Anda di halaman 1dari 12

JURNAL FISHERIES AND AQUATIC STUDIES

Jurnal Ilmiah Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan


Universitas Muhammadiyah Sinjai

Identifikasi Jenis Dan Sebaran Padang Lamun Di perairan Pulau Kambuno Kabupaten
Sinjai

Ashari
Mahasiswa Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas pertanian, Universitas
Muhammadiyah Sinjai
e-mail : asharimsp18@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis padang lamun dan sebaran padang
lamun yang berada di perairan Pulau Kambuno Kabupaten Sinjai. Penelitian ini dilaksanakan
di perairan Pulau Kambuno Kabupaten Sinjai pada Bulan Juni sampai Juli 2022. Metode yang
digunakan dalam penelitian adalah metode Purposive sampling yang dibagi menjadi 6 stasiun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Jenis lamun yang ditemukan di Perairan Pulau Kambuno
Kabupaten Sinjai yaitu Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, dan Cymodocea rotundata.
Rata-rata tutupan lamun pada Stasiun 1 sebesar 61,1%, Stasiun 2 sebesar 55,1% Stasiun 3
sebesar 48,4%, Stasiun 4 sebesar 59,6%, Stasiun 5 sebesar 47,9%, dan Stasiun 6 sebesar
42,2% dengan total rata-rata tutupan lamun di Perairan Pulau Kambuno Kabupaten Sinjai
sebesar 52,9%. Berdasarkan kategori penutupan lamun tergolong penutupan lamun padat.
Hasil penelitian ini juga di harapkan sebagai bahan informasi untuk penelitian mengenai
sebaran lamun dan agar masyarakat sekitar untuk lebih menjaga kelestarian dan biota laut
yang ada di padang lamun di Laut Pulau Kambuno Desa Pulau Harapan Kecamatan Pulau
Sembilan Kabupaten Sinjai.

Kata Kunci : Padang Lamun, Lamun, Tutupan Lamun.

