Disusun oleh :
Afifuddin 11/319111/TK/38243
2
I. Pengantar
Didalam survei batimetri, objek yang ingin diketahui posisinya seringkali berada di
dasar laut. Biasanya posisi horizontal dari kapal survei dapat diketahui terlebih dulu
menggunakan prinsip GPS. Baru kemudian jarak vertikal antara kapal dengan dasar laut
ditentukan, itulah kedalamannya. Kedalaman ditentukan dari waktu tempuh gelombang akustik
dari transduser ke dasar laut, didefinisikan dengan rumus berikut:
H = c x T/2
Dimana:
Alat yang digunakan untuk mengukur kedalaman disebut echosounder. Terdapat dua
jenis echosounder, yaitu single beam echosounder (SBES) dan multibeam echosounder
(MBES). Single Beam Echosounder adalah alat untuk mengukur kedalaman antara transduser
yang terletak di permukaan laut dengan titik di dasar laut yang tepat berada di bawah transduser.
Gambaran lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar (1)
3
Menurut de Jong, dkk (2010), penggunaan echosounder dengan beam yang sempit
digunakan untuk dua hal, yaitu:
b. Memperbaiki kualitas resolusi dan akurasi data, sehingga standar yang tercantum
pada IHO special dan orde 1 dapat dipenuhi
Karena beberapa hal, multibeam echosounder lebih umum digunakan saat ini untuk area
survei yang lebih luas. Untuk mengolah data yang dihasilkan dari echosounder, dibutuhkan
software tertentu. Ada beberapa software komersial yang digunakan untuk mengolah data
multibeam echosounder beberapa diantaranya adalah Caris Hips and Sips. Sedangkan untuk
software saintifik, ada MB-System yang dikembangkan oleh Lamont-Doherty Observatory
(LDEO). Untuk kepentingan pendidikan dan penelitian, tentu software komersial sulit
digunakan, karena adanya lisensi berbayar. Untuk itu, penggunaan software saintifik seharusnya
bisa diandalkan, karena fleksibilitas fungsi yang dimilikinya serta sifatnya yang open-source,
sehingga dapat dimanfaatkan siapapun.
4
Gambar 1.2. Ilustrasi Multibeam Echosounder (de Jong, dkk, 2010)
Pada multibeam echosounder, dua istilah, yaitu ping dan beam. Ping adalah sekali
tembakan gelombang yang diterima kembali oleh transduser. Di dalam satu ping dapat
mencakup beberapa beam. Beam inilah yang menjadi footprint dari multibeam
echosounder. Singlebeam echosounder hanya memiliki 1 beam dalam sekali ping. Ilustrasi
dapat dilihat pada Gambar 3.
Sebuah
Beam Arah
Jalannya
kapal
Sebuah
Ping
5
1.2. Format data untuk pengolahan Multibeam Echosounder
Setelah proses akuisisi data, akan didapatkan beberapa format data. Berikut
adalah penjelasan tentang beberapa format data yang umum dihasilkan dari proses
akuisisi data multibeam:
a. *.inf
File dengan ekstensi ini berisi informasi umum tentang data multibeam. Termasuk
didalamnya data nama file, ukuran, sistem koordinat yang digunakan, waktu akuisisi,
area cakupan, nilai koreksi global, dan file parameter lainnya.
b. *.dat
File ini berisi data multibeam, posisi, heading, dan pergerakan sensor.
c. *.sva
File ini berisi data sound velocity profile. Terdapat informasi untuk tiap profil:
kecepatan gelombang, temperature, dan salinitas.
d. *.ship
File dengan ekstensi ini berisi nilai-nilai parameter kapal. Didalamnya tercantum nilai
koreksi offset untuk setiap sensor yang terdapat pada kapal, seperti HRP offset,
navigation delay, gyro offset, dan sebagainya.
e. *.tda
File ini berisi data pasang surut pada suatu titik, yang dapat digunakan untuk koreksi
pasang surut.
f. *.xse
Format ini adalah keluaran umum dari alat multibeam echosounder Elac Seabeam.
Berisi data multibeam yang dapat diolah dengan MB-System.
6
1.3. Jenis Kalibrasi pada Multibeam Echosounder
Untuk menghasilkan data yang baik, dibutuhkan proses akuisisi yang baik pula. Kapal
survei harus berjalan tanpa gangguan, dengan kondisi laut yang stabil. Tetapi sayangnya
kondisi ideal ini tidak mungkin terjadi, karena kondisi saat akuisisi data sangatlah
dinamis. Pergerakan kapal akan terganggu oleh pasang surut dan gelombang laut, posisi
sensor juga bisa jadi bergerak, serta memiliki offset dengan GPS, sehingga data koordinat
horizontal dan vertikal tidak sesuai. Jika kondisi ini terjadi, maka data tidak lagi akurat
dan tidak dapat digunakan. Oleh karena itu dibutuhkan koreksi untuk mengatasi kesalahan
yang terjadi pada saat akuisisi data.
a. Kesalahan Offset
b. Kesalahan Roll
Kesalahan Roll adalah kesalahan kedalaman akibat perubahan gerakan kapal
pada putaran sumbu Y, seperti pada gambar 5. Kesalahan ini juga bisa terjadi akibat
pemasangan transducer yang tidak sama rata antara kedua sisi. Kalibrasi roll ini
penting dilakukan karena pengaruhnya sangat besar dan harus dilakukan secara hati
hati. Kesalahan ini mengakibatkan jalur seharusnya bertampalan akan terlihat saling
bersilangan.
. Kalibrasi roll ini penting dilakukan karena pengaruhnya sangat besar dan harus
dilakukan secara hati - hati. Arah yang seharusnya benar adalah sepanjang sumbu X
namun terdapat kesalahan sebesar . Nilai ini dapat dicari dengan persamaan sebagai
berikut :
= Arctan x/y
8
Gambar 1.6. Ilustrasi posisi kapal pada kesalahan roll
(Anonim, 2009)
c. Kesalahan Pitch
Kesalahan pitch terjadi akibat anggukan kapal atau pergerakan kapal
searah sumbu X, akan terbentuk sudut pitch. Kesalahan ini akan mengakibatkan
ketidak akuratan pengukuran vertikal dan horizontal, sehingga akan terjadi offset ping
dari posisi seharusnya dibawah kapal. Jalur pengukuran menjadi tidak sesuai. Ilustrasi
dapat dilihat pada gambar 8.
9
Gambar 1.8. Offset ping yang terjadi akibat kesalahan pitch
(Anonim, 2000)
d. Kesalahan Yaw
Kesalahan Yaw adalah kesalahan akibat perubahan dari heading kapal
sepanjang survei berjalan, yaitu perputaran sumbu Z pada sistem koordinat kapal.
Kesalahan ini biasanya dikarenakan angin kencang atau gelombang yang menghempas
kapal.
e. Kesalahan Heave
Kesalahan Heave adalah kesalahan yang terjadi karena naik turunnya posisi
kapal akibat pengaruh gelombang. Ilustrasinya adalah naik turun posisi kapal pada
sumbu Z. Kesalahan ini mengakibatkan topografi dasar laut akan terlihat
bergelombang.
