77 ± 89
P-ISSN 1693-6493 E-ISSN 2656-2758 77
DOI: https://doi.org/10.30598/TRITONvol17issue2page77-89
1
Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Kelautan Program Pascasarjana Universitas Pattimura
2
Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Pattimura
jessico.sermatang@yahoo.co.id, lotjetupan@yahoo.com, laura.siahainenia@gmail.com
Corresponding author*
ABSTRAK: Lamun sebagai tumbuhan berbunga dapat hidup mulai dari substrat berlumpur
sampai dengan patahan karang. Perbedaan karakteristik jenis substrat, kandungan nutrien dan
kondisi lingkungan perairan dapat mempengaruhi morfometrik lamun. Tujuan dari penelitian
ini adalah menganalisis kondisi lingkungan dan kandungan nutrien serta karakteristik
morfometrik lamun T. hemprichii berdasarkan perbedaan tipe substrat. Penelitian ini
dilaksanakan di Perairan Pantai Tanjung Tiram, Poka pada Bulan Februari-April 2021.
Pengambilan sampel lamun menggunakan metode purposive sampling. Analisis data
menggunakan ANOVA dengan SPSS. Hasil analisis parameter lingkungan, menunjukan
bahwa kondisi perairan Tanjung Tiram, Poka masih berada pada batas toleransi yang
diperuntukan untuk kehidupan lamun. Substrat terdiri dari substrat pasir, pasir campur kerikil
dan lumpur. Hasil anova menunjukan bahwa terdapat perbedaan kandungan nutrien sedimen
khususnya fosfat secara signifikan pada masing masing tipe substrat dan terdapat perbedaan
morfometrik lamun secara signifikan berdasarkan perbedaan tipe substrat dan kandungan
nutrien.
ABSTRACT: Seagrass as a flowering plant can live from muddy substrates to coral fractures.
Differences in the characteristics of substrate type, nutrient content and aquatic environmental
conditions can affect morphometric seagrass. The purpose of the study was to analyze
environmental conditions and nutrient content as well as the morphometric characteristics of
T. hemprichii seagrass based on differences in substrate type. This study was conducted in the
waters of Tanjung Tiram Coastal, Poka from February-April 2021. Seagrass sampling was
using the purposive sampling method. Data analysis was conducted using ANOVA with SPSS.
The results of environmental parameters analysis showed that the water conditions of Tanjung
Tiram, Poka are still at the tolerance limit intended for seagrass life. The substrate consists of
sand substrate, gravel mixed sand substrate and mud substrate. The results of ANOVA showed
that there was a significant difference in the content of sedimentary nutrients, especially
phosphates in each substrate type and there was a significant difference in morphometric
seagrass based on differences in substrate type and nutrient content.
Gambar 2. Morfometrik lamun T. hemprichii. (a) panjang akar, (b) jumlah akar. (c) panjang rhizoma vertikal,
(d) panjang rhizoma horizontal. (e) panjang daun, (f) lebar daun (g) jumlah node vertikal, (h) jumlah
node horizontal dan (i) jumlah daun per tegakan
kimia yang terkandung dalam air tersebut yang substrat pasir kerikil didukung oleh rendahnya
juga dapat mengakibatkan tingginya nilai nilai kekeruhan, dimana proses fotosintesis dapat
salinitas dan daya hantar listrik. Berdasarkan berjalan dengan baik sehingga menghasilkan
kriteria baku mutu air laut untuk biota laut, nilai oksigen yang tinggi. Sebaliknya dengan stasiun
TDS yang diperoleh berada pada kisaran yang 1. Menurut Kepmen LH, No 51 (2004), nilai
ditetapkan karena tidak lebih dari 1000 mg/L bakumutu DO untuk biota perairan yaitu >5
(KepMen LH No 51, 2004). mg/L, dan kandungan oksigen terlarut (DO)
minimum adalah 2 ppm dalam keadaan nornal
TSS (Total Suspeded Solid) dan tidak tercemar oleh senyawa beracun
Hasil pengukuran TSS secara eksitu (toksik). Kandungan oksigen terlarut minimum
(Tabel 1) tertinggi yaitu pada stasiun 2 dengan ini sudah cukup mendukung kehidupan
rataan 2,64±0,24 mg/l dan terendah pada stasiun organisme (Swingle, 1968; Salmin, 2005).
