Anda di halaman 1dari 9

KELOMPOK 1

GEOFISIKA TAMBANG

Koordinator: Riska Novia Ramadhana 09320190251/C3


Wakil Koordinator: Rifda Anriani 09320190265/C3
Anggota: Muh. Taufiq 09320150190/C3
Renaldhy Setiawan 09320180054/C2
Muh. Yusuf Ungge 09320190142/C2
A. Muh Prigar Pamelleri 09320190266/C3
Mayza Lintang Prayoga Kurniawan 09320190018/C2

Dosen Pengampuh Mata Kuliah


Ir. Emi Prasetyawati Umar, S.Si., M.T., IPP.

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2022
A. Induksi Polarisasis
Induced Polarization atau Polarisasi Terimbas adalah sebuah pengembangan yang relatif
baru dalam eksplorasi Geofisika. Metode ini tidak seperti metode Gravity, Magnetik,
Geolistrik, dan Elektromagnet yang selalu digunakan sejak tahun 1920-an dalam penyelidikan
endapan mineral. Induksi Polarisasi tidak digunakan secara rutin dalam eksplorasi hingga tahun
1950-an. Namun secara teknik memberikan kemampuan dan keefektifan dalam beberapa
lingkungan geologi dan sekarang meningkat hampir 50% dari seluruh metode Geofisika untuk
eksplorasi mineral. Apalagi sejak tahun 2000-an telah ditemukan program Res2dinv yang di
dalamnya terdapat pemodelan Induksi Polarisasi.
Induksi Polarisasi menyerupai metode Geolistrik Tahanan Jenis (Resistivity) dalam
pemakaian arus listrik yang dikirimkan Transmitter ke tanah melalui dua buah elektroda arus
dan perbedaan tegangan (Voltage) diukur diantara dua elktroda potensial. Dalam tanah yang
tidak mengandung mineral, jika aliran arus diputus, tegangan antara elektroda potensial dengan
segera turun menjadi nol. Akan tetapi jika tanah mengandung sejumlah mineral, kebanyakan
mineral sulfide (seperti pyrite, Calcopyrite, galena) tegangan yang diperoleh tidak langsung nol
tetapi turun perlahan-lahan menuju nol setelah beberapa detik.
Efek tersebut diketahui sebagai efek Induced Polarization (IP). Mineral yang
menyebabkannya disebut Polarizable. Amplitudo dari penurunan tegangan itu secara kasar
sebanding dengan kualitas mineral yang terpolarisasi di sekitar 4 elektroda tersebut.
Tipe pengukuran efek ini dikatakan dalam kawasan waktu (Time Domain). Sebagai
alternative, tapi pengukuran dapat dilakukan dengan pengiriman arus AC pada frekuensi
berbeda dan mengukur perbedaan resistivity semu (apparent resistivity) antara dua frekuensi
(misal 0,3 dan 3,0 Hz). Pengukuran ini dikatakan dalam kawasan frekuensi (Frequensy
Domain). Kedua metode tersebut secara prinsip ekivalen (Irvin, 1970-an)
Metode geolistrik induksi polarisasi memiliki parameter terukur polaritas tegangan dan
jenis sifat fisik yang terdapat didalamnya kapasitas elektrik. Aplikasi metode geolistrik induksi
polarisasi yaitu eksplorasi mineral mengandung logam. Metode induksi polarisasi merupakan
salah satu bagian dari geolistrik yang sering digunakan dalam eksplorasi mineral logam.
Metode induksi polarisasi merupakan salah satu bagian dari geolistrik yang sering
digunakan dalam eksplorasi mineral logam. Metode ini dapat mendeteksi adanya polarisasi
yang terjadi pada permukaan mineral logam ketika arus listrik diinjeksikan kedalam bumi. Pada
prinsipnya metode ini mengukur perbedaan nilai potensial listrik yang menurun secara gradual
pada saat arus listrik di matikan. Arus listrik di injeksikan kedalam bumi melalui dua buah