BAB I terumbu karang yang berkaitan dengan laut


PENDAHULUAN dalam maka dari sebagaimana padang
lamun juga merupakan ekosistem penting
Indonesia memiliki wilayah pesisir bagi kehidupan di laut maupun di darat.
yang cukup luas dan pada daerah pesisir Padang Lamun yang terdapat di
dimana tiga ekosistem yang saling terkait Indonesia memiliki luas sekitar 30.000 km²
yaitu mangrove, lamun, dan terumbu dan sangat berperan penting bagi ekosistem
karang, ketika ketiga ekosistem ini berada di yang ada di laut dangkal, karena merupakan
suatu wilayah maka lamun berada di tengah habitat dan sumber makanan bagi ikan dan
di antara ekosistem mangrove yang biota perairan lainnya (Nontji, 2005).
berhubungan dengan daratan dan ekosistem Berbagai macam jenis ikan yang
menjadikan daerah padang Lamun sebagai Indonesia kata lamun untuk padanan kata dari
daerah mencari makanan (feeding ground), tumbuhan laut seagrass, dapat dikatakan
pengasuh larva (nursery ground), tempat digunakan dengan terpaksa karena seharusnya
memijah (spawning ground), sebagai terjemahan seagrass dalam bahasa
stabilitas dan penahan sedimen, mengurai Indonesianya adalah rumput laut. Kata
dan memperlambat pergerakan gelombang, rumput laut sudah digunakan secara umum
sebagai tempat terjadinya siklus nutrien, dan dan baku bagi tumbuhan algae (seaweed),
fungsinya sebagai penyerap karbon dilautan. baik dalam dunia perdagangan maupun dalam
n (Assa et al., 2015). penggunaan bahasa Indonesia yang baku
Ekosistem padang lamun sebagai sehari-hari. Sehingga untuk menghilangkan
salah satu ekosistem di wilayah pesisir kerancuan dari tumbuhan seagrass dan
mempunyai produktifitas yang tinggi. seaweed, melalui kesepakatan yang tak
Proses produksi tegakan lamun sebagai hasil tertulis khususnya untuk para ilmuwan dan
fotosintesa menghasilkan biomassa lamun akademisi, maka istilah lamun dipakai untuk
yang relative tinggi. Sejalan dengan proses tumbuhan seagrass dan rumput laut tetap
produksi tersebut, serasah lamun yang luruh untuk tumbuhan seaweed (Azkab, 2006).
di dasar perairan sebagai detritus mengalami Padang lamun merupakan ekosistem
proses dekomposisi oleh bakteri pengurai. perairan dangkal yang kompleks, memiliki
Proses dekomposisi ini akan menghasilkan produktivitas hayati yang tinggi. Oleh karena
nutrien terlarut di perairan yang kemudian itu padang lamun merupakan sumberdaya laut
akan dimanfaatkan kembali oleh lamun yang penting baik secara ekologis maupun
untuk proses produksi.  secara ekonomis (Rasheed et al., 1994).
Pentingnya dilakukan penelitian ini
untuk masyarakat sekitar mengetahui
manfaat dari padang lamun, sehingga
ekosistem yang ada di perairan lebih
berkembang lebih baik dan rantai makanan.
Pada laut juga semakin stabil di samping itu
juga masyarakat sekitar harus lebih menjaga
ekosistem Lamun sehingga tidak adanya
bencana datang yang berdampak pada laut,
Gambar 1. Ekosistem Padang Lamun
dan sebagai referensi bagi peneliti (Sumber:https://mediaindonesia.com/humaniora/
selanjutnya sehingga studi Lamun biasa di 349784/padang-lamun-indonesia)
sosialisasikan lebih baik lagi.
Fungsi atau Peranan Lamun
BAB II Ekosistem Padang Lamun
TINJAUAN PUSTAKA mempunyai peranan penting dalam
menunjang kehidupan dan perkembangan
Defenisi Lamun jasad hidup di laut dangkal, yaitu sebagai
Kata atau istilah lamun untuk produsen primer, habitat biota, penjebak
seagrass, pertama kali diperkenalkan kepada sedimen, dan penjebak zat hara, rapatnya
para ilmuwan, peneliti dan akademisi di vegetasi Lamun menyebabkan lambatnya
perguruan tinggi oleh Dr. Malikusworo pergerakan air yang disebabkan oleh arus dan
Hutomo, APU dalam disertasi doktornya yang gelombang sehingga menjadikan perairan di
berjudul “Telaah Ekologik Komunitas Ikan bawahnya menjadi tenang karena adanya
pada Padang Lamun di Teluk Banten. Di keadaan ini, maka mineral dan partikel
organik terlarut di dalam air akan lebih mudah rumput laut (algae). Lamun tumbuh
mengendap atau tenggelam di padang lamun, berkerumunan dan biasanya menempati
dengan adanya kegiatan penangkapan perairan laut hangat yang dangkal dan
sedimen tersebut yang merupakan salah satu menghubungan ekosistem
fungsi padang lamun, maka akan membuat mangrove dengan terumbu karang. Wilayah
efektif dari kegiatan beberapa jenis fauna, perairan laut yang ditumbuhi lamun
bentuk pertumbuhan Lamun dan situasi disebut padang lamun, dan dapat menjadi
topografi dari lingkungan setempat suatu ekosistem tersendiri yang khas.
(Hasanuddin, 2013). Jenis-jenis Lamun
Fungsi ekologis padang lamun di Lamun tumbuh padat membentuk
antaranya adalah sebagai daerah asuhan, padang, sehingga dikenal sebagai padang
daerah pemijahan, daerah mencari makan, dan lamun (seagrass beds). Lamun dapat tumbuh
daerah untuk mencari perlindungan berbagai membentuk padang lamun dengan kepadatan
jenis biota laut seperti ikan, krustasea, mencapai 4.000 tumbuhan/m² dan
moluska, echinodermata, dan sebagainya mempunyai biomassa tetap sebesar 2 kg/m² .
(Phillips and Menez, 1988; Thomascik et al., Padang lamun dapat membentuk vegetasi
