Anda di halaman 1dari 14

A.

Pengertian Geolistrik
Geolistrik adalah suatu metoda eksplorasi geofisika untuk menyelidiki keadaan bawah permukaan
dengan menggunakan sifat-sifat kelistrikan batuan. Sifat-sifat kelistrikan tersebut adalah, antara lain.
tahanan jenis (specific resistivity, conductivity, dielectrical constant, kemampuan menimbulkan self
potential dan medan induksi serta sifat menyimpan potensial dan lain-lain.
Pendugaan geolistrik dilakukan dengan menghantarkan arus listrik (beda I) buatan kedalam tanah
melalui batang elektroda arus , kemudian mengukur beda potensial (beda V) pada elektroda lain.
Hasil pencatatan akan dapat mengetahui tahanan jenis bahan yang dilalui oleh arus listrik dapat
diketahui dengan Hukum Ohm yaitu :
R = V/I..............(1),
dimana R = tahanan (ohm/mohm), V= beda potensial listrik (volt/mvolt) dan I = beda arus listrik dalam
amper/mampe).
Dengan memanfaatkan nilai tahanan jenis ini maka aplikasi metoda geolistrik telah digunakan pada
berbagai bidang ilmu yaitu :
1.
Regional
Geology
untuk
mengetahui
struktur,
stratigrafi
dan
sedimentasi.
2. Hidrogeologi/Geohidrologi untuk mengetahui muka air tanah, akuifer, stratigrafi , intrusi air laut.
3. Geologi Teknik untuk mengetahui struktur, startigrafi, permeabilitas dan porositas batuan, batuan
dasar ,
pondasi , kontruksi bangunan teknis.
4. Pertambangan untuk mengetahui endapan plaser, stratigrafi, struktur, penyebaran endapan
mineral.
5. Archeology untuk mengetahui dasar candi, candi terpendam, tanah galian lama.
6. Panas bumi (geothermal) mengetahui kedalaman, penyebaran, low resistivity daerah panas bumi.
7. Minyak untuk mengetahui struktur, minyak, air dan kontak air dan minyak serta porositas , water
content (well logging geophysic).

B. Sejarah Penggunaan Geolistrik


Sejarah perkembangan eksplorasi geolistrik merupakan perkembangan yang
paling unik dari seluruh geofisika eksplorasi. Unik karena dalam
perkembangannya metoda ini terbagi - bagi dalam beberapa mazhab (school),
padahal sumber dasar teori sama. Perbedaan tersebut terletak pada :
1.

Tata cara kerja ( konfigurasi elektroda, interpretasi).

2.
Alat yang digunakan, sebetulnya tiap alat dapat digunakan untuk mazhab
apapun, akan tetapi perbedaan konfigurasi elektroda yang dipakai
mempengaruhi daya penetrasi alat.
3.

Data prossessing.

Penggunaan sifat-sifat kelistrikan untuk maksud eksplorasi sudah dikenal


peradaban manusia lebih dari dua abad yang lalu. Pelopor yang mula-mula
memakai cara geofisika untuk maksud ksplorasi adalah :
1. Gray dan Wheeler thn. 1720, melakukan pengukuran terhadap batuan dan
mecoba membakukan tebal konduktivitas batuan.