2
elektroda arus, beda potensial yang terjadidi ukur melalui dua buah eletroda potensial. Pada
saat arus listrik di injeksikan terjadi distribusi ion ion di bawah permukaan bumi yang mengalir
melewati tubuh batuan. Potensial yang terukur pada saat penginjeksian arus ini disebut
potensial primer. Adanya kandungan mineral logam akan menggangu distribusi ion ion yang
mengalir. Pada saat arus listrik di matikan potensial listrik akan mengalami penurunan di mana
penurunan ini tidak langsung menuju nilai nol, tetapi menurun secara bertahap dalam interval
waktu tertentu. Potensial yang terukur pada saat arus dimatikan ini disebut potensial sekunder.
Polarisasi yang terjadi pada batuan di kontrol oleh dua mekanisme yang utama yaitu polarisasi
membran dan polarisasi elektroda. Polarisasi membran erat kaitannya dengan keberadaan
mineral lempung sedangkan polarisasi elektroda disebabkan oleh keberadaan mineral logam
didalam tubuh batuan.
B. Polarisasi membran
Pada batuan energi listrik yang tersimpan erat kaitannya dengan proses elektrokimia
yang terjadi. Proses elektrokimia adalah proses reaksi atau perubahan kimia yang terjadi karena
adanya arus listrik. Polarisasi membran terjadi karena keberadaan mineral lempung dalam
suatu tubuh batuan. Pada mekanisme ini polarisasi yang terjadi tidak ada hubungannnya dengan
kandungan mineral logam dalam batuan.
Pada permukaan mineral lempung dan bidang batas antar pori batuan terjadi
penumpukan muatan negatif karena adanya reaksi air formasi yang membawa muatan positif.
Akibatnya terjadi penumpukan muatan positif pada permukaan mineral membentuk semacam
awan positif sedangkan muatan negatif tertolak menjauhi bidang batas permukaan mineral.
Apabila arus listrik di alirkan, maka muatan posirif akan bergerak mengikuti arah medan listrik
tetapi muatan negatif akan terakumulasi pada awan positif sehingga menghambat arus listrik
yang mengalir. Saat arus listrik di matikan, muatan muatan yang menumpuk akan kembali pada
posisi semula, hal ini yang menyebabkan terjadinya polarisasi listrik dalam frekuensi yang
kecil dan biasa disebut Normal Induksi Polarisasi effect.
C. Polarisasi elektroda
Aliran arus listrik pada batuan sangat di pengaruhi adatidaknya larutan elektrolit yang
mengisi pori pori batuan sebagai media penghantar. Adanya partikel mineral logam didalam
tubuh batuan yang bereaksi dengan larutan elektrolit akan menghasilkan beda potensial. Beda
potensial ini terjadi karena proses pengkutuban antara ion ion dalam batuan yang sering
disebut Potensial diri atau self potential.

3
Mineral logam bersifat konduktif sehingga pada tubuh mineral dapat mengalirkan arus
listrik dengan sangat baik. Pada saat arus listrik dialirkan pada batuan yang memiliki
partikel mineral logam, kesetimbangan antar ion menjadi terganggu yang mengakibatkan
muatan positif dan negative akan terakumulasi pada sisi sisi bidang batas mineral membentuk
sepasang elektroda. Akumulasi muatan ini menyebabkan penumpukan muatan yang
menghasilkan beda potensial baru akibat penambahan muatan listrik dalam hal ini biasa disebut
Overvoltage.
Dalam mekanisme ini potensial yang di hasilkan mempunyai nilai yang lebih besar dari
potensial yang terjadi pada reaksi elektrolit. Penumpukan muatan ini membentuk semacam
“kapasitor” dimana pada saat arus listrik dimatikan muatan tersebut tertahan sesaat sebelum
akhirnya kembali pada posisi sebenarnya. Lamanya waktu yang dibutuhkan muatan untuk
kembali keposisi semula iniyang akan di deteksi sebagai peluruhan potensial yang akan
menjadi parameter dalam pegukuran induksi polarisasi.
D. Tahapan Persiapan Observasi Lapangan
Adapun prinsip metode Induksi Polarisasi merupakan suatu metode yang mendeteksi
terjadinya polarisasi listrik pada permukaan mineral-mineral logam di bawah permukaan bumi.
Alat yang digunakan resistivity, alat ini digunakan untuk mengukur resitivitas batuan dan
Induksi polarisasi. Peralatan ini dapat dimodifikasi tingkat sensitifitasnya terhadap target
dengan merubah konfigurasi pemasangan elektrodanya. Pada Induksi polarisasi digunakan
untuk membedakan mineral logam dan non logam sehingga efektif untuk survey mineral
logam. Pada survey air tanah dengan mengukur resistivitas batuan dapat di ketahui batuan yang
mengandung air sehingga sangat efektif untuk survey air tanah. fungsinya lainnya eksplorasi
bijih mineral, batubara, dan struktur geologi.
E. Tahapan pengukuran data di lapangan
Pengukuran dalam domain waktu ini bertujuan untuk melihat perubahan beda potensial
pada saat arus injeksi dimatikan. Dalam hal ini arus di injeksikan kedalam bumi melalui
sepasang elektroda arus menghasilkan beda potensial yang di ukur melalui dua buah elektroda
potensial non-polarisable. Beda potensial yang pada saat arus di injeksikan di sebut sebagai
potensial primer (Vp) sedangkan beda potensial yang terukur pada saat arus dimatikan di sebut
potensial sekunder (Vs). Pengukuran dalam kawasan waktu di dasari oleh perbedaan nilai
potensial yang terjadi karena adanya proses peluruhan potensial terhadap fungsi waktu. Saat
arus listrik di matikan, potensial primer (Vp) tidak langsung menuju nilai nol tetapi turun secara
gradual berdasarkan fungsi waktu peluruhan potensial pada saat dan sesudah arus dimatikan.

