Anda di halaman 1dari 18

METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS SOUNDING (1-D)

LAPORAN GEOFISIKA

Nama : Lailatul Faizah


Nim : 161810201018
Tanggal :
Asisten :

LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2019
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Metode geofisika adalah metode digunakan untuk mengetahui model dari
bawah permukaan bumi. Penelitian geofisika untuk mengetahui kondisi di bawah
permukaan bumi melibatkan pengukuran di atas permukaan bumi dari parameter-
parameter fisika yang dimiliki oleh batuan di dalam bumi. Berdasarkan
pengukuran tersebut dapat ditafsirkan bagaimana sifat-sifat dan kondisi di bawah
permukaan bumi baik itu secara vertikal maupun horizontal. Metode
geofisika electricity atau disebut pula metode geolistrik adalah metode yang
digunakan pada praktikum metode resistivity sounding (1-D) untuk mencari
kandungan mangaan dan parameter yang digunakan adalah resistivitas.
Konfigurasi pendugaan lapisan bawah permukaan tanah dengan geolistrik ini
terdapat beberapa macam, antara lain Wenner, Schlumberger, dipole-dipole dan
lain sebagainya. Prosedur pengukuran untuk masing-masing konfigurasi
bergantung pada variasi resistivitas terhadap kedalaman yaitu pada arah vertical
(sounding) atau arah horizontal (mapping).
Metode yang digunakan untuk mengetahui persebaran air tanah adalah
metode geolistrik resistivitas. Survei ini memanfaatkan nilai variasi resistivitas
batuan bawah permukaan untuk mendeteksi struktur geologi atau formasi batuan.
Konfigurasi Schlumberger digunakan pada penelitian ini, karena sesuai dengan
tujuan yang akan diinginkan. Data resistivitas batuan yang didapatkan dapat
digunakan sebagai acuan interpretasi daerah penelitian
Prinsip kerja metode geolistrik dilakukan dengan cara menginjeksikan arus
listrik ke permukaan tanah melalui sepasang elektroda dan mengukur beda
potensial dengan sepasang elektroda yang lain. Hasil pengukuran arus dan beda
potensial untuk setiap jarak elektroda tertentu dapat ditentukan variasi harga
hambatan jenis masing-masing lapisan di bawah titik terukur. Tahapan praktikum
metode geolistrik resistivitas 1D ini meliputi mendesain akuisis data, melakukan
akuisis data, pengolahan data, dan interpretasi sederhana. Namun, pada
praktikum ini hanya dilakukan pengolahan data dan interpretasi sederhana.
Pengolahan data metode geolistrik resistivitas untuk 1D menggunakan software
ip2win. Data yang diolah pada praktikum metode geolistrik resistivitas 1D ini
berupa arus (I), tegangan (V), dan jarak spasi elektroda (n,a).

1.1 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang terdapat pada percobaan metode geolistrik ini
adalah pengenalan Konfigurasi Schlumberger untuk mengetahui cara pengolahan
data, interpretasi data dan penggunaan software pengolahan data konfigurasi
Schlumberger.

1.1 Tujuan
Tujuan pada percobaan metode geolistrik konfigurasi Schlumberger ini,
untuk mengetahui cara pengolahan data, interpretasi data dan penggunaan
software pengolahan data konfigurasi Schlumberger. Tujuan lainnya dapat
memberikan informasi mengenai jenis batuan yang berada pada daerah penelitian,
sehingga letak akuiver dapat diketahui.

1.2 Manfaat
Salah satu aplikasi metode geolistrik yaitu digunakan untuk mengetahui sebaran
air tanah pada suatu tempat. Formasi geologi merupakan salah satu faktor yang
penting dipelajari dalam membahas air tanah. Formasi geologi merupakan formasi
batuan atau material lain yang berfungsi menyimpan air tanah dalam jumlah
besar. Formasi geologi dalam proses pembentukan air tanah dikenal sebagai
akuifer. Akuifer adalah salah satu lapisan, formasi, atau kelompok formasi satuan
geologi yang permeabel baik yang terkonsolidasi (lempung) maupun yang tidak
terkonsolidasi (pasir) dengan kondisi jenuh air dan mempunyai suatu besaran
konduktivitas hidrolik (K) yang berfungsi menyimpan air tanah dalam jumlah
besar sehingga dapat membawa air dalam jumlah ekonomis. Identifikasi yang
dilakukan untuk mengetahui sebaran air tanah yaitu struktur lapisan bawah
permukaan dan nilai resistivitas bawah permukaan. Data yang diperoleh dari
pengukuran lapangan meliputi beda potensial (V), arus listrik (I), dan spasi
elektroda (a). Data-data tersebut kemudian digunakan untuk menghitung
resistivitas semu berdasarkan faktor geometri konfigurasi Wenner-Schlumberger.
Pengolahan data menggunakan software Res2Dinv untuk mendapatkan
pemodelan 2D berupa penampang resistivitas semu kemudian menerjemahkan
litologi dari nilai resistivitas tampilan penampang bawah permukaan dengan
menggunakan tabel jenis resistivitas batuan.
BAB 2. DASAR TEORI

