Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MATRIKULASI

SURVEI SINGEL BEAM

Di susun oleh:

Rizki Hidayat
Sertu Sba NRP 118306

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI ANGKATAN LAUT


PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA III
TEKNIK HIDRO OSEANOGRAFI
SURABAYA
2022

ii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat


rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Survei
Singel Beam. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada
baginda kita Nabi Muhammad SAW yang membawa ajarannya dari
zaman Jahiliyah sampai zaman terang benderang seperti ini.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, karena status kami yang masih
dalam tahap belajar, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi mahasiswa dan


bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua. Dan bisa kita terapkan dan
implementasikan dalam kehidupan kita sehari-hari dan membawa manfaat
yang baik bagi kita semua.

Surabaya, 15 Juni 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................1

1.2 Masalah Rumusan..........................................................................2

1.3 . Tujuan............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................3

2.1 Pengertian Peta dan jenis-jenisnya.....................................................3

2.2. Sistem Proyeksi Peta......................................................................6

2.3. Koordinat Sistem.............................................................................7

BAB III PENUTUP.....................................................................................15

3.1 Kesimpulan....................................................................................15

3.2 Saran.............................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Echosounder merupakan alat pengukur kedalaman berbasis
gelombang akustik. Dengan bantuan GPS sebagai penentu posisi
echosounder memberikan data kedalaman suatu daerah dengan
menghitung waktu saat gelombang ditembakkan sampai gelombang
pantulan diterima kembali. Saat ini ada banyak tipe dari
echosounder, namun yang biasa digunakan untuk mengetahui
kedalaman adalah singlebeam echosounder dan multibeam
echosounder.

Singlebeam echosounder memberikan titik-titik kedalaman sesuai


dengan stasiun perum yang ditentukan sedangkan multibeam
echosounder memberikan area kedalaman berupa kolom-kolom
memanjang. Menurut International Hydrographic Organization Spesial
Publication 44 (2008) beberapa orde pekerjaan yang telah diatur
memerlukan cakupan area 100%, biasanya untuk pekerjaan tersebut
maka dipilihlah multibeam echosounder.

Ada konsekuensi tersendiri ketika memilih alat multibeam


dibandingkan dengan singlebeam. Konsekuensinya adalah pemrosesan
data yang lebih kompleks. Meskipun saat ini sudah banyak perangkat
lunak yang dapat melakukan pemrosesandata multibeam, kendala
lainnya adalah mahalnya lisensi yang harus dibeli.

Bila menggunakan perangkat lunak open source, belum bisa


dipastikan bahwa perangkat lunak tersebut kinerjanya sama dengan
perangkat lunak berlisensi.MB-systemmerupakan salah satu perangkat
lunak open sourceyang di kembangkan oleh Lamont-Doherty Earth
Observatory (LDEO) dan Monterey Bay Aquarium Research
Institute(MBARI) untuk keperluan penelitian.

1
MB-Systemsebagai perangkat lunak open sourcedapat menjadi
alternatif pilihan untuk mengatasi kendala mahalnya lisensi. Untuk
keperluan akademis perangkat lunak ini sangat dianjurkan karena
tidak memerlukan biaya untuk pembelian lisensi. Hal ini dapat
menguntungkan pula bagi pembuat proyek survei batimetri, dengan
menggunakan

1.2 Masalah Rumusan


Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Berapa ketelititan pengukuran pada lokasi pemeruman dengan

menggunakan alat Echosounder Hi-Target HD 370?

2. Berapa rata-rata kedalaman perairan di lokasi ?

1.3 . Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui kedalaman perairan wilayah Pelabuhan
Indonesia.
2. Untuk mengetahui pasang surut gelombang wilayah Pelabuhan
Indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Multibeam Echosounder(MBES).


Multibeam Pengertian multibeam echosounder adalah sebuah
instrumen hydrographic-acousticyang digunakan untuk meningkatkan
cakupan area, konsekuensi dan produktifitas dalam pembuatan peta
laut (nautical chart). Hal ini dikarenakan banyaknya beamyang
ditembakkan dalam satu kali sapuan, dengan demikian akan
terbentuk kolom-kolom yang saling bertampalansehingga menghasilkan
cakupan area yang luas. Meskipun mempunyai prinsip yang sama
dengan singlebeamechosoundernamun akurasi pengukurannya tidak lebih
baik, karena pada kenyataannya akurasi berkurang seiring dengan
meningkatnya sudut sapuan

Awal pengembangan dari sistem ini adalah pada tahun 1970.


