Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dari pada daratan, oleh karena itu
Indonesia di kenal sebagai negara maritim. Perairan laut Indonesia kaya akan berbagai biota
laut baik flora maupun fauna. Demikian luas serta keragaman jasad– jasad hidup di dalam
yang kesemuanya membentuk dinamika kehidupan di laut yang saling berkesinambungan .
Pada tahun belakangan ini, perhatian terhadap biota laut semakin meningkat dengan
munculnya kesadaran dan minat setiap lapisan masyarakat akan pentingnya lautan. Laut
sebagai penyedia sumber daya alam yang produktif baik sebagai sumber pangan, tambang
mineral, dan energi, media komunikasi maupun kawasan rekreasi atau pariwisata. Karena itu
wilayah pesisir dan lautan merupakan tumpuan harapan manusia dalam pemenuhan
kebutuhan di masa datang.
Salah satu sumber daya laut yang cukup potensial untuk dapat dimanfaatkan adalah
lamun, dimana secara ekologis lamun mempunyai beberapa fungsi penting di daerah pesisir.
Lamun merupakan produktifitas primer di perairan dangkal di seluruh dunia dan merupakan
sumber makanan penting bagi banyak organisme. Biomassa padang lamun secara kasar

berjumlah 700 g bahan kering/m2, sedangkan produktifitasnya adalah 700 g karbon/m2/hari.


Oleh sebab itu padang lamun merupakan lingkungan laut dengan produktifitas tinggi.

1.2 TUJUAN PRAKTIKUM


Tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah:
1. Mengetahui jenis-jenis lamun.
2. Mengetahui keadaan ekosistem lamun
3. Mengetahui fungsi ekosistem lamun bagi biota lain.
4. Dapat mengidentifikasi jenis lamun berdasarkan sifat fisiknya.

BAB I I
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN LAMUN


Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (angiospermae) yang berbiji satu
(monokotil) dan mempunyai akar rimpang, daun, bunga dan buah. Jadi sangat berbeda
dengan rumput laut (algae). Lamun dapat ditemukan di seluruh dunia kecuali di daerah
kutub. Lebih dari 52 jenis lamun yang telah ditemukan. Di Indonesia hanya terdapat 7 genus
dan sekitar 15 jenis yang termasuk ke dalam 2 famili yaitu : Hydrocharitacea ( 9 marga, 35
jenis ) dan Potamogetonaceae (3 marga, 15 jenis). Jenis yang membentuk komunitas padang
lamun tunggal, antara lain : Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Halophila ovalis,
Cymodoceae serulata, dan Thallasiadendron ciliatum Dari beberpa jenis lamun,
Thalasiadendron ciliatum mempunyai sebaran yang terbatas, sedangkan Halophila spinulosa
tercatat di daerah Riau, Anyer, Baluran, Irian Jaya, Belitung dan Lombok. Begitu pula
Halophila decipiens baru ditemukan di Teluk Jakarta, Teluk Moti-Moti dan Kepulaun Aru.
(Romimohtarto,2001)

2.2 EKOSISTEM PADANG LAMUN

Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae)yang tumbuh dan


berkembang dengan baik di lingkungan laut dangkal, yang dapat membentuk kelompok-
kelompok kecil dari beberapa tegakan tunas sampai berupa hamparan padang lamun yang
sangat luas. Padang lamun dapat berbentuk vegetasi tunggal yang disusun oleh satu jenis
lamun atau vegetasi campuran yang disusun mulai dari 2 sampai 12 jenis lamun yang
tumbuh bersama pada suatu substrat. Di Indonesia terdapat 12 jenis lamun yang tergolong
dalam tujuh marga, yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Halophila decipiens, H.
Ovalis, H. Minor, H. Spinulosa dari suku Hydrocharitaceae, serta Cymodocea serrulata, C.
Rotundata, Halodule uninervis, H. Pinifolia, Syringodium isoetifolium dan Thalassodendron
ciliatum dari suku Potamogetonaceae. Masih ada dua jenis lamun lagi yang herbariumnya
ada di Herbarium Bogoriense-Bogor, yaitu Halophila beccarii dan Ruppia maritima yang
diduga berasal dari perairan Indonesia. (Romimohtarto,2001)

