1
LAPORAN
KULIAH KERJA USAHA (KKU)
DI
PT.BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE
DOLOK MELANGIR-SIMALUNGUN
21155
Dosen Pembimbing,
Drs.Rustam Sinaga,M.Si
Marulam MT Simarmata,SP.,M.Si
Ketua
2
DAFTAR NAMA PESERTA
KULIAH KERJA USAHA (KKU)
DI
PT.BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE
Drs.Rustam Sinaga,M.Si
NIDN.OO15085502
3
DAFTAR ISI
Halaman
BAB 1 . PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2 Batasan Masalah......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Praktek Kerja Lapangan................................................................. 2
1.4 Manfaat Praktek Kerja Lapangan .............................................................. 3
1.5 Waktu dan Tempat Praktek Kerja Lapangan ............................................ 4
4
3.1.5 Jenis-jenis Karet Alam...................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
5
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Kerja
Praktek ini.
Laporan ini dibuat untuk memenuhi persyaratan bagi setiap
mahasiswa yang mengambil studi D-3 di Jurusan Teknik Mesin Universitas
Simalungun.
Pada kesempatan kali ini, penulis juga ingin menyampaikan ucapan
terimakasih yang sebesar-besasrnya kepada :
1. Bapak Ir. Amsar Saragih MM selaku ketua yayasan Universitas
Simalungun.
2. Ibu Dr. Corry, M.Si selaku Rektor Universitas Simalungun.
3. Bapak M. Ade Kurnia Harahap ST MT selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Simalungun.
4. Bapak Rolando Sihombing ST. M,Eng Selaku Ketua Prodi teknik Mesin
Universitas Simalungun.
5. Ibu Fitriana Damanik selaku sekretaris Prodi teknik Mesin
Universitas Simalungun.
6. Seluruh Bapak/ ibu dosen dan pegawai Universitas Simalungun
khususnya di Fakultas Teknik Mesin.
7. Bapak Budi N.Damanik, selaku Manager Engineering di PT.
Bridgestone Sumatra Rubber Estate.
8. Bapak Iskandar Hadi, selaku Pembimbing Materi I sekaligus Senior
Assistant Engineering Department di PT. Bridgestone Sumatra Rubber
Estate.
9. Bapak Didik Syahputra, selaku Pembimbing materi II Departemen
Engineering sekaligus sebagai POM dan NB2 Engineering Assistant, di
PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate.
10. Seluruh staff dan karyawan bagian Human Resources and
Development.
11. Karyawan bagian Engineering Department PT. Bridgestone Rubber
Sumatra Estate.
6
12. Kedua orang tua yang telah banyak memberikan Doa dan motivasi
kepada penulis.
13. Teman-teman Teknik Mesin Angkatan 2016 yang telah banyak
memberikan masukkan dan dukungan kepada penulis.
Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN
7
1.1. Latar Belakang
Mahasiswa Teknik Mesin dalam sistem perkuliahannya telah
memperoleh teori-teori teknik terapan yang berhubungan langsung dengan
dunia kerja khusus mesin,dan juga adalah calon-calon tenaga kerja yang
diharapkan mampu memenuhi kebutuhan dunia kerja dan hal ini menuntut
mahasiswa untuk lebih meningkatakan kemampuannya.
Didalam perkuliahan telah dilakukan praktikum-praktikum baik di
laboratorium ataupun di workshop. Maka untuk mencapai tujuan tersebut
dilakukan Kuliah Kerja Usaha. Dalam praktek kerja lapangan ini mahasiswa
juga akan mendapat pengetahuan tentang dunia permesinan. Dan mahasiswa
juga akan mendapat praktek kerja yang lebih nyata berdasarkan teori-teori
yang diperoleh di bangku kuliah .
Kuliah Kerja Usaha merupakan suata bentuk pengintegrasian Tri
Dharma Perguruan Tinggi yang meliputi kegiatan pendidikan, penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat. Dengan pelaksanaan Kuliah Kerja Usaha
diharapkan mahasiswa juga dituntut mampu menyesuaikan dan
mensosialisasikan diri dalam suatu lingkaran kerja bahkan dapat
memberikan sumbangan dan masukan yang membangun.
PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate merupakan suatu perusahaan
yang bergerak dibidang perkenunan dan pengolahan karet. Hasil perkebunan
berupa getah karet akan diolah menjadi bahan setengah jadi yaitu Crumb
Rubber.
Pengolahan karet mentah menjadi karet lemah melalui beberapa
proses, yaitu ; sortasi bahan baku, pembersihan, pengeringan, (maturasi),
peremahan I, pencucian II, pencucian III, pengeringan dan pengepakan.
Penelitian ini difokuskan pada mempelajari kinerja mesin produksi
utama dan mempelajari cara perawatan mesin-mesin tersebut. Mesin-mesin
yang digunakan adalah sebagai berikut: Slab Cutter,Prebeaker,Hammer Mill,
ExtruderI, Extruder II, Dryer dan Press ball.
8
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan penulis dapat
membuat laporan kuliah kerja usaha mengenai kinerja mesin-mesin produksi
utama dan perawatan dari mesin-mesin tersebut.
1.2Batasan Masalah
Batasan masalah pada Kuliah Kerja Usaha yang dilaksanakan adalah
sebagai berikut:
1. Kuliah Kerja Usaha dilakukan di PT. BRIDGESTONE SUMATRA
RUBBER ESTATE yang bergerak didalam pengolahan karet mentah.
2. Kuliah Kerja Usaha yang meliputi bidang-bidang yang berkaitan
dengan disiplin ilmu Teknik Mesin antara lain:
a. Organisasi dan manajemen
b. Proses maintenance secara umum
c. Spesifikasi alat-alat proses utama produksi
9
e. Membandingkan dan membangun kepekaan dan kemampuan
bersosialisasi mahasiswa dalam suatu lingkungan kerja dengan
berbagai dinamikanya
f. Membandingkan teori yang diperoleh di perguruan tinggi
dengan aplikasi dalam Teknik Mesin.
g. Melatih mahasiswa dalam menjalani dan menghadapi dunuia
kerja sebelum terjun kedalamnya
10
1.5. Waktu dan Tempat Kuliah Kerja Usaha
Kuliah Kerja Usaha telah dilaksanakan di pabrik Crumb Rubber PT.
Bridgestne Sumatra Rubber Estate Dolok Melangir Kabupaten Simalungun
Provinsi Sumatra Utara. Waktu pelaksanaan Kuliah Kerja Usaha ini adalah
pada tanggal 9 juli 2019-31 Agustus 2019.
11
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
12
nama Perusaahan Perkebunan Negara (PPN). Sekitar tahun 1965-1967
Goodyear diambil alih oleh pemerintah Indonesia berdasarkan Pempres
No.6/1964 sebagai akibat dari politik Dwikora yaitu penggayangan terhadap
Malaysia. Penguasaan manajemen diambil alih dan namanaya diganti dengan
PP Ampera I yang kemudian dilebur menjadi PPN Karet XVIII. Tahun 1967
oleh Pemerintah Orde Baru, manajemen perusahaan ini diserahkan kepada
pemiliknya dan sebagaimana di dalam perjanjian antara Pemerintah RI
dengan pihak Goodyear tertanggal 10 Oktober 1967. Kebun Aek Nabara
diserahkan kepada negara dan sebagai gantinya kebun Dolok Ulu dan Naga
Raja. Ketiganya dijadikan satu unit dan dibagi atas 4 divisi yang luas masing-
masing sam. Pada tahun itu juga Kebun Naga Raja dan Dolok Ulu beralih dari
PPN menjadi milik perusahaan Goodyear.
