M SAID
09320170010
MAKASSAR
2021
i
HALAMAN PENGESAHAN
M SAID
09320180010
Diajukan sebagai syarat kelulusan Mata kuliah Kerja Praktek (KP) pada
Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Industri
Universitas Muslim Indonesia
Disetujui oleh,
Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Pertambangan
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Muslim Indonesia
ii
KATA PENGANTAR
1. Bapak Dr. Ir. H. Zakir Sabara HW, S.T., M.T., IPM., ASEAN Eng, Dekan Fakultas
Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia.
2. Bapak Ir. Firman Nullah Yusuf, S.T., M.T., IPP. Ketua Program Studi Teknik
Pertambangan Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia.
3. Ibu Mubdiana Arifin, ST., M.T. Pembimbing laporan kerja praktek saya.
4. Bapak Zikry Hawing Pembimbing lapangan penulis di PT Sulawesi Cahaya
Mineral yang telah membimbing dan memberi masukan sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan ini.
5. Seluruh staf pengajar Program Studi S1 Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi
Industri, yang telah banyak membekali ilmu pengetahuan kepada penulis selama
menuntut ilmu.
6. Teristimewa kepada orang tua penulis yang telah mendukung penuh dan selalu
mendoakan, memberikan motivasi serta pengorbanannya baik dari segi moril,
materi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek ini.
iii
7. Teman-teman S1 Teknik Pertambangan terkhusus angkatan 2018 atas dukungan
dan kebersamaannya selama ini.
8. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Akhir kata, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam
penulisan laporan kerja praktek ini masih terdapat banyak kesalahan maupun
kekhilafan. Semoga dikemudian hari, laporan ini dapat memberikan sumbangsih bagi
ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat bagi pembacanya .
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan .............................................................................. 2
1.3 Rumusan Masalah................................................................................. 2
1.4 Batasan Penilitian ................................................................................. 2
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................ 2
1.6 Alat dan Bahan ..................................................................................... 3
1.7 Lokasi dan Kesampaian Daerah .......................................................... 3
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 32
5.2 Saran ..................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Gambar 1.1 Peta Lokasi Kerja Praktek ............................................ 5
2.1 Gambar 2.1 Klasifikasi batuan ultramafic ........................................ 7
2.2 Gambar 2.2: Metode open cuts Mining ............................................ 11
4.1 Gambar 4.1 Proses Land Clearing ................................................... 14
4.2 Gambar 4.2 Proses Pengupasan Topsoil & Overburden .................. 15
4.3 Gambar 4.3 Proses Penyampligan .................................................... 15
4.4 Gambar 4.4 Proses Penggalian Ore.................................................. 16
4.5 Gambar 4.5 Proses Pemuatan Ore.................................................... 16
4.6 Gambar 4.6 Proses Pengangkutan Ore ............................................. 17
4.7 Gambar 4.7 Proses Dumpingan Ore di Stokpile............................... 17
4.8 Gambar 4.8 Stokpile ........................................................................ 18
4.9 Gambar 4.9 Proses Chanel Sampling .............................................. 19
4.10 Gambar 4.10 Proses Pemasangan Patok dan Pita Putih. .................. 19
4.11 Gambar 4.11 Proses Kuartering Sampel. ......................................... 20
4.12 Gambar 4.12 Proses Penimbangan Sampel. ..................................... 20
4.13 Gambar 4.13 Proses Pemasangan pita Marking layer ore .............. 21
4.14 Gambar 4.14 Proses Floor sampling ................................................ 21
4.15 Gambar 4.15 Proses Mixing ............................................................. 22
4.16 Gambar 4.16 Proses Kuartering Sampel ........................................... 22
4.17 Gambar 4.17 Proses Grade Control Drilling ................................... 23
4.18 Gambar 4.18 Ore di Masukkan Ke Corebox drilling. ..................... 23
4.19 Gambar 4.19 Proses ore di bawa ke Shelter Untuk di Preparasi ...... 24
4.20 Gambar 4.20 Proses ore di pisahkan sesuai Fraksi Dan di Timbang 24
4.21 Gambar 4.21 Proses Bucket Sampling.............................................. 25
