Anda di halaman 1dari 16

Oseana, Volume 44, Nomor 1 Tahun 2019 : 54 - 69 p-ISSN: 0216-1877, e-ISSN: 2714-7185

PENGGUNAAN LIDAR (LIGHT DETECTION AND RANGING) UNTUK


MENGUKUR KEDALAMAN PERAIRAN DANGKAL

Oleh
Hollanda A Kusuma1) dan Nadya Oktaviani2)

ABCTRACT
UTILIZATION OF LIDAR (LIGHT DETECTION AND RANGING) TO
MEASURE SHALLOW WATER DEPTH. Understanding on seabed characteristics
such as the topography, composition and habitat conditions was very important to
provide information not only for shipping activities, conservation, management and
planning activities, but also for research activities with accurate bathymetry data.
Accurate bathymetric data can be obtained from hydrographic surveys and remote
sensing technology analysis. The hydrographic survey is used to obtain bathymetry data
by applying singlebeam echosounder (SBES) and multibeam echosounder (MBES). At a
depth of <15m (shallow water) was difficult to carry out an acoustic survey. At present
there is one remote sensing technology that can be used to support hydrographic surveys
namely Bathymetric LIDAR (Light Detection and Ranging). LIDAR was able to detect
objects on land and waters due to being flown by a vehicle. Wide LIDAR sweep makes
data acquisition faster and more effective than acoustic noise. Therefore, LIDAR was an
alternative to obtain depth data, especially in coastal areas with a depth of less than 50 m.
Keyword: LIDAR, Bathymetry, shallow water

PENDAHULUAN Survei hidrografi digunakan


Pemahaman mengenai untuk memperoleh data batimetri dengan
karakteristik dasar laut seperti pemeruman secara akustik menggunakan
topografi dasar laut, komposisi dan singlebeam echosounder (SBES) dan
kondisi habitat sangat penting untuk multibeam echosounder (MBES). Namun
memberikan informasi bagi kegiatan di sisi lain, batimetri pada perairan
pelayaran, konservasi, manajemen dan dangkal (< 15 m) sangat sulit dilakukan
perencanaan, serta kegiatan penelitian karena kesulitan dalam navigasi agar
yang membutuhkan data batimetri yang kapal tidak karam dan adanya terumbu
akurat. Data batimetri yang akurat dapat karang di perairan dangkal sehingga
diperoleh dari survei hidrografi dan dapat menyebabkan data menjadi tidak
analisa teknologi penginderaan jarak akurat (Eren et al., 2016; Webster et
jauh. al., 2016; Wright et al., 2016), padahal
1)
Pusat Pemetaan Kelautan dan Lingkungan Pantai, Badan Informasi Geospasial
2)
Bidang Penelitian, Badan Informasi Geospasial

54
informasi spasial di area pesisir ini sangat kebijakan/regulasi pengembangan
dibutuhkan. Oleh karena itu, teknologi kawasan pesisir, dan mendukung upaya
penginderaan jauh dibutuhkan untuk resiliensi dan restorasi (Kim et al., 2017).
membantu mendeteksi kedalaman di
LIDAR mampu mendeteksi
daerah tersebut.
objek di darat dan perairan dikarenakan
Salah satu teknologi diterbangkan dengan wahana. Sapuan
penginderaan jauh yang dapat digunakan LIDAR yang lebar membuat perolehan
untuk mendukung survei hidrografi data menjadi cepat dan efektif
ialah Bathymetric LIDAR (Light dibandingkan dengan pemeruman
Detection and Ranging). Bathymetric akustik. Perbandingan sapuan LIDAR
LIDAR memberikan informasi spasial dan pemeruman akustik dapat dilihat
dasar untuk mendukung analisis lanjut pada Gambar 1. Oleh karena itu, LIDAR
seperti distribusi sumber daya kelautan, menjadi salah satu alternatif untuk
kelimpahan, hubungan biogeografis mendapatkan data kedalaman terutama di
biota, mengevaluasi dampak sesaat daerah pesisir dengan kedalaman kurang
dan jangka panjang dari tekanan alam dari 50 m (Banic & Cunningham, 1998).
dan antropogenik, mempertimbangkan

Gambar 1. Konsep LIDAR dibandingkan dengan pemeruman akustik (Banic &


Cunningham, 1998).