10
Gambar 1.10. Ilustrasi efek dari kesalahan heave
(Isaak, 2013)
f. Kesalahan Draft
Draft adalah bagian dari kapal yang terendam didalam air. Adanya kesalahan
draft bisa disebabkan belum diberikannya nilai konstan dari ukuran tinggi bagian
draft pada kapal kedalam alat, hal ini menyebabkan nilai kedalaman menjadi tidak
valid (Kurnia, 2014) . Ilustrasi koreksi kesalahan draft ada pada salah satu bagian di
gambar 11.
11
tengah (mean sea level). Nilai MSL bisa didapatkan melalui pengukuran langsung di
lapangan dalam interval tertentu, atau mengunduh data pasut global yang tersedia.
h. Koreksi SVP
Sound Velocity Profile (SVP) menggambarkan variasi dari kecepatan
suara terhadap kedalaman (de Jong, 2013). Karakteristik kecepatan suara pada setiap
perairan sangatlah kompleks. Kecepatan suara didalam air dipengaruhi oleh salinitas
air, tekanan, dan temperatur. Kondisi salinitas memang relative stabil, tetapi
temperature air laut dapat berubah setiap saat. Bahkan temperature dapat berubah
berubah pada kedalaman yang berbeda, meskipun tempatnya sama. Hasil pengukuran
bathimetri yang paling akurat didapatkan dari sistem sonar yang memiliki informasi
paling up-to-date mengenai perubahan SVP pada area yang diukur.
SVP pada sebuah area dapat didefinisikan dengan sebuah set layer, masing-
masing dengan kecepatan suara yang berbeda. Gelombang suara berpindah dari satu
layer ke layer lainnya pada kecepatan yang berbeda. Ketika gelombang suara
berpindah layer, selain kecepatannya, arah gelombangnya juga berubah. Gambar 11
menggambarkan efek dari perubahan kecepatan gelombang suara terhadap arah
gelombang. Oleh karena itu, pendefinisian SVP yang tepat dibutuhkan untuk
mendapatkan hasil pengukuran multibeam echosounder yang akurat.
MB-System adalah perangkat lunak yang bersifat open source dan digunakan untuk
mengolah dan menampilkan data batimetri dan backscatter yang didapatkan dari data
multibeam, interferometry, dan side scan sonar. Software MB-System disediakan secara
gratis dan dapati diunduh bebas di situs ftp://ftp.ldeo.columbia.edu/pub/mbsystem. MB-
System sendiri adalah kumpulan command line dengan beberapa tools dengan graphical
user interface. Sistem Operasi yang bisa dipasang software MB-System adalah Macintosh
dan Linux. Adapun Software MB-System untuk sistem operasi Windows masih dalam tahap
pengembangan. Untuk kemudahan proses Instalasi, disarankan untuk menginstal sistem
operasi Poseidon Linux. Poseidon Linux adalah perubahan dari Ubuntu LTS (Long Term
Support) dengan tambahan beberapa perangkat lunak untuk beberapa bidang penelitian dan
pendidikan, salah satunya adalah MB-System (Ferreira, 2009). MB-System digunakan
berdampingan dengan Generic Mapping Tools (GMT). GMT adalah kumpulan proses yang
digunakan untuk memanipulasi data dan membuat peta dan gambar dengan format
Encapsulated Post Script..
Datalist tidak memiliki batasan jumlah file. File dengan berbagai format yang
berbeda juga dapat digabungkan kedalam sebuah list. Keuntungan lainnya, sebuah master
datalist dapat berhubungan dengan datalist lain didalam sebuah media penyimpanan,
sehingga dapat dihubungkan dengan berhubungan dengan banyak file atau proyek
pelayaran. Karakteristik ini mengizinkan pengguna untuk membangun sebuah topologi
yang besar dari file-file dan database. Serta dapat mengurus data dengan jumlah sangat
besar serta beberapa cara seperti filtering, extracting metadata, gridding, dan sebagainya.
13
1.4.2. Format Vendor, Format Editing, dan File yang diproses
Untuk tugas dasar seperti plotting, pengguna dapat membuat sebuah datalist yang
berisi beberapa file raw. File raw adalah file yang belum dilakukan proses terhadapnya.
Tetapi beberapa format membutuhkan konversi dari format vendor (format yang dihasilkan
oleh alat multibeam echosounder) ke format unik yang disediakan oleh MB-System.
Konversi ini dibutuhkan karena format file dari vendor tidak dapat menangani proses
editing dan penambahan metadata yang dilakukan oleh pengguna. Bagaimanapun, format
editing tidak akan berubah, karena semua proses editing/filtering yang dibuat pengguna
akan disimpan kedalam file lain yang disebut dengan file auxiliary. Kemudian ketika
pengguna masuk ke tahap pemrosesan, file ini akan digabungkan dengan file auxiliary dan
menghasilkan file hasil pemrosesan, yaitu file dengan tambahan huruf p di akhir namanya.
Ketika bekerja dengan data multibeam, kita akan memiliki dua format data, yaitu
*.all (raw data) dan .mbXX (Format data yang digunakan MB-System, kode XX tergantung
dari nomor id alat multibeam pada MB-System). Kedua format ini menggambarkan filosofi
dari MB-System itu sendiri, bahwa MB-System tidak akan merubah raw data. MB-System
akan membagi data kedalam beberapa file ancillary, jadi ketika pengguna akan melakukan
editing data, semua perubahan yang dilakukan akan disimpan kedalam file ancillary. File
ini kemudian akan digabungkan dengan file editing.
File ancillary adalah bagian dari informasi yang tercantum dalam file semula / file
original, akan tetapi ukuran filenya lebih kecil, sehingga lebih cepat untuk dibaca. Hal ini
akan mempercepat banyak proses yang dilakukan. Contohnya membaca rekaman data
sonar untuk melakukan editing atau gridding pada pemrosesan data batimetri. Keuntungan
lainnya, jika pengguna tidak menggunakan data yang dihasilkan (seperti data cleaning,
koreksi navigasi, filtering yang telah diterapkan, dan sebagainya), pengguna tinggal
menghapus file ancillary tersebut dan pengguna tinggal kembali ke raw data dan siap
memproses lagi.
14
Dibawah ini adalah daftar file auxiliary pada MB-System beserta fungsi dan penjelasannya
(Dikutip dari MB-Systems Cookbook, Scmidt, dkk, 2004):
File ini berisi metadata tentang data multibeam, seperti informasi geografis, batas waktu
dan kedalaman, informasi lajur kapal, dan jumlah beam yang ditandai atau zero beams.
File ini dibuat secara otomatis oleh mbkongsbergpreprocess dan mbprocess,atau oleh
mbinfo lewat mbdatalist.
File ini memuat 71 format file batimetri yang bertujuan untuk mempercepat akses ke
swath bathymetry dan data amplitude dibandingkan format awalnya.
Isi dari file jenis ini adalah daftar file navigasi dengan format ASCII yang bertujuan
untuk mempercepat akses ke swath navigation pada data dengan format aslinya. File ini
dibuat untuk semua format swath data, kecuali singlebeam, navigasi, dan XYZ.
