Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkat
kehendak dan ridhonya penulis sebagai praktikan dari praktikum geolistrik program studi
Geofisika dapat menyelesaikan laporan ini . Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima
kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu jalannya penulisan laporan, khususnya
dosen mata kuliah ini dan asisten praktikum.
Penulis juga berbesar hati jika para pembaca dan penyimak memberi kritik dan
saran pada laporan ini. Sehingga jika suatu saat penulis berkesempatan lagi menulis sebuah
laporan, penulis dapat memperbaikinya. Penulis berharap semoga laporan ini dapat
digunakan sebagai acuan untuk penelitian yang lebih lanjut. Akhir kata, apabila terdapat
kesalahan penulisan dan tata bahasa, penulis mohon maaf.

Malang, 10 Desember 2013

Penulis
i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . i
DAFTAR ISI .... ii
DAFTAR GAMBAR .. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang ... 1

1.2

Tujuan .... 1

1.3

Manfaat .. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3-7


BAB III METODOLOGI
3.1

Waktu dan Tempat Pelaksanaan ..... 8

3.2

Peralatan ..... 8

3.3

Proses Akuisisi ... 10

3.3.1

Konfigurasi Dipole-dipole . 10

3.3.2

Konfigurasi Wenner .. 11

3.4

Langkah-Langkah Pengolahan .. 11

3.4.1

Konfigurasi Dipole-dipole . 11

3.3.2

Konfigurasi Wenner .. 14

3.4.3

Konfigurasi Schlumberger . 15

BAB IV PEMBAHASAN
4.1

Konfigurasi Dipole-dipole . 19

4.2

Konfigurasi Wenner .. 21

4.3

Konfigurasi Schlumberger . 22

BAB V PENUTUP
5.1

Kesimpulan 24

5.2

Saran .. 24

DAFTAR PUSTAKA ... 25

ii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Penjalaran arus di dalam bumi .. 4


Gambar 2.2 Penjalaran arus di permukaan bumi ............. 5
Gambar 2.3 Penjalaran 2 arus di dalam bumi ... 5
Gambar 2.4 Konfigurasi dipole-dipole .... 7
Gambar 2.5 Contoh Datum point untuk konfigurasi dipole-dipole ..... 7
Gambar 3.1 Lokasi praktikum (Lapangan Rektorat Universitas Brawijaya) .......... 8
Gambar 3.2 Aki .... 9
Gambar 3.3 Resistivity . 9
Gambar 3.4 Elektroda .. 9
Gambar 3.5 Palu ... 9
Gambar 3.6 Kabel ..... 9
Gambar 3.7 Meteran .... 9
Gambar 3.8 Payung .. 9
Gambar 3.9

Faktor geomtetri konfigurasi dipole-dipole 10

Gambar 3.10 Konfigurasi Wenner ... 11


Gambar 3.11 Data Konfigurasi Dipole-dipole dalam Microsoft Excel . 12
Gambar 3.12 Format data konfigurasi dipole-dipole ......... 13
Gambar 3.13 Tampilan awal Res2dinv konfigurasi dipole-dipole . 13
Gambar 3.14 Data konfigurasi Wenner pada Microsoft Excel ...... 14
Gambar 3.15 Format data konfigurasi Wenner ..... 15
Gambar 3.16 Tampilan awal Res2dinv konfigurasi Wenner . 15
Gambar 3.17 Dialog box pada IPI2WIN .. 16
Gambar 3.18 Tampilan gambar input dan hasil dari konfigurasi Schlumberger 16
Gambar 3.19 Curva dari hasil konfigurasi Schlumberger setelah diatur . 17
Gambar 3.20 Resistivity Section konfigurasi Schlumberger dengan IPI2WIN ... 17
Gambar 3.21 Tampilan dialog box pada Progress 3.0 .... 18
Gambar 4.1 Format data konfigurasi Dipole-dipole . 19
Gambar 4.2 Hasil keluaran konfigurasi dipole-dipole (Res2dinv) ... 20
Gambar 4.3 Hasil keluaran konfigurasi Wenner (Res2dinv) .... 21
Gambar 4.4 Tabel referensi nilai resistivitas batuan .... 22
iii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Geofisika adalah ilmu yang mempelajari bumi dengan menggunakan metode fisika