55
PERKEMBANGAN BATHYMETRIC 2000, kolaborasi antara U.S. Army Corp of
LIDAR Engineers, U.S. Geological Survey, U.S.
Lidar diperkenalkan pada National Ocean Service, dan Canadian
pertengahan tahun 1960 dengan Hydrographic Service, menunjukkan
demonstrasi pertama pada tahun 1969 ketertarikan lebih lanjut pada teknologi
(Forfinski-Sarkozi & Parrish, 2016). Bathymetric LIDAR dengan membuat
Secara khusus, Bathymetric LIDAR sistem yang lebih handal dan mudah
diperkenalkan pada tahun 1970-an di digunakan (Saylam et al., 2017).
dalam program NASA yang bernama
Airborne Oceanographic Lidar (AOL). PRINSIP KERJA BATHYMETRIC
AOL merupakan proyek eksperimental LIDAR
dan uji lapangnya membuktikan
Bathymetric LIDAR menggunakan
bahwa LIDAR sangat berpotensi untuk
laser untuk menduga kedalaman dasar
pemetaan dasar laut. AOL menggunakan
perairan dari perbedaan waktu pengiriman
laser dengan panjang gelombang 540 nm
pulsa sinar optik yang ditransmisikan
(Guenther et al., 1978).
dari wahana ke dasar perairan melewati
Kanada juga mengembangkan medium udara dan air. Pulsa optik yang
Bathymetric LIDAR yaitu LARSEN 500 dihasilkan oleh laser ditransmisikan dari
hasil kerja sama perusahaan OPTECH wahana menuju permukaan air. Penerima
dengan Pusat Penginderaan Jauh optik yang berada di sebelah transmiter
Kanada (Canada Centre for Mapping mendeteksi pulsa yang kembali dari
and Earth Observation). LARSEN permukaan dan dasar air.
500 menggunakan dua gelombang
Secara umum, Bathymetric
cahaya yaitu hijau (532 nm) dan
LIDAR menggunakan dua panjang
inframerah (1.064 nm) untuk mendeteksi
gelombang cahaya yaitu hijau (532
kedalaman (Banic et al., 1986).OPTECH
nm) dan inframerah (1064 nm) untuk
mengembangkan versi pertama dengan
mendeteksi permukaan dan dasar
sistem yang dinamakan SHOAL
perairan (Gambar 2). Sinar hijau
(Scanning Hydrographic Operational
digunakan karena mampu menembus air
Airborne Lidar Survey).
hingga ke dasar. Adapun sinar inframerah
Angkatan Laut Australia dan digunakan sebagai faktor pengurang
angkatan bersenjata Swedia kemudian jarak yang dideteksi sinar hijau, karena
mengikuti dengan membuat sistem yang sinar inframerah tidak bisa menembus
mereka kembangkan sendiri yaitu Laser permukaan air.
Airborne Depth Sounder (LADS) dan
Hawk Eye mulai tahun 1989. Pada tahun

56
Gambar 2. Prinsip Operasi Bathymetric LIDAR (LaRocque & West, 1999).

Bentuk gelombang Bathymetric dihitung dari perbedaan waktu antara


LIDAR biasanya terdiri dari dua puncak sinyal kembali dari dua laser ini (waktu
signifikan yang merepresentasikan kembali dari dasar dan permukaan air).
energi sinar laser yang direfleksikan Bentuk sinyalnya dapat dilihat pada
dari permukaan air dan energi yang Gambar 3. Sinyal akan kembali menjadi
direfleksikan dari dasar perairan (Eren et derau (noise) setelah berinteraksi dengan
al., 2016). Di dalam kolom perairan, energi lingkungan (LaRocque & West, 1999;
sinar laser mengalami penghamburan Kim et al., 2017).
dan penyerapan. Kedalaman perairan

Gambar 3. Bentuk gelombang yang diterima oleh Bathymetric LIDAR (Eren et al., 2016).

