Anda di halaman 1dari 4

-----------------------BAHASAN SEM EDS-------------------

 Sudarningsih, dkk (2019b) di Sungai Ciatrum, Jawa Barat, menunjukkan bahwa

morfologi bulir magnetik yang berbentuk spherules atau bulat dan Shindaratna, dkk

(2015) di Sungai Metro Kota Malang ditemukan bulir MD berupa titanomagnetite

yang berbentuk piramid menandakan adanya kontribusi dari material antropogenik

 Kelimpahan mineral pada sampel sedimen sungai dapat mencerminkan jenis, dan

sumber dari mineral magnetik yang terkandung didalamnya melalui analisis

mineralogi magnetic dan granulometri magnetiknya (Sudarnigsih, dkk., 2019b).

Sumber-sumber mineral yang dimaksud dapat berupa hasil pedogenik, litogenik

maupun antropogentik. Pada sedimen sungai yang tercemar polutan umumnya

bersumber dari material-material antropogenik yang biasanya ditandai oleh mineral

magnetik yang berbentuk bulat sempurna atau spherules yang berasal dari flyash dan

emisi kendaraan bermotor. Sedangkan bentuk bulir oktahedral atau bersudut dan

rusak pada bagian sudutnya dapat mengindikasikan bahwa mineral tersebut berasal

dari proses pedogenik (Sudarnigsih, dkk., 2019b).

 Sementara itu, analisa SEM (Gambar 6) menunjukkan bahwa sebagian besar bulir

magnetic hasil ekstraksi berupa fragmen-fragmen, yang besar kemungkinan

merupakan bagian dari sebuah framboid yaitu struktur semacam delima, dimana bulir-

bulir magnetik terkumpul Bersama menyerupai biji-biji delima. Struktur semacam ini

lazim dijumpai pada mineral-mineral magnetic yang berasal dari aktivitas manusia

(anthropogenic) (Huliselan dan Bijaksana, 2007).

 Bentuk bulir magnetik pada lindi cenderung bulat (spherules) atau framboid yang

mengindikasikan bahwa bulir-bulir magnetik tersebut dihasilkan oleh proses

anthropogenic, artinya mineral magnetic pada lindi berasal dari sampah dan bukan
dari lempung penutup sampah atau bahan alamiah lainnya. (Huliselan dan Bijaksana,

2007).

 hasil dari King’s plot menunjukkan bahwa mineral magnetik cenderung berukuran

lebih kecil dari 0.1 μm. Hal ini sangat mungkin diakibatkan karena mineral magnetik

berasal dari sumber anthropogenic yang memiliki perilaku berbeda dengan magnetite

yang murni. Garis-garis pada King’s plot diberikan oleh mineral magnetite murni

yang diproduksi secara sintetis. (Huliselan dan Bijaksana, 2007).

 Ukuran butiran di atas, tentunya akan mempengaruhi sifat kemagnetan bahan yang

dihasilkan. Sifat kemagnetan seperti induksi remanen (Br) dan koersif (HcB) sangat

dipengaruhi oleh ukuran butiran dan distribusi ukuran butiran (Moskowitz, 1991,

Vidyawathi, 2002). (Saragi, dkk., 2012) Saragi, T., Syakir, N., Noelik, E., dan

Gustaman, D. 2012. Pengembangan Bahan Magnetik Barium Heksaferite dari

Mineral Yarosit dan Karakteristiknya. Bionatura-Jurnal Ilmu-ilmu Hayati dan Fisi.

Vol. 14, No. 2, Juli 2012: 156- 168. ISSN 1411 – 0903. Bandung: BATAN

 Sifat kemagnetan semakin meningkat jika partikel yang dihasilkan berukuran dibawah

batas kritis butiran single domain (1μm) dan akan cenderung menurun jika butiran

yang dihasilkan lebih besar dari (1μm) karena akan terbentuk pseudo single domain

dan multi domain, yang diikuti dengan menurunnya nilai (HcB) bahan magnetic

(Saragi, dkk., 2012).

 Plagioklas dan piroksen sebagai fenokris memiliki karakteristik bentuk butir

subhedral-euhedral, berukuran 0,3-2,7 mm, terkorosi oleh mineral buram, sebagian

diubah menjadi klorit, dan ditemukan retakan. Plagioklas memiliki komposisi kembar

An55 (labradorite). Plagioklas dan piroksen sebagai massa dasar berukuran <1 mm,
berupa mikrolit. Sedangkan ukuran massa dasar gelas dan mineral buram <0,1 mm.

