Anda di halaman 1dari 43

Pantai Baruna

-Kelompok 5-
Latar Belakang
Fungsi komponen ekosistem
pesisir sebagai pelindung
Pesisir merupakan daerah Ekosistem pesisir sangat besar
pantai, penahan badai,
pertemuan antara daratan perannya dalam mitigasi
pencegah erosi pantai,
dan lautan kerusakan
pengendali banjir, dan
penyerap limbah

Perlu adanya identifikasi Salah satu wilayah pesisir di


kondisi wilayah guna Indonesia, pantai Baruna di
pengelolaan lebih baik Semarang
Rumusan Masalah
Gambaran Umum Wilayah Pantai Baruna

Lingkungan Biotik Pantai Baruna

Lingkungan Abiotik Pantai Baruna

Lingkungan Sosial Ekonomi Pantai Baruna


Gambaran Umum Pantai
Baruna
Lokasi
Gambaran Umum
Terletak di Pelabuhan Mas, Tanjung, Bringin, Tanjung Mas, Semarang Utara, Jawa
Tengah
Pantai Baruna memiliki hamparan padang ilalang dengan banyak pepohonan dan
rerumputan.
Gambaran Umum
Untuk mencapai Pantai Baruna, jalan yang dilewati berupa jalan setapak sepanjang
kurang lebih 600 meter dari gapura bergaya Bali yang ada di kiri Jalan Arteri Yos Sudarso.
Jalan yang harus dilalui belum diaspal, sehingga ketika musim hujan jalan menuju pantai
ini akan becek dan licin, sedangkan pada musim kemarau jalan akan penuh dengan
debu. Sebelum mencapai pantai, di pinggir jalan setapak banyak warga yang
membangun tambak dan kandang untuk hewan ternak, terutama kambing dan ayam.
Gambaran Umum
Terdapat tetenger bernama Monumen Ketenangan Jiwa. Monumen tersebut dibuat
pemerintah Jepang untuk memperingati para tentaranya yang tewas saat pertempuran
lima hari di Semarang.
Kondisi Lingkungan
Biotik Pantai Baruna
1. Burung Kuntul
Nama latin dari burung tersebut adalah Egretta
alba.
Burung ini merupakan jenis burung pemakan ikan,
udang, belalang, larva, dan capung.
Habitat dari burung ini biasanya di daerah
mangrove, sawah, dan laguna.
Burung kuntul besar memiliki tubuh berukuran
besar kurang lebih sebesar 95 cm.
Paruhnya lebih berat dari burung kuntul lain dan
memiliki bentuk leher bersimpul khas.
Biasanya burung tersebut bisa hidup sendiri atau
berkelompok.
Cara menangkap mangsanya dengan mematuk dari
atas dengan sikap berdiri agak tegak.
Sarang yang ditempati burung kuntul besar terbuat
dari ranting-ranting yang dangkal pada pucuk pohon.
1. Burung Kuntul