4
Pengukuran dalam kawasan waktu ini dapat di nyatakandalam dua besaran berbeda
yaitu Millivolts per volt (Induksi Polarisai Percent) dan Chargeability. Millivolts per volt di
dasari pengukuran potensial sekunder pada waktu tertentu pada saat arus di matikan. Besaran
ini dinyatakan dalam persamaan berikut :
𝑉𝑠 (𝑡1)
IP(%) = ×100
𝑉𝑝

Potensial sekunder ini memiliki nilai yang sangat kecil (mV)di bandingkan potensial primer
(V) sehingga Induksi Pilarisasi Persent sering di nyatakan dalam satuan persen (%).
Chargeability merupakan besaran yang paling sering digunakan dalam pengukuran induksi
polarisasi. Besaran ini di rumuskan dalam persamaan :
1 𝑡2
M = 𝑉𝑝 ∫𝑡1 𝑉𝑠(𝑡)𝑑𝑡

Dalam Chargeability potensial primer dan sekunder memiliki satuan yang sama (mV) dan dan
di nyatakan dalam satuan Milliseconds (Msec).
F. Konfigurasi dipole-dipole
Berdasarkan letak (konfigurasi) elektroda-elektroda arus dan potensialnya, dikenal beberapa
jenis konfigurasi elektroda dalam survei geolistrik. Pada pengukuran induksi polarisasi
konfigurasi yang paling sering digunakan adalah konfigurasi Dipole-dipole. Konfigurasi ini
telah lama dan masih digunakan untuk survei resistivitas dan IP karena memiliki efek kopling
yang rendah antara potensial dan arusnya.
Pada konfigurasi Dipole-dipole jarak antar elektroda arus (a) sama dengan jarak antar elektroda
potensial dimana jarak antar elektroda arus C1 dan P1 (na) merupakan faktor pengali yang
berhubungan dengan factor kedalaman penetrasi. Jarak antar elektroda di pasang sama dengan
faktor pengali yang meningkat untuk menambah kedalaman investigasi. Dalam konfigurasi ini
faktor geometri di nyatakan dalam persamaan berikut :
k = π (n+1) (n + 2) na
Sehingga Resistivitas semu dapat dihitung menggunakan rumus :
𝛥𝑣
𝜌𝑎 = π (n+1) (n + 2) na 1

Konfigurasi ini digunakan unutk investigasi bawah permukaan yang bersifat lateral hal ini
berkaitan dengan sensitifitas dari konfigurasi. Sensitifitas konfigurasi dipole-dipole
digambarkan oleh Loke (2004) pada model penampang. Penampang Sensitivitas Konfigurasi
Dipole-Dipole untuk n = 1 hingga n = 6 (Loke, 1994)
Nilai sensitivitas terbesar umumnya terletak diantara pasangan kutub C2-C1, dan pada
pasangan P1-P2. Ini berarti konfigurasi ini sangat sensitif terhadap perubahan sensitivitas di