File ini adalah jenis file yang penting dalam MB System, karena semua pengaturan dan
parameter terdapat dalam file ini. Dengan berbagai parameter yang ada, jenis file ini
akan memproses file raw swath data menjadi file swath data yang telah diproses. File ini
terbentuk atau diperbarui dari semua opsi editing data dan analysis tools, seperti mbedit,
mbnavedit, mbeditviz, mbvelocitytool, mbclean, mbbackangle, dan mbnavadjust.
Perubahan ini juga dapat diubah secara langsung lewat mbset atau text editor.
File ini berisi proses editing data batimetri yang dihasilkan oleh mbedit, mbeditviz,
dan/atau mbclean. Hasilnya disimpan dalam format binary.
File ini berisi hasil editing data navigasi yang dihasilkan mbnavedit.
15
7. *.na0, *.na1, *.na2, dan seterusnya: readjusted navigation
File ini berisi data navigasi yang telah dibetulkan oleh mbnavadjust. File ini biasanya
menggantikan jenis file berekstensi *.nve yang dihasilkan mbnavedit. File *.na# dengan
nomor yang lebih kecil akan digantikan oleh nomor yang lebih besar. Contohnya, file
*.na2 akan menggantikan *.na1
File ini berisi seluruh data orientasi (attitude) kapal yang direkam oleh sensor gerak dan
disimpan didalam file multibeam. Sementara file fast navigation berisi hanya orientasi
yang identik dengan semua ping, pada file ini berisi orientasi yang lebih lengkap dan
tidak serempak (asynchronous) dari data batimetri. Jumlah data yang diatur oleh angka
tertentu dimana sensor gerak mengirimkan data orientasi ke software akuisisi.
Jenis file ini sama dengan *.ata, tetapi untuk data heading.
Jenis file ini sama dengan *.ata, tetapi untuk data heave.
File ini berisi data orientasi yang direkam oleh sensor gerak dan diasosiasikan dengan
setiap ping, jadi disini orientasi menjadi tidak lengkap tetapi serempak dengan data
batimetri. Jumlah data jenis file ini berhubungan dengan jumlah ping didalam data
multibeam.
Mulai tahun 2011, MB-System menerapkan sistem file lock yang mengizinkan beberapa
pengguna bekerja dalam folder yang sama. Dengan sistem ini, pengguna yang membuka
sebuah (atau beberapa) file untuk melakukan proses editing akan secara otomatis
mengunci file tersebut untuk menghindari pengguna lain mengubah file yang sama pada
waktu yang sama. File ini dapat dinonaktifkan menggunakan mbdefaults.
16
II. Pengolahan data Multibeam Echosounder
MB-System terdiri dari program-program yang memiliki fungsi masing-masing. Dalam
pengolahan data multibeam echosounder, akan digunakan beberapa program sesuai dengan
tahapan yang dilakukan. Penjelasan lengkap dari masing-masing program dapat dilihat pada
situs http://www.mbari.org/data/mbsystem/html/mbsystem_man_list.html atau dengan mengetik
man (nama program yang ingin diketahui), misalnya man mbvelocitytools.
Untuk menggunakan program dalam MB-System cukup dengan mengetikkan suatu command,
contohnya:
mbdatalist [-C -Fformat -Ifilename -N -O -P -Q -R -S -U -Y -Z -V -H
Nama program diikuti dengan beberapa tools yang mengikutinya. Beberapa tools akan
diikuti dengan nama file atau jenis format, misalnya I Bahuga_lajur 1. Ada juga
yang diikuti dengan suatu besaran yang diinginkan seperti A 0.25. Beberapa tools lain
akan disertai dengan pilihan, misalnya C1 akan menghasilkan pilihan 1, C2 akan menghasilkan
pilihan 2. Tetapi ada tools yang cukup dituliskan begitu saja, seperti -V. Tidak semua tools
yang disediakan program harus digunakan. Dalam tutorial ini, hanya akan dijelaskan beberapa
tools yang memang digunakan. Untuk melihat penjelasan seluruh tools ini, bisa dilihat di
manual dari program tersebut.
17
Adapun tahapan untuk mengolah data MBES menggunakan MB-System dapat dilihat pada
diagram alir berikut:
Mulai
Data dengan
ekstensi .mb94
File datalist
B A C
18
B A C
Nilai rollbias
Data hasil
pemrosesan
Gridding data
File .grd
Plot data 2D
Visualisasi 2D
Selesai
19
2.1. Persiapan data
Data yang digunakan pada tutorial ini adalah data Multibeam pada pengukuran investigasi
tenggelamnya kapal Bahuga di Selat Sunda, terdiri dari 9 lajur. Data diambil oleh survey yang
dilakukan oleh kapal Baruna Jaya IV milik Balai Teknologi Survei Kelautan BPPT.
Dari gambar diatas, dapat dilihat bahwa data yang akan diolah dihasilkan dari alat
ELAC/SeaBeam dengan detail atribut tercantum dibawahnya. ID MBIO dari format tersebut
adalah 94
Kemudian kita bisa melihat informasi lain dari file multibeam ini, caranya dengan
menggunakan program mbinfo.
Syntax: mbinfo -I (nama file)
mbinfo -I INVEST01BT_001.xse
20
Gambar 2.2. Informasi dari data multibeam
Dengan menggunakan mbinfo, banyak informasi yang bisa didapat. Mulai dari detail
data batimetri, waktu akuisisi data, panjang lajur, kecepatan kapal rerata, serta batasan area yang
disurvei.
21
2.1.2. Konversi Format data
Setelah kita mengetahui id dari file yang akan diolah, file harus dikonversi dari format
vendor yang merupakan bawaan alat multibeam kedalam format dalam MB-System, yaitu
*.mb94. MB-System dapat melakukan pengolahan swath sonar data dari berbagai jenis
alat. Untuk melihat format ID untuk setiap alat, gunakan mbformat.
- Opsi f digunakan untuk mendefinisikan format data, dalam hal ini format data yang
digunakan adalah format 88
- Opsi i digunakan untuk mendefinisikan masukan data, command yang mengikuti
opsi i adalah nama file yang akan di masukkan kedalam proses.
Ulangi command diatas pada semua file, sampai semuanya dikonversi kedalam format
*.mb94
Data MBES terdiri dari beberapa lajur dan setiap lajur terdiri dari file yang
berbeda. Oleh karena itu perlu dibuat sebuah datalist untuk mempermudah pemrosesan
data MBES. Untuk membuat datalist, digunakan command berikut:
- *.fnv: File ini digunakan untuk mempercepat operasi yang biasa dilakukan seperti
plotting dan gridding.
Mbdatalist O V -Z
- Opsi O digunakan untuk memecah file menjadi 4 file ancillary yang diinginkan
- Opsi Z digunakan untuk memunculkan file proses datalist, sehingga data dapat
diproses.
23
2.2. Plotting awal
24
Gambar 2.4. Hasil plotting lajur kapal
Pada kondisi ideal, sound velocity profile (SVP) harus diambil dan diterapkan
pada awal survey. Tetapi kenyataannya, setiap kali didapatkan beam terluar dari
multibeam yang terlihat melengkung keatas (efek smile) dan kebawah (efek frown),
berarti harus diambil SVP yang baru. Pada sebuah survey pelayaran, dapat diambil
besaran SVP yang baru beberapa jam atau beberapa hari kemudian.