Sistem ini dapat menghasilkan data dari wilayah yang luas secara akurat
dan efektif, serta juga dapat dipergunakan untuk aplikasi oseanografi
yang lain seperti pemetaan geologi serta investigasi ilmiah lainnya,
survei ZEE dan survei untuk peletakan kabel bawah laut. Pada tahun
1990 sistem multibeamechosounderuntuk area laut dangkal mulai
dikembangkan secara pesat untuk keperluan survei laut dangkal seperti
pembangunan dermaga serta survei konstruksi saluran air yang
memerlukan 100% cakupan area dengan akurasi tinggi. Atas dasar
keperluan teknik konstruksi perairan yang berkembang, maka
multibeam echosounder mulai dikembangkan secara pesat hingga saat
ini.

Multibeam echosounder bekerja dengan memanfaatkan gelombang


akustik yang dapat merambat dengan baik di bawah air. Secara
sederhana multibeam echosounder memancarkan gelombang akustik
dan kemudian akan dipantulkan kembali ketika gelombang tersebut
menyentuh material di dasar laut. Gelombang yang kembali dipantulkan

3
akan diterima kembali oleh sensor dan akan dihitung beda waktu saat
gelombang dipancarkan

Dan saat gelombang kembali diterima. Parameter inilah yang


nanti akan diproses menjadi informasi mengenai kedalaman air.Dalam
perkembangannya multibeamechosoundermemiliki dua macam sistem
pemancaran gelombang yaitu sistem sweepdan sistem swath. Sistem
sweep bekerja dengan memancarkan banyak gelombang singleatau
dengan kata lain merupakan multi-singlebeam, sedangkan sistem
swathbekerja dengan satu pancaran gelombang yang memiliki lebar dan
panjang yang membentuk sebuah kolom dan dapat juga dipakai
sebagai Side Scan Sonar(SSS) (de Jong dkk, 2002). Apabila sistem
swathdan sistem sweep dibandingkan, sistem swathakan menghasilkan
area lebih besar pada perairan dalam, namun pada perairan
dangkal kedua sistem tersebut akan menghasilkan cakupan area
yang sama. Pada gambar I.1 akan di perlihatkan perbedaan sistem
swathdan sistem sweep.

Baik system swathmaupun system sweep multi beamechosounder


selalu mempunyai alat yang bernama tranduseryang digunakan
sebagai pemancar gelombang akustik dan dilengkapi sensor untuk
menangkap kembali sinyal pantulan dari dasar laut. Tranduserini
merupakan gabungan dari beberapaprojectoryang disusun sedimikian
rupa membentuk seperti array(matriks).

Projectorini berfungsi sebagai saluran untuk memancarkan pulsa


akustik menuju dasar laut dan pantulannya akan diterima kembali oleh
rangkaian hydrophones. Gelombang akustik yang diterima kembali
selanjutnya dianalisis oleh trandusersehingga arah pantul gelombang
yang berbeda dapat dipisahkan. Untuk melakukan pendeteksian
tersebut tranduserpada MBES menggunakan 3 metode yaitu
pendeteksian amplitudo, fase dan interferometrik. Permukaan laut
Dasar laut jejak pada sudut swathminimum (0o) jejak pada sudut swath