dan logika geologi untuk mempelajari struktur bawah permukaan bumi. Dalam
pengaplikasiannya metode geofisika dapat menggunakan sumber-sumber pengukuran yang
berbeda. Salah satu sumber yang digunakan dapat berupa sumber kelistrikan. Metode yang
menggunakan sumber kelistrikan ini salah satunya adalah metode resistivitas.
Metode resistivitas adalah salah satu metode aktif geolistrik yang digunakan untuk
mengetahui nilai resistivitas dari lapisan atau batuan, sangat berguna untuk mengetahui
kemungkinan adanya lapisan akifer, yaitu lapisan batuan yang merupakan lapisan pembawa
air. Umumnya lapisan akifer yang dicari adalah yang diapit oleh lapisan batuan kedap air pada
bagian bawah dan bagian atas.
Geolistrik sendiri dapat digunakan untuk mendeteksi adanya lapisan tambang yang
mempunyai kontras resistivitas dengan lapisan batuan pada bagian atas dan bawahnya. Selain
itu, dapat digunakan juga untuk mengetahui perkiraan kedalaman bedrock untuk fondasi
bangunan. Metode Geolistrik juga bisa untuk menduga adanya panas bumi di bawah
permukaan.
Mengingat besarnya sumber daya alam di Indonesia, rasanya sangat penting untuk
memahami tentang metode Geolistrik dan langkah-langkah dalam menggunakan metode ini.
Oleh karena itu makalah tentang Geolistrik ini dibuat.

1.2

Tujuan
Percobaan ini dilakukan agar praktikan dapat:
1. Memahami prinsip hukum ohm
2. Memahami konsep resistivitas dengan menggunakan konfigurasi Wenner,
Schlumberger, dan dipole-dipole

3. Memahami cara pengambilan data di lapangan, pengolahan data, dan interpretasi


data.

1.3

Manfaat
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan praktikan dapat memahami konsep

hukum ohm. Selain itu juga agar dapat mengetahui harga resistivitas batuan di tempat
percobaan dilaksanakan, dapat mengolah data yang didapatkan di lapangan dengan softwaresoftware geofisika, serta dapat menginterpretasi dari hasil pengolahan data.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Geolistrik merupakan salah satu metode Geofisika untuk mengetahui perubahan


tahanan jenis lapisan batuan di bawah permukaan tanah dengan cara mengalirkan arus listrik
DC yang mempunyai tegangan tinggi ke dalam tanah. Injeksi arus listrik ini menggunakan 2
buah elektroda arus A dan B yang ditancapkan ke dalam tanah dengan jarak tertentu. Semakin
panjang jarak elektroda AB akan meyebabkan aliran arus listrik bisa menembus lapisan
batuan lebih dalam. Dengan adanya aliran arus listrik tersebut maka akan menimbulkan
tegangan listrik dalam tanah. Tegangan listrik yang terjadi di permukaan tanah diukur dengan
menggunakan multimeter yang terhubung melalui 2 buah elektroda tegangan M dan N yang
jaraknya lebih pendek dari jarak elektroda AB. Bila posisi jarak elektroda AB diubah menjadi
lebih besar maka tegangan listrik yang terjadi pada elektroda MN ikut berubah sesuai dengan
informasi jenis batuan yang ikut terinjeksi arus listrik pada kedalaman yang lebih besar (Broto
dan Afifah, 2008).

Arus listrik adalah gerak muatan negatif (elektroda) pada materi dalam proses
mengatur diri menuju ke arah kesetimbangan. Peristiwa ini terjadi bila materi mengalami
gangguan karena adanya medan listrik. Bila medan listrik arahnya selalu tetap menuju ke satu
arah, maka arus listrik yang mengalir akan tetap juga arahnya dan begitu juga dengan
sebaliknya. Metode geolistrik mengalirkan arus DC ke dalam bumi dan akan mencatat nilai
dari potensial listrik serta akan menghitung nilai dari hambatan jenis dari suatu batuan.
Potensial listrik didefinisikan sebagai energi potensial persatuan muatan.

Metode resistivitas memanfaatkan sebuah sifat alami arus listrik di dalam bumi berupa
titik arus di dalam bumi yang akan mengalirkan arus ke segala arah dan membentuk suatu
permukaan bola dengan titik yang memiliki besar arus yang sama disebut titik equipotensial.

Gambar 2. 2

Penjalaran arus di dalam bumi

Besarnya arus listrik yang mengalir di bawah permukaan bumi akan berbanding
terbalik dengan luas permukaan. Hal ini dinyatakan dalm bentuk persamaan

Dengan I adalah arus listrik, J adalah rapat arus dan A adalah luas permukaan.
Sedangkan, medan listrik adalah gradient dari potensial scalar, dinyatakan melalui persamaan
dibawah ini