Nilai SVP diambil dari hasil pengukuran CTD. File SVP biasanya
memiliki ekstensi *.sva yang berupa file ASCII sederhana dan memiliki dua
kolom: kedalaman dan kecepatan suara. Tetapi jika file SVP tidak cukup atau
tidak tersedia, MB-System menyediakan program mbvelocitytool untuk
mengekstrak dan mengoreksi SVP dari sebuah file multibeam.
25
(Gambar XX. file SVP)
2.2.2. Mbvelocitytool
Seperti dijelaskan diatas, salah satu proses yang penting dalam pengolahan data
MBES adalah koreksi sound velocity profile. Salah satu keunggulan MB-System
adalah mampu menggambarkan profil kecepatan suara dan menampilkan efek dari
perubahan profil kecepatan suara. Program yang digunakan adalah
mbvelocitytool. Program ini berupa program interaktif yang didalamnya terdiri
dari tiga buah display, yaitu profil kecepatan suara, beam residual, dan raypaths
(gambar). Display profil kecepatan suara dapat dirubah secara fleksibel sesuai
dengan keinginan pengguna, sampai didapat beam residual paling kecil. Pada
display raypaths kita dapat melihat efek dari perubahan profil kecepatan suara
pada ping multibeam. Jika residual telah mendekati 0, maka raypaths akan
menggambarkan kondisi topografi dasar laut yang sebenarnya. Tetapi jika profil
kecepatan suara terlalu besar, atau terlalu kecil, maka secara berturut-turut akan
terbentuk efek smile dan frown
Command: mbvelocitytool
26
Gambar 2.5. Tampilan interaktif dari mbvelocitytool
Untuk tampilan profil kecepatan suara dan beam residual dapat kita atur sesuai
dengan keinginan. Caranya dengan memilih tombol Plot Scaling, maka akan muncul kotak
dialog seperti pada Gambar XX. Scale bar dapat disesuaikan dengan keinginan pengguna.
27
Berikut ini adalah ilustrasi dari efek smile yang terjadi karena kecepatan suara
yang didefinisikan terlalu tinggi:
Berikut adalah ilustrasi dari efek frawn yang terjadi karena kecepatan suara yang
didefinisikan terlalu rendah:
28
Profil SVP yang baik akan menghasilkan nilai SVP yang relative datar, sehingga
menampilkan topografi dasar laut yang mendekati kondisi sebenarnya. Untuk
menghasilkan SVP yang baik, maka pengguna harus merubah profil kecepatan
suara supaya nilai residualnya mendekati 0. Dengan menggunakan mouse, profil
kecepatan suara dapat digeser sesuai keinginan. Setelah selesai, pilih tombol
Reprocess. Kemudian simpan profil SVP dengan cara:
File Save Swath profile
29
3. SSVMODE boolean, parameter ini mengatur mode untuk memasukkan parameter
SSV, ada 3 mode yang dapat di gunakan, mode 0 adalah masukan nilai SSV dari
file, mode 1 adalah mode bahwa SSV diatur dari offset yang di masukkan
menggunakan sebuah file, dan mode 2 adalah menggunakan nilai konstan SSV.
4. SSV constant/offset, parameter ini digunakan untuk memasukkan nilai offset atau
konstan sesuai dengan mode yang di atur dalam SSVMODE boolean
Saat mengolah data multibeam pada laut dalam (>2000m), mungkin pengaruh
pasang surut laut tidak terlalu terlihat. Namun ketika survey dilakukan pada laut dangkal,
pasang surut laut memiliki pengaruh yang besar. Proses pengukuran kedalaman dapat
terpengaruh oleh pasang surut sehingga mengakibatkan hasil pengukuran menjadi lebih
dangkal atau lebih daripada kondisi sesungguhnya. Tergantung dari siklus pasang surut
yang terjadi pada saat pengukuran.
Untuk melakukan koreksi pasang surut, dibutuhkan data pasang surut. Data
pasang surut bisa didapatkan dengan melakukan pengukuran langsung atau dengan
mengunduh data pasang surut global. Jika data pengukuran langsung tidak tersedia,
MB-System menyediakan program untuk mengunduh data pasang surut global yaitu
program mbotps.
30
Mbotps adalah alat untuk memprediksi pasang surut menggunakan paket OTPS
(OSU Tidal Prediction Software) yang diunduh pada situs:
http://www.coas.oregonstate.edu/research/po/research/tide/. Mbotps penyediakan
command line yang membuat pengguna MB-System dengan mudah memperoleh
model pasang surut pada waktu dan lokasi tertentu. Program mbotps akan
menghasilkan file tide_model.txt
Command dari mbotps:
mbotps [-Atideformat -Byear/month/day/hour/minute/second
-Dinterval -Eyear/month/day/hour/minute/second
-Fformat -Idatalist.mb-1
-M -Ooutput -Potps_location
-Rlon/lat -Tmodel -V]
1. Tide mode, merupakan mode pilihan untuk melakukan koreksi ada 2 mode
dalam parameter ini yaitu mode 0 untuk mode off, dan mode 1 untuk mode on
atau mode untuk melakukan koreksi.
2. Tide file, merupakan parameter untuk memberikan nama file nilai koreksi
pasang surut yang telah di buat.
3. Tide format, merupakan parameter untuk menentukan format file yang dipakai
pada file koreksi pasang surut, ada 4 format yang tersedia yaitu :
Time_d diatur dalam bentuk desimal second dari 1-1-1970 dan daymin diatur
dalam decimal minutes berawal pada awal hari.
32
2.4.1 Editing data dengan Editor 2D
Didalam menu View, kita dapat memilih tampilan yang berbeda, sesuai dengan
keinginan pengguna. Secara default, tampilan awalnya adalah Waterfall view. Adapun
opsi lain yang bisa dipilih adalah Acrosstrack View dan Alongtrack View.
spike
34
Gambar 2.16. Acrosstrack View
Program mbedit juga dapat digunakan untuk melihat detil lain dari data multibeam, seperti time
stamp, kesalahan roll, pitch, dan heave. Opsi untuk menampilkan informasi tersebut ada didalam
menu View. Kesalahan Roll dan Pitch ditampilkan dalam satuan derajat, sementara Heave dalam
satuan meter.
35
Gambar 2.17. Time Stamp
Pada menu Control, terdapat beberapa pengaturan yang berguna. Submenu go to specified time
berfungsi untuk menampilkan ping pada waktu tertentu. Submenu Annotation berfungsi untuk
mengatur interval grid pada sumbu X dan Y. Submenu Filters memiliki fungsi yang sama dengan
program mbclean, yaitu melakukan filtering spike menggunakan beberapa parameter yang
dapat diatur.
36
Gambar 2.21. Submenu Filters
Pada tahap editing data batimetri, biasanya digunakan menu mbedit untuk
menghapus spike atau data yang salah secara manual. Ternyata MB-System
menyediakan menu untuk melakukan filtering spike atau data yang salah secara
otomatis dengan mbclean. Mbclean menyediakan beberapa algoritma untuk
menyeleksi data yang dianggap sebagai spike. Pada sekali pengolahan, dapat
digunakan beberapa algoritma yang dikombinasikan. . Pendekatan yang paling sering
digunakan untuk mengidentifikasi spike adalah dengan berdasarkan kemiringan data
bathimetri yang ekstrim. Spike dimana kemiringan yang ekstrim terjadi sebelum dan
setelah sebuah beam akan ditandai atau dihapus.
