Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

“KEGIATAN SQUEEZE CEMENTING PADA LAYER P2a DI SUMUR IA”


DI PT PERTAMINA EP ASSET 2 FIELD PENDOPO
TANGGAL 01 AGUSTUS s.d 31 AGUSTUS 2018

Dibuat untuk Memenuhi Persyaratan


Mata Kuliah Praktek Kerja Lapangan pada Semester VI
Pada Program Studi Teknik Eksplorasi Produksi Migas

OLEH :

IQBAL DWI ANUGRAH NPM. 1603057


AJI GUNAWAN NPM. 1603060

PROGRAM STUDI TEKNIK EKSPLORASI PRODUKSI MIGAS


JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN
POLITEKNIK AKAMIGAS PALEMBANG
2018
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
PT. PERTAMINA EP ASSET 2 FIELD PENDOPO

Program Studi : Teknik Eksplorasi Produksi Migas

Di : Politeknik Akamigas Palembang

Hari / Tanggal : Kamis / 07 Februari 2019

Palembang, 07 Februari 2019


Pembimbing Lapangan Pembimbing PKL Akademik

Pungki Feri Praditya, S.T. Diky Pranondo, ST

Mengetahui
Ka. Prodi Teknik Ekplorasi Produksi Migas

Roni Alida, ST

i
LEMBAR KETERANGAN TELAH MELAKSANAKAN UJIAN PKL DARI
TIM PENGUJI DAN KETUA PROGRAM STUDI

Telah diujikan dihadapan Tim Penguji pada tanggal 13 Desember 2018 :

Judul : Kegiatan squeeze cementing pada Layer p2a di sumur ia


di PT Pertamina ep asset 2 Field Pendopo

Disusun oleh :

Nama : Iqbal Dwi Anugrah Aji Gunawan


NPM : 1603057 1603060
Dengan Nilai : 80,56 (A) 80,42 (A)

Diterima untuk Program Studi Teknik Eksplorasi Produksi Migas


Politeknik Akamigas Palembang

Tim Penguji :

Nama Posisi Tanda Tangan


1. Azka Roby Antari, ST Penguji I

2. Euis Kusniawati,ST,MT Penguji II

Palembang, 13 Desember 2018


Ketua Prodi,

Roni Alida, ST

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah


memberikan Rahmat dan karunia-Nya jualah, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan di PT Pertamina EP Asset 2
Field Pendopo yang disusun guna memenuhi syarat kurikulum pada program studi
Teknik Eksplorasi Produksi Migas Politeknik Akamigas Palembang.
Pada kesempatan ini penulis secara khusus mengucapkan terima kasih
sebesar- besarnya kepada :
1. Ibu Hj. Amiliza Miarti, S.T., M.Si, selaku Direktur Politeknik Akamigas
Palembang
2. Bapak / Ibu Wakil Direktur di lingkungan Politeknik Akamigas Palembang.
3. Bapak Roni Alida, ST. Selaku Ketua Program Studi Teknik Eksplorasi
Produksi Migas Politeknik Akamigas Palembang.
4. Bapak Diky Pranondo, ST. Selaku Pembimbing Praktik Kerja Lapangan.
5. Lumbanraja Surung HR Assistant Manager yang telah menerima dan
memudahkan kami untuk Praktek Kerja Lapangan di PT Pertamina EP Asset
2 Field Pendopo.
6. Bapak Haryo Edhi V selaku Assistant manager beserta staf Work Over &
Well Service PT Pertamina EP Asset 2 Field Pendopo.
7. Bapak Pungki Feri Praditya selaku Work Over & Well Sservice Engineer dan
pembimbing lapangan di PT Pertamina EP Asset 2 Field Pendopo.
8. Mbak Dwi, selaku Staf Dosen pada Program Studi Teknik Eksplorasi
Produksi Migas Politeknik Akamigas Palembang.
9. Rekan-rekan Mahasiswa Program Studi Teknik Eksplorasi Produksi Migas
Politeknik Akamigas Palembang Angkatan VIII yang bersama-sama memberi
semangat dan berjuang dalam menyelesaikan Laporan Praktek Kerja
Lapangan.
Semoga amal baik yang diberikan mendapatkan imbalan yang sesuai dari
Allah SWT, penulis menyadari Laporan Praktik Kerja Lapangan ini jauh dari
sempurna oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan untuk kesempurnaan

iii
Laporan Praktik Kerja Lapangan ini. Semoga Laporan Praktik Kerja Lapangan ini
dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi rekan-rekan
sekalian serta bagi Program Studi Teknik Eksplorasi Produksi Migas Politeknik
Akamigas Palembang.

Palembang, Desember 2018

Penulis

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. viii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2. Tujuan Praktik Kerja Lapangan ............................................. 2
1.3. Manfaat Praktik Kerja Lapangan ........................................... 2
1.4. Batasan Masalah `.................................................................... 3
1.5. Sistematika Penulisan .............................................................. 3
BAB II TINJAUAN UMUM
2.1. Sejarah singkat PT Pertamina EP Asset 2 Field Pendopo ...... 4
2.2. Stratigrafi Regional Sumatera Selatan ..................................... 6
2.3. Wilayah Kerja PT Pertamina EP Asset 2 Field Pendopo ............... 8
2.4. Sejarah Produksi Lapangan PT Pertamina EP Asset 2 .......... 9
2.5. Visi, Misi dan Tata Nilai Perusahaan ..................................... 11
2.6. Lokasi Praktik Kerja Lapangan .............................................. 12
2.7. Peraturan Keselamatan Kerja ................................................. 14
2.8. Struktur Organisasi Perusahaan .............................................. 17
BAB III TINJAUAN KHUSUS
3.1. Program Work Over ................................................................. 20
3.2. Penyemenan ............................................................................. 20
3.3. Teknik Penyemenan ................................................................ 21
3.3.1. Primary Cementing .......................................................... 21
3.3.2. Secondary Cementing atau Remedial Cementing ............ 21
3.4. Jenis-jenis Semen .................................................................... 22
3.5. Peralatan Peyemenan ............................................................... 24
3.5.1. Peralatan di Atas Permukaan ........................................... 24
3.5.2. Peralatan di Bawah Permukaan ....................................... 28
3.6. Profil Sumur IA ....................................................................... 30
3.7. Pelaksanaan Kegiatan Squeeze Cementing Sumur IA ............. 32
3.8. Squeeze Cementing Pada Layer P2a di Sumur IA PT
Pertamnian EP Asset 2 Field Pendopo .................................... 35

v
3.9. Urutan Kegiatan Squeeze Cementing Pada Layer P2a di Sumur
IA ............................................................................................. 37
BAB IV PENUTUP ....................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 39

vi
DAFTAR GAMBAR

2.1. Statigrafi Regional Sumatera Selatan ....................................................... 8


2.2. Wilayah Kerja PT Pertamina EP Asset 2 Field Pendopo ........................ 9
2.3. Lokasi Praktek Kerja Lapangan di Pendopo ............................................ 13
2.4. Struktur Organisasi PT Pertamina EP Asset 2 Field Pendopo ................. 19
3.1. Cementing Unit ....................................................................................... 25
3.2.Tangki Semen ............................................................................................ 25
3.3. Jet Mixer ................................................................................................... 26
3.4. Pompa ....................................................................................................... 27
3.5. Diagram Sumur IA .................................................................................... 31
3.6. Sumur IA Sebelum di Program (Work Over) ........................................... 33
3.7. Sumur IA Sesudah di Program (Work Over) ............................................ 34

vii
DAFTAR TABEL

2.1. Jumlah Sumur yang Berproduksi di Tiap Area ....................................... 11


3.1. Program Squeeze cementing pada layer P2a ............................................. 35

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I ...................................................................................................... 39

