I

Ir. ISKANDAR HADI


SENIOR ASSISTANT
ENGINEERING DEPT

NILAI LAPORAN AKHIR OLEH PT.BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE

PELAKSANAAN KULIAH KERJA USAHA (KKU)


UNIVERSITAS SIMALUNGUN

TAHUN 2019

Nama Mahasiswa : IMANUEL PANGIHUTAN PARDEDE

Nomor Pokok mahasiswa : 16 432 0026

Fakultas : TEKNIK

Tempat KKU : PT.BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER


ESTATE

No. Aspek Penilaian Bobot Nilai

(B) (N) BXN

1 Kehadiran 10% 81 8,1

2 Disiplin dan Tanggung Jawab 15% 80 12

3 Kemampuan BekerjaSama 20% 80 16


dalam Team

4 Penguasaan Teori dan 25% 80 20


Praktek Lapangan

5 Kreativitas dan Kemampuan 30% 80 24


Bekerja

Jumlah (Nilai KKU) 80,1

Catatan :
1. Nilai Dibuat dalam angka 0 s/d 100
2. Nilai KKU merupakan jumlah Bobot (B) X Nilai (N)

Serbelawan, 31 Agustus 2019

Pembimbing Materi I

Ir. ISKANDAR HADI


SENIOR ASSISTANT
ENGINEERING DEPT

NILAI LAPORAN AKHIR OLEH PT.BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE

PELAKSANAAN KULIAH KERJA USAHA (KKU)


UNIVERSITAS SIMALUNGUN

TAHUN 2019

Nama Mahasiswa : FELIX STEVEN DAMANIK

Nomor Pokok mahasiswa : 16 432 0019

Fakultas : TEKNIK

Tempat KKU : PT.BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER


ESTATE

No. Aspek Penilaian Bobot Nilai

(B) (N) BXN

1 Kehadiran 10% 81 8,1

2 Disiplin dan Tanggung Jawab 15% 80 12

3 Kemampuan BekerjaSama 20% 80 16


dalam Team

4 Penguasaan Teori dan 25% 80 20


Praktek Lapangan

5 Kreativitas dan Kemampuan 30% 80 24


Bekerja

Jumlah (Nilai KKU) 80,1

Catatan :
1. Nilai Dibuat dalam angka 0 s/d 100
2. Nilai KKU merupakan jumlah Bobot (B) X Nilai (N)

Serbelawan, 31 Agustus 2019

Pembimbing Materi I

Ir. ISKANDAR HADI


SENIOR ASSISTANT
ENGINEERING DEPT

NILAI LAPORAN AKHIR OLEH PT.BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE

PELAKSANAAN KULIAH KERJA USAHA (KKU)


UNIVERSITAS SIMALUNGUN

TAHUN 2019

Nama Mahasiswa : RONALDO H LUBIS

Nomor Pokok mahasiswa : 15 432 0041

Fakultas : TEKNIK

Tempat KKU : PT.BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER


ESTATE

No. Aspek Penilaian Bobot Nilai

(B) (N) BXN

1 Kehadiran 10% 81 8,1

2 Disiplin dan Tanggung Jawab 15% 80 12

3 Kemampuan BekerjaSama 20% 80 16


dalam Team

4 Penguasaan Teori dan 25% 80 20


Praktek Lapangan

5 Kreativitas dan Kemampuan 30% 80 24


Bekerja

Jumlah (Nilai KKU) 80,1

Catatan :
1. Nilai Dibuat dalam angka 0 s/d 100
2. Nilai KKU merupakan jumlah Bobot (B) X Nilai (N)

Serbelawan, 31 Agustus 2019

Pembimbing Materi I

Ir. ISKANDAR HADI


SENIOR ASSISTANT
ENGINEERING DEPT

KEGIATAN HARIAN
PELAKSANAAN KULIAH KERJA USAHA
UNIVERSITAS SIMALUNGUN
TAHUN 2019
PT.BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE
Nama :

