Email: yogaprihantoro@gmail.com
ABSTRAK
Survei batimetri memiliki peranan yang penting dalam rangka menyediakan informasi
spasial yang diperlukan untuk berbagai keperluan, terutama berkaitan dengan
perencanaan, pelaksanaan kegiatan dan pengambilan keputusan dalam kaitannya dengan
bidang kelautan. Salah satu peralatan yang digunakan untuk akuisisi data batimetri adalah
Multibeam Echosounder. Hasil data yang didapatkan berupa data batimetri dan backscatter.
Data backscatter Multibeam Echosounder dapat dimanfaatkan untuk menentukan
klasifikasi sedimen dasar laut maupun untuk identifikasi objek dasar laut. Penelitian ini
berlokasi di Teluk Jakarta pada area dengan koordinat 5°55’33.20” LS s/d 5° 57’11.38” LS
dan 106°48’00.00” BT s/d 106°51’42.75” BT. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder dari Multibeam Echosounder EM302 yang terpasang di KRI Rigel-
933. Raw data batimetri diolah menggunakan perangkat lunak Caris Hips and Sips 10.4
dengan koreksi data pasang surut dan sound velocity di area penelitian, menghasilkan base
surface batimetri dan mosaic backscatter. Hasil penelitian ini mendapatkan objek di area
penelitian berupa kapal karam (wreck) dan dua lajur pipa di dasar laut. Objek pertama
berupa kapal karam (wreck) berada pada posisi 5°55’36.58” LS - 106°51’23.39” BT dan
kedalaman minimum 15,6 meter. Nilai intensitas yang diperoleh yaitu -17,481 dB s/d -
12,083 dB. Objek Pipa 1 berada pada posisi 5°55’31.92” LS – 106°51’17.03” BT sampai
dengan 5°57’13.61” LS - 106°49’47.93 BT dengan kedalaman 26,1 meter sampai dengan
30,3 meter. Nilai intensitas objek Pipa 1 -26,38 dB sampai dengan -14,26 dB. Objek Pipa 2
pada posisi 5°56’58.08” LS - 106°47’58.68” BT, kedalaman antara 24,7 meter sampai
dengan 26,3 meter. Nilai intensitas Pipa 2 antara -23,99 dB sampai dengan -14,99 dB.
Kata Kunci: Multibeam Echosounder, batimetri, backscatter.
41
p-ISSN 2460 – 4623
e-ISSN 2716 – 4632
ABSTRACT
42
p-ISSN 2460 – 4623
e-ISSN 2716 – 4632
echosounder berkembang dari yang pada yang tinggi dalam hal keamanan dan
awalnya menggunakan singlebeam keselamatan navigasi dan pelayaran.
echosounder (SBES) hingga saat ini Dalam rangka meningkatkan
menggunakan multibeam echosounder keamanan dan keselamatan navigasi dan
(MBES). pelayaran, diperlukan survei investigasi
Multibeam echosounder (MBES) untuk pemutakhiran peta laut di perairan
merupakan peralatan akustik yang banyak Teluk Jakarta, karena di dasar perairan
digunakan dalam pemetaan dasar Teluk Jakarta tersebut terdapat berbagai
perairan, terutama karena teknologi ini macam objek seperti instalasi pipa dan
memiliki kemampuan yang lebih baik, kabel bawah laut, bangkai kapal (wreck)
terutama cakupannya yang luas dan dan lain sebagainya. Saat ini MBES
resolusi yang tinggi untuk akuisisi data memilki fitur yang dapat memproses data
batimetri (Anderson et al., 2008). batimetri untuk mengidentifikasi jenis
Multibeam echosounder merupakan alat sedimen di dasar laut dengan
yang sangat cocok untuk memetakan memanfaatkan sinyal hambur balik
dasar perairan karena memiliki coverage (backscatter). Dari hasil pendeteksian
area yang luas resolusi hasil data yang tersebut akan diperoleh tingkatan nilai
tinggi dan memiliki rentang kedalaman intensitas akustik pada suatu objek yang
yang lebar (Hasan et al., 2014). Multibeam terkandung di dasar laut.
echosounder menghasilkan dua tipe Pada penelitian ini akan
dataset yaitu data batimetri dan hambur dilaksanakan identifikasi objek bawah laut
balik (backscatter) yang sangat berguna dan sedimen di sekitarnya menggunakan
untuk memetakan dasar perairan (Adi et raw data batimetri di Teluk Jakarta
al., 2016). berdasarkan nilai intensitas akustik objek
Perairan Teluk Jakarta merupakan tersebut. Penelitian ini penting untuk
bagian dari Laut Jawa yang terletak di dilaksanakan guna memberikan
sebelah utara Provinsi DKI Jakarta, tambahan informasi mengenai adanya
Indonesia. Di teluk ini terdapat pulau- objek bawah laut yang perlu diwaspadai
pulau kecil berjenis pulau karang yang untuk menjamin keselamatan pelayaran
bernama Kepulauan Seribu. Perairan terutama kapal-kapal yang berlayar di
Teluk Jakarta memiliki peran yang penting Teluk Jakarta menuju ke Pelabuhan
dan signifikan terhadap pertumbuhan Tanjung Priok.