Pada 1967, setelah vakum selamadua tahun Goodyear menjadi
perusahaan koorporasi multi nasional pertama yang diperbolehkan masuk
kembali ke Indonesia yang kemudian kembali pengoperasian perkebunan
dengan baik selama 30 tahun.
Pada tahun 1977, Goodyear mendirikan pabrik juga di Aek Tarum
Perkebunan PT. Haboko Tea Coy Aek Tarum diurus oleh Goodyear dari PT.
Lonsum pada tanggal 1 Oktober 1982. Pada tahun 1988, Goodyear berganti
nama dari Goodyear Sumatra Plantations Company Ltd., menjadi PT.
Goodyear Sumatra Plantations (GSP). Pada tahun 1996, PT.Goodyear
Sumatera Plantations menjual 5% sahamnya untuk berdikari dalam
persiapan mendapatkan hak paten baru, dan di tahun1997 permintaan untuk
perpanjangan 30 tahun hak eksploitasi telah diterima.
Kepemilikan Saham perusahaan PT. Bridgestone Sumatera
Plantations sebanyak 1.900.000 saham telah beralih kepada Bridgestone
Coorporatin (Jepang) dengan nama perusahaan PT. Bridgestone Sumatera
Rubber Estate yang merupakan badan hokum Indonesia yang berkedudukan
di Indonesia sejak Tanggal 9 Agustus 2005. Peralihan kepemilikan dan
perubahan nama perusahaan tersebut tercantum dalam keputusan sirkuler
pada Akte Notaris No.80 Persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
R.I. No.C-02583 HT.01.04.TH, tanggal 2 Pebruari 2005 dan Persetujuan
13
Badan Koordinasi Penanaman Modal R.I NO.236/B.2/A6/2005. Dan pada
akhirnya, bulan Agustus 2005 PT.Goodyear Sumatra plantations (GSP)
menjual sahamnya ke Bridgestone Sumatra Rubber Estate (PT.BSRE).
Peralihan kepemilikan dan perubahan nama perusahaan telah diumumkan
melalui Harian Media Indonesia dan Suara Pembaharuan pada tanggal 1
September 2005.
Saat ini PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate memiliki 5 divisi
yaitu:
1. Divisi I Naga Raja
2. Divisi II Dolok Melangir
3. Divisi III Dolok Ulu
4. Divisi IV Dolok Ulu
5. Divisi V Aek Tarum
Divisi I-IV terletak Kabupaten Simalungun dan Divisi V terletak di
Kabupaten Asahan. Tiap divisi dikepalai oleh seorang manajer. PT.
Bridgestone Sumatera Rubber Estate berada di divisi II Dolok Melangir yang
mempunyai 3(tiga) pabrik pengolahan,yakni:
1. DX Factory
2. DM Factory
3. FM Factory
Namun sekarang ini, pabrik pengolahantersebut tidak hanya tiga saja,
tapi sudah bertambah menjadi lima pengolahan. Pabrik pengolahan tersebut
adalah:
1. NB 1 Factory
2.NB 2 Faktory
Operasi dari pada kelima pabrik pengolahan tersebut dalam
pengolahan crumb rubber tersebut pada dasarnya sam, hanya saja
perbedaannya terletak pada spesifikasi mutu teknis bahan baku pembuatan
crumb rubbernya.
Kebun Naga Raja diusahai berdasarkan SK Ditjen Agraria
No.SK.2/HGU/80 tanggal 2 Januari dan srtifikat HGU No. 1 tanggal 15
Oktober 1982 dan telah memperoleh perpanjangn selama 25 tahun sesuai SK
14
Menteri Negara Agraria/Kepala Badan pertanahan Nasional Nomor:
114/HGU/BPN/1997 tanggal 16 september 1997 seluar 2.486,73.
Kebun Dolok Merangir dan Dolok Ulu diusahakan berdasarkan SK
Menteri Dalam Negeri No.3/HGU/DA/80 dan telah memperoleh
perpanjangan selama 25 tahun sesuai Menteri Agraria/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor:117/HGU/BPN/1997 seluas 11.226,38 Ha.
Kebun Aek Tarum diusahai berdasarka Hak Guna Usaha No.1/Perk.A.
Tarum Haboko dan telah memperoleh perpnjangan selama 25 tahun sesuai
SK Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor:149/HGU/BPN/1997 tanggal 9 desmber 1997 seluas 4.238,88 Ha.
15
Estate akan memberikan kontribusi terhadap perkembangan masyarakat
luas serta memberikan kontribusi terhadap pelestarian lingkungan alam.
Prinsip dasar perusahaan adalah : Siejitsu-Kyocho (Integritas dan
Kerjasama), Shinsu-Dokuso (Pelopor Kreatifitas), Genbutsu-Genba
(Peninjauan Lapangan), Jukuryo-Danko (Kematangan Tindakan).
16
3. Disekitar lokasi pabrik tersedia tenaga kerja yang cukup dan memiliki
keterampilan sebagai tenaga kerja, sebagai karyawan yang
dipekerjakan merupakan penduduk setempat.
Luas area yang diimanfaatkan untuk kegiatan usaha perkebunan dan
pengolahan karet oleh PT.BSRE sesuai dengan luas areal HGU (Hak Guna
Usaha) yang berlaku yaitu Keputusan Mentri Negara Agraria/Kepala Bidang
Pertanahan Nasional Nomor: 114/HGU/BPN/1997 dengan luas 2.843,73 ha
di Kabupaten Serdang Bedagai dan Keputusan Mentri Negara Agraria/Kepala
Bidang Pertanahan Nasional Nomor: 117/HGU/BPN/1997 dengan luas
11.226,38 ha di Kabupaten Simalungun. Namun setelah diukur secara
kadesteral dengan mengeluarkan seluas 202,827 ha areal untuk kawasan
industri Kabupaten Simalungun dan peluasan wilayah ibu kota Kecamatan
Tapian Dolok, Kantor Imigrasi Pematangsiantar serta peruntukkan jalan
maka luas areal HGU PT. BSRE di kabupaten Simalungun menjadi seluas
11.023,553 ha . Izin HGU tersebut berlaku selama 25 tahun sejak
diperpanjangan pada tanggal 1 Januari 1998.
17
Belawan sebagai tempat penyimpanan sementara sebelum dikirim kepada
Konsumen melalui transportasi laut yang ada dikota Medan dengan
menggunakan truk-truk pengangkutan produk Crumb Rubber atau SIR
ttersebut.
18
Pukul 12.00 WIB – 13.30 WIB : Jam istirahat
Pukul 13.30 WIB – 16.30 WIB : Jam kerja setelah istirahat
2.7. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya
Upah yang diberikan oleh PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate
kepada karyawan adalah diatas UMR (Upah Minimum Regional) sesuai
dengan peraturan pemerintah.