- RIANDA GUSTI SATRIO KHOIR


- MUHAMMAD TAUFIK SYABIRIN
- REXYOBI WAHANA DIRGANTARA
- ISTYA SYAHDIANWI
- IMANUEL PANGIHUTAN PARDEDE
- FELIX STEVEN DAMANIK
- RONALDO H LUBIS
Tanggal Bagian/Departemen Uraian Kegiatan

9 Juli 2019 -Pengelasan


- GWS -Pemotongan Besi
16 juli 2019 (General Work Shop) -Melakukan Service Secara
Rutin
Melihat proses
pengolahan karet dari
17 Juli 2019 mesin slab cutter ,Pre
-
DM/DX beaker,Hummer
31 Juli 2019
mill,Hingga tahap terakhir
yakni Finishing produc

Melakukan
perbaikan/service pada
1 Agustus 2019 mesin Driyer secara
-
NB2/POM berkala agar produksi
15 Agustus 2019
yang dihasilkan bisa
menghasilkan yang lebih
baik

16 Agustus 2019 Service rutin


- PC Zona I
31 Agustus 2019 (Pre Cleaning) Zona II
Zona III

Serbelawan, 31 Agustus 2019

Pembimbing Materi I

Ir. ISKANDAR HADI


SENIOR ASSISTANT
ENGINEERING DEPT

NILAI LAPORAN AKHIR OLEH DOSEN PEMBIMBING

PELAKSANAAN KULIAH KERJA USAHA (KKU) TAHUN 2019


UNIVERSITAS SIMALUNGUN

Nama Mahasiswa : RIANDA GUSTI SATRIO KHOIR

Nomor Pokok Mahasiswa : 164320050

Fakultas : TEKNIK

Tempat KKU : PT.BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE

No Aspek yang Dinilai Nilai

1 Sistematika penulisa laporan 84

2 Kualitas dan relevansi laporan 84

3 Ketercakupan isi laporan 84

4 Penggunaan bahasa 84

5 Kerjasama dalam tim/kelompok KKU 84

Jumlah 420

Rata-rata 84

Catatan :

Nilai (N) dibuat dalam angka 0 s/d 100

PematangSiantar, 31 Agustus 2019

Dosen Pembimbing

Drs.Rustam Sinaga,Msi
NIDN.0015085502

NILAI LAPORAN AKHIR OLEH DOSEN PEMBIMBING

PELAKSANAAN KULIAH KERJA USAHA (KKU) TAHUN 2019


UNIVERSITAS SIMALUNGUN

Nama Mahasiswa : MUHAMMAD TAUFIK SYABIRIN

Nomor Pokok Mahasiswa : 164320041

Fakultas : TEKNIK

Tempat KKU : PT.BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE

No Aspek yang Dinilai Nilai

1 Sistematika penulisa laporan 84

2 Kualitas dan relevansi laporan 84

3 Ketercakupan isi laporan 84

4 Penggunaan bahasa 84

5 Kerjasama dalam tim/kelompok KKU 84

Jumlah 420

Rata-rata 84

Catatan :

Nilai (N) dibuat dalam angka 0 s/d 100

PematangSiantar, 31 Agustus 2019

Dosen Pembimbing

Drs.Rustam Sinaga,Msi
NIDN.0015085502

NILAI LAPORAN AKHIR OLEH DOSEN PEMBIMBING

PELAKSANAAN KULIAH KERJA USAHA (KKU) TAHUN 2019


UNIVERSITAS SIMALUNGUN

Nama Mahasiswa : REXYOBI WAHANA DIRGANTARA

Nomor Pokok Mahasiswa : 164320052

Fakultas : TEKNIK

Tempat KKU : PT.BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE

No Aspek yang Dinilai Nilai

1 Sistematika penulisa laporan 84

2 Kualitas dan relevansi laporan 84

3 Ketercakupan isi laporan 84

4 Penggunaan bahasa 84

5 Kerjasama dalam tim/kelompok KKU 84

Jumlah 420

Rata-rata 84

Catatan :

