Anda di halaman 1dari 47

STUDI LITERATUR

PENGGUNAAN APD (ALAT PELINDUNG DIRI)


DI PT BUKIT ASAM Tbk.
TANJUNG ENIM, SUMATERA SELATAN

Dibuat untuk Memenuhi Persyaratan Matakuliah


Praktik Kerja Lapangan Semester V

Oleh :
1. Novero Andopa Putra Riauwan NPM 1804049
2. Muhamzah NPM 1804055

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN BATUBARA


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
POLITEKNIK AKAMIGAS PALEMBANG
TAHUN 2021
HALAMAN PENGESAHAN

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN BATUBARA


POLITEKNIK AKAMIGAS PALEMBANG

STUDI LITERATUR PRAKTIK KERJA LAPANGAN

PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DI PT BUKIT


ASAM Tbk TANJUNG ENIM, SUMATERA SELATAN

Palembang, 17 Februari 2021


Pembimbing PKL Akademik

Kms.Moh. Ade Isnaeni, S.T.,M.T

Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Pertambangan Batubara

Lina Rianti, S.T., M.T.

ii
TELAH DIUJIKAN DIHADAPAN TIM PENGUJI PADA :

Program Studi : Teknik Pertambangan Batubara


Jurusan : Teknik Pertambangan
Di : Politeknik Akamigas Palembang

Diterima untuk Program Studi Teknik Pertambangan Batubara


Politeknik Akamigas Palembang

Oleh Tim Penguji : Jabatan Hari, Tanggal Tanda Tangan

1. Lina Rianti, S.T.,M.T. Penguji I Rabu, 17-02-2021 ( )

2. Siti Hardianti, S.T.,M.T. Penguji II Rabu, 17-02-2021 ( )

Palembang, 17 Februari 2021


Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Pertambangan
Batubara

Lina Rianti, S.T., M.T.


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan kerja peraktek dan menyusun
laporan kerja peraktek yang berjudul “Penggunaan Alat Pelindung Diri di PT
Bukit Asam Tbk”.

Penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan ini sebagai bukti dalam


pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan dan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan mata kuliah Kerja Praktek Program Diploma 3 (D3) Teknik
Pertambangan Batubara Politeknik Akamigas Plembang.

Dalam penyusunan laporan ini, Penulis banyak mendapatkan bantuan dari


berbagai pihak, Oleh karena itu dengan hati yang tulus dan iklas, Penulis ingin
menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada:

1. Ibu Hj. Amiliza Miarti, S.T., M.SI., selaku direktur Politeknik Akamigas
Palembang.
2. Bapak Wakil Direktur Politeknik Akamigas Palembang.
3. Ibu Lina Rianti, S.T., M.T., slaku kepala Prodi Teknik Pertambangan
Batubara Politeknik Akamigas Palembang.
4. Bapak K.Moh Ade Isnaeni, S.T., M.T., selaku Pembimbing PKL pada
program stud Teknik Perambangan Batubara Politeknik Akamigas
Palembang.
5. Bapak dan Ibu staf Dosen pada Program studi Teknik Pertambangan
Batubara Politeknik Akamigas Palembang.
6. Rekan-rekan mahasiswa/i Program studi Teknik Pertambangan Batubara
Politeknik Akamigas Palembang.

Smoga amal baik yang telah diberikan mendapatkan imbalan yang sesuai
dari Allah SWT. Penulis menyadari laporan Praktek Kerja Lapangan ini jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu keritik dan saran sangat diharapkan untuk
kesempurnaan laporan Praktek Kerja Lapangan ini. Semoga tugas Praktek Kerja
Lapangan ini dapat bermanfaat bagi penuls sendiri dan bagi mahasiswa dan
mahasiswi Poiteknik Akamigas Palembang, khususnya bagi Program Studi
Teknik Pertambangan Batubara.

Palembang, Febuari 2021


Penulis.

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………….........i

HALAMAN KETERANGAN SEMINAR PKL …………………………….ii

HALAM PERSETUJUAN PKl ……………………………………………...iii

KATA PENGANTAR ………………………………………………………...iv

DAFTAR ISI ……………………………………………………………….....vi

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….......viii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………….…..1

1.1. Latar Belakang ………………………………………………….......10

1.2,. Tujuan Dan Manfaat ……………………………………………….10

1.2.1. Tujuan ………………………………………………….....10

1.2.2. Manfaat ………………………………………………..….11

1.3. Pembatasan Masalah …………………………………………….....11

1.4. Metologi Penulisan ………………………………………………....11

1.5. Pengolahan Data ………………………………………………….11


BAB II Tinjauan Umum ……………………………………………………....14
2.1. Profil PT. Bukit Asam Tbk………….……………………………....14
2.2. Visi, Misi serta Tata Nilai Perusahaan………………………….......16
2.3. Holding BUMN …………………………………………….………17
2.4 Struktur Organisasi Perusahaan……………………………..……....17
2.5. Lokasi dan Kesampaian Daerah………………………………….….19
2.6. Cadangan Batubara………………….……………...
………………..20
2.7. Kualitas Batubara ……………………………………………….......21
BAB III TINJAUAN KHUSUS …………………………………………..........24
3.1. K3 dab Sistem Manajemen K3 .………………………….……........24
3.1.1. Definisi K3………………………………………………...24
3.1.2. Tujuan K3 Pertambangan………………………………….25
3..1.3. Sistem Manajemen K3 di PT Bukit Asam Tbk……………
25
3.2. Alat Pelindung
Diri………………………………………………......29
3.2.1. Definisi Alat Pelindung Diri
…………………………........29
3.2.2. Dasar Hukum APD
………………………………..............27
3.2.3. Pemilihan Alat Pelindung
Diri……………………………..30
3.2.4. Tujuan dan Manfaat APD
………………………………..31
3.2.5. Kelebihan dan Kekurangan
APD…………………………..31
3.2.6. Sistem Perencanaan APD………………………………….32
3.2.7. Jenis APD yang digunakan di PT Bukit Asam Tbk……….33
3.3. Standar Alat Pelindung Diri ………………………………………...42
3.3.1. Standar Nasional Indonesia…………….……………….....42
3.3.2 American Standard of Safety Institue…………….…….….43
BAB IV KESIMPULAN …………………………………………….………....44
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...46
LAMPIRAN

vii
viii
DAFTAR TABEL
2.1 Potensi Batubara didaerah konsesi PTBA Tanjung Enim....21
2.2 Penggolongan Kualitas Batubara di PTBA..........................22
2.3 Klasifikasi Batubara Berdasarkan market brand..................24
2.4 Program K3 PT Bukit Asam Tbk.........................................27
2.5 Deskripsi Warna Helm.........................................................35

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

2.6 Bagan Alir Penelitian .......................................................14


2.7 Holding BUMN.................................................................18
2.8 Struktur Organisasi............................................................19
2.9 Kesampaian Daerah PT Bukit Asam Tbk..........................20
3.1 Wilayah Penambangan UPTE...........................................21
3.2 Alat Pelindung Kaki..........................................................37
3.3 Alat Pelindung Kaki di Laboratorium...............................37
3.4 Alat Pelindung wajah........................................................38
3.5 Alat Pelindung Telinga......................................................38
3.6 Alat Pelindung Tangan......................................................39
3.7 Kacamata ..........................................................................40
3.8 Alat Pelindung Badan........................................................40
3.9 Masker Tambang ………...………………………………41
3.10 Rompi Tambang…….…..………………………………..42
3.11 Jas Lab……………………………………………………43

x
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Praktik kerja lapangan (PKL) adalah salah satu bentuk pengintegrasian
kegiatan pada masyarakat dengan program pendidikan yang dilakukan mahasiswa
dengan bimbingan secara terpadu antara pendidikan tinggi dan intansi/masyarakat
tempat para mahasiswa melakukan kegiatan PKL.