Burung kuntul besar berkembang biak dengan cara


bertelur. Telurnya berwarna pucat kebiru-biruan
dengan jumlah 2-4 butir. Biasanya berbiaknya pada
bulan Desember-Maret dan Februari-Juli.
Persebaran burung kuntul besar hampir di seluruh
dunia.
Di Indonesia terdapat di daerah Sumatera,
Kalimantan, Jawa, Bali, Sulawesi, Nusa Tenggara,
Maluku, dan Papua.
2. Mengkudu
Mengkudu adalah tanaman tropis dengan nama
ilmiah Morinda citrifolia.
Tanaman mengkudu termasuk tanaman
berperawakan pohon, tanaman menahun dengan
tinggi antara 3-6 m. Tanaman ini dapat tumbuh baik
pada daerah dataran rendah dengan ketinggian 1-
1500 m di atas permukaan laut, suhu udara antara 22-
32˚C, kelembaban udara antara 50-70%, dan cukup
mendapat sinar matahari.
Jenis tanah yang cocok bagi pertumbuhan mengkudu
adalah aluvial, latosol, dan podsolik merah kuning.
Tanaman ini berguna sebagai tanaman obat, karena
mulai dari buah, daun, ataupun akarnya bisa
dimanfaatkan sebagai bahan obat.
3. Biduri
Calotropis gigantea atau biasa dikenal dengan nama Biduri
merupakan salah satu tanaman yang tumbuh di sekitar pantai
Baruna.
Menurut Steenis (1992) dalam Witono dkk (2006), tanaman biduri
merupakan tanaman liar yang banyak tumbuh pada lahan yang
relatif kering.
Calotropis gigantea termasuk dalam semak tegak dengan tinggi
0,5 - 3 m.
Batang bulat dan tebal. Daun bertangkai sangat pendek, helaian
daun memanjang, dengan ujung tumpul. Tangkai bunga tebal dan
panjang. Mahkota bunga berbentuk roda dengan warna lila
(Steenis, 1978).
Daun tanaman Biduri secara tradisional sebagai antipiretik,
antioksidan, analgesik, abortifacient, hepatoprotektif, antimikroba,
antimalarial, dan agen antifertilitas (Ahmed dkk, 2005).
Tanaman Biduri yang diamati di pantai Baruna berukuran antara 1
- 2 m dengan bunga berwarna lila.
4. Semak Ilalang
Tanaman yang banyak tumbuh di Pantai Baruna ini yaitu
semak ilalang dengan nama ilmiah Panicum maximum.
Tanaman dari famili Poaceae ini tumbuh pada dataran
rendah sampai pegunungan 0-1200 m di atas permukaan
laut.
Tumbuh pada hampir semua jenis tanah asal mendapat
pengairan yang baik, basah dan subur, dan dapat tumbuh
pada pengairan yang jelek ataupun tanah yang tidak subur.
Jenis ini tidak tahan tumbuh pada musim kering yang lebih
dari 3-5 bulan, serta salinitas yang tinggi.
Herba tahunan dan dapat tumbuh setinggi 3-4,5 m.
Memiliki batang kuat, tegak, membentuk rumpun dengan
diameter batang 5-10 mm serta akarnya membentuk
serabut dalam.
Tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan
pupuk hijau untuk pakan ternak ruminansia.
5. Ginje
Thevetia peruviana atau yang dikenal dengan Ginje tumbuh pada
daerah antara 0-1400 mdpl dan dapat tumbuh dengan baik pada
daerah kritis (kering maupun salinitas tinggi).
Thevetia peruviana merupakan perdu yang bercabang banyak,
tegak, tinggi 2- 4 m dan mengandung getah (Steenis,1978).
Tanaman ginje (Thevetia peruviana) termasuk kelompok
tumbuhan dari Apocynaceae yang merupakan salah satu
tanaman obat yang berasal dari India.
Ciri morfologi tanaman adalah termasuk tanaman berkayu,
bunga berwarna kuning yang dimanfaatkan sebagai tanaman
hias.
Tanaman ini memilliki manfaat farmakologi sebagai kontrol
biologi hama, anti ermite, anti feedant, anti spermatgenik, dan
memiliki potensi aktivitas antibakteri dan anti fungi (Kishan,
2012).
Tanaman Ginje yang diamati di Pantai Baruna memiliki tinggi ±
2m dengan bunga berwarna kuning.