4
maksimumKeterangan Kedalamanya Across-track position : Sudut Swathβ
Sudut Beam

Hasil akhir yang disajikan padapekerjaan aplikatif ini berupa


visualisasi 3D yang langsung di keluarkan oleh perangkat lunak ini.
Visualisasi 3D dipilih karena tidak semua pengguna peta topografi
bawah laut dapat dengan mudah mencerna peta kontur dengan titik-titik
kedalaman. Jika petatopografi dasar laut ini disajikan dengan visualisasi
3D maka pengguna akan langsung melihat tampakan asli dari topografi
area yang dipetakan, sehingga mereka dengan mudah memahami
dan mudah untuk melakukan perencanaan lanjutan sesuai dengan
keinginan mereka.Jadi hasil akhir dari pekerjaan ini berupa visualisasi
3D dan peta batimetri yang datanya telah teruji kualitasnya sesuai
dengan standar IHO SP’4
Pada umumnya yang lebih banyak dipakai adalah metode
interferometrikdengan mendeteksi sudut pantul menggunakan fungsi
dari waktu. Informasi waktu menjadi penting dengan mengakumulasi
sinyal akustik yang diterima dari 2 array terpisah dan kemudian akan
membentuk pola yang akan menunjukkan hubungan fase pada setiap
sinyal yang diterima. Apabila informasi ini kemudian dikombinasikan
dengan jarak maka akan didapatkan data kedalaman (Sasmita,
2008).I.4.1.3.Kalibrasi multibeam echosounder.Pada setiap pengukuran
pada dasarnya harus dilakukan kalibrasi terlebih dahulu untuk
meminimalisir kesalahan sistematik karena alat. Setiap pengukuran
mempunyai prosedur kalibrasi yang berbeda-beda. Sebelum
pengukuran kedalaman menggunakan multibeam echo sounder dilakukan
perlu adanya kalibrasi pada alat multibeam echosounder. Menurut
presentasi dari L3 Coomunication Elac Nautik (2009) ada lima jenis
kalibrasi yang harus dilakukan sebelum pengkuran dimulai yaitu
Peta adalah suatu gambaran permukaan bumi yang ada pada datar
denganskala tertentu, melalui suatu sistem perkiraan. Istilah peta ini
sendiri berasal dari bahasaYunani, yakni mappa, yang memiliki arti taplak

5
atau kain penutup meja. Akan tetapi,secara umum, pengertian peta
adalah lembaran mengenai seluruh atau sebagian dari permukaan bumi
Yang disajikan dalam bidang datar yang diperkecil dengan
menggunakan skala tertentu. Sebuah peta bisa juga dikatakan
sebagai representasi 2 dimensi dari suatu ruang 3 dimensi.
Sementara itu, ilmu yang mempelajari mengenai pembuatan peta
disebutdengan nama kartografi.banyak peta yang mempunyai
skala.Dengan skala inilah yang bisa menentukan seberapa besar
objek yang ada di peta dengan keadaan yang sebenarnya,
keadaan yang sebenarnya, nyata. Sementara itu,kumpulan dari
beberapa peta disebut dengan nama atlas.

perangkat lunak ini biaya proyek dalam hal pembelian lisensi


perangkat lunak tidak diperlukan. Sehingga akan meminimalkan biaya
total proyek. Pada setiap pekerjaan selalu ditentukan terlebih dahulu
kerangka acuan kerja agar data yang dihasilkan memenuhi standar dan
kualitasnya tetap terjaga sesuai dengan kebutuhan pengguna. Pada
pekerjaan ini data yang digunakan berkisar pada kedalaman 0 sampai 50
m, sesuai dengan penentuan orde pengukuran yang di atur oleh IHO SP
‘44 area pengukuran masuk pada orde spesial.
Untuk dapat mempertahankan kualitas data yang dihasilkan, maka
dilakukan pekerjaan kontrol kualitas yang mengacu pada standar yang
telah ditetapkan International Hydrographic Organization (IHO) pada
International Hydrographic Organization Spesial Publication 44 (IHO SP
’44) pada orde spesial, sehingga data yang dihasilkan akan memenuhi
standar dari IHO SP ’44. Hasil akhir yang disajikan pada pekerjaan
aplikatif ini berupa visualisasi 3D yang langsung di keluarkan oleh
perangkat lunak ini.
Visualisasi 3D dipilih karena tidak semua pengguna peta topografi
bawah laut dapat dengan mudah mencerna peta kontur dengan titik-titik
kedalaman. Jika peta topografi dasar laut ini disajikan dengan visualisasi
3D maka pengguna akan langsung melihat tampakan asli dari topografi