PKL yang seharusnya dilakukan pada bulan juni 2019 tertunda karena
indonesia dan dunia terserang virus Covid19 (Corona Virus Disease) yang
mengharuskan perusahaan perusahaan tambang menutup sementara
perusahaannya untuk orang luar sehingga kami melakukan pendalaman materi
tentang perusahaan tambang batubara di Indonesia.

PT Bukit Asam, Tbk. adalah salah satu industri perusahaan tambang


yang memiliki banyak cadangan batubara di Indonesia dan wilayah operasi
yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Salah satu lokasi
penambangannya terletak di Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Unit
Penambangan Tanjung Enim (UPTE) PT Bukit Asam, Tbk. menggunakan
sistem penambangan tambang terbuka (surface mining) dan PT Bukit
Asam, Tbk. memiliki luas areal Izin Usaha Pertambangan (IUP) sebesar
66.414 hektar.
Berdasarkan uraian diatas, perlu adanya penulisan laporan hasil diskusi
untuk mengetahui serta memahami K3 tentang penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD) dan profile perusahaan PT Bukit Asam, Tbk.

1.2 Tujuan dan Manfaat

1.2.1 Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan Prakyek Kerja Lapangan adalah:
1. Untuk mengetahui K3 di PT Bukit Asam, Tbk.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis APD di PT Bukit Asam, Tbk.
3. Untuk mengetahui standard APD yang digunakan di PT Bukit Asam, Tbk.

1.2.2. Manfaat
1. Menambah wawasan didunia pertambangan batubara khusus nya di PT.
Bukit Asam Tbk.
2. Menambah referensi untuk Tugas Akhir.
3. Menambah wawasan mengenai aktifitas penambangan dikondisi pandemi.
4. Menambah wawasan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan
Alat Pelindung Diri (APD) di PT.Bukit Asam Tbk.

1.3. Pembatasan Ruang Lingkup PKL


Ruang lingkup PKL pada laporan ini difokuskan pada profil PT. Bukit
Asam dan keselamatan kesehatan kerja (K3) dan Alat pelindung diri (APD) pada
PT. Bukit Asam, Tbk.

1.4. Metodologi Penulisan


Metodologi Penulisan yang digunakan dalam penyusunan Laporan Kerja
Lapangan ini adalah metodologi data sekunder merupakan data yang di dapatkan
dari buku ataupun dari internet.
a.Studi pustaka

Mencari dan mempelajari Literatur-Literatur yang berhubungan dengan


kerja lapangan yang dilakukan di PT Bukit Asam berupa referensi tentang Alat
Pelindung Diri (APD) pertambangan serta referensi yang menjadi acuan dalam
penyusunan laporan kerja lapangan ini.
b. Pengumpulan data

Pengumpulan data dari laporan praktik kerja lapangan ini adalah Literatur
dimana kegiatan ini mencari informasi serta teori yang berhubungan dengan Alat
Pelindung Diri (APD) dipertambangan berdasarkan referensi dari Buku,jurnal
serta internet.

1.5. Pengolahan Data dan Kesimpulan

12
Penyusunan laporan penelitian ini disusun perbab yang didalamnya
terdapat sub bab yang akan mengurangikan tentang penggunaan Alat Pelindung
Diri (APD) di PT Bukit Asam Tbk, susunan tersebut antara lain.

a. BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini tercantum latar belakang, tujuan penulis, manfaat
kegiatan, batasan masalah, metodologi penulisan dan sistematika
penulisan.
b. BAB II TINJAUAN UMUM
Bab ini membahas tentang sejarah PT Bukit Asam Tbk, lokasi dan
daerah, keadaan geologi, tenaga kerja, fasilitas perusahaan dan
cadangan.
c. BAB III TINJAUN KHUSUS
Bab ini membahas tentang penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di
PT Bukit Asam Tbk.
d. BAB IV PENUTUP
Bab ini membahas kesimpulan hasil dari praktik kerja lapangan yang
dilakukan oleh penul

13
Mulai

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Pertambangan

Studi Literatur

Data Sekunder

 Laporan TA
 Jurnal Penelitian
 Buku Referensi
 Internet

Penyusunan Data

Pembahasan

Kesimpulan

Gambar 1.1 Bagan alir penilisan

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1. Profil PT Bukit Asam, Tbk.

PT Bukit Asam Tbk adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang di
dirikan pada tanggal 2 Maret 1981 dengan dasar Peraturan Pemerintah No 42
tahun 1980 yang berkantor pusat di Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Diawali
Penyelidikan Eksplorasi yang dilakukan oleh bangsa Belanda Pada tahun 1915
sampai dengan 1918 yang di pimpin Ir. Man Haat yang hasilnya menunjukkan

14
ditemukannya kandungan batubara yang besar di kawasan Bukit Asam. Pada
tahun 1919 tambang batubara di Bukit Asam mulai berpoduksi, wilayah operasi
penambangan pertama dilakukan di areal Tambang Air Laya dengan sistem
penambangan tambang bawah tanah. Batubara yang dihasilkan dihubungkan
melalui dermaga Kertapati Palembang melalui kereta api sejauh ±165 km dan
jalan darat sejauh ± 200 km.
Seiring dengan berakhirnya kekuasaan kolonial Belanda di tanah air, para
karyawan Indonesia kemudian berjuang menuntut perubahan status tambang
menjadi Pertambangan Nasional. Pada 1950 Pemerintah RI kemudian
mengesahkan pembentukan Perusahaan Negara Tambang Arang Bukit Asam (PN
TABA).
Pada 1981, PN TABA berubah status menjadi Perseroan Terbatas dengan
nama PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. Dalam rangka meningkatkan
pengembangan industri batubara di Indonesia, pada 1990 Pemerintah menetapkan
penggabungan Perum Tambang Batubara dengan Perseroan.
Sesuai dengan program pengembangan ketahanan energi nasional, pada
1993 Pemerintah menugaskan Perseroan untuk mengembangkan usaha briket
batubara. Pada 23 Desember 2002, Perseroan mencatatkan diri sebagai perusahaan
publik di Bursa Efek Indonesia dengan kode “PTBA” sejak saat itulah menjadi PT
Bukit Asam Tbk.
Ditinjau dari lembaga yang mengurusnya sampai saat ini PT Bukit
Asam Tbk, secara berturut-turut dikelola oleh :
Lembaga-lembaga yang mengurus Tambang Batubara Bukit Asam
diantaranya:

1. Tahun 1919 – 1942 oleh Pemerintah Hindia Belanda.


2. Tahun 1942 – 1945 oleh Pemerintah Militer Jepang.
3. Tahun 1945 – 1947 oleh Pemerintah Republik Indonesia.
4. Tahun 1947 – 1949 oleh Pemerintah Belanda (Agresi II).
5. Tahun 1949 – sekarang oleh Pemerintah Republik Indonesia yang terdiri dari:

15
6. Tahun 1959 sampai dengan tahun 1960 oleh Biro Perusahaan Tambang
Negara (BUPTAN) berdasarkan PP No 86 th 1958..