(Sudarningsih, dkk., 2017)

 Pemindaian mikroskop elektron dari sampel mentah dan ekstrak magnetis

mengungkapkan adanya sferul tipikal, yang terdiri dari banyak oksida besi. Contoh

umum, dengan diameter sferul sekitar 30 μm, bersama dengan spektrum yang sesuai

ditunjukkan pada Gambar 9. Sferul serupa dapat diamati secara praktis di semua

sampel, namun jauh lebih mudah untuk menempatkannya dalam sampel dari situs No.

14 maju. Tidak ada tren yang berbeda dalam ukuran spherules yang dapat diamati.

Sferul ini, kaya oksida besi, merupakan karakteristik partikel yang berasal dari proses

pembakaran (Maher et al., 1999). (Desenfant, dkk., 2004)

 Berdasarkan morfologinya, butir magnet dari Jelekong kemungkinan besar berasal

dari pedogenik. Bentuk oktahedron dan sudutnya dengan tepi dan sudut retak

merupakan ciri khas fragmen titanomagnetit. (Huliselan, dkk., 2010)

 Bentuk bulir yang tidak sempurna dari Sarimukti menyimpulkan bahwa bulir tersebut berasal

dari antropogenik, yaitu berasal dari pembakaran sampah di lokasi Sarimukti. (Huliselan,

dkk., 2010)

 Studi sebelumnya [W. Kim, S.J. Doh, Y.H. Park, S.T. Yun, Pemantauan magnetik dua

tahun sehubungan dengan data geokimia dan mikroskopis elektron dari debu pinggir

jalan di Seoul, Korea, Atmos. Mengepung. 41 (2007) 7627–7641.] Menunjukkan

bahwa besi-oksida sferul dengan Al, Ca, Na dan Si sebagai unsur minor berasal dari

sumber antropogenik, seperti pembakaran bahan bakar fosil di pembangkit listrik,

industri dan sistem pemanas rumah tangga. (Huliselan, dkk., 2010)

 Keberadaan Cr dalam butir magnet kemungkinan disebabkan oleh abrasi / korosi

limbah logam. Kehadiran elemen ini telah dilaporkan dari penelitian lain tentang
magnet antropogenik di sedimen [D. Jordanova, V. Hoffmann, K.T. Fehr, Mineral

magnetic characterization of anthropogenic magnetic phases in the Danube river

sediments (Bulgarian part), Earth Planet. Sci. Lett. 221 (2004) 71–89.] dan di tanah

[19 (Huliselan, dkk., 2010)

 Mikroskopi ekstrak magnetik dari debu jalan pada dasarnya mengungkapkan dua

morfologi butiran (Gbr. 10). Pertama butir kristal euhedral ke anhedral yang berasal

dari sumber batuan dan butir kedua berbentuk bola. Kedua jenis ini masing-masing

terkait dengan input litogenik dan antropogenik, dengan yang terakhir dibentuk oleh

pembakaran apa pun. Bulatan, dengan diameter 2 -40 μm, banyak terdapat debu dari

permukaan jalan maupun dari daun pohon di pinggir jalan tetapi tidak ada dalam

sampel tanah dari lokasi yang jauh dari jalan (hasil dari daun dan tanah tidak dirinci.

sini). Oleh karena itu, sumber yang paling mungkin dari bola-bola ini adalah lalu

lintas jalan raya. Bola-bola ini disimpulkan diproduksi di knalpot kendaraan seperti

yang ditunjukkan untuk Tübingen meskipun beberapa partikel yang lebih besar,

dengan diameter puluhan mikron, mungkin terlalu besar untuk dijelaskan dengan cara

ini (Knab et al., 2001, MW Hounslow komunikasi pribadi). Dilihat dari kandungan

besinya, butir litogenik dengan kandungan FeOtot rata-rata sekitar 96,6% berat (atau

75,1% berat Fe) secara praktis tidak dapat dibedakan dari sferulnya. (Gautam, dkk.

2004)

 Permukaan butiran magnet yang kasar kemungkinan disebabkan oleh proses

pelapukan (Huliselan, 2010). (Fitriani, dkk., 2018)

Anda mungkin juga menyukai