BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sedimen sungai berasal hasil dari sebuah proses sedimentasi di lingkungan sungai
yang berasal dari hasil pelapukan batuan dasar maupun yang berasal dari proses erosi,
bahan organik, material antropogenik (limbah yang dihasilkan dari aktivitas manusia)
(Sudarningsih dkk., 2019). Bahan pencemar yang masuk ke dalam ekosistem akuatik
cenderung terakumulasi dan berikatan di sedimen (Wade dkk., 2007; Baldwin dan Howitt
2007 dalam Suryono dkk., 2014). Sebagian besar bahan pencemar yang terendapkan berupa
Maka dari itu, untuk mengetahui kandungan material antropogenik, salah satunya
dapat diketahui melalui karakteristik dari sedimen itu sendiri. Karakteristik sedimen sungai
merupakan suatu sifat atau ciri yang dapat menggambarkan kondisi sedimen sungai yang
dapat diketahui melalui parameter fisisnya, diantaranya yaitu electrical conductivity (EC),
arus listrik (Sulistiawaty dkk., 2013), dimana arus listrik dalam larutan dihantarkan oleh ion
bermuatan yang berasal dari kandungan garam dalam larutan. Total kandungan garam
dalam air menjadi definisi lain untuk konduktivitas listrik, semakin tinggi kandungan garam
maka semakin tinggi pula nilai konduktivitas listrik (Sulistiawaty dkk., 2013). Sedangkan Nilai
2
konduktivitas listrik yang rendah menunjukkan sulitnya media menghantarkan listrik dan
menjadi pertanda kualitas media yang baik (Arlindia dan Afdal, 2015).
Menurut Johnson dkk (2001), meneliti tentang sifat fisika tanah dan sifat kimia,
pengukuran konduktivitas listrik tanah dapat memberikan informasi sifat fisika tanah, yaitu
kadar fluida dan karakteristik tanah. Semakin tinggi nilai konduktivitas listrik maka semakin
buruk pula kualitas media (air atau tanah) yang membuat media terasa asin atau payau.
Total Dissolved Solid (TDS) adalah total terlarutnya zat padat, baik berupa ion,
berupa senyawa, koloid di dalam air (Nicola dkk., 2015). Menurut Arlindia dan Afdal (2015),
bahwa nilai TDS dipengaruhi oleh adanya padatan terlarut yang terdapat dalam larutan.
Dimana nilai TDS akan meningkat ketika keadaan larutan terkontaminasi, begitu pula nilai
konduktivitas listrik (EC) akan ikut meningkat seiring meningkatnya nilai TDS (Nasution dan
Afdal, 2016). Adapun untuk kriteria penilaian TDS berdasarkan tingkat salinitasnya disajikan
Berdasarkan pembagian tingkat penilaian TDS (PPM) secara umum adalah sebagai berikut
(Srikandi, 1992) :
PPM Keterangan
< 300 Sangat Bagus
300 – 600 Bagus
600 – 900 Bisa Diminum
900 – 1.200 Tidak Bagus
> 1.200 Tidak Dapat Diterima
terhadap pengaruh medan magnet luar. Suseptibilitas magnetik juga dapat diartikan sebagai
respons sampel terhadap medan magnet luar, respons yang diberikan berupa medan
magnetik juga (Bempong dkk, 2016). Tingkat kemampuan suatu benda untuk dimagnetisasi
ditentukan oleh suseptibilitas magnetik (k), yang di dirumuskan sebagai berikut (Masrayanti,
2013),
M =kH ,(2.1)
medan. Suseptibilitas magnetik dapat juga dimaknai sebagai derajat kemagnetan dari suatu
bahan. Nilai k pada batuan semakin tinggi jika di dalam batuan tersebut terdapat mineral
magnetik.
jenis batuan dan komposisi batuan (Masrayanti, 2013). Berdasarkan nilai kerentanan
magnetik, suseptibilitas bahan dapat dibedakan menjadi tiga buah bagian, yaitu:
a.) Diamagnetik, mempunyai nilai suseptibilitas yang lebih kecil dan negatif.
c.) Ferromagnetik, yaitu bahan paramagnetik yang memiliki nilai suseptibilitas besar dan
positif.