2. Watson thn 1746, menemukan ,bahwa tanah merupakan konduktor


dimana potensial yang diamati pada titik-titik diantara dua elektroda arus
yang dipotong sejarak 2 mil , bervarisai akibat adanya perbedaan kondisi
geologi setempat.
3. Robert W. Fox thn. (1789 - 1877) , dapat disebut sebagai Bapak Metoda
Geolistrik , karena beliau yang pertama kali mempelajai hubungan sifatsifat listrik dengan keadaan geologi, temperatur, terrestrial electric dan
geothermal. Fox mempelajari sifat-sifat kelistrikan tersebut di tambangtambang Corn wall, Inggris.
4. Perkembangan dilanjutkan secara bertahap : thn.1871 oleh W.Skey, thn.
1847oleh Charles Matteucci., thn. 1882 oleh Cart Barus, thn.
1891 oleh Brown, thn. 1897 oleh Bernfield, thn 1912 oleh Gottchalk, thn.
1914 oleh R.C. Wells dan George Ottis.
5. Perkembangan agak berbeda setelah Conrad Schlumberger dan R.C.
Welldimana geolistrik berkembang di dua benua, dengan cara dan sejarah
yang berbeda. Akan tetapi di ujung perkembangan tersebut kedua
mazhab ini bertemu lagi, terutama dalam menggunakan konsep
matematika yang sama yang diterapkan pada teori interpretasi masingmasing.
6. Perkembangan peralatan dimulai dari peralatan geolistrik di dalam truk
sampai pada alat geolistrik sebesar tas kecantikan.
7.
Perkembangan pengolahan data nilai tahanan jenis pada abad ke 20 yaitu
dengan dibuatnya kurva baku dan kurva tambahan oleh Orellana E. dan Mooney
H.M.,1966, Bhattacharya P.K. dan Patra H.P., 1968, Rijkkswaterstaat, The
Netherland, 1975, Zohdy, A.A.R.,1975.
8.
Perkembangan dalam penafsiran lengkungan tahanan jenis dengan
pembuatan perangkat lunak dari melakukan matching curve sampai perangkat
lunak VESPC, RESINT 53, GRIVEL, RESIX dan IP2Win
C. Kegunaan Metode Geolistrik
Mengetahui karakteristik lapisan batuan bawah permukaan sampai kedalaman
sekitar 300 m sangat berguna untuk mengetahui kemungkinan adanya lapisan
akifer yaitu lapisan batuan yang merupakan lapisan pembawa air. Umumnya
yang dicari adalah confined aquifer yaitu lapisan akifer yang diapit oleh lapisan
batuan kedap air (misalnya lapisan lempung) pada bagian bawah dan bagian
atas. Confined akifer ini mempunyai recharge yang relatif jauh, sehingga
ketersediaan air tanah di bawah titik bor tidak terpengaruh oleh perubahan
cuaca setempat.
Geolistrik ini bisa untuk mendeteksi adanya lapisan tambang yang mempunyai
kontras resistivitas dengan lapisan batuan pada bagian atas dan bawahnya. Bisa
juga untuk mengetahui perkiraan kedalaman bedrock untuk fondasi bangunan.

Metoda geolistrik juga bisa untuk menduga adanya panas bumi (geotermal) di
bawah permukaan. Hanya saja metoda ini merupakan salah satu metoda bantu
dari metoda geofisika yang lain untuk mengetahui secara pasti keberadaan
sumber panas bumi di bawah permukaan

D. Cara Kerja Metode Geolistrik


Penggunaan geolistrik pertama kali dilakukan oleh Conrad Schlumberger pada
tahun 1912. Geolistrik merupakan salah satu metoda geofisika untuk
mengetahui perubahan tahanan jenis lapisan batuan di bawah permukaan tanah
dengan cara mengalirkan arus listrik DC (Direct Current) yang mempunyai
tegangan tinggi ke dalam tanah. Injeksi arus listrik ini menggunakan 2 buah
Elektroda Arus A dan B yang ditancapkan ke dalam tanah dengan jarak
tertentu. Semakin panjang jarak elektroda AB akan menyebabkan aliran arus
listrik bisa menembus lapisan batuan lebih dalam.
Dengan adanya aliran arus listrik tersebut maka akan menimbulkan tegangan
listrik di dalam tanah. Tegangan listrik yang terjadi di permukaan tanah diukur
dengan penggunakan multimeter yang terhubung melalui 2 buah Elektroda
Tegangan M dan N yang jaraknya lebih pendek dari pada jarak elektroda AB. Bila
posisi jarak elektroda AB diubah menjadi lebih besar maka tegangan listrik yang
terjadi pada elektroda MN ikut berubah sesuai dengan informasi jenis batuan
yang ikut terinjeksi arus listrik pada kedalaman yang lebih besar.
Dengan asumsi bahwa kedalaman lapisan batuan yang bisa ditembus oleh arus
listrik ini sama dengan separuh dari jarak AB yang biasa disebut AB/2 (bila
digunakan arus listrik DC murni), maka diperkirakan pengaruh dari injeksi aliran
arus listrik ini berbentuk setengah bola dengan jari-jari AB/2.