7. Tahun 1961 sampai dengan tahun 1967 oleh Badan Pimpinan Umum (BPU)
perusahaan-perusahaan tambang batubara. BPU juga membawahi tiga
perusahaan negara yaitu :

1. PN. Batubara Ombilin di Sumatera Barat.


2. PN. Tambang Arang Bukit Asam di Tanjung Enim Sumsel.
3. PN. Tambang Batubara Mahakam di Kalimantan Timur.

8. Tahun 1968 s.d 1980 oleh PN. Tambang Batubara berdasarkan PP No 23


tahun 1968.
9. Tahun 1981 s.d sekarang oleh PT Tambang Batubara Bukit Asam
berdasarkan PP No 42 tahun 1980.

PT Bukit Asam Tbk bertujuan untuk memenuhi permintaan industri baik


dalam maupun luar negeri terutama untuk memasok kebutuhan batubara bagi
PLTU Suralaya, Jawa Barat. Dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut, maka
dikembangkan beberapa site di wilayah IUP PTBA Tanjung Enim, yaitu:
1. Tambang Muara Tiga Besar Utara (MTBU), merupakan tambang
yang dioperasikan dengan metode penambangan menggunakan Bucket Wheel
Excavator (BWE). Site ini telah memasuki wilayah Kabupaten lahat yang
IUP-nya pun Izin dari Bupati Lahat.
2. Tambang Muara Tiga Besar Selatan (MTBS), merupakan bagian
dari Tambang Muara Tiga Besar yang berada di sebelah Selatan. Site ini juga
telah memasuki wilayah Kabupaten lahat yang IUPnya pun Izin dari Bupati
Lahat.
3. Tambang Air Laya (TAL), merupakan site terbesar di wilayah IUP
PTBA yang dioperasikan dengan teknologi penambangan terbuka secara
excavator-truck.
4. Tambang Banko Barat, terdiri dari Pit 1 dan Pit 3 yang
dioperasikan dengan metode kombinasi excavator-truck.

16
2.2. Visi, Misi serta Tata Nilai Perusahaan

Visi
Perusahaan energi kelas dunia yang peduli lingkungan
Misi
Mengelola sumber energi dengan mengembangkan kompetensi korporasi dan
keunggulan insani untuk memberikan nilai tambah maksimal bagi stakeholder dan
lingkungan
Untuk mewujudkan visi, misi dari PTBA dan untuk mendirikan
budaya perusahaan sebagai dasar dari keberhasilan jangka panjang, PTBA
memiliki nilai nilai yaitu sebagai berikut :

1. Visioner
Mampu melihat jauh kedepan dan membuat proyeksi jangka Panjang
dalam pengembangan bisnis.
2. Integritas
Mengedepankan perilaku percaya, terbuka, positif, jujur, berkomitmen
dan bertanggung jawab
3. Inovatif
Selalu bekerja dengan kesungguhan untuk memperoleh terobosan
baru,untuk menghasilkan produk dan layanan terbaik dari sebelumnya.
4. Profesional
Melaksanakan semua tugas sesuai kompetensi dengan kreativitas, penuh
keberanian, komitmen penuh, dalam kerjasama untuk keahlian yang terus
menerus meningkat.
5. Sadar biaya dan lingkungan
Memiliki kesadaran tinggi dalam setiap pengelolaan aktivitas dengan
menjalankan usaha atas asas manfaat yang maksimal dan
kepedulian lingkungan

2.3. Holding BUMN

17
Gambar 2.1 Holding BUMN

2.4. Struktur Organisasi Perusahan


Dalam menjalankan bisnisnya PT Bukit Asam Tbk memilki dewan
direksi yang terdiri dari Direktur Utama, Direktur Pengembangan Usaha,
Direktur Operasi/Produksi, Direktur Keuangan, Direktur Niaga dan
Direktur Sumber Daya Manusia Umum, disini setiap bagian-bagian utama
langsung berada dibawah seorang pemimpin serta pemberian wewenang
dan tanggung jawab bergerak vertikal ke bawah dengan pendeglegasian
yang tegas melalui jenjang hirarki yang ada.
Dalam pembagianya PTBA dipimpin oleh satu direktur utama selain
dari beberapa direktur yang membantu ada bagian yang lain juga yang ikut
langsung bertanggung jawab terhadap direktur utama yaitu sekretaris
perusahaan,satuan pengawasan intern dan sistem management perusahaan.
Pada setiap direktur ada juga beberapa pembagian departemen. Pada
direktur keuangan ada departemen akutansi dan anggaran, departemen
pembendaharaan dan pendanaan, departemen teknologi dan informasi.

18
Pada bagian Operasi Produksi, terdapat lima unit General Manager
yang mengurusi bagian yang berbeda satu sama lain yaitu, Unit
Pertambangan Tanjung Enim, Pelabuhan Tarahan, Dermaga Kertapati,
Unit Pertambangan Ombilin dan Unit Briket. Pada Unit Pertambangan
Tanjung enim, aktivitas penambangan batubara di tugaskan kepada Senior
Manager.

Gambar 2.1 Struktur organisasi di PT Bukit Asam Tbk


2.5. Lokasi dan Kesampaian Daerah
Wilayah Izin Usaha Penambangan (WIUP) PT Bukit Asam Tbk di
Tanjung Enim, Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim,
Provinsi Sumatera Selatan dengan jarak ± 186 km Barat Daya dari pusat
kota Palembang. Wilayah IUP PT Bukit Asam terletak pada posisi 3°42’
30” LS – 4o 47’ 30” LS dan 103o 45’ 00” BT – 103°50’ 10” BT atau garis
bujur 9.583.200 – 9.593.200 dan lintang 360.600 – 367.000 dalam sistem
koordinat internasional. Untuk selengkapnya dapat dilihat peta regional PT
Bukit Asam Tbk UPTE. Lokasi penambangan PT Bukit Asam Tbk terdiri

19
dari dua bagian yaitu Tambang Air Laya (TAL) dan Non Air Laya
(NAL).
Non Air Laya secara umum terbagi menjadi dua bagian yaitu Banko
Barat dan Muara Tiga Besar. Muara Tiga Besar terbagi lagi menjadi dua
bagian lokasi pengembangan yaitu Muara Tiga Besar Utara dan Muara
Tiga Besar Selatan.
Muara Tiga Besar (MTB) yang terdiri dari Muara Tiga Besar Utara
(MTBU) dan Muara Tiga Besar Selatan (MTBS) memiliki Luas IUP ±
3.300 Ha serta terdapat lokasi Tambang Banko Barat dengan luas IUP ±
4.500 Ha. Batubara Bukit Asam yaitu sekitar 7 km dari Tanjung Enim
kearah timur.