57
INSTRUMEN LIDAR 1. OPTECH Scanning Hydrographic
Instrumen Bathymetric LIDAR Operational Airborne Lidar Survey
sudah berkembang saat ini. Beberapa di (SHOALS) System
antaranya ialah:

Gambar 4. Bentuk fisik OPTECH SHOALS (GIM International, 2008).

Instrumen ini dikembangkan oleh 2. Compact Hydrographic Airborne


US Navy dan OPTECH untuk mengukur Rapid Total Survey (CHARTS)
kedalaman perairan dangkal dan elevasi system
daratan tepi pantai. Sistem ini bekerja
CHARTS system dikembangkan
pada frekuensi 200 Hz dan 400 Hz dengan
oleh US Navy dan OPTECH untuk
pengoperasian menggunakan helikopter.
memenuhi kebutuhan angkatan laut
Ketinggian wahana optimumnya yaitu
Amerika Serikat dalam pembuatan peta
antara 200-400 m dengan kecepatan 50-70
laut. CHARTS merupakan generasi
m/s. Panjang gelombang yang digunakan
penerus SHOALS (Gambar 5). Sistem ini
ialah 532 nm dan 1064 nm. Lebar sapuan
memiliki kemampuan untuk mengaktifkan
sistem ini sepanjang 220 m. Ketelitian
laser yang akan digunakan. Pengguna bisa
pengukuran sistem ini mengikuti standar
memilih mengaktifkan sinar inframerah
IHO Ordo 1 yaitu ±0,15 m secara vertikal
saja atau inframerah dan hijau sesuai
dan ±1-3 m secara horisontal. SHOALS
dengan peruntukannya. Lebar sapuannya
memiliki kemampuan untuk mendeteksi
70% dari ketinggian wahana. Akurasi
kedalaman 2 sampai 3 kali menggunakan
vertikal dan horizontal memenuhi standar
Secchi Disk. Pada kondisi perairan yang
IHO Ordo 1. Kedalaman minimum yang
jernih, SHOALS mampu mendeteksi
mampu dideteksi sebesar 0,1 m dan
hingga 60 m (Wozencraft & Lillycrop,
kedalaman maksimum sebesar tiga kali
2002).
kedalaman Secchi disk (Wozencraft &
Lillycrop, 2002).

58
Gambar 5. Instrumen yang ada pada CHARTS System (Joint Airborne Lidar Bathymetry
Technical Center of Expertise & U.S. Army Corps of Engineers) (Wozencraft
& Lillycrop, 2002)

3. Bathymetric and Topographic Survey BATS system dikembangkan oleh


(BATS) system US Navy dan OPTECH untuk operasi
taktis. Sistem ini memenuhi standar IHO
Ordo 2 (Gambar 6).

59
Gambar 6. Wahana tak berawak yang mengangkut BATS System (Wozencraft &
Lillycrop, 2002)

Lebar sapuannya 50% dari Sistem CZMIL dibuat oleh


ketinggian wahana. Kedalaman minimum OPTECH dan digunakan untuk
yang mampu dideteksi sebesar 1 m dan memenuhi permintaan Joint Airborne
kedalaman maksimum sebesar 2,5 kali Lidar Bathymetry Technical Center of
kedalaman Secchi disk (Wozencraft & Expertise (JALBTCX) dalam kegiatan
Lillycrop, 2002). USACE National Coastal Mapping
Program (Gambar 7).
4. Coastal Zone Mapping and Imaging
LIDAR (CZMIL) Nova

Gambar 7. Bentuk fisik Coastal Zone Mapping and Imaging Lidar (CZMIL) Nova
(www.teledyneoptech.com).

