OLEH :
Mengetahui
Ka. Prodi Teknik Ekplorasi Produksi Migas
Roni Alida, ST
i
LEMBAR KETERANGAN TELAH MELAKSANAKAN UJIAN PKL DARI
TIM PENGUJI DAN KETUA PROGRAM STUDI
Disusun oleh :
Tim Penguji :
Roni Alida, ST
ii
KATA PENGANTAR
iii
Laporan Praktik Kerja Lapangan ini. Semoga Laporan Praktik Kerja Lapangan ini
dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi rekan-rekan
sekalian serta bagi Program Studi Teknik Eksplorasi Produksi Migas Politeknik
Akamigas Palembang.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
3.9. Urutan Kegiatan Squeeze Cementing Pada Layer P2a di Sumur
IA ............................................................................................. 37
BAB IV PENUTUP ....................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 39
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I ...................................................................................................... 39
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
diproduksikan lagi kemungkinan dapat menjadi kandidat sumur injeksi dengan
memperhatikan aspek-aspek yang dapat menentukan keberhasilan sumur tersebut
menjadi sumur injeksi.
Untuk itu dilakukan re-komplesi pada program kerja ulang pindah lapisan
yaitu dilakukannya kegiatan squezee cementing yang bertujuan untuk menutup
zona perforasi pada lapisan yang sudah tidak produktif lagi. Setelah itu dilakukan
perforasi pada zona baru. Squeeze cementing secara umum dapat dikatakan
sebagai suatu proses dimana bubur semen (cement slurry) didorong dengan
tekanan yang diizinkan sampai pada titik tertentu dengan tujuan nantinya slurry
akan menempati zona yang akan di squeeze. Slurry yang di squeeze ke zona
perforasi akan mengeras dan menambal daerah tersebut
2
3. Mahasiswa dapat memahami perbedaan antara teori yang ada di bangku
kuliah dengan keadaan sebenarnya yang ada dilapangan.
3
BAB II
TINJAUAN UMUM
4
persetujuan untuk merubah bidang usaha PTSI yang pada awalnya merupakan
perusahaan di bidang eksplorasi, produksi dan penyulingan menjadi perusahaan di
bidang eksplorasi dan produksi saja.
Pada Tahun 1980 dilakukan perluasan eksplorasi di daerah Bungur
Kabupaten Musi Rawas dan Sukaraja Muara Enim. Usaha untuk meningkatkan
jumlah produksi juga terus dilakukan pada Tahun 1981 dengan melakukan
pemboran di beberapa daerah bagi hasil yaitu Tabunan, Marga Rimba Asam
Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Musi Banyasin.
Berdasarkan pasal 3 kontrak karya dan Undang-Undang No.14 tahun 1963
pada tanggal 28 November 1983, pengoperasian dan pengolahan lapangan minyak
“ old area”, Pendopo diserahkan kepada PT PERTAMINA setelah lebih dari
setengah abad dikelolah oleh pihak asing. Dalam pengelolaannya dipimpin oleh
kepala Lapangan Pendopo yang berkantor di Pendopo dan merupakan bagian dari
Pertamina UEP II Sumbangsel yang berkantor di Plaju.
Pada Tanggal 16 September 1993 struktur pengelolaan milik beberapa
pengusaha migas di Pendopo diserahkan kepada PT. Ustraindo dalam
bentuk Technical Asistance contrac (TAC). Struktur yang dikelola PT. Ustraindo
diantaranya Jirak, Betung, Sukaraja dan Talang Akar. Pada bulan September 1995
pengelolaannya dikembalikan kepada PT. PERTAMINA dalam bentuk organisasi
“Asset Prabumulih Barat”. Bulan April 2002 terjadi perubahan organisasi menjadi
“Area Operasi Barat” dan sekarang menjadi “PT Pertamina EP Asset 2, Field
Pendopo”.
Secara umum daerah cekungan Sumatera Selatan dapat dibagi menjadi tiga
cekungan, yaitu :
1. Cekungan Jambi daerah Palembang bagian Utara.
2. Cekungan Palembang Tengah termasuk Lapangan Pendopo.
3. Cekungan Palembang bagian Selatan.
4. Cekungan – cekungan tersebut sebagian besar dibatasi oleh sesar Lematang,
sesar Muara Tembesi, dan sesar di daerah bukit Pendopo Desa Talang Jawa.
5
2.2. Stratigrafi Regional Sumatera Selatan
Stratigrafi umum Cekungan Sumatera adalah sebagai berikut :
1. Batuan Pra Tersier.
Batuan pra tersier granit granodiorit, berwarna merah muda, cristalin,
mineral : kuarsa, ortoklas, plagioklas, hornblende, mika.