4.22 Gambar 4.22 Proses Mixing Sampel ................................................ 25
4.23 Gambar 4.23 Proses Kuartering Sampel. ......................................... 26
4.24 Gambar 4.24 Peroses pengambilan Sampel Check .......................... 26
4.25 Gambar 4.25 Proses Kuartering Sampel. ......................................... 27
vi
4.26 Gambar 4.26 Peroses Pengambilan Truck Sampel ........................... 27
4.27 Gambar 4.27 Proses Mixing dan Kuartering Sampel ...................... 28
4.28 Gambar 4.28 Peroses pengambilan sampel Tes Pit.......................... 28
4.29 Gambar 4.29 Proses Kuartering Sampel. ......................................... 29
4.30 Gambar 4.30 Peroses pengambilan sampel Moisture Content ......... 29
4.31 Gambar 4.31 Proses sampel dari lapangan di drop di lab ................ 30
4.32 Gambar 4.32 Proses Penimbangan Sampel ...................................... 30
4.33 Gambar 4.33 Proses Delevery Sampel Dri Shelter Ke laboratorium 31
4.34 Gambar 4.34 Proses Sampel di timbang basah ................................ 31
4.35 Gambar 4.35 Sampel MRAL dan Sampel Regular .......................... 32
4.36 Gambar 4.36 500 gr di oven dengan suhu 200° ............................... 32
4.37 Gambar 4.37 Proses Pulverising Hingga 200 mesh ......................... 33
4.38 Gambar 4.38 Pulp di bagi menjadi 2 paket ...................................... 33
4.39 Gambar 4.39 Sampel B di simpan sebagai duplikat. ........................ 34
4.40 Gambar 4.40 Proses Sampel A di masukkan ke Cup ....................... 34
4.41 Gambar 4.41 Proses Analisa Sampel menggunakan alat WD-XRF 35
4.42 Gambar 4.42 hasil Analisa akan di kirim ke timGrade Control ..... 35
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Nikel adalah salah satu komoditas dan bahan baku yang sangat dibutuhkan oleh
banyak industri seperti industri baja tahan karat (stainless steel), baterai, logam
paduan, dan pelapisan logam. Di berbagai industri hilir, stainless steel banyak
dimanfaatkan untuk peralatan rumah tangga, transportasi, dan konstruksi.
Permintaan akan stainless steel kian meningkat seiring pertumbuhan ekonomi
negara. Disamping itu, baterai lithium yaitu baterai yang mengandung nikel, saat
ini banyak dimanfaatkan untuk kendaraan listrik. Produksi baterai lithium
diprediksi akan tumbuh dengan cepat seiring meningkatnya penggunaan
kendaraan listrik guna mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.
Nikel dipandang sebagai komoditas yang strategis karena dibutuhkan untuk
banyak keperluan industri. Berbagai kebijakan yang dikeluarkan terkait
pengelolaan nikel nasional dalam rangka mendukung pembangunan di Indonesia.
(Arif, 2018).
PT Sulawesi Cahaya Mineral adalah salah satu perusahaan tambang yang
berada di Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara, yang memiliki Izin
usaha penambangan seluas kurang lebih 21.100 hektar.
Oleh karena itu, penulis melakukan kerja praktek untuk menambah wawasan
dan pengetahuan tentang Grade Control Sampling dalam tes penambangan nikel
laterit di PT Sulawesi Cahaya Mineral.
1
1.2 Maksud dan Tujuan
1. Maksud
Adapun maksud dari kegiatan praktek ini adalah untuk mengetahui dan
mengamati Grade control sampling pada tes penambangan nikel laterit PT Sulawesi
Cahaya Mineral.
2. Tujuan
a. Mengetahui alur proses Grade control Sampling pada tes penambangan nikel
laterit PT Sulawesi Cahaya Mineral.
b. Mengetahui proses preparasi sampel pada divisi Grade Control Sampling PT
Sulawesi Cahaya Mineral.
c. Mengetahui produk yang dihasilkan oleh divisi Grade Control Sampling
1.3 Rumusan Masalah
Dalam kegiatan kerja praktek ini, penulis memfokuskan pada studi grade
control sampling pada tes penambangan nikel laterit PT Sulawesi Cahaya Mineral.
1.5 Manfaat Penelitian
2
b. Manfaat bagi universitas
Sebagai tambahan referensi khususnya mengenai perkembangan industri
di Indonesia maupun proses dan teknologi yang mutakhir, dan dapat
digunakan oleh pihak-pihak yang memerlukan.
Alat dan bahan yang digunakan selama kerja praktek adalah sebaggai berikut;
1. Alat tulis menulis
2. Helem safety
3. Sepatu Safety
4. Masker
5. kaca mata
4. Rompi
5. Kamera
6. Laptop
3
1.7. Lokasi dan Kesampaian Daerah
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Istilah laterit berasal dari kata latin ”later” yang artinya bata . Kata ini pertama
kali diperkenalkan oleh Buchanan Hamilton, 1907 (Supriadin 2003). Saat ini istilah
tersebut diterapkan pada tanah yang kaya akan besi dan almunium, yang terbentuk
akibat pengaruh pelapukan kimia dengan kondisi air tanah tertentu.
Adapun proses awal yang di alami batuan ini adalah proses serpentinisasi dimana
telah mengubah batuan ultra basa (Peridotite) tersebut menjadi batuan yang
serpentinite.