3 dengan rataan 2,24±0,07 mg/l. Hal ini
menunjukkan banyaknya bahan padatan yang pH (Derajat Keasaman)
berasal dari daratan masuk ke perairan dan juga Hasil pengukuran pH secara eksitu (Tabel
serasah mangrove yang terbawa oleh arus di 1) tertinggi yaitu pada stasiun 2 dengan rataan
perairan. Nilai TSS yang diperoleh ini masih 6,95±0,21 dan terendah pada stasiun 1 dengan
dalam kisaran standar baku mutu yang ditetapkan rataan 5,85±0,07. Nilai bakumutu pH untuk
oleh Kementrian Lingkungan Hidup Nomor 51 kehidupan biota laut adalah 7-8,5 (KepMen LH
(2004) tentang baku mutu TSS pada lamun No 51, 2004). Dengan demikian maka nilai pH
sebesar 20 mg/l. yang diperoleh berada dibawah nilai yang
ditetapkan. Namun demikian menurut Effendi
Oksigen Terlarut (DO) (2003) bahwa pH sangat mempengaruhi proses
Hasil pengukuran oksigen terlarut secara biokimiawi perairan, pada kisaran pH < 4.00
eksitu (Tabel 1) tertinggi yaitu pada stasiun 2 tumb uhan laut akan mati. pH yang diperoleh
dengan rataan 7,8±0,35 mg/l dan terendah pada lebih besar dari 4 sehingga dapat ditoleransi oleh
stasiun 1 dengan rataan 3,825±0,32 mg/L. tumbuhan lamun.
Tingginya nilai oksigen terlarut pada stasiun 2
BOD (Biology Oxygen Demand) rendah. Menurut Permen LH No.3 (2010) bahwa
Hasil pengukuran BOD secara eksitu nilai bakumutu COD dalam perairan adalah 100
(Tabel 1) tertinggi yaitu pada stasiun 1 dengan mg/l, sehingga nilai COD yang diperoleh pada
rataan 10±1,13 mg/l dan terendah pada stasiun 2 penelitian ini masih dapat ditoleransi.
dengan rataan 2,065±0,66 mg/l. Nilai BOD
tertinggi pada stasiun 1 bersubstrat pasir Substrat
menunjukkan telah terjadi penumpukan bahan Hasil analisis struktur substrat menunjukan
organik yang berasal dari wilayah mangrove dan bahwa substrat pada habitat lamun (Tabel 2)
daerah sekitarnya. Menurut Salmin (2005) tinggi dikategorikan atas 3 tipe substrat yaitu substrat
kadar BOD karena adanya pemanfaatan jumlah pasir, didominasi pasir (79,5%) dan kerikil
oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme (13,41%), substrat pasir lumpur didominasi oleh
dalam mengoksidasi bahan organik yang berasal pasir (90,36%) dan lumpur (9,64%) dan substrat
dari dedaunan pada wilayah sekitar mangrove pasir kerikil didominasi oleh pasir (68,06%) dan
maupun sisa-sisa limbah rumah tangga yang kerikil (24,56%).
