Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Dasar Teori


Istilah batimetri berasal dari bahasa Yunani yaitu Bathy- yang berarti
kedalaman dan -metry yang berarti ilmu ukur, sehingga batimetri didefinisikan
sebagai pengukuran dan pemetaan dari topografi dasar laut (Pipkin et.al., 1977).
Batimetri merupakan ukuran tinggi rendahnya dasar laut dimana peta batimetri
memberikan infomasi mengenai dasar laut (Nurjaya, 1991). Pemanfaatan peta
batimetri dalam bidang kelautan misalnya dalam penentuan alur pelayaran,
perencanaan bangunan pantai, pembangunan jaringan pipa bawah laut dsb
(Fauzi,2009).
Batimetri merupakan unsur serapan yang secara sederhana dapat diartikan
sebagai kedalaman laut. Dari Kamus Hidrografi yang dikeluarkan oleh Organisasi
Hidrografi Internasional (International Hydrographic Organization, IHO) tahun
1994, Batimetri adalah penentuan kedalaman laut dan hasil yang diperoleh dari
analisis data kedalaman merupakan konfigurasi dasar laut (Anonim, 2013).
Alat yang biasa digunakan adalah Echosounder dimana alat ini merekam
waktu bolak balik yang ditempuh oleh pulsa suara dari permukaan hingga dasar
perairan. Dengan mengetahui cepat rambat gelombang bunyi di dalam air (V) dan
waktu tempuh untuk menangkap kembali gelombang bunyi yang dilepaskan (t),
maka diperoleh kedalaman perairan (s) (Hutabarat, 1986).
Awalnya, batimetri mengacu kepada pengukuran kedalaman samudra.
Teknik-teknik awal batimetri menggunakan tali berat terukur atau kabel yang
diturunkan dari sisi kapal. Pengukuran dalam satu waktu sehingga dianggap tidak
efisien. Teknik tersebut juga menjadi subjek terhadap pergerakan kapal dan
arus.Survey batimetri dmaksudkan untuk mendapatkan data kedalaman dan
konfigurasi/topografi dasar laut, termasuk lokasi dan luasan obyek-obyek yang
mungkin membahayakan (Fauzi,2009).
Adapun bentuk-bentuk dasar laut menurut Ross (1970) adalah :
 Ridge dan Rise merupakan suatu proses peningggian yang terdapat di atas lautan
(sea floor), hampir serupa dengan gunung-gunung di daratan. Ridge lerengnya lebih
terjal daripada rise.
 Trench adalah bagian laut yang terdalam. Disebut juga palung yang sempit dengan
sisi yang curam.
 Basin yaitu depresi atau cekungan yang berbentuk bulat dan lonjong.
 Island Arc merupakan kumpulan pulau-pulau seperti Kepulauan Indonesia yang
mempunyai perbatasan dengan benua, tetapi memiliki asal yang berbeda.
 Mid Oceanic Vulcanic Island merupakan pulau-pulau vulkanik yang terdapat
ditengah-tengah lautan.
 Atol merupakan pulau-pulau yang sebagian atau keseluruhannya tenggelam di
bawah permukaan air. Batuan yang terdapat di daerah ini umunya didominasi oleh
terumbu karang mati maupun hidup yang berbentuk seperti cincin mengelilingi dan
sebuah lagoon.
 Seamount dan Guyot merupakan gunung-gunung berapi yang muncul dari dasar
lautan, tetapi tidak mencapai ke permukaan.

1.2.Tujuan
 Mahasiswa dapat membuat peta batimeti dari peta analog
 Mahasiswa dapat membandingkan tingkat akurasi antara hasil pengukuran
langsung di lapangan dan hasil satelit.

1.3.Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat membuat peta batimetri dari peta analog.
2. Dapat membandingkan mana yang lebih akurat antara hasil pengukuran
langsung dan pengukuran satelit.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Awalnya, batimetri mengacu kepada pengukuran kedalaman samudra.Teknik-