Umumnya metoda geolistrik yang sering digunakan adalah yang menggunakan 4


buah elektroda yang terletak dalamsatu garis lurus serta simetris terhadap titik
tengah, yaitu 2 buah elektroda arus (AB) di bagian luar dan 2 buah elektroda
ntegangan (MN) di bagian dalam.
Kombinasi dari jarak AB/2, jarak MN/2, besarnya arus listrik yang dialirkan serta
tegangan listrik yang terjadi akan didapat suatu harga tahanan jenis semu
(Apparent Resistivity). Disebut tahanan jenis semu karena tahanan jenis yang
terhitung tersebut merupakan gabungan dari banyak lapisan batuan di bawah
permukaan yang dilalui arus listrik.
Bila satu set hasil pengukuran tahanan jenis semu dari jarak AB terpendek
sampai yang terpanjang tersebut digambarkan pada grafik logaritma ganda
dengan jarak AB/2 sebagai sumbu-X dan tahanan jenis semu sebagai sumbu Y,
maka akan didapat suatu bentuk kurva data geolistrik. Dari kurva data tersebut
bisa dihitung dan diduga sifat lapisan batuan di bawah permukaan.

Penyelidikan geolistrik bisa dilakukan dengan dua tujuan, yaitu pemetaan tahanan
jenis (mapping) dan pendugaan tahanan jenis (sounding). Pemetaan tahanan jenis
dilakukan untuk mendapatkan gambaran sebaran lateral nilai tahanan jenis.
Sedangkan pendugaan tahanan jenis (sounding) dilakukan untuk menggambarkan
kondisi perlapisan batuan bawah permukaan dengan berdasarkan penampang tegak
tahanan jenis.

Prosedur Kegiatan Survei Geolistrik terbagi dalam beberapa tahap kegiatan pokok,
yaitu seprti terlihat pada Gambar 4:
(1) Persiapan Pralapangan
(2) Pengambilan data
(3) Pengolahan data
(4) Analisis dan Interpretasi
(5) Pelaporan

E. Jenis-Jenis Metode Geolistrik


1.

1. Metode Geolistrik Tahanan Jenis ( Resistivity Methode )

Metode geolistrik resistivitas atau tahanan jenis adalah salah satu dari kelompok
metode geolistrik yang digunakan untuk mempelajari keadaan bawah
permukaan dengan cara mempelajari sifat aliran listrik di dalam batuan di bawah
permukaan bumi. Metode resistivitas umumnya digunakan untuk eksplorasi
dangkal, sekitar 300 500 m. Prinsip dalam metode ini yaitu arus listrik
diinjeksikan ke alam bumi melalui dua elektrode arus, sedangkan beda potensial
yang terjadi diukur melalui dua elektrode potensial. Dari hasil pengukuran arus
dan beda potensial listrik dapat diperoleh variasi harga resistivitas listrik pada
lapisan di bawah titik ukur.

Metode kelistrikan resistivitas dilakukan dengan cara menginjeksikan arus listrik


dengan frekuensi rendah ke permukaan bumi yang kemudian diukur beda
potensial diantara dua buah elektrode potensial. Pada keadaan tertentu,
pengukuran bawah permukaan dengan arus yang tetap akan diperoleh suatu
variasi beda tegangan yang berakibat akan terdapat variasi resistansi yang akan
membawa suatu informasi tentang struktur dan material yang dilewatinya.
Prinsip ini sama halnya dengan menganggap bahwa material bumi memiliki sifat
resistif atau seperti perilaku resistor, dimana material-materialnya memiliki
derajat yang berbeda dalam menghantarkan arus listrik.

2.

2. Metode Geolistrik Polarisasi Terimbas ( IP/ Induce Polarization Methode )

Pada prinsipnya dilakukan dengan cara memutuskan arus listrik yang di


injeksikan ke dalam permungkaan bumi. Selanjutnya tampak bahwa beda
potensial antara kedua elektroda tidak lansung menunjukan angka nol saat arus
tersebut di putuskan. turun secara perlahan lahan dalam selang waktu tertentu.
Sebaliknya apabila arus dihidupkan maka beda potensial akan kembali pada
posisi semula dalam waktu yang sama.
Gelaja polarisai terimabs dalam batuan termineralisasikan terutama ditentukan
reaksi Elektrokimia pada bidang batas antar mineral2 logam dan larutan dalam
batuan. gejala Ip dapat dilakukan dengan mengalirkan arus terkontrol melalui
bahan yangakan diselidiki.
Pengukuran respon IP dapat dilakukan dengan cara :
a.