2. Formasi Lahat/Formasi Lemat (LAF)
Tersusun atas batuan vulkanik tufan (putih hijau muda, kristalin, lithik grain
sebagai fragment) di bagian atas dan siltstone greywacke di bagian bawah,
selang seling batu lempung. Formasi ini diendapkan pada oligosen.
3. Formasi Talang Akar (TAF)
Terdiri dari batupasir dan lempung dengan sisipan batu garam. TAF
diendapkan pada oligosen akhir-miosen awal bagian bawah di lingkungan
transisi.
4. Formasi Baturaja (BRF)
Tersusun dari batu gamping, di beberapa tempat berkembang sebagai
karbonat build up. Pada bawah tersusun atas bioklastik wackestone bersifat
relatif tight, sedangkan bagian atas tersusun atas batu gamping chalky dengan
plentik dan lentik foram. BRF diendapkan selaras di atas TAF pada miosen
awal bagian bawah di lingkungan laut dangkal.
5. Formasi Gumai (GUF)
Berdasarkan ciri lithologi formasi ini dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian
atas didominasi oleh serpih dan batu lempung, sedangkan bagian bawah
didominasi oleh serpih dengan sisipan batupasir, batu lanau, napal dan batu
gamping. GUF diendapkan selaras di atas BRF pada miosen awal bagian
tengah-miosen tengah bagian bawah.
6. Formasi Air Benakat (ABF)
Secara umum dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian atas
didominasi batuan lempung, sisipan pasir dan batu lanau, sedangkan di
bagian bawah didominasi oleh perlapisan batupasir, batu lanau,dengan sisipan
serpih dan batu lempung. ABF diendapkan di atas GUF pada miosen tengah
bagian bawah di lingkungan neritik tepi-litoral.
6
7. Formasi Muara Enim (MEF)
Tersusun atas perlapisan batubara, batu lempung, dengan sisipan batupasir
dan batu lanau, MEF diendapkan selaras diatas ABF pada miosen akhir di
lingkungan lotoral-barat (deltaic).
8. Formasi Tuff Kasai (KAF)
Tersusun atas batu pasir dan lempung serta bersifat tufan KAF diendapkan
tidak selaras dengan MEF.
Untuk Pertamina EP Asset 2 Field Pendopo terletak di Formasi Baturaja.
Tersusun dari batu gamping, di beberapa tempat berkembang sebagai karbonat
build up. Pada bawah tersusun atas bioklastik wackestone bersifat relatif tight,
sedangkan bagian atas tersusun atas batu gamping chalky dengan plentik dan
lentik foram. BRF diendapkan selaras di atas TAF pada miosen awal bagian
bawah di lingkungan laut dangkal. Untuk lebih lengkapnya Stratigrafi Sumatera
Selatan dapat dilihat pada Gambar 2.1.
7
(Sumber : StatigrafiSumsel.wordpress.com)
Gambar 2.1 Stratigrafi Regional Sumatera Selatan
8
1. Kabupaten Muara Enim (Timur)
2. Kabupaten Musi Rawas (Barat & Selatan)
3. Kabupaten Musi Banyuasin (Utara)
4. Kabupaten Pali (Pusat)
5. Kotamadya Palembang (Metering Station)
6. Kabupaten Ogan Ilir (Jalur Pipa)
9
2. Struktur Betung, yang memiliki 10 sumur aktif yang diantaranya terdiri dari
10 Sumur Natural Flow (NF) dan tidak terdapat sumur injeksi, rata-rata
produksi sebanyak 14,4 BOPD dan 17,77 MMSCFD.
3. Struktur Jirak, yang memiliki jumlah sumur paling banyak di Field Pendopo
yaitu sebanyak 41 sumur, yang terdiri dari 26 sumur menggunakan Sucker
Rod Pump (SRP) dan 7 sumur menggunakan Electric Submersible Pump
(ESP), rata-rata produksi sebanyak 888 BOPD dan tidak ada produksi gas.
4. Musi Barat, yang memiliki 22 sumur dan terdiri dari 22 sumur Natural Flow
(NF), rata-rata produksi sebanyak 100,86 MMSCFD tidak ada produksi
minyak.
5. Musi Timur, yang memiliki 30 sumur dan terdiri dari 28 sumur Natural
Flow dan 2 sumur menggunakan Hydraulic Pump Unit (HPU), rata-rata
produksi sebanyak 338 BOPD dan 149,33 MMSCFD.
6. Sopa, yang memiliki 12 sumur dan terdiri dari 2 sumur menggunakan
Sucker Rod Pump (SRP) dan 10 sumur menggunakan Electric Submersible
Pump (ESP), rata-rata produksi sebanyak 1012 BOPD dan 7,82 MMSCFD.