Dengan demikian didapatkan persamaan

Kita memiliki elektroda berdimensi kecil yang ditanam pada media isotropik
homogen. Hal ini sesuai dengan metode mise-d-la-masse dimana elektroda tunggal ditanam di
bawah tanah. Rangkaian arus mampu melalui elektroda yang lain pada permukaan, tetapi
dalam jarak yang cukup jauh pengaruhnya dapat diabaikan.
Dari sistem yang simetri, potensial akan menjadi fungsi dari r saja, di mana r adalah
jarak dari elektroda pertama. Dalam kondisi ini digunakan persamaan Laplace dalam
koordinat bola yang disederhanakan menjadi

Equipotential yang selalu ortogonal terhadap garis aliran arus dengan permukaan bola
dan r = konstan. Pada penerapan metode resistivitas titik arus tersebut akan diletakan pada
permukaaan bumi seperti gambar di bawah ini

Gambar 2.2 Penjalaran arus di permukaan bumi


Jika elektroda titik yang memberikan I ampere terletak pada permukaan bermedium
isotropik homogen dan jika udara di atasnya memiliki konduktivitas nol, maka kita memiliki
satu kemungkinan atau tiga-titik sistem yang digunakan dalam rancangan resistivitas
permukaan

Kemudian karena pada metode geolistrik digunakan 2 buah elektroda arus atau titik
arus maka penjalaran arus listrik di permukaan bumi terlihat seperti gambar

Gambar 2.3 Penjalaran 2 arus di dalam bumi

Selanjutnya arus dari kedua elektroda akan melakukan interferensi yang akan
tercatat oleh elektroda potensial di titik tersebut. potensial yang disebabkan C1 di PI adalah

Karena arus pada kedua elektroda sama dan berlawanan arah dan potensial, karena C2
di P1 adalah

Maka bisa kita peroleh

Akhirnya, dengan adanya sebuah elektroda potensial kedua di P2 kita bisa mengukur
perbedaan potensial antara P1 dan P2, yaitu

Pengaturan semacam itu sesuai dengan empat elektroda yang tersebar, ini biasanya
digunakan dalam praktik lapangan metode resistivitas. Pada konfigurasi ini garis aliran arus
dan equipotentialnya terdistorsi oleh kedekatan elektroda arus kedua C2. Equipotentials dan
garis arus ortogonal diperoleh dengan memplot keterkaitannya (Telford, 1990).

Pengukuran menggunakan konfigurasi elektroda Wenner dan Schlumberger dilakukan


dengan memindahkan masing-masing elektroda sesuai dengan aturan konfigurasi yang
digunakan. Dari pengukuran dapat diperoleh nilai resistivitas semua dengan melakukan
perhitungan menggunakan persamaan:

dimana k adalah faktor geometri, untuk konfigurasi Wenner dihitung dengan persamaan:
k
sedangkan untuk faktor geometri konfigurasi Schlumberger dihitung dengan persamaan:

Pada konfigurasi elektroda Wenner, kedua elektroda arus diletakkan di luar elektroda
potensial. Jarak antar elektroda mempunyai jarak yang sama panjang sebesar a. Sedangkan
pada konfigurasi elektroda Schlumberger, kedua elektroda aru diletakkan di luar elektroda
potensial. Setengah jarak antara 2 elektroda arus sebesar L, sedangkan setengah jarak antara 2
elektroda potensial l(Gokdi, 2012).
Pada konfigurasi dipole-dipole, kedua elektroda arus dan elektroda potensial terpisah
dengan jarak a. Sedangkan elektroda arus dan elektroda potensial bagian dalam terpisah
sejauh na, dengan n adalah bilangan bulat (Waluyo, 2005). Variasi n digunakan untuk
6

mendapatkan berbagai kedalaman tertentu, semakin besar n maka kedalaman yang diperoleh
juga semakin besar. Tingkat sensitivitas jangkauan pada konfig da urasi dipole-dipole
dipengaruhi oleh besarnya a dan variasi n . Skema konfigurasi dipole-dipole pat dilihat pada
gambar berikut ini

Gambar 2.4

Konfigurasi dipole-dipole

Lalu untuk mencari faktor geometri pada konfigurasi elektroda dipole-dipole dapat digunakan
persamaan
Metode resistivitas imaging juga biasa dikenal sebagai resistivitas mapping-sounding.
Hal ini terjadi karena pada metode ini bertujuan untuk mempelajari variasi resistivitas di
bawah permukaan bumi secara vertical maupun secara horizontal. Metode resistivitas imaging
yang terkenal adalah metode resistivitas konfigurasi Dipole-dipole, Wenner, Pole-dipole, dan
Pole-pole (Andriyani, 2010).