Nilai (N) dibuat dalam angka 0 s/d 100

PematangSiantar, 31 Agustus 2019

Dosen Pembimbing

Drs.Rustam Sinaga,Msi
NIDN.0015085502

NILAI LAPORAN AKHIR OLEH DOSEN PEMBIMBING

PELAKSANAAN KULIAH KERJA USAHA (KKU) TAHUN 2019


UNIVERSITAS SIMALUNGUN

Nama Mahasiswa : ISTYA SYAHDIANWI

Nomor Pokok Mahasiswa : 164320028

Fakultas : TEKNIK

Tempat KKU : PT.BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE

No Aspek yang Dinilai Nilai

1 Sistematika penulisa laporan 84

2 Kualitas dan relevansi laporan 84

3 Ketercakupan isi laporan 84

4 Penggunaan bahasa 84

5 Kerjasama dalam tim/kelompok KKU 84

Jumlah 420

Rata-rata 84

Catatan :

Nilai (N) dibuat dalam angka 0 s/d 100

PematangSiantar, 31 Agustus 2019

Dosen Pembimbing

Drs.Rustam Sinaga,Msi
NIDN.0015085502

NILAI LAPORAN AKHIR OLEH DOSEN PEMBIMBING

PELAKSANAAN KULIAH KERJA USAHA (KKU) TAHUN 2019


UNIVERSITAS SIMALUNGUN

Nama Mahasiswa : IMANUEL PANGIHUTAN PARDEDE

Nomor Pokok Mahasiswa : 164320026

Fakultas : TEKNIK

Tempat KKU : PT.BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE

No Aspek yang Dinilai Nilai

1 Sistematika penulisa laporan 84

2 Kualitas dan relevansi laporan 84

3 Ketercakupan isi laporan 84

4 Penggunaan bahasa 84

5 Kerjasama dalam tim/kelompok KKU 84

Jumlah 420

Rata-rata 84

Catatan :

Nilai (N) dibuat dalam angka 0 s/d 100

PematangSiantar, 31 Agustus 2019

Dosen Pembimbing

Drs.Rustam Sinaga,Msi
NIDN.0015085502

NILAI LAPORAN AKHIR OLEH DOSEN PEMBIMBING

PELAKSANAAN KULIAH KERJA USAHA (KKU) TAHUN 2019


UNIVERSITAS SIMALUNGUN

Nama Mahasiswa : FELIX STEVEN DAMANIK

Nomor Pokok Mahasiswa : 164320019

Fakultas : TEKNIK

Tempat KKU : PT.BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE

No Aspek yang Dinilai Nilai

1 Sistematika penulisa laporan 84

2 Kualitas dan relevansi laporan 84

3 Ketercakupan isi laporan 84

4 Penggunaan bahasa 84

5 Kerjasama dalam tim/kelompok KKU 84

Jumlah 420

Rata-rata 84

Catatan :

Nilai (N) dibuat dalam angka 0 s/d 100

PematangSiantar, 31 Agustus 2019

Dosen Pembimbing

Drs.Rustam Sinaga,Msi
NIDN.0015085502

NILAI LAPORAN AKHIR OLEH DOSEN PEMBIMBING

PELAKSANAAN KULIAH KERJA USAHA (KKU) TAHUN 2019


UNIVERSITAS SIMALUNGUN

Nama Mahasiswa : RONALDO H LUBIS

Nomor Pokok Mahasiswa : 154320041

Fakultas : TEKNIK

Tempat KKU : PT.BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE

No Aspek yang Dinilai Nilai

1 Sistematika penulisa laporan 84

2 Kualitas dan relevansi laporan 84

3 Ketercakupan isi laporan 84

4 Penggunaan bahasa 84

5 Kerjasama dalam tim/kelompok KKU 84

Jumlah 420

Rata-rata 84

Catatan :

Nilai (N) dibuat dalam angka 0 s/d 100

PematangSiantar, 31 Agustus 2019

Dosen Pembimbing

Drs.Rustam Sinaga,Msi
NIDN.0015085502

Anda mungkin juga menyukai