Description batuan ultramafik ini mengacu pada Waheed (2002), batuan
ultramafik adalah batuan yang kaya akan mineral-mineral mafik (ferromagnesian).
Mineral mafik adalah mineral yang mengandung gugusan senyawa Fe dan Mg, yang
terdiri dari mineral seperti olivin, piroksen, hornblende, biotit dengan warna yang
gelap. Batuan ultramafik mengandung silika (SiO2) kurang dari 45 % dan memiliki
indeks warna >70
Sebagian besar batuan ultramafik adalah batuan ultrabasa, tetapi tidak semua
batuan ultrabasa adalah batuan ultramafik. Batuan ultrabasa dapat kaya akan mineral
feldspatoid tetapi batuan ultramafik tidak. Menurut Hughes, (1982) batuan beku ultra
basa adalah : batuan beku yang kurang akan kandungan silika (SiO2).
Pelapukan batuan ultramafic (group peridotite, dunite dan lain-lain) dan
pelindian air terutama yang relatif bersifat asam, akan merubah komposisi batuan dan
melarutkan unsur-unsur yang mudah larut seperti Ni, Fe, Co, Mg dan Si pada mineral
olivin, piroksen, maupun serpentin yang membentuk larutan. Air hujan meresap ke
bawah sampai ke permukaan air tanah sambil melindih mineral primer yang tidak
stabil seperti olivine, serpentin dan piroksen. Air tanah meresap secara perlahan
vertical sampai batas zona limonite dan saprolite, kemudian mengalir secara lateral
dan selanjutnya lebih banyak didominasi transportasi larutan secara horizontal. Besi
di dekat permukaaan relatif mudah bersenyawa dengan oksida dan mengendap
kembali sebagai ferri hidroksida membentuk goethite (Fe2O3(OH)), maupun hematite
(Fe2O3). Magnesium dan silicon termasuk nikel terlindi dan terbawa bersama larutan,
sehingga memungkinkan terbentuknya mineral baru melalui pengendapan kembali
dari unsur-unsur yang larut tadi.
Akibat disintegrasi pada batuan, air tanah akan masuk pada rekahan yang
terbentuk dan memungkinkan intensitas pelindian, karena pengaruh morfologi yang
semakin besar. Disamping hidrolisa magnesium dan silica, maka air tanah yang
mengalami kontak dengan batuan pada zona saprolite tersebut juga akan dijenuhkan
oleh unsur nikel (Friedrich, et al.1984).
Unsur yang tertinggal seperti besi, almunium, mangan, cobalt, dan nikel di zona
limonite akan dikayakan sebagai mineral oksida/hidroksida seperti goethite, hematite,
manganite. Selain itu terdapat juga mineral sisa (relic) spinel chrome sebagai hasil
konsentrasi residu akibat terlindinya magnesium dan silica. Karena sifatnya resisten
terhadap pelapukan chromite akan dikayakan secara relative accumulate (biasanya
akumasi pada spot tertentu saja).
5
Dalam suatu kelompok batuan yang terdiri dari piroksenit yang tinggi silica
(60%) dapat didefinisikan sebagai batuan ultramafik tetapi belum tentu dapat
dikatakan batuan ultrabasa. Sebagian besar batuan ultramafik adalah batuan beku
plutonik.
Faktor-faktor yang berperan penting dalam pembentukan deposit nikel laterit di atas
adalah (Waheed, 2002):
a) Stabilitas mineral (struktur kristal, titik lebur)
b) Reaksi potensial (reduksi/oksidasi)
c) Ukuran butir dan porositas
d) Kondisi pH
e) Pergerakan larutan
f) Climate (temperatur, rainfall)
g) Topografi
h) Air Tanah
i) Komposisi batuan dasar
j) Organisme
k) Waktu
o Penambahan air
o Pelindihan (leaching) magnesia dan silica sebagai tambahan
o Pelepasan dari unsur besi (Mg, Fe) dalam olivine
o Perubahan saat pelepasan unsur besi dari sifat sulfide acid ke fine grained
magnetite. Demikian yang menyebabkan batuan yang tersenpentinisasi
umumnya bersifat menarik magnet.
Adanya air dan silica lepas, merubah olivine (Mg, Fe, Ni)2SiO4 menjadi
serpentin pada temperature antara 200 - 5000C. Pada temperatur di atas 5000C, olivine
tidak berubah menjadi serpentin, dan berubah menjadi mineral lain (talc, piroksen).
Serpentine adalah suatu lapisan mineral lattice yang berkomposisi H4Mg3Si2O9 yang
terbentuk oleh proses alterasi hidrotermal, dari mineral lain seperti olivine dan
6
piroksen (igneous minerals). Pada umumnya serpentin merupakan hasil penggantian
(replacement) dari mineral asal yang berbentuk pseudomorp. Serpentine terendapkan
dalam rekahan-rekahan (fracture). Serpentin terdiri dari tiga bentuk, yaitu :
- Lizardite dengan struktur massive, bentuk paling biasa dari sarpentin, warna
hijau muda (light green).
