Anda di halaman 1dari 15

BAB 1.

PENDAHULUAN

Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri lebih dari 17.508 buah
pulau besardan kecil dengan panjang garis pantai sekitar 81.000 km (Soegiarto,
1984). Indonesia sebuah negara yang dilalui oleh garis khatulistiwa (tropis)
mempunyai keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Lamun, salah satu jenis
tumbuhan laut yang tumbuh diperairan Indonesia. Kawasan Lamun selain
memiliki nilai secara ekonomis, juga memiliki potensi secara ekologis. Perhatian
terhadap ekosistem padang lamun (seagrass beds) masih sangat kurang
dibandingkan terhadap ekosistem bakau (mangrove) dan terumbu karang (coral
reefs).Padahal, lestarinya kawasan pesisir pantai bergantung pada pengelolaan
yang sinergis dari ketiganya. Terlebih, padang lamun merupakan produsen primer
organik tertinggi disbanding ekosistem laut dangkal lainnya
Padang lamun merupakan suatu ekosistem bahari yang sangat menunjang
produktivitas perairan. Lamun sendiri merupakan tumbuhan yang sudah
sepenuhnya beradaptasi dengan lingkungan laut, sehingga mampu melaksanakan
penyerbukan dengan perantaraan air (hydrophilous). Sama dengan ekosistem
mangrove, lamun juga memiliki peranan ekologis, selain sebagai produktivitas
primer, morfologi daunnya dapat sebagai substrat bagi biota lain, maupun untuk
meredam pukulan ombak, gelombang ke arah pantai.Selain itu lamun juga sebagai
makanan langsung bagi berbagai jenis biota laut seperti ikan duyung (Dugong
dugong), ikan samandar (Siganus spp), maupun penyu hijau (Cheloniamydas).
Dengan demikian kehadiran komunitas ini adalah sangat penting demi
kelangsunganhidup organism laut. Pada tahun belakangan ini, perhatian terhadap
biota laut semakin meningkat dengan munculnya kesadaran dan minat setiap
lapisan masyarakat akan pentingnya lautan. Laut sebagai penyedia sumber daya
alam yang produktif baik sebagai sumber pangan, tambang mineral, dan energi,
media komunikasi maupun kawasan rekreasi atau pariwisata. Karena itu wilayah
pesisir dan lautan merupakan tumpuan harapan manusia dalam pemenuhan
kebutuhan di masa datang. Salah satu sumber daya laut yang cukup potensial
untuk dapat dimanfaatkan adalah lamun, dimana secara ekologis lamun
mempunyai beberapa fungsi penting di daerah pesisir. Sebagai produsen primer,

1
lamun sangat tinggi keanekaan biotanya. Padang lamun menjaditempat
perlindungan dan tempat menempel berbagai hewan dan tumbuhan laut (algae).
Lamun juga menjadi padang penggembalaan dan makanan dari berbagai
jenis ikan herbivora dan ikan karang. Lamun merupakan produktifitas primer di
perairan dangkal di seluruh dunia dan merupakan sumber makanan penting bagi
banyak organisme. Biomassa padang lamun secara kasar berjumlah 700 g bahan
kering/m2, sedangkan produktifitasnya adalah 700 gkarbon/m2/hari. Oleh sebab
itu padang lamun merupakan lingkungan laut dengan produktifitas tinggi
(Fahruddin, 2002).

2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Lamun (seagrasses) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang


sudah sepenuhnya menyesuaikan diri hidup terbenam di dalam laut, lamun pada
kawasan pesisir membentuk hamparan padang lamun yang terdiri dari beberapa
jenis lamun (Polyspesifik) atau hanya satu jenis lamun saja yang mendominasi
(Monospesifik). Padang lamun tersebut membentuk sebuah ekosistem kompleks
dengan beragam biota – biota asosiasi (Alfiansyah, 2014). Jadi sangat berbeda
dengan rumput laut (algae) (Azkab, 2010), fungsi utama ekosistem lamun dapat
memberikan nutrisi terhadap biota yang berada diperairan sekitarnya, ekosistem
lamun merupakan produsen primer dalam rantai makanan di perairan laut dengan
produktivitas primer berkisar antara 900-4650 gC/m 2/tahun. Pertumbuhan,
morfologi, kelimpahan dan produktivitas primer lamun pada suatu perairan
umumnya ditentukan oleh ketersediaan zat hara fosfat, nitrat dan ammonium.
Sejak tahun 1980 sampai sekarang, diperkirakan lamun di dunia telah mengalami
degradasi sebesar 54% (Bjork, et all, 2008).
Menurut ITK-IPB (2007) dalam Septiyadi (2011) di Indonesia hanya
terdapat 7 genus dan sekitar 15 jenis yang termasuk ke dalam 2 famili yaitu:
Hydrocharitacea (9 marga, 35 jenis) dan Potamogetonaceae (3 marga, 15 jenis).
Jenis Thalassia hemprichii tersebar luas di seluruh Indonesia dan tumbuh
merambat secara vertikal dari zna intertidal bawah ke zona subtidal, sedangkan
Halophila ovalis juga tersebar dan tumbuh secara vertikal dari zona intertidal
dengan kedalaman 20 meter dan tumbuh dengan baik dalam sedimen dasar
(Kuirandewa et al (2003) dalam Green & Frederick, 2003 dalam Septiyadi,
2011).
Secara rinci klasifikasi lamun menurut Den Hartog (1970) dan Menez, Phillips,
dan Calumpong (1983) diacu dalam Septiyadi (2011) adalah sebagai berikut:
Divisi: Anthophyta
Kelas: Angiospermae
Famili: Potamogenetonacea
Sub famili: Zosteroideae
Genus: Zostera, Phyllospadix, Heterozostera

3
Sub famili: Posidoniodeae
Genus: Posidonia
Sub famili: Cymodoceoideae
Genus: Halodule, Cymodeceae, Syprongodium, Amphibolis,
Thallassodendron
Famili: Hydroccharitaceae
Sub famili: Hydroccharitaceae
Genus: Enhalus
Sub famili: Thallassiodeae
Genus: Thallasia
Sub famili: Halophiloideae
Genus: Halophilla
Ekosistem padang lamun memiliki biota – biota asosiasi yang bernilai
ekonomis tinggi (Alfiansyah, 2014). Beberapa di antaranya adalah
kerangkerangan (bivalve), keong-keongan (gastropoda), teripang-teripangan
(echinodermata), udang, berbagai jenis ikan dan rumput laut (algae).
Dari sekian banyak hewan laut, penyu hijau (Chelonia mydas) dan ikan
duyung atau dugong (dugong dugon) adalah dua hewan “pecinta berat” padang
lamun. Boleh dikatakan dua hewan ini amat bergantung pada lamun. Hal ini tak
lain karena tumbuhan tersebut merupakan sumber makanan penyu hijau dan
dugong. Penyu hijau biasanya menyantap jenis lamun Cymodocee, Thalasia, dan
Halophilla. Sedangkan dugong mengkonsumsi lamun terutama bagian daun dan
akar rimpangnya (rhizome) karena dua bagian ini memiliki kandungan nitrogen
yang cukup tinggi (Pramanda, 2009).
Menurut Syahid (2014), lamun mempunyai peran di perairan dangkal yang
sangat penting sebagai produsen primer, habitat biota, penangkap sedimen, dan
pendaur zat hara.

4
BAB 3. PEMBAHASAN

3.1. Hasil-Hasil Penelitian Lamun di Indonesia

Lamun adalah salah satu jenis tumbuhan berbunga yang hidup di perairan
laut. Keberadaan padang lamun sangat penting untuk keberanjutan biota laut dan
bermanfaat secara ekonomi dan sosial bagi masyarakat lokal (Syukur, 2015)
Di indonesia terdapat 12 spesies lamun yaitu Cymodocea rotundata,
Cymodocea serrulata, Enhalus acoroides, Halophila decipiens, Halophila minor,
Halophila ovalis, Halophila spinulosa, Halodule pinifolia, Halodule uninervis,
Syringodium isoetifolium, Thalassodendrom ciliatum, dan Thalassia hemprichii.