1997), tumbuhan padang lamun itu sendiri tunggal, tersusun atas satu jenis lamun yang
merupakan makanan penting dugong tumbuh membentuk padang lebat, sedangkan
(Dugong dugon) dan penyu hijau (Chelonia vegetasi campuran terdiri dari 2 – 12 jenis
mydas) (Lanyon et al., 1989) dan bertindak lamun yang tumbuh bersama-sama pada satu
sebagai jebakan sedimen dan adanya siklus substrat. Spesies lamun yang biasanya
nutrient. tumbuh dengan vegetasi tunggal adalah
Habitat Lamun Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides,
Lamun dapat hidup di perairan Halophila ovalis, Halodule uninervis,
dangkal agak berpasir, sering juga dijumpai Cymodocea serrulata, Thalassodendrom
pada ekosistem terumbu karang. Sama halnya ciliatum, dan Halophila sulawesii
dengan rerumputan di daratan, lamun juga (Merupakan Lamun terbaru). Sedangkan yang
membentuk padang yang luas dan lebat di tumbuh dengan vegetasi campuran adalah
dasar laut yang masih terjangkau oleh cahaya Cymodocea rotundata, Halodule pinifolia,
matahari dengan tingkat energi cahaya dan Syringodium isoetifolium. (Wagey dan
matahari yang masih memadai bagi Sake, 2013).
pertumbuhannya. Bahkan semua tipe dasar Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Distribusi
laut dapat ditumbuhi lamun, namun padang Pertumbuhan dan kepadatan lamun
lamun yang luas hanya dijumpai pada dasar sangat dipengaruhi oleh pola pasang surut,
laut berlumpur berpasir lunak dan tebal. turbiditas, salinitas dan temperatur perairan.
Padang lamun sering ditemukan di perairan Kegiatan manusia di wilayah pesisir seperti
laut antara hutan rawa mangrove dan terumbu perikanan, pembangunan perumahan,
karang (Dahuri et, al 2001). pelabuhan dan rekreasi, baik langsung
Lamun (seagrass) adalah tumbuhan maupun tidak langsung juga dapat
berbunga (Angiospermae) yang dapat tumbuh mempengaruhi eksistensi lamun. Fauna yang
dengan baik dalam lingkungan laut dangkal. berasosiasi dengan lamun biasanya sensitif
Semua lamun adalah tumbuhan berbiji satu oleh adanya siltasi dan rendahnya kadar
(monokotil) yang mempunyai akar, rimpang oksigen terlarut akibat tingginya BOD di
(rhizoma), daun, bunga dan buah seperti daerah lamun. Oleh karena itu segala bentuk
halnya dengan tumbuhan berpembuluh yang perubahan di wilayah pesisir akibat aktivitas
tumbuh di darat. Jadi sangat berbeda dengan manusia yang tidak terkontrol dapat
menimbulkan gangguan fungsi sistem ekologi
padang lamun. Fenomena ini akan c. Salinitas
berpengaruh terhadap hilangnya unsur
lingkungan seperti daerah pemijahan, nursery Salinitas dapat didefinisikan sebagai
ground bagi ikan maupun udang (Tangke, total konsentrasi ion-ion terlarut yang
2010). terdapat di perairan. Salinitas dinyatakan
Banyak kegiatan pembangunan di dalam satuan gram perkilogram (ppt) atau
wilayah pesisir telah mengorbankan promil ( 0 /00). Nilai salinitas perairan tawar
ekosistem padang lamun, seperti kegiatan biasanya kurang dari 0,50 /00, perairan
reklamasi untuk pembangunan kawasan payau antara 0,5 0 /00 – 30 0 /00, dan
industri atau pelabuhan ternyata menurut data perairan laut 30 0 /00 – 40 0 /00. Pada
yang diperoleh telah terjadi pengurangan perairan pesisir, nilai salinitas sangat
terhadap luasan kawasan padang lamun, dipengaruhi oleh masukan air tawar dari
Sehingga pertumbuhan, produksi ataupun sungai (Effendi, 2003). Walaupun spesies
biomasanya akan mengalami penyusutan. Di lamun memiliki toleransi terhadap salinitas
sisi lain masih kurang upaya yang kita berikan yang berbedabeda, namun sebagian besar
untuk menyelamatkan ekosistem ini. memiliki kisaran yang lebar terhadap
Meskipun data mengenai kerusakan salinitas yaitu antara 10-40 0 /00. Kisaran
ekosistem padang lamun tidak tersedia tetapi optimum toleransi terhadap salinitas air laut
faktanya sudah banyak mengalami degradasi adalah 35 0 /00 peningkatan salinitas dapat
akibat aktivitas di darat. menyebabkan kerusakan pada lamun,
Beberapa faktor lingkungan yang sedangkan penurunan salinitas lamun akan
perlu diperhatikan yaitu: kedalaman, menurunkan kemampuan fotosintesis
cahaya, temperatur, salinitas, nutrien, arus. spesies ekosistem padang lamun (Dahuri,
a. Kedalaman dan Kecerahan 2003).
lamun membutuhkan cahaya untuk d. Nutrien
dapat melakukan proses fotosintesis. Nutrien di kolom air bukan
Cahaya diperlukan sebagai sumber energi merupakan faktor pembatas untuk lamun.
dalam pengubahan senyawa anorganik Nutrien umumnya ada pada sedimen, dan
menjadi senyawa organik. Penyerapan adanya logam berat pada sedimen tidak
cahaya dikolom perairan sangat tergantung mempunyai efek pada lamun.
pada kedalaman dan kecerahannya. Padang lamun sangat penting dalam
Meskipun lamun dapat hidup di perairan siklus nutrien. Nitrogen, Carbon, Sulfur
dangkal hingga kedalaman 60 m, dan nutrien lain akan dikonversi kedalam
umumnya distribusinya terbatas hingga 10 bentuk yang berguna bagi biota lainnya.
m saja (Dahuri et. al, 2001). Nutrien ini akan di serap oleh tanaman
b. Temperatur/Suhu melalui akar dan akan dikeluarkan kedalam
Tumbuhan lamun menyebar luas massa air. Daun Zostera marina dapat