Datum point atau titik pengukuran di bawah permukaan lintasan pengukuran


merupakan titik tengah dari total spasi elektroda arus dan tegangan. Besarnya nilai datum
point dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut:

dimana, D = Datum point


C1 = Jarak titik 0 dengan elektroda C1
P1 = Jarak titik 0 dengan elektroda P1

Gambar 2.5 Contoh Datum point untuk konfigurasi dipole-dipole


(Prastiawan, 2007).
7

BAB III
METODOLOGI

3.1

Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Praktikum ini dilaksanakan tiga kali. Pertemuan pertama pada hari Kamis, 14

November 2013 pukul 07.00 WIB yang bertempat di Lapangan Rektorat Universitas
Brawijaya hanya dilakukan briefing tentang apa saja yang harus dipersiapkan ketika
praktikum. Pertemuan kedua pada hari Kamis, 21 November 2013 di Lapangan Rektorat
Universitas Brawijaya dengan koordinat S = 07 o57' 09,96" E = 1120 36' 50,97" pada pukul
07.00 -10.30 WIB dilakukan percobaan dengan konfigurasi dipole-dipole dan Wenner.
Pertemuan ketiga pada hari Kamis, 5 November 2013 di Gedung Rektorat Universitas
Brawijaya pukul 07.00-09.00 WIB membahas dan melakukan processing data dari data yang
didapatkan dari hasil praktikum.

Gambar 3.1 Lokasi praktikum (Lapangan Rektorat Universitas Brawijaya)


3.2

Peralatan
Pada praktikum ini peralatan yang digunakan ada , yaitu aki, resistivitymeter,

elektroda, palu, kabel penghubungkan (roll), meteran, dan payung. Aki digunakan sebagai
sumber tegangan DC. Resistivitymeter adalah alat yang digunakan untuk mengetahui nilai
resistivitas lapisan atau batuan. Elektroda digunakan sebagai elektroda arus dan elektroda
potensial, sebagai elektroda arus digunakan untuk menginjeksi arus ke dalam bumi dan
sebagai elektroda potensial digunakan untuk membaca beda potensialnya. Palu digunakan
untuk menancapkan elektroda ke tanah. Kabel penghubung digunakan untuk menghubungkan
8

elektroda dan resistivitymeter. Meteran digunakan untuk menentukan jarak elektroda sesuai
konfigurasi yang digunakan. Payung digunakan untuk menutupi resistivitymeter dari sinar
matahari agar angka yang terbaca oleh alat dapat terlihat dengan jelas. Berikut gambar dari
peralatan yang digunakan.

Gambar 3.2 Aki

Gambar 3.3 Resistivity

meter

Gambar 3.4 Elektroda

Gambar 3.5 Palu

Gambar 3.6 Kabel

Gambar 3.7 meteran

Gambar 3.8 Payung


9

3.3

Proses Akuisisi

3.3.1

Konfigurasi Dipole-dipole
Pada praktikum dengan metode geoilistrik ini digunakan konfigurasi dipole-dipole,

dengan langkah kerja yakni, disiapkan peralatan seperti yang dijelaskan diatas. Kemudian
dipasangkan meteran pada daerah yang akan digunakan yaitu lapangan Rektorat Universitas
Brawijaya untuk eksperimen kemudian dipatok setiap ujungnya. Setelah itu dipasang
elektroda arus C1, C2 dan elektroda potensial P1, P2 seperti gambar berikut ini:

Gambar 3.9

Faktor geomtetri konfigurasi dipole-dipole

Pada praktikum ini digunakan spasi (a) sepanjang 5 meter dengan bentang
panjang lapangan 50 meter dengan jumlah n sampai dengan 7. Untuk n=1 dengan 9 titik, n=2
dengan 8 titik, n=3 dengan 7 titik, n=4 dengan 6 titik5 dengan 5 titik, n=6 dengan 4 titikdan
n=7 dengan 3 titik. Jarak antara kedua elektroda arus sama dengan jarak antara kedua
elektroda potensial yakni sebesar a= 5 meter. Dan jarak antara c1,p1 = n dikali a ,dengan n
sebagai faktor pengali (n=1,2,3,4,5,...) kemudian untuk pengukuran berikutnya elektroda arus
tetap dan elektroda potensial dipindahkan dengan variasi nilai n yang ditentukan. Setiap
perpindahan elektroda yang ada nilai resistivitas dari masing-masing elektroda dicatat. Setelah
n=1 selesai diperoleh datanya Pengukuran kedua posisi C2 dan C1 tetap pada posisi semula
tetapi berubah faktor geometrinya ( n ) yaitu 2 (dua) sehingga posisi P1 menjadi 15 m,
sedangkan P2 berada pada posisi 20 m ( n = 2) berarti jarak antara C1 dan P1adalah 2 x 5 m
sama dengan 10 m. Begitu seterusnya sampai posisi simetris pada akhir pengukuran dalam
bentangan yang telah ditentukan (50 m). Pengukuran dilakukan sampai pengukuran dengan n
= 7, dengan posisi C2 pada 0 m, elektroda C1 pada posisi 5 m, elektroda P1 pada posisi 10 m
P2 pada posisi 15 m, seterusnya sampai posisi semetris terakhir, yaitu posisi C2 30 m, C1
pada 35 m, P1 pada 45m, dan P2 padaposisi 50 m.Pengukuran selanjutnya dilanjutkan untuk
lintasan 2 dan 3, dengan konfigurasi yang sama ( dipole-dipole ) dan jarak yang sama ( sesuai
nomer 1,2,3 ) sampai dengan n=7.