5
bawah setiap pasangan elektroda kutubnya. Dengan bertambahnya faktor „n‟ maka nilai
sensitivitas tingginya juga bertambah dan lebih terkonsentrasi di bawah kutub C1-C2 dan P1-
P2, sedangkan nilai sensitivitas di bawah pusat konfigurasinya (antara C1-P1) menurun.
Pengolahan Data
Lintasan Spasi Jumlah Resistivity Chargebility
0 10 1 8904 26,625
10 10 2 9040,5 25,05
20 10 3 10711,5 24,9
30 10 4 9989,25 22,35
40 10 5 10756,5 24,075
50 10 6 14381,25 31,2
60 10 7 8825,25 26,625
70 10 8 5268,75 0
80 10 9 6758,25 28,275
90 10 8 9393,75 40,125
100 10 7 7788 29,625
110 10 6 5716,5 25,35
120 10 5 4955,25 24,6
130 10 4 4789,5 27,225
140 10 3 4982,25 24,375
150 10 2 6662,25 26,025
160 10 1 5328 28,8
170 10 1 4002,75 29,475
180 10 2 6480,75 30,075
190 10 3 5541,75 27,075
200 10 4 3489 22,5
210 10 5 2805,75 25,8
220 10 6 4055,25 22,05
230 10 7 3835,5 20,775
240 10 6 4017 18,525
250 10 5 5064 20,475
260 10 4 5751,75 21,15

6
270 10 3 4565,25 21
280 10 2 4491,75 15,525
290 10 1 5742 21,075
300 10 1 7695,75 26,7
310 10 2 7246,5 27,3
320 10 3 6981 28,425
330 10 4 6293,25 26,025
340 10 5 6417 28,275
350 10 4 5085,75 27,9
360 10 3 4744,5 27,375
370 10 2 5096,25 27,6
380 10 1 5280,75 24,6
390 10 1 5106 21,75

Dari data yang diperoleh dari hasil pengukuran lapangan selanjutnya dilakukan pengolahan
data. Tahapan pertamadari pengolahan data ini yaitu mengelompokan data masing-masing
lintasan pengukuran menggunakan perangkat lunak Ms Excel. Data yang dikelompokan berupa
data factor Elevasi pengali kedalaman (n), Potensial listrik (V ), Kuat arus (I), Resistivitas semu
(Rho), dan Chargeability (M) pada tiap lintasan. Pada tahapan awal ini menghasilkan data
berupa data yang pada tahapan selanjutnya akan dilakukan pemodelan 2D. Pada tahapan
selanjutnya dilakukan pemodelan 2D menggunakan perangkat lunak Res2Dinv yang bertujuan
untuk mendapatkan nilai resistivitas sebenarnya yang menggambarkan kondisi bawah
permukaan. Pada tahapan ini didapatkan hasil berupa pseudosection 2D True Resistivity dan
Chargeability beserta nilai yang akan digunakan dalam pembuatan peta sebaran Resistivity dan
Chargeability. Dari data yang dihasilkan perangkat lunak Res2Dinv, tahapan selanjutnya
adalah membuat peta sebaran Resistivity dan Chargeability. Data diolah menggunakan Ms.
Excel untuk membuat data base berupa koordinat titik pada masing masing “n” pengukuran hal
ini dilakukan guna mendapatkan posisi nilai resistivitas terukur secara geografis. Data
selanjutnya diolah menggunakan perangkat lunak Map info. Dari tahapan pengolahan ini
didapatkan hasil berupa peta sebaran yang terlebih dahulu melalui proses interpretasi kualitatif
guna mendapatkan posisi anomali berdasarkan karakteristik nilai Resistivity dan Chargeability.