6
area yang dipetakan, sehingga mereka dengan mudah memahami dan
mudah untuk melakukan perencanaan lanjutan sesuai dengan keinginan
mereka. Jadi hasil akhir dari pekerjaan ini berupa visualisasi 3D dan peta
Penyajian hasil dalam bentuk visualisasi 3D menggunakan
perangkat lunak Generic Mapping Tool (GMT) yang termasuk dalam paket
Linux Poseidon, pembuatan layout peta batimetri menggunakan QGIS. 4.
Uji kualitas data mengacu pada standar IHO pada IHO Special Publication
44 tahun 2008 pada orde spesial, dengan sampel data sebanyak 40
pasang titik. 5. Hasil dari proyek ini adalah visualisasi 3D permukaan
bawah laut dan peta batimetri. I.3. Tujuan Kegiatan aplikatif ini bertujuan
untuk menghasilkan data kedalaman dasar laut hasil pengukuran
multibeam echosounder sesuai dengan standar IHO Special Publication
44 tahun 2008 pada orde spesial menggunakan perangkat lunak
MBSystem. I.4.
Manfaat Manfaat yang didapat dari pekerjaan aplikatif ini adalah : 1.
Pemanfaatan perangkat lunak MB-System untuk penyelesaian masalah
yang sejenis terkait dengan pengolahan data hasil pengukuran multibeam
echosounder. 2. Sebagai referensi ilmu pengetahuan mengenai perangkat
lunak yang dapat digunakan untuk memproses data multibeam
echosounder, sehingga dapat dikembangkan lebih lanjut untuk keperluan
pengembangan keilmuan hidrografi. I.5. Landasan Teori I.5.1. Multibeam
echosounder (MBES). I.5.1.1. Pengertian multibeam echosounder.
Multibeam echosounder adalah sebuah instrumen hydrographic-
acoustic yang digunakan untuk meningkatkan cakupan area, konsekuensi
dan produktifitas dalam pembuatan peta laut (nautical chart). Hal ini
dikarenakan banyaknya beam yang ditembakkan dalam satu kali sapuan,
dengan demikian akan terbentuk kolom-kolom yang saling bertampalan
sehingga menghasilkan cakupan area yang luas. Meskipun mempunyai
prinsip yang.
sama dengan singlebeam echosounder namun akurasi
pengukurannya tidak lebih baik, karena pada kenyataannya akurasi
berkurang seiring dengan meningkatnya sudut sapuan (de Jong

7
dkk,2002). Awal pengembangan dari sistem ini adalah pada tahun 1970.
Sistem ini dapat menghasilkan data dari wilayah yang luas secara akurat
dan efektif,
Pada tahun 1990 sistem multibeam echosounder untuk area laut
dangkal mulai dikembangkan secara pesat untuk keperluan survei laut
dangkal seperti pembangunan dermaga serta survei konstruksi saluran air
yang memerlukan 100% cakupan area dengan akurasi tinggi. Atas dasar
keperluan teknik konstruksi perairan yang berkembang, maka multibeam
echosounder mulai dikembangkan. Prinsip kerja multibeam
echosounder. Multibeam echosounder bekerja dengan memanfaatkan
gelombang akustik yang dapat merambat dengan baik di bawah air.
Secara sederhana multibeam echosounder memancarkan gelombang
akustik dan kemudian akan dipantulkan kembali ketika gelombang
tersebut menyentuh material di dasar laut.
Gelombang yang kembali dipantulkan akan diterima kembali oleh
sensor dan akan dihitung beda waktu saat gelombang dipancarkan dan
saat gelombang kembali diterima. Parameter inilah yang nanti akan
diproses menjadi informasi mengenai kedalaman air. Dalam
perkembangannya multibeam echosounder memiliki dua macam sistem
pemancaran gelombang yaitu sistem sweep dan sistem swath.
Sistem sweep bekerja dengan memancarkan banyak gelombang
single atau dengan kata lain merupakan multi-single beam, sedangkan
sistem swath bekerja dengan satu pancaran gelombang yang memiliki
lebar dan panjang yang membentuk sebuah kolom dan dapat juga dipakai
sebagai Side Scan Sonar (SSS) (de Jong dkk, 2002). Apabila sistem
swath dan sistem sweep dibandingkan, sistem swath akan menghasilkan
area lebih besar pada perairan dalam, namun pada perairan dangkal
kedua sistem tersebut akan

2. Jenis Peta Berdasarkan Isinya


Peta Umum menggambarkan seluruh atau sebagian dari permukaan bumi
secara umum, baik itu akan kenampakan alamnya, ataupun buatan

8
manusia. Peta umum dibagi menjadi 3 jenis,yaitu :Peta TopografiPeta
topografi merupakan peta yang menggambarkan permukaan
bumi,lengkap dengan reliefnya. Penggambaran relief permukaan bumi di
dalam peta digambar Dengan bentuk garis kontur.Garis kontur adalah .
garis yang ada pada peta, yang bisa terhubung tempat yang memiliki
ketinggian sama.karakteristik yang cukup unik, yang mampu
membedakan antara petatopografi dengan jenis peta yang lain, peta ini
mampu menunjukkan konturtopografi atau bentuk tanah di samping fitur
yang lain, seperti jalan, danau,sungai, dan masih banyak lagi yang
lain.Karena peta topografi ini mampu menunjukkan kontur dari bentuk
tanah,maka jenis peta ini menjadi salah satu jenis peta yang paling cocok
digunakan dalam kegiatan luar ruangan dari peta kebanyakan.