teknik awal batimetri menggunakan tali berat terukur atau kabel yang diturunkan dari
sisi kapal. Keterbatasan utama teknik ini adalah hanya dapat melakukan satu
pengukuran dalam satu waktu sehingga dianggap tidak efisien. Teknik tersebut juga
menjadi subjek terhadap pergerakan kapal dan arus. Sekarang ini, peta batimetri ini
dapat divisualisasikan dalam tampilan 2 dimensi maupun 3 dimensi. Visualisasi tersebut
dapat dilakukan karena perkembangan teknologi yang semakin maju, sehingga
penggunaan komputer untuk melakukan kalkulasi dalam pemetaan mudah dilakukan.
Data batimetri dapat diperoleh dengan penggunaan teknik interpolasi untuk pendugaan
data kedalaman untuk daerah-daerah yang tidak terdeteksi merupakan hal mutlak yang
harus diperhatikan. Teknik interpolasi yang sering digunakan adalah teori Universal
Kriging dan teori IRFK (Wikipedia, 2013).
Sebuah peta batimetri umumnya menampilkan relief lantai atau dataran dengan
garis-garis kontor (contour lines) yang disebut kontor kedalaman (depth
contours atau isobath), dan dapat memiliki informasi tambahan berupa informasi
navigasi permukaan. Di daratan, garis kontur menghubungkan tempat-tempat
berketinggian sama, sedangkan kontur pada batimetri menghubungkan tempat-tempat
dengan kedalaman sama di bawah permukaan air. Penggukuran kedalaman juga
berpengaruh pada cahaya (kecerahan). Cahaya matahari merupakan sumber energi bagi
kehidupan jasad hidup diperairan. Cahaya matahari dibutuhkan oleh tumbuhan air
dimana untuk proses fotosintesis. Cahaya yang jatuh dipermukaan air sebagian akan
dipantulkan dan sebagian lagi akan diserap. Cahaya yang diserap akan diubah menjadi
panas. Cahaya inilah yang nantinya akan menentukan kecerahan suatu perairan
(Anonim, 2013).
Kedalaman penetrasi cahaya dialam laut bergantung pada beberapa faktor antara
lain absorpsi cahaya oleh air, panjang gelombang cahaya, kecerahan air, pemantulan
cahaya oleh permukaan laut, lintang geografik dan musim. Peta batimetri dalam
aplikasinya memiliki banyak manfaat dalam bidang teknik sipil dan kelautan antara lain
penentuan jalur pelayaran yang aman, perencanaan bangunan pinggir pantai dan lepas
pantai, pendeteksian adanya potensi bencana tsunami di suatu wilayah, dan
pertambangan minyak lepas pantai. Selain itu, peta batimetri diperlukan untuk
mengetahui kondisi morfologi suatu daerah perairan. Karena kondisi laut yang sangat
dinamis, peta batimetri harus selalu di-update dengan perubahan dan perkembangan
kondisi perairan tersebut (Fauzi,2009).
Pengukuran kedalaman perairan secara konvensional dilakukan dengan
menggunakan metode batu duga, namun metode ini memiliki kelemahan terutama hasil
yang kurang akurat. Kemajuan teknologi yang semakin pesat membuat metode ini
sudah muali ditinggalkan dan beralih ke metode pengukuran kedalaman yang
mnenggunaka prinsip perambatan gelombang bunyi (Fauzi,2009).
Alat yang biasa digunakan adalah Echosounder dimana alat ini merekam waktu
bolak balik yang ditempuh oleh pulsa suara dari permukaan hingga dasar perairan.
Dengan mengetahui cepat rambat gelombang bunyi di dalam air (V) dan waktu tempuh
untuk menangkap kembali gelombang bunyi yang dilepaskan (t), maka diperoleh
kedalaman perairan (s) (Fauzi,2009).

Penentuan Batimetri
Metode Akustik
Metode akustik merupakan proses-proses pendeteksian target di laut dengan
mempertimbangkan proses-proses perambatan suara; karakteristik suara (frekuensi,
pulsa, intensitas); faktor lingkungan / medium; kondisi target dan lainnya. Aplikasi
metode ini dibagi menjadi 2, yaitu sistem akustik pasif dan sistem akustik aktif. Salah
satu aplikasi dari sistem aplikasi aktif yaitu Sonar yang digunakan untuk penentuan
batimetri.Sonar (Sound Navigation And Ranging): Berupa sinyal akustik yang
diemisikan dan refleksi yang diterima dari objek dalam air (seperti ikan atau kapal
selam) atau dari dasar laut. Bila gelombang akustik bergerak vertikal ke dasar laut dan
kembali, waktu yang diperlukan digunakan untuk mengukur kedalaman air, jika c juga
diketahui (dari pengukuran langsung atau dari data temperatur, salinitas dan tekanan).Ini
adalah prinsip echo-sounder yang sekarang umum digunakan oleh kapal-kapal sebagai
bantuan navigasi. Echo-sounder komersil mempunyai lebar sinar 30-45o vertikal tetapi
untuk aplikasi khusus (seperti pelacakan ikan atau kapal selam atau studi lanjut dasar
laut) lebar sinar yang digunakan kurang 5o dan arahnya dapat divariasikan. Walaupun
menunjukkan pengaruh temperatur, salinitas dan tekanan pada laju bunyi dalam air laut
(1500 ms-1) relatif kecil dan sedikit perubahan pada c dapat menyebabkan kesalahan
pengukuran kedalaman dan kesalahan sudut akan menambah keburukan resolusi
(Seandy.2010)
Teknik echo-sounding untuk menentukan kedalaman dan pemetaan dasar laut
bertambah maju dengan berkembangnya peralatan sonar seperti SeaBeam dan
Hydrosweep yang merupakan sistem echo-sounding multi-beam yang menentukan
kedalaman air di sepanjang swath lantai laut di bawah kapal penarik, menghasilkan
peta-peta batimetri yang sangat detail. Sidescan imaging system, sperti GLORIA
(Geological Long Range Inclined Asdic), SeaMARC, dan TOBI (Towed Oceand Bottom
Instrument) menghasilkan fotografi aerial yang sama atau citra-citra radar,
menggunakan bunyi atau microwave. Echo-sounding banyak juga digunakan oleh
nelayan karena ikan menghasilkan echo, dan kawanan ikan atau hewan lain dapat
dikenali sebagai lapisan-lapisan sebaran dalam kolom air (Seandy,2010).