Pengukuran domain waktu

Pengukuran polarisasi terimbas dengan domain waktu yaitu dengan cara


mengalirkan pulsa arus listrik bebrbentuk persegi panjang kedalam tanah. untuk
mengukur derajar terpolarisasi suatu bahan pada suatu waktu di definisikan
chargeability.

b.

Pengukuran domain frekunsi

Untuk mempolarisasika suatu bahan dengan arus listrik imbas ke sutau tingkat
tertentu dibutuhkan waktu tertentu tergantung jenis bahannya. Karena frekunsi
berbanding terbalik dengan waktu. maka perbedaan respon tegangan dengan
pemberian arus listrik dengan frekuensi yang berbeda juga mencerminkan sifat
polarisasi suatu bahan tertentu.ini merupakan dasar dalam pengukuran frekuensi
(sumner, 1976).

c.

Metode Geolistrik Potensial Diri ( SP/ Self Potential Methode )

Metode Self potential (SP) adalah metode pasif, karena pengukurannya dilakukan
tanpa menginjeksikan arus listrik lewat permukaan tanah, perbedaan potensial
alami tanah diukur melalui dua titik dipermukaan tanah. Potensial yang dapat
diukur berkisar antar beberapa millivolt (mV) hingga 1 volt.
Self potensial adalah potensial spontan yang ada di permukaan bumi yang
diakibatkan oleh adanya proses mekanis ataupun oleh proses elektrokimia yang
di kontrol oleh air tanah. Proses mekanis akan menghasilkan potensial
elektrokinetik sedangkan proses kimia akan menimbulkan potensial elektrokimia
(potensial liquid-junction, potensial nernst) dan potensial mineralisasi.
Komponen rekaman data potensial diri yang diperoleh dari lapangan merupakan
gabungan dari tiga komponen dengan panjang gelombang yang berbeda, yaitu
efek topografi (TE) ), SP noise (SPN ) dan SP sisa (SPR). Metode potensial diri (SP)
merupakan salah satu metode geofisika yang prinsip kerjanya adalah mengukur
tegangan statis alam (static natural voltage) yang berada di kelompok titik titik
di permukaan tanah. Potensial diri umumnya berhubungan dengan perlapisan
tubuh mineral sulfide (weathering of sulphide mineral body), perubahan dalam
sifat-sifat batuan (kandungan mineral) pada daerah kontak - kontak geologi,
aktifitas bioelektrik dari material organik, korosi, perbedaan suhu dan tekanan
dalam fluida di bawah permukaan dan fenomena-fenomena alam lainnya.
Prinsip dasar dari metode potensial diri adalah pengukuran tegangan statis alam
(Static Natural Voltage) pada permukaan tanah. Orang yang pertama kali
menggunakan metode ini adalah untuk menentukan daerah yang mengandung
mineral logam.

