Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

Sudarningsih, Bijaksana, S, dkk. Karateristik Mineralogi dan Morfologi Serta

Kelimpahan Logam Berat Pada Suspended Sedimen Sungai Citarum Saat Musim

Kemarau. Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat

Bijaksana, S.; Huliselan, E.K. Magnetic properties and heavy metal content of sanitary

leachate sludge in two landfill sites near Bandung, Indonesia. Environ. Earth. Sci. 2010, 60,

409–419.

Beckwith dkk., 1986;

Chan dkk., 2001;

Jordanova dkk., 2004;

Desenfant dkk., 2004;

Chaparro dkk., 2008, 2011, dan2013;

Franke 2009;

Augustinus dkk., 2010;

Zhang dkk., 2012;

Xu dkk., 2014;

Bilinski dkk.,2014.

Sementara itu, kajian tentang korelasi antara sifat magnetik dengan kandungan logam berat

yang sudah pernah dilakukan adalah pada lindi (Bijaksana dan Huliselan, 2010) dan sedimen

sungai (Scholger, R.,1998;

Knab dkk., 2006;

Chaparro dkk., 2008, 2011, 2013 dan 2015;

Franke

dkk., 2009;

Zhang dkk., 2011

Bilinski dkk., 2014).


BAB IV

Ini lebih ke bentuk bulir magnetiknya yang mencerminkan sifat dan asal mineral magnetic

iyu berasal.

 Berdasarkan morfologi mereka, butiran magnetik dari Sungai Citarum secara dominan

berbentuk oktahedral atau bersudut dan rusak pada bagian sudutnya, yang

menunjukkan berasal dari pedogenik. Bentuk oktahedral dan sudut adalah tipikal

fragmen titanomagnetite (Steve dan Satria, 2010).

 Berdasarkan ukuran bulir mineral magnetik dari Sungai Citarum yang menunjukkan

ukuran bulir yang relatif kecil, juga menegaskan bahwa bulir magnetik dari Sungai

Citarum didominasi dari sumber pedogenik.

 Bulir mineral magnetik dari anak sungai memperlihatkan bahwa di setiap site yang

diambil, mengandung mineral magnetik yang berbentuk oktahedral yang rusakpada

bagian sudutnya, yang menunjukkan bahwa mineral magnetik ini berasal dari

pedogenik namun telah mengalami pelapukan (Steve dan Satria, 2010).

 Disamping itu terdapat juga mineral magnetik berbentuk bulat sempurna, yang

mengindikasikan bahwa mineral magnetik ini berasal dari proses antropogenik.

Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa mineral magnetik berbentuk bulat

(spherules) secara umum terdapat di abu terbang, debu di pinggir jalan dan sedimen,

yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dari kendaraan atau tungku pada suhu

tinggi (Kim et al, 2007; Matzka and Maher, 1999)

 Kim, W.S.J.;Doh, Y.H.; Park, Yun, S.T. Two-year magnetic monitoring in


conjunction with geochemical and electron microscopic data of roadside dust in
Seoul, Korea, Atmos. Environ. 2007, 41, 7627–7641.
 Matzka, J.B.A.; Maher. Magnetic biomonitoring of roadside tree leaves: identification
of spatial and temporal variations in vehicle-derived particulates, Atmos. Environ.
1999, 33, 4564–4569.
 Mineralogi magnetik dan granulometri magnetik dari sampel sedimen sungai

mencerminkan sumber-sumber mineral magnetik mereka


BAB IV

 Jika mineral magnetik dalam sampel sedimen Sungai Citarum berasal terutama dari

tanah maka mineralogi magnetik dan granulometri sampel lindi harus mirip dengan

mineral magnetik yang berasal dari tanah.

Daryanti, N.Y, Zulaikah, S, dkk. 2018. Suseptibilitas Magnetik dan Kelimpahan

Mineral Magnetik pada Tanah Sawah di Lawang dan Soekarno-Hatta, Malang.

FMIPA. Malang : Universitas Negeri Malang.

N. Kucer, I. Sabikoglu, dan N. Can. 2012. “Measurements of environmental pollution in

industrial area using magnetic susceptibility method,” Acta Phys. Pol.-Ser. Gen. Phys.,

vol. 121, no. 1, hal. 20,

L. T. Wahyuni. 2015. “Kajian Sifat Magnetik dan Kandungan Logam Berat pada

Sedimen Mangrove Wonorejo Surabaya,” SKRIPSI Jur. Fis.-Fak. MIPA UM.

 Adanya rentang yang tinggi ataupun rendah pada nilai suseptibilitas magnetik dapat

disebakan oleh perbedaan jumlah distribusi mineral magnetik yang berada di dalam

sampel dan juga keadaan sekitar area pengambilan sampel serta penambahan material

anthropogenic (Wahyuni, 2015 dan Kucer, 2012 dalam Daryanti 2018)

 Adanya rentang yang tinggi ataupun rendah pada nilai suseptibilitas magnetik dapat

disebakan oleh perbedaan jumlah distribusi mineral magnetik yang berada di dalam

sampel dan juga keadaan lingkungan di area pengambilan sampel serta penambahan

material anthropogenic, seperti unsur-unsur non-magnetic (Daryanti, dkk 2018).

Sudarningsih, Zainuddin, A, dan Siregar, S. 2019. Suseptibilitas Magnetik pada Sedimen

Sungai Martapura Kalimantan Selatan. Banjarbaru: Universitas Lambung

Mangkurat.
BAB IV

 Menurut Kucer (2012), hal yang dapat mempengaruhi nilai suseptibilitas magnetik

antara lain sedimentasi, kandungan mineral magnetik dan area geologi.

 Kucer, N., Sadikoglu, I. Dan Cn, N., 2012, Measurements of Enviromental Pollution
in Industrial Area Using Magnetic Susceptibility Method, Proceeding Of
International Congress On Advanced in Applied Phisics and Materials Science, 121,
20 - 22.
 Sementara pada sampel 8 yang memiliki nilai suseptibilitas terendah diambil dari

daerah permukiman penduduk padat yang kemungkinan besar di daerah tersebut

menghasilkan limbah dari kegiatan rumah tangga yang tidak mengandung mineral

magnetik yang dominan.

Anda mungkin juga menyukai