ekonomi daerah melalui pengembangan
industri kelautan seperti jasa Rumusan Masalah
perhubungan laut, transhipment, Berdasarkan latar belakang
penambangan minyak dan pariwisata. Di tersebut dapat dirumuskan beberapa
teluk ini terdapat Pelabuhan Tanjung masalah antara lain:
Priok, pelabuhan terbesar di Indonesia a. Bagaimana pengolahan data
yang juga menjadi pusat kegiatan ekspor batimetri dan data backscatter Multibeam
impor. Peranan penting dari Pelabuhan Echosounder?
Tanjung Priok tersebut menuntut standar b. Bagaimana mengidentifikasi objek
dasar laut dengan memanfaatkan nilai
43
p-ISSN 2460 – 4623
e-ISSN 2716 – 4632
intensitas akustik dan jenis sedimen dasar c. Data batimetri yang digunakan adalah
laut di sekitarnya? data dari Latsurta KRI Rigel-933
Satsurvei Pushidrosal di perairan Teluk
Tujuan Penelitan Jakarta pada November 2020.
Adapun tujuan dari penelitian dalam
penulisan ini adalah: LANDASAN TEORI
a. Mengetahui pengolahan data batimetri
dan backscatter Multibeam Teori Akustik Bawah Air
Echosounder. Akustik adalah ilmu yang
b. Mengetahui identifikasi objek dasar laut membahas tentang gelombang suara dan
dengan memanfaatkan nilai intensitas perambatannya dalam suatu medium
akustik dan jenis sedimen dasar laut di (Lubis, 2016). Dalam pengertian yang lain
sekitarnya. menurut Kencanawati (2017), akustik
diartikan sebagai bidang ilmu yang
Manfaat Penelitian mempelajari tentang suara dan bunyi yang
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat ditimbulkan dari benda yang bergetar.
memanfaatkan nilai backscatter dari hasil Teknologi akustik banyak dimanfaatkan
pengolahan MBES untuk membantu dalam bidang kelautan, salah satunya
mengidentifikasi objekobjek bawah laut adalah untuk mendeteksi objek di kolom
yang berada di permukaan dasar laut air serta di dasar perairan.
serta membantu proses perencanaan Cepat rambat gelombang suara
kegiatan survei identifikasi objek bawah dalam suatu media air memiliki nilai yang
laut sesuai dengan kondisi teknis di tidak selalu konstan. Hal tersebut
lapangan sehingga pengambilan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu
keputusan dapat dilaksanakan lebih temperatur, tekanan, dan salinitas. Ketiga
optimal. faktor menyebabkan lintasan kecepatan
suara ke dasar laut tidak bergerak secara
Pembatasan masalah tegak lurus.
Pembatasan masalah dalam penulisan ini Teknologi akustik bawah air dapat
adalah sebagai berikut: melakukan pengukuran terhadap kuat
a. Pengolahan data dan studi identifikasi lemahnya pantulan dasar perairan dari
objek bawah laut menggunakan berbagai macam jenis partikel. Impedansi
perangkat lunak Caris Hips and Sips akustik dan koofisien refleksi inilah yang
10.4 untuk mengukur kedalaman dan digunakan untuk menentukan seberapa
menginterpretasikan bentuk dasar laut. besar kuat/nilai dari pantulan suatu objek
b. Proses identifikasi sedimen dasar laut (Indramawan et al., 2017).
menggunakan metode Angular
Response Analysis (ARA) dan Survei Batimetri
Sediment Analysis (SAT) pada Survei adalah kegiatan terpenting
perangkat lunak Caris Hips and Sips dalam menghasilkan informasi atau data.
10.4. Survei hidrografi didefinisikan sebagai
kegiatan pengukuran untuk memperoleh
44
p-ISSN 2460 – 4623
e-ISSN 2716 – 4632
Multibeam Echosounder
Multibeam Echosounder (MBES)
adalah salah satu alat yang digunakan Gambar 2. Sapuan Multibeam
untuk survei batimetri dalam cakupan Echosunder (Sumber: SHOM, 2014)
survei hidrografi. MBES digunakan untuk
mengukur banyak titik kedalaman secara Menurut Sasmita (2008), pada
bersamaan yang didapat dari suatu prinsipnya MBES menggunakan
45
p-ISSN 2460 – 4623
e-ISSN 2716 – 4632
pengukuran selisih fase pulsa untuk teknik ukuran penghambur, dan frekuensi
pengukuran yang digunakan. Selisih fase gelombang akustik (Prayoga et al., 2016).
ini merupakan fungsi dari selisih pulsa
waktu pancaran dan penerimaan pulsa
akustik serta sudut datang dari tiap-tiap
tranduser. Prinsip kerja MBES
menggunakan selisih fase pulsa
ditunjukkan pada Gambar 3.