terbawa dan dibawa masuk ke dalam perairan Secara keseluruhan lokasi penelitian
sehingga terjadi penurunan oksigen. Sementara Tanjung Tiram, Poka ini didominasi oleh substrat
rendahnya nilai BOD pada stasiun 2 bersubstrat pasir. Habitat tempat hidup lamun merupakan
pasir kerikil karena kadar BOD pada stasiun ini daerah pesisir dengan perairan yang dangkal dan
memiliki pemanfaatan jumlah oksigen yg relatif dapat hidup pada berbagai substrat seperti pasir
sedikit. Nilai baku mutu untuk BOD adalah sampai rubble. Ketebalan sedimen merupakan
sebesar 20 mg/L (KepMen LH No 51, 2004). syarat yang dibutuhkan dalam pertumbuhan
lamun yaitu semakin tebal substrat maka kondisi
COD (Chemical Oxygen Demand) lamun akan semakin stabil karena akar lamun
Hasil pengukuran COD secara eksitu (Tabel 1) dapat melekat, menempel, dan mengikat sedimen
tertinggi yaitu pada stasiun 1 dengan rataan dengan optimal (Kawaroe, dkk., 2016).
13±1,41 mg/l dan terendah pada stasiun 3 dengan Lingkungan perairan bersubstrat pasir dengan
rataan 4,5±0,71 mg/l. Tingginya nilai COD pada sedikit lumpur memiliki komposisi jenis lamun
stasiun 1 substrat pasir diduga karena adanya yang cukup bervariasi (Hemming dan Duarte
masukan limbah rumah tangga (seperti deterjen) 2000). Jenis lamun T. hemprichii banyak
yang masuk ke perairan karena dekat dengan dijumpai di daerah substrat yang relatif kasar
pemukiman. Sebaliknya dengan stasiun 3 yang seperti pasir dan kerikil atau campuran keduanya
jauh dari pemukiman memiliki nilai COD yang yakni pasir kerikil (Sarinawaty, dkk., 2020).
F Tabel 95%
Nutrien F Hitung
Sig. 0.05
Substrat Substrat
Nitrit .134 .880
Nitrat .215 .818
Fosfat 23.324 .015
84 Morfometrik Lamun Thalassia hemprichii Berdasarkan Tipe Substrat «
Kandungan nitrat air laut pada lamun T. Kandungan rata-rata fosfat sedimen pada
hemprichii di Tanjung Tiram, Poka untuk ketiga penelitian ini juga lebih tinggi dibandingkan
stasiun diperoleh berkisar dari 0,01-0,02 mg/l. dengan hasil penelitian Majidek (2017) pada
Jika dibandingkan dengan hasil penelitian padang lamun T. hemprichii Teluk Bakau pada
Sarinawaty, dkk. (2020) yang menemukan substrat pecahan karang yaitu sebesar 0,37±0,20
kandungan nitrat pada padang lamun T. ppm. Menurut Edward dan Tarigan, (2003),
hemprichii di Pulau Bintan berkisar dari 0,003- konsentrasi fosfat di dekat dasar perairan lebih
0,008 mg/l maka, penelitian ini memiliki nilai tinggi dibanding dengan di lapisan permukaan,
yang lebih tinggi. hal ini disebabkan karena dasar perairan
Kandungan nitrat yang tinggi pada stasiun umumnya kaya akan zat hara, baik yang berasal
3 substrat pasir berlumpur ada kaitannya dengan dari dekomposisi sedimen maupun senyawa-
karakteristik sedimen sebagai penyerap dan senyawa organik yang berasal dari jasad flora
pengikat unsur nitrat, dimana substrat pasir dan fauna yang mati. Hal ini memungkinkan
berlumpur lebih tinggi kandungan nitratnya. kandungan fosfat sedimen lebih tinggi dari pada
Menurut Tomascik, (1997) bahwa sedimen halus kandungan fosfat perairan.
mempunyai kandungan nutrien lebih tinggi
dibandingkan dengan sedimen kasar. Olsen dan Morfometrik Lamun Thalassia hemprichii
Dean (1957) dalam Monoarfa (1992) membagi Berdasarkan Substrat dan Kandungan
konsentrasi nitrat dalam tanah menjadi 3 bagian Nutrien
yaitu <3 ppm = rendah, 3-10 ppm = sedang, dan Akar
>10 ppm = tinggi, berdasarkan hal ini maka Panjang Akar
kandungan nitrat pada penelitian ini berada pada Hasil pengukuran panjang akar lamun T.
