Anda di halaman 1dari 20

TUGAS PENGGANTI UAS AMDAL

PELINGKUPAN DAMPAK PENTING HIPOTETIK KEGIATAN


PEMBANGUNAN TAMBAK UDANG VANAMAE SELUAS 100 HEKTAR

Oleh:

Wadiya Aprilianti

26050118140094

Dosen Pengampu:

Dr. Ir. Baskoro Rochaddi, M.T.

NIP. 196503131992031001

DEPARTEMEN OSEANOGRAFI FAKULTAS


PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG

2022
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konservasi sumberdaya perairan adalah salah satu upaya untuk keberlanjutan perairan
di masa depan. Secara spesifik konservasi sumberdaya perairan adalah cara untuk
melindungi, melestarikan dan memanfaatkan sumberdaya perairan dengan sebagaimana
semestinya. Salah satu upaya konservasi sumberdaya perairan yaitu dengan menjaga
ekosistem perairan tetap sebagaimana mestinya agar tidak adanya ketimpangan antar satu
dengan yang lain. Keberlanjutan fungsi dari ekosistem sendiri sangat menentukan kelestarian
dari sumberdaya alam sebagai suatu komponen yang terlibat dalam sistem tersebut. Maka
dari itu perlu diperhatikan antara hubungan-hubungan ekologi dengan komponen-komponen
sumberdaya alam yang menyusun suatu sistem tersebut.

Salah satu hubungan yang dapat dilihat dan dipelajari adalah hubungan antara
ekosistem dengan organisme yang berada di dalamnya. Ekosistem yang ada di perairan
terutama laut sangat beragam. Salah satu ekosistem di laut adalah ekosistem padang lamun.
Ekosistem padang lamun sangat besar pengaruhnya terhadap organisme yang bergantung
padanya. Padang lamun merupakan kerangka struktur dengan tumbuhan dan hewan yang
saling berhubungan. Habitat lamun dapat juga dilihat sabagai suatu ekosistem, dalam hal ini
hubungan hewan dan tumbuhan tadi dilihat sebagai suatu proses yang dikendalikan oleh
pengaruh-pengaruh interaktif dari faktor-faktor biologis, fisika, kimiawi (Tangke, 2010).

Ikan adalah salah satu contoh biota laut yang berasosiasi pada ekosistem padang
lamun. Keterkaitan antara kedua hal ini dapat dilihat dari padang lamun sebagai pendukung
produktivitas perikanan pantai. Dimana ikan sangat membutuhkan tempat untuk mencari
makan, tempat pemijahan, tempat berlindung dan ekosistem padang lamun adalah salah satu
yang dapat memberikan hal tersebut. Untuk mengetahui keterkaitan yang lebih jauh antara
ekosistem padang lamun dengan biota laut khususnya ikan. Maka dalam paper ini akan
dibahas secara terperinci dan berdasarkan sumber-sumber dan artikel ilmiah terkait
bagaimana interaksi yang terbentuk di dalam suatu ekosistem padang lamun terhadap biota
khususnya kelimpahan ikan.
1.2 Tujuan
Tujuan dalam penulisan paper ini yaitu:

1. Mengetahui karakteristik ekosistem padang lamun.


2. Mengetahui interaksi ekosistem padang lamun terhadap ekosistem lainnya.
3. Mengetahui keterkaitan antara kelimpahan ikan pada ekosistem padang lamun dan
keterkaitan antar keduanya.

1.3 Manfaat

Manfaat dalam penulisan paper ini yaitu:

1. Memberikan pemahaman terkait karakteristik ekosistem padang lamun.


2. Memberikan pemahaman terkait kelimpahan ikan pada ekosistem padang lamun dan
keterkaitannya.
3. Memberikan pemahaman terkait interaksi ekosistem padang lamun terhadap
ekosistem lainnya secara khusus.
4. Memberikan referensi ilmiah terkait ekosistem padang lamun.
II. ISI