ix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ilmu dan teknologi dalam bidang engineering berkembang sangat pesat
seiring dengan semakin rumitnya permasalahan yang dihadapi di dunia industri.
Dalam dunia industri keenergian meliputi industri migas, geothermal, dan industri
energi lainnya memerlukan sebuah solusi berkelanjutan untuk menghadapi
tantangan tersebut.
Hal ini juga didukung oleh perkembangan ilmu dan teknologi yang begitu
pesat secara linier juga berimbas pada kualitas sumber daya manusia yang
memiliki kualifikasi sesuai dengan bidang ilmu pengetahuan yang digeluti.
Sebagai mahasiswa prodi Teknik Eksplorasi Produksi Migas yang saat ini dalam
proses penguasaan, pemahaman dan pembelajaran juga harus mampu
mempertanggung-jawabkan aplikasi penerapan ilmu pengetahuan secara teori
maupun secara praktik dalam kehidupan nyata, khususnya dalam dunia
Perminyakan.
Dalam dunia perminyakan kegiatan eksplorasi merupakan kegiatan
terpenting untuk menemukan cadangan minyak dan gas. Setelah itu dilakukan
kegiatan pemboran yang bertujuan membuka sumur-sumur baru yang akan
diproduksikan. Sebelum suatu sumur diproduksikan dilakukan kegiatan dimulai
dengan pemasangan peralatan-peralatan produksi lalu dilanjutkan kegiatan
pendukung lainnya, yang biasa disebut dengan komplesi sumur.
Seiring berjalannya waktu, jumlah cadangan minyak dan gas di sumur-
sumur yang telah lama diproduksikan akan mengalami penurunan bahkan tidak
bisa lagi diproduksikan. Dengan keadaan inilah perlu dilakukannya program Kerja
Ulang Pindah Lapisan (KUPL) untuk memproduksikan kembali sumur yang sama
tetapi pada lapisan berbeda yang mempunyai cadangan minyak dan gas yang
ekonomis. Dengan seringnya dilakukan program kerja ulang pindah lapisan,
keadaan tekanan reservoir di sumur tersebut semakin berkurang sehingga tidak
memungkinkan sumur untuk diproduksikan lagi. Sumur yang tidak bisa

1
diproduksikan lagi kemungkinan dapat menjadi kandidat sumur injeksi dengan
memperhatikan aspek-aspek yang dapat menentukan keberhasilan sumur tersebut
menjadi sumur injeksi.
Untuk itu dilakukan re-komplesi pada program kerja ulang pindah lapisan
yaitu dilakukannya kegiatan squezee cementing yang bertujuan untuk menutup
zona perforasi pada lapisan yang sudah tidak produktif lagi. Setelah itu dilakukan
perforasi pada zona baru. Squeeze cementing secara umum dapat dikatakan
sebagai suatu proses dimana bubur semen (cement slurry) didorong dengan
tekanan yang diizinkan sampai pada titik tertentu dengan tujuan nantinya slurry
akan menempati zona yang akan di squeeze. Slurry yang di squeeze ke zona
perforasi akan mengeras dan menambal daerah tersebut

1.2. Tujuan Praktik Kerja Lapangan


Adapun tujuan Penulis dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan di PT
Pertamina EP Asset 2 Field Pendopo adalah sebagai berikut :
1. Dapat memahami proses kegiatan squeeze cementing pada sumur IA di PT
Pertamina EP Asset 2 Field Pendopo.
2. Dapat mengetahui mengapa dilakukanya squeeze cementing pada sumur IA
di PT Pertamina EP Asset 2 Field Pendopo.
3. Dapat mengetahui peralatan surface maupun subsurface yang digunakan
dalam proses Squeeze cementing pada sumur IA di PT Pertamina EP Asset 2
Field Pendopo

1.3. Manfaat Praktik Kerja Lapangan


Adapun manfaat yang didapat dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan di
PT Pertamina EP Asset 2 Field Pendopo adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat memahami wawasan mengenai kegiatan Squeeze
Cementing.
2. Mahasiswa dapat mengetahui peralatan-peralatan yang digunakan dalam
kegiatan Squeeze Cementing.

2
3. Mahasiswa dapat memahami perbedaan antara teori yang ada di bangku
kuliah dengan keadaan sebenarnya yang ada dilapangan.

1.4. Batasan Masalah


Dalam penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan ini, Penulis membatasi
pembahasan hanya pada kegiatan Squeeze cementing pada sumur IA yang ada di
PT Pertamina EP Asset 2 Field Pendopo.

1.5. Sistematika Penulisan


Penulisan laporan ini dibagi dalam beberapa bab dengan pertimbangan
keterkaitan antara masing-masing subtema bahasan. Adapun urutan dalam
penulisan laporan ini terlihat pada uraian sebagai berikut :
1. Bab I PENDAHULUAN
Pada Bab I Pendahuluan terdapat latar belakang, tujuan dan manfaat Praktik
Kerja Lapangan, batasan masalah, metode penulisan, dan sistematika
penulisan.
2. Bab II TINJAUAN UMUM
Pada Bab II Tinjauan Umum ini, menjelaskan tentang Pofil PT Pertamina
EP Asset 2 Field Pendopo berupa sejarah perusahaan, visi dan misi
perusahaan,struktur organisasi Perusahaan, fasilitas produksi perusahaan
serta pencapaian produksi perusahaan.
3. Bab III TINJAUAN KHUSUS
Pada Bab III Tinjauan Khusus ini, membahas tentang kegiatan Squeeze
cementing meliputi definisi dari Squeeze cementing, peralatan permukaan,
peralatan bawah permukaan, prinsip kerja , serta permasalahan yang sering
terjadi pada kegiatan Squeze cementing tersebut.
4. Bab IV KESIMPULAN
Pada Bab IV Kesimpulan ini, menjelaskan tentang kesimpulan dari hasil
pembahasan Laporan Praktik Kerja Lapangan.

3
BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1. Sejarah Singkat PT Pertamina EP Asset 2 Field Pendopo


Pertamina (2006) menyatakan bahwa Standard Oil of New Jersey memulai
aktivitas industrinya di Indonesia melalui The American Petroleum
Company yang berada di Negara Belanda, tepatnya pada tanggal 24 April 1912.
Hal ini dilakukan dengan membentuk Nederlandsche Koloniale Petroleum
Maatschappji (KPVM) untuk usahanya di Indonesia dan Koloniale Petroleum
Verkoop (KPVM) untuk pemasarannya. NKPM dan KPVM pun sempat beberapa
kali berubah nama, hingga akhirnya pada tahun 1961 NKPM dan KPVM dilebur
menjadi satu dengan nama PTSI atau lebih sering kita kenal dengan sebutan PT
Stanvac Indonesia.
Perusahaan Amerika ini memulai operasinya di Sumatera Selatan pada
Tahun 1916 dan dalam sekejap perusahaan ini mampu menjadi perushaan yang
sangat dikenal masyarakat luas karena mampu produksi minyak hingga 10.000 -
20.000 berel per hari. Itu semua terjadi karena ditemukannya lading minyak di
daerah Talang Akar tepatnya pada sumur Talang Akar – 6 di kedalaman 2000 kaki
pada tahun 1922.
Pada pengembangan selanjutnya, stanvac juga menemukan ladang minyak
di Pendopo pada Tahun 1927, lalu diikuti dengan penemuan ladang minyak lain
seperti di Jirak pada Tahun 1930, Benakat pada Tahun 1933, lalu disusul dengan
Raja dan Betung pada Tahun 1936 dan terakhir yaitu Karan, Deras, Tanim, Arab,
Kruh dan Kaya di Tahun 1950.
Pada Tanggal 25 september 1963, dilakukan persetujuan antara PN
PERMINA (yang sekarang kita kenal PT PERTAMINA) dengan PT
Stanvac Indonesia (PTSI) yang berisikan tentang ditunjuknya PTSI sebagai salah
satu kontraktor dalam usaha produksi minyak. Pada Tahun 1966, pimpinan PTSI
di Sumatera Selatan dan Sumatera Tengah sepenuhnya dipegang oleh putera
Indonesia. Di tahun yang sama tepatnya pada Tanggal 23 November dicapailah

4
persetujuan untuk merubah bidang usaha PTSI yang pada awalnya merupakan
perusahaan di bidang eksplorasi, produksi dan penyulingan menjadi perusahaan di
bidang eksplorasi dan produksi saja.
Pada Tahun 1980 dilakukan perluasan eksplorasi di daerah Bungur
Kabupaten Musi Rawas dan Sukaraja Muara Enim. Usaha untuk meningkatkan
jumlah produksi juga terus dilakukan pada Tahun 1981 dengan melakukan
pemboran di beberapa daerah bagi hasil yaitu Tabunan, Marga Rimba Asam
Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Musi Banyasin.
Berdasarkan pasal 3 kontrak karya dan Undang-Undang No.14 tahun 1963
pada tanggal 28 November 1983, pengoperasian dan pengolahan lapangan minyak
“ old area”, Pendopo diserahkan kepada PT PERTAMINA setelah lebih dari
setengah abad dikelolah oleh pihak asing. Dalam pengelolaannya dipimpin oleh
kepala Lapangan Pendopo yang berkantor di Pendopo dan merupakan bagian dari
Pertamina UEP II Sumbangsel yang berkantor di Plaju.
Pada Tanggal 16 September 1993 struktur pengelolaan milik beberapa
pengusaha migas di Pendopo diserahkan kepada PT. Ustraindo dalam
bentuk Technical Asistance contrac (TAC). Struktur yang dikelola PT. Ustraindo
diantaranya Jirak, Betung, Sukaraja dan Talang Akar. Pada bulan September 1995
pengelolaannya dikembalikan kepada PT. PERTAMINA dalam bentuk organisasi
“Asset Prabumulih Barat”. Bulan April 2002 terjadi perubahan organisasi menjadi
“Area Operasi Barat” dan sekarang menjadi “PT Pertamina EP Asset 2, Field
Pendopo”.
Secara umum daerah cekungan Sumatera Selatan dapat dibagi menjadi tiga
cekungan, yaitu :
1. Cekungan Jambi daerah Palembang bagian Utara.
2. Cekungan Palembang Tengah termasuk Lapangan Pendopo.
3. Cekungan Palembang bagian Selatan.
4. Cekungan – cekungan tersebut sebagian besar dibatasi oleh sesar Lematang,
sesar Muara Tembesi, dan sesar di daerah bukit Pendopo Desa Talang Jawa.