- Antigorite dengan struktur berlapis (foliated), terbentuk akibat tekanan, warna
hijau keabuan (adanya magnetite menyebabkan warna keabuan/coklat/hitam,
jika ada hematite warna kecoklatan atau kemerahan)
- Chrysotile dengan struktur berserabut (fibrous), terbentuk di bawah kondisi
statis, mengisi vein, warna hijau kekuningan (kadang putih atau keabuan)
Serpentin adalah mineral hasil dari alterasi hydrothermal pada olivine dan
piroksen. Ketika unsur besi setelah serpentinisasi turun, unsur besi original dari olivine
dan piroksen akan berubah menjadi magnetite selama proses serpentinisasi. Alasan ini
yang menyebabkan batuan yang terserpentinisasi cenderung lebih magnetic dari
batuan unserpentinised. (Aheed 2008)
7
pengawasan agar tidak terjadi perubahan kadar yang signifikan akibat salting
dan dilution.
2. Tugas sampling, tugas selanjutnya dari divisi grade control bertugas
mengawasi kadar dengan mengambil sampel terhadap material yang akan
ditambang. Sampel merupakan sebagian kecil dari populasi yang dipelajari
dalam suatu penelitian dan hasilnya akan di anggap menjadi gambaran bagi
populasi asalnya, namun bukan populasi itu sendiri. Sampel dianggap sebagai
perwakilan dari populasi. Pengambilan sample check di PT Sulawesi Cahaya
Mineral berpedoman pada Job Savety Analist (JSA), ketika kita sudah
mengetahui resikonya kita berpedoman ke Standard Operating Prosedure
(SOP).
3. Tugas koordinasi, divisi grade control PT Sulawesi Cahaya Mineral harus
berkoordinasi ke semua divisi yang ada di perusahaan tersebut. Tugas
koordinasi ini terutama pada divisi mine plan engineer (MPE) dan quality
assurance.
8
Open cast mining suatu sistem penambangan yang dilakukan dengan penggalian
endapan bijih dengan melakukan sayatan- sayatan pada suatu lereng.
9
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Data-data yang digunakan pada penyusunan laporan kerja praktek ini diperoleh
dari hasil pengamatan langsung di lapangan tambang terbuka PT Sulawesi Cahaya
Mineral Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara.
10
TAHAP PENDAHULUAN
1. Administrasi
2. Studi Pustaka/Literatur
3. Perlengkapan Lapangan
4. Orientasi Lapangan
PENGOLAHAN DATA
1. Data di lapangan
2. Penyusunan
3. Penarikan Kesimpulan
PEMBUATAN LAPORAN
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
12
b. Pengupasan Topsoil dan Overburden
c. Penyampligan
13
d. Penggalian Ore
e. Pemuatan
14
f. Pengangkutan
g. Stockpile
15
h. Stockpile
16
Metode Grade Control Sampling yang di terapkan di PT Sulawesi Cahaya
Mineral, Yaitu:
a. Chanel Sampling
17
Gambar 4.11 Proses Kuartering Sampel.
18
Gambar 4.13 Proses Pemasangan pita Marking layer ore dan grade ore
b. Floor Sampling
19
Gambar 4.15 Proses Mixing
20
c. Graade Control Drilling
21
Gambar 4.19 Proses ore di bawa ke Shelter Untuk di Preparasi
22
d. Bucket Sampling
23
Gambar 4.23 Proses Kuartering Sampel.
24
Gambar 4.25 Proses Kuartering Sampel.
25
Gambar 4.27 Proses Mixing dan Kuartering Sampel.
g. Tes Pit
26
Gambar 4.29 Proses Kuartering Sampel.
27
Gambar 4.31 Proses sampel dari lapangan di drop di lab
28
4.1.3 Proses Analisa Sampel Grade Control Di Laboratorium Intertek, sebagai
berikut:
Gambar 4.34 Proses Sampel di timbang basah lalu di split basah dan di catat
tibangannya.
29
Gambar 4.35 Sampel MRAL dan Sampel Regular
Gambar 4.36 Proses MRAL 500 gr di reject dan 500 gr di oven dengan suhu
200°
30
Gambar 4.37 Proses Pulverising atau di haluskan Hingga 200 mesh
Gambar 4.38 Pulp di bagi menjadi 2 paket, yakni paket A gr dan B gr.
31
Gambar 4.39 Sampel B di simpan sebagai duplikat.