2.1 Ekosistem Padang Lamun


2.1.1 Pengertian Lamun
Lamun merupakan tumbuhan berbunga (angiospermae) yang mampu tumbuh dan
berkembang dengan baik di perairan dangkal. Semua jenis lamun merupakan tumbuhan
berbiji satu (monokotil) serta memiliki akar, rimpang (rhizoma), daun bunga dan buah, sama
halnya dengan tumbuhan yang tumbuh di daratan. Pada sistem klasifikasi, lamun berada di
subkelas Monocotyledonae, kelas Angiospermae. Dari empat famili lamun yang diketahui,
dua berada di perairan Indonesia yaitu Hydrocharitaceae dan Potamogetonaceae
(Cymodoceae). Famili Hydrocharitaceae dominan merupakan lamun yang tumbuh di air
tawar sedangkan tiga lainnya tumbuh di laut. Di perairan dangkal lamun dapat ditemui
tumbuh membentuk hamparan padang serta mirip seperti tumbuhan ilalang di daratan yang
dapat terdiri dari satu species (monospesific) dan beberapa spesies (multispesific) olehnya
disebut padang lamun. Padang lamun memegang peranan penting pada lingkungan perairan,
terkait fungsinya sebagai stabilisasi serta penahan sedimen, mengembangkan sedimen,
meredam pergerakan gelombang, daerah feeding, nursery, dan spawning ground, juga
sebagai tempat terjadinya sirkulasi sedimen (Sitaba et al., 2021).
Menurut Kawaroe et al. (2019), ekosistem lamun merupakan ekosistem di wilayah
pesisir yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan berperan sebagai penyumbang
nutrisi bagi kesuburan perairan sekitarnya. Perairan pesisir sendiri merupakan lingkungan
yang memperoleh cahaya matahari yang cukup dan dapat menembus sampai ke dasar
perairan. Lamun didefinisikan sebagai satu-satunya tumbuhan berbunga yang mampu
beradaptasi secara penuh di perairan dengan salinitas cukup tinggi atau hidup terbenam di
dalam air. Sementara sistem (organisasi) ekologi padang lamun yang terdiri atas komponen
biotik dan abiotic disebut ekosistem lamun. Ekosistem padang lamun sendiri memiliki
kondisi ekologis yang sangat khusus dan berbeda dengan ekosistem mangrove dan terumbu
karang. Ciri-ciri ekologis padang lamun antara lain:
a) Terdapat di perairan pantai yang landai dan di dataran dengan substrat
lumpur/pasir
b) Pada batas terendah daerah pasang surut dekat hutan bakau atau di dataran
terumbu karang
c) Mampu hidup sampai kedalaman 30 meter di perairan tenang dan terlindung
d) Sangat bergantung pada cahaya matahari yang masuk ke perairan
e) Mampu melakukan proses metabolisme secara optimal jika keseluruhan
tubuhnya terbenam air termasuk daur generatif
f) Mampu hidup di media air asin
g) Mempunyai sistem perakaran jangkar yang berkembang baik
Menurut Latuconsina (2019), lamun merupakan satu-satunya tumbuhan berbunga yang
memiliki rizhoma, daun, dan akar sejati yang hidup terendam di dalam laut, umumnya
membentuk padang yang luas di dasar laut, dan hidup di perairan dangkal dengan sirkulasi air
yang baik dengan tipe substrat mulai dari berlumpur hingga berbatu. Untuk dapat bertahan
hidup dan berkembang dengan baik di perairan laut, vegetasi lamun memiliki adaptasi khusus
seperti:
1) Daun lamun memiliki sejumlah besar rongga udara (lacunae) untuk
memungkinkan akumulasi dan pendistribusian gas, juga berfungsi sebagai
buoyancy untuk selalu tegak dalam air dan tetap fleksibel terhadap gerakan arus.
2) Bagian akar terdapat banyak lacunae untuk memungkinkan pengaliran oksigen
hasil fotosintesis dari daun ke akar yang penting untuk respirasi akar yang selalu
terbenam.
3) Memiliki sistem perakaran yang disertai rhizome yang saling menyilang pada
dasar perairan, menyebabkan vegetasi lamun sangat kuat menancap pada dasar
perairan laut.
4) Bagian daun tidak memiliki stomata akan tetapi mempunyai kutikula yang tipis
untuk pertukaran larutan dan gas.
5) Epidermis daun kaya akan kloroplas.

Gambar 1. Morfologi vegetasi lamun


(Sumber: Latuconsina, 2019)
Komunitas lamun merupakan tumbuhan subtidal yang dominan mengokupasi estuari
dangkal dan melindungi pantai dari massa aiar ekuator yang hangat sampai air subtropics
yang dingin. Kelompok lamun cukup mudah dibedakan antara kelompok tropis dan
subtropics. Genus tropis banyak dari kelompok Holophila yang berciri memiliki banyak
cabang dan mencakup 6 spesies. Pada genis sub-tropis, Posidonia berciri berbentuk seperti
sabuk dan meliputi 8 spesies. Hanya 2 spesies yang ditemukan di daerah tropis sekaligus juga
subtropics, yaitu jenis Halophila ovalis dan Syringodium isoetifolium (Setyanto, 2021).