secara geografis dan hal ini mengabsor fosfat, tetapi umumnya melalui
mengindikasikan adanya kisaran tolerasansi akar baru ke daun dan masuk ke kolom air
yang luas terhadap temperatur. Namun (McRoy & Barsdate ( 1970).
untuk lamun daerah tropik toleransi e. Arus
terhadap perubahan suhu termasuk rendah. Kecepatan arus dapat memengaruhi
Kisaran suhu optimalnya adalah 28-30o C “standing crop” dari tumbuhan lamun.
(Dahuri et al.,2001). Sebagai contoh Thalassia hemprichii
mempunyai kemampuan maksimal
menghasilkan “standing crop” pada saat
kecepatan arus 0,5 m/detik (Dahuri et al., untuk menandai transek yang telah di
2001). Berdasarkan kecepatannya, Mason ukur.
(1981) membagi arus dalam kriteria Prosedur Kerja
kecepatan arus sangat cepat (>100 1. Observasi Lapangan
cm/detik), cepat (50-100 cm/detik), sedang Observasi lapangan dilakukan
(25-50 cm/detik), dan sangat lambat (<10 dengan pengamatan lokasi secara langsung
cm/Detik). untuk menentukan stasiun. Kegiatan ini
BAB III untuk mengetahui keadaan awal tentang
METODOLOGI kondisi lapangan.
Lokasi dan Waktu Penelitian 2. Penentuan Lokasi Penelitian
Penelitian ini di laksanakan di Penentuan lokasi penelitian
Perairan Pulau Kambuno Desa pulau dilakukan setelah melakukan survey.
Harapan Kecamatan Pulau Sembilan lapangan. Titik pengambilan sampel
Kabupaten Sinjai dan penelitian ini menggunakan metode Purposive
dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli Sampling. Metode Purposive Sampling
2022. menurut Sugiyono, (2016) merupakan
Alat dan Bahan tekhnik penelitian yang melakukan
Adapun alat dan bahan yang di gunakan pengambilan sampel secara acak
dalam penelitian ini adalah: berdasarkan persyaratan yang di perlukan
1. Alat selam dasar (snorkel dan atau kriteria-kriteria yang di butuhkan.
goggle/masker, serta fins), berfungsi Adapun lokasi pengambilan sampel
jika pada saat pengambilan data dengan 6 stasiun atau sebagai
kedalaman air tinggi. berikut:Lokasi mempunyai komunitas
2. Celana panjang dan baju lengan lamun yang homogen, yaitu komunitas
panjang, dan sarung tangan berbahan dengan penutupan lamun yang relatif
karet berfungsi untuk melindungi diri merata. Penutupan lamun adalah
dari sinar matahari dan sarung tangan persentase daun-daun lamun menutupi
berbahan karet berfungsi untuk dasar perairan (substrat) dalam batasan
melindungi tangan agar terhindar dari kuadrat berukuran 50 x 50 cm2 , dengan
organisme yang mampu melukai atau posisi pengamat tegak lurus kuadrat.
berakibat fatal pada tangan. 3. Jauh dari gangguan manusia atau sumber
3. Roll meter atau meteran gulung perusak seperti pelabuhan.
dengan panjang 100 m, berfungsi 4. Lokasi mudah dicapai dan aman bagi
untuk mengukur panjang transek. pelaksanaan Penelitiaan.
4. Kuadrat berukuran 50 x 50 cm2 , 5. Pengambilan Data pada lokasi penelitian
terbuat dari paralon/ PVC (½ inch). Pengambilan data dilakukan pada
Berfungsi sebagai alat untuk enam transek dengan panjang masing-
mengetahui tutupan padang lamun. masing 100 m. Frame kuadrat diletakkan
Kemudian, kuadrat PVC dibagi di sisi kanan transek dengan jarak antara
menjadi 4 kotak kecil kuadrat satu dengan yang lainnya adalah
5. Lembar kerja lapangan dari kertas 10 m sehingga total kuadrat pada setiap
tahan air (bahan newtop) dan papan transek adalah Titik awal transek
tulis tahan air beserta pensil yang di diletakkan pada jarak 5 – 10 m dari kali
ikatkan ke papan, berfungsi sebagai pertama lamun dijumpai (dari arah pantai).
alat untuk mencatat hasil pengamatan. 6. Pengukuran kualitas pada perairan.
6. Tali rafia atau tali plastik, berfungsi
Analisis Data c. Menghitung rata-rata penutupan lamun
a. Identifikasi Jenis Padang Lamun per lokasi
Cara menghitung rata-rata
Pada penelitian ini untuk mengetahui
penutupan lamun per lokasi adalah
jenis padang lamun adalah dengan
menjumlah rata-rata penutupan lamun
menggunakan metode survey dengan transek
setiap stasiun, yaitu hasil dari Rumus 2,
panjang 100 meter.
pada satu lokasi.Kemudian, hasilnya dibagi
Analisis data identifikasi spesies dengan jumlah stasiun pada lokasi tersebut.
dilakukan dengan cara mencocokan Lokasi ditentukan berdasarkan sebaran
spesimen yang ditemukan dengan ciri-ciri stasiun di wilayah Penelitian. (Susi
dan gambar yang ada dalam buku panduan Rahmawati et al, 2014).
identifikasi lamun dan mencocokan dengan
penelitian sebelumnya. (Dian Ernaningsih,
et.al., 2019)
b. Identikasi luasan Padang Lamun
d. Menghitung rata-rata penutupan lamun
a. Menghitung penutupan lamun dalam
per lokasi/pulau
satu kuadrat.
Cara menghitung penutupan lamun Cara menghitung rata-rata penutupan
dalam satu kuadrat adalah menjumlah nilai lamun per lokasi/pulau adalah menjumlah
penutupan lamun pada setiap kotak kecil rata-rata penutupan lamun setiap stasiun,
dalam kuadrat dan membaginya dengan yaitu hasil dari persamaan 2, pada satu
jumlah kotak kecil, yaitu 4 (empat). lokasi/ pulau. Kemudian, hasilnya dibagi
Kemudian, hasil tersebut dikali 100%. (Susi dengan jumlah stasiun pada lokasi/pulau
Rahmawati et al, 2014). tersebut.