Gambar 2.3 Kesampaian Daerah PT Bukit Asam Tbk

20
Gambar 2.4 Wilayah Penambangan UPTE

2.6. Cadangan Batubara


Jumlah cadangan batubara yang terdapat pada lokasi PTBA-UPTE
berbeda beda pada setiap wilayah dengan total cadangan terukur sebesar
3126,94 juta ton.
Tabel 2.1 Potensi Batubara di daerah konsesi PT Bukit Asam Tanjung Enim
Sumatera Selatan

CADANGAN (Juta Ton)


Nama Daerah Terukur Terindikasi Tereka
Jumlah
(Measured) (Indicated) (Inferred)
Air Laya 236,74 12,62 0,00 249,36

Arahan Utara 180,00 40,00 10,00 230,00

Arahan Selatan 272,00 86,00 0,00 358,00

Air Selero 49,04 0,69 0,00 49,73

Banko Barat 554,75 116,35 0,00 671,10

Banko Tengah 480,39 308,91 0,00 789,30

21
Banko Selatan 273,41 184,40 0,00 457,81

Banjar Sari 242,14 42,90 0,00 285,04

Bukit Bunian 20,67 0,00 0,00 20,67

Bukit Kendi 14,67 30,77 0,00 45,44

Kungkilan 105,20 41,19 0,00 146,39

Muara Tiga Besar 308,40 23,00 0,00 331,40


Utara
Muara Tiga Besar 215,36 33,38 0,00 248,74
Selatan
Sukamerindu 174,17 0,00 0,00 174,17

Suban Jeriji Timur 0,00 0,00 325,00 325,00

Suban Jeriji Utara 0,00 502,00 0,00 502,00

Total 3126,94 1422,21 335,00 4884,15

2.7. Kualitas Batubara


Pengklasifikasian batubara bertujuan untuk mengetahui
memberikan nama serta membuat batasan-batasan kelas menurut Fix
carbon yang dimiliki batubara tersebut. Klasifikasi batubara yang umum
digunakan adalah klasifikasi menurut ASTM (American Standard for
Testing Materials). Klasifikasi ini didasarkan atas analisa proksimat
batubara, yaitu berdasarkan derajat perubahan selama proses
pembatubaraan mulai dari lignit sampai antrasit. Untuk itu diperlukan data
karbon tertambat (fixed carbon), zat terbang (volatile matter) dan nilai
kalor.
Tabel 2.2 Penggolongan Kualitas Batubara di PT Bukit Asam , Tbk
Kelas Grou Group Keterangan
p

Antrasit 1 Meta Anthracite -

22
2 Anthracite Suban

3 Semi-Anthracite Air Laya

1 Low Volatile Bituminus -

Medium Volatile
2 -
Bit Bituminus
uminus High Volatile Bituminus Air Laya &
3
Coal A Bukit Kendi
High Volatile Bituminus
4 -
Coal B
High Volatile Bituminus
5 -
Coal C
1 Sub-Bituminus Coal A Air Laya
Sub- 2 Sub-Bituminus Coal B Muara Tiga Besar
Bituminus
3 Sub-Bituminus Coal C Banko Barat

Cara pengklasifikasian batubara dapat dijabarkan sebagai berikut :


1. Untuk batubara dengan kandungan (VM) kurang dari
31%, klasifikasi didasarkan pada fixed carbon (FC), yaitu :
a. Meta anthracite coal FC > 98%
b. Anthracite coal 98% >FC > 92%
c. Semi anthracite coal 92% > FC > 86%
d. Low volatile bituminous coal 86% > FC > 78%
e. Medium volatile bituminous coal 78% > FC > 69%
2. Untuk batubara dengan kandungan volatile matter
lebih dari 31%, klasifikasi didasarkan atas nilai kalorinya (btu/lb), yaitu:
a. Group anthracitic coal yang mempunyai nilai kalori lebih dari 14.000
Btu/lb, antara lain:
1) Metaanthracite
2) Anthracite
3) Semianthracite

23
b. Group bituminous coalyang mempunyai nilai kalori antara 13.000 -
14.000 btu/lb, antara lain:
1) Low Volatile bituminous coal
2) Medium Volatile bituminous coal
3) High Volatile A bituminous coal
4) High Volatile B bituminous coal
5) High Volatile C bituminous coal
c. Group subbituminous coal yang mempunyai nilai kalori antara 8.300 -
13.000 Btu/lb, antara lain :
1) Sub Bituminous A coal
2) Sub Bituminous B coal
3) Sub Bituminous C coal
d. Group Lignit coal dengan nilai kalori kurang dari 8.300 Btu/lb, antara
lain:
1) Lignit
2) Brown coal
Dengan cara pengklasifikasian diatas, batubara PTBA (UPTE)
secara umum termasuk kelas sub bituminous sampai antrasit. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel Market Brand (Tabel 2.3).
Tabel 2.3 Klasifikasi Batubara Berdasarkan Market Brand
CV Ash VM FC TS
Coal TM IM
(Kcal/Kg, (%, (%, (%, (%,
Brand (%,ar) (%,adb)
abd) adb) adb) adb) adb)
5850 28 14.5 8.0 40 37.5 0.8
BA 59
6300 21 11.5 6.0 40 43.0 0.5
BA 63
6650 18 9.0 6.0 40 44.5 0.7
BA 67
BA 70 7000 13 6.5 6.0 40 47.5 0.7

24
BAB III

TINJAUAN KHUSUS

3.1. K3 dan Sistem Manajemen K3 di PT Bukit Asam, Tbk.


3.1.1. Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Berdasarkan filosofi Mangkunegara pengertian Keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan
dan kesempurnaan jasmani maupun rohani tenaga kerja khususnya dan manusia
pada umumnya serta hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur.
Pengertian K3 menurut keilmuan keselamatan dan kesehatan kerja (k3)
adalah semua ilmu dan penerapannya untuk mencegah terjadinya kecelakaan
kerja, penyakit akibat kerja (PAK), kebakaran, peledakan dan pencemaran
lingkungan.
Menurut OHSAS (18001:2007) Keselamatan dan kesehatan kerja (k3)
adalah semua kondisi dan faktor yang dapat berdampak pada keselamatan dan
kesehatan kerja tenaga kerja maupun orang lain (kontraktor, pemasok, pengunjung
dan tamu) di tempat kerja. Pengertian K3 menurut ohsas 18001:2007

1. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman


dan efisien.
2. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional.

Menurut Buntarto (2015:1) Keselamatan kerja adalah suatu keadaan


terhindar dari bahaya selama melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja merupakan
salah satu faktor yang harus dilakukan selama bekerja. Tidak seorangpun di dunia
ini menginginkan terjadinya kecelakaan, Keselamatn kerja sangat bergantung
pada jenis bentuk, dan lingkungan dimana pekerjaan itu dilaksanakan.

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin,


pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan
lingkungannya serta cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja berlaku di

25
segala tempat kerja, baik didarat, didalam tanah, dipermukaan air, didalam air,
maupun diudara. Tempat tempat demikian tersebar pada segenap kegiatan
ekonomi, jasa dan lain lain. Buntarto (2015:2)

3.1.2. Tujuan K3 Pertambangan


Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) memiliki 3 (tiga)
tujuan dalam pelaksanaannya berdasarkan Undang-Undang No 1 Tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja. 3 (tiga) tujuan utama penerapan K3 berdasarkan
Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tersebut antara lain :

1. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang


lain di tempat kerja.
2. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman
dan efisien.
3. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas Nasional.