10

3.3.2

Konfigurasi Wenner

Pada praktikum ini digunakan metode geolistrik dengan konfigurasi wenner,


tepatnya konfigurasi wenner alpha dengan langkah kerja sebagai berikut,dengan peralatan
seperti yang tertera diatas. Kemudian meteran dipasang pada daerah yang akan digunakan
untuk eksperimen kemudian dipatok setiap ujungnya. Setelah itu dipasang elektroda arus
C1,C2 dan elektroda potensial P1,P2 dengan spasi a=3 meter, luas lapangan yang akan
disurvei sepanjang 50 meter dan jumlah n=5. Untuk n=1 ada 16 titik, n=2 ada 13 titik, n=3
ada 10 titik, n=4 ada 7 titikdan n=5 ada 4 titik. Seperti gambar berikut ini:

Gambar 3.10 Konfigurasi Wenner


3.4

Langkah-Langkah Pengolahan

3.4.1

Konfigurasi dipole-dipole
Tahapan awal yang dilakukan ialah disusun letak elektroda arus (C) dan potensialnya

(V). kemudian dilakukan pembacaan nilai resistivitasnya melalui resistivity meter. Ketikan
dilakukan perpindahan elektoda yaitu semua elektrodanya digeser dengan spasi 3m antar
elektroda satu dan elektroda lainnya. Begitu seterusnya sampai mencapai datum (n) yang ke 5.
Selanjutnya, ketika data resistivitas semua telah di dapatkan, maka dapat di lakukan
pengolahan data untuk dimasukkan ke dalam software untuk dilakukan interpretasi. Software
yang di pergunakan adalah RES2DINV. Tetapi sebelum itu datanya terlebih dahulu di olah
pada Microsoft Exel dan data.txt agar dapat di terjemahkan pada software RES2DINV.
Berikut ialah langkah-langkah pngolahan datanya:
11

Pertama, data yang diperoleh dari hasil akuisisi adalah datum, spasi, lapisan, arus, dan
tahanan jenis. Namun karena pada pengolahan menggunakan Res2dinv diperlukan data
datum, spasi, dan rho (), maka data yang ada perlu diolah terlebih dahulu. Langkah pertama
yang dilakukan untuk mengolah data agar dapat dimasukkan ke dalam Res2dinv adalah
memasukkan data ke dalam Microsoft Excel dan telah di masukkan nilai K dan rho ().

Gambar 3.11 Data Konfigurasi Dipole-dipole dalam Microsoft Excel

Setelah itu buka jendela Excel yang baru dan copy-paste data yang akan dimasukkan
ke dalam Res2dinv (datum, spasi, dan rho). Pada 6 baris pertama kolom datum, secara berurut
dicantumkan nama konvigurasi yang digunakan, spasi yang digunakan, nomor jenis
konfigurasi, lalu angka 1 dan 0 sebagai bawaan program. Selain itu pada kolom yang sama
namun diurutan terakhir juga di tuliskan angka nol secara berurutan sebanyak 5 kali. Simpan
data ini dengan menggunakan format .TXT kemudian ubah ke format .dat. Hasilnya dapat
dilihat seperti gambar berikut ini.

12

Gambar 3.12 Format data konfigurasi dipole-dipole


Data di atas sudah dapat diolah dalam Res2dinv, sehingga langkah berikutnya yang
perlu dilakukan adalah membuka Res2dinv. Untuk memasukkan data dengan format .dat yang
telah diolah terlebih dahulu, klik File->Read Data File, kemudian pilih data yang telah
disimpan dalam format .dat. Mak.a akan muncul seperti gambar berikut.