4
destruktif yang dapat digunakan sebagai indikator yang efektif untuk mengetahui
pencemaran logam berat pada tanah (Lu dkk, 2010). Dalam menentukan nilai suseptibilitas
magnetik Pengukuran nilai suseptibilitas magnetik dalam dua frekuensi dimaksudkan untuk
suseptibilitas dengan frekuensi rendah χLF dan frekuensi tinggi χHF seperti yang ditunjukkan
Untuk mengetahui kandungan bulir dalam sampel, maka dilakukan interpretasi nilai χFD(%)
yang ditunjukkan pada Tabel 2.1 (Dearing, 1999 dalam Hakim, 2020) :
dilihat dari hubungan antara nilai suseptibilitas frekuensi rendah dengan nilai suseptibilitas
Semakin besar nilai suseptibilitas frekuensi dependen maka semakin kecil nilai suseptibilitas
5
Nilai suseptibilitas yang tinggi berasosiasi dengan sedimen yang tercemar dengan
polutan berat. Nilai χFD < 2% mengindikasikan mineral-mineral yang terkandung dalam
sampel bukan SP, 4 < χFD < 6 untuk campuran SP dan single domain (SD) sedangkan 6 <
χFD < 12 untuk SP (Bijaksana dan Huliselan, 2010). Nilai χFD% yang rendah (<2%)
menyimpulkan bahwa tidak ada butiran SP dalam sampel, sedangkan nilai χFD% (>14%)
yang sangat tinggi menyimpulkan bahwa sampel hanya mengandung butiran SP. Jika nilai
χFD% antara 2–14%, sampel mengandung campuran butiran SP dan non-SP. Selain itu,
parameter IRM juga dianalisis untuk mengidentifikasi fasa mineral magnetik dengan
koersivitas rendah dan tinggi. Selain itu, parameter SIRM (10^6 A m2 / kg) digunakan untuk
menunjukkan konsentrasi mineral magnetik total fasa ferrimagnetik dengan ukuran butir
lebih besar dari SP atau domain tunggal (SD) (Yunginger dkk., 2018).
akumulasi mineral magnetik dengan konsentrasi/jumlah yang cukup tinggi. Sehingga dapat
diindikasikan terdapat akumulasi bahan pencemar atau material antropogenik (Kirana dkk.,
2014). Menurut Putri dan Afdal (2017), besar nilai suseptibilitas magnetik tidak hanya
berasal dari bahan pencemar, melainkan ada faktor lain yang berkontribusi seperti keadaan
besaran sifat magnetik sebagai akibat perubahan medan magnet luar yang digambarkan
dalam kurva histeresis, sifat magnetik bahan sebagai akibat perubahan suhu, dan sifat-sifat
6
magnetik sebagai fungsi sudut pengukuran atau kondisi anisotropik bahan (Mujamilah dkk.,
2000 ). Dalam menentukan suatu karakteristik bahan dapat dilihat dari kurva histerisisnya
yang mana yang dipengaruhi oleh induksi magnetik, medan magnet luar, dan magnetisasi
Dimana B adalah induksi magnet (Tesla), H adalah medan magnet luar (A/m), M adalah
Ketika suatu bahan ferromagnetik dikenakan medan magnet luar H, maka bahan
akan termagnetisasi. Jika nilai H diperbesar, magnetisasi M juga semakin besar. Pada
keadaan tertentu saat magnetisasi sudah tidak naik dengan kenaikan H keadaan ini disebut
magnetisasi saturasi Ms. Selanjutnya, saat H dikecilkan nilainya dan mencapai nol,
magnetisasi bahan ferromagnetik tidak kembali nol namun memiliki nilai dan disebut
setelah memberi perlakuan medan magnet pada bahan dan kemudian dihilangkan. Pada
keadaan ini, ada momen magnetik yang orientasinya tidak kembali ke orientasi awal
Gambar 2.1 Kurva Histerisis untuk bahan ferromagnetik, paramagnetik, diamagnetik, dan
magnetisasi remanen (Mr), dan koersivitas (Hc) (Kotnala & Shah, 2015)
remanen bernilai nol. Medan koersif mengukur besar medan magnet yang harus diberikan
untuk membalik magnetisasi. Pada keadaan Mr bernilai nol ini, orientasi seluruh magnet
bahan ferromagnetik tadi kembali ke orientasi awal. Medan magnet luar kemudian dibalik
polaritasnya dan diperbesar nilainya (dalam H bernilai negatif), hingga keadaan tertentu
magnetisasi saturasi bernilai negatif terjadi. Proses dilanjutkan dengan pemberian medan
magnet luar bernilai nol, dan didapatkan magnetisasi remanen bernilai negatif. Keseluruhan
proses magnetisasi ditunjukkan dalam kurva histerisis pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 juga
menunjukkan kurva histerisis tiap bahan. Terlihat bahwa bahan yang bersifat diamagnetik,
jika diberi medan magnet luar maka akan mengalami magnetisasi dengan nilai sebaliknya.