Program mbclean:
mbclean [-Amax -Blow/high -Cslope/units
-Dmin/max -Fformat
-Gfraction_low/fraction_high
-Iinfile -Krange_min -Llonflip
-Mmode -Ooutfile -Pmin_speed/max_speed -Qbackup
-Rmaxheadingrate -Sslope/mode/units
-Ttolerance -Unmin -Wwest/east/south/north -Xbeamsleft/beamsright
-Ydistanceleft/distanceright -Z -V -H]
37
Urutan dimana algoritma flagging diterapkan adalah sebagai berikut:
1. Penandaan beam tertentu dari yang paling luar
(Opsi -X)
2. Penandaan beam terluar dari jarak across track
(Opsi-Y)
3. Penandaan ping uang memiliki perubahan heading yang ekstrim.
(Opsi -B)
4. Penandaan sounding diluar rentang kedalaman yang diterima, berdasarkan
pembagian (fractions) dari local median depth.
(Opsi -G)
5. Penandaan sounding diluar rentang kedalaman yang diterima, berdasarkan
deviasi dari local median depth.
(Opsi -A)
6. Penandaan sounding yang diasosiasikan dengan spike.
(Opsi -S)
7. Penandaan sounding yang diasosiasikan dengan kemiringan yang berlebih.
(Opsi -C atau default)
8. Zap rails
(Opsi -C)
9. Penandaan semua sounding didalam ping yang memiliki terlalu sedikit sounding
yang bagus.
(Opsi -U)
Hasil dari program mbclean adalah file dengan ekstensi *.esf. Hasil
proses editing ini harus diterapkan menggunakan program mbprocess.
38
Gambar 2.22. Kondisi sebelum mbclean digunakan
39
2. Opsi B low/high
Opsi ini menentukan rentang nilai kedalaman yang dapat diterima. Jika ada
nilai kedalaman yang kurang dari low atau lebih dari high, maka akan ditandai.
3. Opsi C slope/unit
Nilai slope adalah maksimum slope (kemiringan) yang diterima. Beam yang
diasosiasikan dengan slope berlebih akan ditandai atau dihapus tergantung dari
mode yang digunakan pada opsi -M. Metode ini akan digunakan apabila tidak
ada algoritma lain yang digunakan. Pilihan unit akan memilih secara spesifik
unit yang akan digunakan, 0 (default) menunjukkan slope dalam tangen, 1 slope
dalam radian, dan 2 slope dalam derajat.
40
4. Opsi S slope/mode/unit
Nilai slope adalah batas maksimal spike slope yang dapat diterima. Jika slope
dari beam sebelumnya dan slope dari beam selanjutnya juga melebihi nilai
yang telah ditentukan, maka akan ditandai atau dihapus tergantung dari opsi -M
yang diterapkan. Slope Acrosstrack ditentukan dari beam yang terletak sebelum
dan setelah sebuah beam pada ping yang sama. Slope Alongtrack ditentukan
dari beam yang sama pada ping sebelum dan setelahnya. Alongtrack lebih
sensitif terhadap nilai minimum pada opsi -D, yang dibutuhkan untuk
menentukan nilai yang sangat kecil pada deteksi slope alongtrack.
41
5. Opsi X Zap Beams
Jika opsi ini digunakan, maka beam terluar akan ditandai sebagai beam yang
salah sebanyak nilai yang dimasukkan oleh pengguna. Opsi ini berguna jika
beam terluar diketahui tidak akurat.
42
Pada tampilan awal akan terlihat beberapa kolom pada daftar file swath. Kolom
pertama (paling kiri) dapat bertuliskan <locked>, <loaded>, atau kosong. Jika file
sedang diproses oleh program lain, maka akan muncul tulisan <locked>. Jika file telah
dimuat untuk proses gridding dan editing pada program ini, akan muncul tulisan
<loaded>. Kolom yang kedua akan kosong atau bertuliskan <esf> apabila file telah
mengalami proses editing sebelumnya. Kolom ketiga berisi nama file yang dimuat serta
apakah data time series asynchronous heading (H), sonar depth (S), dan attitude
(A) telah dimuat juga atau tidak. Kolom berikutnya berturut-turut berisi nama file dan
id format MBIO.
43
Gambar 2.29. Kotak dialog Grid Parameters
Pada tampilan MBeditviz Survey Viewer, akan terlihat gambaran awal dari peta
batimetri. Pada kolom sebelah kiri tersedia beberapa menu, yaitu View untuk mengatur
beberapa pilihan tampilan, Controls untuk mengatur beberapa parameter yang
digunakan, Mouse untuk mengatur penggunaan mouse untuk editing data, Action
untuk mengatur beberapa tindakan, serta Dismiss untuk keluar dari Viewer. Secara
default, tampilan awal memiliki jenis pewarnaan Haxby Colortable, shading berdasarkan
kemiringan topografi, serta menampilkan lajur navigasi.
Pada submenu View, pengguna dapat mengatur banyak hal dalam menampilkan data
batimetri. Contohnya seperti menampilkan kontur data, serta mengganti jenis pewarnaan.
44
Gambar 2.31. Menampilkan kontur
Untuk menampilkan data 3D Soundings, pilih mode Pick Area pada submenu
Mouse. Maka tombol kiri mouse berfungsi untuk memilih area berupa kotak. Tombol
tengah mouse akan berfungsi untuk memilih area secara bebas. Gunakanlah tombol
tersebut untuk memilih area yang ingin ditambilkan. Setiap kalo area yang dipilih
berganti, mbeditviz akan menampilkan point cloud sounding sesuai dengan area
45
tersebut. Tampilan 3D Soundings dapat diatur sesuai keinginan pengguna. Gunakan
tombol tengah atau kanan mouse untuk merotasi atau memperbesar tampilan. Pengguna
juga dapat melakukan editing point cloud dengan menggunakan tombol kiri pada mouse.
Kemudian lakukan proses editing sama seperti pada mbedit. Point cloud berwarna
merah menampilkan beam yang telah ditandai. Besaran roll dan pitch bias dapat diatur
dengan memanfaatkan scale bar rollbias, perubahan yang terjadi akan langsung
ditampilkan oleh mbeditviz.
46
2.4. 4. Editing data navigasi
Sistem MBES mendapatkan informasi posisi horizontal dari sistem navigasi yang
terpisah. Biasanya informasi ini berasal dari kombinasi GPS dengan Inertial Navigation
System. Semua sistem navigasi mudah sekali untuk memiliki berbagai jenis kesalahan.
Data multibeam dianggap bagus apabila memiliki data navigasi yang baik juga. Oleh
karena itu, dibutuhkan koreksi pada data navigasi, seperti untuk menghilangkan spike
pada data. Untuk menaksir kualitas data navigasi dan meminimalisir efek negatifnya, MB-
System menyediakan program editing data navigasi secara interaktif, yaitu mbnavdit.