Sistem pengupahan yang berlaku untuk karyawan PT. Bridgestone
Sumatra Rubber Estate, yaitu:
Gaji pokok
Natura
Lembur
Fooding
Premi
Tunjangan ban sepeda
Tunjangan kesehatan
Intencive
Perusahaan mengikut sertakan seluruh staff dan karyawan (MP DAN DP)
Sebagai peserta BPJS Kesehatan tidak dibayarkan, hal ini dikarenakan PT.
19
Bridgestone Sumatra Rubber Estate telah menyediakan fasilitas sarana
kesehatan sendiri bagi pekerja/karyawannya.
20
3. Petugas Quality Control mengambil sampel dan ditempatkan
dalam tas atau nampan
4. Sampel akan dibawa ke Quality Control Departement untuk diuji
kadar DRC nya.
5. Hasil dari test akan mendefenisikan kuantitas dari DRC sebelum
diproses.
6. Kadar kering pada proses maturasi biasanya sekitar 50 %
Sampel yang diambil ditimbang, sampel tersebut adalah
sampel basah, diberi nama ( A )
Sampel tersebut kemudian digiling sekitar 15-20 pass atau
sampai homogen dan bebas dari kontaminasi.
Setelah digiling sampel kemudian digantung selama 45
menit untuk memastikan bebas dari air di permukaan dan
berat 100% lapisan basah, sampel ini di beri nama (B)
Sekitar 1% dari berat lapisan basah yang mengandung
beberapa lembar lapisan basah dengan ukuran sekitar 10 x
5 cm dipotong secara acak dan ditimbang (C1), potongan
lainnya yaitu C2 dipotong untuk duplikasi dan ditimbang
Potongan lapisan basah C1 dan C2 kemudian dikeringkan
dalam oven sampai kering benar, dan tidak ada bercak
putih ditemukan.
Setelah kering potongan-potongan di dinginkan dan
ditimbang sampel ini disebut (D1 dan D2)
Perhitungan DRCnya sebagai berikut:
a. Pendeteksian Metal
Agar produk crumb rubber yang dihasilkan tidak mengandung
material seperti besi, ataupun batu, maka PT. Bridgestone Sumatera
Rubber Estate melakukan prosedur pendeteksian metal. Adapun
prosedur pendeteksian metal tersebut adalah sebagai berikut:
21
1. Pekerja mendorong bandela dari roller conveyor ke belt
conveyor yang mentransfer bandela ke detektor logam.
2. Pada saat bandela berada dibawah detektor logam, maka
system akan secara otomatis mendeteksi kontaminasi logam
di bandela.
3. Jika bandela tidak terkontaminasi logam, maka lampu utama
dan alarm tidak akan menyala dan bandela akan di transfer ke
daerah pengepakan.
4. Jika bendel terkontaminasi, maka lampu utama dan alarm
akan menyala secara otomatis. Bandela akan diperiksa ulang
melewati detektor logam pada posisi sebaliknya.
5. Apabila lampu utama dan alarm masih menyala, maka
bandela akan di tolak. Bandela yang akan diproses kembali.
Bandela akan dipotong menjadi 2 bagian A dan B. Bagian A
dan B akan diproses sesuai dengan prosedur 1 sampai dengan
prosedur 4. Apabila bagian A tidak terkontaminasi, maka
bagian A akan di transfer ke proses selanjutnya. Apabila
bagian B terkontaminasi, maka B dipotong menjadi 2 yaitu B1
dan B2. Prosedur ini akan berlanjut sampai akhirnya logam di
temukan.
6. Hanya 2 bandela dengan jarak minimal 40 cm yang dapat
diperiksa dengan belt conveyor pada waktu yang sama.
7. Setiap shift, detektor logam harus diperiksa oleh QCD dan
dicatat dalam buku pemeriksaan detektor logam. Hal ini
untuk menghindarkan kesalahan pendeteksian oleh detektor
logam.
b. Produk
Produce yang di hasilkan oleh PT. Bridgestone Sumatera
Rubber Estate berdasarkan standart mutu karet olahan Standart
Indonesian Rubber (SIR). SIR digolongkan dalam 6 jenis mutu
yaitu:
22
1. SIR 3 WF (Whole Field)
2. SIR 20
SIR 3 WF dari lateks dan SIR 20 dari koagulum lateks. Untuk
memilih jenis bahan olah yang sesuai dengan rencana
produksi, produsen SIR dapat berpedoman kepada standart
bahan olah karet.
Standart Indonesia Rubber disajikan dalam bentuk bandela
dengan berat dan ukuran tertentu. Ukuran bandela SIR yang di
perdagangkan adalah panjang 675,25 mm dan lebar 35 mm,
dapat mempunyai berat sebesar 33 1/3 atau 35 kg atau sesuai
dengan permintaan pembeli.
Untuk mengetahui jenis dan karakteristik penggolongan mutu
karet olahan berdasarkan SIR, dapat dilihat pada table 2.1.
23
Jenis
Jenis mutu Persyaratan
NO mutu
Bahan SIR 3 SIR 3 L SIR 3 SIR 5 SIR 10 SIR 20
karakterteristik olah CV WF
satuan LATEKS KOAGULUM LATEKS
7 Kemantapan
Viskositas
WAST ( Skala % Max 8 - - - - -
Plastisitas
Wallace )
8 Viskositas
Monney ML - - - - - - -
( 1+4 )
9 Warna Skala
- - Max 6 - - - -
Lovibond
2. Kadar abu
Abu di dalam karet terjadi dari oksida, karbonat dan fosfat dari
kalium, magnesim, kalsium, natrium dan beberapa unsur lain dalma jumlah
yang berbeda beda. Abu dapat pula mengandung silicat yang berasal dari
karet atau benda asing yang berjmlah kandungannya berganung pada
pengolahann bahan mentah karet. Abu dari karet memberikn sedikit
gambaran mengenai jumblah bahan mineral didalam karet. Beberapa bahan
mineral di dalam karet yng meninggalkan abu dapat mengurngi sifat
24
dinamika yang unggul seperi kalor timbul dan ketahanan retak lentur dari
vulkanisat karet slam.
3. zat menguap
Zat menguap di dalam karet sebagian besar dari uap air dan sisanya
adalah zat-zat lainseperti serum yang mudah menguappada suhu 1000 c.
kadar zat menguap adalah bobot yang hilang dari potongan uji setelah
pengeringan. Adanya zat yang mudah menguap didalam karet selain dapat
menyebabkan bau busuk, memudahkan tumbuhnya jamur yang dapat
menimbulkan kesulitan dalam waktu mencapurkan bahan-bahan kimia di
dalam karet pada waktu pembuaan komponen tersebut tertama untuk
pencumpuran karbon black pada suhu rendah.
25
dan seterusnya. Syarat pengambilan contoh pandela pada PT Bridgestone
Sumatra Rubber Estate sebagi berikut:
1. Bandela yang terpilih di letatakn di atas meja yang bersih dalam
posisi mendatar dan terpendek kea rah vertical.
2. Salah satu sudut bandela di potong dengan ukuran kira-kira 5 cm x 5
cm x tebal bendela kea rah vertical.