32
Gambar 4.41 Proses Analisa Sampel menggunakan alat WD-XRF
33
4.1 Pembahasan
34
e. Pemuatan & Pengangkutan
Ore yang telah digali menggunakan unit Excavator kemudian dimuat
dan dipindahkan ke unit Dumptruck lalu ore diangkut ke area stockfile. Tahap
ini menggunakan beberapa unit alat berat sesuai dengan perhitungan cycle
time dan match factor nya agar tercapainya target produksi perhari dengan
jumlah unit alat berat yang dipakai minimum.
f. Stockfile
Ore yang di angkut ke stockfile akan di dumping sesuai kadar ore nya.
Material hasil produksi berupa limonit dan saprolit mempunyai perlakuan
yang berbeda. Untuk saprolit didumping di Rompile sedangkan untuk material
Limonit didumping di Ramstock.
Land Clearing
Pengupasan
Topsoil & Overburden
Penyamlingan-Analisa
Penggalian Ore
Pemuatan &
Pengangkutan
Dumpingan
Romstock/ Romfile
35
Adapaun tahapan proses Grade Control Sampling di PT Sulwesi
Cahaya Mineral
a. Grade Control Drillhole (GCD)
Untuk mendapatkan informasi kualitas secara vertikal dalam satu
profil laterit. Dengan spasi yang lebih rapat dan kedalaman yang sudah di
tentukan.
1. Persiapan.
a. Buat rencana titik pengeboran dengan jarak/spasi 12,5 m x12,5 m pada
area yang akan ditambang.
b. Koordinasikan dengan tim survey untuk dilakukan stake out plan
drillhole dan pemasangan patok titik bor pada area yang telah ditentukan.
c. Pastikan titik pemboran sesuai dengan plan dan terpasang pada koordinat
yang tepat. Lakukan cross check plan drillhole dengan data stake out
surveyor, untuk mengetahui jika ada pergeseran koordinat.
d. Buat drill pad pada area sekitar titik pemboran, jangan memindahkan
posisi titik bor.
e. Pastikan rig di setting tepat diatas titik bor dan menara bor tegak
lurus.
f. Koordinasi dengan driller untuk memastikan semua instrument drilling
berfungsi dengan baik.
g. Pastikan drainase dan sirkulasi fluida pemboran tidak akan menimbulkan
dilusi dan kontaminasi pada core yang akan diambil.
h. Ukur stick up rig bor, pastikan rig drilling terkunci pada titik, agar lubang
bor tetap presisi.
i. Sebelum start drilling pastikan house keeping equipment drilling dan
area drillpad sudah sesuai prosedur safety. Termasuk dalam hal ini
manpower sesuai tugas masing-masing lengkap.
j. Lengkapi form pre-start drilling dan lakukan commissioning setiap akan
dimulai pemboran
2. Proses pengeboran.
a. Mulai proses drilling harus menunggu Wellsite atau Asistant
Geologist.
b. Catat waktu awal pemboran dan awal penetrasi
36
c. Perhatikan kemajuan pipa pada saat pemboran.
d. Ingat panjang pipa untuk menghindari perbedaan panjang actual dan
panjang pipa yang masuk kedalam titik bor.
e. Satu drill run cukup 1.0 meter (maksimal), stop run sesuai arahan
driller jika kondisi underground tidak memungkinkan.
f. Perhatikan panjang Core yang keluar, kemudian catat recovery-nya.
Beri keterangan jika terjadi lose atau swelling. Bila terjadi Swelling
maka tidak berpengaruh pada Core Recovery.
g. Prosedur standar untuk recovery (length core) yang diterima:
• Recovery length of core dalam satu run ≥ 70%.
• Dalam tiga kali run berurutan recovery length of core masing –
masing antara 70 – 90%, pada kondisi material normal akan
dilakukan redrill.
• Recovery length of core, dalam satu hole harus > 92%.
• Untuk kondisi geologi tertentu (MAT, structure, silica boxwork,
cavity), penentuan toleransi recovery ada pada Geologist.
h. Keluarkan core splitter dari inner cup, letakan core pada corebox
setelah dilakukan pengukuran panjang core.
i. Simpan drill core pada core box dengan posisi yang benar, dimana
sisi sebelah kiri core box adalah meter awal/from dan sisi bagian
kanan adalah meter akhir/to.
j. Pasang core block penanda dengan tulisan depth meter yang jelas dan
benar, beri keterangan menggunakan core block tambahan jika ada
core loss atau cavity serta pada akhir pemboran pada depth meter
terakhir diberi core block tambahan dengan tulisan EOH (end of
hole).
k. Lakukan penataan corebox secara urut sesuai kedalaman.
l. Jika ada perbedaan litologi, maka dilakukan break geologi dalam 1m
core.
m. Simpanan corebox pada tempat yang aman dari binatang, air hujan,
bahaya tumpah dan sinar matahari langsung, dan lakukan wrapping pada
masing – masing corebox.