Salah satu ada yang penyebarannya terbatas di wilayah Indonesia Timur


yaitu Thalassodendron ciliatum, 2 spesies yang sebarannya sempit sekali di
bandingkan dengan spesies lain yaitu Halophila spinulosa yang tercatat hanya di
4 lokasi yaitu Kepulauan Riau, Anyer (Pulau Jawa), Baluran Utara (Besuki) dan
Irian. serta H. Decipiens yang tercatat di 3 lokasi yaitu Teluk Jakarta (Pulau
Jawa), Teluk Moti-moti (Sumbawa) dan Kepulauan Aru (Kiswara dan Hutomo,
1985).
Jumlah jenis lamun di dunia adalah 60 jenis, yang terdiri atas 2 suku dan
12 marga (Kuo & McComb, 1989). Di perairan Indonesia terdapat 15 jenis, yang
terdiri atas 2 suku dan 7 marga. Jenis lamun yang dapat dijumpai adalah 12 jenis,
yaitu Enhalus acoroides, Cymodocea rotundata, C. serrulata, Halophila decipiens,

5
H. ovalis, H. minor, H. spinulosa, Haludole pinifolia, Halodule uninervis,
Syringodium isoetifolium, Thalassia hemprichii, dan Thalassodendron ciliatum.
Tiga jenis lainnya, yaitu Halophila sulawesii merupakan jenis lamun baru yang
ditemukan oleh Kuo (2007), Halophila becarii yang ditemukan herbariumnya
tanpa keterangan yang jelas, dan Ruppia maritima yang dijumpai koleksi
herbariumnya dari Ancol-Jakarta dan Pasir Putih- Jawa Timur.
Dalam dunia tumbuhan, lamun dipandang sebagai kelompok flora yang
unik. Dianggap demikian, karena lamun merupakan satu-satunya kelompok
tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang mampu beradaptasi sepenuhnya untuk
hidup di dalam perairan dengan salinitas yang tinggi. Lamun (seagrass) tergolong
tumbuhan tingkat tinggi karena memiliki akar, batang/rhizoma (terbenam di dasar
substrat), daun dan bunga sejati. Selain itu, batang lamun juga dilengkapi dengan
jaringan pembuluh yang mengangkut sari-sari makanan serta berbiak dengan
tunas dan biji (Hemminga dan Duarte, 2000). Lamun umumnya tumbuh
diperairan dangkal yang agak berpasir. Sering pula dijumpai di daerah terumbu
karang. Kadang-kadang membentuk komunitas yang lebih besar hingga
menyerupai padang (seagrass bed) dalam dimensi yang cukup luas. Lamun dapat
pula membentuk suatu sistem ekologi yang terdiri dari komponen biotik dan
abiotik yang disebut ekosistem lamun (seagrass ecosystem) (Nontji, 2002).
Padang lamun hilang secara global dengan laju cepat, sekitar 5% per tahun
, dan setidaknya 1/3 dari area yang ada telah hilang sejak Perang Dunia II (Orth et
al., 2006; Waycott et al., 2009), yang mewakili hilangnya penyerap karbon yang
sangat penting (Mcleod et al., 2011). Realisasi kapasitas penyerapan karbon
lamun penting, baru-baru ini mengarah pada proposal bahwa padang lamun,
bersama dengan rawa-rawa garam dan hutan bakau, bisa digunakan untuk
mendukung strategi untuk mengurangi perubahan iklim (Nellemann et al., 2009;
Laffoley dan Grimsditch, 2009; Mcleod et al., 2011). Strategi ini akan didasarkan
pada keduanya yaitu konservasi dan reboisasi padang lamun. Namun,
pengembangan skema manajemen berdasarkan peran padang lamun sebagai
penyerap karbon yang intens telah dicegah karena keterbatasan dalam
pengetahuan saat ini tentang mekanisme kondusif untuk kapasitas penyerap
karbon tinggi dan laju penguburan karbon yang mereka lakukan untuk
mendukung. Sintesis penelitian terbaru untuk menangani kedua kesenjangan ini
dan mengidentifikasi elemen tambahan yang diperlukan untuk merumuskan
strategi yang kuat untuk mitigasi perubahan iklim berdasarkan peran padang
lamun menyerap karbon.
Mekanisme yang digunakan angiosperma laut, atau lamun, memanfaatkan
karbon anorganik eksternal (Ci) meliputi, di samping penyerapan CO2 yang
terbentuk secara spontan dari HCO3–: (i) konversi karbonat anhidrasemediasi
ekstraseluler dari HCO3 menjadi CO2 pada pH air laut normal, atau dalam zona
asam yang dibuat oleh ekstrusi H +, dan (ii) pemanfaatan H + -dorong
(penyerapan langsung?) dari HCO3–. Mekanisme yang terakhir baru-baru ini