6. Mangrove
Vegetasi wilayah pesisir di Pantai Baruna adalah mangrove.
Mangrove atau hutan mangrove ini biasanya digunakan
untuk menjaga lingkungan pesisir dari ancaman abrasi.
Hutan mangrove dapat tumbuh di tempat yang terjadi
pelumpuran dan terakumulasi bahan organik, di air payau,
serta di daerah yang dipengaruhi oleh pasang-surut air laut.
Bagian luar atau depan hutan mangrove berhadapan
dengan pantai langsung sehingga sering mengalami terpaan
ombak yang keras dan aliran air yang kuat.
Tumbuhan ini memiliki akar tunjang, berkayu dan
bercabang-cabang, serta pucuk yang tertutup daun
penumpu yang meruncing.
Tinggi total dari tumbuhan ini sekitar 4-30 m dengan tinggi
akar mencapai 0,5-2 m di atas lumpur dan batangnya
berdiameter mencapai 50 cm.
7. Kepiting
Kepiting adalah binatang crustacea berkaki sepuluh, yang
mempunyai perut yang tersembunyi di bawah thorax.
Hewan bernama ilmiah Scylla serrata umumnya ditutupi dengan
eksoskeleton (kerangka luar) yang sangat keras dan dipersenjatai
dengan sepasang capit.
Kepiting hidup di air laut, air tawar, dan darat dengan ukuran yang
beraneka ragam.
Kepiting sejati mempunyai lima pasang kaki, sepasang kaki yang
pertama dimodifikasi menjadi capit serta sepasang kaki terakhir
dimodifikasi menjadi pipih dan bulat yang digunakan untuk
berenang.
Kepiting memiliki insang yang berbentuk pelat-pelat pipih yang
terletak di bagian bawah carapace, sedangkan mata menonjol
keluar berada di bagian depan carapace.
Peran kepiting dalam ekosistem pesisir : konservasi nutrien dan
mempertinggi mineralisasi, meningkatkan distribusi oksigen dalam
tanah, membantu daur hidup karbon, dan penyedia makanan
alami,
8. Siput Laut
Selain ekosistem hewan darat, Pantai Baruna juga memiliki
ekosistem hewan laut.
Hewan tersebut adalah siput laut. Siput laut ini hidup di zona
pasang surut pantai.
Berdasarkan pengamatan, siput laut ini tinggal di bebatuan
yang ada di pantai.
Ukuran yang dimiliki kecil, hanya seukuran ruas jari tangan
manusia.
Ciri-ciri dari siput laut ini adalah memiliki sepasang tentakel
beda ukuran di kepalanya. Pada tentakel panjang terdapat
mata. Mata ini berfungsi untuk membedakan sisi gelap dan sisi
terang. Sedangkan tentakel pendek berfungsi sebagai indera
peraba dan pembau.
Selain hidup di bebatuan pantai, habitat dari siput laut ini
dapat ditemukan di daerah-daerah tergenang atau di hutan-
hutan mangrove.
9. Ubur-Ubur
Ubur-ubur merupakan salah satu anggota terbesar dari
hewan Cnidaria dan sering pula dijumpai di perairan pesisir.
Ubur-ubur yang dapat dikonsumsi lebih banyak ditemukan di
wilayah yang memiliki rentang pasang surut yang besar,
perairan dangkal, masa air yang agak tertutup, adanya aliran
air tawar dari sungai dan rawa mangrove.
Jenis ubur-ubur yang ada di Pantai Baruna bernama ilmiah
Catostylus mosaicus. Hewan invertebrata ini memiliki ukuran
tubuh berdiameter 12-18 inch (30-45 cm) dan makanannya
yaitu zooplankton.
Ubur-ubur berperan sebagai tactile predator, yakni
organisme yang memangsa dengan menggunakan nematosit
untuk merasakan keberadaan mangsanya ketika disentuh. .
9. Ubur-Ubur
Ubur-ubur mempunyai pengaruh yang kuat dan signifikan
pada komunitas plankton serta merupakan predator utama
dan pemakan ikan-ikan kecil.
Menurut tim peneliti, peningkatan jumlah ubur-ubur telah
menciptakan “lingkaran setan” dalam ekosistem kelautan.
Ubur-ubur memangsa telur dan larva ikan. Mereka juga