Satelit Altimetri
Altimetri adalah Radar (Radio Detection and Ranging) gelombang mikro yang
dapat digunakan untuk mengukur jarak vertikal antara permukaan bumi dengan wahana
antariksa (satelit atau pesawat terbang). Pengukuran ini dapat menghasilkan topografi
permukaan laut sehingga dapat menduga geoid laut, arus permukaan dan ketinggian
gelombang. Inderaja altimetri untuk topografi permukaan laut pertama kali
dikembangkan sejak peluncuran SKYLAB dengan sensor atau radiometer yang disebut
S-193. Satelit altimetri yaitu : GEOS-3, SEASAT, ERS-1, dan yang terakhir yang
sangat terkenal adalah TOPEX/POSEIDON. Satelit terakhir ini adalah satelit misi
bersama antara Amerika Serikat (NASA) dengan Perancis (Fauzi,2009).
Satelit altimetri memiliki prinsip penggambaran bentuk paras laut dimana
bentuk tersebut menyerupai bentuk dasar laut dengan pertimbangan gravitasi yang
mempengaruhi paras laut dan hubungan antara gravitasi dan topografi dasar laut yang
bervariasi sesuai dengan wilayah. Satelit altimetri juga memberikan bentuk gambaran
paras muka laut. Satelit ini mengukur tinggi paras muka laut relatif terhadap pusat
massa bumi. Sistem satelit ini memiliki radar yang dapat mengukur ketinggian satelit di
atas permukaan laut dan sistem tracking untuk menentukan tinggi satelit pada koordinat
geosentris. Satelit Altimetri diperlengkapi dengan pemancar pulsa radar (transmiter),
penerima pulsa radar yang sensitif (receiver), serta jam berakurasi tinggi (Seandy,2010).
Pada sistem ini, altimeter radar yang dibawa oleh satelit memancarkan pulsa-
pulsa gelombang elektromagnetik (radar) kepermukaan laut. Pulsa-pulsa tersebut
dipantulkan balik oleh permukaan laut dan diterima kembali oleh satelit. Informasi
utama yang ingin ditentukan dengan satelit altimetri adalah topografi dari muka laut.
Hal ini dilakukan dengan mengukur ketinggian satelit di atas permukaan laut dengan
menggunakan waktu tempuh dari pulsa radar yang dikirimkan kepermukaan laut, dan
dipantulkan kembali ke satelit (Seandy,2010).