60
Sistem ini bekerja pada ketinggian kedalaman)²) m (Ramnath et al., 2015).
400 m dengan kecepatan wahana 140
5. Leica Hawk Eye III
knot. Kedalaman maksimum yang dapat
dideteksi sebesar 4 kali kedalaman Secchi Hawk Eye III mampu mensurvei
disk. Akurasi horizontal sebesar 3,5 ± darat dan dasar perairan secara simultan
(0,05 x kedalaman) m, dan kedalaman menggunakan laser inframerah (1064
vertikalnya sebesar Ö (0,32 ± (0,013 x nm) dan laser hijau (532 nm).

Gambar 8. Instrumen Bathymetric Laser HAWKEYE III (www.teledyneoptech.com).

Alat ini diterbangkan oleh inframerah mengirim pulsa dengan


wahana dengan ketinggian terbang frekuensi 500 kHz sedangkan laser
antara 250 m hingga 600 m. Sensor ini hijau sebesar 35 kHz. Kerapatan titik
memiliki lebar sapuan sepanjang 100 m pengukuran batimetri pada ketinggian
– 330 m. Hawk Eye III mampu mengukur jelajah 400 m dengan kecepatan pesawat
kedalaman dengan kerapatan 0,1 dan 60 m/s ialah 1,5 titik/m². Instrumen ini
0,35 pemeruman per m² (Tulldahl, 2014). dilengkapi dengan Kamera Leica RCD30
untuk mendapatkan citra resolusi tinggi,
6. Leica Chiroptera-II
dengan keakuratan batimetri sebesar
Instrumen ini dikembangkan 0,15 m. Leica Chiroptera II (Gambar 9)
oleh Leica AHAB dan memiliki banyak mampu mendeteksi kedalaman hingga
penambahan dari Chiroptera I. Instrumen 1,5 kali kedalaman Secchi disk (Webster,
ini memiliki laser inframerah (1064 2016).
nm) dan laser hijau (515 nm). Laser

61
Gambar 9. Leica Chiroptera II (www.teledyneoptech.com).

KEUNGGULAN DAN daerah yang berbahaya dan tidak bisa


KEKURANGAN BATHYMETRIC dilalui oleh survei MBES; (e) tingkat
LIDAR fleksibilitas yang tinggi membuat
LIDAR mampu memberikan data yang
Keunggulan dari Bathymetric
akurat dan cepat; (f) mampu mendeteksi
LIDAR antara lain adalah: (a) akurat
ketinggian darat dan kedalaman pada
dan kemampuan pendeteksian objek,
waktu yang bersamaan; dan (g) mampu
LIDAR mampu memberikan akurasi
memberikan informasi intensitas yang
sesuai dengan standar IHO (International
kembali dari objek untuk digunakan
Hydrographic Organization) ordo
dalam pengelompokan bentik (LaRocque
1; (b) biaya yang dibutuhkan untuk
& West, 1999; Brock & Purkis, 2009;
pengoperasian Bathymetric LIDAR
Gupta & Zielinski, 2013).
lebih murah dibandingkan dengan
Multibeam echosounder (MBES). Rasio Kekurangan dari Bathymetric
biaya antara LIDAR dan MBES ialah LIDAR ini ialah: (a) kemampuan
3:10 untuk deteksi kedalaman kurang pendeteksian kedalaman dipengaruhi
dari 50 m; (c) area cakupan LIDAR oleh kekeruhan perairan dimana
lebih luas dibandingkan dengan MBES. semakin keruh perairan semakin
LIDAR mampu memindai area hingga dangkal kedalaman yang bisa dideteksi.
77 km²/jam. Hal ini dikarenakan lebar Bathymetric LIDAR hanya mampu
sapuan LIDAR tidak dipengaruhi oleh mendeteksi kedalaman kurang dari 50 m
kedalaman; (d) kemampuan operasi di pada perairan yang jernih dan sekitar 20-