Jika medan magnet luarnya positif, maka magnetisasinya bernilai negatif. Selain itu, ketika
medan magnet luarnya dihilangkan (bernilai nol), maka tidak ada magnetisasi sisa pada
bahan. Hubungan medan magnet luar dan magnetisasi bahan terlihat jelas pada Gambar
2.1.
ditunjukkan dengan ukuran bulir magnetik yang kasar dan memiliki domain domain PSD –
Sedimen pada dasar atau lumpur sungai pada umumnya terdiri dari partikel
tersuspensi yang terbawa dan mengendap pada dasar sungai atau saluran karena aliran air,
sehingga sedimen dasar secara umum dapat diklasifikasikan berdasarkan pada ukuran butir,
berat jenis, bentuk, komposisi mineral, warna dan aspek kimia-fisik lainnya.
Sehubungan dengan pergerakan dan pengendapan partikel, besar butir sedimen dasar
sungai merupakan faktor penting. Pada Tabel 2.4 diuraikan klasifikasi fraksi sedimen dasar
atau lumpur berdasarkan ukuran partikel dan sifat partikelnya. Fraksi sedimen dasar jenis
kerikil (gravel) dan kerakal (boulders) dominan sebagai bed-load, sedangkan jenis sedimen
dasar lanau (silt) dan liat (clay) dominan dalam bentuk partikel tersuspensi. Beban partikel
tersuspensi pada gilirannya adalah bahan yang ideal, tidak terpengaruh oleh perubahan
Besar Butir
No. Jenis Sifat Asli
Sedimen
1 d < 0.5μ Koloid Biasanya ter-flokulasi
2 0.5μ < d < 5μ Clay Ter-flokulasi sebagian
3 5μ < d < 64μ Silt Tidak ter-flokulasi
4 64μ < d < 2mm Sand Fraksi pasir
5 2mm <d Gravel Fraksi dari batu
pembangkit listrik, hasil pembakaran bahan bakar, aktivitas industri, aktifitas jalan raya,
limbah, dan lain-lain menghasilkan kelimpahan mineral magnetik di lingkungan (Yang dkk.,
yang erat dengan proses-proses pencemaran dan kelimpahannya kemudian dipakai untuk
9
magnetik pada suatu bahan dapat diketahui dengan mengukur nilai suseptibilitas magnetik
(Kirana dkk., 2014). Pada batuan khususnya sedimen, sifat magnetik dan magnetisasi
Konduktivitas dan TDS terus meningkat untuk tiap titik pengambilan sampel.
terkandung dalam air sungai (Nurpadillah, 2019). Penelitian yang dilakukan di Danau Sub
Das Sarovar dan Rabindra Sarovar, Kolkata, India menunjukkan bahwa EC memiliki
hubungan linear dengan TDS. Dari penelitian tersebut teramati bahwa nilai EC meningkat
seiring peningkatan nilai TDS, yang menunjukkan peningkatan konsentrasi sulfat dan ion
lainnya, sehingga nilai EC secara tidak langsung menunjukkan tingkat polusi dalam air danau
Menurut Arlindia dan Afdal (2015), Penyebab kenaikan nilai TDS adalah padatan
terlarut yang terkandung pada larutan, sementara nilai konduktivitas listrik pada perairan
dipengaruhi oleh jumlah ion yang terkandung pada perairan tersebut. Semakin banyak
jumlah padatan terlarut maka semakin banyak jumlah ion pada suatu larutan, karena jumlah
padatan terlarut mengandung ion-ion yang tersusun menjadi senyawa pada padatan
terlarut tersebut. Sehingga nilai TDS dan konduktivitas listrik kemungkinan akan memiliki
Menurut Suhanto (2016), penambahan bahan – bahan buangan rumah tangga dan
juga beberapa logam berat dari asap kendaraan maupun dari hasil asap industri akan
mengakibatkan peningkatan nilai TDS. Zat padat terlarut pada lokasi sekitar pemukiman
kemungkinan berasal dari hasil dari kegiatan rumah tangga seperti sampah, sabun mandi
Sejumlah kasus pada daerah tercemar menunjukan bahwa semakin tinggi kandungan
logam berat, makin tinggi pula nilai χ khususnya χLF. Hal ini ditunjukan pada tanah area
perkotaan Hangzhou China, misalnya pada daerah yang terkontaminasi harga χLF lebih
tinggi dibandingkan dengan yang tidak terkontaminasi (Lu, 2006 dalam Huliselan, 2015)
Untuk sampel alamiah, χFD makin bertambah dengan tingginya χLF. Hal ini disebabkan
menyebabkan tingginya derajat pedogenesis. Proses ini hanya mungkin terjadi secara
alamiah pada tanah atau proses pelapukan batuan. Sedangkan untuk sampel yang terpolusi
χFD makin menurun dengan tingginya χLF. Kondisi ini terjadi karena sampel lebih didominasi
oleh mineral-mineral magnetic yang berukuran besar seperti multi domain (MD) yang
banyak dihasilkan dari proses-proses pencemaran (Wang, 2000 dalam Huliselan, 2015).