6
diindikasikan untuk Zostera marina, Halophila stipulacea dan Ruppia maritima,
dan memanifestasikan dirinya sebagai sensitivitas fotosintesis terhadap buffer,
serta ketidakpekaan relatif terhadap acetazolamide dalam kondisi bebas buffer,
terutama pada pH tinggi.

3.1.1.Kadar gizi buah Lamun (Enhalus acoroides)

Gambar 1. Analisis kandungan gizi dalam buah Lamun (Enhalus acoroides)

Hasil penelitian Montano menunjukkan bahwa tepung yang diperoleh


dari olahan buah Lamun (Enhalus acoroides) memiliki kadar kalsium yang tinggi
dibandingkan tepung gandum, tepung tapioka, dan tepung beras dengan nilai 933
mg/kg. Selain itu, ada juga kandungan fosfor yang tinggi dengan nilai 2392 mg/kg
dan zat besi sebesar 2813 mg/kg.
3.1.2. Lamun sebagai bahan pembuatan kertas
Kandungan Selulosa yang tinggi dalam lamun laut dapat dimanfaatkan
sebagai sumber selulosa pengganti kayu yang saat ini semakin langka karena
penggunaannya sebagai bahan baku kertas. Lamun juga mempunyai tingkat
pertumbuhan yang cepat dibandingkan tingkat pertumbuhan kayu atau pohon
yang dapat dicapai bertahun-tahun. Hal ini menjadi nilai lebih dari lamun apabila
digunakan sebagai bahan baku kertas. Selain dapat dijadikan sebagai bahan
pengganti kayu, lamun memiliki reproduksi yang cepat sehingga lebih cepat
dipanen namun diiringi dengan pembudidayaan sehingga stok di alam tetap ada.
3.1.3. Lamun sebagai antibakteri penghambat
Pada uji bakteri, diketahui bahwa Bakteri akan membentuk lapisan film,
yang pada keadaan tertentu menjadi pelapis luar cat antifouling , sehingga tidak
berpengaruh terhadap organisme fouling. Secara perlahan bakteri akan merombak
senyawa penyusun pelapis atau cat. Di sisi lain, bakteri juga mencegah organisme
lain yang lebih besar untuk tinggal bersama melalui antibiotik yang dihasilkannya
(SIDHARTA 2000). Ekstrak lamun yang dihasilkan diuji terhadap bakteri gram
(+) dan gram (-). Bakteri uji untuk bakteri gram (+) adalah Bacillus subtilis,
Staphylococcus aureus sedangkan untuk bakteri gram (-) adalah Vibrioharveyii,
Pseudomonas aeruginosa, Aeromonas hydrophila. Hasil pengujian ekstrak lamun

7
terhadap lima bakteri yang diujikan menunjukkan bahwa ekstrak lamun mampu
menghambat pertumbuhan bakteri dengan tingkatan yang berbeda-beda.