3.1.3. Sistem Manajemen K3 PT Bukit Asam Tbk.


Dalam upaya mewujudkan lingkungan kerja yang aman dan nyaman,
Perusahaan menempatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sebagai
prioritas. Bagi Perusahaan, pencapaian target-target kinerja akan lebih
sempurna jika diikuti dengan perlindungan maksimal bagi seluruh insan
PTBA. Dalam konteks inilah, maka seluruh insan PTBA berkomitmen
mendukung dan melaksanakan aspek keselamatan dan kesehatan kerja dalam
semua kegiatan, dengan hasil akhir berupa terwujudnya angka kecelakaan
kerja nihil (zero accident).

Untuk memastikan standar K3 telah diterapkan dan demi


menunjukkan komitmen pelaksanaan kegiatan penambangan yang aman,
PTBA telah mengintegrasikan semua sistem operasional yang berhubungan
dengan aspek pengelolaan K3 ke dalam Bukit Asam Management System
(BAMS) diantaranya yaitu Penerapan Sistem Manajemen K3 (SMK3) sesuai
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 tahun 2012, Sertifikasi ISO

26
45001:2018 dan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan
(SMKP) sesuai Peraturan Menteri ESDM No 26 Tahun 2018.

Kebijakan yang lain, agar penerapan SMK3 lebih efektif, Perusahaan


mewajibkan mitra kerja/kontraktor pihak ketiga untuk mematuhi persyaratan
K3 yang telah diterapkan di lingkungan Perusahaan melalui prosedur
Contractor Safety Management System (CSMS). CSMS bertujuan untuk
meningkatkan keselamatan dan kesehatan mitra kerja atau kontraktor pihak
ketiga melalui penerapan SMK3, termasuk aspek-aspek yang berkaitan
dengan Hak asasi manusia di tengah menjalankan pekerjaan.

Untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan SMK3, PTBA memiliki


Organisasi pengelola K3L dan Safety komite (P2K3) / Komite Keselamatan
Pertambangan (KKP) yang anggota terdiri dari wakil manajemen, wakil
pegawai di setiap satuan kerja serta kontraktor inti. Fungsi dan kedudukan
P2K3 serta tugas yang menjadi tanggung jawabnya telah diatur dalam pasal
79 Perjanjian Kerja Bersama (PKB), yang merupakan bentuk kesepakatan
antara Perusahaan dengan pegawai.

Tugas pokok safety komite adalah memberikan saran dan


pertimbangan, baik diminta maupun tidak, kepada mitra pengusaha/pengurus
satuan kerja yang bersangkutan mengenai masalah-masalah keselamatan dan
kesehatan kerja. Perusahaan secara rutin melaksanakan pertemuan dengan
P2K3, baik dengan unit-unit kerja terkait maupun dengan mitra
kerja/kontraktor. Dalam pertemuan sejumlah topik dibahas, termasuk
mengingatkan agar seluruh pihak terkait senantiasa melaksanakan seluruh
ketentuan terkait K3.

Dalam mewujudkan zero accident Perusahaan menerapkan Program K3 pada


tahun 2020 sebagai berikut :
Tabel 3.1 Program kerja k3 PT Bukit Asam
Program Kerja Renc Reals Satuan
Pelaksanaan Sertifikasi Personil (tenaga teknis 75 80 %

27
khusus tambang dan sesuai peraturan), seperti
POP,POM,AK3 Umum dan lain lain sesuai
peraturan perundangan
Pelaksanaan pembinaan K3 terhadap pegawai 75 48 %
Pelaksanaan pengawalan yang meliputi tamu 75 75 %
perusahaan, mobilisasi peralatan di area
pertambangan, bahan peledak
Pemberian APD kepada pegawai 75 85 %
Pelaksanaan Sertifikasi Peralatan sesuai peraturan - -
dan perundang-undangan
Pembelian peralatan sarana tanggap darurat 75 85 %
Penyuluhan K3 untuk pegawai dan mitra kerja 75 80 %
Pelaporan Keselamatan Pertambangan seusai 80 85 %
regulasi
Penerbitan bukti kelayakan operasi unit dan mine 75 75 %
permit sesuai peraturan dan perundang-undangan
Pengecekan dan pemeliharaan sarana 75 75 %
penanggulangan keadaan darurat rutin: APAR,
Hydrant, Fire Detector beserta aksesorisnya,
kendaraan tanggap darurat, Fire truck, Water truck
Pemeriksaan/Inpeksi/Sweping Golden Rules 75 78 %
terhadap tempat kerja dan cara kerja secara
internal dan gabungan
Pengukuran lingkungan kerja meliputi : 75 85 %
Pencahayaan, Kebisingan, Ergonomi dan Sanitasi
Pemantauan parameter lingkungan sebanyak 2754 75 75 %
titik sesuai dengan SNI
*Sampai September 2020
Sumber: laporan manajemen PTBA.co.id

Pelaksanaan manajemen risiko keselamatan pertambangan mengacu


pada Permen ESDM No. 26 Tahun 2018 tentang Pelaksanaan Kaidah Teknik
Pertambangan yang baik dan Pengawasan Mineral dan Batubara dan Kepmen
ESDM No. 1827.K Tahun 2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah
Teknik Pertambangan yang Baik.

28
PTBA telah memiliki prosedur manajemen risiko yang terintegrasi
dengan sistem manajemen perusahaan. Kegiatan manajemen risiko
dilaksanakan dan menjadi tanggung jawab seluruh unit. Proses pengelolaan
manajemen risiko keselamatan pertambangan dapat diuraikan sbb:

1. Eliminasi (menghilangkan) bahaya


Menghilangkan bahaya dari suatu kegiatan, efektif menghilangkan
risiko sampai dengan 100 %, apabila pengendalian eliminasi tidak dapat
dilaksanakan, maka dilakukan pengendalian tahap berikutnya.

2. Substitusi (mengganti)
Mengendalikan risiko dengan cara mengurangi bahaya melalui
modifikasi proses (peralatan, bahan, dan metode kerja) dengan tingkat
bahaya yang lebih rendah, pengendalian substitusi ini efektif menurunkan
risiko sampai dengan 75%. Apabila pengendalian substitusi tidak efektif,
maka dapat ditambahkan dengan pengendalian berikutnya.

3. Rekayasa Teknik (reengineering)


Mengendalikan risiko dengan merekayasa ulang peralatan, sehingga
menurunkan tingkat bahaya yang lebih rendah, pengendalian ini efektif
menurunkan risiko sampai dengan 50%. Apabila pengendalian rekayasa
tidak efektif, maka dapat ditambahkan dengan pengendalian berikutnya.

4. Pengendalian administrasi
Mengendalikan risiko dengan kontrol administrasi, meliputi
pemenuhan peraturan/ prosedur/ standar, pengawasan/ pemeriksaan inspeksi/
observasi, pemenuhan kompetensi, pengendalian ini efektif menurunkan
risiko sampai dengan 30%. Apabila pengendalian secara administrasi tidak
efektif, maka dapat ditambahkan dengan pengendalian berikutnya.
5.Alat Pelindung Diri
Apabila masih ada sisa risiko dan belum dapat diterima, maka dilakukan
pengendalian dengan penyediaan alat pelindung diri sesuai risiko pekerjaan,

29
sebagai pilihan terakhir dalam pengendalian risiko, pengendalian ini efektif
menurunkan risiko sampai dengan 10%.

3.2. Alat Pelindung Diri


3.2.1. Definisi Alat Pelindung Diri (APD)
Alat Pelindung Diri selanjutnya disingkat APD adalah suatu alat yang
mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi
sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja (Peraturan
Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia No.
PER.08/MEN/VII/2010).

