Anda di halaman 1dari 4

BAB I

1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang

Lamun (seagrass) merupakan merupakan tumbuhan berbiji (angiospresmae) yang berbunga dan hidup
pada perairan dangkal yang masih mendapatkan cahaya matahari sehingga mampu menghantarkan
zat-zat hara, oksigen dan menggangkut hasil metabolisme lamun pada lingkungan sekitarnya (Hartati
et al., 2012; Rahman et al., 2016; Wagey, 2013). Di Indonesia terdapat 7 marga dan terdiri dari 13
jenis lamun (Yusniati, 2015). Salah satu lokasi penyebaran padang lamun di Bali ada di Pulau
Serangan (Faiqoh, 2017).

Perairan Pulau Serangan termasuk pada ekosistem pesisir yang banyak dimanfaatkan untuk berbagai
aktifitas manusia, pariwisata serta pembangunan dan reklamasi Pulau Serangan yang berdampak pada
kondisi padang lamun yang mengakibatkan banyak terjadinya degradasi (Rahardiarta et al., 2019).
Selain itu kegiatan budidaya rumput laut di Pulau Serangan yang menggunakan metode lepas dasar
dan metode apung dapat menutupi dan menghilangkan lamun sehingga lamun cenderung mengalami
kematian serta penambatan dan penjangkaran perahu dalam jangka waktu lama pada areal padang
lamun secara langsung mematikan lamun yang ada di bawah kapal (Sudiarta, 2011).

Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya ekosistem padang lamun menyebabkan


ekosistem ini kurang mendapat perhatian. Padahal lamun memiliki fungsi sebagai tempat berlindung
sekaligus memijah, tempat berkembangbiak, daerah pengasuhan dan tempat mencari makan
khususnya bagi biota perairan laut sekaligus makanan kesukaan hewan herbivora (Alie, 2012).
Penelitian ini menjadi penting dilakukan untuk mengetahui keadaan atau kondisi padang lamun di
Perairan Pulau Serangan sehingga sebagai dapat menjadi informasi dalam pengembangan dan
pemanfaatan wilayah pesisir di Pulau Serangan guna menjaga kelestarian ekosistem padang lamun.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis dan kondisi padang lamun dilihat
dari kerapatan dan persentase tutupan lamun serta mengkaji pengaruh faktor lingkungan terhadap
persentase tutupan lamun di Perairan Pulau Serangan. Struktur penting yang dimiliki lamun yaitu
rimpang, daun, akar, bunga, dan buah Rimpang lamun tersebut sangat panjang dan setiap interval
tertentu akan membentuk rimpang vertikal yang nantinya tumbuh daun dari basal area. Percabangan
hasil dari rimpang horizontal ini akan membentuk tutupan lamun yang luas yang biasa disebut padang
lamun (Hogarth, 2015).

1.2 Tujuan
1. Mengidentifikasi dan menjelaskan komposisi jenis-jenis lamun.
2. Mendeskripsikan habitat hidup dari jenis-jenis lamun
3. Menentukan struktur komunitaspadanng lamun yang meliputi: kepadataan, keanekaragamaan
jenis, dominasi jenis, kemetataan jenis, pola sebaran, asiosasi antara jenis, pola kekayaan
spesies lebar lerung dan tumpah tindih relung mikrohabitat
BAB II

2. Tinjauan Pustaka

2.1 Devinisi

Padang lamun adalah ekosisitem khas di laut dangkal pada wilayah perairan hangat dengan dasar
pasir dan didiominasi oleh tumbuhan lamun, sekelompoknya tumbuhan anggota bangsa alismatales
yang beradaptasi di air asin

2.2 Marfologi, Klasifikasi

Morfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk dan susunan tubuh makhluk hidup. Ilmu morfologi
berkembang sekitar abad ke-19 dan dan abad ke-20. Pada tumbuhan, morfologi tidak saja
menguraikan tentang bentuk dan susunan tubuh, tetapi juga fungsi masing-masing bagian tersebut
dalam kehidupan tumbuhan. Selain itu, morfologi juga berusaha untuk mengetahui asal-usul bentuk
dan susunan tubuh yang dimiliki oleh tumbuhan (Tjitrosoepomo, 2007).

Lamun merupakan satu-satunya tumbuhan biji yang hidup di laut pada daerah intertidal
sampai subtidal. Kondisi lingkungan yang berbeda dengan kehidupan di darat menyebabkan lamun
memiliki struktur morfologi yang berbeda dibandingkan tumbuhan darat. Contohnya sebagian besar
tumbuhan darat memiliki akar yang panjang untuk mencapai sumber-sumber air tetapi pada tumbuhan
yang selalu terendam seperti lamun akarnya lebih pendek. Stomata juga sedikit dijumpai pada lamun
karena penguapan hampir tidak terjadi pada lingkungan perairan. Morfologi lamun merupakan hasil
dari proses adaptasi dan evolusi yang terjadi dalam jangka waktu yang lama. Morfologi lamun secara
umum dapat dilihat dari bentuk akar, rhizoma, daun, bunga dan buah.