a b
Gambar 2a. Ekstrak metanol C. serrulata) 2b. Ekstrak metanol S.isotifolium

Hasil pengujian antibakteri terhadap ekstrak lamun dengan pelarut


metanol menghasilkan dua ekstrak lamun yang memiliki kemampuan sebagai
antibakteri, yaitu C. Serratulata dan S. Isotifolium. Hal ini menunjukkan bahwa
bahan aktif yang berperan sebagai antibakteri pada kedua ekstrak lamun tersebut
bersifat polar dan hanyaakan larut pada jenis pelarut polar seperti yang telah
dijelaskan oleh Gritter et al. (1991). Adapun Antibakteri adalah zat yang dapat
mengganggu pertumbuhan atau bahkan mematikan bakteri dengan cara
mengganggu metabolisme mikroba yang merugikan. Mikroorganisme dapat
menyebabkan bahaya karena kemampuan menginfeksi dan menimbulkan penyakit
serta merusak bahan pangan. Antibakteri termasuk kedalam antimikroba yang
digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri.
3.1.4. Mempunyai aktivitas antioksidan
Ekstrak kasar metanol daun Cymodocea sp. mempunyai aktivitas
antioksidan paling tinggi dengan nilai IC50 518.57 ppm dan total fenol 26.73 mg
GAE/g ekstrak. Antioksidan adalah zat yang dapat melindungi sel-sel terhadap
terhadap efek radikal bebas. Radikal bebas adalah molekul yang diproduksi ketika
tubuh mendapatkan makanan yang rusak atau paparan lingkungan yang tidak
sehat seperti asap tembakau dan radiasi. Radikal bebas dapat merusak sel dan
mungkin memainkan peran dalam penyakit jantung, kanker, alzheimer dan
penyakit berbahaya lainnya. Penelitian menunjukkan bahwa, antioksidan memang
dapat efektif dalam mencegah sejumlah penyakit yang berkaitan dengan usia.
Manfaat antioksidan cukup populer untuk mengatasi dan mencegah kanker yang
akan mengerogoti tubuh. Selain itu antioksidan juga bermanfaat sesuai dengan
masing-masing perannya, tidak hanya kesehatan, antioksidan juga bermanfaat
untuk bagian luar tubuh.

8
Gambar 3. Cymodocea sp

Jenis Halophila decipiens dapat menstabilkan sedimentasi, sebagai


pembibitan penting untuk kepiting biru, Callinectes sapidus. Paradigma
pembibitan ini didasarkan pada data kelimpahan kepiting biru dari pukat,
pengambilan sampel seine and drop-net yang telah mengungkapkan kelimpahan
yang lebih besar di habitat ini daripada di daerah yang tidak vegetasi yang
berdekatan. Baru-baru ini, pengambilan sampel secara lebih kuantitatif dan
intensif dalam lamun dan rawa-rawa di atas skala latitudinal yang luas,
dikombinasikan dengan eksperimen manipulatif, menunjukkan bahwa habitat
yang sama dapat bervariasi dalam pemanfaatan pada skala regional. Mekanisme
yang menjelaskan peningkatan kelimpahan di habitat pembibitan ini belum
dijelaskan perspektif latitudinal. Perbandingan regional data tangkapan kepiting
biru mengalami kemunduran di habitatnya daerah tidak signifikan sedangkan
perbandingan serupa di wilayah Teluk menunjukkan sebuah hubungan positif
yang signifikan dari panen kepiting dengan luas total vegetasi.
digunakan untuk isolasi suara dan suhu, dapat sebagai pengganti benang
dalam membuat nitrosellulosa, dan sebagainya. Sedangkan pemanfaatan secara
modern adalah sebagai penyaring limbah, penstabilitasi pantai, pupuk dan
makanan ternak, serta sebagai bahan obat-obatan