10
Tabel 2.1 Jumlah Sumur yang Berproduksi di Tiap Area
TOTAL RATA2
STRUKTUR PRODUKSI SUSPEND ABANDON
SUMUR PRODUKSI
MINYAK GAS
NF HPU SRP ESP
( BOPD ) (MMSCFD)
JIRAK 0 8 26 7 4 42 87 888 0
MUSI
22 0 0 0 0 4 26 0 100.86
BARAT
MUSI
28 2 0 0 0 6 38 338 149.33
TIMUR
11
Tata Nilai Perusahaan
Dalam mencapai visi dan misinya, PT Pertamina Asset 2 Field Pendopo
berkomitmen untuk menerapkan tata nilai atau yang sering disebut dengan
6C, yaitu sebagai berikut :
1. Clean (Bersih)
Dikelola secara professional mehindari benturan kepentingan, tidak
menoleransi suap, menjunjng tinggi kepercayaan dan integritas. Berpedoman
pada asas-asas tata kelola korperasi yang baik
2. Competive ( Kompetif )
Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional, mendorong
pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar biaya dan
menghargai kinerja.
3. Confident (Percaya Diri)
Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam
reformasi BUMN dan membangun kebanggaan bangsa.
4. Customer Focused ( Fokus pada Pelanggan )
Berorientasi pada kepentingan pelanggan dan berkomitmen untuk
memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.
5. Commercial (Komersial)
Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil keputusan
berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.
6. Capable (Berkemampuan)
Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang professional dan memiliki talenta
dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan
riset dan pengembangan
12
wilayah Kabupaten Musi Banyuasin, Sopa dan Musi termasuk wilayah Kabupaten
Musi Rawas. Sedangkan Talang Akar dan Pendopo termasuk wilayah Kabupaten
Muara Enim.
Di samping itu Area Operasi Barat juga bertanggung jawab terhadap
kelancaran pasokan minyak mentah ke kilang minyak di Sungai Gerong, batas
wewenangnya yaitu di KM 3 Plaju Kotamadya Palembang. Ketiga wilayah
operasi lapangan Pendopo ini termasuk ke dalam cekungan Sumatera Selatan
bagian tengah. Sebelah barat cekungan ini berbatasan dengan Bukit Barisan.
Sebelah selatan berbatasan dengan Tinggian Lampung, sebelah timur berbatasan
dengan Paparan Sunda. PT Pertamina EP Asset 2 Field Pendopo terletak di
Sumatera Selatan, khususnya di Kabupaten Pali Jalan Lintas Sumatera Pendopo-
Palembang. Jarak dari Kota Palembang ke PT Pertamina EP Asset 2 Field
Pendopo sejauh 160 km membutuhkan waktu 3 jam 55 menit dengan
menggunakan kendaraan roda 4 atau roda 2, dapat dilihat pada gambar 2.3.
(Sumber : https://www.google.co.id/gambar-peta-sumatera.)
Gambar 2.3 Lokasi Praktik Kerja Lapangan
13
2.7. Peraturan Keselamatan Kerja
Aspek K3 merupakan peraturan PT Pertamina EP Asset 2 Field Pendopo
dalam melaksanakan kegiatan usahanya akan melindungi karyawan, baik pekerja
tetap maupun pekerja kontrak, rekanan masyarakat umum, lingkungan, serta pihak
lain yang terkait, sehingga tidak ada satupun kegiatan usaha tanpa pertimbangan
keselamatan, kesehatan kerja dan kelestarian lingkungan hidup.
Peraturan keselamatan kerja PT Pertamina EP Asset 2 Field Pendopo
adalah salah satu aturan yang dapat digunakan sebagai panduan untuk menetapkan
standar-standar yang tinggi dalam bidang keselamatan, kesehatan kerja dan
kelestarian lingkungan hidup pada setiap kegiatan operasi.
Diharapkan semua karyawan secara aktif mempelajari peraturan
keselamatan kerja guna meningkatkan pengetahuan serta kinerja dalam bidang K3
dan kelestarian lingkungan hidup.
Ada tiga kebijakan yang ditetapkan di PT Pertamina EP Asset 2 Field
Pendopo, yaitu sebagai berikut :
1. Kebijakan mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Merupakan kebijakan perusahaan untuk selalu melaksanakan kegiatan
operasinya secara aman, selamat dan sehat demi melindungi seluruh pekerja
(baik pekerja tetap maupun pekerja kontrak), rekanan, masyarakat umum,
lingkungan serta pihak lain yang terkait atas bahaya-bahaya yang doakibatkan
oleh kegiatan yang sedemikian penting dan mendesak sehingga dapat
mengabaikan pertimbangan akan keselamatan dan kesehatan kerja.