2.1.2 Potensi dan Fungsi Ekologi Lamun


Lamun memiliki peran memberikan tempat perlindungan dan tempat menempel bagi
hewan dan tumbuhan (algae). Selain itu sebagai tempat makanan dari berbagai jenis ikan
herbivora dan ikan karang. Fungsi dan peran lamun, bergantung pada jumlah helai daun,
panjang, lebar, serta biomassa total semua tergantung kondisi tempat. Hampir semua
substrat/sedimen dapat ditumbuhi lamun, mulai dari berlumpur hingga berbatu. Namun sering
ditemukan di berlumpur-pasir. Substrat menentukan kestabilan lamun agar tidak terbawa arus
dan gelombang. Jika substrat menipis maka kehidupan lamun tidak stabil, sebaliknya jika
substrat tebal maka lamun tumbuh subur, yaitu berdaun panjang dan rimbun. Perbedaan
komposisi jenis substrat dan komposisi jenis lamun dapat mempengaruhi adanya perbedaan
kesuburan dan pertumbuhan pada lamun. Karena perbedaan komposisi ukuran butiran pasir
menyebabkan perbedaan nutrisi bagi pertumbuhan lamun dan dekomposisi dan mineralisasi
terjadi dalam substrat (Sari et al., 2017).
Ekosistem lamun (seagrass) adalah salah satu komponen penting sebagai penyusun
kesatuan ekosistem pesisir bersama dengan mangrove dan terumbu karang. Ekosistem pesisir,
termasuk di dalamnya ekosistem lamun, merupakan sistem ekologi yang unik dan spesifik
serta memerlukan pengelolaan yang spesifik agar dapat memberi sebesar-besarnya manfaat
bagi masyarakat pesisir. Padang lamun merupakan ekosistem laut yang penting dan mampu
menyediakan makanan, habitat dan daerah merupakan asuhan bagi berbagai spesies, kerang,
manatee dan penyu laut. Ekosistem lamun adalah satu dari tiga ekosistem utama wilayah
pesisir dan mempunyai fungsi sosialekologis yang bermanfaat bagi manusia. Lamun dapat
menstabilkan dasar laut dengan akar-akarnya dan rimpang dalam banyak cara yang sama
bahwa rumput tanah menghambat erosi tanah. Lamun dapat membantu menjaga kejernihan
air dengan menjebak sedimen halus dan partikel. Daerah bawah (substrat) tanpa lamun lebih
sering diaduk oleh angin dan ombak sehingga dapat mengurangi kejernihan air dan
mempengaruhi perilaku biota laut dan kualitas rekreasi wilayah pesisir (Wahyudin et al.,
2017).
2.1.3 Pertumbuhan dan Produktivitas Padang Lamun
Pertumbuhan lamun dapat dilihat dari pertambahan panjang pada bagian-bagian
tertentu lamun. Menurut Kawaroe et al., (2019), pertumbuhan tersebut dapat ditemukan pada
daun dan rhizoma pada jangka waktu tertentu. Pertumbuhan pada rhizoma akan lebih sulit
untuk diukur terlebih pada jenis tertentu yang berada di bawah substrat. Untuk jenis lamun
yang berada di atas substrat akan lebih mudah terukur karena akan lebih mudah terlihat.
Pertumbuhan daun muda akan lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan daun lamun
yang tua. Namun, beberapa penelitian menunjukkan pertumbuhan daun muda yang lebih
lambat dibandingkan daun yang lebih tua. Hal tersebut dapat terjadi dikaernakan adanya
faktor-faktor internal seperti fisiologi dan metabolisme serta faktor eksternal seperti nutrien,
tingkat kesuburan substrat, dan faktor lainnya. Faktor lingkungan secara umum akan
mempengaruhi pertumbuhan padang lamun. Seperti contoh, nutrien pada ekosistem lamun
akan besumber dari nutrien yang terdapat dalam substrat perairan ataupun pada air yang
berperan dalam penentuan keberlangsungan hidup lamun. Selain itu, kondisi pasang surut
perairan juga berpengaruh dikarenakan kondisi surut terendah yang mengakibatkan lamun
terpapar udara menyebabkan pertumbuhan yang kurang optimal dibandingkan lamun yang
terus terbenam pada bawah air laut.
Produktivitas ekosistem lamun dianggap sebagai salah satu eksosistem penting pada
laut. Kepadatan padang lamun akan meningkatkan kelimpahan organisme yang hidup
didalamnya. Lamun sendiri merupakan salah satu komunitas dengan produksi yang cukup
besar, melebihi komunitas padang rumput, makroalga, dan terumbu karang. Menurut
Latuconsina (2019), nutrien akan dapat terjebak atau dilepaskan di padang lamun bergantung
pada kondisi arus dan ombak dalam perairan. Lamun akan dapat merangkap nutrien terlarut
dari dua sumber yaitu air pada celah pori sekitar perakran dan rhizoma serta dari air laut di
kolom perairan. Sekitar 85 hingga 90% produktivitas lamun sendiri mengalami dekomposisi
dimana sisanya akan dimakan oleh biota laut herbivora. Pemanfaatan produktivitas tersebut
akan menjadi bagian penting dalam siklus nutrien yaitu siklus herbivoraa, yang membuat
nutrien menjadi tersedia kembali dalam bentuk mineral sehingga dapat dimanfaatkan oleh
produsen.
2.1.4 Zonasi dan Habitat Lamun
Menurut Kartikasari et al. (2012), Apabila dilihat pada pola zonasi lamun secara
horizontal, ekosistem lamun terletak diantara dua ekosistem yaitu ekosistem mangrove dan
ekosistem terumbu karang. Daerah tersebut berada pada daerah pasang surut yaitu inner
intertidal dan upper subtidal. Zonasi daripada lamun dapat dikelompokkan dengan
membandingkan parameter-parameter biotik serta abiotik. Dilihat dari pengaruh pasang surut
sampai tergenang, pola zonasi lamun dimulai dengan zona yang memiliki hanya satu atau dua
jenis lamun (mono specific seagrass beds) seperti H. univernis atau H. pinofolia. Pada zona
yang lebih rendah, dapat ditemukan lamun lain seperti T. hemprichii dan C. rotundata. Pada
tepi padang lamun yang lebih rendah terdapat kombinasi dua hingga empat jenis lamun
(mixed seagrass beds). Kondisi lokal akan dapat menentukan jenis lamun pada perairan.
Menurut Rudianto, (2019) distribusi lamun di perairan pesisir Indonesia secara geografis
termasuk sebagai kelompok distribusi lamun Tropik Indo-Pasifik.
Padang lamun berkembang di atas dasar yang lunak pada zona yang mendapatkan
cahaya matahari. Sebagai ekosistem yang dinamis, gangguan pada lamun akan berdampak
pada keseimbangan ekologis daripada padang lamun. Adanya gangguan seperti badai ataupun
pasang rendah akan merusak ekosistem padang lamun. Selain itu, gangguan juga dapat
diakibatkan oleh aktivitas manusia. Hal tersebut akan menggangu ekosistem lamun sebagai
habitat berbagai macam biota laut di pearrian. Terlebih, dapat ditemukan kelimpahan ikan
pada ekosistem lamun. Menurut Latuconsina (2021), struktur komunitas ikan pada lamun