9
3.2. Hasil penelitian lamun di dunia

3.2.1. Komunitas Hewan di Padang Lamun


Menurut Kikuchi &Peres (1973), mengungkapkan bahwa hasil beberapa
penelitian pada padang lamun di perairan Jepang, khususnya tentang komunitas
hewannya, dapat dibagi dalam beberapa unit struktur atau kategori, yaitu;
a) Hewan yang hidup pada daun lamun adalah epifit dan mikro-
meiofauna yang hidup pada daun lamun. Hewan yang menempel pada
daun epifauna yang bergerak yang merayap pada daun lamun; dan
Hewan epifauna yang bergerak yang merupakan kelompok hewan
yang hanua tinggal sesaat pada daun lamun.
b) Hewan yang menempel pada rimpang (rhizome), antara lain adalah
polikhaeta dan ampbipoda. Hewan yang mempunyai pergerakan tinggi
dan berenang di bawah atau antara daun antara lain ikan, cumi
(cephalopoda) dan crustacea.
c) Hewan yang hidup di atas atau di dalam sedimen (substrat), antara
lain, beberapa epibentik dasar avertebrata.
Pada kategori (struktur) pertama, komposisi jenis dari hewan adalah sama
pada beberapa lokasi di Jepang (Kikuchi, 1966). Pada beberapa padang lamun di
dunia, yaitu di Mediterania (Ledoyer, 1968), di pantai Atlantik, Amerika Serikat
dan Karibia (Nagle, 1968; Marsh, 1973), ditemukan komposisi jenis dan epifitik
fauna mempunyai tingkat kesamaan yang tinggi.
Hewan yang menempel pada rimpang lamun cukup bervariasi. Pada
padang lamun dari Zostera hanya beberapa jenis hewan, tetapi pada Posidonia di
Mediterania, biodiversitasnya cukup tinggi, yakni terdiri dari beberapa jenis dari
krustacea (udang dan kepiting), dan juga termasuk krustasea kecil, seperti
Ampbipoda, Is opoda, Chelifera dan Harpacticoid (Ledoyer, 1962; 1969). Ikan
dan cumi-cumi mempunyai pergerakan yang tinggi antara daun atau di bawah
daun. Hewan-hewan tersebut , khususnya yang bersifat nekton bukan hanya
pergerakan di padang lamun, tetapi juga pada ekosistem tetangganya (terumbu
karang dan mangrove). Sifat ini termasuk lamanya priode tinggal (menetap) di
padang lamun tersebut dan sangat tergantung dengan jenis hewannya atau padang
lamunnya sendiri.

10
Beberapa epibentik dasar, bermigrasi secara vertikal pada malam hari yang
bergerak dari dasar ke permukaan daun (Ledoyer, 1969). Sedangkan untuk hewan
infauna, seperti kerang (bivalve) dan polikhaeta bukan merupakan hewan endemik
di padang lamun, tetapi merupakan komunitas bentik di sekitar subsrat yang tidak
ditumbuhi lamun (Azuma et al., 1970; Thayer et 01. 1975). Secara umum, dapat
dikatakan bahwa total kerapatan, biomassa dan keragaman kmunitas dari bewan
infauna di padang lamun, lebih besar (tinggi) dari daerah yang tidak ditumbuhi
lamun (Ortb, 1973).
Dari sejumlah hewan yang hidup di padang lamun, dapat dikatakan bahwa
ada ketergantungan dan hewan terhadap keberadaan padang lamun. Hal ini dapat
diperlihatkan bahwa dengan adanya penurunan luasan padang lamun, maka akan
mengakibatkan menurunnya keragaman jenis, biomassa dan komposisi
komunoitas hewan (Rasmussen, 1973). Penurunan tutupan lamun akibat erosi atau
penurunan kandungan organik pada sedimen,akan mengakibatkan terjadinya
penurunan dan perubahan komposisi jenis dari hewan epifauna dan infauna
(Naikai). Reg.Fish.Res.Lab., 1974).Lebih lanjut diungkapkan oleb Kikuchi
(1974), bahwa reduksi bentik dan epifitik avertebrate, adalah sebagai akibat
terjadinya penurunan tutupan dari padang lamun.

3.2.2. Padang Lamun Sebagai Habitat Bagi Hewan Asosiasi


Padang lamun yang tumbuh rapat dengan subratnya merupakan habitat
bagi algae dan hewan asosiasi. Makroalgae epifirik dan diatom bentik tumbuh
berkembang pada daun lamun yang biasanya pada bagian permukaan daun yang
didominasi oleh epifit, epifauna dan detritus. Tempat berlindung dan habitat dari
beberapa organisme merupakan peran yang penting dari padang lamun. Pada
setiap bagian lamun yaitu daun, rimpang dan akar akan memiliki perbedaan
keragaman biota. Hal ini akan berdampak pada peoingkatan keragaman dari fauna
asosiasi, walaupun kenyataannya fauna tersebut tidak secara langsung memakan
lamun, Lebih lanjut Kikuchi (1974) mengatakan bahwa pada padang lamun yang
kepadatannya tinggi akan memperlambat gerakan air yang diakibatkan oleh arus
dan gelombang. Hal ini menyebabkan tingginya keragaman fauna asosiasi dari
mysid, hydromedusa dan juvenil ikan yang memang menyukai daerab perairan