berkompetisi dengan ikan-ikan lain dalam mencari makanan.
Selain itu, pengaruh pemanasan global di daerah tropis dan
pembangunan pondasi atau dinding-dinding di pantai -
untuk mencegah erosi air laut – terhadap meluasnya
populasi ubur-ubur. Dinding pencegah erosi ini adalah lokasi
ideal bagi perkembangbiakannya.
10. Ikan Baronang
Ikan baronang atau Siganus canaliculatus merupakan salah
satu fauna yang hidup di sekitar pantai Baruna.
Ikan Baronang termasuk ikan yang banyak dikonsumsi oleh
masyarakat Indonesia.
Ikan baronang termasuk dalam Famili Siganidae, merupakan
jenis ikan demersal yang hidup di dasar atau dekat dengan
dasar perairan. Ikan ini banyak ditemukan di daerah terumbu
karang dan padang lamun (Safruddin, 2008).
Ciri fisik ikan ini adalah tubuhnya berwarna keperakan di
bagian punggung, bentuk tubuh pipih lateral yang dilindungi
sisik sikloid kecil - kecil. Punggungnya dilengkapi dengan duri
yang tajam. Posisi duri terletak di bagian depan dari sirip
punggung. Umumnya duri ini dilengkapi kelenjar bias/ racun
pada ujungnya. (Sudrajat, 2015).
10. Ikan Baronang
Sesuai dengan morfologi dari gigi dan saluran
pencernaannya yaitu mulutnya kecil, mempunyai gigi seri
pada masing-masing rahang, gigi geraham berkembang
sempurna, dinding lambung agak tebal, usus halusnya
panjang dan mempunyai permukaan yang luas, ikan
baronang termasuk herbivora, namun bila dibudidayakan
ikan ini mampu memakan makanan apa saja yang diberikan
seperti pakan buatan (Mayunar, 1992).
Ikan Baronang yang diamati di pantai Baruna berukuran kecil
dengan panjang 12 cm dan memiliki duri pada sirip
punggung.
Kondisi Lingkungan
Abiotik Pantai Baruna
KONDISI LINGKUNGAN ABIOTIK
1. Cahaya: kondisi cuaca
sedang cerah dan cukup
terik sehingga intensitas
cahaya yang diterima cukup
merata.
2. Suhu dan Kelembapan:
suhu wilayah pantai baruna
berkisar 36o C dan dan
tingkat kelembaban 56%.
KONDISI LINGKUNGAN ABIOTIK
3. Udara: cenderung baik namun
sedikit berdebu. Hal ini dapat
diketahui dari jarak pandang di
pantai baruna yang kurang baik.
4. Air: air laut yang berada di
pantai baruna cukup keruh dan
terdapat sampah kegiatan
manusia yang mengotori muka
air laut pada tepi pantai.
Kondisi Air Pantai Baruna
KONDISI LINGKUNGAN ABIOTIK
5. Tanah: pantai landai berpasir dan berbatu , namun juga banyak
terdapat bagian pantai yang sudah dilakukan pembetonan dan
penurapan serta penempatan pemecah ombak.
KONDISI LINGKUNGAN ABIOTIK
6. Kedalaman: membentuk zonasi yang membedakan laut pada tiap-tiap
kedalamannya.
Zona litoral, wilayah laut yang berbatasan dengan daratan.
Zona neritik, yaitu wilayah laut dengan kedalaman sampai 200 m.
Zona batial adalah wilayah laut dengan kedalaman antara 200 m sampai
dengan 2000 m.
Zona abisal yaitu wilayah laut dengan kedalaman lebih dari 2000 m.
Kondisi Sosial Ekonomi
Pantai Baruna
KONDISI SOSIAL EKONOMI
Mempunyai cara berbeda dalam aspek
pengetahuan, kepercayaan, peranan sosial, dan
struktur sosialnya.
Bermata pencaharian di sektor kelautan seperti
nelayan, pembudidaya ikan, penambangan pasir
dan transportasi laut.
Kondisi di sekitar lingkungan tersebut cukup kotor dan dapat
dibilang kumuh.
Rumput-rumput liar juga menempati daerah sekitar pantai
tersebut
Terdapat pula tumpukan sampah rumah tangga di sekitar pantai.
Warga sedang memancing di Pantai Baruna
VIDEO
Video Kondisi Wilayah Pantai Baruna (1)
Video Kondisi Wilayah Pantai Baruna (2)