Padang lamun merupakan salah satu ekosistem laut dangkal yang mempunyai
peranan penting dalam kehidupan berbagai biota laut serta merupakan salah satu ekosistem
bahari yang paling produktif. Ekosistem lamun di daerah tropis dikenal tinggi
produktivitasnya terutama dalam pore water dan sedimen. Indonesia yang memiliki panjang
garis pantai 81.000 km, mempunyai padang lamun yang luas bahkan terluas di daerah
tropika. Luas padang lamun yang terdapat di perairan Indonesia mencapai sekitar 30.000

km2. (Romimohtarto,2001)

Jika dilihat dari pola zonasi lamun secara horisontal, maka dapat dikatakan ekosistem
lamun terletak di antara dua ekosistem bahari penting yaitu ekosistem mangrove dan
ekosistem terumbu karang. Dengan letak yang berdekatan dengan dua ekosistem pantai
tropik tersebut, ekosistem lamun tidak terisolasi atau berdiri sendiri tetapi berinteraksi
dengan kedua ekosistem tersebut. (Dahuri, 2001).

2.3 CIRI – CIRI LAMUN


Tumbuhan lamun memiliki ciri – ciri sebagai berikut :
1. Toleransi terhadap kadar garam lingkungan
2. Tumbuh pada perairan yang selamanya terendam
3. Mampu bertahan dan mengakar pada lahan dari hempasan ombak dan tekanan arus
4. Menghasilkan pollinasi hydrophilous ( benang sari yang tahan terhadap kondisi
perairan )
5. Lamun berbunga, menghasilkan benang sari, berbuah dan menyebarkan biji
sebagaimana tanaman darat.
6. Lamun adalah satu - satunya tanaman berbunga yang akarnya berpembuluh dan
teradaptasi dengan lingkungan laut. (Nontji, 1993).

2.4 JENIS – JENIS LAMUN (SEAGRASS)


Di dunia tercatat 50 jenis lamun. Mereka sering dijumpai dalam jumlah besar,
menutupi dasar perairan yang luas, membentuk padang lamun.di Indonesia terdapat 12 jenis
lamun seperti terdaftar dibawah ini.

Cymodocea rotundata - lamun berujung bulat


Cymodocea serrrulat - lamun bergigi
Enhalus acoroides - lamun tropic
Halodule pinifolia - lamun serabut
Halodule uninervis - lamun serabut
Halophila decipiens - lamun senduk tak berurat
Halophila minor - lamun senduk kecil
Halophila ovalis - lamun senduk dasar keriting
Halophila spinulosa - lamun senduk dasar keriting
Syringidium isoetifolium - lamun alat suntik
Thalasia hemprichii - lamun dugong
Thalasodendrom ciliatum - lamun kayu

Nama-nama Indonesia yang tercantum di belakang nama ilmiah diterjemahkan dari


nama-nama bahasa inggris yang diberikan oleh M.D.Fortez dalam bukunya yang berjudul
Seagrass;a resource unknown in the Asean region terbitan tahun 1989 untuk mengingat-
ingat sifat, bentuk atau daerah sebaran yang khas dari masing-masing jenis. Tiga marga yang
banyak kita jumpai di perairan pantai adalah Halopphyla, Enhalus, dan Cymodocea
(Romimuhtarto, 2001).

Ada tiga marga yang paling banyak dijumpai di perairan pantai, yaitu Halophila
ovalis, yang terdapat di pantai pasir, di paparan terumbu, dan di dasar perairan lumpuran dari
paras pasut rata-rata pada pasut purnama, memberikan lingkungan yang cocok bagi pelekatan
alga. Di perairan laut mereka membentuk tajuk (canopy). Sedangkan bunganya berkelamin
tunggal dan soliter. (Romimohtarto,2001).