konsentrasi sedang. hemprichii (Tabel 5) tertinggi pada stasiun 2
dengan rataan 58,7±17,7 mm dan yang terendah
Fosfat pada stasiun 3 dengan rataan 28±21,2 mm. Hasil
Hasil pengukuran rata-rata kandungan analisis one way anova (Tabel 6) menunjukan
fosfat pada air laut (Tabel 3) menunjukan nilai bahwa panjang akar lamun T. hemprichii berbeda
yang sama pada ketiga stasiun tersebut yakni nyata pada tiap stasiun dimana stasiun 2 pasir
0,02±0 ppm. Sebaliknya pada sedimen campur kerikil lebih tinggi dibadingkan stasiun
kandungan fosfat tertinggi yaitu pada stasiun 1 yang lain. Hal yang sama seperti penelitian
substrat pasir dengan rataan 5,122±0,41 ppm dan Zachawerus, dkk. (2019) menemukan panjang
terendah pada stasiun 2 substrat pasir campur akar lamun T. hemprichii yang hidup di Pantai
kerikil dengan rataan 3,069±0,14 ppm. Hasil Pasir Panjang, Minahasa Utara pada substrat
analisis one way anova (Tabel 4) menunjukan
pecahan karang memiliki panjang akar tertinggi
bahwa kandungan fosfat sedimen berbeda nyata sebesar 45,78 mm dan nilai ini lebih rendah
antar masing-masing stasiun dan stasiun 1
dibandingkan dengan hasil peneliyian ini.
dengan substrat pasir lebih linggi dari stasiun Menurut Badaria (2017), Lamun yang
lainnya. hidup di subsrat yang ukuran butiran sedimen
Kandungan rata-rata fosfat air laut pada ke besar cenderung memiliki perakaran yang lebih
tiga stasiun penelitian di Tanjung Tiram, Poka
kuat dibandingkan yang hidup di substrat dengan
lebih tinggi dibandingkan dengan yang ukuran butiran sedimen yang lebih halus. Hal ini
ditemukan oleh Sarinawaty, dkk. (2020) pada karena substrat tersebut memiliki porositas yang
Pulau Bintan sebesar 0,006 ± 0,007 mg/L. besar sehingga memerlukan akar yang lebih
Menurut Patty (2014) tingginya kadar fosfat panjang untuk mencengkram kuat subsrat agar
permukaan di lokasi dekat pantai disebabkan dapat bertahan dari arus dan gelombang.
oleh arus dan pengadukan (turbulence) massa air
yang mengakibatkan terangkatnya kandungan Jumlah akar
fosfat yang tinggi dari dasar ke lapisan Data jumlah akar per tegakan lamun T.
permukaan. hemprichii pada masing-masing stasiun
penelitian seperti tertera pada Tabel 5.
Jurnal TRITON Volume 17, Nomor 2, Oktober 2021, hal. 77 ± 89
P-ISSN 1693-6493 E-ISSN 2656-2758 85
DOI: https://doi.org/10.30598/TRITONvol17issue2page77-89
Berdasarkan hasil analisis one way anova (Tabel memperoleh panjang rhizoma horizontal
6) menunjukan bahwa tidak ada perbedaan tertinggi yaitu pada substrat lumpur yaitu 26,5-
jumlah akar secara signifikan pada masing- 41,2 mm.