sendiri akan ditentukan oleh ekosistem mangrove dan terumbu karang sehingga fungsi
ekologi padang lamun menjadi krusial sebagai habitat ikan-ikan tersebut. Menurut
Latuconsina (2019), Lamun menjadi spektrum yang luas secara fungsi biologis dan fisik
hingga secara ekologis bermanfaat sebagai habitat biota.
2.1.5 Pengaruh Faktor Lingkungan Terhadap Padang Lamun
Seperti pada beberapa jenis tumbuhan lainnya, ekosistem padang lamun juga dibatasi
oleh beberapa faktor lingkungan. Beberapa faktor yang mempengaruhi lamun adalah suhu,
cahaya, salinitas, kedalaman, substrat daras perairan dan pergerakan air laut (ombak, arus,
dan pasang surut). Faktor tersebut juga mempengaruhi kelimpahan dan kerapatan lamun pada
suatu daerah, sehingga jumlah dan kelimpahannya mungkin berbeda-beda. Nilai pH 6,5 – 9,0
merupakan kisaran pH optimal bagi pertumbuhan ikan. Dalam kaitannya mempengaruhi
tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad renik. Selain itu,
kedalaman sangat mempengaruhi kehidupan organisme perairan. Kedalaman suatu perairan
sangat erat hubungannya dengan penetrasi cahaya matahari ke dalam kolom air yang
digunakan oleh tumbuhan berklorofil untuk fotosintesis. Tumbuh-tumbuhan ini tidak dapat
hidup terus- menerus tanpa adanya cahaya matahari yang cukup. Penyinaran cahaya matahari
akan berkurang secara cepat sesuai dengan makin tingginya kedalaman laut. Perairan dalam
dan jernih proses fotosintesanya hanya terdapat sampai kedalaman 200 meter saja. Arus
juga
merupakan parameter yang sangat penting dimana arus berfungsi untuk membersihkan
endapan atau partikel-partikel pasir berlumpur yang menempel. Oksigen terlarut juga sangat
perlu untuk diperhatikan guna mengetahui kesuburan padang lamun yang ada di dasar
perairan. Oksigen terlarut yang optimum untuk padang lamun adalah berada pada kisaran 3,5
– 4,0 mg/l. Padang lamun hidup pada berbagi tipe sedimen, mulai dari lumpur sampai
sedimen kasar yang terdiri dari 40 % endapan lumpur dan lumpur halus. Semua tipe substrat
dihuni oleh tumbuhan lamun mulai dari lumpur halus sampai batu-batuan, tetapi lamun yang
paling luas dijumpai pada substrat yang lunak. Disisi lain, kerapatan lamun pada suatu
perairan yang berbeda dapat mempengaruhi laju sedimentasi yang ada dikarenakan akar
lamun dapat mengikat sedimen di dasar perairan, dan daun lamun yang berfungsi untuk
menghambat arus yang datang. Jika arus yang ada di sekitar perairan tenang, sedimen yang
ada di dasar perairan tidak terbawa oleh arus (Hidayat et al., 2014).
Menurut Latuconsina (2019), untuk kelangsungan hidupnya, vegetasi lamun juga
dibatasi oleh beberapa parameter lingkungan perairan, seperti:
1) Kecerahan. Lamun membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi untuk
fotosintesis yang menyebabkannya banyak tumbuh di perairan dangkal.
Kemampuan vegetasi lamun untuk hidup sampai pada kedalaman tertentu
sangat dipengaruhi oleh saturasi cahaya setiap individu lamun yang umumnya
pada level 200 µmol//detik.
2) Suhu. Lamun tumbuh pada cahaya yang mendekati level kompensasi akan
mencapai pertumbuhan optimum pada suhu rendah tetapi pada suhu tinggi
membutuhkan cahaya untuk mengatasi pengaruh respirasi untuk menjaga
keseimbangan karbon. Vegetasi lamun yang hidup di perairan tropis umumnya
tumbuh pada kisaran suhu air 20-30°C dengan suhu optimumnya adalah 28-
30°C.
3) Salinitas. Penurunan salinitas akan menurunkan kemampuan lamun untuk
berfotosintesis. Salinitas juga berpengaruh terhadap biomassa, produktivitas,
kerapatan, lebar daun, dan kecepatan pulih. Vegetasi lamun mampu
menoleransi kisaran salinitas yang berbeda-beda tergantung spesiesnya tetapi
sebagian besar memiliki kisaran yang lebar yaitu 10-40‰ dengan salinitas
optimalnya adalah 35‰.
4) Arus dan Gelombang. Pertumbuhan dan kehidupan vegetasi lamun juga
dipengaruhi kuat oleh kecepaytan arus perairan karena terkait dengan suplai
nutrient, sediaan gas yang diperlukan seperti oksigen, persebaran/distribusi
spesies yang ada sehingga hasil reproduksi lamun dapat tersebar.
5) Kedalaman. Adanya kedalaman sangat perlu diperhatikan karena kedalaman
juga berpengaruh sangat besar terhadap kemampuan penetrasi cahaya yang
masuk ke dalam perairan, ketersediaan cahaya yang ada, dan juga adanya
pertimbangan pada peningkatan tekanan hidrostatis di kedalaman tertentu yang
pada lamun sendiri memiliki kemampuan toleransi yang berbeda-beda.
6) Anthropogems. Beberapa yang perlu diamati adalah status eutrofikasi perairan,
sedimentasi yang terjadi, polusi perairan, dan masih banyak lagi.
2.1.6 Interaksi Ekosistem Lamun dengan Ekosistem Lainnya
Lamun adalah salah satu dari tiga ekosistem pesisir yang sangat berpengaruh menjaga
keseragaman dan keanekaragaman dari biota laut yang terdapat pada semua perairan, di mana
lamun pada fungsi ekologis dapat menjadi tempat untuk berkembang biak dari berbagai biota
laut, tempat mencari makan, dan juga menjadi tempat untuk sedimen yang terbawa oleh arus
laut untuk mengendap dan mencegah abrasi pada pantai sekitar ekosistem lamun. Lamun juga
dapat menstabilkan substrat yang lunak, dengan sistem perakaran lamun yang padat dan
saling menyilang. Ketiga ekosistem pesisir memiliki perannya masing – masing dalam
menjaga kestabilan kondisi perairan dan pesisir, di mana karang dapat mengurangi kecepatan
dari arus laut, lamun dapat menjadi tempat pengendapannya sedimen yang terbawa arus laut,
dan mangrove yang dapat mengurangi dampak dari gelombang tinggi dari laut.
Lamun pada suatu perairan dapat berperan dalam pemasok oksigen bagi para biota laut
yang hidup di perairan tersebut. Peran lamun sebagai pemasok oksigen juga dapat bermanfaat
bagi ekosistem pesisir lainnya seperti ekosistem terumbu karang dan ekosistem mangrove.
Karena juga berperan dalam pemasok oksigen, ekosistem lamun memiliki peranan dalam
menjadi tempat berkembang biak bagi beberapa biota laut, menjadi tempat berlindung biota
laut dari para predator dan lamun dapat membantu menjaga kejernihan air dengan menjebak
sedimen halus dan partikel. Daerah bawah (substrat) tanpa lamun lebih sering diaduk oleh
angin dan ombak sehingga dapat mengurangi kejernihan air dan mempengaruhi perilaku
biota laut dan kualitas rekreasi wilayah pesisir (Wahyudin et al., 2017).