Mbnavedit adalah program interaktif yang dapat memuat data multibeam, mengekstrak
informasi navigasi, plotting data navigasi, dan menyediakan alat untuk melakukan proses
editing data navigasi. Ketika data multibeam dimuat, mbnavedit secara otomatis
melakukan plotting data lintang, bujur, kecepatan, heading, kedalaman sonar dan
menggambarkan perubahan waktu terhadap nilai navigasi. Dengan hasil plotting ini,
pengguna dapat mengidentifikasi dan memperbaiki data yang jelek, hilangnya referensi
heading, bahkan hilangnya informasi navigasi secara bersamaan.
Terdapat tiga jenis perubahan yang dapat dilakukan pada data navigasi:
a. Editing: Pada kondisi yang bermasalah, data navigasi dapat terus diedit. Data yang jelas-
jelas salah dipilih, kemudian digantikan dengan cara interpolasi. Sebab sistem navigasi
pada sistem sonar modern menghasilkan data navigasi yang sangat bagus. Caranya
adalah dengan memilih data yang salah (spike atau outlier), kemudian pilih tombol
Interpolate. Setelah itu lakukan interpolasi lagi sampai didapatkan hasil yang
diinginkan.
b. Modeling: Jika nilai posisi sama sekali tidak dapat digunakan tetapi data kecepatan dan
heading yang bagus tersedia, maka dapat dilakukan modelling dead reckoning
navigation. Fungsi dead reckoning navigation dapat menghasilkan pendekatan navigasi
yang cukup layak. Kadang kala cara ini dibutuhkan navigasi sonar deep-towed. Jika
nilai navigasi memiliki nouuse yang sangat banyak tetapi navigasi yang baik, dapat
dilakukan modelling smooth inversion navigation. Fungsi ini menghasilkan navigasi
yang layak dan konsisten dengan nilai aslinya.
47
c. Adjustment. Jika data navigasi cukup baik tetapi objeknya tidak sesuai dengan data
batimetri dan sidescan yang bertampalan, maka perlu dilakukan adjustment sampai
objek-objek (features) didalamnya sesuai. Untuk melakukan proses ini, digunakan
program mbnavadjust.
spike
48
Gambar 2.37. Plot data heading dan sonar depth
49
2.4.5. Koreksi kesalahan roll
MB-System menyediakan program untuk menghitung kesalahan roll pada data
multibeam, mbrollbias. Prinsip yang digunakan mirip dengan proses kalibrasi data
multibeam, yaitu dengan membandingkan dua lajur yang bersebelahan tetapi berbeda arah.
Program ini mengambil dua file masukan dan menghitung bidang datar terbaik pada
masing-masing data set. Nilai roll bias dihitung dengan memecahkan faktor roll bias yang
menjelaskan perbedaan slope yang diukur dari kedua swath. Area yang dihitung dibagi
kedalam sejumlah area berbentuk kotak, kemudian perhitungan dilakukan pada masing-
masing area berisi data yang cukup dari kedua swath. Data yang terdapat didalam kedua
file harus diproses dulu untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahan yang mengganggu
perhitungan roll bias. Ini berarti data harus dibersihkan dengan mbedit terlebih dahulu,
untuk menghapus beberapa noise yang mengganggu. Nilai rollbias positif berarti referensi
vertikal yang digunakan bias terhadap starboard, memberikan naiknya dasar laut pada sisi
port (terlihat dangkal) dan turunnya dasar laut pada sisi starboard (terlihat dalam).
Hasil koreksi perhitungan rollbias harus dimasukkan pada file parameter. Proses
koreksi harus dilakukan dengan iterasi. Maksudnya hasil dari koreksi kesalahan roll akan
menghasilkan kesalahan roll yang lebih kecil dari sebelumnya. Koreksi harus diulangi lagi
sampai dihasilkan hasil sesuai keinginan. Contohnya pada file TGBL 002 dan TGBL 003,
nilai rollbias awalnya adalah 0.424506 derajat. Pada file par, nilai yang dimasukkan adalah
-0.424506. Setelah diproses, nilai rollbias mengecil menjadi 0.0188876.
Command mbrollbias:
mbrollbias -Fformat1/format2 -Llonflip -Ifile1 -Jfile2 -
Rwest/east/south/north [-Dxdim/ydim -H -V]
Keterangan:
- Opsi F mengatur format id data sesuai aturan MBIO. Secara default, program mbprocesss
mengasosiasikan dengan file masukan.
- Opsi H (help) akan menyebabkan program mengeluarkan deskripsi dari operasi yang dilakukan
dan segera keluar.
- Opsi I diikuti oleh nama file yang akan diproses.
- Opsi O diikuti oleh nama file keluaran yang diinginkan. Jika nama file tidak ditentukan, program
akan menentukannya secara otomatis.
- Opsi T akan menyebabkan mbprocess melakukan test mode. Artinya program akan melaporkan
diproses atau tidaknya data, tetapi tidak benar-benar memproses data atau menghasilkan file
keluaran apapun.
- Opsi S akan membuat mbprocess menampilkan status dari masing-masing file, apakah up to date,
out of date, locked, atau unlocked.
51
III. Penyajian Hasil
Jika data multibeam telah diolah, langkah terakhir adalah mengatur visualisasinya
dengan membuat sebuah peta. MB-System menyediakan beberapa program untuk mengatur
visualisasi dengan memanfaatkan paket GMT (Generic Mapping Tools). Langkah pertama
dalam membuat peta adalah dengan melakukan gridding dari file multibeam. Dalam MB-
System, program untuk melakukan gridding adalah mbgrid. Setelah itu baru dilakukan
pengaturan visualisasi data multibeam. Banyak format keluaran yang didukung didalam MB-
System dan GMT, seperti GeoTIFF, ArcView, maupun dalam format postscript file. Data
multibeam juga dapat diekstrak menjadi kumpulan koordinat titik kedalaman.
Adapun berdasarkan hasil visualisasi, command yang tepat digunakan pada data batimetri
ini adalah:
mbgrid -I datalist_p1.mb-1 A2 C3/2 D 25/25 -E 50/50/m -F1 -G1 -JU -N
-O gridding1.grd
Penjelasan:
-Opsi A (datatype)
Opsi ini menentukan jenis data yang akan dibaca dan dibuatkan grid.
52
Jika datatype = 1, Data batimetri akan dibuatkan grid (positif kebawah).
Datatype = 2, Data batimetri akan dibuatkan grid seperti topografi (positif keatas).
- Opsi C (clip[/mode])
Mengontrol penggunaan interpolasi spline untuk mengisi grid cell yang tidak terisi oleh
swath data. Nilai clip akan menentukan jarak dari swath data (dalam grid cell) dimana
interpolasi spline dilakukan. Jika clip=0, maka tidak ada interpolasi yang dilakukan.
Jika mode = 1 (default), interpolasi akan mengisi gap pada data sampai dua kali ukuran clip
grid cell.
Jika mode = 2, interpolasi spline akan mengisi semua sel yang tidak terdefinisi dengan
sebuah jarak clip cell dari data.
Jika mode = 3 atau besaran clip diatur lebih besar dari kedua dimnsi grid yang dihasilkan,
maka semua grid cell yang tidak diatur oleh swath data akan diisi oleh interpolasi.