Video Kondisi Wilayah Pantai Baruna (3)
Video Pemecah Ombak
Kesimpulan dan Saran
KESIMPULAN
Pantai baruna merupakan salah satu daerah pesisir yang terdapat di Kota Semarang,
namun selain wilayah pesisir yang dulunya merupakan daerah destinasi diwilayah
Kota Semarang. Namun semenjak di beli oleh pihak swasta daerah ini diratakan, dan
saat ini dijadikan oleh warga untuk memancing ikan.
Daerah pantai baruna merupakan daerah yang dekat dengan industri, permasalahan
yang bisanya ada pada daerah sekitar industri merupakan daerah kumuh yang
gersang, daerah pantai baruna banyak ditumbuhi oleh rumput ilalang dan beberapa
batang dahan.
Daerah pantai baruna dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membuat tambak-
tambak ikan maupun udang, selain itu karena banyaknya tumbuhan rumput ilalang di
daerah pantai baruna ini, sehingga dimanfaatkan untuk memelihara hewan ternak
kambing, itik dan ayam.
SARAN
Mengaktifkan pantai kembali menjadi daerah wisata karena di
daerah tersebut juga terdapat sejarah perjalan perang lima hari
di semarang.
Pembuatan fasilitas umum seperti toilet umum dan tempat
berteduh untuk menambah kenyaman pengujung dan
pengaturan ternak agar tidak beekeliaran di daerah tersebut.
Terima Kasih 
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, M. K. K, Rana A. C, Dixit V. K. 2005. Calotropis Species (Asclepiadaceae) – A Comprehensif Review.
Pharmacognosy Magazine Vol 1, Issue 2.
Anonim. Blubber Jelly. https://www.montereybayaquarium.org/animal-guide/invertebrates/blubber-jelly diakses pada
11 September 2017
Asri, Haryanto, dkk. 2014. Aspek Biologi dan Ekologi Kepiting. http://fajarumi073.blogspot.co.id/2014/12/makalah-
kepiting-avertebrata-air.html diakses pada 11 September 2017
Badan Informasi Geospasial (BIG), 2016, Panjang Garis Pantai Indonesia.
Fatmasari, Dewi. 2014. Analisis Sosial Ekonomi Dan Budaya Masyarakat Pesisir Desa Waruduwur, Kecamatan Mundu,
Kabupaten Cirebon.
http://www.coretanridwanto.com/2014/11/littorina-sp-dari-kelas-gastropoda.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Kuntul_besar
Kishan, Singh, Agrawal Krishn kumar, Mishra Vimlesh, Uddin Sheik Mubee, Shukla Alok. 2012. “A Review On :Thevetia
peruviana International Research”. Journal of pharmacy. India: ISSN 2230-8407.
DAFTAR PUSTAKA
Kusmana, Cecep, dkk. 2013. Flora Mangrove di Kawasan Hutan Angke Kapuk. Jakarta: Perpustakaan Nasional (KDT)
Mayunar. 1992. Beberapa Aspek biologi ikan baronang, Siganus canaliculatu.Oseana 17(4):177-193.
Putri, Fevi Mawadhah. 2013. Makalah Deskripsi Tanaman Morinda citrifolia.
http://vii1515.blogspot.co.id/2013/01/morfologi-tumbuhan.html diakses pada 11 September 2017
Safruddin. 2008. Zona potensial penangkapan ikan baronang Lingkis (Siganus canaliculatus) berdasarkan parameter
oseanografi di Perairan Pulau Tanakeke Kabupaten Takalar. Torani, 18(4):325-331.
Saptarini, Dian, Aunurohim, dan Ria Hayati. 2011. Komposisi, Kelimpahan, dan Distribusi Ubur-ubur (Scyphozoa) di
Pesisir Timur Surabaya. ITS
Steenis, C.G.G.J.V. 1978. Flora: Untuk sekolah di Indonesia. Jakarta : PT. Pradanya Paramita.
Sudrajat, A. 2015.Budidaya 26 Komoditas Laut Unggul Edisii Revisi. Jakarta : Penebar Swadaya
Witono dkk. 2006. Pemurnian Parsial Enzim Protease dari Getah Tanaman Biduri (Calotropis
gigantea)Menggunakan Ammonium Sulphat. Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 7 No. 1

Anda mungkin juga menyukai