Gambar 3.13 Tampilan awal Res2dinv konfigurasi dipole-dipole


Klik OK hingga kotak dialognya selesai. Kemudian untuk menampilkan pemetaan
resistivitas bawah permukaan, pada menu bar klik inversion->carry out inversion dan save
dengan format INV, OK. Otak-atik menu change setting pada menu bar untuk mendapatkan
nilai error yang lebih kecil. Untuk menyimpan gambar klik print-save schreen as BMP file.
13

3.4.2

Konfigurasi Wenner
Pada konfigurasi ini, tahapan pengolahan datanya hingga ke software pada dasarnya

sama pada konfigurasi dipole-dipole, yaitu menggunakan RES2DINV. Data yang diperoleh
dari hasil akuisisi adalah datum, spasi, lapisan, arus, dan tahanan jenis. Namun karena pada
pengolahan menggunakan Res2dinv diperlukan data datum, spasi, dan rho (), maka data
yang ada perlu diolah terlebih dahulu. Langkah pertama yang dilakukan untuk mengolah data
agar dapat dimasukkan ke dalam Res2dinv adalah memasukkan data ke dalam Microsoft

Excel dan telah di masukkan nilai K dan rho ().


Gambar 3.14 Data konfigurasi Wenner pada Microsoft Excel

Setelah itu buka jendela Excel yang baru dan copy-paste data yang akan dimasukkan
ke dalam Res2dinv (datum, spasi, dan rho). Pada 6 baris pertama kolom datum, secara berurut
dicantumkan nama konvigurasi yang digunakan, spasi yang digunakan, nomor jenis
konfigurasi, lalu angka 1 dan 0 sebagai bawaan program. Selain itu pada kolom yang sama
namun diurutan terakhir juga di tuliskan angka nol secara berurutan sebanyak 5 kali. Simpan
data ini dengan menggunakan format .TXT kemudian ubah ke format .dat. Hasilnya dapat
dilihat seperti gambar berikut ini.

14

Gambar 3.15 Format data konfigurasi Wenner


Data di atas sudah dapat diolah dalam Res2dinv, sehingga langkah berikutnya yang
perlu dilakukan adalah membuka Res2dinv. Untuk memasukkan data dengan format .dat yang
telah diolah terlebih dahulu, klik File->Read Data File

Gambar 3.16 Tampilan awal Res2dinv konfigurasi Wenner


Kemudian untuk menampilkan pemetaan resistivitas bawah permukaan, pada menu
bar klik inversion->carry out inversion dan save dengan format INV, OK.

3.4.3

Konfigurasi Schlumberger
Data yang telah diperoleh dari hasil praktikum lapangan, diolah menggunakan

beberapa software. Konfigurasi Wenner dan Dipole-dipole diproses dengan menggunakan


software Res2dinv , sedangkan pengolahan data dari konfigurasi schlumberger menggunakan

15

dua software, yang pertama yaitu software IPI2WIN kemudian dilanjutkan dengan software
Progress3.
Pertama jalankan aplikasi IPI2WIN kemudian klik file-New VES point, kemudian

muncul dialog box seperti pada gambar di bawah ini.


Gambar 3.17 Dialog box pada IPI2WIN
Inputkan data-data yang diperlukan yaitu AB/2, MN, V, dan I, sedangkan nilai K dan
Ro_a akan terisi secara otomatis. Kemudian save datanya, maka akan muncul gambar seperti
berikut ini.

Gambar 3.18 Tampilan gambar input dan hasil dari konfigurasi Schlumberger

16

Lalu atur kurva merah agar mendekati kurva hitam dengan menggerakkan garis biru
hingga diperoleh nilai error yang kecil. Kemudian split layernya hingga berjumlah 12 dan di
save

Gambar 3.19 Curva dari hasil konfigurasi Schlumberger setelah diatur


Setelah data di atas di simpan, lalu klik di file-add file- dan dibuka data yang telah
disimpan tadi. Makan akan muncul resistivity section seperti gambar di bawah ini

Gambar 3.20 Resistivity Section konfigurasi Schlumberger dengan IPI2WIN

17

Sebenarnya untuk konfigurasi Schlumberger ini masih bisa diproses dan diolah lagi
agar hasilnya lebih mendekati dengan menggunakan software Progress 3.0 namun pada
percobaan kali kami (kelompok 6) gagal menggunakan software tersebut padahal kami sudah
mengikuti langkah-langkah yang diberi asisten praktikum ataupun langkah-langkah yang
kami dapatkan di internet. Berikut ini gambar printscreen dari dialog box pada Progress 3.0

Gambar 3.21 Tampilan dialog box pada Progress 3.0

18

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1

Konfigurasi Dipole-dipole (Res2dinv)


