PRODUKTIVITAS PERAIRAN
Lamun (seagrass)
Oleh :
Selia Hermawati (C251170091)
La Ode Syahlan S. Sagala (C251160151)
Luk Luk il Maknuun (C251170051)
SEKOLAH PASCASARJANA
PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERAIRAN
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2017
I. PENDAHULUAN
LAMUN (Seagrass)
Tumbuhan lamun terdiri dari akar rhizome yang merupakan batang yang
terpendam, merayap secara mendatar, berbuku-buku dan daun. Pada buku-buku
tumbuh batang pendek yang tegak ke atas, berdaun, serta berbunga dan pada buku
tersebut tumbuh akar. Lamun memiliki daun-daun tipis yang memanjang seperti
pita yang mempunyai saluran-saluran air (Nybakken 1992). Bentuk daun seperti ini
dapat memaksimalkan difusi gas dan nutrien antara daun dan air, juga
memaksimalkan proses fotosintesis di permukaan daun (Phillips dan Menez 1988).
Daun menyerap hara langsung dari perairan sekitarnya, mempunyai rongga untuk
mengapung agar dapat berdiri tegak di air, tapi tidak banyak mengandung serat
seperti tumbuhan rumput di darat (Hutomo 1997).
Lamun dapat berkembang baik di perairan laut dangkal karena mempunyai
beberapa sifat yang memungkinkannya untuk hidup (Arber 1920 in Kiswara 2009),
yaitu:
1) Mampu tumbuh dan berkembang dalam lingkungan air asin,
2) Mampu berfungsi normal dalam keadaan terbenam,
3) Mempunyai sistem perakaran jangkar yang berkembang baik,
4) Mampu melaksanakan penyerbukan bunga dalam keadaan terbenam air,
5) Mampu bersaing dengan berhasil di lingkungan laut.
2.2. Fungsi Tumbuhan Lamun
Padang lamun merupakan salah satu ekosistem yang sangat penting, baik
secara fisik maupun biologis. Selain sebagai stabilisator sedimen dan penahan
endapan, padang lamun berperan sebgai produsen utama dalam jaring-jaring
makanan. Padang lamun juga menjadi habitat, naungan, berkembang biak, dan
mencari makan sebagian biota laut, baik vertebrata maupun avertebrata (Halim,
2014).
Menurut Wood et al. (1969) menjelaskan manfaat dari tumbuhan lamun
yaitu mempunyai daya untuk memperangkap sedimen, sebagai sistem tumbuhan
merupakan sumber produktivitas primer, mempunyai nilai produksi yang cukup
tinggi, sumber makanan langsung bagi biota laut, merupakan habitat bagi biota
hewan air, sebagai subtrat bagi organisme fitoplankton yang menempel,
mempunyai kemampuan yang baik untuk memindahkan unsur-unsur hara terlarut
di perairan yang ada di permukaan sedimen, serta akar-akar dan rhizoma yang
mampu mengikat sedimen sehingga terhindar dari bahaya erosi.
Potensi lain yang dimiliki tumbuhan lamun yaitu sebagai media untuk
filtrasi atau menjernihkan perairan laut dangkal, sebagai tempat tinggal biota-biota
laut termasuk biota laut yang bernilai ekonomis, seperti ikan baronang, berbagai
macam kerang, rajungan atau kepiting, teripang dan lain sebagainya. Keberadaan
biota tersebut bagi manusia sebagai sumber bahan makanan. Lamun juga sebagai
tempat pemeliharaan anakan berbagai jenis biota laut, sebagai tempat mencari
makanan bagi berbagai jenis biota laut, terutama duyung (Dugong dugon) dan
penyu, dan mengurangi besarnya gelombang air di pantai, sebagai penangkap
sedimen, serta berperan dalam mengurangi dampak pemanasan global (Kennedy
and Bjork, 2009; Rahmawati dkk., 2014).
Ada dua masalah dalam menggunakan metode ini pada lamun yaitu :
1) Beberapa lamun baik yang tumbuh di daerah tropis maupun yang tumbuh di
daerah kutub adalah tanaman bertahun-tahun.
2) Lamun tumbuh pada daerah yang arus sedang sampai arus tinggi, sehingga
material yang mati dapat terbawa. Kedua hal tersebut dapat menyebabkan
produksi tidak dapat dihitung.
Analisis variabel hubungan antara pertumbuhan daun lamun dan baru
lamun terhadap kondisi fisika-kimia perairan dan substrat, secara sederhana dapat
diterangkan Abdurahman dkk (2007) dalam Rahman, dkk (2016) adalah sebagai
berikut :
a) Jika 0,00 -< 0,20 : Hubungan sangat lemah (dianggap tidak ada)
b) Jika > 0,20 -< 0,40 : Hubungan Rendah
c) Jika > 0,40 -< 0,70 : Hubungan kuat dan tinggi
d) Jika > 0,70 -< 0,90 : Hubungan kuat atau tinggi
e) Jika > 0,90 -< 1,00 : Hubungan sangat kuat/tinggi
c. Metode Metabolisme
luas karena perbedaan antara kandungan CO2 ditentukan oleh pH dan pengukuran
Tabel 3. Data kepadatan, pertumbuhan, biomassa dan laju produksi biomassa daun
lamun.
Biomassa Pertumbuhan Laju produksi Kepadatan
Jenis Lamun Minggu Ulangan
(gbk/m2) (cm/minggu) (gbk/m2/hari) (tunas/m2)
1 3.00 167* 0.43 668
1 2 3.00 168* 0.43 672
3 1.50 89* 0.46 356
1 3.25 75* 0.23 300
Halophila
2 2 1.75 70* 0.13 280
ovalis
3 2.75 103* 0.20 412
1 5.75 152* 0.27 608
3 2 3.50 108* 0.17 432
3 6.25 169* 0.30 676
1 10.84 3.37 1.55 1355
1 2 9.95 3.52 1.42 1422
3 8.30 3.07 1.19 1659
1 14.91 4.91 1.06 1355
S. isoetifolium 2 2 11.38 4.47 0.81 1422
3 11.38 4.63 0.95 1659
1 16.26 5.82 0.77 1355
3 2 18.49 6.61 0.88 1422
3 18.25 6.42 0.87 1659
1 0.95 2.72 0.14 473
1 2 1.54 3.78 0.22 512
3 1.56 3.84 0.22 520
1 2.84 5.70 0.20 473
Halodule
2 2 3.07 5.56 0.22 512
uninervis
3 3.12 6.21 0.22 520
1 5.20 8.24 0.25 473
3 2 2.05 5.33 0.10 512
3 4.68 6.95 0.22 520
DAFTAR PUSTAKA