3. Potongan yang lainnya diambil dengan cara yang sama pada sudut
berlawanan dengan arah diagonal
5 cm
5 cm
5 cm B
A B 5 cm
A 5 cm
5 cm
26
28.1.1. Bahan Baku
Bahan baku adalah semua bahan utama yang di gunakan dalam
pembuatan suatu produk dan ikut dalam proses produksi. Penggunaan bahan
baku memiliki presentase terbesar di bandingkan dengan bahan tambahan
maupun bahan penolong. Pada PT.Bridgestone Sumatra Rubber Estate
khususnya pada DX factory, bahan baku yang di gunakan terdiri dari 3 jenis,
yaitu
1. BSRE Lump
BSRE Lump merupakan bahan baku yang berasal dari
perkebunan Bridgestone Sumatera Rubber Estate. Getah karet di
tampung di dalam mangkok yang menyerupai benjolan, sehinggah
bentuk getah karet akan menyerupai mangkok.
Bahan baku yang di gunakan adalah cup lump (getah
mangkuk ). Cup lump di dapat dari kebu sendiri yang di kelolah oleh
Bridgestone Sumatera Rubber Estate. Adapun spesifikasi dari BSRE
Lump, sebagai berikut :
a. Tidak terkontamidasi dengan lumpur, batu dan kayu.
b. Tidak mengandung bahan kimia seperti TSP yang biasanya
terkadung pada pupuk karet.
c. Kandungan tatal dan daun tidak boleh lebih dari 5 helai per
bongkah.
d. Drat Rubber Content
27
c. Kandungan tatal dan daun tidak boleh lebih dari 5 helai
perbongkah
d. Dry rubber content
28
Saat ini di gunakan beberapa ukuran pallet, yaitu di tenukan oleh jumblah
bendela yang dapat di tampung di dalamnya.
29
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
30
memperhatinkan lagi mutu karet yang di hasilkan. Peralatan dan teknologi
yang di ketahui masih sangat rendah. Mutu karet yang memenuhi standart
dan memiliki harga jual yang tinggi serta memenuhi keinginan pasar rata
rata di hasilkan oleh perkebunan besar milik pemerintah dan swasta.
Pedagang karet alam beberapa tahun terakhir mengalami penurunan.
Antara lain dikarenkan munculnya saingan karet alam, yaitu karet sintetis.
Sejak PD II penetian mengenai karet sintetis di lakukan secar insentif oleh
beberapa Negara maju. Selanjutnya keret buatan yang bahan bakunya dari
lapisan lapisan minyak bumi ini di lakukan secara besar-besaran. Lambat
laun permintaan terhadap karet sintetis meningkat pesat sehingg
mengurangi permintaan karet alam. Jenis-jenis karet sintetis yang banyak di
buat di antarannya SBR (Styrene Butadiane), BR ( Cispoli Butadien), dan IR
( Cis-Poliisopren)
Beberapa hal yang dapat di lakukan untuk membantu meningkatkan
daya saing karet alam terhadap karet sintetis adalah:
- Peningktan produksi persatuan luas
- Penurunan biaya produksi
- Peningkatan mutu dan penyajian
- Pengembangan kegunaan
- Langkah-langkah promosi yang tepat
31
2. Fraksi Frey Wyssling (1-3%) : karotenoid lipida, air, karbohidrat
dan inositol, protein da turunannya.
3. Fraksi Serum (48%) : senyawa nitrogen, asam nuklead dan
nikleotida, senyawa organik, ion organic dan logam.
4. Fraksi Dasar (14%) : air, protein, dan senyawa nitrogen, karet dan
karotenoid, lipida dan ion logam.
Partikel karet di dalama lateks tidak dapat saling berdekatan, karena
masing masing partikel mempunyai muatan listrik. Ini menimbulkan gerak
brown ( dapat di lihat di bawah microscop ). Di dalam lateks, isoprene di
selaputi oleh lapisan protein sehingga partikel karet bermuatan listrik.
3.1.3. PRAKOAGULASI
Pada saat melai keluar dari pohon hingga beberapa jam lateks masih
berupa cairan, tetapi setelah kira kira 8 jam lateks mulai mengental dan
selanjudnya membentuk gumpalan karet. Penggumpalan (prakoagulasi)
dapat di bagi 2 yaitu :
1. Penggumpalan spontan
2. Penggumpalan buatan
Penggumpalan spontan biasanya di sebabkan oleh pengaruh enzim
dan bakteri, aoromanya sangat berbeda dari yang segar dan pada hari
berikutnya akan tercium bau yang busuk. Sedangkan penggumpalan buatan
biasanya di lakukan dengan penambahan asam.
Prakoagulasi terjadi karena kemantapan bagian koloidal yang
terkandng di dalam lateks berkurang. Bagian bagian koloidal ini kemudian
menggumpal menjadi satu dan membentuk komponen yang berukuran lebih
besar. Komponen koloidal yang lebih ini akan membeku. Inilah yang
menyebabkan terjadinya prakoagulasi.
Getah karet atau lateks sebenarnya merupakan suspensi koloidal dari
air dan bahan-bahan kimiayang terkandung di dalamnya. Bagian-bagian yang
terkandung tersebut tidak larut sempurna, melainkan terpencar secara
homogen atau merata di dalam air. Partikel-partikel koloidal ini sedemikian
kecil dan halusnya sehingga dapat menembus saringan.
32
Susunan bahan lateks dapat dibagi menjadi dua komponen.
Komponen pertama adalah bagian yang mendispersikan atau memancarkan
bahan-bahan yang terkandung secara merata, biasa disebut serum. Bahan-
bahan bukan karet yag larut dalam air, seperti protein, garam-garam mineral,
enzim dan lain-lain termasuk ke dalam serum. Komponen kedua adalah
bagian yang didispersikan atau dipancarkan. Komponan kedua ini terdiri dari
butir-butir karet yang dikelilingi lapisan tipis protein.
Sebenarnya sistem koloidal bisa dipertahankan agak lama sampai satu
hari lebih, sebab bagian-bagian karet yang dikelilingi oleh lapisan tipis
sejenis protein mempunyai kestabilan sendiri. Stabilisatornya adalah lapisan
protein yang mengelilingi tersebut. Dengan berkurangnya kestabilan ini
terjadilah prakoagulasi.
Penyebab terjadinya prakoagulasi antara lain sebagai berikut :
1. Penambahan asam
Penambahan asam organik ataupun anorganik mengakibatkan
turunnya pH lateks titik isoelektriknya sehingga lateks kebun
membeku (pH lateks kebun 6,9).
2. Mikroorganisme
- Lateks segar merupakan media yang baik bagi pertumbuhan
mikroorganisme, mikroorganisme banyak terdapat di
lingkungan perkebunan karet (pepohonan, udara, tanah, air atau
pada alat-alat yang digunakan).
- Mikroorganisme ini menghasilkan asam-asam yang menurunkan
pH mencapai titik isoelektrik sehingga lateks membeku serta
menimbulkan rasa bau karena terbentuknya asam-asam yang
mudah menguap (volatile fatty acid) bila banyak
mikroorganisme maka senyawa asam yang dihasilkan akan
banyak pula.
- Suhu udara yang tinggi akan lebih mengaktifkan kegiatan
bakteri, sehingga dalam penyadapan ataupun pengangkutan
diusahakan pada suhu rendah atau pagi.
33
3. Iklim
- Air hujan akan membawa Zat-zat ini akan mengkatalisis
terjadinya prakoagualasi.
- Lateks yang baru disadap juga mudah menggumpal jika terkena
sinar matahari yang terik karena kestabilan koloidnya rusak
oleh panas yang terjadi.