5
2.2. Stratigrafi Regional Sumatera Selatan
Stratigrafi umum Cekungan Sumatera adalah sebagai berikut :
1. Batuan Pra Tersier.
Batuan pra tersier granit granodiorit, berwarna merah muda, cristalin,
mineral : kuarsa, ortoklas, plagioklas, hornblende, mika.
2. Formasi Lahat/Formasi Lemat (LAF)
Tersusun atas batuan vulkanik tufan (putih hijau muda, kristalin, lithik grain
sebagai fragment) di bagian atas dan siltstone greywacke di bagian bawah,
selang seling batu lempung. Formasi ini diendapkan pada oligosen.
3. Formasi Talang Akar (TAF)
Terdiri dari batupasir dan lempung dengan sisipan batu garam. TAF
diendapkan pada oligosen akhir-miosen awal bagian bawah di lingkungan
transisi.
4. Formasi Baturaja (BRF)
Tersusun dari batu gamping, di beberapa tempat berkembang sebagai
karbonat build up. Pada bawah tersusun atas bioklastik wackestone bersifat
relatif tight, sedangkan bagian atas tersusun atas batu gamping chalky dengan
plentik dan lentik foram. BRF diendapkan selaras di atas TAF pada miosen
awal bagian bawah di lingkungan laut dangkal.
5. Formasi Gumai (GUF)
Berdasarkan ciri lithologi formasi ini dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian
atas didominasi oleh serpih dan batu lempung, sedangkan bagian bawah
didominasi oleh serpih dengan sisipan batupasir, batu lanau, napal dan batu
gamping. GUF diendapkan selaras di atas BRF pada miosen awal bagian
tengah-miosen tengah bagian bawah.
6. Formasi Air Benakat (ABF)
Secara umum dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian atas
didominasi batuan lempung, sisipan pasir dan batu lanau, sedangkan di
bagian bawah didominasi oleh perlapisan batupasir, batu lanau,dengan sisipan
serpih dan batu lempung. ABF diendapkan di atas GUF pada miosen tengah
bagian bawah di lingkungan neritik tepi-litoral.

6
7. Formasi Muara Enim (MEF)
Tersusun atas perlapisan batubara, batu lempung, dengan sisipan batupasir
dan batu lanau, MEF diendapkan selaras diatas ABF pada miosen akhir di
lingkungan lotoral-barat (deltaic).
8. Formasi Tuff Kasai (KAF)
Tersusun atas batu pasir dan lempung serta bersifat tufan KAF diendapkan
tidak selaras dengan MEF.
Untuk Pertamina EP Asset 2 Field Pendopo terletak di Formasi Baturaja.
Tersusun dari batu gamping, di beberapa tempat berkembang sebagai karbonat
build up. Pada bawah tersusun atas bioklastik wackestone bersifat relatif tight,
sedangkan bagian atas tersusun atas batu gamping chalky dengan plentik dan
lentik foram. BRF diendapkan selaras di atas TAF pada miosen awal bagian
bawah di lingkungan laut dangkal. Untuk lebih lengkapnya Stratigrafi Sumatera
Selatan dapat dilihat pada Gambar 2.1.

7
(Sumber : StatigrafiSumsel.wordpress.com)
Gambar 2.1 Stratigrafi Regional Sumatera Selatan

2.3 Wilayah Kerja PT Pertamina EP Asset 2 Field Pendopo


PT Pertamina EP Asset 2 Field Pendopo secara geografis terletak antara
2°50’ – 3°40’ LS dan terletak antara 103° – 104°30’ BT. Dari kota Palembang
kurang lebih berjarak 150 km kearah Barat Daya dan 60 km dari Kotamadya
Prabumulih. Secara administratif wilayah kerja PT Pertamina EP Asset 2 Field
Pendopo meliputi Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Musi Rawas, dan
Kabupaten Musi Banyuasin.
PT Pertamina EP Asset 2 Field Pendopo bertanggung jawab terhadap
kelancaran pasokan minyak mentah ke kilang minyak di Sungai Gerong dengan
batas kewenangannya, yaitu di KM 3.Wilayah Kerja Pertamina EP Asset 2 Field
Pendopo secara administratif masuk dalam lima kabupaten dan satu kotamadya :

8
1. Kabupaten Muara Enim (Timur)
2. Kabupaten Musi Rawas (Barat & Selatan)
3. Kabupaten Musi Banyuasin (Utara)
4. Kabupaten Pali (Pusat)
5. Kotamadya Palembang (Metering Station)
6. Kabupaten Ogan Ilir (Jalur Pipa)

(Sumber : PT Pertamina EP Asset 2 Field Pendopo)


Gambar 2.2 Wilayah Kerja PT Pertamina EP Asset 2 Field Pendopo

2.4 Sejarah Produksi Lapangan PT Pertamina EP Asset 2 Field Pendopo


PT Pertamina EP Asset 2 Field Pendopo terdiri dari beberapa lokasi atau
struktur lapangan yang terdiri dari beberapa sumur baik sumur produksi maupun
sumur injeksi yang diantaranya yaitu :
1. Struktur Benuang, yang memiliki 7 Sumur aktif yang diantaranya terdiri
dari 6 Sumur Natural Flow (NF) dan 1 Sumur SRP, rata-rata produksi
sebanyak 477 BOPD dan 6,9672 MMSCFD.

9
2. Struktur Betung, yang memiliki 10 sumur aktif yang diantaranya terdiri dari
10 Sumur Natural Flow (NF) dan tidak terdapat sumur injeksi, rata-rata
produksi sebanyak 14,4 BOPD dan 17,77 MMSCFD.
3. Struktur Jirak, yang memiliki jumlah sumur paling banyak di Field Pendopo
yaitu sebanyak 41 sumur, yang terdiri dari 26 sumur menggunakan Sucker
Rod Pump (SRP) dan 7 sumur menggunakan Electric Submersible Pump
(ESP), rata-rata produksi sebanyak 888 BOPD dan tidak ada produksi gas.
4. Musi Barat, yang memiliki 22 sumur dan terdiri dari 22 sumur Natural Flow
(NF), rata-rata produksi sebanyak 100,86 MMSCFD tidak ada produksi
minyak.
5. Musi Timur, yang memiliki 30 sumur dan terdiri dari 28 sumur Natural
Flow dan 2 sumur menggunakan Hydraulic Pump Unit (HPU), rata-rata
produksi sebanyak 338 BOPD dan 149,33 MMSCFD.
6. Sopa, yang memiliki 12 sumur dan terdiri dari 2 sumur menggunakan
Sucker Rod Pump (SRP) dan 10 sumur menggunakan Electric Submersible
Pump (ESP), rata-rata produksi sebanyak 1012 BOPD dan 7,82 MMSCFD.