37
n. Bersihkan split pada saat akan melanjutkan drilling. Pastikan sebelum
memulai kembali drilling sudah dilakukan flushing lubang bor. Fluida
pemboran yang keluar dari lubang bor usahakan sudah bersih.
o. Lanjutkan progres pengeboran sampai pada target kedalaman yang telah
ditentukan.
p. Setelah mencapai End of Hole set down rig kemudian moving ke titik
selanjutnya.
q. Kirim Core ke Shelter untuk di preparasi.
3. Preparasi sampel/coring.
a) Lakukan dokumentasi untuk corebox (yang sudah lengkap) sebelum
dilakukan preparasi yaitu berupa foto lengkap dengan keterangan
from – to (depth-nya).
b) Pada sampel/core limonite, lakukan quartering sampel hingga 2kg.
c) Pada sampe/Untuk saprolit, lakukan fraksinasi yang terdiri dari fraksi -
1”, fraksi +1-3 “, dan Fraksi +3 “, kemudian kuartering masing-masing
fraksi hingga 2kg.
d) Masukkan sampel ke dalam kantong sampel beserta dengan sampel ID
nya.
38
GRADE CONTROL DRILLING FLOWCHART
Pembersihan
Lahan
Pembuatan Drillpad
Setting UP Mesin
Bor/ Rig
EOH
Limonite Saprolite
Screen
Kuartering
Fraksi-1 Fraksi +1-3 Fraksi +3”
MRAL
39
b. Floor Sampling
Untuk memastikan bahwa proses pengupasan/stripping tidak over
stripping atau under stripping.
1. Lakukan kontrol elevasi dan cek visual material yang telah terkupas.
2. Buat rencana titik yang akan disampel sebanyak 9 titik, dengan membuat
grid dengan spasi 5 m atau 6.25 m.
3. Pastikan material yang telah terekspos yang akan disampel
teridentifikasi (apakah termasuk limonit atau saprolit).
4. Pastikan bahwa permukaannya merupakan material insitu dengan cara
dibersihkan dari material erosi atau sedimentasi.
5. Lakukan pengambilan sampel pada titik yang telah ditentukan
menggunakan skop tangan atau bor auger dengan kedalaman kurang
lebih 10 cm.
6. Catat koordinat dan kedalaman dari titik pengambilan sampel di buku
catatan.
7. Tancapkan patok dan ikatkan pita warna putih (pada patok tersebut) di
area pengambilan sampel, dituliskan juga nomor kode sampelnya pada
pita.
8. Dokumentasikan titik pengambilan sampel.
9. Setiap titik pengambilan sampel koordinatnya harus diambil oleh tim
survey.
10. Kirim sampel yang telah di ambil ke AQE/shelter Untuk Di preparasi.
11. Mixing sampling agar material floor dari 9 titik tadi homogen.
12. Lakukan kuwatering sampai material di bagi mnejadi dua sample, 2
kg untuk di kirim ke lab, dan 2 kg untuk duplikat.
13. Setiap kantong sampel dilengkapi label dengan kode sampel, meliputi
tipe sampel, waktu pengambilan (tanggal, bulan, tahun), area
pengambilan, dan tipe ore/material.
40
14. Masukkan potongan sampel ID ( DUMP, WDXRF, MRAL) ke dalam
kantong sampel.
15. Kirimkan sampel ke lab untuk dianalisa dan pastikan kembali jumlah
sampel sesuai dengan surat pengantarnya.
16. Jika hasil analisa sudah keluar, ganti pita putih yang ada di titik
pengambilan sampel dengan pita warna tertentu sesuai dengan besaran
nilai Ni, Fe, 𝐴𝑙2 𝑂3 untuk setiap blok 12,5 m x 12,5 m x 1m.
17. Perbarui batas bijih/ore yang telah terekspos.
41
FLOOR SAMPLING FLOWCHART
STRIPPING
Ore expose
Dengan Visual
Floor Sampleing
9 titik
Shelter/ Preparasi
MRAL
42
c. Chanel Sampling
Chanel Sampling bertujuan untuk memastikan bahwa kategori bijih
yang akan di tambang bahwa waste dapat di indentifikasi.
43
10. Setiap titik pengambilan sampel koordinatnya harus diambil oleh tim
survey.
11. Kirimkan sampel ke OQA/ Shelter untuk di preparasi dan pastikan jumlah
sampel sesuai dengan surat pengantarnya.
12. Untuk bijih/ore saprolit, lakukan pemisahan berdasarkan ukuran
fraksi/ukuran fragmen yang terdiri dari fraksi -1”, fraksi + 1 -3” dan fraksi
+3”.
13. Lakukan prosedur quartering sampel di tempat yang aman untuk
menghindari kontaminasi. Ambil sampel berlawanan arah (sesuai gambar
di bawah). Quartering / sampel hogomen hingga 2 Kg.