4. Pengangkutan
- Pengangkutan yang terlambat ataupun jarak yang jauh
menyebabkan lateks baru tiba ditempat pengolahan pada siang
hari dan sempat terkena matahari sehingga mengganggu
kestabilan lateks.
- Jalan yang buruk atau angkutan yang terguncang-guncang
mengakibatkan lateks yang diangkut terkocok-kocok secara kuat
sehingga merusak kestabilan koloid.
5. Kotoran atau bahan-bahan lain yang tercampur
- Lateks akan mengalami prakoagualasi bila dicampur dengan air
kotor, terutama air yang mengandung logam atau elektrolit.
- Prakoagualasi juga sering terjadi karena tercampurnya kotoran
atau bahan lain yang mengandung kapur atau asam.
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
prakoagualasi antara lain sebagai berikut :
1. Menjaga kebersihan alat-alat yang digunakan dalam
penyadapan, penampungan, maupun pengangkutan. Selama
pengangkutan dari kebun ke pabrik pengolahan, lateks dijaga
agar tidak mengalami banyak guncangan.
2. Mencegah pengenceran lateks dari kebun dengan air kotor,
misalnya air sungai, air saluran atau air got.
3. Memulai penyadapan pada pagi hari sebelum matahari terbit
untuk membantu agar lateks dapat sampai ke pabrik atau
tempat pengolahan sebelum udara menjadi panas.
34
Adapun langkah-langkah pencegahan diatas sudah dilakukan tetapi
hasilnya belum seperti yang diinginkan, maka zat antikoagulan dapat
digunakan. Zat antikoagulan ada beberapa macam, tetapi harus dipilih yang
paling tepat. Pilihan disesuaikan dengan kondisi lokasi, harga, kadar bahaya
zat tersebut dan yang terpenting adalah kemampuan zat tersebut dalam
mencegah prakoagualasi. Dalam pemakaiannya zat antikoagulan bisa
digabung untuk menambah daya antikoagualasinya, bisa dua macam menjadi
satu tiga macam campuran sekaligus. Berikut ini contoh beberapa
antikoagualan yang banyak dipakai di perusahaan atau tempat-tempat
pengolahan karet.
1. Soda atau natrium karbonat (Na2CO3)
Dibanding dengan zat antikoagulan yang lain, harga soda atau
natrium karbonat memang lebih murah. Karena itu soda banyak
digunakan di pabrik-pabrik pengolahan yang sederhana. Akan tetapi
zat ini tidak dianjurkan digunakan pada pabrik yang akan mengolah
lateks menjadi ribbed smoked sheets (RSS) karena sheet kering yang
dihasilkan akan bergelembung-gelembung atau bubles. Pemakaian
soda aman untuk karet yang akan diolah menjadi crepe. Dosis soda
yang digunakan adalah 5 – 10 ml larutan soda tanpa air kristal (soda
ash) 10% setiap liter lateks.
2. Amonia (NH3)
Zat antikoagulan ini termasuk yang paling banyak digunakan karena :
- Desinfektan sehingga dapat membunuh bakteri
- Bersifat basah sehingga dapat mempertahankan/menaikkan pH
lateks kebun
- Mengurangi konsentrasi logam
Lateks yang akan diolah menjadi crepe hendaknya tidak diberi
ammonia secara berlebihan karena berpengaruh terhadap warna
crepe yang jadi nantinya. Dosis ammonia yang dipakai untuk
mencegah terjadinya prakoagualasi adalah 5 – 10 ml larutan ammonia
2,5% untuk setiap liter lateks.
35
3. Formaldehid
Pemakaian formaldehid sebagai anti koagulan paling
merepotkan dibanding zat lainnya, karena :
- Kurang baik apabila digunakan di musim hujan
- Apabila disimpan zat ini akan teroksidasi menjadi asam semut
atau asam format (HCHO → HCOOH) yang dapat menyebabkan
pembekuan apabila dicampur pada lateks.
Oleh karena itu, formaldehid yang akan digunakan terlebih
dahulu harus diperiksa apakah larutan ini bereaksi asam atau
tidak, apabila bereaksi asam harus dinetralkan dengan zat yang
bersifat basah seperti soda kaustik. Setelah formaldehid bereaksi
netral baru digunakan. Dosis yang dapat dipakai adalah 5 – 10 ml
larutan dengan kadar 5% untuk setiap liter lateks yang akan
dicegah prakoagualasinya.
36
dianjurkan. Untuk mendapatkan dosis antikoagulan yang paling tepat
dapat dicoba dengan dosis rendah terlebih dahulu. Apabila belum
mencukupi, maka dosisi dinaikkan sedikit demi sedikit. Untuk
patokan dapat digunakan dosis seperti yang telah disebutkan diatas.
Zat antikoagulan harus diberikan secepat mungkin setelah lateks
disadap. Apabila mungkin penambahan antikoagulan pada mangkuk-
mangkuk penampung lateks perlu dilakukan, kecuali untuk
formaldehid. Dengan cara ini pencegahan prakoagualasi berjalan lebih
efektif. Cara ini membutuhkan tenaga kerja tambahan untuk menaruh
antikoagulan, pada setiap mangkuk pada batang karet yang disadap,
berarti juga penambahan biaya.
Beberapa perkebunan menaruh zat antikoagulan pada setiap
mangkuk batang karet yang disadap, cara ini memerlukan banyak
biaya. Untuk menghemat biaya sebagian areal karet yang letaknya
jauh dari tempat pengolahan, zat antikoagulannya ditaruh di
mangkuk. Sedangkan sebagian areal yang dekat dengan tempat
pengolahan, zat antikoagulannya ditaruh dalam ember atau tangki-
tangki penampungan. Penambahan antikoagulan pada ember atau
tangki penampungan terhitung kurang efektif. Lebih tidak efektif lagi
apabila antikoagulan ditambahkan ditempat pengolahan tetapi
maksudnya sebagai desinfektan atau pemati kuman.
Gejala-gejala prakoagualasi yang sudah muncul menunjukkan
tanda bahwa lateks harus segera diolah. Setiap penundaan akan
mengakibatkan penambahan jumlah lumps sehingga hasil pengolahan
menjadi kirang baik atau off grades dan tidak memenuhi standar
jenis-jenis baku atau standars grades.
37
3.1.4 PERBEDAAN KARET ALAM DENGAN KARET SINTETIS
Walau karet alam sekarang jumlah produksi dan konsumsinya jauh di
bawah karet sintetis atau karet buatan pabrik, tetapi sesungguhnya karet
alam belum dapat digantikan oleh karet sintetis. Bagaimanapun keunggulan
yang dimiliki karet alam sulit ditandingi oleh karet sintetis.
Adapun kelebihan-kelebihan karet alam dibanding karet sintetis
adalah :
- Memiliki daya elastis atau daya lenting sempurna
- Memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah
- Mempunyai daya arus yang tinggi
- Tidak mudah panas (low heat build up) dan
- Memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan (groove cracking
resistance)
Walaupun demikian, karet sintetis juga memiliki kelebihan, antara
lain :
- Tahan terhadap zat kimia, dan
- Harganya yang cenderung dapat dipertahankan
Bila ada pihak yang menginginkan karet sintetis dalam jumlah tertentu,
maka biasanya pengiriman atau suplai barang tersebut jarang mengalami
kesulitan. Hal seperti ini sulit diharapkan dari karet alam. Harga dan pasokan
karet alam selalu mengalami perubahan, bahkan kadang-kadang bergejolak.