62
30 m pada perairan tidak terlalu keruh; Secara spesifik, Bathymetric
(b) gelombang yang disebabkan angin LIDAR memberikan nilai kedalaman
memengaruhi produktivitas LIDAR yang presisi. Banic & Cunningham
sehingga target yang kecil tidak mampu (1998) menjelaskan kemampuan
dideteksi; (c) kondisi lingkungan seperti SHOALS system dalam pembuatan peta
hujan, angin yang kencang, gelombang tiga dimensi Teluk Braviken, Swedia
yang tinggi, kabut, lereng yang curam (Gambar 10). Gambar 11 menunjukkan
menyebabkan kesulitan pada survei kemampuan Bathymetric LIDAR
LIDAR (Guenther et al., 1978; Sizgoric dalam memberikan informasi tentang
et al., 1995; Gupta & Zielinki, 2013). keberadaan kapal karam di perairan
Meksiko dari hasil interpretasi data
Bathymetric LIDAR (LaRocque & West,
APLIKASI DENGAN
1999). Selain itu, U.S Geological Survey
MENGGUNAKAN BATHYMETRIC
(USGS) memperoleh data batimetri di
LIDAR
pesisir Hawai menggunakan Bathymetric
Bathymetric LIDAR sudah LIDAR (Gambar 12). Data batimetri dan
digunakan di beberapa negara sebagai topografi ini digunakan untuk pembuatan
salah satu solusi untuk mendapatkan data Seamless Digital Terrain Model yang
di kawasan pesisir secara cepat, aman, dapat digunakan untuk manajemen
dan berkualitas. Data yang diambil di kawasan pesisir dan desain teknik.
kawasan pesisir dengan LIDAR tidak Ramnath et al., (2015) melakukan survei
hanya data batimetri melainkan data- hidrografi di Hawai dengan menggunakan
data lain seperti garis pantai, tutupan CZMIL untuk menyempurnakan data
lamun, deteksi situs purbakala di yang diperoleh USGS. Hasil pemindaian
dalam air, deteksi tipe substrat dasar CZMIL dianalisis menjadi Seamless
perairan dangkal, hingga studi mengenai Digital Terrain Model (Gambar 13).
ekosistem terumbu karang (Guenther et Begitu pula dengan Quadros et al.,
al., 1978, Brock & Purkis, 2009; Doneus (2008) yang mampu memindai Teluk
et al., 2012). Port Phillip, Victoria, Australia dan
menggabungkannya dengan topographic
LIDAR (Gambar 14).

63
Gambar 10. Peta tiga dimensi Teluk Braviken Swedia yang diambil menggunakan
Bathymetric LIDAR (Banic & Cunningham, 1998).

Gambar 11. Bagian kapal karam yang teridentifikasi oleh Bathymetric LIDAR (kiri);
keberadaan kapal karam di dasar perairan dengan menggunakan citra
(kanan). (LaRocque & West, 1999).

Gambar 12. Citra dari data Bathymetric LIDAR di Hawai. Garis pantai berada di atas,
lepas pantai di bawah, dan warna keabuan mengindikasikan kedalaman
dengan warna yang semakin gelap menunjukkkan perairan yang semakin
dalam (Irish, 2000).

64
Gambar 13. Peta Topo-bathy DEM yang dibentuk dari data CZMIL di Hawai (Ramnath
et al., 2015).

Gambar 14. Hasil pemindaian Bathymetric LIDAR di Teluk Port Phillip, Victoria,
Australia (Quadros et al., 2008)

65
Pastol (2011) mencoba membandingkan Perancis (Gambar 15). Wilson (2011)
tiga instrumen yaitu Bathymetri LIDAR, memperlihatkan bentuk tiga dimensi
Topographic LIDAR, dan Multibeam ekosistem terumbu karang di Laut Merah
Echosounder dalam pembuatan dari hasil pemindaian Bathymetric
peta batimetri di daerah pesisir LIDAR (Gambar 16.).

LIDAR MBES

Gambar 15. Perbedaan hasil nilai kedalaman dari LIDAR dan MBES (kiri); Perbedaan
nilai ketinggian yang dihasilkan oleh Topographic LIDAR dan Bathymetric
LIDAR dalam satuan meter (Pastol, 2011).

