Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur marilah sama-sama kita panjatkan kehadirat Allah SWT
atas limpahan berkah dan rahmatNya sehingga penulis telah menyelesaikan penulisan laporan
praktikum metode magnetik dengan judul “Aplikasi Metode Magnetik dalam Eksplorasi
Potensi Geotermal di Kawasan Ie Suum, Kabupaten Aceh Besar”.
Shalawat beriring salam tak lupa pula kita sampaikan keharibaan Rasulullah Muhammad
SAW yang telah membawa kita dari alam kebodohan kea lam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan seperti yang kita rasakan sekarang.
Terima kasih penulis sampaikan kepada ibu Yurda Marvita, ST, MT., atas bimbingan dan
arahannya dalam menyelesaikan laporan ini. Serta kepada teman-teman yang telah membantu
menyelesaika laporan ini.
Penulis menyadari, dalam penulisan laporan ini masih banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan, untuk itu kritik yang membangun sangat dihargai. Semoga makalah ini dapat
berguna bagi penulis sendiri, dan pembaca sekaliah. Terima kasih.

Banda Aceh, 03 Desember 2019


Penyusun

Andrey (1704107010006)

i
Daftar Isi
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i

Daftar Isi..........................................................................................................................................ii

BAB I..............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN...........................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................2

1.3 Tujuan...................................................................................................................................2

BAB II.............................................................................................................................................3

DASAR TEORI...............................................................................................................................3

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................................................7

BAB IV............................................................................................................................................9

Kesimpulan..................................................................................................................................9

Saran.............................................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Metode IP (Induksi Polarisasi) merupakan salah satu metode geofisika yang mana
merupakan cabang dari metode geolistrik. Metode ini merupakan pengembangan dari metode
geolistrik resistivitas. Perbedaan metode geolistrik resistivitas dan metode IP terletak pada
perlakuan pengukurannya. Pada metode geolistrik resistivitas, potensial diukur ketika arus
diinjeksikan, sedangkan pada metode IP potensial diukur ketika arus dimatikan (Wijatmoko
dkk, 2011). Prinsip metode induksi polarisasi yaitu mengamati efek polarisasi yang terjadi
akibat induksi arus yang melawatinya. Efek polarisasi yang terukur dinyatakan dalam
besaran chargeabilitas, PFE (Percent Frekuensi Effect) , dan MF (Metal Faktor)
bergantung dari domain yang digunakan pada proses pengukuran. Metode induksi polarisasi ini
memiliki akurasi yang cukup baik, hal ini terlihat dari kemampuanya dalam mendeteksi
sejumlah kecil mineral logam, berkisar 0,5 % dari volume batuan masih dapat dideteksi
sebagai anomali (Summer,1976 op.cit Virman).

Pengukuran IP dengan kawasan waktu (Time Domain) adalah dengan mengalirkan arus
listrik kedalam tanah. Pada saat arus listrik dihentikan potensial antara kedua electroda
pengukur segera turun ketingkat respon sekunder. Potensial sekunder ini kemudian meluruh
dengan waktu Parameter yang dihitung adalah chargeability (Summer, 1976 op.cit Virman).

Metode IP umumnya banyak digunakan dalam eksplorasi mineral logam atau


sulfida (Wijatmoko dkk, 2011). Kandungan mineral logam dalam bumi umumnya terbentuk
sebagai senyawa sulfida. Bijih sulfida ini mempunyai kontras konduktivitas yang besar
dibandingkan latar belakang. Jadi tubuh sulfida merupakan penghantar elektronik sedangkan
larutan dalam pori-pori batuan merupakan penghantar ionik. Sistem demikian memungkinkan
terjadinya gejala IP jika arus listrik dialirkan ke dalamnya.

Daerah Selogiri tersusun atas tiga formasi batuan berumur tersier yaitu batu pasir anggota
Formasi Kebo-Butak dan Batu beku, anggota Formasi Mandalika, dan anggota Formasi
Semilir. Berdasarkan keterangan dalam Peta Geologi Lembar Surakarta-Giritontro, Formasi
Kebo-Butak dan Batuan Beku terdiri atas batu pasir, batu lempung, lapisan tuf asam,
batulanau, serpih, tuf, dan aglomerat, Formasi Mandalika terdiri atas batuan lava desit
dan andesit, sedangkan Formasi Semilir beranggotakan tuf, batu pasir dasitan, dan serpih.
Kandungan mineral emas di selogiri berbentuk urat urat termineralisasi yang bercampur dengan
mineral sulfida kalkopirit.