Beberapa jenis ban seperti ban radial walaupun dalam pembuatannya
dicampur dengan karet sintetis, tetapi jumlah karet alam yang digunakan
tetap besar, yaitu dua kali lipat komponen karet alam untuk pembuatan ban
non-radial. Jenis-jenis ban yag besar kurang baik bila dibuat dari bahan
sintetis yang lebih banyak.. Porsi karet alam yang dibutuhkan untuk ban
berukuran besar adalah jauh lebih besar. Ban pesawat terbang bahkan dibuat
hampir semuanya dari bahan karet alam. Walaupun jumlah produksi karet
alam lebih rendah, bahkan hanya setengah dari produksi karet sintetis tetapi
sesungguhnya jumlah produksi dan konsumsi kedua jenis karet ini hampir
sama. Dua jenis karet ini sebenarnya memiliki pasar tersendiri, karet alam
38
dan karet sintetis sesungguhnya tidak saling mematikan atau bersaing
penuh. Keduanya mempunyai sifat saling melengkapi atau komplementer.
39
1. ari lateks, Ribbed Smoked Sheet (RSS) adalah jenis karet berupa
lembaran sheet yang mendapat proses pengasapan dengan baik.
2. White crepe dan pale crepe adalah jenis crepe yang berwarna putih atau
muda dan ada yang tebal dan tipis.
3. Estate brown crepe adalah jenis crepe yang berwarna cokelat dan
banyak dihasilkan oleh perkebunan-perkebunan besar stsu estate. Jenis
ini juga dibuat dari bahan yang kurang baik atau jelek seperti yang
digunakan untuk pembuatan off crepe serta dari sisa lateks, lump atau
koagulan yang berasal dari prakoagulasi, dan serap atau lateks kebun
yang sudah kering di atas bidang penyadapan.
4. Compo crepe adalah jenis crepe yang dibuat dari bahan lump, serap
pohon, potongan-potongan sisa dari RSS atau slab basah.
5. Thin brown crepe remilis adalah crepe cokelat yang tipis karena digiling
ulang.
6. Thick blanket crepe ambers adalah blanket yang tebal dan berwarna
cokelat, biasanya dibuat dari slab basah, sheet tanpa proses pengapasan
dan lump serta serap dari perkebunan atau kebun rakyat yang baik
mutunya. Scrap tanak tidak boleh digunakan.
7. Flat bark crepe adalah karet tanah atau earth rubber, yaitu jenis crepe
yang dihasilkan dari scrap karet alam yang belum diolah, termasuk scrap
tanah yang berwarna hitam.
8. Pure smoked blanket crepe adalah crepe yang diperoleh dari
penggilingan karet asap yang khusus berasal dari RSS, termasuk juga
block sheet atau sheet bongkah, atau dari sisa pemotongan RSS. Jenis
karet lain atau bahan bukan karet tidak boleh digunakan.
9. Off Crepe adalah crepe yang tidak tergolong bentuk beku atau standar.
Biasanya tidak dibuat melalui proses pembekuan langsung dari bahan lateks
yang masih segar, melainkan dari contoh-contoh RSS yang tidak bagus
penggilingannya sebelu diasapi, busa-busa d bekas air cucian yang banyak
mengandung lateks serta bahan-bahan lain yang jelek.
c. Lateks Pekat
40
Lateks pekat adalah jenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak
berbentuk lembaran atau padatan lainnya. Lateks pekat dijual di pasaran ada yang
dibuat melaui proses pendadihan atau creamed lateks dan melalui proses
pemusingan atau centrifuged lateks. Biasanya lateks pekat banyak digunakan
untuk pembuatan bahan-bahan karet yang tipis dan bermutu tinggi.
d. Karet bongkah (block rubber)
Karet bongkah adalah karet remah yang telah dikeringkan dan dikilang
menjadi bandela-bandela dengan ukuran yang telah ditentukan. Karet bongkah
ada yang berwarna muda dan setiap kelasnya mempunyai kode warna tersendiri.
e. Karet spesifikasi teknis (crumb rubber)
Karet spesifikasi teknis adalah karet alam yang dibuat khusus sehingga
terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu juga didasarkan pada sifat-sifat teknis.
Warna atau penilaian visual yang menjadi dasar penentuan golongan mutu pada
jenis karet sheet, crepe maupun lateks pekat tidak berlaku pada jenis ini.
f. Tyre Rubber
Tyre Rubber adalah bentuk lain dari karet alam yang dihasilkan sebagai
barang setengah jadi sehingga bisa langsung dipakai oleh konsumen, baik untuk
pembuatan ban atau barang yang menggunakan bahan baku karet alam lainnya.
g. Karet Reklim (Reclaimed Rubber)
Karet Reklim adalah karet yang diolah kembali dari barang-barang karet
bekas, terutama ban-ban mobil bekas dan bekas ban-ban berjalan. Karenanya
boleh dibilang karet reklim adalah suatu hasil pengolahan scrap yang sudah
divulkanisir. Biasanya karet reklim banyak dipakai sebagai bahan campuran
sebab bersifat mudah mengambil bentuk dalam acuan serta daya lekat yang
dimilikinya juga baik. Produk yang dihasilkan lebih kukuh dan tahan lama
dipakai, lebih tahan terhadap bensin atau minyak pelumas. Tetap karet reklim
kurang kenyal dan kurang tahan gesekan sesuai dengan sifatnya sebagai karet
bekas pakai.
h. Karet Sintesis dan Standar Mutunya.
Karet sintesis sebagian besar dibuat dengan mengandalkan bahan baku
minyak bumi. Biasanya karet sintesis dibuat akan memiliki sifat tersendiri yang
41
khas. Ada jenis yang tahan terhadap panas atau suhu tinggi, minyak, pengaruh
udara bahkan ada yang kedap gas.
Berdasarkan tujuan pemanfaatannya ada dua macam karet sintesis yang
dikenal, yaitu :
A. Karet sintesis untuk kegunaan umum
Karet sintesis dapat digunakan untuk berbagai keperluan, bahkan banyak
fungsi karet alam yang dapat digantikannya. Jenis-jenis karet sintesis untuk
kegunaan umum diantaranya sebagai berikut :
1. SBR (Styrene Butadiene Rubber)
Jenis SBR merupakan karet sintetsis yang paling banyak diporduksi dan
digunakan. Jenis ini memiliki ketahanan kikis yang baik dan kalor atau panas
yang ditimbulkan juga rendah. Namun SBR yang tidak diberi tambahan bahan
penguat memiliki kekuatan yang lebih rendah dibandingkan vulkanisir karet alam.
2. BR (Butadiene Rubber)
Dibanding dengan SBR, karet jenis BR lebih lemah. Daya lekat lebih
rendah, dan pengolahannya juga tergolong sulit. Karet jenis ini jarang digunakan
tersendiri. Untuk membuat suatu barang biasanya BR dicampur dengan karet alam
atau SBR.
3. IR (Isoprene Rubber) atau Polyisoprene Rubber
Jenis karet ini mirip dengan karet alam karena sama-sama merupakan
polimer isoprene. Dapat dikatakan bahwa sifat IR yang mirip sekali dengan karet
alam, walaupun tidak secara keseluruhan. Jenis IR memiliki kelebihan lain
dibanding karet alam yaitu lebih murni dalam bahan dan viskositasnya lebih
mantap.