Kontur Batimetri
Bentuk kontur batimetri dari plot hasil sounding diamati sesuai dengan aturan-
aturan sederhana sederhana. Garis kontur tidak pernah saling
berpotongan/melewati/tumpang tindih satu sama lainnya. Contoh,jika garis kontur 100
meter adalah gambaran garis lepas pantai ke sambungangaris pantai,semua kedalaman
100 m harus pada garis tersebut dan semua hasil sounding yang lebih dangkal dari 100
m harus di antara garis kontur tersebut dan pantai. Jika hasil sounding lebih besar dari
100 m yang ditemui di wilayah yang dilukiskan dengan kontur tersebut,letak garis-garis
harus disesuaikan.
Asas yang sama digunakan untuk letak dari garis ysng bertambah kedalamannya.
Wilayah garis antara 100-200 m tidak harus memuat titik-titik kurang dari 100 m atau
lebih dari 200 m. Jarak penutup antara kontur-kontur menunjukkan suatu slope yang
curam atau suatu kecuraman diubah menjadi kedalaman. Akhirnya garis kontur
menutup diatasnya. Kontur-kontur yang sedikt menonjol dapat tertutup di dalam daerah
peta,sehingga ujungnya bergabung/menyatu,sedangkan kontur-kontur yang lebih besar
akan menonjol dan menutup turunan wilayah peta (Hutabarat,1986).
Kita dapat memperleh topografi dari peta kontur ataupun peta laut dengan
membentuk atau membangun suatu topografi sepanjang garis pilihan atau lintasan.Profil
adalah seperti suatu grafik kedalaman dasar laut yang diplotkan secara vertical dan
jaraknya diplotkan secara horizontal. Berdasarkan hasil penggambaran tersebut akan
diperoleh bentuk-bentuk dasar laut (Hutabarat,1986).
Bentuk-bentuk dasar laut terdiri dari :
• Ridge dan Rise
Ini adalah suatu bentuk proses peninggian yang terdapat di atas laut ( sea floor) yang
hampir serupa dengan adanya gunung-gunung di daratan
• Trench
Bagian laut yang terdalam dengan bentuk seperti saluran seolah-olah terpisah sangat
dalam yang terdapat di perbatasan antara benua.
• Abyssal Plain
Daerah yang relatif tebagi rata dari permukaan bumi yang terdapat dibagian sisi yang
mengarah ke daratan.
• Continetal Island
Beberapa pulau yang menurut sifat geologisnya bagian dari massa tanah daratan
benua besar yang kemudian terpisah
• Island Arc (kumpulan pulau-pulau)
Kumpulan pulau-pulau seperti indonesia yang mempunyai perbatasan dengan benua
• Mid-Oceanic Volcanic Island
Pulau-pulau vulkanik yang terdapat di tengah-tengah lautan. Terdiri dari pulau-pulau
kecil, khususnya terdapat di Lautan pasifik
• Atol-atol
Daerah yang terdiri dari kumpulan pulau-pulau yang sebagian besar tenggelam di
bawah permukaan laut dan berbentuk cincin.
• Seamout dan guyot
Gunung-gunung berapi yang mucul dari dasar lantai lautan tetapi tidak mencapai
permukaan laut ( Hutabarat,1986).
BAB III
METODOLOGI

3.1. Waktu dan tempat


Praktikum Oseanografi fisika ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 15
Oktober 2013 pada pukul 08.00 WIB – 10.00 WIB bertempat di Labolatorium
Penginderaan Jarak Jauh, Program Study Ilmu kelautan Fakultas Matematika dan Ilmu
pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya Indralaya.

3.2 Alat dan Bahan

o Komputer / Laptop
o Data yang telah di sediakan
o Software Surfer dan Global Mapper

3.3 Cara Kerja

Untuk membuat peta batimetri, maka kita terlebih dahulu harus melakukan
proses pendigitan peta batimetri. Sebelum memulai proses pendigitan peta, terlebih
dahulu kita melakukan proses regsistrasi peta yang bertujuan agar koordinat peta bisa
terbaca di softwer-softwer yang ada.

 Proses registrasi peta akan dilakukan dengan menggunakan program Global


mapper.

Buka program global mapper, pada menu All Programs.

Pilih menu Open Your Own data File, lalu klik peta batimetri yang akan di
digit. Lalu pilih Yes  OK 

Untuk Meng-zoom peta, klik kiri pada entire image dan seret mouse pada lokasi
yang diinginkan. Mulai masukkan keempat koordinat pada ujung peta dengan
mengklik kiri pada daerah zoom view (click for pixel coordinates)
Masukkan koordinat dalam bentuk decimal degree pada bok X/East/long
untuk bujur dan Y/North/Lat untuk lintang. Untung lintang maka jangan
lupa memberikan tanda minus (-) jika berada di lintang selatan

Kemudian klik Add GCP to list dan pilih OK. Lakukan selanjutnya sampai
point 4 (atau nama yang diinginkan) Lalu klik apply dan ok

Selanjunya kita mengeluarkan peta yang sudah terkoordinat untuk menjadi


inputan surfer dengan memilih menu file  Export Raster and elevation
data  Export GeoTIFF  OK  OK dan save dengan nama file yang
kita inginkan.