Dalam mencapai tujuan tersebut, perusahaan menuntut peran aktif dari
setiap pekerja. Sehubung dengan hal tersebut, perusahaan berkomitmen untuk :
1) Mematuhi dan melaksanakan semua hukum dan peraturan secara standar
industri yang mengatur tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
2) Melaksanakan identifikasi resiko, guna menghilangkan atau mengelola
resiko K3 sehubungan dengan kegiatannya.
3) Membuat rancang bangaun fasilitas menurut standar industri serta
memastikan bahwa semua fasilitas dioperasikan dengan mematuhi standar
tersebut.
14
4) Memberikan pelatihan bagi seluruh pekerja di setiap unit kerja tentang
bagaimana cara melaksanakan pekerjaan dengan aman dan selamat serta
memberikan pembinaan untuk meningkatkan kesadaran akan hak,
kewajiban dan tanggung jawab pekerja terhadap aspek K3.
5) Melakukan pengolaan bahan berbahaya dan beracun (B3) serta limbah B3,
sehingga aman bagi pekerja, fasilitas dan lingkungan serta mencegah
timbulnya penyakit akibat kerja.
6) Melakukan upaya-upaya pencegahan kecelakaan dan melakukan tindakan-
tindakan segera dalam penanggulangan kecelakaan atau keadaan darurat
yang terjadi pada kegiatan operasinya dengan mengutamakan keselamatan
manusia.
7) Melaksanakan pengkajian terhadap kegiatan operasinya untuk mengukur
dan memastikan kepatuhan terhadap kebijakan ini.
8) Mendorong dan bekerjasama dengan pemerintah atau pihak berwenang
lainnya dalam mengembangkan hukum dan peraturan yang dibutuhkan.
9) Melakukan upaya-upaya perbaikan secara berkesinambungan untuk
meningkatkan kinerja di bidang K3.
15
4) Melakukan pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3) serta limbah
B3 sehingga aman bagi manusia, makhluk hidup lainnya dan lingkungan
hidup.
5) Melakukan upaya-upaya pencegahan insiden dan melakukan tindakan-
tindakan segera dalam penanggulangan insiden atau keadaan darurat yang
terjadi pada kegiatan operasi yang dapat menyebabkan dampak negatif
bagi manusia dan lingkungan hidup sekitar.
6) Membangun dan membina komunikasi dengan masyarakat dan pihak
berkepentingan dalam hal pengelolaan lingkungan hidup.
7) Melaksanakan pengkajian terhadap kegiatan operasinya untuk mengukur
dan memastikan kebutuhan terhadap kebijakan ini.
8) Mendorong dan bekerjasama dengan pemerintah atau pihak berwenang
lainnya dalam mengembangkan hukum dan peraturan yang dibutuhkan.
9) Melakukan upaya-upaya perbaikan secara berkesinambungan untuk
meningkatkan kinerja di bidang lingkungan hidup.
16
3) Memberikan sanksi tegas pada pekerja yang terbukti melakukan
pelanggaran terhadap hukum dan peraturan yang mengatur tentang
pengguna alkohol dan atau NAPZA.
4) Berkoordinasi secara berkala dengan instansi yang terkait guna
memberikan penyeluhan dan pemahaman pada para pekerja tentang
potensi bahaya dan atau NAPZA sehingga tercipta lingkungan kerja yang
bebas penyalahgunaan Alkohol dan atau NAPZA.
17
5. Operation Planning, merupakan departemen yang berfungsi untuk
menentukan jadwal-jadwal atau schedule yang akan dilakukan untuk
operasi kerja yang bertujuan untuk mengkoordinir setiap kegiatan yang
ada di Field pendopo.
6. Legal & Relationship, merupakan departemen yang berfungsi untuk
mengatur persyaratan UU untuk melakukan kegiatan operasional kerja di
bidang migas dan bertanggung jawab untuk menjalin hubungan sosial
antar sesama untuk membangun kerjasama di wilayah operasional.
7. Supply chain Management (SCM), merupakan departemen yang mengatur
supply agar dapat melakukan kegiatan di area operasional dan juga
mengatur untuk ketersediaan peralatan yang akan digunakan dalam suatu
pekerjaan tanpa terkecuali.
8. Human Resources Departement, merupakan departemen yang
bertanggung jawab untuk semua berkas-berkas yang masuk kedalam
perusahaan, seperti Proposal PKL/TA dan surat lamaran kerja.
9. Information Communication Technology (ICT), merupakan departemen
yang berfungsi untuk mencari informasi tentang dunia migas ataupun
teknologi-teknologi yang terbaru yang digunakan pada dunia migas.
Dalam melakukan aktivitasnya, Field Manager dibantu oleh seorang
Kepala HSE dan sekretaris. Pada saat penulis melakukan Praktek Kerja
Lapangan Penulis ditempatkan di bagian Work Over and Well Service Dan untuk
lebih jelasnya struktur organisasi PT Pertamina EP Asset 2 Field Pendopo dapat
dilihat pada gambar 2.4.