Marga yang kedua adalah Enhalus accoroides, yaitu perdu di bawah air yang
mempunyai perakaran kuat dan diselimuti oleh serabut-serabut hitam yang kaku dan
memanjang. Daun-daunnya berupa pasangan dengan jumlah dua atau tiga dalam pelepah
bonggol (basal sheath). Tumbuh-tumbuhan ini terdapat di bawah air surut rata-rata pada pasut
purnama pada dasar pasir lumpuran. Mereka tumbuh subur di tempat yang terlindung di
pinggir bawah dari mintakat pasut dan di batas atas mintakat bawah litoral. Bunga betina
soliter dan lebih besar, sedangkan bunga jantannya berwarna putih dan lebih kecil.
(Romimohtarto,2001)
2.5 FAKTOR-FAKTORYANG MEMPENGARUHI EKOSISTEM LAMUN
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan lamun secara umum adalah
kualitas air, substrat dasar perairan. Kualitas air meliputi temperatur, cahaya, salinitas dan
nutrien.
a) Temperatur
Temperatur merupakan salah satu faktor ekologi perairan yang sangat penting, karena
mempengaruhi proses-proses fisiologis lamun, seperti ketersediaan dan penyerapan, nutrien,
respirasi dan siklus protein. Zieman (1982) menyatakan bahwa lamun lebih tahan terhadap
maningkatnya temperatur dibandingkan dengan alga. Mellors dkk, menemukan keterkaitan
antara temperatur dan biomassa lamun, tetapi faktor temperatur ini dapat berakibat merugikan
pada proses fotosintesis dan kehidupan apabila terjadi kombinasi antara temperatur dan
intensitas yang berlebih (Mellors, 1993).
b) Cahaya
Dalam proses fotosintesis, tumbuhan berklorofil sangat membutuhkan cahaya. Pada
umumnya lamun memerlukan intensitas cahaya yang tinggi untuk menunjang kehidupannya.
Cahaya matahari dengan panjang gelombang 400-700 nm digunakan oleh lamun sebagai
sumber radiasi dalam proses fotosintesis (Wood et al. 1969; Zieman dan Wetzel 1980) dalam
Larkum (1989)menyatakan bahwa cahaya merupakan faktor yang menentukan penyebaran
dan kelimpahan lamun. Intensitas cahaya yang masuk ke dalam kolom air dipengaruhi oleh
kecerahan perairan. Semakin bertambah kedalaman suatu perairan berarti intensitas cahaya
menurun maka biomassa lamun semakin menurun (Hilman dkk, 1989). Beberapa aktivitas
yang meningkatkan muatan sedimentasi pada badan air juga berakibat pada tingginya
turbiditas residu sehingga berpotensi untuk mengurangi penetrasi cahaya dan hal ini akan
mengganggu produktivitas primer dari ekosistem lamun (Dahuri dkk, 2001). Tiap spesies
lamun memiliki intensitas cahaya minimum dan maksimum yang dibutuhkan sebagai syarat
keluluskehidupan dan faktor pertumbuhan yang optimal (Dahuri, 2001).

c) Salinitas
Aktivitas tumbuhan dalam berfotosintesis dipengaruhi oleh salinitas air. Laju
fotosintesis berkurang hingga mendekati nol pada air destilasi dan air dengan salinitas dua kali
salinitas air laut. Faktor utama yang mempengaruhi tingkat salinitas di wilayah estuari adalah
suplai air tawar dari muara-muara sungai. Peter H.et al.dalam Bortone A., (2000) menyatakan
bahwa pengaruh salinitas bersifat positif bagi pertumbuhan daun lamun muda dimana
pertambahan panjang daun meningkat seiring meningkatnya salinitas. Padang lamun di Cairns
Harbour Australia dapat hidup pada kisaran salinitas 20‰-50‰ (Dahuri, 2001).
d) Nutrien
Untuk dapat melakukan proses-proses pertumbuhan dan perkembangan lamun
memerlukan nutrien (zat hara) baik yang diserap dari kolom air maupun sedimen dan proses
ini dilakukan oleh akar dan daun. Zieman (1982) menyebutkan bahwa pertumbuhan lamun
akan dipacu dengan ketersediaan nutrien yang cukup.
Senyawa organik yang penting bagi lamun diantaranya tersusun oleh unsur-unsur
karbon, nitrogen, fosfor. Sumber utama karbon bagi lamun berasal dari sedimen yang diserap
oleh akar. Dua puluh lima persen dari karbon yang diserap oleh akar ditransfer ke daun
sedangkan sisanya tetap berada di perakaran lamun. Nitrogen merupakan salah satu faktor
pembatas pertumbuhan lamun, diperoleh melalui akar setelah mengalami fiksasi oleh bakteri.
Nitrogen yang dihasilkan dari akar mampu mensuplai 20-50 % nitrogen yang dibutuhkan
suatu padang lamun. Fosfor dengan konsentrasi tertinggi ditemukan di wilayah perakaran
lamun dibandingkan dengan di substrat pada kedalaman yang lebih dalam maupun substrat
yang tidak ditumbuhi lamun ( Mellors, 1993 ).
e) Substrat dasar
Substrat dasar perairan merupakan lapisan lepas yang terkonsentrasi dalam suatu
massa air yang berbentuk bahan organik dan non organik. Lamun memiliki akar sejati yang
bergantung pada karakteristik sedimen di habitatnya. Karakteristik ini meliputi jenis substrat
dan kandungan nutrien dalam sedimen. Di padang lamun terdapat interaksi antara lamun
dengan sedimen dan air, dimana tumbuhan ini berpengaruh terhadap karakteristik kimia serta
mikrobiologi sedimen dari produksi detritus, aliran oksigen dari akar dan rimpangnya
(Moriaty,1989).