- Opsi D (xdim/ydim)
Mengatur ukuran dari grid yang dihasilkan. Opsi ini akan digantikan jika pengguna
mengatur jarak antar grid dengan opsi E. Default: xdim = ydim = 101.
- Opsi E (dx/dy/units[!])
Menentukan jarak antar antar grid dalam dx untuk bujur dan dy untuk lintang. Jika units
tidak ditentukan, maka dx dan dy akan diasumsikan dalam satuan meter. Nilai yang valid
untuk units adalah km, meters, dan degrees. Secara default, jarak antar grid dihitung
dari batas grid dan ukuran grid. Ketika pengguna menggunakan opsi E untuk mengatur
jarak antar sel, ukuran grid akan dihitung menggunakan batas grid dan jarak antar grid cell.
- Opsi R (west/east/south/north)
Opsi ini menentukan batas lintang dan bujur dari grid keluaran yang diinginkan. Jika nilai
ini tidak ditentukan maka secara otomatis batas grid adalah area yang menunjukkan seluruh
53
data dari file masukan.
- Opsi F (mode)
- Opsi G (gridkind)
Opsi ini menentukan format dari file grid yang dihasilkan. Secara default, mbgrid akan
menghasilkan sebuah grid GMT netCDF 4-byte. Pengguna dapat menentukan format grid
spesifik menggunakan nomor identifikasi atau menggunakan syntax GMT grid format, yang
dapat mengatur skala dan offset dari data.
Menentukan nama file atau file yang mengandung list file swath sonar data yang ingin
diolah serta formatnya. Didalam file datalist, setiap file data harus diikuti oleh kode format
data. Misalnya:
Datafile1 94
Datafile2 88
Secara default, mbgrid menghasilkan grid dalam koordinat geografis. Ini berarti posisi
didefinisikan dalam lintang dan bujur, serta menggunakan sistem koordinat geografis
WGS84. Opsi J dapat digunakan untuk menentukan sistem proyeksi lain, projected
coordinate system (PCS). Ketika PCS digunakan, posisi akan didefinisikan dalam easting
dan northing (dalam meter) relative dari titik asal masing-masing PCS. Sistem proyeksi
UTM adalah yang paling umum digunakan dalam komunitas oseanografi, tetapi mbgrid
mampu mendukung banyak sistem proyeksi koordinat lain.
Argumen proyeksi untuk opsi J dapat berupa kode PCS dari daftar yang ditentukan oleh
MB-System atau cukup JU untuk spesifik menggunakan UTM dimanapun zonanya,
tergantung dari batas grid yang ditentukan.
- Opsi N
Opsi ini dapat menyebabkan sel grid yang tidak berisi data dan tidak diinterpolasi diatur
menjadi sebuah nilai NaN (not a number) daripada nilai default, 99999.9.
- Opsi O (root)
55
Berikut ini akan ditampilkan beberapa perbedaan dari penggunaan opsi yang berbeda:
56
Gambar 3.4. Penggunaan grid spacing 5/5
57
Gambar 3.7. Penggunaan A2, xdim=ydim=25, grid spacing 5/5 dan C3/2
58
-D[flipcolor/flipshade]
-Gcolor_mode -H
-Kintensity_file
-Oroot -Ppagesize
-S[color/shade] -T
-Uorientation -V
-W[color_style[/palette[ncolors]] | cptfile] ]
Additional Options:
[-Btickinfo
-Fcontour_file
-Jprojection[/scale | width]
-Ltitle[:scale_label] -Mmisc
-Q -Rw/e/s/n -X -Y
-Zmin/max[/mode] ]
Miscellaneous Options:
[-MGDgmtdef/value -MGFscale_loc
-MGL[f][x]lon0/lat0/slat/length[units][+llabel]
-MGQdpi -MGSscalefactor
-MGTx/y/size/angle/font/just/text
-MGU[/dx/dy/][label]
-MCAanot_int/[ffont_size][aangle][/r/g/b][o]]
-MCGgap/width -MCQcut
-MCT[+|-][gap/length][:LH] -MCWtype[pen]
-MNA[nhgt[/P] | P]
-MNFformat -MNIswathdata
-MNN[ttick/tannot/dannot/tlen[/nhgt] | F | FP]
-MNP[pingnumber_tick/pingnumber_annot/pingnumber_tick_len]
-MTCfill -MTDresolution
-MTGfill -MTIriver[/pen]
-MTNborder[/pen] -MTSfill
-MTWpen
-MXGfill -MXIxy_file
-MXM
-MXSsymbol/size -MXWpen]
Penjelasan:
- Opsi A (Magnitude [/azimuth/elevation])
Digunakan untuk menentukan parameter yang mengontrol pencahayaan dari data grid
sehingga terbentuk bayangan relief. Nilai magnitude diisi dengan perbesaran vertikal yang
mengatur intensitas bayangan. Umumnya nilai magnitude berada pada rentang 0.1 sampai
10. Nilai azimuth diisi dengan besar azimuth dalam derajat dari arah utara dimana arah
pencahayaan datang. Nilai elevation adalah ketinggian sumber pencahayaan dalam derajat
59
dari garis horizontal.
Default: magnitude = 0.2; azimuth = 0.0; elevation = 30.0
- Opsi C (contour_control)
Jika C diberikan sendiri tanpa contour control, maka akan digambarkan kontur tanpa notasi
apapun diatasnya. Interval kontur dihitung dari data yang ada. Jika contour_control
diberikan, maka kontur akan digambar dengan tiga kemungkinan:
a. Jika contour_control memiliki suffix *.cpt dan dapat dibuka sebagai sebuah file, dapat
diasumsikan bahwa file tersebut adalah color palette table. Batasan warnanya akan
diterapkan sebagai contour levels. Jika file cpt memiliki keterangan flags pada kolom
terakhir, maka kontur akan memiliki anotasi.
b. Jika contour_control berupa sebuah file tetapi bukan file cpt, maka diperkirakan tinggi
kontur berada pada kolom 1 dan C(ontour) atau A(nnotate) berada pada kolom 2.
Tinggi kontur yang memiliki keterangan C (atau c) hanya berupa garis kontur, tetapi
yang memiliki keterangan A (atau a) berarti garis kontur beserta keterangan tingginya.
Kolom ketiga dapat dipilih untuk ditampilkan dan berisi sudut/orientasi anotasi tinggi
kontur.
c. Jika tidak ada file yang dicantumkan, maka contour_control diartikan sebagai interval
kontur yang konstan.
- Opsi F (contour_file)
Digunakan untuk menampilkan nama file yang dapat menghasilkan garis kontur. Secara
default, digunakan data dari file yang akan diplot. Tetapi pada beberapa kondisi, dibutuhkan
garis kontur yang berasal dari file berbeda. Misalnya apabila ingin membuat overlay dari
backscatter mosaic dengan kontur dari data batimetri.
- Opsi I (grdfile)
Digunakan untuk menentukan nama file hasil proses gridding yang akan diplot. Data yang
dipakai harus berada pada format yang diterima oleh program GMT versi ketiga. Pilihan
lainnya, grdfile dapat berupa list dari sejumlah file grid yang akan diplot bersamaan. Hal ini
berguna apafila data dari sebuah area terbagi menjadi beberapa file grid, daripada tergabung
menjadi sebuah file grid berukuran besar.