46
p-ISSN 2460 – 4623
e-ISSN 2716 – 4632
47
p-ISSN 2460 – 4623
e-ISSN 2716 – 4632
akustik dengan frekuensi tinggi. Pengaruh variasi ukuran butir dan kekasaran
dari kekasaran pada intensitas permukaan. Akibatnya, data backscatter
backscatter bervariasi tergantung tipe, dapat digunakan untuk mengidentifikasi
magnitudo, dan orientasi dari kekasaran dan menginterpretasikan struktur sedimen
dasar perairan (Flood & Ferrini, 2005). dan dasar laut (Trismadi, 2017). Dalam
Pantulan sinyal akustik di permukaan menentukan klasifikasi jenis dasar laut
dasar laut terhadap dasar perairan yang oleh MBES sangat bergantung pada
heterogen dapat dilihat pada Gambar 7. intensitas nilai backscatter. Hal tersebut
dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain:
a. Jarak Target
b. Source Power dan arah beam
c. Area pendeteksian (Slope,
kemiringan objek, refraksi)
METODE PENELITIAN
Sumber Data
Gambar 7. Pantulan Sinyal Akustik Data yang digunakan dalam
terhadap Dasar Perairan yang Heterogen. penelitian ini adalah raw data hasil survei
(Sumber: Flood & Ferrini, 2005) dari KRI Rigel-933 Satuan Survei
Pushidrosal pada bulan November 2020
Sedimen berupa raw data batimetri, data pasang
Sedimen adalah pecahan batuan surut dan data SVP. Data tersebut
dari berbagai proses (pelapukan fisik, diperoleh melalui pengajuan data ke Dinas
kimia, biologi). Batuan dapat disebabkan Hidrografi Pushidrosal. Data hasil
karena adanya proses vulkanik (letusan), penelitian sebelumnya juga digunakan
sedimentasi, metamorf, atau biogenik untuk referensi dalam penelitian ini.
(karang). Ukuran sedimen adalah
umumnya diwakili oleh diameternya (d), Objek Penelitian
dengan asumsi bahwa butiran sedimen Obyek dalam penelitian ini adalah
adalah ideal bola. Menurut ukuran Perairan Teluk Jakarta pada area Latsurta
mereka, sedimen berada diklasifikasikan Pushidrosal TA. 2020 yang tercantum
menjadi lumpur (d ≤ 62,5 mm), pasir (62,5 pada Peta Laut Indonesia Nomor 86.
mm < d ≤ 2 mm), dan kerikil (d > 2 mm) Batas – batas area penelitian sebagai
(Poerbandono, 2015). berikut ini.
Sedimen didefinisikan secara luas
sebagai material yang diendapkan di A. 106˚ 48’ 00.00” BT - 5˚ 55’ 33.20” LS
dasar suatu cairan (air dan udara), atau B. 106˚ 51’ 42.75” BT - 5˚ 55’ 33.20” LS
secara sempit sebagai material yang C. 106˚ 51’ 42.75” BT - 5˚ 57’ 11.38” LS
diendapkan oleh air, angin, atau D. 106˚ 48’ 00.00” BT - 5˚ 57’ 11.38” LS
gletser/es. Jenis sedimen memiliki
kekuatan hamburan yang berbeda karena
48
p-ISSN 2460 – 4623
e-ISSN 2716 – 4632
49
p-ISSN 2460 – 4623
e-ISSN 2716 – 4632
50
p-ISSN 2460 – 4623
e-ISSN 2716 – 4632
51
p-ISSN 2460 – 4623
e-ISSN 2716 – 4632
konfigurasi kapal survei dapat dilihat pada KRI dengan koordinat (x,y,z) terhadap
Gambar 15. COG (dalam meter) adalah (-2.069, -
0.077, -0.785). Offset peralatan
pemeruman KRI Rigel-933 ditunjukkan
pada Tabel 1 sebagai berikut.
52
p-ISSN 2460 – 4623
e-ISSN 2716 – 4632
53
p-ISSN 2460 – 4623
e-ISSN 2716 – 4632
mencapai ordo khusus S44 IHO edisi ke- Sebagai jaminan kualitas data,
5 tahun 2008 untuk MBES Kongsberg dilakukan pemeriksaan menggunakan 4
EM302 KRI Rigel – 933 adalah sebesar (empat) lajur silang untuk memastikan
±70°. Grafik performance test ditunjukkan hasil survei pemeruman pada batas
pada Gambar 18. standar minimum orde S44 IHO edisi ke-
5 tahun 2008. Hasil pemeriksaan lajur
utama dengan lajur silang ditampilkan
pada Gambar 20.