7
G. Interpretasi Data
Tahapan interpretasi merupakan tahapan dimana peneliti menganalisa, memperkirakan
dan menentukan posisi anomali yang berhubungan dengan sifat fisika batuan yang ada di
bawah permukaan. Tahapan ini sangat penting mengigat hasil yang diperoleh memberikan
gambaran bawah permukaan yang harus dapat dipertanggung jawabkan seorang peneliti.
Interpretasi pada penelitian ini didasari oleh respon sifat kelistrikan bahan yang ada dibawah
permukaan bumi dengan hasil berupa peta sebaran anomali yang berhubungan dengan zona
mineralisasi logam yang ada pada daerah penelitian. Tahapan interpretasi ini diawali dengan
mempelajari karakteristik geologi daerah penelitian serta membuat hipotesa sementara,
selanjutnya dengan membandingkan nilai Resistivity dan Chargeability akan didapatkan posisi
anomali yang menunjukan keberadaan mineral logam. Berdasarkan dari informasi geologi,
mineralisasi pada daerah penelitian merupakan mineralisasi sekunder dimana mineral logam
yang ada pada daerah penelitian bersifat tidak insitu dengan kata lain merupakan hasil
transportasi dari tempatasal mula pembentukannya.
Dari hasil penelitian menggunakan metode induksi polarisasi yang dilakukan oleh
PT.Geomap pada daerah Oekopa didapatkan informasi bahwa mineral logam terdapat pada
boulder Batu gamping yang termasuk dalam satuan Batulempung “Scaly Clay” Kompleks
Bobonaro dengan nilai Resistivity sedang sampai tinggi > 80-250 Ohm, dengan keberadaan
mineral logam ditunjukan dengan nilai Chargeability
sedang-tinggi >60 msec.

8
DAFTAR PUSTAKA
Aji Sasmito, B., Agus Santoso MSi, I., Hidayat SSi, W., Kunci, K., Polarisasi, I. and Prospek
Logam Sari, Z., n.d. Identifikasi Zona Prospek Mineral Logam Menggunakan Metode
Induksi Polarisasi Daerah Fatunisuan Kecamatan Miomaffo Barat Nusa Tenggara
Timur.
Anon. n.d. 12116093_4_154540.
Anon. n.d. 12116128_4_225308.
Anon. n.d. induksi_polarisasi_geofisika.
Anon. n.d. Pemetaan_Zona_Alterasi_Silika_untuk_Meng.
Anon. n.d. PENGOLAHAN_MANUAL_DAN_SOFTWARE_METODE_IN.
Pranantya, P.A., Sadikin, N., Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air, P., Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Jl IrHJuanda, B.P. and Barat, J., n.d.
APLIKASI METODE TAHANAN JENIS DALAM STUDI GEOLOGI KARST GUA
SEROPAN DI GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA GEOELECTRIC RESISTIVITY
APLICATION FOR CAVE DETERMINING IN SEROPAN AREA GUNUNG KIDUL,
YOGYAKARTA. Pulung A. Pranantya.
Pratama, W., Haerudin, N., Sumantri Brojonegoro No, J., Lampung, B. and Untuk
Mengidentifikasi Litologi Batuan Bawah Permukaan Dan Fluida Panas Bumi Way
Ratai Di Area Manifestasi Padok Di Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran
Provinsi Lampung, S., 2019. APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS
KONFIGURASI WENNER-SCHLUMBERGER UNTUK MENGIDENTIFIKASI
LITOLOGI BATUAN BAWAH PERMUKAAN DAN FLUIDA PANAS BUMI WAY
RATAI DI AREA MANIFESTASI PADOK DI KECAMATAN PADANG CERMIN
KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG. Aplikasi Metode Geolistrik
Resistivitas Konfigurasi Wenner-Jurnal Geofisika Eksplorasi, .
Setiarini, A. and Linuwih, S., n.d. IDENTIFIKASI MINERAL MANGAN MENGGUNAKAN
METODE POLARISASI TERINDUKSI DI DESA PUCUNG KECAMATAN
EROMOKO KABUPATEN WONOGIRI MINERALS IDENTIFICATION OF
MANGANESE USING THE INDUCED POLARIZATION METHOD IN PUCUNG
VILLAGE EROMOKO DISTRICT WONOGIRI REGENCY. [online] Available at:
<http://dinarek.unsoed.ac.id>.

Click or tap here to enter text.

Anda mungkin juga menyukai