2.2 Kelimpahan Ikan pada Ekosistem Lamun


2.2.1 Penyebab Kelimpahan Ikan pada Ekosistem Lamun
Padang lamun merupakan salah satu ekosistem laut yang penting karena berfungsi
sebagai habitat berbagai jenis ikan. Keragaman spesies ikan di padang lamun disebabkan
karena areal padang lamun terdapat kelimpahan makanan, tempat pembesaran, dan nilai
tutupan lamun dapat memberikan tempat untuk bersembunyi dari predator (Anand dan Pilla,
2007 dalam Syukur, 2016). Selain kompleksitas habitat dan faktor alam seperti pasang surut
telah membuktikan adanya pergerakan ikan dari habitat lain yang meningkatkan keragaman
jenis ikan pada padang lamun (Chen-Lu et al., 2014 dalam Syukur 2016).
Ekosistem lamun menopang sejumlah besar kelangsungan hidup makhluk hidup
lainnya bahkan beberapa di antaranya berdampak langsung terhadap manusia. Padang lamun
merupakan salah satu ekosistem perairan memainkan peranan penting bagi kelangsungan
hidup berbagai jenis biota perairan karena memiliki fungsi sebagai tempat mencari makan
(feeding ground), tempat melakukan pemijahan (spawning ground) dan daerah pembesaran
(nursery ground) (Yunita et al., 2020). Lamun berperan penting dalam penyediaan habitat
keragaman jenis ikan, khususnya yang masih dalam masa juvenil (Syukur, 2016).
Parameter kualitas perairan merupakan komponen penting dalam menunjang
kelangsungan hidup biota perairan yang hidup di padang lamun, juga kehidupan dan
kelestarian dari padang lamun itu sendiri. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Ulqodry et al.
(2010) bahwa fosfat merupakan zat hara yang memiliki peran sangat penting dalam
pertumbuhan, pembentukan sel jaringan, proses fotosintesis oleh fitoplankton, dan
perkembangbiakan biota laut. Di samping itu, Fajarwati et al., (2015) menambahkan bahwa
kadar TSS dapat mempengaruhi proses fotosintesis pada lamun, dimana kadar TSS yang
tinggi dapat menghalangi cahaya matahari masuk ke dalam perairan.