Pada pengukuran dengan menggunakan metode dipole-dipole didapatkan suatu data

pengamatan berupa nilai a yaitu spasi antar elektroda, kali ini spasi yang digunakan adalah 5
meter. Nilai keempat hambatan yang terbaca di resistivitymeter dihitung nilai rata-ratanya,
posisi datum point yang disimbolkan dengan huruf n. Kemudian semua data tersebut
dimasukkan ke dalam program Microsoft Excel untuk dilakukan perhitungan.
Dari hasil perhitungan tersebut nantinya akan diketahui faktor geometri(k) yang
digunakan. Setelah itu bisa didapatkan nilai resistivitas semu dengan perhitungan yang
dilakukan di Microsoft Excel. Lalu setelah mengetahui nilai dari datum point, spasi, n, dan
resistivity semu, semua nilai tersebut dipindahkan ke dalam Notepad dengan format seperti

Gambar 4.1 Format data konfigurasi Dipole-dipole

19

Dari data tersebut kemudian save-asdengan format .dat agar file tersebut dapat terbaca
di aplikasi Res2dinv. Kemudian buka aplikasi dan buka file dengan format .dat, maka akan
keluar hasilnya seperti gambar 4.2 berikut ini

Gambar 4.2 Hasil keluaran konfigurasi dipole-dipole (Res2dinv)

Dari gambar hasil tersebut dapat diinterpretasikan bahwa kedalaman yang mampu
diukur dengan panjang lintasan 50 meter adalah sedalam 9 meter. Pada lapangan rektorat
hingga kedalaman sekitar 2,65 meter didominasi oleh warna biru yang berarti meiliki nilai
resistivitas sekitar 0-4 ohm, lalu sekitar kedalaman 4,62-6,79 meter didominasi oleh warna
kuning dan hijau yang berarti memiliki nilai resistivitas sekitar 4,96-100 ohm m, sedangkan
pada kedalaman sekitar 9 meter mulai keluar warna merah yang berarti memiliki nilai
resistivitas sekitar 101-277 ohm m. Berdasarkan dari referensi yang saya dapatkan hingga
kedalaman 6,79 Lapangan Rektorat Universitas Brawijaya terdiri atas batuan kapur, clay atau
lempung, dan soil hingga topsoil. Kemudian pada kedalaman sekitar 9,18 meter terdiri dari
gravel atau kerikil dan pasir.

20

Menurut percobaan dengan menggunakan konfigurasi dipole-dipole di Lapangan


Rektorat Universitas Brawijaya hingga kedalaman sekitar 9 meter struktur bawah
permukaanya terdiri atas clay, batuan kapur, topsoil, gravel, dan pasir.
4.2

Konfigurasi Wenner (Res2dinv)


Pada Konfigurasi ini diperoleh hasil dari pemetaan resistivitasnya yaitu menggunakan

software RES2DINV sebagai berikut

Gambar 4.3 Hasil keluaran konfigurasi Wenner (Res2dinv)


Berdasarkan gambar dari hasil percobaan menggunakan konfigurasi Wenner yang
diolah atau diproses dengan menggunakan Res2dinv, konfigurasi ini hanya mampu membaca
kedalaman struktur bawah permukaan hingga 6 meter. Pada kedalaman dari 0-2,5 meter
didominasi oleh warna biru yang berarti pada lapisan tersebut memiliki nilai resistivitas antara
10,5-12,5 ohm m. Lalu, pada kedalaman 2,5-4 meter didominasi oleh warna hijau dan kuning
yang berarti lapisan tersebut memiliki nilai resistivitas antara 12,5-15,6 ohm m. Sedangkan
dari kedalaman 4-6 meter didominasi warna merah hingga ungu yang berarti lapisan tersebut
memiliki nilai resistivitas antar 15,6-19 ohm m.
Dari referensi yang saya dapatkan, Lapangan Rektorat Universitas Brawijaya hingga
kedalaman sekitar 6 meter diperkirakan struktur bawah tanahnya terdapat clay, batuan kapur,
dan juga topsoil.

21

Gambar 4.4 Tabel referensi nilai resistivitas batuan

4.3

Konfigurasi Schlumberger (IPI2WIN)


Berdasarkan dari hasil keluaran pada resistivity section pada IPI2WIN seperti pada

gambar 3.20, diketahui bahwa pada tampilan resistivity cross-section terdapat perbedaan
warna yang berbeda-beda. Warna tersebut di tentukan berdasarkan tingkat resistivitasnya
yaitu pada warna merah memiliki tingkat resistivitas yang lebih tinggi di bandingkan dengan
warna-warna lainnya seperti yang terlihat pada keterangan yang ditampilkan berdasarkan
warna. Selain itu juga dapat dilihat bahwa adanya perpotongan antar warna yang
mengindikasikan bahwa pada kedalaman tersebut terdapat perubahan lapisan . kemungkinan
pada lapisan yang paling atas yaitu yang terletak pada H=1m dapat di indikasikan bahwa
terdapat singkapan batuan lempung yang telah terkontaminasi oleh air sehingga memiliki nilai
resitivitas yang cukup rendah. Sedangkan pada lapisan selanjutnya yang berwarna merah
22

dapat di indikasikan bahwa terdapat singkapan batuan yang cukup kompak dan memiliki
porositas yang cukup kecil sehingga tidak dapat meloloskan fluida. Sedangkan untuk nilai
errornya dapat diatur yaitu dapat ditarik garis merah dan dibiru. Semakin berdekatnya garis
hitam dan biru maka error yang dihasilkan semakin kecil seperti yang di tampilkan pada table
pada hasil interpretasi.