b. Menghitung rata-rata penutupan lamun


per stasiun Nilai hasil perhitungan tutupan lamun
Cara menghitung rata-rata dibandingkan dengan kategori persentase
penutupan lamun per stasiun adalah tutupan lamun terlihat pada tabel 2 sebagai
menjumlah penutupan lamun setiap berikut.
kuadrat, yaitu hasil dari Rumus 1, pada
Tabel 1.Kategori penutupan lamun
seluruh transet di dalam satu stasiun.
Kemudian hasil penjumlahan dibagi Presentase Kategori
dengan jumlah kuadrat pada stasiun Penutupan
tersebut dan dikali 100% (Rumus 2). (%)
Perbedaan nilai penutupan lamun pada
0-25 Jarang
setiap kuadrat dilihat dengan menghitung
standar deviasi. Perhitungan persentase
26-50 Sedang
tutupan lamun dan standar deviasi dengan
Microsoft Excel. (Susi Rahmawati et al, 51-75 Padat
2014).
76-100 Sangat
Padat
Nilai hasil penutupan lamun
dalam penyusun kotak kecil kuadrat BAB IV
50x50 cm² terlihat pada tabel 3 sebagai HASIL DAN PEMBAHASAN
berikut. Kondisi Perairan
Tabel 2. Penilaian Penutupan Lamun Penentuan lokasi di lakukan
Kategori Nilai berdasarkan pengamatan karakterisitk
Penutupan perairan sebagai syarat untuk pengambilan
Lamun data. Karakteristik perairan yang di amati
meliputi kondisi ekologis perairan yang
Tutupan terdiri dari parameter fisika, kimia dan
Penuh 100 biologi perairan.
Peranan kualitas perairan dalam
Tutupan ¾ kegiatan perikanan di suatu wilayah sangat
kotak kecil 75 penting untuk di jaga kestabilannya.
Aktivitas pesisir dan pulau-pulau di
Tutupan ½ sekitarnya sangat mempengaruhi dampak
kotak kecil 50
dari kestabilan lingkungan perairan, melalui
pengamatan langsung oleh peneliti
Tutupan ¼ ekosistem padang lamun yang berada di
kotak kecil 25
Perairan Pulau Kambuno Kabupaten Sinjai
0 di setiap tahunnya mengalami pengurangan
Kosong luasannya hal ini di akibatkan karena
semakin bertambahnya aktivitas masyarakat
pesisir di mulai dari bangunan pemukiman
warga sekitar yang membangun hunian di
atas padang lamun sampai kepada
masyarakat yang tidak sadar pentingnya
padang lamun tersebut.