Tujuan dibuatnya peta topografi ini agar bisa memberikan informasi


mengenai keberadaan, lokasi, serta jarak, contohnya meliputi lokasi
rumah penduduk,rute perjalanan,hingga komunikasi.Didi dalamnya juga
bisa menampilkan variasi daerah, ketinggian kontur, serta tingkat tutupan
vegetasi.Peta pilihan bagi para navigator adalah menemukan peta
topografi yang memiliki skala1:50.000. Saat sedang beroperasi di tempat
yang asing, kita mungkin akan menemukan produk peta memang belum
diproduksi untuk bisa dimasukkan daerah tertentu yang ada di lokasi
operasi kita, atau malah mungkin saja tidak tersedianya unit di saat kita
sedang benar-benar membutuhkannya.

Maka dari itu, sebisa mungkin kita harus siap menggunakan peta
yang diproduksi oleh pemerintah asing, yang mana mungkin juga tidak
memenuhi standar akurasi yang telah ditetapkan. Peta-peta ini sering
menggunakan simbolyang hampir sama, atau malah mirip seperti yang
ada di peta negara kita produksi.Akan tetapi,yangperludiperhatikan,

9
Simbol tersebut ternyata malah memiliki makna yang berbeda.Peta
Korografi Peta korografi merupakan suatu peta yang menggambarkan
seluruh atausebagian permukaan bumi yang bercorak umum.
Pada korografi ini, biasanyamemiliki skala sedang hingga kecil,
yakni antara 1:250.000 hingga di atas1:1.000.000.Perbedaan antara peta
korografi dan Topografi itu sendiri lebih condong terhadap penggunaan
garis-garis kontur, karena pada peta topografi itu lebihuntuk
penggambaran bentuk relief alias tinggi rendahnya permukaan bumi, dan
skala yang digunakan itu juga skala besar.Jika pada peta korografi,
cakupannya jauh lebih luas, seperti provinsi,negara, atau bahkan hingga
benua. Contoh peta korografi yang mudah kita temui ada di atlas

Sudah jelas terlihat jika skala yang digunakan pada peta korografi
adalah skala kecil, dan penggambaran kenampakan yang ada pada suatu
wilayah tersebut juga terlihat jelas, walaupun hanya dengan
menggunakan simbol saja.Peta DuniaPeta dunia merupakan peta
permukaan bumi yang bisa dibuat denganmenggunakan berbagai macam
perkiraan peta. Peta dunia ini juga bisa berupaseperti peta politik maupun
fisik.

Tujuan utama dari adanya peta politik untuk menunjukkan batas-


batas teritorial. Sementara itu, tujuan dari adanya peta fisik untuk
menampilkan suatufitur geografi, seperti contohnya pegunungan, jenis
tanah, hingga penggunaantanah.Dalam artian yang lain, peta dunia ini
menggambarkan segala macamsesuatu yang ada pada permukaan bumi
secara menyeluruh atau secaratotal, dari utara, hingga selatan,Serta dari
barat, hingga ke timur, tanpa adayang tertinggal.

Di dalam peta dunia, hanya menggambarkan permukaan bumi


secarasepintas saja, jadi tidak menyeluruh, seperti tidak adanya letak
darisebuah benua, hingga letak dari samudera dan pulau-pulau yang
besar. Sementara itu, Jika pulau-pulau kecil tak akan bisa digambarkan

10
dengan jelas, karena skalayang digunakan tidak cukupPeta khusus
merupakan suatu peta yang di dalamnya hanya menggambarkan 1aspek
saja dari gejala yang ada pada permukaan bumi.
peta
2.2. Ecko Sounder
silinder normal konform, dimanamuka bumikan pada bidang silinder
yang sumbunya berimpitdengan bola bumi, kemudian silindernya dibuka
menjadi bidang datar. Alasan mengapa mempertahankan dan
mengembangkan pemikiran Mercator dapatdilihat dari sifat-sifat yang
dimiliki oleh sistem yang diperkirakan tersebut. Sifat-sifat graticule dalam
perkiraan Mercator yaitu:

Garis proyeksi meridian dan paralel berupa g aris lurus Interval


jarak antara 2 garis meridian y ang berurutan adalah sama/ tetap,
sehingga pada proyeksi merkator tidak terdapat konvergens imeridian dan
pada ekuator pembagian vertikal benar-benar menurut skala Interval jarak
antara 2 garis paralel tidak sama, yaitu interval semakin
membesarsemakin menjauh dari ekuator,

Baik ke arah kutub selatan maupun utara Hasil pr oyeksi adalah


baik dan betul untuk daerah dekat ekuator, but distorsi semakin
membesar bila semakin dekat dengan kutubDari sifat-sifat tersebut dapat
diketahui bahwa perkiraan Mercator sangat baikuntuk menggambarkan
daerah khatulistiwa, dengan kondisi geografi negara Indonesiayang
membujur di sekitar Garis Khatulistiwa atau garis lingkar Equator dari
Barat sampai ke Timur yang relatif, sehingga sistem perkiraan Mercator
adalah

sistem perkiraan Mercator adalah yang paling ideal karena


memberikan hasil dengan distorsi minimal.Sistem ini lebih mudah
digunakan untuk menggambarkan wilayahIndonesia karena menggunakan
meridian Jakarta sebagai meridian nol dan satuanyang digunakan meter

11
sehingga kita dapat mengetahui lokasi dan jarak dengan
lebihmudah.2.Proyeksi TM (Transverse Mercator)Proyeksi Tranverse
Mercator adalah proyeksi yang memiliki ciri-ciri silinder,tranversal, sesuai
dan perasaan. Pada penilaian ini secara geografis dalam.

12
2.3. Koordinat Sistem
Jika membicarakan tentang kita sering membicarakan Sistem
Koordinat. Sistemkoordinat suatu suatu parameter yang menunjukkan
bagaimana suatu objekditempatkan dalam koordinat. Ada tiga sistem
koordinat yang digunakan pada pemetaanyaitu : Kalau kita
memperhatikan sebuah peta, kita akan melihat garis-garis
membujur(menurun) dan melintang (mendatar) yang akan membantu kita
untuk menentukan posisisuatu tempat di muka bumi.Garis-garis koordinat
tersebut memiliki ukuran (dalam bentuk).

Sistem Koordinatmerupakan kesepakatan tata cara


menentukanposisi suatutempat di muka bumi ini. Dengan adanya sistem
koordinat, masyarakat menjadi salingmemehami posisi masing-masing di
permukaan bumi. Dengan sistem koordinat pula, pemetaan suatu wilayah
menjadi lebih mudah.Saat ini terdapat dua sistem koordinat yang biasa
digunakan di Indonesia, yaitusistem koordinat BUJUR- LINTANG dan
sistem koordinat UTM (UniversalTransverse Mercator). Tidak
semuasistem koordinatcocok untuk dipakaidi semuawilayah. Sistem
koordinat bujur-lintang tidak cocok digunakan di tempat-rempat yang
dekatdengankutubsebabgarisbujurakanmenjaditerlalupendek.Tetapi,kedu
asistem koordinat tersebut cocok digunakan diIndonesia.

Seluruh wilayah yang ada di permukaan bumi dibagi menjadi 60


zona bujur. zona1 dimulai dari lautan teduh (pertemuan antara garis 180
Bujur Barat dan 180 BuruhTimur), menuju ke timur dan berakhir di tempat
berawalnya zona 1. Masing-masingzona bujur memiliki lebar 6 (derajat)
atau sekitar 667 kilometer. Garis lintang UTMmenjadi 20 zona lintang
dengan panjang masing-masing zona adalah 8 16 19 (derajat) atau sekitar
890 km. Zona lintang dimulai dari 80 LS - 72 LS diberi namazona C dan
berakhir pada zona X yang terletak pada koordinat 72 LU - 84 LU. Huruf.

13
(I) dan (O) tidak digunakan dalam penamaan zona lintang. Dengan
demikian. Penamaan setiapzonaUTM adalah koordinasi antara kode
angka (garis bujur) dan kode huruf (garis lintang). Sebagai contoh
kabupaten Garut terletak pada zona 47Mdan 48M, Kabupaten Jember
terletak di zona 49M.Kelebihan dan Kekurangan Sistem Koordinat UTM
Berikut ini adalah beberapakelebihan koordinat UTM.