Jumlah sumur yang terdapat di PT Pertamina EP Asset 2 Field Pendopo


yaitu sebanyak 122 sumur dan memiliki jumlah rata-rata produksi 2184 BOPD
dan 271,53 MMSCFD, untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.1
Berikut adalah jumlah sumur yang berproduksi di PT Pertamina EP Asset 2 Field
Pendopo :

10
Tabel 2.1 Jumlah Sumur yang Berproduksi di Tiap Area

TOTAL RATA2
STRUKTUR PRODUKSI SUSPEND ABANDON
SUMUR PRODUKSI

MINYAK GAS
NF HPU SRP ESP
( BOPD ) (MMSCFD)

BENUANG 6 0 1 0 0 12 19 477 6.9672

BETUNG 10 0 0 0 0 8 18 14.4 17.77

JIRAK 0 8 26 7 4 42 87 888 0

MUSI
22 0 0 0 0 4 26 0 100.86
BARAT

MUSI
28 2 0 0 0 6 38 338 149.33
TIMUR

SOPA 0 0 2 10 0 13 25 1012 7.82

TOTAL 66 10 29 17 4 85 213 2729.4 282.74

2.5. Visi, Misi dan Tata Nilai Perusahaan


Berikut ini adalah Visi, Misi dan Tata Nilai Perusahaan yang menjadi
pedoman kegiatan operasi PT Pertamina EP Asset 2 Field Pendopo :
 VISI :
“Menjadi Perusahaan eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi kelas
dunia.
 MISI :
“Melaksanakan pengusahaan sektor hulu minyak dan gas dengan penekanan
pada aspek komersial dan operasi yang baik serta tumbuh dan berkembang
bersama lingkungan hidup.”

11
 Tata Nilai Perusahaan
Dalam mencapai visi dan misinya, PT Pertamina Asset 2 Field Pendopo
berkomitmen untuk menerapkan tata nilai atau yang sering disebut dengan
6C, yaitu sebagai berikut :
1. Clean (Bersih)
Dikelola secara professional mehindari benturan kepentingan, tidak
menoleransi suap, menjunjng tinggi kepercayaan dan integritas. Berpedoman
pada asas-asas tata kelola korperasi yang baik
2. Competive ( Kompetif )
Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional, mendorong
pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar biaya dan
menghargai kinerja.
3. Confident (Percaya Diri)
Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam
reformasi BUMN dan membangun kebanggaan bangsa.
4. Customer Focused ( Fokus pada Pelanggan )
Berorientasi pada kepentingan pelanggan dan berkomitmen untuk
memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.
5. Commercial (Komersial)
Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil keputusan
berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.
6. Capable (Berkemampuan)
Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang professional dan memiliki talenta
dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan
riset dan pengembangan

2.6. Lokasi Praktik Kerja Lapangan


Field Pendopo yang dikenal juga dengan Area Operasi Barat (AOB)
secara geografis terletak antara koordinat 20 50’ – 30 40’ LS dan 1030 – 104030’
BT. Bila dilihat dari kota terdekat, lebih kurang 150 km arah Barat Daya Kota
Palembang dan 60 km dari Kotamadya Prabumulih. Jirak yang termasuk ke dalam

12
wilayah Kabupaten Musi Banyuasin, Sopa dan Musi termasuk wilayah Kabupaten
Musi Rawas. Sedangkan Talang Akar dan Pendopo termasuk wilayah Kabupaten
Muara Enim.
Di samping itu Area Operasi Barat juga bertanggung jawab terhadap
kelancaran pasokan minyak mentah ke kilang minyak di Sungai Gerong, batas
wewenangnya yaitu di KM 3 Plaju Kotamadya Palembang. Ketiga wilayah
operasi lapangan Pendopo ini termasuk ke dalam cekungan Sumatera Selatan
bagian tengah. Sebelah barat cekungan ini berbatasan dengan Bukit Barisan.
Sebelah selatan berbatasan dengan Tinggian Lampung, sebelah timur berbatasan
dengan Paparan Sunda. PT Pertamina EP Asset 2 Field Pendopo terletak di
Sumatera Selatan, khususnya di Kabupaten Pali Jalan Lintas Sumatera Pendopo-
Palembang. Jarak dari Kota Palembang ke PT Pertamina EP Asset 2 Field
Pendopo sejauh 160 km membutuhkan waktu 3 jam 55 menit dengan
menggunakan kendaraan roda 4 atau roda 2, dapat dilihat pada gambar 2.3.

(Sumber : https://www.google.co.id/gambar-peta-sumatera.)
Gambar 2.3 Lokasi Praktik Kerja Lapangan

13
2.7. Peraturan Keselamatan Kerja
Aspek K3 merupakan peraturan PT Pertamina EP Asset 2 Field Pendopo
dalam melaksanakan kegiatan usahanya akan melindungi karyawan, baik pekerja
tetap maupun pekerja kontrak, rekanan masyarakat umum, lingkungan, serta pihak
lain yang terkait, sehingga tidak ada satupun kegiatan usaha tanpa pertimbangan
keselamatan, kesehatan kerja dan kelestarian lingkungan hidup.
Peraturan keselamatan kerja PT Pertamina EP Asset 2 Field Pendopo
adalah salah satu aturan yang dapat digunakan sebagai panduan untuk menetapkan
standar-standar yang tinggi dalam bidang keselamatan, kesehatan kerja dan
kelestarian lingkungan hidup pada setiap kegiatan operasi.
Diharapkan semua karyawan secara aktif mempelajari peraturan
keselamatan kerja guna meningkatkan pengetahuan serta kinerja dalam bidang K3
dan kelestarian lingkungan hidup.
Ada tiga kebijakan yang ditetapkan di PT Pertamina EP Asset 2 Field
Pendopo, yaitu sebagai berikut :
1. Kebijakan mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Merupakan kebijakan perusahaan untuk selalu melaksanakan kegiatan
operasinya secara aman, selamat dan sehat demi melindungi seluruh pekerja
(baik pekerja tetap maupun pekerja kontrak), rekanan, masyarakat umum,
lingkungan serta pihak lain yang terkait atas bahaya-bahaya yang doakibatkan
oleh kegiatan yang sedemikian penting dan mendesak sehingga dapat
mengabaikan pertimbangan akan keselamatan dan kesehatan kerja.
Dalam mencapai tujuan tersebut, perusahaan menuntut peran aktif dari
setiap pekerja. Sehubung dengan hal tersebut, perusahaan berkomitmen untuk :
1) Mematuhi dan melaksanakan semua hukum dan peraturan secara standar
industri yang mengatur tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
2) Melaksanakan identifikasi resiko, guna menghilangkan atau mengelola
resiko K3 sehubungan dengan kegiatannya.
3) Membuat rancang bangaun fasilitas menurut standar industri serta
memastikan bahwa semua fasilitas dioperasikan dengan mematuhi standar
tersebut.

14
4) Memberikan pelatihan bagi seluruh pekerja di setiap unit kerja tentang
bagaimana cara melaksanakan pekerjaan dengan aman dan selamat serta
memberikan pembinaan untuk meningkatkan kesadaran akan hak,
kewajiban dan tanggung jawab pekerja terhadap aspek K3.
5) Melakukan pengolaan bahan berbahaya dan beracun (B3) serta limbah B3,
sehingga aman bagi pekerja, fasilitas dan lingkungan serta mencegah
timbulnya penyakit akibat kerja.
6) Melakukan upaya-upaya pencegahan kecelakaan dan melakukan tindakan-
tindakan segera dalam penanggulangan kecelakaan atau keadaan darurat
yang terjadi pada kegiatan operasinya dengan mengutamakan keselamatan
manusia.
7) Melaksanakan pengkajian terhadap kegiatan operasinya untuk mengukur
dan memastikan kepatuhan terhadap kebijakan ini.
8) Mendorong dan bekerjasama dengan pemerintah atau pihak berwenang
lainnya dalam mengembangkan hukum dan peraturan yang dibutuhkan.
9) Melakukan upaya-upaya perbaikan secara berkesinambungan untuk
meningkatkan kinerja di bidang K3.

2. Kebijakan mengenai lingkungan hidup


Merupakan kebijakan perusahaan untuk selalu melaksanakan kegiatan
operasinya dengan cara yang serasi antara kepentingan lingkungan hidup, sosial-
ekonomi masyarakat dan kepentingan perusahaan di seluruh daerah
operasinya.Sehubungan dengan hal tersebut, perusahaan berkomitmen untuk :
1) Mematuhi dan melaksanakan semua peraturan dan ketentuan yang
mengatur tentang pengelolaan lingkungan hidup.
2) Memberikan perhatian dan lingkungan kepada seluruh para pekerja dalam
melaksanakan tanggung jawabnya dalam pengelolaan lingkungan hidup.
3) Meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup yang terjadi
akibat kegiatan operasinya, serta mendukung penelitian guna mencari
metode-metode pengelolaan lingkungan hidup yang dapat diaplikasikan.