Gambar 2. Kondisi perairan


Kondisi perairan merupakan faktor Pulau Kambuno Kabupaten Sinjai disajikan
penting dalam kehidupan lamun. Hasil pada Tabel 3.
pengukuran kualitas perairan di Perairan
Tabel 3. Kisaran Parameter lingkungan
Parameter Satuan Nilai rata-rata Baku mutu
Suhu ℃ 29,8 28-30
pH ppm 7,74 7-8,5
DO Mg/L 7,3 >5

Dari Tabel di atas dapat dilihat nilai


parameter lingkungan perairan yang Jenis-jenis lamun
diperoleh antara lain suhu sebesar 29,8°C, Jenis lamun yang ditemukan di
pH sebesar 7,74, dan DO sebesar 7,3 mg/L. Perairan Pulau Kambuno Kabupaten Sinjai
Nilai kualitas perairan di Perairan Pulau yaitu Thalassia hemprichii, enhalus
Kambuno Kabupaten Sinjai secara umum acoroides, dan cymodocea rotundata.
masih memenuhi syarat untuk kehidupan Identifikasi jenis lamun di lakukan dengan
lamun berdasarkan KEPMEN LH. No.51 melihat perbedaan pada daun, akar, batang,
Tahun 2004 tentang baku mutu air laut. bunga dan akar dengan menggunakan
Nilai kualitas perairan ini sesuai panduan buku identifikasi lamun.
dengan penelitian Purba et al. (2018), yang Adapun tipe-tipe dan morfologi
melakukan penelitian di Perairan Tanah kedua jenis lamun tersebut adalah sebagai
Merah Desa Penaga. Didapatkan nilai berikut:
parameter perairan antara lain suhu sebesar a. Enhalus acoroides
29,32°C, pH sebesar 6,92, dan DO sebesar Jenis lamun E. Acoroides yang
7,41 mg/L. ditemukan di Perairan Pulau Kambuno
Kabupaten Sinjai ini dapat dilihat pada
Gambar 3.

Gambar 3. Enhalus acoroides


E. acoroides ini memiliki ciri-ciri tidak memiliki batang dan daunnya tumbuh
khusus yaitu berukuran paling besar (daun langsung dari rimpang serta memiliki akar
bisa mencapai 1 meter). Daun berbentuk pita yang tebal berwarna putih dan tidak
dengan panjang 30 sampai dengan 150 cm bercabang.
dan memiliki lebar ± 1,25 sampai 1,75 cm. b. Cymodocea rotundata
Lamun ini juga memiliki rambut pada Jenis lamun C. Rotundata yang
rhizome (Sjafrie et al., 2018). E. acoroides ditemukan di Perairan Pulau Kambuno
ini memiliki rimpang yang tebal dengan Kabupaten Sinjai ini dapat dilihat pada
diameter ± 1 cm dan dilapisi oleh serabut- Gambar 4.
serabut yang berwarna hitam, lamun ini

Gambar 4. Cymodocea rotundata

Lamun ini termasuk ke dalam longitudinal. Daun sedikit melengkung


Familia Cymodoceaceae. Leaf sheat dengan ujung daun membulat (rotundus)
berkembang dengan baik (1,5-5,5cm). atau membentuk lekukan jantung (Lanyon,
Membentuk batang tegak di tiap buku 1986)
dengan daun berjumlah 2–7 daun per c. Thalassia hemprichii
batang. Panjang daun sekitar 7-15 cm dan Jenis lamun T. hemprichii yang
lebar daun 0,2-0,4 cm. Jumlah vena (tulang ditemukan di Perairan Tanjung Pisau ini
daun) sekitar 7-15 buah dengan posisi dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Thalassia hemprichii