Konfigurasi

Metoda geolistrik terdiri dari beberapa konfigurasi, misalnya yang ke 4 buah elektrodanya terletak
dalam satu garis lurus dengan posisi elektroda AB dan MN yang simetris terhadap titik pusat pada
kedua sisi yaitu konfigurasi Wenner dan Schlumberger. Setiap konfigurasi mempunyai metoda
perhitungan tersendiri untuk mengetahui nilai ketebalan dan tahanan jenis batuan di bawah
permukaan. Metoda geolistrik konfigurasi Schlumberger merupakan metoda favorit yang banyak
digunakan untuk mengetahui karakteristik lapisan batuan bawah permukaan dengan biaya survei
yang relatif murah.
Umumnya lapisan batuan tidak mempunyai sifat homogen sempurna, seperti yang dipersyaratkan
pada pengukuran geolistrik. Untuk posisi lapisan batuan yang terletak dekat dengan permukaan
tanah akan sangat berpengaruh terhadap hasil pengukuran tegangan dan ini akan membuat data
geolistrik menjadi menyimpang dari nilai sebenarnya. Yang dapat mempengaruhi homogenitas
lapisan batuan adalah fragmen batuan lain yang menyisip pada lapisan, faktor ketidakseragaman
dari pelapukan batuan induk, material yang terkandung pada jalan, genangan air setempat,
perpipaan dari bahan logam yang bisa menghantar arus listrik, pagar kawat yang terhubung ke
tanah dsbnya.
Spontaneous Potential yaitu tegangan listrik alami yang umumnya terdapat pada lapisan batuan
disebabkan oleh adanya larutan penghantar yang secara kimiawi menimbulkan perbedaan
tegangan pada mineral-mineral dari lapisan batuan yang berbeda juga akan menyebabkan
ketidak-homogenan lapisan batuan. Perbedaan tegangan listrik ini umumnya relatif kecil, tetapi
bila digunakan konfigurasi Schlumberger dengan jarak elektroda AB yang panjang dan jarak MN
yang relatif pendek, maka ada kemungkinan tegangan listrik alami tersebut ikut menyumbang
pada hasil pengukuran tegangan listrik pada elektroda MN, sehingga data yang terukur menjadi
kurang benar.
Untuk mengatasi adanya tegangan listrik alami ini hendaknya sebelum dilakukan pengaliran arus
listrik, multimeter diset pada tegangan listrik alami tersebut dan kedudukan awal dari multimeter
dibuat menjadi nol. Dengan demikian alat ukur multimeter akan menunjukkan tegangan listrik
yang benar-benar diakibatkan oleh pengiriman arus pada elektroda AB. Multimeter yang
mempunyai fasilitas seperti ini hanya terdapat pada multimeter dengan akurasi tinggi.

Konfigurasi Wenner
Konfigurasi Wenner

Keunggulan dari konfigurasi Wenner ini adalah ketelitian pembacaan tegangan pada elektroda
MN lebih baik dengan angka yang relatif besar karena elektroda MN yang relatif dekat dengan
elektroda AB. Disini bisa digunakan alat ukur multimeter dengan impedansi yang relatif lebih kecil.
Sedangkan kelemahannya adalah tidak bisa mendeteksi homogenitas batuan di dekat
permukaan yang bisa berpengaruh terhadap hasil perhitungan. Data yang didapat dari cara konfigurasi
Wenner, sangat sulit untuk menghilangkan factor non homogenitas batuan, sehingga hasil perhitungan
menjadi kurang akurat.

w =K w

V
I

dengan K = 2a

Gambar.4. Konfigurasi Wenner

Gambar.5. Susunan elektroda untuk Konfigurasi Wenner

Konfigurasi Schlumberger
Pada konfigurasi Schlumberger idealnya jarak MN dibuat sekecil-kecilnya, sehingga jarak MN
secara teoritis tidak berubah. Tetapi karena keterbatasan kepekaan alat ukur, maka ketika jarak
AB sudah relatif besar maka jarak MN hendaknya dirubah. Perubahan jarak MN hendaknya tidak
lebih besar dari 1/5 jarak AB.

Konfigurasi Schlumberger
Kelemahan dari konfigurasi Schlumberger ini adalah pembacaan tegangan pada elektroda MN
adalah lebih kecil terutama ketika jarak AB yang relatif jauh, sehingga diperlukan alat ukur
multimeter yang mempunyai karakteristik high impedance dengan akurasi tinggi yaitu yang bisa
mendisplay tegangan minimal 4 digit atau 2 digit di belakang koma. Atau dengan cara lain
diperlukan peralatan pengirim arus yang mempunyai tegangan listrik DC yang sangat tinggi.
Sedangkan keunggulan konfigurasi Schlumberger ini adalah kemampuan untuk mendeteksi adanya
non-homogenitas lapisan batuan pada permukaan, yaitu dengan membandingkan nilai resistivitas
semu ketika terjadi perubahan jarak elektroda MN/2.
Agar pembacaan tegangan pada elektroda MN bisa dipercaya, maka ketika jarak AB relatif besar
hendaknya jarak elektroda MN juga diperbesar. Pertimbangan perubahan jarak elektroda MN
terhadap jarak elektroda AB yaitu ketika pembacaan tegangan listrik pada multimeter sudah
demikian kecil, misalnya 1.0 milliVolt.
Umumnya perubahan jarak MN bisa dilakukan bila telah tercapai perbandingan antara jarak MN
berbanding jarak AB = 1 : 20. Perbandingan yang lebih kecil misalnya 1 : 50 bisa dilakukan bila
mempunyai alat utama pengirim arus yang mempunyai keluaran tegangan listrik DC sangat besar,
katakanlah 1000 Volt atau lebih, sehingga beda tegangan yang terukur pada elektroda MN tidak
lebih kecil dari 1.0 milliVolt.