44
No Jenis Sampel Warna Warna Pita Kadar
Pita
1 Belum keluar hasil Putih -
2 Blue zone Biru -
3 High Hijau 1,6 up
4 Medium Kuning 1.3-1.59
5 Low Merah 0.8-1.29
Tabel 3.1: Pita Kadar Saprolite
45
CHANEL SAMPLING FLOWCHART
ORE EXPOSE
Chanel Sampling di
Bench expose ore
QA /Shelter
Limonite Saprolite
Screen
Kuartering
Fraksi-1 Fraksi +1-3 Fraksi +3”
MRAL
Ni < COG
Ni >COG
46
d. Sampel Tes Pit
Untuk mendapatkan informasi kualitas secara vertikal dalam satu
profil laterit.
1. Persiapan.
a. Periksa dan pastikan peralatan kerja yang akan digunakan telah ada
sebelum bekerja termasuk tangga dan radio komunikasi.
b. Pastikan selalu bekerja dengan APD yang sesuai dan APD khusus (masker,
kacamata dan sarung tangan).
c. Pastikan rencana kerja telah disosialisasikan oleh pengawas dan
dimengerti.
d. Pastikan selalu ada komunikasi menggunakan radio komunikasi antara
sampler dan operator jika akan mendekat dan atau mengambil sampel.
2. Pengambilan data test pit menggunakan excavator.
a. Posisikan excavator pada posisi yang datar.
b. Gali permukaan tanah pada posisi yang telah ditentukan dengan
kedalaman maksimal 2m.
c. Lebar test pit 2m atau kurang lebih 2 kali bucket excavator.
d. Posisikan material buangan dari bucket excavator jauh dari test pit.
e. Pastikan dinding test pit dalam posisi stabil tidak ada retakan atau batu
menggantung.
f. Pasang barikade di sekeliling test pit.
g. Gunakan tangga untuk turun dan naik dari dalam test pit.
h. Ambil sample secara vertikal dari atas ke bawah (1m) pada dinding test pit
dengan lebar 20cm dan kedalaman 15cm.
i. Prosedur yang sama pada meteran selanjutnya.
j. Lakukan pencampuran atau pengadukan (mixing).
k. Bersihkan sampel dari material berbahaya seperti batu runcing dan dari
material asing.
l. Untuk limonite, kuartering sampel hingga 2kg.
m. Untuk saprolit, lakukan fraksinasi yang terdiri dari fraksi -1”, fraksi +1-3
“, dan Fraksi +3 “, kemudian kuartering masing-masing fraksi hingga 2kg.
n. Masukkan sampel ke dalam kantong sampel beserta dengan sampel ID
nya.
47
o. Kirimkan sampel ke lab untuk dianalisa dan pastikan jumlah sampel sesuai
dengan surat pengantarnya.
p. Setiap titik pengambilan sampel koordinatnya harus diambil oleh tim
survey.
3. Persiapan Akhir
a. Tutup kembali lubang test pit setelah selesai melakukan pengambilan
sampel
b. Pastikan peralatan kerja yang digunakan terkumpul lengkap setelah
bekerja
c. Pastikan excavator parker diposisi yang aman
48
TES PIT SAMPLING FLOWCHART
Limonite Saprolite
Screen
Kuartering
Fraksi-1 Fraksi +1-3 Fraksi +3”
MRAL>C
OG
3. Setelah itu sampel yang telah di ambil, di kirim ke QA/ Shelter untuk di
lakukan preparasi.
6. Setiap kantong sampel dilengkapi label dengan kode sampel, meliputi tipe
sampel, waktu pengambilan (tanggal, bulan, tahun), area pengambilan, dan
tipe ore/material
50
7. Masukkan potongan sampel ID (FILE, DUMP, WDXRF, MRAL) ke dalam
kantong sampel.
8. Kirimkan sampel ke lab untuk dianalisa dan pastikan jumlah sampel sesuai
dengan surat pengantarnya.
51
SPECIAL CHECK SAMPLING FLOWCHART
AREA PIT
Pengambilan Sampel
2 kg
Shelter
Limonite Saprolite
Screen
Kuartering
Fraksi-1 Fraksi +1-3 Fraksi +3”
MRAL
Ni >COG
Ni < COG
52
f. Bucket Sampling
Metode sampling yang dilakukan pada material ore di bucket
excavator saat kegiatan loading material dan sebelum material dimuat ke
dalam DT/ADT.
9. Setiap kantong sampel dilengkapi label dengan kode sampel, meliputi tipe
sampel, waktu pengambilan (tanggal, bulan, tahun), area pengambilan, dan
tipe ore/material
53
10. Masukkan potongan sampel ID (FILE, DUMP, WDXRF, MRAL) ke dalam
kantong sampel.