Tunggu sebentar karena data sedang mengalampi proses export


Close global Mapper setalah proses export data selesai

Sekarang kita membuka program surfer pada menu All Programs

Sekarang kita masukkan peta yang sudah kita registrasi ke dalam surfer
dengan mengambil menu file  Import dan pilih data peta yang sudah
diregistrasi. Lalu tekan open

• Sekarang kita masukkan peta yang sudah kita registrasi ke dalam surfer
dengan mengambil menu file  Import dan pilih datapeta yang sudah
Selanjutnya
diregistrasi. Lalukita membuat
tekan open bingkai pada peta dengan cara membuat
worksheet baru

Selanjutnya balik lagi ke peta dengan mengklik plot 1 dan Klik kanan
pada peta lalu ambil properties sehingga akan muncul koordinat peta
hasil registrasi peta .
.
Data di image properties kemudian di copy ke worksheet dengan
format 5 (menujukkan jumlah baris/data) dan 1 (menunjukan data
string/angka). Copy data pada baris kedua ke baris keenam sehingga
nantinya bingkai kita terbentuk dengan pola polygon

Selanjutnya balik lagi ke peta dengan mengklik plot 1 dan Klik kanan
pada peta lalu ambil properties sehingga akan muncul koordinat peta
hasil registrasi peta .
.

Save data worksheet dalam format.bln dengan nama bingkai.

Kembali lagi ke plot 1. Sekarang kita masukkan bingkai yang sudah kita buat
ke dalam peta dengan cara mengklik base map pada toolbar. Kemudian klik
file bingkai dan lalu open. Peta kita akan memiliki aksis x dan y dalam format
decimal degree

Untuk memulai mendigit peta, klik map terlebih dahulu, kemudian pada menu
toolbar ambil Map  Digitized .Jangan lupa meng-zoom daerah yang ingin di
digitasi terlebih dahulu

Klik kiri pada titik yang ada kedalamannya lalu masukkan nilai kedalaman pada
books digitized Coordinate – digit.bln . Jangan lupa memisahkan nilai dengan tanda
“,”

Lakukan berulang-ulaang sampai seluruh kedalaman terdigitasi. Lalu simpan


data dalam format .bln dengan nama laut.
Lakukan hal yang sama untuk darat, namun jangan lupa terlebih dahulu
menutup digitized Coordinate untuk laut agar digitasi darat dengan laut
terpisah. Nilai digitasi darat diberikan angka 0.

Agar darat membentuk polygon maka, copy file digitasi yang pertama,
dan paste pada baris terakhir.

Lakukan hal yang sama untuk data pulau dan simpan hasil digitan dengan
nama pulau.bln. Perlu diingat file pulau harus dipisah dengan file darat dan
laut. Dan file setiap pulau harus dipisah jika terdapat lebih dari satu pulau.

Setelah itu buka file hasil digitan pada worksheet.. untuk data laut.bln semua
hasil digitian dikasi minus “-“ yang menunjukkan kedalaman perairan. Untuk
lebih memudahkan, kita bisa menggunakan program excel. Lalu save file
laut.bln yang sudah dikasi minus

Untuk menplot hasil pendigitan, maka data laut dan darat harus digabung
terlebih dahulu dalam format .bln dengan nama file “Laut,Pulau&darat”

Selanjutnya balik lagi ke peta dengan mengklik plot 1 dan Klik kanan pada
peta lalu ambil properties sehingga akan muncul koordinat peta hasil
registrasi peta .
.

Untuk membuat file Breaklines, susun data pulau dan darat dalam satu buah
file .bln dengan nama “pulau&darat”
Selanjutnya buat plot baru untuk membuat peta digital hasil pendigitan

Sekarang kita akan mengrid data dengan cara klik menu grid lalu pilih Data
.Klik data Laut,Pulau&darat.bln, kemudian klik open. Klik advanced Options
kemudian klik Breaklines .

Open data pulau&darat.bln dengan cara mengklik gambar folder . Lalu klik
Ok  Ok. Surfer kemudian akan meng-grid data kita dan menghasilkan
griding report

File akan tersimpan dengan nama Laut,Pulau&Darat.grd.

Setelah itu untuk memberikan efek kosong pada peta daratan kita melakukan
proses Blank .

Cari data Laut,Pulau&Darat.grd lalu klik Open.Kemudian ambil data


Pulau&darat.bln sebagi data boundary files. Lalu save data dengan nama
“Lombok Barat Final Grid.grd” lalu klik Ok

Sekarang kita membuat peta kontur kedalaman yang sudah kita digit tadi. Klik
atau cari pada toolbar. Kemudian Open file “Lombok Barat Final Grid.grd

Untuk menampilkan pulau Lombok, maka masukkan file pulau&darat.bln ke


dalam base map dengan mengklik iconnya. Atur letak base map
Untuk mengedit tampilan kontur, klik 2x pada counturs seperti tahap pada
pembuatan peta salinitas dan suhu. Untuk menganti warna daratan maka pada
tulisan base di klik 2x (lihat gambar diatas), lalu di edit sesuai dengan
keinginan. Peta kontur kita sudah jadi..