masing stasiun penelitian. Menurut Shieh dan
Yang 1997 dalam Majidek, (2017), salah satu Daun
fungsi padang lamun yaitu mengikat sedimen Panjang daun
dan menstabilkan substrak dasar, dengan sistem Hasil pengukuran panjang daun (Tabel 5)
perakaran yang padat dan saling menyilang. Hal tertinggi pada stasiun 3 substrat lumpur dengan
lain juga didukung oleh kandungan nutrien rataan 53,1±16 mm dan yang terendah pada
berupa nitrat, nitrit dan fosfat sedimen. stasiun 2 substrat pasir campur kerikil dengan
rataan 46,6±11,4 mm. Hasil analisis one way
Rhizoma anova (Tabel 6) menunjukan bahwa terdapat
Panjang rhizoma vertikal perbedaan panjang daun yang signifikan antar
Hasil pengukuran panjang rhizoma vertikal stasiun dimana stasiun 3 lebih tinggi
(Tabel 5) tertinggi pada stasiun 1 dengan rataan dibandingkan stasiun lainnya. Hal ini didukung
20,2±8,11 mm dan terendah pada stasiun 2 dengan kandungan nutrien yaitu nitrat yang
dengan rataan 15,1±4,78 mm. Hasil analisis one tinggi. Menurut Tomascik, (1997) bahwa untuk
way anova (Tabel 6) menunjukan bahwa panjang penyerapan nitrat, sedimen halus lebih baik
rhizoma vertikal berbeda nyata pada masing- dibandingkan sedimen kasar (Tomascik, 1997).
masing stasiun, dimana stasiun 1, substrat pasir Keadaan perairan pada subsrat pasir lumpur lebih
lebih tinggi dibandingkan stasiun yang lain. tenang sehingga banyak mengendapkan
Substrat pasir memiliki ukuran butiran yang sedimen, khususnya sedimen organik yang
halus dan memiliki kandungan fosfat yang tinggi dibutuhkan untuk pertumbuhan lamun. Pada
dibandingkan dengan kedua substrat lainnya. perairan tenang pertumbuhan lamun terpusat
Jika dibandingkan dengan penelitian Setiawati, pada panjang dan lebar daun. Sedangkan puncak
dkk. (2018), lamun T. hemprichii di Cagar Alam dari helaian daun seringkali terkikis oleh energi
Pangandaran memiliki panjang rhizoma vertikal gelombang dan keterbukaan terhadap pasang
berkisar antara 30-52 mm dan lebih panjang dari surut pada perairan yang relatif dangkal (Arifin,
hasil penelitian ini (0,7-46,6 mm). Hal ini diduga 2001). Hasil penelitian yang sama juga diperoleh
berkaitan dengan kandungan bahan organik yang oleh Zachawerus, dkk. (2019) yang menemukan
lebih tinggi pada Perairan Cagar Alam panjang daun lamun T. hemprichii tertinggi yaitu
Pangandaran yang menunjang pertumbuhan pada substrat pasir lumpur sebesar 65,96 mm.
lamun tersebut.
Lebar Daun
Panjang rhizoma horizontal Hasil pengukuran lebar daun (Tabel 5)
Hasil pengukuran panjang rhizoma tertinggi pada stasiun 3 substrat lumpur dengan
horizontal (Tabel 5) tertinggi pada stasiun 1 rataan 6,03±1,12 dan terendah pada stasiun 2
substrat pasir dengan rataan 46,9±22,2 mm dan substrat pasir campur kerikil dengan rataan 4,59
yang terendah yaitu stasiun 3 substrat berlumpur mm. Hasil analisis one way anova (Tabel 6)
dengan rataan 34,1±19,5 mm. Hasil analisis one menunjukan bahwa terdapat perbedaan lebar
way anova (Tabel 6) menunjukan bahwa terdapat daun secara signifikan antar stasiun dimana
perbedaan panjang rhizoma horizontal secara stasiun 3 lebih tinggi dibandingkan stasiun
signifikan pada ke 3 stasiun penelitian dimana lainnya. Hal ini didukung oleh kandungan
Stasiun 3 lebih tinggi dibandingakan Stasiun nutrien (nitrat) yang tinggi pada substrat yang
lainnya. Hal ini didukung dengan kandungan lebih halus atau pada substrat berlumpur.
nutrien yang tinggi seperti kandungan fosfat Zachawerus, dkk. (2019) juga menemukan hal
yang tinggi. Nilai ini juga lebih tinggi yang sama pada penelitiannya terhadap lebar
dibandingkan dengan hasil penelitian Kansil, daun T. hemprichii di Pantai Pasir Panjang
dkk. (2019) di Desa Bahoi Minahasa Utara yang Minahasa Utara.