11. Kirimkan sampel ke lab untuk dianalisa dan pastikan jumlah sampel sesuai
dengan surat pengantarnya.
54
BUCKET SAMPLING FLOWCHART
Bucket Exca
Pengambilan
Sampel di 5 titik bucket
Limonite Saprolite
Screen
Kuartering
Fraksi-1 Fraksi +1-3 Fraksi +3”
MRAL
Ni >COG
Ni < COG
55
g. Truck Sampling
Sampling material ore yang dimuat di dalam vessel truck. Truck
sampling dilakukan di Back Stop atau di Sample House saat DT/ADT
membawa material dari hasil produksi.
1. Lakukan pengambilan sampel pada truck pada setiap interval 3 ADT (105
ton) pada limonit dan 6 DT (90 ton) pada saprolite.
2. Lakukan pengambilan sampel di beberapa titik, sampai dari beberapa titik
itu mewakili dari semua ore yang ada di Truck.
3. Lakukan Mixing Pada sampel tersebut agar sampel homogen.
6. Setiap kantong sampel dilengkapi label dengan kode sampel, meliputi tipe
sampel, waktu pengambilan (tanggal, bulan, tahun), area pengambilan, dan
tipe ore/material
56
8. Kirimkan sampel ke lab untuk dianalisa dan pastikan jumlah sampel sesuai
dengan surat pengantarnya.
57
TRUCK SAMPLING FLOWCHART
Truck Sampling
Pengambilan
Sampel di 5 titik Truck
Limonite Saprolite
Screen
Kuartering
Fraksi-1 Fraksi +1-3 Fraksi +3”
MRAL
Ni >COG
Ni < COG
59
MOISTURE CONTENT FLOWCHART
SAMPLING
Shelter
Lab
Timbang basah
2kg
Sampleing Dome
9 titik
Oven
selama 12-13 jam
Sample kembali di
timbang hingga konstan
Hitung Berat
sebelum di oven
dan setelah di oven
60
Adapun Proses Analisa Sampel Grade Control seluruhnya dikirim ke
Laboratorium.
1. Sampel di drop dari lapangan ke laboratorium.
2. Sample di terima di Lab dan akan di preparasi.
3. Sample MRAL akan di proses dan di Analisa selama 2 jam oleh tim lab.
4. Timbang sample dan di split basah MRAL dan Regular.
5. Sample Regular akan dikeringkan selama 21 jam,setelah itu di pulveresing
dan akan di kirim ke Kendari.
6. Sample MRAL di bagi menjadi 2, 500 gr di reject atau di Arsipkan.
7. Sample MRAL 500 di Oven dengan suhhu 200°.
8. Pulverising sample hingga 200 mesh.
9. Setelah sampel menjadi pulp, di bagi 2 menjadi sampel A dan B.
10. Sampel B berguna untuk duplikat dan sampel A akan di Analisa.
11. Siapkan cup sampel yang telah bersih dan di berikan pelebal ID sampel .
12. Masukkan ¼ sampel kedalam Cup, kemudian di ratakan.
13. Tambanhkan sampel secara perlahan sampai ¾ cup,tekan kemudian ratakan.
14. Sebelum proses pembacaan, pastikan plastic film yang terdapat pada cup
tersebut tidak rusak atau bergelombang.
15. Hasil Analisa sampel akan di kirim Kembali ke Grade Control.
61
LABORATORIOM SAMPLING FLOWCHART
SAMPPLE
Timbang Basah
MRAL Regular
500 Gr 500 gr
reject Di Oven 21 jam
Di Oven
Basah @200°
Pulveresing
Pulveresing
Sample di kirim ke
kendari
Hasil lab
Send to WD-XRF
62
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil kerja praktek yang telah dilakukan di PT Sulawesi Cahaya Mineral
Kabupaten konawe Sulawesi Tenggara dapat disimpulkan bahwa proses penambangan
nikel yang dilakukan dengan metode open cast. Diawali dengan dengan land clearing,
pengupasan top soil & overburden, penggalian ore pemuatan serta pengangkutan ore
ke ramstock untuk limonite dan romfile untuk saprolite.
Adapun proses Grade Control yang di lakukan yaitu Grade Control Drilling, ,
Floor Sampling, Chanel Sampling, Tes Pit, Special Check Sample, Bucket Sampling,
Truck Sampling dan Moistire Content Sampel. Sampling di lakukan agar Tim Grade
control bisa meminimalisir terbuangnya Ore dan Grade Control bahwa ore yang di
loading benar sesuai kadar yang di minta.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan penulis dalam kegiatan kerja praktek ini,
yaitu :
1. Sebaiknya Vessel Truck lebih di Trimming Pada saat truck selesai mengangkut
63
DAFTAR PUSTAKA
https://jurnal.teknologiindustriumi.ac.id/index.php/JG/search/search
64
LAMPIRAN
65