42
1. IIR (Isobutene Isoprene Rubber)
IIR sering dibuat butyl rubber dan hanya mempunyai sedikit ikatan
rangkap sehingga membuatnya tahan terhadap pengaruh oksigen dan ozon.
IIR juga terkenal karena kedap asap. Dalam proses vulkanisirnya, jenis IIR
lambat matang sehingga memerlukan bahan pemercepat dan belerang.
Akibatnya jeleknya IIR tidak baik dicampur dengan karet alam atau karet
sintesis lainnya bila akan diolah menjadi suatu barang. IIR yang divulkanisir
dengan damar fenolik menjadikan bahan tahan terhadap suhu tinggi serta
proses pelapukan/penuaan.
2. NBR (Nytrile Butadiene Rubber) atau Acrilonytryle Buatadiene Rubber
NBR adalah karet sintesis untuk kegunaan khusus yang paling banyak
dibutuhkan. Sifatnya yang sangat baik adalah tahan terhadapp minyak. Sifat
ini disebabkan oleh adanya kandungan akrilonitril didalamnya. Semakin besar
kandungan akrilonitril yang dimiliki maka daya tahan terhadap minyak,
lemak dan bensin semakin tinggi tetapi elastisitasnya semakin berkurang.
Kelemahan NBR adalah sulit untuk diplastisasi. Cara mengatasinya
dengan memilih NBR yang memiliki viskositas awal yang sesuai dengan
keinginan. NBR memerlukan pula penambahan bahan penguat serta bahan
pelunak senyawa ester.
3. CR (Chloroprene Rubber)
CR memiliki ketahanan terhadap minyak tetapi dibandingkan dengan
NBR ketahanannya masih kalah. CR juga memiliki daya tahan terhadap
pengaruh oksigen dan ozon di udara, bahkan juga terhadap panas atau nyala
api. Pembuatan karet sintesis CR tidak divulkanisir dengan belerang
melainkan menggunakan magnesium oksida, seng oksida dan bahan
pemercepat tertentu. Minyak bahan pelunak ditambahkan ke dalam CR untuk
proses pengolahan yang baik.
4. EPR (Ethylene Propylene Rubber)
Ethylene Propylene Rubber sering disebut EPDM karena tidak hanya
menggunakan monomer etilen dan propilen pada proses polimerisasinya
melainkan juga monomer ketiga atau EPDM. Pada proses vulkanisasinya
dapat ditambahkan belerang. Adapun bahan pengisi dan bahan pelunak yang
43
ditambahkan tidak memberikan pengaruh terhadap daya tahan. Keunggulan
yang dimiliki EPR adalah ketahanannya terhadap sinar matahari, ozon serta
pengaruh unsur cuaca lainnya. Sedangkan kelemahannya pada daya lekat
yang rendah.
44
BAB IV
HASIL KERJA PRAKTEK LAPANGAN
4.1. MAINTENANCE
Maintenance pada PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate bekerja setiap
hari untuk memastikan keadaan mesin yang digunakan dalam kondisi baik, pihak
maintenance juga bekerja di hari libur jika terjadi kerusakan mesin pada pabrik
atau melakukan service yang dilakukan setiap minggunya.Pekerja maintenance
hanya bekerja mulai pukul 07.00 – 16.30 Wib mereka tidak ikut dalam shift siang
ataupun malam.Tapi apabila terjadi kerusakan yang terjadi pada pabrik pihak
maintenance siap melakukan perbaikan pada pabrik.Pekerja maintenance juga
diwajibkan pada saat bekerja harus safety dalam bekerja untuk menghindari
kecelakaan pada saat melakukaan pekerjaan yang dikerjakan.Pihak maintenance
memiliki pekerja-pekerja yang sudah menguasai di bidangnya masing-masing
seperti :
- Membubut
- Mengelas
- Memotong
Maintenance PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate memiliki 2 jenis
maintenance :
1. Maintenance General Work Shop
2. Maintenance Factory
45
- Mesin scrub
- Mesin plasma cutter
- Mesin frais
- Elpiji blander
- Mesin hackking shaw
- Travo las
- Kompresor
2. Maintenance Factory
Maintenance Factory ini yaitu maintenance yang dilakukan langsung di
lingkungan pabrik atau proses produksi. Contoh maintenance pada Factory
yaitu : Penggantian Scroll, Die Plate, Pispot, belt, mata pisau (cutter), dll.
Adapun kegiatan maintenance yang dilakukan di factory seperti perbaikan
yaitu : pengelasan elevator pada setiap mesin yang apabila bucket nya
putus/patah ataupun sudah tidak duduk pada dudukannya.
46
MESIN DAN PERALATAN 4.2.
Sche
dule
Mai
Sumb
nten er :
PT .Br
ance
idgest
Di one
Suma
Pabr tra
ik Rubb
er
DX EStat
e
Fact
ory
Mesin merupakan peralatan produksi yang memerlukan penggerak. Untuk
melakukan proses produksi pengolahan karet, PT. Bridgestone Sumatera Rubber
Estate mempunyai mesin sebagai berikut :
1. Nama Mesin : Drag Conveyer
Fungsi Mesin : Mentrasfer bahan baku ke proses
selanjutnya
Model : Portable Twin Chain
Panjang : 6000mm
Lebar : 750mm
Kapasitas : 6 Ton/hr
Kecepatan :0,13m/dt
Diameter : 1400 mm
Panjang : 2800 mm
Bahan : Mild steel plate 12 mm
Kapasitas : 2,5 ton
b. Preacleaning
Adapun tahap-tahap proses mesin Preacleaning adalah sebagai
berikut :
1) Bahan baku diangkat dengan menggunakan Belt Conveyer ke mesin
slab cutter.
2) Pemotongan Bahan (Slab Cutter)
Memotong bahan baku menjadi ukuran yang lebih kecil dengan
menggunakan Slab Cutter.
3) Pencucian Bahan (Washing Setting Tank I)
Bahan yang telah diptong dari Slab Cutter masuk kedalam tangki yang
berisi air untuk mencuci bahan dari pengaruh kontaminasi dan arus air yang
mengalir bak pencucian yang membawa bahan baku ke bucket conveyor
menuju pre breaker.
4) Mencincang Bahan (Pre Breaker)
Pada Pre Beaker dilakukan pencincangan bahan menjadi ukuran
bahan yang lebih kecil/halus yang akan dibawa menggunakan Bucket
Conveyer menuju Washing SettingTank 2
5) Pencucian Bahan (Washing Setting Tank 2)
Pada proses ini bahan baku kembali akan mengalami proses
pencucian .
6) Mencincang Bahan (Hammer Mill)
Setelah bahan dicuci pada tahap kedua,lalu bahan dicincang kembali
menjadi ukuran yang lebih kecil dengan menggunakan Hammer Mill. Hasil
yang diperoleh dari proses pencincangan ini,akan ditampung didalam sebuah
tangki besar dan kemudian diangkut dengan menggunakan truk ketempat
penampungan (BIN).
c. Maturasi
Maturasi merupakan cara yang digunakan untuk proses pengeringan
pada periode yang ditentukan agar kadar kering bahan baku semakin tinggi
sebelum diolah. Pada proses maturasi ini bahan baku dijemur di area BIN
untuk mendapatkan kadar karet kering sebesar 75%-80%. Selama proses
maturasi petugas Quality Control akan mengambil sampel untuk menguji Dry
Rubber Content (DRC). Nilai dari DRC akan menentukan kelayakan bahan
baku yang akan diproses.