11
tenang. Keadaan perairan yang tenang ini.juga mengakibatkan mineral dan
organik terlarut mudah mengendap di padang lamun. Kondisi seperti ini
menyebabkan terjadinya penangkapan sedimen oleh padang lamun yang
merupakan salah satu pecan dari padang lamun.
Proses penangkapan sedimen oleh padang lamun akan membuat gundukan
pada dasar perairan, yang dapat digunakan sebagai habitat bagi hewan asosiasi.
Disamping itu, rimpang lamun akan tumbuh horizontal dan deposit dari daun
lamun, serta sedimentasi darisuspended yang halus merupakan hal yang baik bagi
fauna bentik (Molinier&Picard, 1952). Lebih lanjut dikatakan bahwa dari semua
proses di atas, padang lamun adalah habitat yang baik untuk juvenil ikan (nekton),
dengan menggunakan padang lamun sebagai tempat berlindung dan mencari
makan. Selain itu, beberapa ikan dan cepalopoda menjadikan padang lamun
sebagai tempat bertelur dan peminjahan.

3.2.3. Padang Lamun Sebagai Sumber Makanan Bagi Hewan Asosiasi


Sejauh ini beberapa avertebrata laut mencari makan dan tinggal pada daun
lamun (Kikuchi, 1966, Thayer et al., 1975). Bulu babi telah diketahui aktif
memakan lamun, baik itu yang diamati di alam, maupun penelitian yang
dilakukan di laboratorium (Kempf, 1962; Fuji, 1967).
Menurut Randall (1965), di West Indies terdapat 30 jenis ikan pemakan
lamun dari 59 jenis ikan herbivora yang diamati isi lambungnya. Meskipun
demikian proses dekomposisi merupakan hal yang penting, karena dekomposisi
akan menghasilkan materi yang langsung dapat dikonsumsi oleb hewan pemakan
serasah. Serasah yang mengendap akan dikonsumsi oleh fauna bentik, sedangkan
partikel-partikel serasah di dalam kolom air merupakan makanan avertebrata yang
mernpunyai cara makan dengan penyaring. Pada gilirannya nanti bewan-hewan
tersebut akan menjadi mangsa dari karnivora lebib tinggi tingkatnya yang terdiri
dari berbagai jenis ikan dan avertebrata lainnya.
Komposisi dan keragaman jenis bewan asosiasi dapat juga tergantung
dengan serasab atau materi lamun. Hal ini berkaitan erat dengan rantai makanan
(food web) yang terjadi di padang lamun dan di ekosistem terumbu karang dan
mangrove). Materi lamun berupa daun-daun yang putus dan tanaman yang

12
tercabut akan banyut ke lingkungan sekeliling dari padang lamun termasuk ke
ekosositem mangrove atau terumbu karang (den Hartog, 1976).. Thayer etal.
(1975) memperkirakan bahwa 45% dari produksi lamun di Carolina Utara
mungkin dibawa ke sistem di sekitarnya. Beberapa peneliti memperkirakan bahwa
padang lamun ini, juga memberikan sumbangan terbadap produktivitas terumbu
karang. Diperkirakan bahwa serasah yang diproduksi oleh lamun mungkin
membantu meningkatkan kelimpahan fito dan zooplankton di perairan sekitar
terumbu karang. Sementara itu, karang dan seluruh biota yang mempunyai cara
makan dengan penyaring yang bidup di perairan tersebut memanfaatkan
(memakan) fito dan zooplankton tersebut. Dengan pola seperti ini, maka energi
yang diambil oleh lamun akan dialihkan ke ekosistem terurnbu karang.
Lamun dapat dimakan oleb beberapa biota asosiasi, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Dari bewan asosiasi avertebrata, banya bulu babi yang
memakan langsung lamun, sedangkan dari golongan vertebrata adalah beberapa
jenis ikan (Scaridae, Acantburidae), penyu dan duyun (McRoy & Helfferich,
1980). Materiallamun yang banyut akan didekomposisi oleh beberapa larva dari
Talitridae (Amphipoda). Hasil dari dekomposisi material lamun tersebut akan
dimakan oleh bewan asosiasi dasar.
Di perairan laut dalam sering ditemukan detritus dari Thalassia.
Diperkirakan bahwa dekomposisi lamun terjadi pada keadaan aerobik, dimana
pada keadaan tersebut material lamun terawetkan. Walaupun demikian, detritus
lamun sebagai sumber makanan masih diperdebatkan oleh beberapa biolog karena
tingginya kandungan pentosan (Menzeis et al., 1967).