Parameter loop histeresis, magnetisasi Ms, magnetisasi saturasi remanen Mrs, gaya
koersif Bc dan koersivitas remanen Bcr diturunkan dari loop koreksi lereng medan tinggi
(diamagnetik dan paramagnetik). Loop ditentukan di kedua bidang maksimum 0,3 dan 1 T.
isotermal keras (HIRM), magnetisasi remanen isotermal saturasi (SIRM) diperoleh dalam 1 T
setelah pengukuran loop histeresis medan rendah (0,3 T). Selanjutnya, pengukuran
remanensi bidang belakang 0,3 T diterapkan, yang digunakan untuk menghitung HIRM
mengikuti metode yang dijelaskan oleh Stoner dkk., 1996. HIRM didefinisikan sebagai
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
disepanjang Sungai Ciliwung zona tengah segmen III yang meliputi zona hulu, tengah dan
hilir pada daerah penelitian. Daerah penelitian Sungai Ciliwung ini terletak diantara
Cibinong di sebelah timur dan wilayah Kelurahan Cilebut hingga Desa Pasir Jambu,
Kecamatan Sukaraja disebelah Barat. Pengambilan titik lokasi dilakukan pada setiap zona
penelitian ini terdiri atas dua tahapan, yaitu tahap pengambilan sampel dan tahap
pengukuran sampel.
Tahap pengambilan sampel ini meliputi tiga zona pada daerah penelitian yaitu, zona
hulu, tengah dan hilir dengan total lokasi pengambilan sampel sebanyak 12 lokasi dengan
jarak antar titik ±200-300 meter dan tiap lokasinya diambil satu sampel sedimen. Lokasi
tiap titik pengambilan sampel umumnya didominasi oleh pemukiman padat penduduk dari
mulai hulu hingga hilirnya. Selain itu, di sepanjang aliran sungai didominasi oleh limbah
12
Pada zona hulu terletak pada wilayah Kelurahan Cilebut - Desa Pasir Jambu,
Cibinong. Pada zona ini terdiri atas empat lokasi pengambilan sampel, yaitu titik 1
hingga 4. Pengambilan lokasi ini didasarkan karena kondisi pada zona ini didominasi
oleh adanya pabrik gudang penyimpanan barang dan jalan raya pada lokasi titik.
Sedangkan pada lokasi titik 2, 3, dan 4 didominasi oleh pemukiman kampung dan
masih terdapat banyak vegetasi di sekitar bantaran sungai. Selain itu, kelimpahan
sedimen sungai pada zona hulu sangat sedikit dan lebih didominasi oleh batuan
Pada lokasi zona tengah terletak pada wilayah Kelurahan Cilebut - Desa Pasir
Kecamatan Cibinong. Pada zona ini terdiri atas empat lokasi pengambilan sampel,
yaitu titik 5 hingga 8. Pengambilan lokasi ini didasarkan karena kondisi pada zona ini
dekat dengan pemukiman padat penduduk, pembuangan limbah rumah tangga dan
terdapat cairan limbah rumah tangga yang terakumulasi pada bagian bantaran
sungai.
14
Pada lokasi bagian hilir terletak pada wilayah Kelurahan Cilebut, Kecamatan Sukaraja
yang berseberangan dengan Kelurahan Karadenan, Kecamatan Cibinong. Pada zona ini
terdiri atas empat lokasi pengambilan sampel, yaitu titik 9 hingga 12. Pengambilan lokasi
ini didasarkan karena kondisi pada zona ini di antara daerah pemukiman padat penduduk
dan daerah perkebunan. Dimana lokasi pengambilan sampel 9 merupakan daerah padat
penduduk langsung dari perumahan Bumi pertiwi 2 Kelurahan Cilebut dan lokasi
sungai yang diambil berupa sedimen pada bagian permukaan sedimen yang halus dengan
menggunakan sekrup masing-masing sebanyak satu kantong plastik zipper. Setelah itu,
hasil sampel sedimen basah yang telah diambil diolah melalui proses pengeringan dan
kedalam plastik zipper yang telah diberi label masing-masing sampel sebanyak 100 gram.
1.2H Vibrating Sample Magnetometer (VSM). Adapun tujuan dari pengukuran ini untuk
16