18
PENDOPO
FIELD
MANAGER CORE
FUNCTIONS
SUPPORTING
FUNCTION
19
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
3.2 Penyemenan
Penyemenan (Cementing) adalah proses pendorongan bubur cement ke
dalam casing naik ke annulus yang kemudian didiamkan sampai cement tersebut
mengeras sehingga mempunyai sifat melekat dengan baik terhadap
casing maupun formasi.
Pada umumnya operasi penyemenan bertujuan untuk melekatkan casing
pada dinding lubang sumur, melindungi casing dari masalah masalah mekanis
sewaktu operasi pemboran (seperti getaran), melindungi casing dari fluida formasi
yang bersifat korosi dan untuk memisahkan zona yang satu terhadap zona yang
lain di belakang casing.Menurut alasan dan tujuannya, penyemenan dapat dibagi
dua, yaitu penyemenan utama (primary cementing) dan penyemenan kedua atau
penyemenan perbaikan (secondary cementing atau Remedial Cementing
(penyemenan kedua atau penyemenan perbaikan).
Primary Cementing adalah penyemenan pertama kali yang dilakukan
setelah casing diturunkan ke dalam sumur. sedangkan secondary cementing
adalah penyemenan ulang untuk menyempurnakan primary cementing atau
memperbaiki penyemenan yang rusak.
20
3.3. Teknik Penyemenan
Terdapat beberapa system dalam penyemenan utama dan itu semua
tergantung kondisi dan jenis casing yang akan disemen. Secara umum
penyemenan dibedakan menjadi dua jenis penyemenan yaitu :
3.3.1. Primary Cementing
Primary cementing adalah proses penyemenan yang dilakukan pertama
kali setelah casing di turunkan ke dalam lubang bor. Penyemenan casing pada
dinding lubang sumur dipengaruhi oleh jenis casing yang akan disemen.
3.3.2. Secondary Cementing atau Remedial Cementing
Setelah operasi khusus semen dilakukan, seperti Cement Bond Logging
(CBL) dan Variable Density Logging (VDL). Kemudian di dapati kurang
sempurnanya atau adanya kerusakan pada primary cementing, maka dilakukanlah
secondary cementing.
Secondary cementing dilakukan juga apabila pengeboran gagal
mendapatkan minyak dan menutup kembali zona produksi yang di perforasi.
Secondary cementing dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu : squeeze cementing,
Re-sementing dan Plug-back cementing.
1. Squeeze cementing
Semen desak, yaitu bubur semen dipompakan sampai ke kedalaman
tertentu lalu ditekan agar masuk ke dalam lubang perforasi. Tujuannya untuk
memperbaiki bonding (ikatan semen di belakang casing) atau untuk menutup
perforasi yang akan ditinggalkan. Dalam proses pengeboran ataupun penyelesaian
sumur semen desak ini dilaksanakan antara lain dengan tujuan :
a. Menutup formasi yang sudah tidak lagi produktif.
b. Menutup zona lost circulation.
c. Memperbaiki kebocoran yang terjadi di casing.
2. Re-cementing
Re-cementing dilakukan untuk menyempurnakan primary cementing yang
gagal dan untuk memperluas perlindungan casing di atas top semen.
3. Plug-Back Cementing
21
Metoda plug back hampir sama dengan squeeze cementing, hanya pada
penyemenan plug back bubur semen dipompakan sampai ke kedalaman
tertentu tetapi tidak ditekan. Plug-back cementing dilakukan untuk :
a. Menutup atau meninggalkan sumur (abandonment well).
b. Melakukan directional drilling sebagai landasan wipstock, yang dikarenakan
adanya perbedaan compressive strenght antara semen dan formasi maka akan
mengakibatkan bit berubah arah.
Untuk penyemenan yang dilakukan pada sumur IA tepatnya pada layer
22
3. Kelas C
Semen kelas C digunakan dari kedalaman 0 sampai 6000 ft, dan
mempunyai sifat high-early strength (proses pengerasannya cepat) semen ini
tersedia dalam jenis moderate dan high sulfate resistant.
4. Kelas D
Semen Kelas D digunakan untuk kedalaman dari 6000 sampai 12.000 ft,
dan untuk kondisi sumur yang mempunyai tekanan dan temperature tinggi.
Semen ini tersedia juga dalam jenis moderate dan high sulfate resistant.
5. Kelas E
Semen Kelas E ini digunakan untuk kedalaman dari 6000 sampai 14.000
ft, dan untuk kondisi sumur yang mempunyai tekanan dan temperature tinggi.
Semen ini tersedia juga dalam jenis moderate dan high sulfate resistant.