Untuk menampilkan peta dalam bentuk 3 dimensi klik icon dan masukkan
data Lombok Barat Final Grid.grd

 Peta Batimetri Dengan Global Mapper

Buka program Global Mapper

Setelah itu klik Open Your Own Data Files. Buka data Indonesia.gmp

Untuk memperbesar dan memperkecil peta kita bisa menggunakan icon atau
untuk mengukur jarak atau menghitung luas areal kita bisa menggunakan icon .
Untuk melihat kemiringan lereng dan 2 dimensi kita bisa menggunakan icon .
Untuk melihat kemiringan lereng di selatan Lombok, klik icon terlebih dahulu
kemudian klik kiri titik awal yang kita inginkan dan klik kanan pada titik
terahir yang kita inginkan.

Untuk melihat data dalam format tiga dimensi kita bisa mengunakan icon 3D.
3.4 Analisis

Sebelum memulai proses pendigitan peta, terlebih dahulu kita melakukan


proses regsistrasi peta yang bertujuan agar koordinat peta bisa terbaca di softwer-
softwer yang ada.

Proses registrasi peta akan dilakukan dengan menggunakan program Global mapper.

1. Buka program global mapper, pada menu All Programs

lalu akan tampil

2. Pilih menu Open Your Own data File, lalu klik peta batimetri yang akan di digit.
Lalu pilih Yes  OK 
Lalu akan muncul tampilan seperti dibawah ini

3. Untuk Meng-zoom peta, klik kiri pada entire image dan seret mouse pada lokasi
yang diinginkan. Mulai masukkan keempat koordinat pada ujung peta dengan
mengklik kiri pada daerah zoom view (click for pixel coordinates)

Masukkan koordinat dalam bentuk decimal degree pada bok X/East/long untuk
bujur dan Y/North/Lat untuk lintang. Untung lintang maka jangan lupa memberikan
tanda minus (-) jika berada di lintang selatan
Kemudian klik Add GCP to list dan pilih OK seperti gambar di bawah

4. Lakukan selanjutnya sampai point 4 (atau nama yang diinginkan)

5. Lalu klik apply dan ok

6. Selanjunya kita mengeluarkan peta yang sudah terkoordinat untuk menjadi inputan
surfer dengan memilih menu file  Export Raster and elevation data  Export
GeoTIFF  OK  OK dan save dengan nama file yang kita inginkan. Untuk
menyamakan kita pilih save data kita dengan nama Pelabuhan Lembar, lalu tekan
Save

7. Tunggu sebentar karena data sedang mengalampi proses export

8. Close global Mapper setalah proses export data selesai.


9. Sekarang kita membuka program surfer pada menu All Programs

atau

10. Sekarang kita masukkan peta yang sudah kita registrasi ke dalam surfer dengan
mengambil menu file 
Import dan pilih
datapeta yang sudah
diregistrasi. Lalu tekan
open

Dan akan muncul


11. Selanjutnya kita membuat bingkai pada peta dengan cara membuat worksheet

baru. Klik pada toolbar dan akan muncul sheet baru seperti pada gambar.

12. Selanjutnya balik lagi ke peta dengan mengklik plot 1 dan Klik kanan pada peta lalu
ambil properties (lihat gambar kiri) sehingga akan muncul koordinat peta hasil
registrasi peta (lihat gambar kanan)

13. Data di image properties kemudian di copy ke worksheet dengan format 5


(menujukkan jumlah baris/data) dan 1 (menunjukan data string/angka). Copy data
pada baris kedua ke baris keenam sehingga nantinya bingkai kita terbentuk dengan
pola polygon.
Format 5 1

Data
sama

Save data worksheet dalam format .bln dengan nama bingkai

14. Kembali lagi ke plot 1. Sekarang kita masukkan bingkai yang sudah kita buat ke

dalam peta dengan cara mengklik pada toolbar atau dengan cara seperti di
bawah ini

Kemudian klik file bingkai dan lalu open

Peta kita akan memiliki aksis x dan y dalam format decimal degree seperti di
bawah
15. Untuk memulai mendigit peta, klik map terlebih dahulu (lihat persegi panjang pada
gambar di atas), kemudian pada menu toolbar ambil Map  Digitized (lihat gambar
di bawah). Jangan lupa meng-zoom daerah yang ingin di digitasi terlebih dahulu

dengan tool

16. Klik kiri pada titik yang ada kedalamannya (contoh di atas pada kotak), lalu
masukkan nilai kedalaman pada books digitized Coordinate – digit.bln seperti
contoh di bawah. Jangan lupa memisahkan nilai dengan tanda “,”

Lakukan berulang-ulaang sampai seluruh kedalaman terdigitasi. Lalu simpan data


dalam format .bln dengan nama laut.
17. Lakukan hal yang sama untuk darat, namun jangan lupa terlebih dahulu menutup
digitized Coordinate untuk laut agar digitasi darat dengan laut terpisah. Nilai digitasi
darat diberikan angka 0.