T.hemprichii memiliki ciri-ciri daun yang melebar dan pendek dengan pangkal
daun berwarna hitam dan halus umumnya memiliki garis/bercak coklat pada helaian
dijumpai pada area pasang surut (intertidal). setiap daun (Sjafrie et al., 2018).
Panjang daun sekitar 1,5 – 10 cm dan lebar Tutupan Lamun
daun 0,5 – 1 cm. Jenis lamun T.hemprichii Penutupan lamun menggambarkan
mirip dengan lamun jenis Cymodocea tingkat penutupan ruang oleh setiap jenis
rotundata, tapi rhizomanya beruas-ruas dan lamun atau komunitas lamun. Penutupan
tebal serta memiliki batang yang pendek, merupakan luasan area yang tertutupi oleh
rimpang berwarna cokelat dan akar yang komunitas lamun (cover area) dalam satuan
tebal. T. Hemprichii memiliki rimpang luasan pengamatan. Hasil perhitungan
merayap, bercabang, dan rapuh daun penutupan jenis lamun dapat dilihat pada
falcatus; tunas hitam kecoklatan, internodus Tabel 4.
pendek dan banyak. Jenis lamun ini juga

Tabel 4. Tutupan lamun


Stasiun Rata-rata
Tutupan lamun
(%)
1 61,1
2 55,1
3 48,4
4 59,6
5 47,9
6 42,2
Rata-rata 52,9