23

BAB V
PENUTUP

5.1

Kesimpulan
Berdasarkan dari percobaan dan hasil yang didapatkan dari percobaan maka dapat

simpulkan antara lain sebagai berikut:


1.

Prinsip kerja metode geolistrik tahanan jenis adalah dengan menginjeksikan arus ke
bawah permukaan bumi sehingga diperoleh beda potensial, yang kemudian akan
didapatkan informasi mengenai tahanan jenis batuan. Hal ini dapat dilakukan dengan
menggunakan keempat elektroda yang disusun sebaris, salah satu dari dua buah
elektroda yang berbeda muatan digunakan untuk mengalirkan arus ke dalam tanah,
dan dua elektroda lainnya digunakan untuk mengukur tegangan yang ditimbulkan oleh
aliran arus tadi, sehingga resistivitas bawah permukaan dapat diketahui. Prinsip ini
dapat digunakan pada ketiga konfigurasi tersebut namun yang berbeda hanya letah
elektroda arus C dan potensial P.

2.

Struktur bawah tanah suatu permukaan dapat diperkirakan dengan mengetahui nilai
resistivitas pada lapisan tersebut

3.

Setiap konfigurasi memiliki keunggulan dan kekurangan yang berbeda. Misalnya pada
konfigurasi Wenner nilai error yang didapatkan dari hasil kecil namun hanya dapat
mengukur kedalaman hingga 6 meter (jika bentangan panjang lokasi survey 50
meter), sedangkan pada konfigurasi dipole-dipole dapat menghitung nilai resistivitas
dengan kedalaman sekitar 9 meter (jika bentangan panjang lokasi survey 50 meter)
namun dengan nilai error yang lumayan besar.

4.

Untuk menentukan konfigurasi mana yang ingin dipakai tergantung dari tujuan dan
lokasi tempat survey

5.2

Saran
Dalam melakukan percobaan, tiap kelompok sebaiknya membagi tiap anggotanya

membagi beberapa regu untuk diberi tugas masing-masing tiap regunya agar percobaan dapat
berlangsung lancar dan percobaan tidak memakan banyak waktu. Lalu begitupun dalam
pengolahan data di software, sebaiknya tugas untuk mengolah data konfigurasi Wenner,
Schlumberger, dan Dipole-dipole dibagi menjadi regu lagi.
24

DAFTAR PUSTAKA

Andriyani, S., dkk.2010. METODE GEOLISTRIK IMAGING KONFIGURASI DIPOLEDIPOLE DIGUNAKAN UNTUK PENELUSURAN SISTEM SUNGAI BAWAH TANAH PADA
KAWASAN KARST DI PACITAN, JAWA TIMUR. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Broto, S. dan Afifah R.S.2008.PENGOLAHAN DATA GEOLISTRIK DENGAN METODE
SCHLUMBERGER. Semarang: Jurusan Teknik Geologi Universitas Diponegoro
Gokdi, H., dkk.2012. MENENTUKAN LITOLOGI DAN AKUIFER MENGGUNAKAN
METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER DAN SCHLUMBERGER DI
PERUMAHAN WADYA GRAHA I PEKANBARU. Pekanbaru: Fakultas MIPA, Universitas
Binawidya
Prastiawan, A., dkk.2007. Pencitraan Data Geolistrik Resistivitas Dengan Surfer 10
Berdasarkan Hasil Inversi Res2dinv 3.56 Untuk Identifikasi Lapisan Aspal Di Dusun
Lagunturu Desa Suandala Kecamatan Lasalimu Kabupaten Buton. Universitas Negri Malang
Telford, W, M, Geldart, L, P, Sheriff, R, E, & Keys, D, A. 1990. Applied Geophysics.
Cambridge University Press. New York. London. Melbourne.
Waluyo dan Edy Hartantyo. 2000.Teori Dan Aplikasi Metode Resistivitas.Yogyakarta :
Laboratorium Geofisika, Program Studi Geofisika, Jurusan Fisika FMIPA UGM.

25

Anda mungkin juga menyukai