2.6 KEBERADAAN DAN FUNGSI LAMUN


 membentuk lingkungan padang lamun yang menjadi salah satu ekosistem terkaya dan
paling produktif.
 dapat menjaga dan memelihara stabilitas pantai pesisir dan lingkungan ekosistem
estuaria.
 merupakan sumber makanan bagi banyak hewan laut seperti duyung, penyu, ikan, dan
bulu babi.
 merupakan tempat tinggal dan tempat berlindung banyak jenis hewan dan tumbuhan
dari hewan pemangsa.
 merupakan komoditas yang banyak digunakan sebagai bahan dasar keranjang, pengisi
kasur, atap rumbia, pupuk, penyaring limbah, bahan kertas dan pakan ternak.(Nontji,
1993).

2.7 MORFOLOGI LAMUN

Secara morfologis lamun terdiri dari akar, daun dan rhizoma. Akar pada lamun tumbuh
pada buku-buku rhizoma. Rhizoma adalah batang yang terbenam dan merayap secara
mendatar (Nonjti,1993). Ditambahkan lagi oleh Nybakken (1992), kebanyakan spesies lamun
secara morfologis hampir serupa yaitu, mempunyai daun-daun panjang yang tipis dan
mempunyai saluran air (kutikula).

a. Akar
Akarnya muncul dari permukaan yang lebih rendah daripada rhizoma dan menunjukkan
sejumlah adaptasi tertentu pada lingkungan perairan (Tomascik et al. 1997). Struktur
perakarannya memiliki perbedaan antara satu dan lainnya. Pada beberapa spesies memiliki
akar yang lemah, berambut dan memiliki struktur diameter yang kecil. Sedangkan pada
spesies lainnya akarnya ada yang kuat dan berkayu.

Fungsi akar lamun adalah untuk mengabsorbsi nutrien dari kolom air dan bertindak
sebagai penyimpanan untuk fotosintesa (Tomascik, 1997)

b. Rhizoma dan batang


Struktur rhizoma dan batangnya sangat bervariasi di antara jenis-jenis lamun, sebagai
susunan ikatan pembuluh pada stele (Den Hartog, 1970). Rhizoma bersama-sama dengan akar,
menancapkan lamun pada substrat. Rhizoma biasanya terkubur di bawah sedimen dan
membentuk jaringan luar (Tomascik, 1997)

c. Daun
Seperti pada monokotil lainnya, daun-daunnya diproduksi dari meristem dasar yang
terletak di bagian atas rhizoma dan pada rantingnya. Hal yang unik pada daun lamun adalah
dengan tidak adanya stomata dan terlihatnya kutikula yang tipis. Kutikula berfungsi untuk
menyerap zat hara, walaupun jumlahnya lebih sedikit dari yang diserap oleh akar dan
batangnya (Tomascik,1997).