Alat pelindung diri adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat


bekerja sesuai kebutuhan untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan
orang disekelilingnya. Alat pelindung diri merupakan peralatan yang harus
digunakan oleh tenaga kerja apabila berada dalam lingkungan kerja yang
berbahaya.
Alat pelindung diri harus mampu melindungi pemakainya dari bahaya
bahaya kecelakaan yang mungkin ditimbulkan, oleh krena itu, alat pelindung diri
dipilih secara hati-hati agar dapat memenuhi bebrapa ketentuan yeng diperlukan.
(Azka Roby,2019,i)

3.2.2. Dasar Hukum Alat Pelindung Diri (APD).


1. Undang-undang No.1 tahun 1970
1. Pasal tiga ayat (1) butir f: dengan peraturan perundangan ditetapkan
syarat-syarat untuk memberikan APD.
2. Pasal 9 ayat (1) butir c: pengurus diwajibkan menunjukkan dan
menjelaskan pada tiap tenaga keja baru tentang APD.
3. Pasal 12 butir b: dengan peratuan perundangan diatur kewajiban dan
atau hak tenaga kerja untuk memakai APD.
4. Pasal 14 butur c: pengurus diwajibkan menyediakan APD Cuma-
Cuma.

30
2. Permenakertrans No.per.01/MEN/1981 pasal 4 ayat (3) menyebutkan
kewajiban pengurus menyediakan alat pelindung diri dan wajib bagi
tenaga kerja untuk menggunakannya untuk untuk pencegahan penyakit
akibat kerja.
3. Permenakertrans No.per.03/MEN/1982 pasal 2 butir I menyebutkan
memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerj,
pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta
penyelenggaraan makanan ditempat kerja.
4. Permenakertrans No.per.03/MEN/1986 pasal 2 ayat (2) menyebutkan
tenaga kerja yang mengelola pestisida harus memakai alat-alat pelindung
diri yang berupa pakaian kerja, sepatu lars tinggi, sarung tangan, kacamata
pelindung atau pelndung muka dan pelindung pernafasan.
5. Permenakertrans No.per.08/MEN/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri.
(Azka Roby,2019,2)

3.2.3. Pemilihan Alat Pelindung Diri (APD).


Alat Pelindung Diri harus mampu melindungi pemakainya dari bahaya-
bahaya yang mungkin ditimbulkan, oleh karena itu, APD dipilih secara hati-hati
agar dapat memenuhi beberapa ketentuan yang diperlukan. Menurut balai
Hiperkes atau standar yang berlaku pada saat ini baik nasional maupun
internasional,seoerti SNI (Standar Nasional Indonesia), CE (Conformite
Europeene), ANSI (American National Standard Institute), EN ISO (European
International Standard Organization), AS/NZS (Australian Standard/New Zealand
Standard), CSA (Control Self Asessment-kanada), JIS, dan lain sebagainya.

Syarat-syarat Alat Pelindung Diri:


1. APD harus dapat memberikan perlindungan yang kuat terhadap bahaya
yang spesifik atau bahaya yang dihadap oleh.
2. Berat alat hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak
menyebabkan rasa ketidak nyamanan yang berlebihan.
3. Alat harus dipakai secara fleksibel.
4. Brentuknya harus cukup menarik.

31
5. Alat pelindung tahan terhadap pemakaian yang lama.
6. Alat tidak menimbulkan bahaya-bahya tambahan bagi pemakainya yang
dikarenakan bentuk dan bahannya yang tidak tepat atau karena salah
dalam menggunaknnya.
7. Alat pelindung harus memenuhi standar yang telah ada.
8. Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakainya.
9. Suku cadangnya harus mudah didapat guna mempermudah
pemeliharaannya..(Azka Roby,2019,2-3)

3.2.4. Tujuan dan Manfaat Alat Pelindung Diri (APD)

1) Tujuan dari penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) antara lain :


1. Melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (Engineering) dan
administrative tidak dilakukan dengan baik.
2. Meningkatkan efektifitas dan produktifitas kerja.
3. Menciptakan lingkungan kerja yang aman.

2) Adapun manfaat dari penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), antara lain :
1. Untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya terhadap
kemungkinan adanya potensi bahaya atau kecelakaan kerja.
2. Mengurangi resiko penyakit akibat kecelakaan.

3.2.5. Kelebihan Dan Kekurangan Alat Pelindung Diri (APD).

1) Adapun kelebihan dari penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yaitu:
1. Mengurangi resiko
akibat kecelakaan kerja yang terjadi baik di sengaja ataupun tak
sengaja.
2. Melindungi seluruh/sebagian tubuh pada kecelakaan.
3. Sebagai usaha terkait apabila sistem pengendalian teknik dan
administrasi tidak berfungsi dengan baik.
4. Memberikan perlindungan bagi tenaga kerja agar terlindung dari
bahaya kerja.

32
2) Ada beberapa kekurangan dari penggunaan alat pelindung diri (APD)
yaitu:

1. kemampuan perlindungan yang tak sempurna karena memakai Alat
Pelindung Diri yang kurang tepat dan perawatannya yang tidak baik.
2. Fungsi Alat Pelindung Diri ini hanya untuk mengurangi akibat dari
kondisi yang potensi menimbulkan bahaya bukan untuk
menyelamatkan nyawa.
3. Tidak menjamin pemakainya bebas kecelakaan karena hanya
melindungi bukan mencegah.
4. Cara pemakaian Alat Pelindung Diri yang salah.
5. Alat Pelindung Diri tak memenuhi persyaratan standar.
6. Alat Pelindung Diri yang sangat sensitive terhadap perubahan tertentu
7. Alat Pelindung Diri yang mempunyai masa kerja tertentu seperti
kanister, filter dan penyerap (cartridge).
8. Alat Pelindung Diri yang dapat menularkan penyakit, bila dipkai
berganti-ganti.’’(Azka Roby,2019,6)

3.2.6. Sistem Perencanaan Alat Pelindung Diri (APD)

Perencanaan pembuatan alat pelindung diri harus mengacu pada Standard


Nasional Indonesia (SNI) atau standard internasional yang diakui secara luas
didunia. Pembuat atau distributor alat pelindung diri wajib terdaftar dan memiliki
Surat Keputusan Penunjukan (SKP) sebagai Perusahaan Jasa Keselamatn dan
Kesehatan Kerja (PJK3) bidang fabrikasi atau distribusi di Departemen Tenaga
Kerja dan Transmigrasi RI. Pembuat dan distributor alat pelindung diri yang
dibuat dan didarkan. Setiap jenis APD yang diproduksi di dalam negeri maupun di
luar negeri dan akan diedarkan di wilayah hukum RI wajib memiliki nomor
pendaftaran dan mendapat sertifikat kelayakan. Syarat mendapat nomor
pendaftaran dan sertifikat kelayakan antara lain :

1. Gambar rencana
2. Spesifikasi produk

33
3. Surat Keterangan atau sertifikat hasil uji material.
4. Surat Keterangan atau sertifikat hasi uji produk.
5. Sampel produk.