86 Morfometrik Lamun Thalassia hemprichii Berdasarkan Tipe Substrat «
Jumlah
akar 3 11 5,06 1,69 3 12 5,44 2,37 3 14 5,17 2,22
Panjang
rhizoma
vertikal 4,6 33,6 17,6 7,45 6,2 46,6 20,2 8,11 0,7 33,2 15,1 4,78
(mm)
Panjang
rhizoma
horizont 7,8 87,8 34,1 19,5 10,9 133 46,9 22,2 11,2 118,4 44,1 23,8
al (mm)
Panjang
daun
9,9 104,2 53,1 16 9,8 103,6 52,7 14,9 9,1 67,8 46,6 11,4
(mm)
Lebar
daun
2 9,4 6,03 1,12 1,3 9,6 5,83 1,45 0,3 7,5 4,59 1,47
(mm)
Jumlah
daun 3 5 3,56 0,55 2 4 3,01 0,46 2 4 3,22 0,48
Jumlah
node
horizont- 3 36 16,7 6,02 8 54 14,1 6,29 7 50 19,8 8,46
al
Jumlah
node 6 58 18,6 10 2 33 11,3 5,31 3 32 11,6 5,64
vertikal
Ditinjau dari Kandungan Kekeruhan, Total Zat Three Marine Ecoregions of Indonesia Sunda
Terlarut (TDS), dan Total Zat Tersuspensi Shelf, Sulawesi Sea, and Banda Sea. Journal of
(TSS). Jurnal Kimia 7(1): 64-74. Biological Diversity 17(2): 585-591.
Duarte, C.M., N. Marbã., J.Cébrian., S. Enriquez., M. KepMen LH. 2004. Keputusan Menteri Lingkungan
D. Fortes., M. E. Gallegos., M. Merino., B. Hidup Nomor: 51/MENLH/2004. Tentang
Olesen., K. San-Jensen., J. Uri and J. Vermaat. Penetapan Baku Mutu Air Laut Dalam
1994. Reconstruction of Seagrass Dynamics: Himpunan Peraturan di Bidang Lingkungan
Age Determination and Associated Tools for Hidup. Jakarta.
The Seagrass Ecologist. Marine Ecology Kiswara, W. 2004. Kondisi Padang Lamun
Progress Series 107: 195-209 (seagrass) di Teluk Banten 1998-2001. Pusat
Edward, Tarigan, M.S. 2003. Pengaruh Musim Penelitian Oseanografi. Lembaga Ilmu
Terhadap Fluktuasi Kandungan Fosfat dan Pengetahuan Indonesia. Seri Selamatkan
Nitrat di Laut Banda. Makara Sains 7(2): 82- Lingkungan Teluk Banten 2, No 585 kis k, Hal.
89. 1-33.
Effendi, H., 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Majidek, A. 2017. Pengaruh Substrat Terhadap
Pengolahan Sumberdaya Hayati Lingkungan Kerapatan dan Morfometrik Lamun (Thalassia
Perairan. Kanisius.Yogyakarta. hemprichii) Serta Kandungan Nutrien Substrat
Hemming, M.A. and C.M. Duarte. 2000. Seagrass di Teluk Bakau Kabupaten Bintan. Skripsi.
Ecology. Cambridge University Press. United Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Kingdom. 298 p. Universitas Raja Maritim Ali Haji. Tanjung
Hendrawati, Prihadi, TH. Rohmah, NN. 2008. Pinang
Analisis Kadar Phosfat dan N-Nitrogen Monoarfa, W.D., 1992. Pemanfaatan Limbah Pabrik
(Amonia, Nitrat, Nitrit) pada Tambak Air Gula Blotong Dalam Produksi Klekap Pada
Payau akibat Rembesan Lumpur Lapindo di Tanah Tambak berstekstur Liat. Tesis.