14
Wilayah Indonesia terbagi dalam 9 zona UTM, dimulai dari meridian
90° BTsampai meridian 144° BT dengan batas lintang 11° LS sampai 6°
LU. Dengandemikian, wilayah Indonesia terdapat pada zona 46 sampai
dengan zona 54.4.Polieder ProyeksiProyeksi Polyeder adalah proyeksi
kerucut konform normal. Pada perkiraan ini,setiap bagian derajat dibatasi
oleh dua garis paralel dan dua garis meridian yangmasing-masing 20

Diantara kedua paralel tersebut terdapat garis paralelrata-rata yang


disebut sebagai paralel standar dan garis meridian rata-rata yangdisebut
standar meridian.Titik potong antara garis paralel standar dan garis
meridian standar disebut sebagai bagian derajat tersebut. Setiap bagian
derajatPolyeder diberi nomor dengan dua digit angka. Digit pertama yang
menggunakanangka romawi menunjukan letak garis paralel standaR.

Sedangkan digit keduayang menggunakan angka arab menunjukan


garis meridian standarnya untuk wilayah Indonesia, penomoran bagian
derajatnya adalah :Standar paralel: dimulai dari saya (Proyeksi Polyeder
beracuan pada Ellipsoida Bessel 1841 dan meridian nol Jakarta.

Proyeksi Polyeder tidak cocok untuk daerah yang luasan besar (ekuator),
hanyasesuai untuk daerah yang luasnya tidak kurang dari alam artian
cocokuntuk pemetaan daerah yang kecil. Penggunaan terbaik terhadap ini
adalahuntuk daerah sekitar pertengahan pertengahanyang memilki
orientasi timur-barat.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Echosoundermerupakan alat pengukur kedalaman berbasis
gelombang akustik. Dengan bantuan GPS sebagai penentu posisi
echosounder memberikan data kedalaman suatu daerah dengan
menghitung waktu saat gelombang ditembakkan sampai gelombang
pantulan diterima kembali. Saat ini ada banyak tipe dari
echosounder, namun yang biasa digunakan untuk mengetahui
kedalaman adalah singlebeam echosounder dan multibeam
echosounder. Singlebeam echosounder memberikan titik-titik kedalaman
sesuai dengan stasiun perum yang ditentukan sedangkan multibeam
echosounder memberikan area kedalaman berupa kolom-kolom
memanjang. Menurut International Hydrographic Organization Spesial
Publication 44 (2008) beberapa orde pekerjaan yang telah diatur
memerlukan cakupan area 100%, biasanya untuk pekerjaan tersebut
maka dipilihlah multibeam echosounder.

3.2 Saran
Pembuatan sistem ini dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan
konsultasi dengan dosen pembimbing, kemudian survei dan observasi
secara langsung ke lapangan. Setelah observasi akan didapatkan data-
data yang akan dianalisa dan diolah. Bersama tim melakukan
pematangan konsep dan mulai merancang dilanjutkan mengujikan dan
yang terakhir mengimplementasikan pada objek sasaran.

16
DAFTAR PUSTAKA

http://www.pelajaran.co.id/2016/18/pengertian-peta-fungsi-jenis-dan-
komponen-komponenpeta (Diakses pada hari selasa tanggal 14 Juni 2022
pukul 03.00 Wib)
http://www.habibullahurl.com/2017/02/pengertian-peta-dan-jenisnya
(Diakses pada hari selasa tanggal 14 Juni 2022 pukul 03.00 Wib)
http://www.scribd.com/document/342689225/Rangkuman-Sistem-
Proyeksi-Peta-Sundarinita (Diakses pada hari selasa tanggal 14 Juni 2022
pukul 03.00 Wib)
http://adhipakumpulantugas.blogspot.co.id/2017/02/sistem-proyeksi-peta.
(Diakses pada hari selasa tanggal 14 Juni 2022 pukul 03.00 Wib)
http://geografientrepreneur.yolasite.com/drs-iwan-teaching-geography.php
(Diakses pada hari selasa tanggal 14 Juni 2022 pukul 03.00 Wib)

17

Anda mungkin juga menyukai