2.1 Prinsip Dasar Metode Resistivitas


Menurut Sutoyo (2003), Konsep metode resistivitas didasari oleh Hukum
Ohm. George Simon pada tahun 1826 melakukan eksperimen untuk mengetahui
hubungan antara beda potensial V pada penghantar dan arus I yang melalui
penghantar didaerah batas-batar karakteristik parameter penghantar yaitu R
(resitansi). Hukum Ohm menyatakan bahwa potensial atau tegangan antara ujung-
ujung penghantar adalah sama dengan hasil kali resistansi dan kuat arus. R
diasumsikan tidak bergantung pada I dan R adalah nilai konstan. Hubungan
resistansi, kuat arus, dan tegangan ditunjukkan oleh Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Hubungan Resistansi, Tegangan dan Arus


(Sumber : Sapiie dkk, 2006)
Arus listrik I yang mengalir pada sebuah penghantar didefinisikan sebagai jumlah
muatan listrik positif (dq) yang melewati penampang penghantar itu dalam arah
tegak lurus per satuan waktu (dt), dinyatakan dalam persamaan :

(2.1)
Gambar 2.2 Kawat dengan panjang L, luas penampang A, dialiri arus listrik I
(Sumber: Telford 1990)
Gambar (2.2) menampilkan beda potensial amtara kedua ujung kawat
dengan panjang l yang dihubungkan dengan V1 (+) dan V2 (-) terdapat aliran
muatan positif (I) yang bergerak dari potensial tinggi ke potensial rendah. Adanya
beda potensial di antara kedua ujung kawat menyebabkan adanya kuat medan
listrik E. Kuat medan listrik E pada penghantar sebanding dengan beda potensial
ΔV dan berbanding terbalik dengan panjang kawat penghantar l.

(2.2)

Nilai tahanan dari penghantar pada kawat dinyatakan dengan persamaan :

(2.3)

Dimana R adalah resitansi (ohm) ρ adalah resistivitas penghantar (ohmmeter), l


adalah panjang penghantar (meter) dan A adalah luas penampang penghantar
(m2). Resistivitas ρ dan konduktivitas σ adalah besaran-besaran yang menjelaskan
mengenai baik atau buruknya bahan-bahan ataau material-material dalam
menghantar listrik (Sapiie dkk, 2006).
Tabel 2.1 Nilai resistivitas material-material bumi

(Sumber: Telford et al, 1976)

2.2 Dua Titik Arus pada Permukaan


Elektroda arus C1 yang terletak pada permukaan suatu medium homogen,
terangkai dengan elektroda arus C2 dan diantaranya ada dua elektroda potensial
P1 dan P2 yang dibuat dengan jarak tertentu maka potensial yang berada di dekat
titik elektroda tersebut bisa dipengaruhi oleh kedua elektroda arus yang
ditunjukkan pada gambar (2.3) berikut :

Gambar 2.3 Dua pasang elektroda arus dan elektroda potensial pada permukaan
medium homogen dengan resistivitas ρ.
(Sumber: Telford et al, 1990)
Menurut Reynolds (1997), Susunan keempat elektroda tersebut merupakan
susunan elektroda yang biasanya dalam metode geolistrik resistivitas. Pada
konfigurasi ini garis-garis aliran arus dan ekipotensial yang melingkar lebih jelas
pada daerah antara dua elektroda arus sebagaimana ditunjukkan pada gambar (2.4)
berikut :