Agar darat membentuk polygon


maka, copy file digitasi yang
pertama, dan paste pada baris
terakhir.

Lakukan hal yang sama untuk data pulau dan simpan hasil digitan dengan nama
pulau.bln. Perlu diingat file pulau harus dipisah dengan file darat dan laut. Dan file
setiap pulau harus dipisah jika terdapat lebih dari satu pulau.
18. Setelah itu buka file hasil digitan pada worksheet.. untuk data laut.bln semua hasil
digitian dikasi minus “-“ yang menunjukkan kedalaman perairan. Untuk lebih
memudahkan, kita bisa menggunakan program excel. Lalu save file laut.bln yang
sudah dikasi minus (lihat contoh di bawah)
19. Untuk menplot hasil pendigitan, maka data laut dan darat harus digabung terlebih
dahulu dalam format .bln dengan nama file “Laut,Pulau&darat”

Jumlah
Baris

20. Untuk membuat file Breaklines, susun data pulau dan darat dalam satu buah file
.bln dengan nama “pulau&darat” dengan format seperti dilihat dibawah

21. Selanjutnya buat plot baru dengan mengklik untuk membuat peta digital hasil
pendigitan

Sekarang kita akan mengrid data dengan cara klik menu grid lalu pilih Data (seperti
pada gambar :
Klik data Laut,Pulau&darat.bln, kemudian klik open

Lalu muncul

Klik advanced Options kemudian klik Breaklines sehingga muncul seperti gambar
di bawah
Open data pulau&darat.bln dengan cara mengklik gambar folder (lihat gambar di
atas). Lalu klik Ok  Ok. Surfer kemudian akan meng-grid data kita dan
menghasilkan griding report seperti gambar :

File akan tersimpan dengan nama Laut,Pulau&Darat.grd.


22. Setelah itu untuk memberikan efek kosong pada peta daratan kita melakukan
proses Blank dengan mengklik seperti gambar di bawah

Cari dara Laut,Pulau&Darat.grd lalu klik Open (lihat gambar bawah kiri)
Kemudian ambil data Pulau&darat.bln sebagi data boundary files (lihat gambar
bawah kanan)
Lalu save data dengan nama “Pulau Bengkalis Padang Final Grid.grd” lalu klik
Ok.

23. Sekarang kita membuat peta kontur kedalaman yang sudah kita digit tadi. Klik
atau cari pada toolbar (lihat gambar bawah kiri). Kemudian Open file “Lombok
Barat Final Grid.grd” (lihat gambar bawah kanan)

Kita kemudian akan mendapatkan tampilan seperti berikut


24. Untuk menampilkan pulau Lombok, maka masukkan file pulau&darat.bln ke dalam

base map dengan mengklik icon . Atur letak base map sehingga kalian akan
mendapatkan tampilan seperti di bawah

25. Untuk mengedit tampilan kontur, klik 2x pada counturs seperti tahap pada
pembuatan peta salinitas dan suhu.
Untuk menganti warna daratan maka pada tulisan base di klik 2x (lihat gambar
diatas), lalu di edit sesuai dengan keinginan. Peta kontur kita sudah jadi..

26. Untuk menampilkan peta dalam bentuk 3 dimensi klik icon dan masukkan data
Pulau Bengkalis Padang Final Grid.grd.

Peta Batimetri Dengan Global Mapper

Pembuatan peta batimetri dengan global mapper umunya kita lakukan dengan
memndownload data SRTM dalam format .gmp. data ini bisa kalian download pada
website http://srtm.csi.cgiar.org/SELECTION/inputCoord.asp atau klik data online pada
program global mapper
1. Buka program Global Mapper

2. Setelah itu klik Open Your Own Data Files. Buka data Indonesia.gmp

kita akan mendapatkan tampilan seperti di bawah ini

3. Untuk memperbesar dan memperkecil peta kita bisa menggunakan icon


atau untuk mengukur jarak atau menghitung luas areal kita bisa menggunakan

icon . Untuk melihat kemiringan lereng dan 2 dimensi kita bisa menggunaka

icon . Sekarang kita coba untuk melihat kemiringan lereng di selatan Lombok,

klik icon terlebih dahulu kemudian klik kiri titik awal yang kita inginkan dan klik
kanan pada titik terahir yang kita inginkan. Kita akan mendapatkan tampilan seperi
dibawah ini
4. Untuk melihat data dalam format tiga dimensi kita bisa mengunakan icon
kita akan mendapatkan tampilan peta Indonesia seperti dibawah ini:
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1. Peta Pulau Bengkalis Padang