6. Kelas F
Semen Kelas F digunakan untuk kedalaman dari 10.000 sampai 16.000 ft,
dan untuk kondisi sumur yang mempunyai tekanan dan temperature tinggi.
Semen ini tersedia dalam jenis high sulfate resistant.
7. Kelas G
Semen Kelas G digunakan dari kedalaman 0 sampai 8000 ft, dan
merupakan semen dasar. Bila ditambahkan retarder semen ini dapat dipakai
untuk sumur.
8. Kelas H
Semen Kelas digunakan dari kedalaman 0 sampai 4000 ft,dan merupakan
pula semen dasar. Dengan penambahan accelerator dan retarder, semen ini
dapat digunakan pada range kedalaman dan temperature yang besar. Semen ini
hanya tersedia dalam jenis moderate sulfate resistant.
9. Kelas I
Tersedia untuk tingkat moderate sulfate resistance. Kelas semen dari A
sampai F merupakan semen yang tidak ditambah dengan additive dalam
penggunaannya, sedangkan untuk kelas G dan H ditambah dengan additive bila
diperlukan sehingga cement Kelas G dan H dapat kita kehendaki dan kita
23
inginkan kegunaannya sesuai dengan keperluan pada saat kita akan melakukan
penyemenan.
Untuk semen yang di pakai untuk Squeeze cementing pada layer P2b
sumur IA adalah semen kelas G .Jenis semen yang umum dipakai di untuk sumur
minyak di indonesia adalah Kelas “G” type HSR (high sulphate resistant). Tidak
semua pabrik semen di indonesia memproduksi semen tersebut, karena semen ini
mempunyai spesifikasi kandungan kimia yang sudah ditetapkan oleh American
Petroleum Institute (API).
24
Cementing Unit terdiri dari :
25
b. Hopper, Untuk mengatur aliran dari semen kering agar merata.
c. Jet Mixer, Mixer yang umum digunakan sekarang ini adalah jet mixer dimana
dipertemukan dua aliran yaitu bubur semen dan air yang ditentukan melalui
venturi agar dapat mengalir dengan deras dan dapat menghasilkan turbulensi,
yang dapat menghasilkan pencampuran yang baik dan benar-benar homogen.
Densitas slurry dapat diukur dengan mud balance.
d. Motor penggerak pompa dan pompa semen berfungsi untuk memompa bubur
semen. Mengontrol rate dan tekanan, jenis pompa dapat berupa duplex
double acting piston pump dan single acting triplex plunger pump.
26
(sumber : dokumentasi penulis)
Gambar 3.4 Pompa
pump lebih umum dipakai karena slurry dapat dikeluarkan dengan rate yang
lebih uniform dan tekanannya lebih besar.
Jenis-jenis Cementing unit :
1. Truck mounted cementing unit.
2. Marine cementing unit.
3. Skit mounted cementing unit.
2. Flow Line
Pipa yang berfungsi untuk mengalirkan bubur semen yang dipompakan dari
cementing unit ke cementing head.
3. Cementing Head
Berfungsi untuk mengatur aliran bubur semen yang masuk ke lubang bor. Ada
dua tipe cementing head, yaitu :
a. Mac Clatchie Cementing Head
Merupakan tipe cementing head yang cara penggunaannya pada waktu
pemasukan bottom plug dan top plug dengan jalan membuka dan memasang
kembali.
b. Plug Container
27
Jenis ini tidak praktis dari pada mac clatchie, karena pada plug contanier ini
memasangnya top plug dan bottom plug tidak perlu membukanya, akan
tetapi sudah terpasang sebelumnya.
28
bor yang bersih. Ada dua jenis scratchers, yaitu Rotation type wall scratchers
dan Reciprecasing type scratcher.
4.Peralatan Floating
Peralatan floating terdiri dari casing shoe, float shoe, guide collar dan
float collar.
a. Casing Shoe
Biasanya berbentuk bulat pada bagian bawah dan ditempatkan pada
ujung terbawah dari rangkaian casing dan didalamnya tidak terdapat valve.
Berfungsi sebagai sepatu dan pemandu untuk memudahkan pemasukan
rangkaian casing agar tidak terjadi sangkutan pada didinding lubang
bor. Shoe ini bersifat drillable atau dapat dibor kembali.
b. Float Shoe
Pada prinsipnya adalah sama dengan casing shoe, perbedaannya
terletak pada adanya valve yang berfungsi untuk :
- Mencegah aliran balik, mencegah blowout pada saat casing
diturunkan.
- Mencegah aliran balik semen, setelah proses penyemenan.