2.2.1 Klasifikasi

Pengklasifikasian lamun adalah berdasarkan karakter tumbuh-tumbuhan selain itu, genus di daerah
tropis memiliki marfologi yang berbeda sehingga pembedaan spesies dapat di lakukan dasar
gambaran marfologi dan anatomi. Lamun merupakan tumbuhan laut monokotil yang secara utuh
memiliki perkembangan sisitem perakaaran dan rhizoma yang baik pada sisitem klasifikasi, lamun
berada pada sub kelas moneotyledoneae, kelas angiospermae

Secara lengkap klasifikasi beberapa jenis lamun yang terdapat pada perairan pantai indonesia
(Phillips dan Menez, 1988) Adalah sebagai berikut :

Devisi :Anthophyta
Kelas :Angiospermae
Subkelas : Monocotyledoneae
Ordo :Helobiae
Famili :Hydrocharitaceae
Genus :Enhalus
Spesies :Enhalus acorotdes
Genus :Halophila
Spesies :Halophila
Halophia ovalis
Halophia spinulasa
Halophia minor
Genus :Thalassia
2.4 Pola Penyebaran

Daratan

20 cm

Plot ukuran
50x50cm

Tubir

Gambar 2. Skets penempataan kuadratpengamaatan padang lamun

2.5 Struktur Komunitas Lamun

Menurut Krebs (1978, h. 378) seperti populasi, komunitas memiliki serangkaian sifat yang tidak
terdapat dalam komponen spesies atau individu dan memiliki makna yang hanya mengacu pada
tingkat integritas komunitas. Lima karakteristik komunitas tersebut, yaitu:

1. Keanekaragaman spesies: rasio antara jumlah spesies dan jumlah total individu dalam komunitas
disebut kekayaan atau keanekaragaman spesies.

2. Struktur dan mofologi tumbuhan: menggambarkan jenis komunitas berdasarkan habitusnya: pohon,
semak, herba, dan lumut. Lebih lanjut lagi dapat dibedakan berdasarkan kategori seperti pohon
berdaun lebar dan pohon bedaun seperti jarum. Morfologi yang berbeda ini menentukan stratifikasi
dalam komunitas tersebut.

3. Dominasi: tidak semua spesies di komunitas sama-sama penting dalam menentukan sifat dari
komunitas tersebut. Di luar dari ratusan spesies yang ada di komunitas, relatif sedikit memberikan
pengaruh sebagai pengendali utama berdasarkan ukuran, angka, atau aktivitasnya. Spesies dominan
adalah individu yang sangat sukses secara ekologis dan yang berperan besar untuk menetukan kondisi
tempat spesies tersebut tumbuh.
4. Kelimpahan relatif: kita bisa mengukur proporsi relatif dari spesies yang berbeda di komunitas.

5. Struktur trofik: rantai makanan antar spesies didalam komunitas akan menentukan aliran energi
dan materi dari tumbuhan ke herbivor lalu ke karnivora.

Beberapa hubungan kunci dalam kehidupan suatu organisme adalah interaksinya dengan
individu-individu dari berbagai spesies lain dalam komunitas diantaranya yaitu kompetisi dan
simbiosis (Campbell et al, 2010, h. 380).

2.6 Peran Dan Manfaat

Keberadaan Padang Lamun di pantai kastela, kota ternate selatan memiliki peran yang sangat penting
dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Manfaat Padang Lamun diantaranya adalah sebagai media
untuk filtrasi atau menjernihkan perairan laut dangkal, dimana lamun berperan dalam menyaring
debu-debu yang terdapat di permukaan air laut. Padang lamun berfungsi sebagai tempat tinggal
berbagai biota laut, termasuk biota laut yang bernilai ekonomis, seperti ikan baronang/lingkis, ikan
cendro, rajungan atau kepiting, teripang dan lain-lain. Keberadaan biota tersebut bermanfaat bagi
manusia sebagai sumber bahan makanan. Manfaat lainnya yaitu sebagai tempat mencari makanan
bagi berbagai macam biota laut, terutama ikan cendro dan penyu yang hampir punah, mengurangi
besarnya energi gelombang di pantai dan berperan sebagai penstabil sedimen sehingga mampu
mencegah erosi di pesisir pantai dan berperan dalam Berperan dalam mitigasi dan adaptasi perubahan
iklim. Ekosistem lamun juga mempunyai peranan penting dalam menunjang kehidupan dan
perkembangan jasad hidup di laut dangkal, Tetapi keberadaan padang juga dapat rusak. Kerusakan
padang lamun dapat disebabkan oleh faktor alam dan manusia.

2.7 Parameter Kualitas Perairan

Berdasarkan hasil pengukuran parameter kualitas perairan, suhu yang terdapat pada daerah perairan
Mokupa selama penelitian dilaksanakan adalah 28°C. Suhu yang diperoleh dalam pengukuran
tersebut masih tergolong dalam kisaran optimum untuk pertumbuhan lamun. Menurut Nyabakken
(1992), kisaran suhu optimum bagi pertumbuhan lamun mencapai 28°C- 30°C. Pengaruh suhu bagi
lamun di perairan sangat besar, dimana suhu dapat mempengaruhi proses-proses fisologi seperti
proses fotosintesis, pertumbuhan lamun, dan reproduksi. Proses fisiologi tesebut akan menurun tajam
apabila suhu perairan berada diluar kisaran optimal tersebut (Hasanuddin, 2013).

Salinitas yang terdapat di area padang lamun adalah 31 ppt. Nilai ini adalah nilai kisaran salinitas
yang termasuk dalam kategori normal untuk daerah tropis sebagai tempat pertumbuhan lamun.
Dahuri (2001) mengatakan bahwa Lamun sebagian besar memiliki kisaran toleransi yang lebar
terhadap salinitas yaitu antara 10-40 ppt. Lamun akan mengalami kerusakan fungsional jaringan
sehingga akan mengalami kematian jika berada pada batas toleransinya. Salah satu faktor yang
menyebabkan kerusakan lamun adalah meningkatnya salinitas yang diakibatkan oleh kurangnya
suplai air tawar.

Anda mungkin juga menyukai