2.2.2 Macam-Macam Ikan yang Menempati Ekosistem Lamun


Keberadaan padang lamun dibutuhkan oleh keragaman jenis ikan, khususnya pada tahapan
yang sangat krusial yaitu pada tahapan pembesaran, terutama dari jenis ikan demersal
(Syukur, 2016). Pendapat ini juga diperkuat oleh pernyataan yang mengatakan bahwa areal
lamun adalah habitat penting keragaman jenis ikan komersial, ikan yang bermigrasi,
kelompok burung air, manatee, dugong, dan kura-kura laut, serta berperan dalam stabilisasi
sedimen dan perlindungan pantai. Kelompok ikan dalam menggunakan areal padang lamun
dapat bersifat sementara dan permanen, terutama dari kelompok ikan komersial seperti
Sillago sihama, Gerres erythrurus, Sillago aeolus, Sardinella Albella, Thryssa hamiltonii,
Plotosus lineatus, Gerres oyena dan Atherinomorus duodecimalis (Kenworthy et al., 2006
dalam Syukur et al., 2016).
Selain itu kelompok ikan yang berasosiasi dengan padang lamun didominasi oleh jenis ikan
dengan habitat lain Namun demikian jenis ikan seperti Siganus canaliculatus, Monacanthus
chinensis, dan Terapon puta lebih sering ditemukan pada padang lamun (Si Chun and
Tantichodok, 2013 dalam Syukur, 2016).

Satu hasil penelitian melaporkan ditemukan 1.922 individu ikan pada padang lamun
yang terdiri dari 62 spesies dalam 35 famili dan jenis famili yang dominant adalah
Leiognathidae 7 species (Leiognathus stercorarius, L. jonesi, L. decorus, L. splendens, L.
equulus, Secutor insidiator dan Gazza minuta), Engraulidae 3 species (Thryssa hamiltonii,
Stolephorus indicus dan Thryssa scratchleyi), Gerreidae 3 species (Gerres erythrourus, G.
oyena dan G. filamentosus), Hemiramphidae 3 species (Hyporhamphus limbatus, Halichoeres
bicolor dan Zenarchopterus buffonis), Platycephalidae 3 species (Grammoplites scaber,
Platycephalus indicus and Cociella punctata) and Tetraodontidae 3 species (Lagocephalus
spadiceus, Lagocephalus lunaris dan Chelonodon patoca), spesies yang dominan adalah
Sillago sihama, Leiognathus Jones dan Gerres erythrourus (Phinrub et al., 2014 dalam
Syukur, 2016).

Berikut ini macam-macam jenis ikan dan biota yang dapat ditemui pada ekosistem
padang lamun. antara lain Lutjanus fulviflamma atau kakap titik hitam seperti gambar di
bawah ini.

Ikan komersial seperti Sillago sihama yang juga memiliki nilai ekonomis.
Ikan Monacanthus chinensis merupakan jenis ikan dengan habitat lain namun tidak jarang
ditemukan berasosiasi di padang lamun.

Duyung atau dugong (Dugong dugon) adalah sejenis mamalia laut yang merupakan salah satu
anggota Sirenia atau sapi laut yang bisa hidup menetap dan memakan lamun. Dugong adalah
hewan herbivora dan menghabiskan waktu untuk makan di padang lamun. Mamalia laut ini
juga dapat dijadikan sebagai bioindikator kondisi padang lamun, karena spesies ini hanya
tinggal di wilayah padang lamun yang berkondisi baik.
Aneka jenis cacing, moluska (siput dan kerang), teripang, ketam dan udang, dan berbagai
jenis ikan kecil hidup menetap di sela-sela kerimbunan lamun. Juga beberapa jenis bulu babi
yang hidup dari daun-daun lamun. Juga tak jarang ditemukan beberapa jenis ikan seperti ikan
Tangkur yang bersembunyi dan menyamar menyerupai serpih daun lamun seperti gambar di
bawah ini.

Di samping itu berbagai jenis hewan dan ikan juga menggunakan padang lamun ini sebagai
tempat memijah dan membesarkan anak-anaknya. Di antaranya adalah ikan beronang
(Siganus
spp.) dan beberapa jenis udang (Penaeus spp.). Beberapa jenis reptil seperti penyu hijau dan
mamalia laut juga memanfaatkan padang lamun sebagai tempat mencari makanan.