- Memperkecil beban menara.
c. Casing Collar
Casing collar adalah sambungan pendek yang dipasang di
atas shoetrack. Alat ini berfungsi manahan cementing plug setelah
penyemenan. Bila casing shoe adalah float shoe, maka casing collar
umumnya tidak pakai floating system. Casing collar yang pakai floating
system disebut dengan float collar.
5. Shoe Track
Merupakan pipa casing yang dipasang antara shoe dan collar, sepanjang
satu batang atau lebih, tergantung dari ketinggian semen di annulus, karena
ketinggian semen di annulus akan menentukan perbedaan tekanan hidrostatik
diluar dan didalam casing pada waktu memasukkan top plug.
Shoe track berfungsi untuk menampung bubur semen yang bercampur udara
atau lumpur pendorong, agar tidak keluar ke annulus disekitar shoe.
29
Memasukkan udara pada bubur semen ini terjadi bila penyemenan
menggunakan mac clatchie cementing head, yaitu pada saat cementing
head dibuka sampai memasuki top plug dan pemasangan cementing head
kembali.
Udara masuk karena adanya penurunan tekanan semen, akibat perbedaan
berat jenis bubur semen didalam casing dan berat jenis lumpur diluar casing.
6. Bottom Plug
Berfungsi untuk mencegah adanya kontaminasi antara lumpur dengan
bubur semen. Jadi untuk mendorong lumpur yang berada didalam casing dan
memisahkan casing dari semen dan juga membersihkan mud film didalam
dinding casing, pada bottom plug terdapat membran yang pada tekanan tertentu
dapat pecah, sehingga semen akan mengalir keluar dan terdorong ke annulus
sampai mencapai tujuan yang diharapkan. Bottom plug dibuat dari bahan karet
dan bahan dalamnya dibuat dari alumunium.
7. Top Plug
Berfungsi untuk mendorong bubur semen, memisahkan semen dari lumpur
pendorong agar tidak terjadi kontaminasi, membersihkan semen dari sisa-sisa
semen didalam casing. Alat ini sebagian besar terbuat dari karet dan pada
bagian bawahnya digunakan plat alluminium dan tidak mempunyai membran.
Untuk Kegiatan Squeeze cementing pada layer Q2b sumur IA hanya
menggunakan Drill Pipe sebagai Peralatan bawah permukaan sebagai media
untuk menginjeksikan Slury cement dari surface menuju layer Q2b.
30
1. Conducktor Casing ukuran diameter 13 3/8 di kedalaman 151,07 meter.
2. Surface Casing ukuran diameter 9 5/8 dikedalaman 653,63 meter.
3. Production Casing ukuran diameter 7 dikedalaman 2249,06 meter.
31
menggunakan Bridge plug yaitu pada layer P2a, P2b, P2c dan S. Perforasi baru
dilakukan pada tanggal 10 April 2011, yaitu layer N1 dengan kedalaman 1916-
1919 Meter. Untuk lapisan yang masih aktif yaitu pada layer N1 pada kedalaman
1916-1919 Meter. Akan tetapi lapisan tersebut tidak produktif sehingga sumur
tersebut tidak dilakukan proses produksi atau di tunda untuk sementara (Suspend).
32
Status Sebelum Program
33
Status Setelah Program
34
3.8. Squeeze Cementing Pada Layer P2a di Sumur IA PT Pertamina EP Asset
2 Field Pendopo
Squeeze cementing secara umum dapat dikatakan sebagai suatu proses
dimana bubur semen (cement slurry) didorong dengan tekanan yang diizinkan
sampai pada titik tertentu dengan tujuan nantinya slurry akan menempati zona
yang akan di squeeze. Slurry yang di squeeze ke zona perforasi akan mengeras
dan menambal daerah tersebut. Squeeze cementing dapat diaplikasikan selama
operasi pemboran berlangsung, komplesi, maupun pada saat work over. PT
Pertamina EP Asset 2 Field Pendopo lapangan Benuang, memiliki sumur yang
lapisannya sudah tidak produktif lagi, yaitu sumur IA dalam keadaan Suspend.
Sumur AI akan dilakukan pindah Lapisan yaitu lapisan Q2b melalui kegiatan
work over. Sehingga diputuskan untuk menutup zona perforasi yang ada pada
sumur IA yang sudah ada sebelumnya yaitu Pada Layer N1,P2a,P2b,P2c dan layer
S. Proses Untuk menutup zona perforasi tersebut dilakukan dengan metode
squeeze cementing.
Kegiatan squeeze cementing yang akan dibahas yaitu kegiatan Squeeze
cementing pada layer P2a pada kedalaman 2032-2035 meter.