Gambar 2.4 Pola Aliran Arus dan Bidang Ekipotensial antara Dua Elektroda Arus
dengan Polaritas Berlawanan
(Sumber: Reynolds, 1997)
2.3 Metode Geolistrik Resistivitas
Metode geolistrik resistivitas merupakan salah satu metode yang paling
umum digunakan dalam eksplorasi geolistrik. Metode ini digunakan untuk
menggambarkan keadaan bawah permukaan dengan mempelajari resisitivitas
listrik dari lapisan batuan di dalam bumi, dimana bumi tesusun atas batuan yang
memiliki daya hantar listrik yang berbeda-beda. Data yang diperoleh di lapangan
merupakan data nilai resistivitas bawah permukaan. Berdasarkan data tersebut
kemudian dilakukan perhitungan inversi sehingga diperoleh variasi resistivitas
dari suatu sistem pelapisan tanah yang berasosiasi dengan struktur geologi di
bawah permukaan (Santoso,2002).
Metode geolistrik resistivitas diterapkan dengan menggunakan sumber
arus buatan yang diinjeksikan ke dalam tanah melalui ujung-ujung elektroda.
Metode geolistrik resistivitas menghasilkan variasi perubahan nilai resistivitas
(distribusi resistivitas) baik ke arah horisontal maupun vertikal. Berdasarkan
teknik pengukuran geolistrik, dikenal dua teknik pengukuran yaitu metode
geolistrik resisitivitas mapping dan sounding (drilling). Metode geolistrik
resisitivitas mapping merupakan metode resisitivitas yang bertujuan untuk
mempelajari variasi resistivitas lapisan bawah permukaan secara horisontal Oleh
karena itu, pada metode ini digunakan jarak spasi elektroda yang tetap untuk
semua titik sounding (titik amat) di permukaan bumi. Metode geolistrik
resistivitas sounding bertujuan untuk mempelajari variasi resistivitas batuan di
bawah permukaan bumi secara vertikal. Pada metode ini, pengukuran pada suatu
titik sounding dilakukan dengan jalan mengubah-ubah jarak elektroda. Perubahan
jarak elektroda dilakukan dari jarak elektroda kecil kemudian membesar secara
gradual. Jarak elektroda ini sebanding dengan kedalaman lapisan batuan yang
terdeteksi. Semakin besar jarak elektroda, semakin dalam lapisan batuan yang
terdeteksi (Reynolds, 1997).

2.4 Konfigurasi Sc
Konfigurasi elektroda merupakan model penyusunan elektroda-elektroda
arus dan potensial yang diatur sedemikian rupa sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai. Elektroda A dan B disebut elektroda arus (current electrode), sedangkan
elektroda M dan N disebut elektroda potensial (potential electrode). Elektroda
arus biasa juga ditulis dengan C1 dan C2, dan untuk elektroda potensial adalah P1
dan P2. Dalam pengukuran di lapangan, keempat elektroda tersebut ditancapkan
ke dalam tanah. Arus listrik dari Power Suplay dialirkan ke dalam bumi melalui
elektroda arus C1 dan C2. Kemudian beda potensial yang terjadi diukur melalui
elektroda potensial P1 dan P2. Ada beberapa macam konfigurasi yang digunakan
dalam penyelidikan bawah tanah, salah satunya adalah Konfigurasi Schlumberger
(Hendrajaya dkk, 1990).
Konfigurasi Schlumberger bertujuan mencatat gradient potensial atau
intensitas medan listrik dengan menggunakan pasangan elektroda pengukur yang
berjarak rapat (Gambar 2.8) tidak seperti halnya pada konfigurasi Wenner, pada
konfigurasi Schlumberger jarak elektroda potensial jarang diubah-ubah meskipun
jarak elektroda arus selalu diubah-ubah. Hanya harus diingat bahwa jarak antar
elektroda arus harus jauh lebih besar dibanding jarak antar elektroda potensial
selama melakukan perubahan spasi elektroda. Misalnya, untuk kasus aturan
elektroda Schlumberger jarak r harus lebih besar dari pada b/2. Dalam hal ini,
selama pembesaran jarak elektroda arus, jarak elektroda potensial tidak perlu
diubah. Hanya, jika jarak elektroda arus relatif sudah cukup besar maka jarak
elektroda potensial perlu diubah (Hendrajaya dkk, 1990).

Gambar 2.5 Konfigurasi Elektroda Schlumberger.


(Sumber: Hendrajaya dkk, 1990).
Elektroda potensial (M dan N) diam pada titik tengah antara elektroda arus
(A dan B), dan kedua elektroda arus digerakkan secara simetris keluar (menjauhi
elektroda pengukur) dengan spasi pengukuran tertentu. Kombinasi dari jarak
AB/2 dan jarak MN/2, besarnya arus listrik yang dialirkan serta tegangan listrik
yang terjadi akan diperoleh suatu harga tahanan jenis semu (Hendrajaya dkk,
1990).