15
4) Melakukan pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3) serta limbah
B3 sehingga aman bagi manusia, makhluk hidup lainnya dan lingkungan
hidup.
5) Melakukan upaya-upaya pencegahan insiden dan melakukan tindakan-
tindakan segera dalam penanggulangan insiden atau keadaan darurat yang
terjadi pada kegiatan operasi yang dapat menyebabkan dampak negatif
bagi manusia dan lingkungan hidup sekitar.
6) Membangun dan membina komunikasi dengan masyarakat dan pihak
berkepentingan dalam hal pengelolaan lingkungan hidup.
7) Melaksanakan pengkajian terhadap kegiatan operasinya untuk mengukur
dan memastikan kebutuhan terhadap kebijakan ini.
8) Mendorong dan bekerjasama dengan pemerintah atau pihak berwenang
lainnya dalam mengembangkan hukum dan peraturan yang dibutuhkan.
9) Melakukan upaya-upaya perbaikan secara berkesinambungan untuk
meningkatkan kinerja di bidang lingkungan hidup.

3. Kebijakan mengenai Alkohol dan NAPZA (Narkoba, Psikotropika, dan Zat


Kimia Aditif)
Merupakan kebijakan perusahaan untuk selalu melaksanakan kegiatan
operasinya secera aman, selamat dan sehat dengan memastikan bahwa
seluruh pekerja (baik pekerja tetap maupun pekerja kontrak) dan rekanan,
selama melakukan aktifitasnya maupun selama berada di lingkungan kerja
perusahaan, tidak dalam pengaruh, tidak menyalahgunakan, tidak menyimpan
maupun tidak mengedarkan alkohol dan NAPZA (Narkoba, Psikotropika, dan
Zat Kimia Aditif). Sehubungan dengan hal tersebut, perusahaan berkomitmen
untuk :
1) Memastikan seluruh pekerja mematuhi hukum dan peraturan yang
mengatur tentang alkohol.
2) Melakukan pemeriksaan baik secara acak maupun khusus terhadap
pekerjaan dan tempat kerja dilingkungan kerja perusahaan.

16
3) Memberikan sanksi tegas pada pekerja yang terbukti melakukan
pelanggaran terhadap hukum dan peraturan yang mengatur tentang
pengguna alkohol dan atau NAPZA.
4) Berkoordinasi secara berkala dengan instansi yang terkait guna
memberikan penyeluhan dan pemahaman pada para pekerja tentang
potensi bahaya dan atau NAPZA sehingga tercipta lingkungan kerja yang
bebas penyalahgunaan Alkohol dan atau NAPZA.

2.8. Struktur Organisasi Perusahaan


PT Pertamina EP Asset 2 Field pendopo dikepalai oleh seorang Field
Manager (FM). Field Manager ini bertanggung jawab langsung kepada General
Manager Region Sumatera di Prabumulih. Field Manager ini memimpin 8
bagian yang dipimpin oleh Asisten Manager, yaitu Asisten Manager.
Untuk fungsi ataupun kegunaan dari Departement yang ada di PT
Pertamina EP Asset 2 Field Pendopo diantaranya :
1. Petroleum Engineering, departemen ini berfungsi bertanggung jawab pada
sumur-sumur di lapangan yang berhubungan dengan pekerjaan-pekerjaan
lapangan seperti, logging, perforasi, cementing, dan stimulasi untuk
mampu meningkatkan produksi.
2. Operation Production, merupakan departemen yang bertanggung jawab
dalam kegiatan operasi produksi, seperti di stasiun pengumpul, serta
mempertahankan produksi yang sudah ada.
3. WorkOver and Well Service, departemen ini berfungsi untuk melakukan
pengawasan proses work over maupun well service dan bertanggung jawab
atas perbaikan sumur produksi yang ada di wilayah kerja operasional PT
Pertamina EP Asset 2 Field Pendopo.
4. Reliable Available Maintenance (RAM), merupakan departemen yang
bertanggung jawab tentang perawatan peralatan-peralatan produksi diatas
permukaan,ataupun sebagai tempat penyediaan suku cadang peralatan di
permukaan.

17
5. Operation Planning, merupakan departemen yang berfungsi untuk
menentukan jadwal-jadwal atau schedule yang akan dilakukan untuk
operasi kerja yang bertujuan untuk mengkoordinir setiap kegiatan yang
ada di Field pendopo.
6. Legal & Relationship, merupakan departemen yang berfungsi untuk
mengatur persyaratan UU untuk melakukan kegiatan operasional kerja di
bidang migas dan bertanggung jawab untuk menjalin hubungan sosial
antar sesama untuk membangun kerjasama di wilayah operasional.
7. Supply chain Management (SCM), merupakan departemen yang mengatur
supply agar dapat melakukan kegiatan di area operasional dan juga
mengatur untuk ketersediaan peralatan yang akan digunakan dalam suatu
pekerjaan tanpa terkecuali.
8. Human Resources Departement, merupakan departemen yang
bertanggung jawab untuk semua berkas-berkas yang masuk kedalam
perusahaan, seperti Proposal PKL/TA dan surat lamaran kerja.
9. Information Communication Technology (ICT), merupakan departemen
yang berfungsi untuk mencari informasi tentang dunia migas ataupun
teknologi-teknologi yang terbaru yang digunakan pada dunia migas.
Dalam melakukan aktivitasnya, Field Manager dibantu oleh seorang
Kepala HSE dan sekretaris. Pada saat penulis melakukan Praktek Kerja
Lapangan Penulis ditempatkan di bagian Work Over and Well Service Dan untuk
lebih jelasnya struktur organisasi PT Pertamina EP Asset 2 Field Pendopo dapat
dilihat pada gambar 2.4.

18
PENDOPO
FIELD
MANAGER CORE
FUNCTIONS

HSSE AST. SECRETARY


MGR

ENGINEERING PRODUCTIO LEGAL &


WO.WS AST. RAM AST.
PLANNING N RELATION
MGR MGR
AST. OPERATION AST. MGR
MGR AST. MGR

SUPPORTING
FUNCTION

PENDOPO & ADERA


FINANCE SCM AST.
HR AST. INFORMATION &
AST. MGR MGR COMMUNICATION
MGR
TECHNOLOGY AST. MGR

( Sumber : PT Pertamina EP Asset 2 Field Pendopo)


Gambar 2.4 Struktur Organisasi PT Pertamina EP Asset 2 Field
Pendopo

19
BAB III
TINJAUAN KHUSUS

3.1. Work Over


Work over (Kerja ulang) Operasi pada sumur produksi untuk tujuan
perbaikan atau peningkatan produksi misalnya dengan jalan pendalaman, Squeeze
cementing, Perforasi dan pengasaman. Dimana penulis pada Laporan ini
membahas tentang squezee cementing yang bertujuan untuk menutup zona
perforasi pada lapisan yang sudah tidak produktif lagi.

3.2 Penyemenan
Penyemenan (Cementing) adalah proses pendorongan bubur cement ke
dalam casing naik ke annulus yang kemudian didiamkan sampai cement tersebut
mengeras sehingga mempunyai sifat melekat dengan baik terhadap
casing maupun formasi.
Pada umumnya operasi penyemenan bertujuan untuk melekatkan casing
pada dinding lubang sumur, melindungi casing dari masalah masalah mekanis
sewaktu operasi pemboran (seperti getaran), melindungi casing dari fluida formasi
yang bersifat korosi dan untuk memisahkan zona yang satu terhadap zona yang
lain di belakang casing.Menurut alasan dan tujuannya, penyemenan dapat dibagi
dua, yaitu penyemenan utama (primary cementing) dan penyemenan kedua atau
penyemenan perbaikan (secondary cementing atau Remedial Cementing
(penyemenan kedua atau penyemenan perbaikan).
Primary Cementing adalah penyemenan pertama kali yang dilakukan
setelah casing diturunkan ke dalam sumur. sedangkan secondary cementing
adalah penyemenan ulang untuk menyempurnakan primary cementing atau
memperbaiki penyemenan yang rusak.