Parameter yang diukur :


1.
2.
3.

Jarak antara stasiun dengan elektroda-elektroda (AB/2 dan MN/2)


Arus (I)
Beda Potensial ( V)
Parameter yang dihitung :

1.
2.
3.

Tahanan jenis (R)


Faktor geometrik (K)
Tahanan jenis semu ( )
Cara intepretasi Schlumberger adalah dengan metode penyamaan kuva (kurvamatching). Ada 3
(tiga) macam kurva yang perlu diperhatikan dalam intepretasi Schlumberger dengan metode
penyamaan kurva, yaitu :
Kurva Baku

Kurva Bantu, terdiri dari tipe H, A, K dan Q


Kurva Lapangan
Untuk mengetahui jenis kurva bantu yang akan dipakai, perlu diketahui bentuk umum masingmasing kurva lapangannya.

Kurva bantu H, menunjukan harga minimum dan adanya variasi 3 lapisan dengan 1 >
2 < 3.

Kurva bantu A, menunjukkan pertambahan harga dan variasi lapisan dengan 1 < 2 <
3.

Kurva bantu, K menunjukan harga maksimum dan variasi lapisan dengan 1 < 2 > 3.
Kurva bantu Q, menunjukan penurunan harga yang seragam : 1 > 2 > 3

Kurva-Kurva Bantu Dalam Metode Penyamaan Kurva Schlumberger

Alat-alat yang digunakan : kertas kalkir/mika plastik, kertas double log, marker OHP.
Plot nilai AB/2 vs pada mika plastik diatas double log. AB/2 sebagai absis dan sebagai
ordinat.

Buat kurva lapangan dari titik-titik tersebut secara smooth (tidak selalu harus melalui titiktitik tersebut, untuk itu perlu dilihat penyebaran titik-titiknya secara keseluruhan).
Pilih kurva Bantu apa saja yang sesuai dengan setiap bentukan kurva lapangan.
Letakkan kurva lapangan diatas kurva baku, cari nilai P 1 merupakan kedudukan :
d1,1 (kedalaman terukur, tahanan jenis terukur)
d1 = kedalaman lapisan perama = sebagai absis
1 = tahanan jenis lapisan pertama = sebagai ordinat
Pindahlah kurva lapangan dan letakkan diatas tipe kurva Bantu pertama yang telah
ditentukan. Tarik garis putus-putus sesuai dengan harga 1/2 pada kurva Bantu tersebut. Garis
putus-putus sebagai kurva Bantu ini merupakan tempat kedudukan P2.

Kembalikan kurva lapangan diatas kurva baku, geser kurva lapangan berikutnya
sedemikian sehingga kurva baku pertama melalui pusat kurva baku. Tentukan nilai 3/2serta plot
titik P2. (catatan : posisi sumbu-sumbunya harus sejajar dengan sumbu-sumbu pada kurva Bantu)
Dari P2 dapat ditentukan d2, 2
Titik pusat P3, koordinat d3, 3 dan nilai kurva Bantu selanjutnya dapat dicari dengan jalan
yang sama.
Koreksi Kedalaman
Untuk titik-titik pusat (Pn) yang terletak pada kurva bantu tipe H, tidak perlu dikoreksi.
Titik P pada kurva Bantu tipe A, K dan Q perlu dikoreksi.
Titik P1 apapun kurvanya tidak perlu dikoreksi.