Portunus pelagicus (Kepiting renang)

Jenis udang yang hidup di ekosistem padang lamun dapat dilihat seperti gambar berikut.

Hampir sebagian besar organisme pantai (ikan, udang, kepiting dll) mempunyai hubungan
ekologis dengan habitat lamun. Sebagai habitat yang ditumbuhi berbagai spesies lamun,
padang lamun memberikan tempat yang sangat strategis bagi perlindungan ikan-ikan kecil
dari “pengejaran” beberapa predator. Juga tempat hidup dan mencari makan bagi beberapa
jenis udang dan kepiting, seperti Portunus pelagicus (Kepiting renang) yang hidup dan besar
di padang lamun.
Pada intisarinya, tiga kategori utama ikan hadir di padang lamun yaitu kategori pertama yang
hadir terutama sebagai pada saat masa juvenil, ikan di kategori kedua yang hadir di semua
tahapan siklus hidup dan ikan di kategori ketiga yang hadir terutama setelah dewasa.

2.2.3 Asosiasi Komunitas Ikan Padang Lamun

Padang lamun memiliki berbagai peranan dalam kehidupan ikan yaitu sebagai daerah
asuhan atau nursery ground. Dengan ditemukannya berbagai jenis ikan yang berukuran
yuwana sebagai tempat mencari makan atau feeding ground, daerah untuk mencari
perlindungan serta migrasi antar habitat yang memanfaatkan mekanisme pasang surut dan
untuk spesies lamun yang merupakan makanan Langsung bagi ikan-ikan herbivore
(Latuconsina, 2014)

Menurut Hutomo (1985) peranan lamun adalah sebagai daerah asuhan di mana
sebagian besar ikan penghuni padang lamun berukuran yuana dan apabila telah dewasa akan
menghabiskan hidupnya di tempat lain. Menurut Bell dan Pollard (1989) ikan pada habitat
lamun menghuni tempat atau ruang yang berbeda sehingga terdapat dua tipe penggolongan
hunian ikan pada habitat lamun yaitu :

1. Golongan pertama yaitu tiga macam kategori ikan diantaranya ikan yang beristirahat
di daun yang hidup di bawah tajuk daun dan yang berada di atas daun atau dalam
sedimen.
2. Golongan kedua berdasarkan kolam air yang dihuni ikan yang makan di atas tajuk
daun dan yang bernaung di bawah tajuk daun. Pemilihan tempat ini diduga
berhubungan erat dengan cara makan dan morfologi ikan. Misalnya ikan yang hidup
di kolam air umumnya bergerak cepat memakan Plankton yang hidup di atas atau di
bawah tajuk biasanya bergerak lambat, yang memakan plankton dan biota menempel.
Sementara yang jenis bentuk relatif menetap dan makan sebagian besar organisme
yang berasosiasi dengan tajuk yang agak ke bawah atau substrat dasar.
3. Banyak ikan Karang Haemulidae, Lutjanidae Mulidae dan Secharidae bermigrasi
antar daerah yang mempertahankan konektivitas antara ekosistem pesisir. Agregasi
besar ikan yuwana famili Haemudae ditemukan dekat daerah mangrove lamun dan
terumbu karang di mana mereka melakukan migrasi ontogenetik antar ketiga
ekosistem tersebut yang melibatkan perubahan dalam makanan dan perilaku (Pereira
et al., 2010).

Elliot dan dewali (1995) membedakan komunitas ikan padang lamun berdasarkan status
penghuninya. Antara lain Seagrass Residence penghuni asli padang lamun yaitu spesies yang
ditemukan dalam ukuran yuwana dan dewasa yaitu spesies yang menggunakan lamun sebagai
daerah pembesaran migran yaitu spesies yang musiman mengunjungi lamun biasanya untuk
pemijahan atau mencari makan dan ovisional visitors yaitu spesies yang muncul dalam
kelimpahan rendah atau hubungan rendah pada habitat padang lamun.