20
3.3. Teknik Penyemenan
Terdapat beberapa system dalam penyemenan utama dan itu semua
tergantung kondisi dan jenis casing yang akan disemen. Secara umum
penyemenan dibedakan menjadi dua jenis penyemenan yaitu :
3.3.1. Primary Cementing
Primary cementing adalah proses penyemenan yang dilakukan pertama
kali setelah casing di turunkan ke dalam lubang bor. Penyemenan casing pada
dinding lubang sumur dipengaruhi oleh jenis casing yang akan disemen.
3.3.2. Secondary Cementing atau Remedial Cementing
Setelah operasi khusus semen dilakukan, seperti Cement Bond Logging
(CBL) dan Variable Density Logging (VDL). Kemudian di dapati kurang
sempurnanya atau adanya kerusakan pada primary cementing, maka dilakukanlah
secondary cementing.
Secondary cementing dilakukan juga apabila pengeboran gagal
mendapatkan minyak dan menutup kembali zona produksi yang di perforasi.
Secondary cementing dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu : squeeze cementing,
Re-sementing dan Plug-back cementing.
1. Squeeze cementing
Semen desak, yaitu bubur semen dipompakan sampai ke kedalaman
tertentu lalu ditekan agar masuk ke dalam lubang perforasi. Tujuannya untuk
memperbaiki bonding (ikatan semen di belakang casing) atau untuk menutup
perforasi yang akan ditinggalkan. Dalam proses pengeboran ataupun penyelesaian
sumur semen desak ini dilaksanakan antara lain dengan tujuan :
a. Menutup formasi yang sudah tidak lagi produktif.
b. Menutup zona lost circulation.
c. Memperbaiki kebocoran yang terjadi di casing.
2. Re-cementing
Re-cementing dilakukan untuk menyempurnakan primary cementing yang
gagal dan untuk memperluas perlindungan casing di atas top semen.
3. Plug-Back Cementing

21
Metoda plug back hampir sama dengan squeeze cementing, hanya pada
penyemenan plug back bubur semen dipompakan sampai ke kedalaman
tertentu tetapi tidak ditekan. Plug-back cementing dilakukan untuk :
a. Menutup atau meninggalkan sumur (abandonment well).
b. Melakukan directional drilling sebagai landasan wipstock, yang dikarenakan
adanya perbedaan compressive strenght antara semen dan formasi maka akan
mengakibatkan bit berubah arah.
Untuk penyemenan yang dilakukan pada sumur IA tepatnya pada layer

3.4. Jenis-jenis Semen


API telah melakukan pengklarifikasian semen ke dalam beberapa semen
guna mempermudah pemilihan dan penggolongan semen yang akan digunakan,
pengklasifikasian ini berdasarkan pada kondisi sumur, temperature, tekanan dan
kandungan yang terdapat pada fluida formasi. Bubuk semen ditempatkan dalam
karung atau sack. Berat dari 1 (satu) sack semen adalah 94 lbs pada umumnya.
Sedangkan berat jenis dari bubuk semen adalah 3,14 gr/cc.
Bubuk semen yang dipakai dalam penyemenan sumur minyak atau gas
berbeda dengan semen yang digunakan untuk bangunan. Sumur minyak
mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu, sehingga bubur semen harus
disesuaikan pula. American Petroleum Institute telah membuat standar dari bubuk
semen yang digunakan untuk menyemen sumur minyak dan gas.
Klasifikasi semen yang dilakukan API terdiri dari :
1. Kelas A
Semen kelas A ini digunakan dari kedalaman 0 (Permukaan) sampai 6000
ft. Semen ini terdapat dalam tipe biasa (ordinary type) saja, dan mirip dengan
semen ASTM C-150 tipe 1.
2. Kelas B
Semen kelas B digunakan dari kedalaman 0 sampai 6000 ft, dan tersedia
dalam jenis yang tahan terhadap kandungan sulfat menengah dan tinggi
(moderate dan high sulfate resistant).

22
3. Kelas C
Semen kelas C digunakan dari kedalaman 0 sampai 6000 ft, dan
mempunyai sifat high-early strength (proses pengerasannya cepat) semen ini
tersedia dalam jenis moderate dan high sulfate resistant.
4. Kelas D
Semen Kelas D digunakan untuk kedalaman dari 6000 sampai 12.000 ft,
dan untuk kondisi sumur yang mempunyai tekanan dan temperature tinggi.
Semen ini tersedia juga dalam jenis moderate dan high sulfate resistant.
5. Kelas E
Semen Kelas E ini digunakan untuk kedalaman dari 6000 sampai 14.000
ft, dan untuk kondisi sumur yang mempunyai tekanan dan temperature tinggi.
Semen ini tersedia juga dalam jenis moderate dan high sulfate resistant.
6. Kelas F
Semen Kelas F digunakan untuk kedalaman dari 10.000 sampai 16.000 ft,
dan untuk kondisi sumur yang mempunyai tekanan dan temperature tinggi.
Semen ini tersedia dalam jenis high sulfate resistant.
7. Kelas G
Semen Kelas G digunakan dari kedalaman 0 sampai 8000 ft, dan
merupakan semen dasar. Bila ditambahkan retarder semen ini dapat dipakai
untuk sumur.
8. Kelas H
Semen Kelas digunakan dari kedalaman 0 sampai 4000 ft,dan merupakan
pula semen dasar. Dengan penambahan accelerator dan retarder, semen ini
dapat digunakan pada range kedalaman dan temperature yang besar. Semen ini
hanya tersedia dalam jenis moderate sulfate resistant.
9. Kelas I
Tersedia untuk tingkat moderate sulfate resistance. Kelas semen dari A
sampai F merupakan semen yang tidak ditambah dengan additive dalam
penggunaannya, sedangkan untuk kelas G dan H ditambah dengan additive bila
diperlukan sehingga cement Kelas G dan H dapat kita kehendaki dan kita

23
inginkan kegunaannya sesuai dengan keperluan pada saat kita akan melakukan
penyemenan.
Untuk semen yang di pakai untuk Squeeze cementing pada layer P2b
sumur IA adalah semen kelas G .Jenis semen yang umum dipakai di untuk sumur
minyak di indonesia adalah Kelas “G” type HSR (high sulphate resistant). Tidak
semua pabrik semen di indonesia memproduksi semen tersebut, karena semen ini
mempunyai spesifikasi kandungan kimia yang sudah ditetapkan oleh American
Petroleum Institute (API).

3.5. Peralatan Penyemenan


Proses penyemenan terdiri dari pencampuran air dengan semen dalam
perbandingan tertentu dan dengan additive tertentu pula. Pendorongan semen
dapat dilakukan dengan sistem sirkulasi ke belakang casing, ditekan masuk ke
formasi atau ditempatkan sebagai suatu plug atau sumbat pada lubang yang tidak
merupakan perforasi completion (misalnya disini open hole completion).
Peralatan penyemenan pada dasarnya dibagi menjadi dua bagian, yaitu peralatan
di atas permukaan (surface equipment) dan peralatan bawah permukaan (sub
surface equipment).
3.5.1. Peralatan di Atas Permukaan
Peralatan penyemenan terdapat di atas permukaan meliputi : cementing
unit, flow line dan cementing head.
1. Cementing Unit
Cementing unit adalah merupakan suatu unit pompa yang mempunyai
fungsi untuk memompakan bubur semen (slurry) dan lumpur pendorong dalam
proses penyemenan.

24
Cementing Unit terdiri dari :

(sumber : dokumentasi penulis)


Gambar 3.1 Cementing Unit

a. Tangki Semen, Untuk menyimpan semen kering.

(sumber : dokumentasi penulis)


Gambar 3.2 Tangki semen

25
b. Hopper, Untuk mengatur aliran dari semen kering agar merata.
c. Jet Mixer, Mixer yang umum digunakan sekarang ini adalah jet mixer dimana
dipertemukan dua aliran yaitu bubur semen dan air yang ditentukan melalui
venturi agar dapat mengalir dengan deras dan dapat menghasilkan turbulensi,
yang dapat menghasilkan pencampuran yang baik dan benar-benar homogen.
Densitas slurry dapat diukur dengan mud balance.

(sumber : dokumentasi penulis)


Gambar 3.3 Jet Mixer

d. Motor penggerak pompa dan pompa semen berfungsi untuk memompa bubur
semen. Mengontrol rate dan tekanan, jenis pompa dapat berupa duplex
double acting piston pump dan single acting triplex plunger pump.

26
(sumber : dokumentasi penulis)
Gambar 3.4 Pompa

pump lebih umum dipakai karena slurry dapat dikeluarkan dengan rate yang
lebih uniform dan tekanannya lebih besar.
Jenis-jenis Cementing unit :
1. Truck mounted cementing unit.
2. Marine cementing unit.
3. Skit mounted cementing unit.
2. Flow Line
Pipa yang berfungsi untuk mengalirkan bubur semen yang dipompakan dari
cementing unit ke cementing head.
3. Cementing Head
Berfungsi untuk mengatur aliran bubur semen yang masuk ke lubang bor. Ada
dua tipe cementing head, yaitu :
a. Mac Clatchie Cementing Head
Merupakan tipe cementing head yang cara penggunaannya pada waktu
pemasukan bottom plug dan top plug dengan jalan membuka dan memasang
kembali.
b. Plug Container

27
Jenis ini tidak praktis dari pada mac clatchie, karena pada plug contanier ini
memasangnya top plug dan bottom plug tidak perlu membukanya, akan
tetapi sudah terpasang sebelumnya.