Contoh Kurva Bantu


Titik P1, tidak perlu dikoreksi
Titik P2, tidak perlu dikoreksi karena terletakpada kurva Bantu tipe H
Titik P3 dan P4, perlu dikoreks nilai d (kedalaman), karena terletak pada kurva Bantu selain tipe H.
Cara Koreksi Kedalaman
Untuk titik P3 :
Letakkan/impitkan kembali mika plastik diatas kurva Bantu tipe A (dengan nilai 4/3 = 10)
dengan pusat P2. baca nilai koreksi (sebagai n) tepat pada titik P3 (nilai absis dari kurva Bantu
tersebut ditandai dengan garis putus-putus). Kemudian dapat dicari ketebalan lapisan ke-3 dengan
rumus :
H3 = n.d2
Sehingga kedalaman lapisan ke-3 dapat dihitung dengan rumus:

1.
2.
3.
4.

D 3 = h 3 + d2
Demikian juga untuk titik P4, dan seterusnya.
Jadi, dari hasil penyamaan kurva (curve matching) akan diperoleh data sebagai berikut :
Koordinat Pn = (dn, n)
Kn = n+1/n
Jenis Kurva Bantu
Nilai Koreksi Kedalaman (n)
Setelah diperoleh nilai-nilai dan d, kemudian dibuat penampang tegaknya (berupa kolom) sesuai
harga d-nya (menggunakan skala). Selanjutnya dilakukan pendugaan unt interpretasi litologi
penyusun pada masing-masing lapisan berdasarkan nilai .

Penafsiran litologi ini akan semakin mendekati kebenaran apabila kita memiliki data bawah
permukaan seperti data dari sumur. Jika tidak ada sumur, maka kita sebaiknya mengetahui geologi
regional daerah penelitian tersebut atau data yang diperoleh dari pengamatan geologi daerah
sekitar (untuk mengetahui variasi litologi).
Tabel Nilai Resistivitas
Rock

Resitivitas

Common rocks
Topsoil

Common rocks
50100

Loose sand

5005000

Gravel

100600

Clay

1100

Weathered bedrock

1001000

Sandstone

2008000

Limestone

50010 000

Greenstone

500200 000

Gabbro

100500 000

Granite

200100 000

Basalt

200100 000

Graphitic schist

10500

Slates

500500 000

Quartzite

500800 000

Ore minerals
Pyrite (ores)

Ore mineral

Pyrrhotite
Chalcopyrite
Galena
Sphalerite
Magnetite
Cassiterite
Hematite

0.01100
0.0010.01
0.0050.1
0.001100
0.011 000 000
0.011000
0.00110 000
10001 000 000

Resistivities of common rocks and ore minerals (ohm-metres) Milsom After Palacky, 1987

Konfigurasi Dipole-dipole
Selain konfigurasi Wenner dan Wenner-Schlumberger, konfigurasi yang dapat
digunakan adalah Pole-pole, Pole-dipole dan Dipole-dipole. Pada konfigurasi Polepole, hanya digunakan satu elektrode untuk arus dan satu elektrode untuk
potensial. Sedangkan elektrode yang lain ditempatkan pada sekitar lokasi
penelitian dengan jarak minimum 20 kali spasi terpanjang C1-P1 terhadap
lintasan pengukuran. Sedangkan untuk konfigurasi Pole-dipole digunakan satu
elektrode arus dan dua elektrode potensial. Untuk elektrode arus C2
ditempatkan pada sekitar lokasi penelitian dengan jarak minimum 5 kali spasi
terpanjang C1-P1. Sehingga untuk penelitian skala laboratorium yang mungkin
digunakan adalah konfigurasi Dipole-dipole.
Pada konfigurasi Dipole-dipole, dua elektrode arus dan dua elektrode potensial
ditempatkan terpisah dengan jarak na, sedangkan spasi masing-masing
elektrode a. Pengukuran dilakukan dengan memindahkan elektrode potensial
pada suatu penampang dengan elektrode arus tetap, kemudian pemindahan
elektrode arus pada spasi n berikutnya diikuti oleh pemindahan elektrode
potensial sepanjang lintasan seterusnya hingga pengukuran elektrode arus pada
titik terakhir di lintasan itu.

Anda mungkin juga menyukai