Gambar 16. Area terumbu karang yang disurvei dengan Bathymetric LIDAR di Laut
Merah (Wilson, 2011).

66
PENUTUP DAFTAR PUSTAKA
Bathymetric LIDAR sebagai Banic, J., S. Sizgoric, and R. O’Neil. 1986.
salah satu teknologi penginderaan Scanning lidar bathymeter for
jauh yang sudah berkembang saat ini water depth measurement. In
mampu menjadi solusi alternatif untuk 1986 Quebec Symposium, 187-
memperoleh data batimetri di kawasan 195.
pesisir dengan kedalaman kurang dari 50 Banic, J. R., and A. G. Cunningham. 1998.
meter. Penggunaan Bathymetric LIDAR Airborne laser bathymetry: A
akan membantu untuk memperoleh tool for the next millennium.
data di kawasan pesisir Indonesia dan EEZ Technology, 3 : 75–80.
dapat digunakan untuk kepentingan
pembuatan peta lingkungan pantai, peta Brock, J.C., and S. J. Purkis. 2009. The
alur pelayaran, hingga peta tematik Emerging Role of Lidar Remote
lainnya. Namun, adanya kekurangan Sensing in Coastal Research
Bathymetric LIDAR yaitu kualitas data and Resource Management
dipengaruhi oleh kekeruhan perairan, Journal of Coastal Research,
Special Issue, 53, 1-5. doi :
maka penggunaan Bathymetric LIDAR
10.2112/SI53-001.1.
tersebut perlu memperhatikan kondisi
daerah yang akan disurvei. Chu, D. 2011. Technology evolution
andadvances in fisheries
Dengan adanya teknologi
acoustics. Journal of marine
Bathymetric LIDAR ini diharapkan
Science and Technology, 19(3)
mampu mempercepat perolehan
: 245-252
data batimetri yang selama ini hanya
diperoleh dari data pemeruman akustik Cunnigham, A. G., W. J. Lillycrop, G. C.
baik Singlebeam Echosounder maupun Guenther and M. W. Brooks.
Multibeam Echosounder. Belum 2016. Shallow water laser
banyaknya aplikasi Bathymetric LIDAR bathymetry accomplishments
di Indonesia menjadi peluang bagi and applications. US Army
peneliti, mahasiswa, dosen hingga Corps of Engineers Mobile
praktisi untuk menggunakan dan United States.
mengembangkan Bathymetric LIDAR ini Doneus M., N. Doneus, C. Briese, M.
agar semakin banyak orang yang dapat Pregesbauer, G. Mandlburger,
menggunakannya. and G. Verhouven. 2013.
Airbone laser bathymetry-
detecting and recording
submerged archaeological
sites from the air. Journal of
Archaeological Science, 40(4)
: 2136-2151. doi : 10.1016/j.
jas.2012.12.021.