3.5.2. Peralatan Bawah Permukaan


Peralatan penyemenan bawah permukaan meliputi :
1. Casing
Merupakan pipa selubung yang berfungsi untuk :
a. Melindungi lubang bor dari pengaruh fluida formasi dan tekanan-tekanan
disekitarnya.
b. Melindung lubang bor dari guguran.
c. Memisahkan formasi produktif satu dengan lainnya.
d. Bersama-sama semen memperkuat dinding lubang serta mempermudah
operasi produktif nantinya.
Jenis-jenis casing :
1) Conductor casing.
2) Intermediate casing.
3) Production casing.
2. Centralizer
Untuk mendapatkan cincin semen yang baik (merata), casing harus terletak
ditengah-tengah lubang, untuk itu casing dilengkapi dengan centralizer.
Fungsi dari centralizer sebagai berikut :
a. Menempatkan casing di tengah-tengah lubang.
b. Menyekrap mud cake.
c. Mencegah terjadinya differntial sticking.
Centralizer dibuat dari bahan baja, sehingga mampu mendorong casing
ditengah-tengah lubang.
3. Scratcher
Adalah suatu alat yang dirangkaikan/dipasang pada casing dan berfungsi
untuk membersihkan dinding lubang bor dari mud cake, sehingga didapat lubang

28
bor yang bersih. Ada dua jenis scratchers, yaitu Rotation type wall scratchers
dan Reciprecasing type scratcher.
4.Peralatan Floating
Peralatan floating terdiri dari casing shoe, float shoe, guide collar dan
float collar.
a. Casing Shoe
Biasanya berbentuk bulat pada bagian bawah dan ditempatkan pada
ujung terbawah dari rangkaian casing dan didalamnya tidak terdapat valve.
Berfungsi sebagai sepatu dan pemandu untuk memudahkan pemasukan
rangkaian casing agar tidak terjadi sangkutan pada didinding lubang
bor. Shoe ini bersifat drillable atau dapat dibor kembali.
b. Float Shoe
Pada prinsipnya adalah sama dengan casing shoe, perbedaannya
terletak pada adanya valve yang berfungsi untuk :
- Mencegah aliran balik, mencegah blowout pada saat casing
diturunkan.
- Mencegah aliran balik semen, setelah proses penyemenan.
- Memperkecil beban menara.
c. Casing Collar
Casing collar adalah sambungan pendek yang dipasang di
atas shoetrack. Alat ini berfungsi manahan cementing plug setelah
penyemenan. Bila casing shoe adalah float shoe, maka casing collar
umumnya tidak pakai floating system. Casing collar yang pakai floating
system disebut dengan float collar.
5. Shoe Track
Merupakan pipa casing yang dipasang antara shoe dan collar, sepanjang
satu batang atau lebih, tergantung dari ketinggian semen di annulus, karena
ketinggian semen di annulus akan menentukan perbedaan tekanan hidrostatik
diluar dan didalam casing pada waktu memasukkan top plug.
Shoe track berfungsi untuk menampung bubur semen yang bercampur udara
atau lumpur pendorong, agar tidak keluar ke annulus disekitar shoe.

29
Memasukkan udara pada bubur semen ini terjadi bila penyemenan
menggunakan mac clatchie cementing head, yaitu pada saat cementing
head dibuka sampai memasuki top plug dan pemasangan cementing head
kembali.
Udara masuk karena adanya penurunan tekanan semen, akibat perbedaan
berat jenis bubur semen didalam casing dan berat jenis lumpur diluar casing.
6. Bottom Plug
Berfungsi untuk mencegah adanya kontaminasi antara lumpur dengan
bubur semen. Jadi untuk mendorong lumpur yang berada didalam casing dan
memisahkan casing dari semen dan juga membersihkan mud film didalam
dinding casing, pada bottom plug terdapat membran yang pada tekanan tertentu
dapat pecah, sehingga semen akan mengalir keluar dan terdorong ke annulus
sampai mencapai tujuan yang diharapkan. Bottom plug dibuat dari bahan karet
dan bahan dalamnya dibuat dari alumunium.
7. Top Plug
Berfungsi untuk mendorong bubur semen, memisahkan semen dari lumpur
pendorong agar tidak terjadi kontaminasi, membersihkan semen dari sisa-sisa
semen didalam casing. Alat ini sebagian besar terbuat dari karet dan pada
bagian bawahnya digunakan plat alluminium dan tidak mempunyai membran.
Untuk Kegiatan Squeeze cementing pada layer Q2b sumur IA hanya
menggunakan Drill Pipe sebagai Peralatan bawah permukaan sebagai media
untuk menginjeksikan Slury cement dari surface menuju layer Q2b.

3.6. Profil Sumur IA


Sumur IA merupakan salah satu sumur eksplorasi yang telah dibor tanggal
23 Juni 1978. Yang tujuannya untuk membuktikan adanya sumber daya
hidrokarbon pada Formasi Talang Akar (TAF). Berdasarkan diagram sumur pada
tanggal 18 Januari 2015. Kondisi sumur IA sendiri yaitu dalam keadaan Suspend
.pada sumur IA memiliki ukuran casing bermacam – macam mulai dari conductor
casing, surface casing, dan production casing antara lain:

30
1. Conducktor Casing ukuran diameter 13 3/8 di kedalaman 151,07 meter.
2. Surface Casing ukuran diameter 9 5/8 dikedalaman 653,63 meter.
3. Production Casing ukuran diameter 7 dikedalaman 2249,06 meter.

Status Sebelum Program

(Sumber : PT Pertamina EP Asset 2 Field Pendopo)


Gambar 3.5 Diagram Sumur IA
Perforasi terdapat 9 lubang perforasi yang terdapat Empat Zona perforasi
yang telah di tutup saat yang bersamaan pada tanggal 5 April 2011 dangan
menggunakan metode squeeze cementing, lubang Perforasi yang ditutup yaitu
pada layer E,HO,K dan L1. Dan juga terdapat layer yang terisolasi dengan

31
menggunakan Bridge plug yaitu pada layer P2a, P2b, P2c dan S. Perforasi baru
dilakukan pada tanggal 10 April 2011, yaitu layer N1 dengan kedalaman 1916-
1919 Meter. Untuk lapisan yang masih aktif yaitu pada layer N1 pada kedalaman
1916-1919 Meter. Akan tetapi lapisan tersebut tidak produktif sehingga sumur
tersebut tidak dilakukan proses produksi atau di tunda untuk sementara (Suspend).

3.7. Pelaksanaan Kegiatan Squeeze Cementing Sumur IA


1. Tutup Lap eksisting L1 (1916.0-1919.0) m dengan semen squeezed.
2. Drill Out semen s/d top BP 1 @ 2024.0 m.
3. MILLING bp 1 @ 2024.0 m
4. Sqeezed cementing Lap. P2a di 2032.5-2035 m
5. MILLING BP 2 @ 2050.0 m dan BP 3 @ 2080.0 m dorong s/d top BP 4 @
2170.0 m.
6. Squeeze cementing Lap P2b di 2064-2068.5 m dan P2c di 2083.5-2085.5 m.
7. Drill Out semen s/d top BP 4 @ 2170.0 m.
8. Milling BP 4 @ 2170.0 m dan dorong s/d 2222.0 m.
9. Tutup Lap eksisting Lap. S di 2195-2200 m.
10. Drill Out semen s/d 2222.0 m.
11. Run log RST interval 1800-2220 m (interval survey akan didetailkan di JO).
12. Perforasi lapisan Q2b (2126.5-2128.0) m dengan casing Gun 4505 5spf.
13. Swab sumur, lakukan tes produksi. Dan pengukuran tekanan (PBU/MIT)
14. “Jika hasil jelek, squeezed lapisan Q2b, perforasi lapisan potensi lainya sesuai
hasil intrepretasi RST.
15. Swab sumur, lakukan tes produksi, dan pengukuran teknan (PBU/MIT)
lakukan tes produksi.
Rangkaian kegiatan diatas adalah program work over yang akan dilakukan
pada sumur IA oleh PT Pertamina EP Asset 2 Field Pendopo, agar sumur IA
tersebut lebih ekonomis.