Finishing product
1) Penimbangan
Lalu bale tersebut ditimbang sebanyak 35 kg. 1 bale = 35 kg, dan 1
pallet =36 bale.
2) Pengambilan sampel
Sampel diambil setiap sembilan bandela (yaitu 4 sampel per pallet).
Sampel diambil dari setiap sudut secara berlawanan secara
diagonal.Sampel yang diambil dari sekitar 300 – 400 gram sampel.
Sampel diberi label , dibungkus dan dikirim untuk dianalisis oleh
petugas QCD. Bandela kemudian dipotong dua setiap 6 bandela,
secara visual diperiksa untuk memeriksa white spot dan kontaminasi.
Bandela dibungkus dengan kriteria produk yang dihasilkan.
3) Pengepresan
Setelah itu, dilakukan proses pengepresan untuk memadatkan bale.
Penimpaan pallet dilakukan dengan menggunakan batu penimpa.
Sebelum ditimpa pallet terlebih dahulu dilapisi dengan plastik alas.
Penimpaan pallet dengan batu ini dilakukan selama 4 jam.
4) Deteksi Logam
Bale hal yang telah dipress, dilewatkan melalui mesin detektor yang
bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya logam yang terdapat pada
bale.
5) Pengemasan
Setelah bale dideteksi, bele dikemas dengan plastik dan disusun
dalam 1 pallet dan dikirim ke gudang penyimpanan untuk dilakukan
proses packing.
a. Pengecekan
Forklift diperiksa sebelum melakukan aktifitasnya.
b. Penyortiran Metal Box
-Pemeriksaan metal box yang layak dan tidak untuk kemasan.
-Membersihkan kaki metal box yang ada kontaminan.
c. Pendistribusian Metal box yang bagus ke pabrik
-Pentransferan Metal Box kosong ke masing – masing pabrik.
-Metal Box dilapisi dengan Top Layer sebagai tempat untuk
menyimpan pallet.
d. Pentransferan Pallet dari Pabrik (Ready Process)
-Pallet – Pallet dari masing – masing dilangsir ke gudang.
-Pallet dicheck dan ditimpa dengan batu penimpa untuk
merapatkan palletmetal box agar mudah dan rapi.
e. Pengepakan (Pengemasan) pallet
-Pallet dikemas dengan alat pengepak yang berupa
plastik(Cover).
-Plastik (Cover) direkatkan dengan pada metal box dengan
menggunakaniShrink Gun.
-pengecekan ulang label marking dengan deklarasi terakhir
diterima.
f. Penimpaan dan Penyusunan Pallet Ready Export
-Pallet selesai dikemas,ditimpa dan disusun dengan teratur di
dalam gudang.
-Formasi susunan pallet 1 – 24 untuk baris 1 dan 25 – 48 baris
kedua.
g. Pengiriman Pallet
-Pengiriman berdasarkan DO dan raffik
-Pemeriksaan label marketing.
-Pemeriksaan air di pallet dengan kertas test.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari kerja praktek di
PT.Bridgestone sumatra Rubber Estate(PT.BSRE)Dolok Merangir –
serbelawan adalah:
5.2 SARAN
Adapun saran yang dapat diberikan dari kerja Praktek untuk PT.
Bridgestone Sumatra Rubber Estate (PT. BSRE) Dolok Merangir – Serbelawan
Adalah:
DAFTAR PUSTAKA
London.
TAHUN 2019
Fakultas : TEKNIK
Catatan :
1. Nilai Dibuat dalam angka 0 s/d 100
2. Nilai KKU merupakan jumlah Bobot (B) X Nilai (N)
Pembimbing Materi I
TAHUN 2019
Fakultas : TEKNIK
Catatan :
1. Nilai Dibuat dalam angka 0 s/d 100
2. Nilai KKU merupakan jumlah Bobot (B) X Nilai (N)
Pembimbing Materi I
TAHUN 2019
Fakultas : TEKNIK
Catatan :
1. Nilai Dibuat dalam angka 0 s/d 100
2. Nilai KKU merupakan jumlah Bobot (B) X Nilai (N)
Pembimbing Materi I
TAHUN 2019
Fakultas : TEKNIK
Catatan :
1. Nilai Dibuat dalam angka 0 s/d 100
2. Nilai KKU merupakan jumlah Bobot (B) X Nilai (N)
Pembimbing Materi I
TAHUN 2019
Fakultas : TEKNIK
Catatan :
1. Nilai Dibuat dalam angka 0 s/d 100
2. Nilai KKU merupakan jumlah Bobot (B) X Nilai (N)
Pembimbing Materi I
TAHUN 2019
Fakultas : TEKNIK
Catatan :
1. Nilai Dibuat dalam angka 0 s/d 100
2. Nilai KKU merupakan jumlah Bobot (B) X Nilai (N)
Pembimbing Materi I
TAHUN 2019
Fakultas : TEKNIK
Catatan :
1. Nilai Dibuat dalam angka 0 s/d 100
2. Nilai KKU merupakan jumlah Bobot (B) X Nilai (N)
Pembimbing Materi I
KEGIATAN HARIAN
PELAKSANAAN KULIAH KERJA USAHA
UNIVERSITAS SIMALUNGUN
TAHUN 2019
PT.BRIDGESTONE SUMATRA RUBBER ESTATE
Nama :
Melakukan
perbaikan/service pada
1 Agustus 2019 mesin Driyer secara
-
NB2/POM berkala agar produksi
15 Agustus 2019
yang dihasilkan bisa
menghasilkan yang lebih
baik
Pembimbing Materi I
Fakultas : TEKNIK
4 Penggunaan bahasa 84
Jumlah 420
Rata-rata 84
Catatan :
Dosen Pembimbing
Drs.Rustam Sinaga,Msi
NIDN.0015085502
Fakultas : TEKNIK
4 Penggunaan bahasa 84
Jumlah 420
Rata-rata 84
Catatan :
Dosen Pembimbing
Drs.Rustam Sinaga,Msi
NIDN.0015085502
Fakultas : TEKNIK
4 Penggunaan bahasa 84
Jumlah 420
Rata-rata 84
Catatan :
Dosen Pembimbing
Drs.Rustam Sinaga,Msi
NIDN.0015085502
Fakultas : TEKNIK
4 Penggunaan bahasa 84
Jumlah 420
Rata-rata 84
Catatan :
Dosen Pembimbing
Drs.Rustam Sinaga,Msi
NIDN.0015085502
Fakultas : TEKNIK
4 Penggunaan bahasa 84
Jumlah 420
Rata-rata 84
Catatan :
Dosen Pembimbing
Drs.Rustam Sinaga,Msi
NIDN.0015085502
Fakultas : TEKNIK
4 Penggunaan bahasa 84
Jumlah 420
Rata-rata 84
Catatan :
Dosen Pembimbing
Drs.Rustam Sinaga,Msi
NIDN.0015085502
Fakultas : TEKNIK
4 Penggunaan bahasa 84
Jumlah 420
Rata-rata 84
Catatan :
Dosen Pembimbing
Drs.Rustam Sinaga,Msi
NIDN.0015085502