Gambar 1

Gambar 2

Gamb 1.Peta batimetri Perairan Bengkalis Padang


Gamb 2. Peta batimetri Perairan Bengkalis Padang dalam bentuk 3D
menggunakan GlobalMap dan Surfer 9.
4.1.2 Data Digit Pulau dan Darat

4.1.3. Data Digit Pulau, darat dan Laut


4.1.4. Gambar Indonesia GMP

4.1.5. Hasil Registrasi Data


4.2 Pembahasan
Alur Bengkalis Padang merupakan alur pelayaran di sekitar pulau Bengkalis
dan Pulau Padang yang terletak di pantai timur Sumatera menurut data dihidros.
Setelah didapatkan peta, kemudian diolah menggunakan software global mapper
kemudian dilakukan digitasi terhadap laut,pulau dan darat kemudian data di-grid
dan diperolah kontur batimetri seperti gambar diatas dan peta 3D terhadap
kedalaman Alur Bengkalis – Padang.
Berdasarkan kontur dan data digitasi didapatkan bahwa perairan di Alur
Bengkalis Padang memiliki kedalaman paling besar yaitu 42 M. Kemudian
kedalaman minimal sebesar 0,2 M. Ada dua penentuan batimetri, yaitu
menggunakan metode akustik dan metode satelit altimetry.
Pada praktikum oseanografi fisika kali ini kita belajar tentang bagaimana
membuat peta batimetri menggunakan 2 softwere yaitu Global Map dan Surfer
9.Langkah-langkah yang dilakukan memang cukup panjang dan rumit.Itulah
sebabnya kita harus benar benar konsenstrasi dalam mendigitez dan
menggabungkan hasil digitan dari laut, pulau dan darat.Karna apabila kita salah
sedikit saja dari langkah yang sudah di tentukan, maka hasil yang kita dapat bisa
saja jauh berbeda dengan hasil yg seharusnya, itulah harus dibutuhkan ketelitian dan
nalar yang sangat tinggi dalam pendigitezan dan praktikum kali ini.
Untuk membuat peta batimetri, maka kita terlebih dahulu harus melakukan
proses pendigitan peta batimetri yang umumnya dikeluarkan oleh DISHIDROS
Indonesia. Pendigitan peta bisa kita lakukan pada berbagai software misalnya pada
arview, arcgis, surfer, dll. Untuk tutorial ini pedigitan akan dilakukan pada program
surfer. Sebelum memulai proses pendigitan peta, terlebih dahulu kita melakukan
proses regsistrasi peta yang bertujuan agar koordinat peta bisa terbaca di softwer-
softwer yang ada.
Pengukuran kedalaman perairan secara konvensional dilakukan dengan
menggunakan metode batu duga, namun metode ini memiliki kelemahan terutama
hasil yang kurang akurat. Kemajuan teknologi yang semakin pesat membuat metode
ini sudah muali ditinggalkan dan beralih ke metode pengukuran kedalaman yang
mnenggunaka prinsip perambatan gelombang bunyi.
BAB V
KESIMPULAN

Dari praktikum pemetaan batimetri menggunakan surfer dan Global map ada beberapa hal
yang dapat disimpulkan, yaitu :
1. Untuk membuat peta batimetri digunakan 2 softwere yaitu Globa Map dan Surfer 9.
2. Dibutuhkan ketelitian yang sangat tinggi saat membuat point hingga meng-grid data.
3. Kedalaman laut yang paling dangkal adalah 0,2 meter dan yang paling dalam mencapai
42 meter.
4. Kedalaman yang lebih dominan adalah berkisar antara 26 – 36 meter.
5. Batimetri merupakan ukuran tinggi rendahnya dasar laut dimana peta batimetri
memberikan infomasi mengenai dasar laut.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2013. Metode Akustik. http://seandylautbiru.blogspot.com /2013/09/Batimetri


.html. diakses pada tanggal 19 oktober 2013 pukul 18.56 WIB
Fauzi,Nurul Ihsan. 2009. Pemetaan Batimetri. http://ihsannurulfauzi.blogspot.com
/2009/11/pemetaan-batimetri-diindonesia.html diakses pada 19 Oktober 2013
Pukul 19:54 WIB
Hutabarat S. dan Evan,S.M 1986. Pengantar Oseanografi. Penerbit UI-Press.Jakarta
Wikipedia.2013. Batimetri. http://id.wikipedia.org/wiki/Batimetri .Diakses pada tanggal
19 Oktober 2013 Pukul 20:45 WIB

Anda mungkin juga menyukai