32
Status Sebelum Program

(Sumber : PT Pertamina EP Asset 2 Field Pendopo)


Gambar 3.6 Sumur IA Sebelum di Program (Work Over)

33
Status Setelah Program

(Sumber : PT Pertamina EP Asset 2 Field Pendopo)


Gambar 3.7 Sumur AI Sesudah di Program (Work Over)

34
3.8. Squeeze Cementing Pada Layer P2a di Sumur IA PT Pertamina EP Asset
2 Field Pendopo
Squeeze cementing secara umum dapat dikatakan sebagai suatu proses
dimana bubur semen (cement slurry) didorong dengan tekanan yang diizinkan
sampai pada titik tertentu dengan tujuan nantinya slurry akan menempati zona
yang akan di squeeze. Slurry yang di squeeze ke zona perforasi akan mengeras
dan menambal daerah tersebut. Squeeze cementing dapat diaplikasikan selama
operasi pemboran berlangsung, komplesi, maupun pada saat work over. PT
Pertamina EP Asset 2 Field Pendopo lapangan Benuang, memiliki sumur yang
lapisannya sudah tidak produktif lagi, yaitu sumur IA dalam keadaan Suspend.
Sumur AI akan dilakukan pindah Lapisan yaitu lapisan Q2b melalui kegiatan
work over. Sehingga diputuskan untuk menutup zona perforasi yang ada pada
sumur IA yang sudah ada sebelumnya yaitu Pada Layer N1,P2a,P2b,P2c dan layer
S. Proses Untuk menutup zona perforasi tersebut dilakukan dengan metode
squeeze cementing.
Kegiatan squeeze cementing yang akan dibahas yaitu kegiatan Squeeze
cementing pada layer P2a pada kedalaman 2032-2035 meter.
Tabel 3.1 Program Squeeze cementing layer P2a

Tabel 3.1 Program Squeeze cementi

(Sumber : PT Pertamina EP Asset 2 Field Pendopo)

35
Pada program Squeeze cementing diatas volume spacer ahead yang
digunakan sebanyak 5 bbl , untuk volume slurry cement sebanyak 10 bbl, Volume
spacer hehind sebanyak 0,74 bbl, dan volume displacement sebanyak 28,66
bbl.sedangkan pada proses reverse out menggunakan salt water sebanyak 54,82
bbl. Untuk urutan kegiatan nya yaitu Tubing atau drillpipe diturunkan kedalam
lubang sumur pada kedalaman yang telah ditentukan untuk dilakukan
penyemenan. Air asin dari formasi (salt water) dipompakan dahulu hingga
memenuhi casing melalui tubing untuk membersihkan sumur terlebih dahulu serta
menurunkan temperatur di sumur.Memompakan Water ahead Kedalam lubang
sumur sebanyak 5 bbl . Lalu slurry di-displace (ditempatkan) sebanyak 10 bbl ke
interval perforasi melalui tubing dengan cara memompakan spacer atau air tawar
didepan (water ahead) dan dibelakang. Water behind slurry sebnyak 0,74 bbl
dengan tujuan agar slurry tidak terkontaminasi dengan air formasi yang dapat
mempengaruhi proses pengerasan cement menjadi lebih cepat. Fungsi dari water
behind sama seperti water ahead yaitu sebagai spacer antara slurry. Water
displace densitas water ahead yang digunakan adalah 8,3 ppg, lalu densitas salt
water yang digunakan sebagai preflush dan Air formasi (displacing fluid) yaitu
8,496 ppg. Reverse circulation sebanyak 54,82 bbl dilakukan untuk
membersihkan sisa-sisa slurry yang masih menempel di string dan
mengeluarkannya melalui string dengan cara memompakan salt water dari casing
ke tubing.Setelah itu proses squeeze dimulai dengan cara memompakan Salt water
melalui tubing sebanyak 1,80 bbl untuk memberikan pressure kepada slurry
sampai tekanan pemompaan maksimum tercapai (hesitation). Hal ini bertujuan
untuk mendesak slurry untuk mengisi zona perforasi yang akan di tutup. Menutup
semua valve dengan tujuan agar gaya yang diberikan konstan untuk menahan
tekanan didalam casing sampai semen mengeras. Biasanya waiting on cement ini
dilakukan selama 12 jam atau sampai sample yang diuji dilaboratorium kering.

3.9. Urutan Kegiatan Squeeze Cementing pada Layer P2a di Sumur IA

Kegiatan Squeeze Cementing yang dilakukan sendiri dengan tujuan menutup


lapisan yang tidak lagi ekonomis sehingga dilakukannya Squeeze cementing pada

35
beberapa lapisan yang ada pada sumur IA. penulis pada kali ini membahas
Squeeze cementing Pada layer P2a dimana untuk urutan kegiatan adalah sebagai
berikut :
1. Tubing atau drillpipe diturunkan kedalam lubang sumur pada kedalaman yang
telah ditentukan untuk dilakukan penyemenan.
2. Air asin dari formasi (salt water) dipompakan dahulu hingga memenuhi casing
melalui tubing untuk membersihkan sumur terlebih dahulu serta menurunkan
temperatur di sumur.
3. Memompakan Water ahead Kedalam lubang sumur.
4. Lalu slurry di-displace (ditempatkan) ke interval perforasi melalui tubing
dengan cara memompakan spacer atau air tawar didepan (water ahead) dan
dibelakang.
5. Water behind slurry dengan tujuan agar slurry tidak terkontaminasi dengan air
formasi yang dapat mempengaruhi proses pengerasan cement menjadi lebih
cepat. Fungsi dari water behind sama seperti water ahead yaitu sebagai spacer
antara slurry.
6. Water displace densitas water ahead yang digunakan adalah 8,3 ppg, lalu
densitas salt water yang digunakan sebagai preflush dan Air formasi
(displacing fluid) yaitu 8,496 ppg.
7. Reverse circulation dilakukan untuk membersihkan sisa-sisa slurry yang masih
menempel di string dan mengeluarkannya melalui string dengan cara
memompakan salt water dari casing ke tubing.
8. Setelah itu proses squeeze dimulai dengan cara memompakan Salt water
melalui tubing untuk memberikan pressure kepada slurry sampai tekanan
pemompaan maksimum tercapai (hesitation). Hal ini bertujuan untuk
mendesak slurry untuk mengisi zona perforasi yang akan di tutup.
9. Menutup semua valve dengan tujuan agar gaya yang diberikan konstan untuk
menahan tekanan didalam casing sampai semen mengeras. Biasanya waiting on
cement ini dilakukan selama 12 jam atau sampai sample yang diuji
dilaboratorium kering.

37
BAB IV
PENUTUP

Setelah penulis melakukan Praktik Kerja Lapangan dan melakukan


Kegiatan operasional Squeeze Cementing di PT Pertamina EP Asset 2 Field
Pendopo, penulis membuat beberapa kesimpulan, sebagai berikut :
1. Kegiatan Squeeze Cementing di sumur IA Field Pendopo dilakukan dengan
terlebih dahulu menyemen untuk menutup lapisan N1 di kedalaman 1916–1919
m, kemudian milling 4 Bridge Plug dan kemudian menutup lapisan P2a di
2032,5-2035 m, P2b di 2064-2068,5 m, P2c di 2083,5-2085,5 m, S di 2195-
2200 m dengan metode squeeze cementing.
2. Kegiatan Squeeze cementing di Sumur IA Field pendopo dilakukan untuk
menutup zona perforasi Pada layer N1, P2a, P2b, P2c, dan Layer S karena akan
dilakukan pindah lapisan yaitu pada layer Q2b.
3. Peralatan Surface yang digunakan pada kegiatan squeeze cementing di sumur
AI yaitu cementing unit (mixing hooper, jet mixer, motor penggerak pompa ,
pompa semen),Flow Line dan Cementing Head dan peralatan subsurface
hanya menggunakan Drill Pipe

38
DAFTAR PUSTAKA

Allen, T. O. Dan Roberts,A.P., 1978.Work Over and Well Service. The Univercity
of Tulsa: Oil and Gas Consultants International.
Pertamina. 2009.Sejarah PT Pertamina Region Sumatera Field Pendopo. PT
Pertamina EP Asset 2 Field Pendopo
Rubiandini, R., 2001.Dasar-dasar teknik WO & WS. Bandung: Institut Teknologi
Bandung.

39
39

Anda mungkin juga menyukai