Sidoarjo, Jawa Timur. Jurnal Valensi 1(3): Universitas Hassanuddin. Makassar.
135-143. Muchtar, M. 1994. Karakteristik dan Sifat- Sifat
Hutagalung, H. P. & Rozak, A., 1997. Metode Kimia Padang Lamun di Lombok Selatan
Analisis Air Laut, Sedimen dan Biota Laut. dalam Struktur Komunitas Biologi Padang
Institut Pertanian Bogor. Bogor. Lamun di Pantai Selatan Lombok dan Kondisi
Irawan, A & Nganro R.N. 2016. Sebaran Lamun di Lingkungannya. Hal. 1-13.
Teluk Ambon Dalam. Pusat Penelitian Laut Nursanti. I, Riniatsih. A,Satriadi. 2013. Studi
Dalam Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Hubungan Kerapatan Vegetasi Lamun dengan
Ambon. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Laju Sedimentasi di Perairan Teluk Awur dan
Tropis 8(1): 99-114. Bandengan Jepara Pada Periode Juni-Juli
Izzaty, M. 2012. Perubahan Konsentrasi Oksigen 2012. Journal of Marine Research 2(3): 25-34.
Terlarut dan pH Perairan Tambak Setelah Paramitha, A. Utomo, B. Desrita. 2014. Studi
Penambahan Rumput Laut Sargassum Klorofil-a di Kawasan Perairan Belawan
plagyophyllum dan Ekstraknya. Bulletin Sumatera Utara. Jurnal Aquacoastmarine 2(2):
Anatomi dan Fisiologi dh Sellula 1(1): 60-69. 1-7.
Kansil, Y. Kondoy, KIF. Sangari, JRR. Kambey, DA. Patty, S. 2014. Karakteristik Fosfat, Nitrat Dan
Wantasen, AS. Manengkey, H. 2019. Studi Oksigen Terlarut di Perairan Pulau Gangga
Morfometrik Lamun Thalassia hemprichii di Dan Pulau Siladen, Sulawesi Utara. Jurnal
Desa Bahoi, Kabupaten Minahasa Utara. Ilmiah Platax 2(2): 74-84.
Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis 10(3): Patty, S. Arfah, H. Abdul, M.S. 2015. Zat Hara
102-109. (Fosfat, Nitrat), Oksigen Terlarut dan pH
Katwijk van MM, van der Welle MEW, Lucassen Kaitannya Dengan Kesuburan di Perairan
ECHET, Vonk JA, Christianen MJA, Kiswara Jikumerasa, Pulau Buru. Jurnal Pesisir dan
W, al Hakim II, Arifin A, Bouma TJ, Roelofs, Laut Tropis 3(1): 43-50.
Lamers LPM. 2011. Early Warning Indicator Peralta, G., F. G. Brun., J. L. P. Llorens, T.J. Bouma.
for River Nutrient and Sediment Loads in 2006. Direct Effects of Current Velocity on
Tropical Seagrass Beds: A Benchmark from a The Growth, Morphometry and Architecture of
Near-Pristine Archipelago in Indonesia. Seagrasses: A Case Study an Zostera Noltii.
Marine Pollution Bulletin 62(7): 1512-1520. Marine Ecology Progress Series 327(1): 135-
Kawaroe, M., Nugraha, AH., Juraij, I.A. & 142.