Pengujian Alat Pelindung Diri dapat dilakukan di laboratorium di dalam


dan di luar negeri yang telah mendapat akreditasi dari lembaga yang berwenang.
Label berupa logo K3 dan nomor pendaftaran wajib dilekatkan pada produk alat
pelindung diri yang telah mendapat nomor pendaftaran dan sertifikat kelayakan.
Dalam hal ini tidak dapat dilekatkan pada alat pelindung diri. Label wajib
dilekatka pada kemasan, pembungkus atau buku manual alat pelindung diri.
(Safety Sign Indonesia,24 februari 2020)

3.2.7. Jenis Alat Pelindung Diri (APD) Pada Karyawan PT. Bukit Asam
(Persero), tbk.
Berbagai macam jenis alat pelindung diri yang digunakan di PT Bukit
Asam Tbk yaitu:

1. Pelindung kepala.
2. Pelindung mata.
3. Pelindung telinga.
4. Pakaian kerja.
5. Pelindung kaki.
6. Masker.
7. Sarung tangan
8. Sabuk pengaman.

Berbagai macam alat pelindung diri yang digunakan di Unit Penambangan


Tanjung Enim disetiap lingkungan kerjanya digunakan untuk mencegah terjadinya
hal yang tidak diinginkan seperti tersengat, tertimpa peralatan, terjatuh dari
ketinggian, kesilauan, kebisingan, terpeleset, dan bahaya yang ada di tempat kerja

Adapun jenis-jenis alat pelindung diri yang sering digunakan oleh


karyawan PT. Bukit Asam, Tbk pada saat melakukan pekerjaannya.

34
1. Pelindung Kepala.

Pelindung kepala (Safety Helmet). Helm sangat penting digunakan sebagai


pelindung kepala, dan sudah merupakan keharusanbagi setiap pekerja untuk
menggunakannya dengan benar sesuaiperaturan helm yang digunakan untuk
melindungi kepala dari bahaya yang berasal dari atas.

Peraturan mengenai helm keselamatan bukan merupakan hal yang baku, dan
bisa saja berbeda-beda setiap negara atau perusahaan. Berikut ini warna helm
keselamatan yang digunakan di PTBA yaitu:

Tabel 3.2 Deskripsi warna helm yang digunakan di PT Bukut Asam Tbk:
Gambar Helm Deskripsi
Helm warna putih biasanya
digunakan oleh manager tambang.

Sumber: Windi Hilman,2021


Helm warna biru diasanya digunakan
oleh karyawan bagian teknisi mesin
atau mechanical engineer.

Sumber: Beny Satria,2011


Helm warna merah digunakan oleh
karyawan bagian teknisi listrik atau
electrical engineer

Sumber: Beny Satria,2011

35
Helm warna kuning biasanya
digunakan oleh karyawan dibagian
umum seperti operator atau pengawas
tambang. warna ini tergolong cukup
mencolok, Dengan warna yang
Sumber: Febrian Syahputra,2021
mencolok mereka akan lebih mudah
terlihat apabila ada kendaraan yang
lalu lalang lewat proyek. Sehingga
diharapkan resiko kecelakaan pun
bisa diminimalisir.
Helm warna hijau digunakan oleh
karyaawan bagian lingkungan atau
pengelola lingkungan. Alasan
menggunakan helm warna ini
mungkin sesuai semboyan mereka
Sumber: Beny Satria,2011 yaitu “Go Green”.
Helm warna jingga digunakan oleh
bagian perencanaan tambang.

Sumber: Beny Satria,2011

1. Pelindung Kaki.
Sepatu kerja (safety shoes) merupakan perlindungan terhadap kaki. Setiap
pekerja atau karyawan perlu memakai sepatu dengan sol yang tebal supaya bebas
berjalan dimana-mana tanpa terluka oleh benda-benda tajam atau kemasukan oleh
kotoran dari bagian bawah. Bagian muka sepatu harus cukup keras supaya kaki
tidak terluka bila tertimpa benda dari atas.

36
Sumber: Windi Hilman,2021

Gambar 3.1 Alat pelindung kaki (safety shoes)

Sedangkan untuk sepatu yang digunakan di dalan laboratorium


menggunakan sepatu Antislip agar para pekerja tidak mengalami hal yang tidak di
inginkan seperti Tergelincir, tersandung dan jatuh sehingga meminimalisir
terjadinya kecelakaan pekerja di dalam laboratorium.

Sumber: Hikmah nu,2021


Gambar 3.2 Safety Shoes di laboratorium

2. Pelindung Wajah (Muka).


Goggles, alat ini biasanya digunakan pada bagian pengelasan dan gerinda
(pada lingkungan perbengkelan). Alat ini digunakan sebagai pelindung wajah dari
percikan api atau logam.

37
Sumber: Beny Satria,2011
Gambar 3.3 Pelindung wajah (Muka)

3. Alat Pelindung Telinga.


Ear muff (sumbat telinga), alat ini digunakan untuk instensitas suara. Sumbat
teling yang baik adalah menahan frekuensi tertentu saja,sedangkan frekuensi
untuk bicara (komunikasi) tidak terganggu.

Sumber: Beny Satria,2011

Gambar 3.4 Alat pelindung telinga


4. Alat Pelindung Tangan.
Sarung tangan sangat diperlukan untuk beberapa jenis pekerjaan.Tujuan utama
penggunaan sarung tangan adalah melindungi tangan dari benda-benda keras dan
tajam selama menjalankan kegiatannya. Sarung tangan karet, sarung tangan karet
ini juga sangat penting, biasanya sarung tangan karet ini digunakan oleh pekerja

38
listrik, mengingat sarung tangan ini yang terbuat dari karet agar tidak terjadi
kesetrum.

Sumber: Beny
Satria,2011

Gambar 3.5 Alat


pelndung tangan

5. Alat Pelindung Mata


Kacamata penga
man digu nakan untuk meli
ndungi m ata dari debu,serpi
h besi
yang berterbangan ditiup angin, mengingat pertikel-pertikel debu yang berukuran
sangat kecil yang terkadang tidak terlihat oleh mata.

Oleh karenanya mata perlu diberikan perlindungan. Biasanya pekerjaan


yang mebutuhkan kacamata adalah mengelas.

Sumber: Beny Satria,2011

Gambar 3.6 Alat pelindung mata

39
6. Alat Pelindung Pada Keinggian (safety harness)
Safety Harness, ini berguna untuk melindungi trubuh dari kemungkinan
terjatuh, biasanya digunakan pada pekerjaan kontruksi dan memanjat serta tempat
tertutup.

Sumber: Beny Satria,2011

Gambar 3.7 Alat pelindung pada keinggian

8. Masker

Pada dasarnya masker berfungsi untuk penyaring udara yang dihirup saat
bekerja di tempat dengan kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun, dsb). Di
berbagai area pertambangan banyak bertaburan debu, yang dapat mengakibatkan
gangguan kesehatan pada pernafasan dalam jangka waktu yang panjang. Ada
berbagai jenis masker yang tersedia, mulai dari masker debu hingga masker
khusus dalam menghadapi bahan kimia yang mudah menguap.

Tetapi dari awal tahun 2020 dunia serta indonesia mengalami wabah
pandemi covid-19 dan kian hari bertambah parah maka dari itu PTBA
mewajibkan seluruh tanpa terkecuali pegawainya menggunakan masker. Masker
yang digunakan untuk mencegah penularan virus corona di PTBA yaitu masker
kain.