1
1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

2
BAB II

DASAR TEORI

Dalam memetakan sumber daya di dalam permukaan bumi, berbagai macam metode geofisika
dapat diterapkan. Salah satu metode geofisika tersebut adalah metode resistivitas atau metode
geolistrik tahanan jenis yakni metode yang digunakan untuk mengetahui struktur bawah
permukaan bumi berdasarkan kontras resistivitasnya.

Teori utama metode resistivitas adalah Hukum Ohm: “Arus yang mengalir (I) pada suatu
medium sebanding dengan tegangan (V) yang terukur dan berbanding terbalik dengan resistansi
(R) medium”

V= I.R

Metode resistivitas ini, dibagi menjadi dua yakni mapping dan sounding. Metode resistivitas


mapping merupakan metode resistivitas yang bertujuan mempelajari variasi resistivitas lapisan
bawah permukaan secara horizontal, metode yang biasa digunakan adalah metode IP dengan
konfigurasi dipole-dipole. Sedangkan metode resistivitas sounding bertujuan mempelajari variasi
resistivitas batuan di bawah permukaan bumi secara vertikal, metode yang biasa dilakukan
adalah metode VES dengan konfigurasi Schlumberger.

Pengukuran dengan metode IP biasa digunakan untuk keperluan pemetaan, sehingga digunakan
konfigurasi dipoledipole. Dalam konfigurasi dipole-dipole, elektroda arus dan elektroda
potensial bergerak bersama-sama, sehingga diperoleh harga tahanan jenis semu secara lateral
(horizontal). Dengan konfigurasi dipole-dipole akan diperoleh pseudosection dari parameter
resistivitas, metal factor dan chargaebility  pada setiap lintasannya.

Konfigurasi Dipole-dipole

3
Metode IP (Induced Polarization) dilakukan pertama kali oleh Conrad Schlumberger, 1960 dan
disebut sebagai provoked polarization.

Metode IP mengukur adanya polarisasi didalam suatu medium karena pengaruh arus listrik yang
melewatinya, dimana polarisasi banyak terjadi pada medium yang mengandung mineral logam.
Metode IP mengamati beda potensial yang terjadi setelah arus listrik yang kita alirkan
dihentikan. Sehingga metode IP sangat cocok digunakan untuk eksplorasi mineral logam karena
keberadaan mineral logam dapat dideteksi sesuai dengan sifat fisika yang dimiliki, misalnya
nilai Chargeability yang besar.

Prinsip dasar metode IP, arus dialirkan ke dalam tanah melalui elektrode arus dan mengukur
potensi dengan elektrode potensial. Jika arus listrik diputus, seharusnya potensial atau tegangan
terukur akan langsung berharga nol. Dalam kenyataannya tegangan tidak langsung berharga nol,
tetapi ada selang waktu beberapa saat untuk tegangan menuju nol. Kejadian inilah yang
dinamakan efek polarisasi terinduksi, sedang mediumnya (dalam hal ini adalah batuan)
dinamakan medium atau batuan polarisabel.

Kelebihan metode IP dibandingkan dengan metode yang lain, adalah dapat dideteksi adanya
mineral mineral sulfida yang letaknya tersebar dan tak teratur (disseminated). Dengan demikian
maka metode ini cocok sekali digunakan untuk melokalisir dan memperoleh cadangan mineral
sulfida yang berasosiasi dengan bijih besi, emas, dan bijih logam yang lainnya. Pengukuran IP
dapat dilakukan dengan 2 domain, yakni:

1. Frequency domain
2. Time domain

Frequency Domain

 Prinsip: mengukur perbedaan respon batuan yang mengandung mineral konduktif/ tidak
dengan pemberian impedansi pada 2 frekuensi yang berbeda (frekuensi rendah dan
frekuensi tinggi)

4
 Respon yang diberikan:

Tidak terdapat mineral konduktif         :  nilai ρ selalu sama pada tiap freq
 Terdapat mineral konduktif : nilai ρ < pada freq tinggi ; nilai ρ > pada freq rendah
 Parameter nilai yang didapatkan : Resistivitas & PFE

Desain IP Frequency Domain

5
Time Domain

 Prinsip: mengukur waktu peluruhan muatan listrik pada batuan ketika arus listrik
diinjeksikan dan ketika arus listrik dihentikan

 Respon yang diberikan

Tidak terdapat mineral konduktif     : waktu peluruhan relatif cepat

Terdapat mineral konduktif               : waktu peluruhan relatif lebih lama

 Parameter nilai yang didapatkan :

Resistivitas & Chargeability

Desain IP Time Domain

6
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Metodologi penelitian dari penelitian ini adalah dengan melakukan pengukuran geolistrik
metode Induced Polarization konfigurasi Wenner-Sclumberger. Hasil penampang 2D metode
induced polarization akan dibandingkan dengan metode resistivity