Tasabaramo. 2016. Seagrass Biodiversity at
Jurnal TRITON Volume 17, Nomor 2, Oktober 2021, hal. 77 ± 89
P-ISSN 1693-6493 E-ISSN 2656-2758 89
DOI: https://doi.org/10.30598/TRITONvol17issue2page77-89
Permen LH. 2010. Peraturan Menteri Lingkungan Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Hidup Nomor 03. 2010 Tentang Bakumutu Air Universitas Pattimura. Ambon
Limbah Bagi Kawasan Industri. Jakarta. Setiawati, T. Alifah, M. Mutaqin, A.Z. Nurzaman, M.
Poedjirahajoe, E., Mahayani, N. P. D., Sidharta, B. Irawan, B. Budiono, R. 2018. Studi Morfologi
R., dan Salamuddin, M. 2013. Tutupan Lamun Beberapa Jenis Lamun di Pantai Timur Dan
dan Kondisi Ekosistemnya di Kawasan Pesisir Pantai Barat, Cagar Alam Pangandaran.
Madasanger, Jelenga, dan Maluk Kabupaten Universitas Padjajaran. Jawa Barat. Jurnal
Sumbawa Barat. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pro-Life 5(1): 487-495.
Kelautan Tropis 5(1): 36-46. Sofiana, U.R. Sulardiono, B. Nitisupardjo, M. 2016.
Purnomo, C. 2018. Petunjuk Praktis Analisis Hubungan Kandungan Bahan Organik
Laboratorium. Program Studi Ilmu Tanah. Sedimen dengan Kelimpahan Infauna Pada
Fakultas Pertanian. Universitas Jember. Kerapatan Lamun yang Berbeda di Pantai
Jember. Bandengan Jepara. Diponegoro Journal of
Rugebregt, M.J. 2015. Ekosistem Lamun di Kawasan Maquares 5(3): 135-141.
Pesisir Kecamatan Kei Besar Selatan, Sulaeman., 2005. Analisis Kimia Tanah, tanaman
kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi Air, dan Pupuk. Balai Penelitian Tanah dan
Maluku, Indonesia. Jurnal Widyariset 1(1): Pengembangan Pertanian, Departemen
79-86. Pertanian. Bogor.
Sakey, WM. Wagey, BT. Gerung, G.S. 2015. Variasi Tomascik T, AJ Mah, A Nontji, MK Moosa. 1997.
Morfometrik Pada Beberapa Lamun di The Ecology of The Indonesian Seas. Part II.
Perairan Semenanjung Minahasa. Jurnal Canada : Periplus Edition (HK) Ltd.
Pesisir dan Laut Tropis 1(1): 1-7. Wagey, B.T. 2011. Morphological and Genetic
Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Analysis of Seagrasses Halodule uninervis
Oksigen Biologi (BOD) Sebagai Salah Satu (Forsskàl) Ascherson and H. Pinifolia (Miki)
Indikator Untuk Menentukan Kualitas den Hartog in The Central Visayas,
Perairan. Oseana XXX(3): 21-26. Philippines. Disertation. Philippines: Siliman
Sarinawati, F. Idris, F. Nugraha, A.H. 2020. University Dumaguete City.
Karakteristik Morfometrik Lamun Enhalus Wagey, B.T. & Sake W. 2013. Variasi Morfometrik
acoroides dan Thalassia hemprichii di Pesisir Beberapa Jenis Lamun di Perairan Kelurahan
Pulau Bintan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Tongkeina Kecamatan Bunaken. Universitas
Perikanan. Universitas Maritim Raja Ali Haji. Sam Ratutalangi. Manado. Jurnal Pesisir dan
Tanjung Pinang. Journal of Marine Research Laut Tropis 3(1): 36-44.
9(4): 474-484. Zachawerus, T. Kondoy, KIF. Rangan, JK. 2019.
Sermatang. JH. 2018. Pengaruh Substrat dan Morfometrik Lamun Thalassia hemprichii, di
Kerapatan Terhadap Morfometrik Lamun Pantai Pasir Panjang Desa Paputungan
Enhalus acoroides di Tanjung Tiram Poka. Likupang Barat Minahasa Utara. Jurnal Imliah
Platax 7(1): 178-185.