- Opsi G (color_mode)
Mengubah warna plot kedalam beberapa jenis warna.
color_mode = 1: color/gray fil.l
60
color_mode = 2: color/gray fill dengan penambahan bayangan dari pencahayaan buatan.
color_mode = 3: color/gray fill dengan penambahan bayangan dari intensity file.
Penambahan opsi K dibutuhkan untuk menambahkan intensity file tertentu.
color_mode = 4: color/gray fill dari slope magnitude.
color_mode = 5: color/gray fill dengan bayangan dari slope magnitude.
- Opsi J (projections[/scale | /width])
Digunakan untuk memilih jenis proyeksi peta. Secara default, jenis proyeksi yang
digunakan adalah Mercator dan skala plot dipilihkan yang paling sesuai dengan ukuran
kertas yang digunakan. Pengguna dapat memilih jenis proyeksi yang berbeda, skala akan
menyesuaikan secara otomatis. Pengguna juga dapat memilih jenis proyeksi dan
menentukan skalanya sendiri. Nilai skala dapat ditentukan dalam inchi/sudut atau dalam
rasio 1:xxxxx. Lebar plot ditentukan dalam satuan inchi.
CYLINDRICAL PROJECTIONS:
-Jclon0/lat0/scale (Cassini)
-Jmscale (Mercator)
-Joalon0/lat0/azimuth/scale (Oblique Mercator - point and azimuth)
-Joblon0/lat0/lon1/lat1/scale (Oblique Mercator - two points)
-Joclon0/lat0/lonp/latp/scale (Oblique Mercator - point and pole)
-Jqlon0/scale (Equidistant Cylindrical Projection (Plate Carree))
-Jtlon0/scale (TM - Transverse Mercator)
-Juzone/scale (UTM - Universal Transverse Mercator)
-Jylon0/lats/scale (Basic Cylindrical Projection)
AZIMUTHAL PROJECTIONS:
-Jalon0/lat0/scale (Lambert).
-Jelon0/lat0/scale (Equidistant).
-Jglon0/lat0/scale (Orthographic).
-Jslon0/lat0/scale (General Stereographic)
CONIC PROJECTIONS:
-Jblon0/lat0/lat1/lat2/scale (Albers)
-Jllon0/lat0/lat1/lat2/scale (Lambert)
MISCELLANEOUS PROJECTIONS:
61
-Jhlon0/scale (Hammer)
-Jilon0/scale (Sinusoidal)
-Jklon0/scale (Eckert VI)
-Jnlon0/scale (Robinson)
-Jrlon0/scale (Winkel Tripel)
-Jwlon0/scale (Mollweide)
NON-GEOGRAPHICAL PROJECTIONS:
-Jpscale (Linear projection for polar (theta,r) coordinates)
-Jxx-scale[l|ppow][/y-scale[l|ppow]] (Linear, log, and power scaling)
- Opsi P
Digunakan untuk mendefinisikan ukuran kertas. Ada 7 level yang disediakan, yaitu A, B,
C, D, E, E, F, dan E1, berturut-turut adalah ukuran yang paling kecil sampai paling besar.
- Opsi U
Digunakan untuk mendefinisikan orienttasi kertas. Angka 1 untuk portrait dan angka 2
untuk landscape.
- Opsi MGQ200
Digunakan untuk mengatur resolusi gambar dalam dpi (dot per inch). Command yang
mengikuti opsi ini adalah besaran resolusi yang diinginkan.
- Opsi L (title: scalelabel)
Digunakan untuk menentukan judul peta dan label untuk skala warna yang digunakan.
Tanda titik dua (:) digunakan untuk memisahkan label. Tanda titik dua tidak dapat
digunakan pada judul peta sendiri. Jika opsi ini tidak digunakan maka akan diberikan judul
dan label skala warna secara default. Jika judul diberikan sendiri, label skala warna akan
diberikan secara otomatis. Untuk memberikan judul yang kosong, digunakan L .
- Opsi O
Digunakan untuk mendefinisikan nama file yang dihasulkan. Command yang mengikuti
opsi ini adalah nama file keluaran.
62
Gambar 3.8. Hasil plotting data grid.
Topografi terbalik karena digunakan opsi A1 pada mbgrid
63
3.3. Visualisasi grid secara 3D interaktif
MB-System menyediakan program yang dapat memudahkan pengguna melihat
visualisasi gridding secara 3D dan interaktif. Program tersebut adalah mbgrdviz. Selain
untuk visualisasi grid, mbgrdviz bisa dimanfaatkan untuk mengintegrasi beberapa jenis
swath data dan membuat rencana pemeruman.
Setelah grid topografi dimuat, grid dapat ditampilkan sebagai peta 2D atau model 3D.
Tampilan 2D dapat digeser dan diperbesar secara interaktif. Sedangkan tampilan 3D juga
dapat dirotasi, digeser, dan diperbesar. Dataset jenis lain seperti mosaik side scan sonar dapat
di-overlay dengan data topografi. Site data (lokasi tiap titik) juga dapat ditampilkan, diubah
secara interaktif dan disimpang. Dengan program ini, pengguna juga dapat menampilkan,
memodifikasi, dan membuat route data (kumpulan waypoint) sendiri. Pengguna dapat
memilih salah satu dari beberapa jenis pewarnaan pada data topografi. Data yang di-overlay
dapat ditampilkan dengan cara ditampalkan dengan data topografi. Kontur topografi juga
dapat ditampilkan sesuai dengan kontur interval yang ditentukan pengguna.
Untuk memulainya, pengguna tinggal mengetik mbgrdviz pada command line. Setelah
kotak dialog muncul, pilih File Open Primary Grid, pilihlah grid yang diinginkan. Setelah
itu akan muncul kotak dialog mbgrdviz viewer.
64
Gambar 3.11. Mbgrdviz Viewer
Mbgrdviz ditampilkan dengan cara yang mirip seperti mbeditviz. Untuk merotasi tampilannya,
terlebih dulu pilih View 3D Model, dan pilih Rotate Model.
Pengguna juga dapat menampilkan data navigasi untuk melihat lajur pemeruman. Pembuatan
rute pemeruman baru juga bisa dilakukan di program ini.
65
Gambar 3.13. Perencanaan lajur pemeruman
66
- Opsi O digunakan untuk mendefinisikan jenis keluaran yang diinginkan.
- Tanda > digunakan untuk memberikan perintah pembuatan file keluaran yang diminta.
IV. Penutup
Masih terdapat banyak hal yang bisa diperdalam dari software MB-System. Misalnya
pengolahan jenis data swath sonar lain selain data batimetri, misalnya data side scan sonar.
Software ini juga bisa mendukung banyak penelitian di dunia hidrografi. Harapannya tentu di
Indonesia semakin banyak yang bisa memanfaatkan software ini, baik untuk kepentingan
pendidikan, penelitian, maupun industri. Meskipun membutuhkan effort yang lebih untuk
mendalaminya. Untuk Visualisasi sendiri, pengguna juga masih dapat mengeksplorasi segala tools
yang disediakan oleh GMT. Karena GMT menyediakan banyak tools yang dapat membantu
pengguna untuk menghasilkan peta yang baik.
67
Daftar Pustaka
68