Pembuatan Mosaic
Mosaic hambur balik merupakan
hasil penggambaran derajat keabu-abuan
(grey level) yang menunjukkan pantulan
intensitas akustik oleh dasar perairan.
Gambar 19. Profil Batimetri Area
Mocaic dibangun atas dasar pembuatan
Penelitian.
GeoBaRs (Georeferenced Backscatter
Raster).
54
p-ISSN 2460 – 4623
e-ISSN 2716 – 4632
55
p-ISSN 2460 – 4623
e-ISSN 2716 – 4632
56
p-ISSN 2460 – 4623
e-ISSN 2716 – 4632
57
p-ISSN 2460 – 4623
e-ISSN 2716 – 4632
58
p-ISSN 2460 – 4623
e-ISSN 2716 – 4632
a. Pengolahan data batimetri hasil akuisisi b. Perlu adanya data grab sample sebagai
data Multibeam Echosounder validasi data insitu sedimen dasar laut
Kongsberg EM302 di Perairan Teluk di area penelitian.
Jakarta mendapatkan hasil base
surface dengan rentang kedalaman DAFTAR PUSTAKA
minimum 11,4 meter dan kedalaman Adi, A. P., Manik, H. M., & Pujiyati, S.
maksimum 43,0 meter, dengan rata- (2016). Integrasi Data Multibeam
rata kedalaman 28.2 meter. Batimetri Dan Mosaik Backscatter
Pengolahan mosaik menghasilkan data Untuk Klasifikasi Tipe
backscatter dengan nilai intensitas Sedimen. Jurnal Teknologi
yang diperoleh -79,93 dB sampai Perikanan dan Kelautan, 7(1), 77-
dengan -0,84 dB. 84.
b. Hasil intensitas backscatter dari Anderson, J. T., Holliday, D. V., Kloser, R.,
penelitian dapat mengidentifikasi objek Reid, D. G., & Simard, Y. (2008).
dasar laut berupa wreck dan dua lajur Acoustic Seabed Classification:
pipa. Objek wreck berada pada posisi Current Practice And Future
5°55’36.58” LS - 106°51’23.39” BT Directions. ICES Journal of Marine
dengan nilai intensitas -17,48 dB Science, 65(6), 1004-1011.
sampai dengan -12,08 dB. Objek Pipa DOI:10.1093/icesjms/fsn061.
1 berada pada posisi 5°55’31.92” LS – Dufek, T. (2012). Backscatter Analysis of
106°51’17.03” BT sampai dengan Multibeam Sonar Data in the area
5°57’13.61” LS - 106°49’47.93 BT of the Valdivia Fracture Zone using
dengan kedalaman 26.1 meter sampai GEOCODER in CARIS
dengan 30.3 meter. Nilai intensitas HIPS&SIPS and IVS3D
objek Pipa 1 -26,38 dB sampai dengan Fledermaus. (Doctoral
-14,26 dB. Objek Pipa 2 pada posisi Dissertation, HafenCity Universität
5°56’58.08” LS - 106°47’58.68” BT, Hamburg).
kedalaman antara 24,7 meter sampai Fahrulian, F., Manik, H. M., Jaya, I., &
dengan 26,3 meter. Nilai intensitas Pipa Udrekh, U. (2016). Angular Range
2 antara -23,99 dB sampai dengan - Analysis (ARA) and K-Means
14,99 dB. Clustering of Multibeam
Echosounder Data for Determining
Saran Sediment Type. ILMU KELAUTAN:
Berdasarkan hasil penelitian ini, ada Indonesian Journal of Marine
beberapa saran yang dapat diajukan yaitu: Sciences, 21(4), 177-184.
a. Untuk penelitian berikutnya perlu Farihah, R.A., Manik, H.M., & Harsono, G.
adanya data pembanding berupa (2020). Pengukuran Dan Analisis
penggunaan peralatan Autonomous Hambur Balik Akustik
Underwater Vehicle (AUV) agar lebih Menggunakan Teknologi
memaksimalkan pencitraan langsung Multibeam Echosounder Untuk
bentuk dan ukuran dari objek yang Klasifikasi Sedimen Dasar Laut
diteliti. Teluk Palu. Jurnal Ilmu Dan
59
p-ISSN 2460 – 4623
e-ISSN 2716 – 4632
60
p-ISSN 2460 – 4623
e-ISSN 2716 – 4632
61
p-ISSN 2460 – 4623
e-ISSN 2716 – 4632
62