2.5 Software IPI2WIN


IP2WIN merupakan sebuah software yang didesain untuk mengolah data
vertical electric sounding dan atau induced polarization secara otomatis dan semi
otomatis dengan berbagai macam vaiasi dari konfigurasi rentangan yang umum
dikenal dalam pendugaan geolistrik. IP2WIN adalah program komputer yang
berfungsi sama seperti kurva matching, yaitu mencocokkan data yang didapat dari
lapangan dengan kurva induk dan kurva bantu sebagai acuan untuk mencari
resistivitas dan kedalaman daerah penelitian. Dengan target mendapatkan hasil
yang dapat diinterpretasikan secara. Umumnya hasil perhitungan secara manual
memberikan hasil yang kurang optimal dan bila dilihat dari angka kesalahannya
umumnya di atas 10%. Program komputer IP2WIN kemudian mengkoreksi
kombinasi nilai ketebalan dan true resistivity untuk mendapatkan angka kesalahan
(RMSE) terkecil setelah terjadi sekian kali (bisa sampai ribuan) iterasi
(Anggraeini, 2004).
BAB 3. METEODE PENELITIAN

Metode penelitian disebut sebagai tahapan-tahapan sistematis dalam


melakukan praktikum. Metode penelitian untuk kegiatan praktikum ini
menguraikan komponen-komponen yang terdiri dari rancangan penelitian, jenis
dan sumber data eksperimen, metode analisis data, dan kerangka pemecahan
masalah
3.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian pada praktikum metode geolistrik resistivitas 1D
ditampilkan dalam bentuk diagram alir sebagai berikut:

Identifikasi
Permasalahan
Kajian Pustaka

Kegiatan Penelitian

Data

Analisis

Kesimpulan

Gambar 3.1 Diagram alir rancangan kegiatan penelitian


Langkah pertama yang dilakukan dalam praktikum metode geolistrik
resistivitas 1D yaitu mengidentifikasi suatu permasalahan dalam praktikum
metode geolistrik resistivitas 1D. Kajian pustaka dilakukan untuk mengetahui
konsep atau teori yang mendasari praktikum. Praktikum dilakukan dengan
melakukan pengelolahan data menggunakan software ipi2win dan menganalisis
hasil interpretasi.
3.2 Kerangka Pemecahan Masalah
3.2.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum metode geolistrik
resistivitas 1D adalah:
1. Seperangkat PC/laptop sebagai media untuk memproses data.
2. Software ipi2win untuk pengolahan data

3.2.2 Tata Laksana Praktikum

Gambar 3.2 Skema praktikum metode geolistrik resistivitas 1D


3.4.2 Langkah Kerja
Langkah kerja pada praktikum metode geolistrik resistivitas 1D adalah:
1. Software IPI2WIN dibuka, lembar file baru dibuka (File → new VES
point), dan dipilih jenis konfigurasi yang digunakan yaitu metode
Schlumberger.
2. Input data dimasukkan yaitu spasi antar elektroda AB/2, MN, V, dan I, nilai
K dan ρa akan terhitung otomatis oleh paket program dan akan tergambar
kurva hasil perhitungan. Jika pada data yang diperoleh adalah MN/2 maka
nilai tersebut dikali 2 terlebih dahulu sebelum memasukkan data ke dalam
software IPI2WIN.
3. File disimpan dengan nama tertentu (save → File name (TITIK 1
KELOMPOK 2) → save) dan klik OK maka akan muncul kurva resistivitas.
4. Banyaknya lapisan ditentukan (point → Inversion Option → min layer
number (5) → OK).
5. Hasil pengolahan data dianalisis
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Hasil yang didapat dari pengolahan data geolistrik resistivitas 1D yaitu:
Tabel 4.1 Pengolahan Geolistrik Resistivitas 1D
No MN/2 AB/2 V(mV) I(mA) MN
1 0.5 2 1.5 0.6777 1
2 0.5 3 2 3.6583 1
3 0.5 4 2 11.917 1
4 0.5 6 1.3 28.064 1
5 0.5 8 1.3 36.652 1
6 0.5 10 2 76.028 1
7 0.5 12 2.2 137.92 1
8 0.5 15 1.5 179.42 1
9 5 15 1.6 28.225 10
10 5 20 3.1 192.12 10
11 5 25 3.4 457.54 10
12 5 30 2.4 412.13 10
13 10 30 2 193.23 20
14 10 40 4.7 1118 20