Dari Tabel dapat dilihat bahwa rata- 2020). Hasil pengamatan dilapangan
rata tutupan lamun pada Stasiun 1 sebesar menunjukkan bahwa kondisi lamun
61,1%, Stasiun 2 sebesar 55,1% Stasiun 3 tergolong padat. Penutupan lamun yang
sebesar 48,4%, Stasiun 4 sebesar 59,6%, padat seiring dengan kategori kerapatan
Stasiun 5 sebesar 47,9%, dan Stasiun 6 yang rapat. Hal ini juga didukung oleh
sebesar 42,2% dengan total rata-rata tutupan kualitas perairan di Perairan Pulau Kambuno
lamun di Perairan Pulau Kambuno Kabupaten Sinjai yang sesuai untuk
Kabupaten Sinjai sebesar 52,9%. kehidupan lamun. Kondisi kerapatan yang
Berdasarkan kategori penutupan lamun rapat dan penutupan lamun yang padat,
tergolong penutupan lamun padat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang
(Rahmawati et al., 2014). baik (Tangke, 2010)
Tutupan jenis lamun sangat berkaitan Secara keseluruhan kondisi
dengan habitat dan bentuk morfologi serta ekosistem padang lamun di Perairan Pulau
ukuran suatu spesies. Kepadatan yang tinggi Kambuno Kabupaten Sinjai masih cukup
dan kondisi pasang surut saat pengamatan bagus dari jenis lamun Thalassia hemprichii,
juga dapat mempengaruhi nilai estimasi Enhalus acoroides, dan Cymodocea
penutupan lamun (Zurba, 2018; Fajeri et al., rotundata. yang diketemukan serta
kerapatan lamun yang masih cenderung Pengembangan Oseanologi-LIPI,
rapat serta tutupan yang begitu padat, 2006.
sehingga secara ekologi masih cukup bagus. Dahuri, R., Jacub, R, Septa, P.G., Sitepu,
Hal ini tidak lepas dari kondisi lingkungan M.J. 2001.Pengelolaan
perairan di sekitar Perairan Pulau Kambuno Sumberdaya wilayah Pesisir dan
Kabupaten Sinjai yang basih belum tercemar Lautan Terpadu.Jakarta; PT.
berat. Parameter lingkungan seperti kualitas Pradnya Paramita
air sangat mempengaruhi habitat alamiah Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati
lingkungan disekitarnya (Ariadi et al, 2020). Laut-Aset Pembangunan
BAB V Berkelanjutan Indonesia. PT.
PENUTUP Gramedia Pustaka Utama,
Kesimpulan Jakarta.
Berdasarkan hasil penelitian yang di Dian Ernaningsih, Mariana Sada,
dapatkan bahwa Jenis lamun yang Wenselinus Kudu, 2019.
ditemukan di Perairan Pulau Kambuno Identifikasi jenis-jenis lamun
Kabupaten Sinjai yaitu Thalassia (Seagrass) pada zona intertidal
hemprichii, Enhalus acoroides, dan Pantai Blatat Kecamatan Talibura
Cymodocea rotundata. Kondisi tutupan Kabupaten Sikka.
lamun yang tergolong padat dengan nilai http://jurnal.ikipmumaumere.ac.id
rata-rata tutupan 54,9%, Kondisi kualitas /index.php/bios
perairan di Perairan Pulau Kambuno Hasanuddin, Rabuanah. 2013 Hubungan
Kabupaten Sinjai masih mendukung untuk Antara Kerapatan dan
kehidupan lamun. Morfometrik Lamun Enhalus
Saran Acoroides dengan Substrat dan
Di harapkan sebagai bahan Nutrien Di Pulau Sarappo Lompo
informasi untuk penelitian mengenai sebaran Kabupaten Pangkep. Skripsi,
lamun dan agar masyarakat sekitar untuk Makassar: Fakultas Ilmu Kelautan
lebih menjaga kelestarian dan biota laut dan Perikanan UNHAS Makassar.
yang ada di padang lamun di Laut Pulau Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
Kambuno Desa Pulau Harapan Kecamatan Nomor 51 Tahun 2004 tentang
Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai. Baku Mutu Air Laut untuk Biota
DAFTAR PUSTAKA Perairan.
Ariadi, H., A. Wafi., Supriatna. 2020. Lanyon J. 1986. Seagrass of the Great
Hubungan Kualitas Air Dengan Barrier Reef. Queensland:
Nilai FCR Pada Budidaya Intensif Nadicprint Services Pty. Ltd
Udang Vanname (Litopenaeus Menteri Negara Lingkungan Hidup,
vannamei). Samakia: Jurnal Ilmu Keputusan Menteri Negara
Perikanan, 11 (1) : 44-50. Lingkungan Hidup Nomor 200
Assa, J. D., Wagey, B. T., & Boneka, F. B. Tahun 2004 Tentang Kriteria
(2015). Jenis-jenis ikan di padang Baku Kerusakan dan Pedoman
lamun pantai Tongkaina. Jurnal Penentuan Status Padang Lamun.
Pesisir dan Laut Tropis, 3(2), 53- Indonesia, 2004.
61.
Azkab, M.H. Pertumbuhan Lamun dan
Produksi Lamun. Lombok
Selatan: Pusat Penelitian dan
Oki Setyandito, Nur Yuwono, Panggua Volume VIII.
Pandin, 2012. Rekayasa jurnal Wagey, B. T., Sake, W. 2013. Variasi
teknik.Volume 13 Nomor 2. Morfometrik Beberapa Jenis
Phillips, R. C., and E. G. Menez. 1988. Lamun di Perairan Kelurahan
Seagrasses. Smithsonian Tongkeina Kecamatan Bunaken.
Contribution to tha Marine Jurnal Pesisir dan Laut Tropis,
Sciences. Number 34. 3(1), 36 – 44.
Smithsonian Institution Press.
Washington D.C.
Purba, R.R., F. Lestari, dan D. Kurniawan.
2018. Hubungan Kerapatan
Lamun Dengan Kelimpahan
Gastropoda di Perairan Tanah
Merah Desa Penaga Kabupaten
Bintan. Repository UMRAH
Rahmawati, S., I.H. Supriyadi, M.H.
Azkab, dan W. Kiswara. 2014.
Panduan Monitoriong Padang
Lamun. COREMAP CTI LIPI.
Jakarta. 37 hlm.
Sjafrie, N.D.M., U.E. Hernawan, B.
Prayudha, I.H. Supriyadi, M.Y.
Iswari, Rahmat, K. Anggraini, S.
Rahmawati, dan Suyarso. 2018.
Status Padang Lamun Indonesia
2018. Puslit Oseanografi – LIPI.
Jakarta. 40 hlm.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: PT Alfabet.
Susi Rahmawati, Indarto Happy Supriyadi,
Muhammad Husni Azkab,
Wawan Kiswara. 2014. Panduan
Monitoring Padang Lamun. Pusat
Penelitian Oseanografi Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Tangke, U. 2010. Ekosistem Padang
Lamun (Manfaat, Fungsi dan
Rehabilitasi). Jurnal Ilmiah
Agribisnis dan Perikanan
(Agrikan UMMU-Ternate). 3 (1) :
9-29.
Tomascik, T., A. J. Mah, A. Nontji, and M.
K. Moosa. 1998. The Ecology of
the Indonesian Seas. Part Two. The
Ecology of Indonesia Series.

Anda mungkin juga menyukai