Selain parameter lingkungan perairan karakteristik fisik dan keragaman spesies lamun
menurut Ambo-Rape et al (2013) turut mempengaruhi asosiasi dan struktur komunitas ikan
pada ekosistem padang lamun di mana kerapatan dan keragaman vegetasi lamun yang tinggi
memberikan manfaat terhadap tingginya kelimpahan dan keragaman komunitas ikan jika
dibandingkan dengan kerapatan dan keragaman vegetasi lamun yang rendah.
III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan tulisan paper diatas maka dapat disimpulkan :
1. Padang Lamun (Seagrass) memiliki karakteristik tumbuhan sejati dengan akar batang
dan daun seperti tumbuhan di darat, daerah Padang Lamun memiliki daerah
bersubstrat pasir berlumpur, berada pada daerah pasang surut yaitu inner intertidal dan
upper subtidal. Pada ekosistem lamun, terdapat kombinasi dua hingga empat jenis
lamun yang berbeda. distribusi lamun di perairan pesisir Indonesia secara geografis
termasuk sebagai kelompok distribusi lamun Tropik Indo-Pasifik.
2. Padang Lamun (Seagrass) dapat menstabilkan dasar laut dengan akar-akarnya dan
rimpang. Lamun dapat membantu menjaga kejernihan air dengan menjebak sedimen
halus dan partikel. Sehingga, Ekosistem Terumbu karang tetap mendapatkan sinar
matahari untuk proses fotosintesis karena tidak terhalang oleh sedimen yang
melayang dan menutupi cahaya yang masuk. Padang Lamun memiliki area yang
cukup tenang dan sumber makanan melimpah sehingga digunakan sebagai area
pemijahan dan mencari makan bagi biota-biota laut termasuk biota yang berasal dari
Ekosistem Mangrove. Ketiga ekosistem pesisir memiliki perannya masing – masing
dalam menjaga kestabilan kondisi perairan dan pesisir, di mana karang dapat
mengurangi kecepatan dari arus laut, lamun dapat menjadi tempat pengendapannya
sedimen yang terbawa arus laut, dan mangrove yang dapat mengurangi dampak dari
gelombang tinggi dari laut.
3. Keragaman spesies ikan di padang lamun disebabkan kelimpahan makanan, tempat
pembesaran, dan perlindungan dari predator. Kompleksitas habitat dan faktor alam
seperti pasang surut telah membuktikan adanya pergerakan ikan dari habitat lain yang
meningkatkan keragaman jenis ikan pada padang lamun. Selain itu, parameter kualitas
perairan menjadi penunjang kehidupan biota serta padang lamun.
DAFTAR PUSTAKA

Tangke, U. 2010. Ekosistem Padang Lamun (Manfaat, Fungsi dan Rehabilitasi). Jurnal
Ilmiah Agribisnis dan Perikanan, 3(1): 9-29.

Wahyudin, Y., Kusumastanto, T., Adrianto, L., & Wardiatno, Y. 2017. Jasa ekosistem lamun
bagi kesejahteraan manusia. Omni-Akuatika, 12(3).

Sari, D. P., & Lubis, M. Z. 2017. Pemanfaatan Citra Landsat 8 Untuk Memetakan Persebaran
Lamun Di Wilayah Pesisir Pulau Batam. Jurnal Enggano, 2(1), 38-45.

Syukur, A. 2016. Konservasi Lamun untuk Keberlanjutan Sumberdaya Ikan di Perairan


Pesisir Indonesia. Jurnal Biologi Tropis. 16 (1): 56-68

Rahman, A., Nurliah, Himawan MR., Jefri E., Damayanti, A., Larasati CE. Keanekaragaman
Jenis Lamun Di Perairan Gili Gede, Lombok Barat. Journal of Marine Research. 10
(4): 581-588

Yunita, R. R., Suryanti, S. & Latifah, N. 2020. Biodiversitas Echinodermata pada Ekosistem
Lamun di Perairan Pulau Karimunjawa, Jepara. Jurnal Kelautan Tropis, 23(1):47–
56.

Ulqodry, T.Z., Yulisman, Syahdan, M. & Santoso. 2010. Karakterisitik dan Sebaran Nitrat,
Fosfat, dan Oksigen Terlarut di Perairan Karimunjawa Jawa Tengah. Jurnal
Penelitian Sains, 13(1): 36

Fajarwati, S.D., Setianingsih, A.I. & Muzani, M. 2015. Analisis Kondisi Lamun (Seagrass)
Di Perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Jurnal SPATIAL Wahana
Komunikasi Dan Informasi Geografi, 13(1):22–32.

Kawaroe, M., Nugraha, A. H., Juraji. 2019. Ekosistem Padang Lamun. IPB Press.

Latuconsina, H. 2019. Ekologi perairan tropis: prinsip dasar pengelolaan sumber daya hayati
perairan. UGM PRESS.

Kartikasari, S. N., Marshall, A. J., & Beehler, B. M. 2012. Ekologi Papua. Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia.

Rudianto. 2019. Buku Ajar Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Laut Terpadu (PWPLT).
Sidoarjo: Uwais Inspirasi Indonesia.
Latuconsina, H. 2021. Ekologi Ikan Perairan Tropis: Biodiversitas Adaptasi Ancaman dan
Pengelolaannya. UGM Press.

Sitaba, R.D., Paruntu, C.P. dan Wagey, B.T., 2021. Kajian Komunitas Ekosistem Lamun di
Semenanjung Tarabitan Kecamatan Likupang Barat Kabupaten Minahasa Utara.
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis, 9(2), pp.24-34.

Setyanto, A. 2021. Konservasi Laut: Dalam Pendekatan Biologi. Malang: Tim UB Press.

Hidayat, M. and Widyorini, N., 2014. Analisis laju sedimentasi di daerah padang lamun
dengan tingkat kerapatan berbeda di Pulau Panjang, Jepara. Management of Aquatic
Resources Journal (MAQUARES), 3(3), pp.73-79.

Anda mungkin juga menyukai