Gambar 4.1 Pengolahan Resistivitas 1D dengan IPI2win


4.2 Pembahasan
Praktikum metode geolistrik kali ini merupakan metode resistivitas sounding
1D. Metode geolistrik 1D digunakan untuk meneliti kedalaman dan ketebalan
lapisan batuan dari harga resistivitas secara vertikal. Kedalaman dan ketebalan
tergantung pada konfigurasi dan spasi yang digunakan. Konfigurasi yang
digunakan yaitu konfigurasi Schlumberger dengan perubahan jarak MN tidak
lebih besar dari 1/5 jarak AB. Data hasil pengamatan pada tabel (4.1) diolah
dengan menggunakan software ip2win. Software ipi2win didesain untuk
mengolah data vertical electric sounding dan induced polarization secara otomatis
dan semi otomatis dengan berbagai macam variasi dari konfigurasi rentangan
yang umum dikenal dengan pendugaan geolistrik. Fungsi ipi2win digunakan
untuk memecahkan masalah-masalah geologi sesuai dengan kurva pendugaan
yang dihasilkan. Gambar 4.1 adalah tampilan toolbar pada ip2win, data yang
dimasukkan adalah nilai spasi elektroda AB/2, spasi elektroda MN, nilai tegangan
dan arus. Hasil pengolahan data disesuaikan dengan konfigurasi yang diinginkan
yaitu Schlumberger.
Input data yang dilakukan berupa data AB/2, MN, V (tegangan), dan I
(arus listrik). Data AB/2 merupakan jarak antara elektroda yang menginjeksi
listrik ke tanah dengan alat sedangkan data MN merupakan jarak antara elektroda
yang menangkap sinyal listrik hasil injeksi dengan alat. Data Rho_a merupakan
data apparent resistivity atau hasil perhitungan nilai resistivitas dengan geomatric
factor. Data Rho_a diperoleh setelah semua data diinputkan. Data disimpan
kemudian muncul tampilan grafik dan tabel yang ditunjukkan pada gambar (4.1).
Grafik tersebut terdapat tiga warna yaitu hitam, merah, dan biru. Warna hitam dan
merah memberikan informasi tentang hubungan nilai AB/2 dan apparent
resistivity sedangkan warna biru memberikan informasi tentang variasi dari nilai
resistivitas yang ada atau banyaknya lapisan yang memiliki nilai resistivitas
berbeda.
Hasil pengolahan data menujukkan bahwa presentase kesalahannya
sebesar 55,7%. Nilai error tersebut termasuk sangat tinggi karena pengolahan data
yang baik disarankan agar nilai error ≤ 15%. Berdasarkan kurva hasil konfigurasi
Schlumberger pada gambar (4.1) pada kedalaman 40 m hanya terdapat dua lapisan
batuan. Nilai resistivitas yang tinggi menunjukkan sifat konduktivitas yang
rendah. Lapisan pertama memiliki ketebalan dan kedalaman 2 m dengan nilai
resistivitasnya sebesar 12,8 Ωm. Lapisan kedua memiliki ketebalan dan
kedalaman tak hingga tetapi memiliki nilai resistivitas 1 Ωm. Berdasarkan tabel
2.1 menunjukkan nilai resistivitas yang dihasilkan menunjukkan bahwa
diperkirakan lapisan pertama mengandung material bumi berupa pasir dan lapisan
kedua diperkirakan air. Hal ini berdasarkan tabel 2.1 yang menunjukkan bahwa
nilai resistivitas pada pasir berkisar antara 1 sampai 1000 dan untuk lempung
adalah resistivitasnya berkisar antara 0,5 sampai 300.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan praktikum metode geolistrik
resistivitas 1D yaitu:
Pengolahan data pada metode geolistrik resistivitas 1D menggunakan
software ipi2win. Tahapan yang dilakukan berupa input data, koreksi error data,
penambahan data, dan pembuatan cross section. Hasil interpretasi pada metode
geolistrik resistivitas 1D menujukkan bahwa terdapat dua lapisan. Lapisan
pertama diperkirakan mengandung material bumi berupa lempung sedangkan
lapisan kedua diperkirakan mengandung material bumi berupa pasir.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, F. 2004. “Aplikasi Metode Geolistrik Resistivity untuk Mendeteksi Air


Tanah”. Jember: Universitas Jember.

Hendrajaya, L. & Arif, I. 1990. Geolistrik Tahanan Jenis. Monografi: Metoda


Eksplorasi. Laboratorium Fisika Bumi. ITB,Bandung

Reynolds, J.M., 1997. “An Introduction to Applied and Environmental


Geophysics”. Inggris : John Willey and Sons Ltd.

Santoso, D. 2002. “Pengantar Teknik Geofisika” : Penerbit ITB

Sapiie, B., N. A. Magetsari, A. H. Harsolumakso, dan C. I. Abdullah. 2006.


“Geologi Fisik”. Bandung : Penerbit ITB.

Telford, W.M., Geldart, L.P., and Sheriff, R.E. 1990. “Applied Geophysics Second
Edition”. Cambridge University Press : New York.

Anda mungkin juga menyukai