3.2.4. Makanan alternaif

Buah Lamun Enhalus acoroides telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat


Lomin Seram Bagian Timur. Kebiasaan makan buah lamun ini sama seperti di
daerah pesisir Philipina dan Australia (Nontji, 2007).

13
Gambar 4. A. Buah lamun Enhalus acoroides dapat diproduksi untuk
mendapatkan uang,
B. Dalam pemanfaatannya sebagai obat direbus

Selain dijadikan sebagai sumber makanan, masyarakat juga memanfaatkan


buah lamun Enhalus acoroides sebagai obat tradisional (Gambar 3B).
Sebagaimana menurut Subagiyo, bahwa lamun selain berpotensi sebagai sumber
makanan juga berpotensi sebagai obat tradisonal. Salah satunya adalah sebagai
obat pembesaran vena jurcularis juga digunakan sebagai obat kelenjar TBC
(Subagiyo, 2010). Selain itu, pola pengelolaan buah lamun Enhalus acoroides
oleh masyarakat dusun Lomin Seram Bagian Timur dengan cara direbus dan
dikonsumsi langsung baik sebagai makanan maupun sebagai obat tradisional
(Gambar 2A dan Gambar 3B).

Gambar 5. A. Cara pengelolaannya dengan direbus, B. Buah lamun dikonsumsi


setiap saat

Sebagaimana menurut Subagiyo, bahwa buah lamun memiliki kandungan nutrisi


seperti protein, karbohidrat, lemak serta serat sehingga dapat dijadikan sebagai
sumber makanan dan obatobatan serta daya tahan tubuh terhadap penyakit
degeneratif atau infeksi.

14
BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Ekosistem padang lamun memberikan jasa lingkungan yang begitu
banyak. Secara ekologis, lamun memiliki peranan penting di perairan laut
dangkal,sebagai habitat biota lainnya seperti ikan, produsen primer, melindungi
dasar perairan dari erosi. Daun lamun yang lebat dapat memperlambat gerakkan
air yang disebabkan oleh arus dan ombak, sehingga menyebabkan perairan
disekitarnya menjadi tenang. Secara ekonomis lamun dapat dimanfaatkan sebagai
bahan pangan, pakan ternak, bahan baku kertas, bahan kerajinan, dan bahan obat-
obatan
Penemuan Lamun di Indonesia yaitu Kadar gizi buah Lamun pada spesies
Enhalus acoroides, Lamun sebagai bahan pembuatan kertas, Lamun sebagai
antibakteri penghambat, serta Mempunyai aktivitas antioksidan . Sedangkn yang
ada di dunia penemuan lamun antara lain komunitas hewan di padang lamun,
padang lamun sebagai sabitat bagi hewan asosiasi, padang lamun sebagai sumber
makanan bagi hewan asosiasi, makanan alternaif.

4.2. Saran
Belum banyak yang mengetahui fungsi lamun baik itu secara ekologi
maupun secara ekonomis, sehingga padang lamun masih dianggap tidak terlalu
penting. Sehingga saran yang dapat disampaikan yaitu sebaiknya pengetahuan
tentang ekosistem pesisir terutama tentang lamun dapat di perbanyak untuk
publikasikan dan sosialisanya kepada masyarakat.

15

Anda mungkin juga menyukai