67
Eren, F., S. Pe’eri, and Y. Rzhanov. 2016. Irish, J.L. 2000. An introduction to
Airborne Lidar Bathymetry coastal zone mapping with
(ALB) waveform analysis for airborne lidar: The Shoals
bottom return characteristics. System. Diunduh dari https://
Proc. SPIE 9827, Ocean apps.dtic.mil/dtic/tr/fulltext/u2/
Sensing and Monitoring a492313.pdf
VIII, 98270H-98270H. Kim, H. S. B. Lee, and K. S. Min. 2017.
doi:10.1117/12.2224 Shoreline change analysis using
Forfinski-Sarkozi, N. A., and C. E. Parrish, airborne LiDAR bathymetry
2016. Analysis of MABEL for coastal monitoring. In: Lee,
Bathymetry in Keweenaw Bay J.L.; Griffiths, T.; Lotan, A. K.
and Implications for ICESat-2 S. Suh, and J. Lee. (eds.), The
ATLAS. Remote Sensing, 8(9) 2nd International Water Safety
: 772. Symposium. Journal of Coastal
Research, Special Issue, 79:
GIM International. 2008. Optech
269-273.
SHOALS [online]. http://gim-
international.com/content/ LaRocque, P. E., and G. R. West. 1999.
news/optech-shoals.html. Airborne laser hydrography: an
Diakses pada tanggal 28 Juli introduction. In Proc. ROPME/
2017. PERSGA/IHB Workshop on
Hydrographic Activities in the
Guenther G., L. Goodman, D. Enabnit, ROPME sea area and Red Sea,
R. Swift and R. Thomas. 1978. 4 : 1-15
Laser Bathymetry for Near
Shore Charting Application Pastol, Y. 2011). Use of airborne
(Preliminary Field Text LIDAR bathymetry for coastal
Results). In OCEANS ‘78. hydrographic surveying: the
Washington DC, USA, 390-396. French experience. Journal of
doi:10.1109/OCEANS. Coastal Research, 6-18.
1978.1151121 Quadros, N. D., P. A. Collier, and C. S.
Gupta, S. D., and A. Zielinski. 2013. Fraser. 2008. Integration of
Acoustic and laser bathymetry Bathymetric and topographic
systems. Hydroacoustics, 16 : LiDAR: a preliminary
77-88. Retrieved from yadda. investigation. The International
icm.edu.pl/yadda/ element/ Archives of the Photogrammetry,
bwmeta1.element.baztech- Remote Sensing and Spatial
9cef4f8e-5330-4bff-8c8b- Information Sciences, 36:
656f9a4f57 eb/c/Gupta.pdf. 1299-1304.

68
Ramnath, V., V. Feygels, H. Kalluri, Webster, T., K. McGuigan, N. Crowell,
and B. Smith. 2015. CZMIL K. Collins, and C. MacDonald.
(Coastal Zone Mapping and 2016. Optimization of data
Imaging Lidar) Bathymetric collection and refinement of
performance in diverse littoral post-processing techniques
zones. In OCEANS’15 MTS/ for Maritime Canada’s first
IEEE Washington, 1-10. shallow water topographic-
Bathymetric lidar survey. In:
Saylam, K., R. A. Brown, and J. R.
Brock, J.C., Gesch, D.B.,
Hupp. 2017. Assessment
Parrish, C.E., Rogers, J.N., &
of depth and turbidity with
Wright, C.W. (eds.), Advances
airborne Lidar bathymetry and
in TopoBathymetric Mapping,
multiband satellite imagery
Models, and Applications.
in shallow water bodies of
Journal of Coastal Research,
the Alaskan North Slope.
Special Issue, 76: 31–43. doi:
International Journal of
10.1117/12.2224335
Applied Earth Observation and
Geoinformation, 58: 191-200. Wilson, J. C. 2011. Mapping coral reef
complexes using airborne
Sizgoric, S., J. Banic, and P. LaRocque.
LiDAR bathymetry technology.
1995. The History of Laser
In OCEANS 2011 (1-5).
Bathymetry. In G. A.
Lampropoulos, J. Chrostowski, Wozencraft, J. M., and W. J. Lillycrop.
& R. M. Measures (Eds.), 2002. Total shallow-water
Applications of Photonic survey through airborne
Technology (pp. 207-217). hydrography. Corps of
Boston, MA: Springer US. doi: Engineers Mobile Al Mobile
10.1007/978-1-4757-9247- District
8_40 Wright, C. W., C. Kranenburg, T. A.
Tulldahl, H. M. 2014. Processing of Battista, and C. Parrish.
airborne lidar bathymetry data 2016. Depth Calibration and
for detailed sea floor mapping. Validation of the Experimental
In Proc. SPIE 9250, Electro- Advanced Airborne Research
Optical Remote Sensing, Lidar, EAARL-B. Journal of
Photonic Technologies, and Coastal Research, 76 (sp1),
Applications VIII; and Military 4-17.
Applications in Hyperspectral
Imaging and High Spatial
Resolution Sensing II, 92500E.
doi:10.1117/12.2068940

69

Anda mungkin juga menyukai