Tabel 3.1 Program Squeeze cementing layer P2a
35
Pada program Squeeze cementing diatas volume spacer ahead yang
digunakan sebanyak 5 bbl , untuk volume slurry cement sebanyak 10 bbl, Volume
spacer hehind sebanyak 0,74 bbl, dan volume displacement sebanyak 28,66
bbl.sedangkan pada proses reverse out menggunakan salt water sebanyak 54,82
bbl. Untuk urutan kegiatan nya yaitu Tubing atau drillpipe diturunkan kedalam
lubang sumur pada kedalaman yang telah ditentukan untuk dilakukan
penyemenan. Air asin dari formasi (salt water) dipompakan dahulu hingga
memenuhi casing melalui tubing untuk membersihkan sumur terlebih dahulu serta
menurunkan temperatur di sumur.Memompakan Water ahead Kedalam lubang
sumur sebanyak 5 bbl . Lalu slurry di-displace (ditempatkan) sebanyak 10 bbl ke
interval perforasi melalui tubing dengan cara memompakan spacer atau air tawar
didepan (water ahead) dan dibelakang. Water behind slurry sebnyak 0,74 bbl
dengan tujuan agar slurry tidak terkontaminasi dengan air formasi yang dapat
mempengaruhi proses pengerasan cement menjadi lebih cepat. Fungsi dari water
behind sama seperti water ahead yaitu sebagai spacer antara slurry. Water
displace densitas water ahead yang digunakan adalah 8,3 ppg, lalu densitas salt
water yang digunakan sebagai preflush dan Air formasi (displacing fluid) yaitu
8,496 ppg. Reverse circulation sebanyak 54,82 bbl dilakukan untuk
membersihkan sisa-sisa slurry yang masih menempel di string dan
mengeluarkannya melalui string dengan cara memompakan salt water dari casing
ke tubing.Setelah itu proses squeeze dimulai dengan cara memompakan Salt water
melalui tubing sebanyak 1,80 bbl untuk memberikan pressure kepada slurry
sampai tekanan pemompaan maksimum tercapai (hesitation). Hal ini bertujuan
untuk mendesak slurry untuk mengisi zona perforasi yang akan di tutup. Menutup
semua valve dengan tujuan agar gaya yang diberikan konstan untuk menahan
tekanan didalam casing sampai semen mengeras. Biasanya waiting on cement ini
dilakukan selama 12 jam atau sampai sample yang diuji dilaboratorium kering.
35
beberapa lapisan yang ada pada sumur IA. penulis pada kali ini membahas
Squeeze cementing Pada layer P2a dimana untuk urutan kegiatan adalah sebagai
berikut :
1. Tubing atau drillpipe diturunkan kedalam lubang sumur pada kedalaman yang
telah ditentukan untuk dilakukan penyemenan.
2. Air asin dari formasi (salt water) dipompakan dahulu hingga memenuhi casing
melalui tubing untuk membersihkan sumur terlebih dahulu serta menurunkan
temperatur di sumur.
3. Memompakan Water ahead Kedalam lubang sumur.
4. Lalu slurry di-displace (ditempatkan) ke interval perforasi melalui tubing
dengan cara memompakan spacer atau air tawar didepan (water ahead) dan
dibelakang.
5. Water behind slurry dengan tujuan agar slurry tidak terkontaminasi dengan air
formasi yang dapat mempengaruhi proses pengerasan cement menjadi lebih
cepat. Fungsi dari water behind sama seperti water ahead yaitu sebagai spacer
antara slurry.
6. Water displace densitas water ahead yang digunakan adalah 8,3 ppg, lalu
densitas salt water yang digunakan sebagai preflush dan Air formasi
(displacing fluid) yaitu 8,496 ppg.
7. Reverse circulation dilakukan untuk membersihkan sisa-sisa slurry yang masih
menempel di string dan mengeluarkannya melalui string dengan cara
memompakan salt water dari casing ke tubing.
8. Setelah itu proses squeeze dimulai dengan cara memompakan Salt water
melalui tubing untuk memberikan pressure kepada slurry sampai tekanan
pemompaan maksimum tercapai (hesitation). Hal ini bertujuan untuk
mendesak slurry untuk mengisi zona perforasi yang akan di tutup.
9. Menutup semua valve dengan tujuan agar gaya yang diberikan konstan untuk
menahan tekanan didalam casing sampai semen mengeras. Biasanya waiting on
cement ini dilakukan selama 12 jam atau sampai sample yang diuji
dilaboratorium kering.
37
BAB IV
PENUTUP
38
DAFTAR PUSTAKA
Allen, T. O. Dan Roberts,A.P., 1978.Work Over and Well Service. The Univercity
of Tulsa: Oil and Gas Consultants International.
Pertamina. 2009.Sejarah PT Pertamina Region Sumatera Field Pendopo. PT
Pertamina EP Asset 2 Field Pendopo
Rubiandini, R., 2001.Dasar-dasar teknik WO & WS. Bandung: Institut Teknologi
Bandung.
39
39