Gambar 4. Lokasi pengukuran IP dan resistivity daerah Sutorejo

Pengukuran IP dan resistivity di daerah Sutorejo (titik L) dilaksanakan pada tanggal 10


Oktober 2016 pada pukul 11.00 WIB sampai 22.00 WIB dengan cuaca mendung. Lokasi
pengukuran merupakan tanah alluvial dengan sedikit vegetasi dengan jarak 3 meter terhadap
pantai. Bentangan pengukuran sebesar 80 m dengan jarak elektroda terkecil (a) sebesar 2.5 meter
dan faktor spasi (n) sebanyak 10. Sehingga didapatkan penampang dengan kedalaman 9 meter.
Hasil penampang IP pada gambar 5 (atas) menunjukkan nilai yang cukup bervariasi. Untuk
mempermudah dalam menentukan perlapisan, digunakan data pengukuran resistivity pada
gambar 5 (bawah). Lapisan pertama memiliki nilai chargeabilitas yang rendah (0.00240-0.302
msec) yang ditunjukkan oleh warna biru. Apabila dibandingkan dengan data resistivitas maka
terlihat dengan cukup jelas bahwa lapisan pertama memiliki kedalaman 0.6-3 meter dengan nilai
resistivitas yang cukup tinggi (6.81-63.1 ohm.m). Lapisan pertama dapat diidentifikasi berupa
lapisan akifer lempung pasiran (garis merah). Apabila dibandingkan dengan penampang IP maka
terlihat bahwa pada pada kedalaman 0.6-3 meter memiliki nilai yang rendah (mendekati nol).
Nilai tersebut kemungkinan besar merupakan nilai chargeabilitas air. Jadi dapat diduga kuat
lapisan tersebut merupakan lapisan akifer. Dibagian tengah sampai timur laut (L1) didominasi
oleh nilai resistivitas yang cukup rendah.

7
Gambar 5. Hasil penampang IP (atas), resistivity (bawah)

Hal ini kemungkinan merupakan intrusi air laut dari arah utara. Hal ini juga diperkuat oleh
data chargeability yang memiliki nilai yang rendah (0.202 msec). Mengingat bahwa daerah
Sutorejo merupakan daerah yang berdekatan dengan pantai, tentunya ini memungkinkan bahwa
air laut sudah mengintrusi air tanah. Intrusi air laut dapat disebabkan karena pengambilan air
tanah yang berlebihan tanpa adanya feedback yang seimbang. Dibawah lapisan pertama
merupakan lapisan lempung pasiran dengan kedalaman 3-8 meter (ketebalan 5 meter). Lapisan
lempung pasiran ini memiliki nilai chargeabilitas yang cukup tinggi (0.302-0.702 msec).
Sedangkan resistivitasnya memiliki nilai rendah (0.0260-0.734 ohm.m). Lapisan ketiga terletak
pada kedalaman 8 meter memiliki nilai chargeabilitas tinggi (0.702-1.30 msec) dan resistivitas
sedang (0.734-6.81 ohm.m). Lapisan ketiga dapat diidentifikasi sebagai lapisan lempung.

8
BAB IV

Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini.


1. Metode IP dapat mengidentifikasi zona akifer dengan cukup baik. Nilai IP yang rendah
(0.00240-0.302 msec) kemungkinan besar adalah akifer air tanah. Nilai IP yang cukup
tinggi (0.302 msec) pada akifer kemungkinan besar merupakan intrusi air laut.
2. Model penampang resistivity mengidentifikasi perlapisan dengan baik. Nilai resistivity yang
tinggi pada lapisan pertama (6.81-63.1 ohm.m) kemungkinan besar merupakan akifer air
tanah. Hal ini akan sesuai apabila dikorelasikan dengan penampang IP.

Saran

9
DAFTAR PUSTAKA

[1] UNdata. (2010). UNSD Demographic Statistics. Retrieved from UNdata: http://data.un.org
[2] Hakim, A. (2015, Oktober 26). Menggali "Mutiara" di Pesisir Kenjeran Surabaya. Retrieved
from Antara Jatim: http://www.antarajatim.com
[3] Telford, W. M. (1990). Applied Geophysics Second Edition. Melbourne: Cambridge
University Press.
[4] Sharma, P. V. (1997). Enviromental and Engineering Geophysics. Cambridge: Cambridge
University Press.
[5] Priambodo, I. C., Purnomo, H., Rukmana, N., & Juanda. (2011). Aplikasi Metoda Geolistrik
Konfigurasi Wenner-Schlumberger pada Survey Gerakan Tanah di bajawa, NTT. Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 1-10.

10

Anda mungkin juga menyukai