40
Sumber : Windi Hilman,2021
Gambar 3.8 Masker pegawai PTBA

9. Rompi Tambang

Rompi ini diengkapi dengan Reflector, yaitu sebuah bahan yang dapat
berpendar jika terkena cahaya. Bahan berpendar ini akan memudahkan dalam
mengenali posisi pekerja ketika berada di kegelapan. Umumnya didunia
Pertambangan, operasional berlangsung selama 24 jam dimana kecenderungan
kecelakaan kerja terjadi dimalam hari. Hal ini biasanya disebabkan penerangan di
area tambang tidak begitu baik, sehingga seringkali pekerja yang berada didalam
area tambang tidak terlihat. Rompi tambang ini menjadi penting untuk mencegah
hal yang tidak diinginkan seperti tertabrak/terlindas oleh kendaraan alat berat.

41
Sumber : Windi Hilman,2021
Gambar 3.9 Rompi tambang

10. Jas Lab


Penggunaan Jas lab di laboratorium berfungsi ganda yaitu melindungi
pekerjadari sentuhan bahan kimia baik padat maupun cairan, kontaminan dari
bakterimaupun bahan toksis selain itu jika karyawan kelaur dari laboratorium
maka jas lab di lab sehingga tidak akan menyebarkan virus lagi ke orang lain.

42
Sumber : hikmah nur,2021
Gambar 3.10 Jas lab

3.3. Standard APD


3.3.1. Standar Nasional Indonesia
SNI merupakan standar yang ditetapkan oleh pemerintah untuk berbagai
hasil produksi yang dibuat oleh masyarakat Indonesia, baik itu yang diproduksi
secara perseorangan maupun yang diproduksi oleh sebuah badan atau perusahaan.
Hal ini ini telah diatur di dalam Peraturan Menteri Perdagangan No.72/M-
DAG/PER/9/2015 yang mewajibkan barang-barang dalam kategori tertentu harus
diproduksi sesuai dengan SNI. Terkait dengan daftar barang yang masuk dalam
kategori tersebut, bisa dilihat di situs Kementerian Perdagangan.

SNI diberikan dalam bentuk stempel pada setiap barang yang telah sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah. Stempel inilah yang kemudian
menjamin standar kualitas dan juga kelayakan barang tersebut memang telah lulus
dan sesuai dengan standar yang diberlakukan oleh pemerintah. Hal ini akan
menjamin hak dan juga keamanan para konsumen yang menggunakan barang-
barang tersebut. Bukan hanya konsumen saja, SNI juga akan melindungi hak-hak
dan juga kewajiban seorang pelaku bisnis yang telah melakukan proses produksi
atau pemasaran suatu barang.

43
Penerapan SNI pada produk, akan membuat konsumen menjadi lebih
mudah dan nyaman dalam menemukan produk-produk yang mereka butuhkan.
Hal ini menjadi sebuah nilai lebih juga bagi para produsen, sebab mereka akan
memiliki jaminan kualitas pada barang-barang yang mereka produksi dan
pasarkan, sehingga kemungkinan mereka untuk menembus pasar menjadi lebih
mudah. Untuk itu, sangat dianjurkan bagi para pelaku bisnis agar menggunakan
SNI pada setiap produk yang mereka hasilkan.

3.3.2 American National Standards Institute


American National Standards Institute (ANSI) adalah sebuah lembaga
nirlaba swasta yang mengawasi pengembangan standar konsensus sukarela untuk
produk, jasa, proses, sistem, dan personel di Amerika Serikat. Lembaga tersebut
mengawasi pembuatan, diberlakukannya, dan penggunaan ribuan norma dan
pedoman yang secara langsung berdampak bisnis di hampir setiap sektor.
Lembaga tersebut juga mengkoordinasikan standar Amerika Serikat dengan
standar internasional sehingga produk-produk Amerika Serikat dapat digunakan di
seluruh dunia. Lembaga tersebut memberi akreditasi untuk standar yang
dikembangkan oleh perwakilan dari lembaga pengembang standar, instansi
pemerintah, kelompok konsumen, perusahaan, dan lain-lain. Standar tersebut
memastikan agar karakteristik dan kinerja produk yang konsisten sehingga
masyarakat menggunakan definisi dan istilah yang sama, dan produk diuji dengan
cara yang sama. ANSI juga memberi akreditasi bagi organisasi yang
melaksanakan sertifikasi produk atau personel sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan dalam standar internasional.

American National Standards Institute didirikan pada tanggal 19 Oktober


1918 dengan misi untuk meningkatkan daya saing global bagi bisnis dan kualitas
hidup Amerika Serikat dengan mempromosikan serta memfasilitasi standar
konsensus

44
BAB IV

KESIMPULAN

Berdaarkan hasil studi literatur yang kami lakukan pada beberapa


Referensi baik dari Buku, jurnal, Google, dan beberapa informasi yang penulis
dapatkan dari senior alumni/kariyawan PT Bukit Asam Tbk Yang dibahas dalam
laporan studi literatur.
Berdasarkan uraian dan penjelasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat
ditarik beberapa kesimpilan antaralain:

1. Berdasarkan filosofi Mangkunegara pengertian keselamatan dan kesehatan


kerja (k3) adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan jasmani maupun rohani tenaga kerja khusunya dan manusia
pada umumnya serta hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan
makmur.
2. jenis alat pelindung diri yang digunakan di PT Bukit Asam (Persero), Tbk
yaitu:
1. Pelindung kepala.
2. Pelindung mata.
3. Pelindung telinga.
4. Pakaian kerja.
5. Pelindung kaki.
6. Masker.
7. Sarung tangan.
8. Sabuk pengaman.
3. Standard APD yang digunakan di PT. Bukit Asam Standar Nasional
Indonesia (SNI) merupakan standar yang ditetapkan oleh pemerintah untuk
berbagai hasil produksi yang dibuat oleh masyarakat Indonesia, baik itu yang
diproduksi secara perseorangan maupun yang diproduksi oleh sebuah badan
atau perusahaan. Hal ini ini telah diatur di dalam Peraturan Menteri

45
Perdagangan No.72/M-DAG/PER/9/2015 yang mewajibkan barang-barang
dalam kategori tertentu harus diproduksi sesuai dengan SNI

46
DAFTAR PUSTAKA
Fitriani,.2018. Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT.Bukit Asam. Tbk.(
https://id.scribd.com/document/409750122/makalah-docx), Diakses 20
januari 2020.

Kementrian ketenagakerjaan republik indonesia, 2015. Pengawasan norma K3


Lingkungan Kerja dan Bahan Berbahaya. Jakarta.

PT. Bukit Asam Tbk, 2017. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3),
(http://www.ptba.co.id/id/csr/kesehatan-keselamatan-kerja), Diakses 17
Januari 2020.

Roby, Azka. 2019. Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Politeknik
Akamigas Palembang.

Satria, Beny. 2011. Laporan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Serta Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Karyawan PT. Bukit Asam),
Tbk. Tanjung Enim.
(https://www.academia.edu/17519540/_Penerapan_Keselamatan_dan_Kes
ehatan_Kerja_K3_Serta_Penggunaan_Alat_Pelindung_Diri_Pada_Karyaw
an_PT_Bukit_Asam_Persero_Tbk_Tanjung_Enim), Diakses 4 Februari
2021.
Wikipedia, Ensiklopedia Bebas,2020. American National Standards Institute,
(https://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=American_National_Standards_Institute&oldid=17539087), Diakses
11 februari 2021

47

Anda mungkin juga menyukai