2.8. REFRAKTOMETER
Refraktometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kadar salnitas air. Satuan
dari refraktometer adalah 0/00. Berikut gambar dari refraktometer:

penggunaan refraktometer yaitu dengan meneteskan sampel air pada dinding


kaca kemudian diarahkan pada sumber cahaya. Maka akan tampil gambar seperti berikut:

(wikipedia Indonesia)

BAB III
MATERI METODE
3.1 ALAT
1. Nampan, untuk meletakkan sampel lamun supaya terlihat dengan jelas bagian daun,
rimpang dan akarnya.
2. Akuarium, untuk membuat ekosistem lamun dalam skala kecil.
3. Aerator, untuk mensuply oksigen ke dalam akuarium.
4. Termometer, untuk mengetahui suhu air dalam akuarium
5. pH meter, untuk mengetahui kadar keasaman air dalam akuarium.
6. Refraktometer, untuk mengetahui kadar salinitas air dalam akuarium.
7. Sedgewick nafter, untuk mengetahui kelimpahan zooplankton dalam akuarium.
8. Mikroskop, untuk melihat Sedgwick nafter.
9. Alat tulis dan gambar, untuk menggambar dan mencatat hasil praktikum.

3.2 BAHAN
1. Air laut sebagai media ekosistem lamun
2. Sampel Lamun
3. Ikan Laut yang masih hidup

3.3 CARA KERJA


a. Pengamatan komunitas biotik dalam dua akuarium A dan B setiap 6 jam sekali
selama 24 jam.
b. Pengamatan yang dilakukan antara lain, jumlah ikan, jumlah lamun, suhu,
salinitas dan kelimpahan zooplankton.
c. Membuat table pengamatan.
d. Menggambar bagian-bagian lamun dan mengidentifikasinya.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
1. Ekosistem

2. Identifikasi Lamun
a. Cymodocea rotundata

Daun
Rimpang/Rizhoma

Akar
Taksonomi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Anthophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Helobiae
Famili : Cymodoceaceae
Genus : Cymodocea
Spesies : rotundata

b. Enhalus acoroides
Daun

Rambut-rambut kaku

Rimpang/rhizoma

Akar

Taksonomi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Anthophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Helobiae
Famili : Hydrocharitaceae
Genus : Enhalus
Spesies : acoroides
c. Halodule uninervis
Daun

Rimpang/ Rhizoma

Akar

Kingdom : Plantae
Divisi : Anthophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Helobiae
Famili : Cymodoceaceae
Genus : Halodule
Spesies : uninervis

4.2 PEMBAHASAN
1. Ekosistem

2. Identifikasi Lamun
a. Cymodocea rotundata
Cymodoceae rotundata merupakan jenis lamun
dengan bentuk daun seperti pita tipis yang panjang. Akar
tumbuh pada bagian rhizoma yang menjalar mendatar dan memanjang, batang
berwarna coklat. Tmbuh-tumbuhan ini terdapat tepat di bawah air surut rata-rata pada
pasang surut purnama pada pantai pasir dan pantai lumpuran.(Nybakken,1992).
Ciri – ciri morfologi dari Cymodocea rotundata adalah :
1. Tepi daun halus atau licin, tidak bergerigi.
2. Akar pada tiap nodus terdiri dari 2 – 3 helai.
3. Akar tidak bercabang dan tidak mempunyai rambut akar.
4. Tulang daun sejajar.
5. Jumlah tulang daun pada selembar daun adalah + 9 – 15 buah.
6. Lebar daun dari samping ke samping + 4 mm.
7. Jarak antar nodus + 1 cm.
8. Tiap nodus hanya ada satu tegakan.
9. Tiap tegakan terdiri dari 3 – 4 helai daun.
(Nybakken, 1992).

b. Enhalus acoroides
Jenis lamun ini disebut juga dengan lamun tropika. Jenis lamun ini memiliki
akar yang kuat dan diselimuti oleh benang-
benang hitam yang kaku. Daun mempunyai
tulang daun, dan terdapat dalam pasangan
pelepah bonggol. Pada bagian rhizoma terdapat
semacam rambut yang merupakan akar dan akar
lainnya yang menjulur ke bawah berwarna putih dan kaku. Tumbuhan ini terdapat di
bawah air surut rata-rata pada pasang surut purnama pada dasar pasir lumpuran.
(Moriaty,1989).
Ciri – ciri morfologi dari Enhalus acoroides adalah :
1. Bentuk fisiknya paling besar dibanding spesies lamun yang lain.
2. Daun berwarna hijau pekat.
3. Daunnya panjang dan kebar seperti sabuk.
4. Lebar daun + 3 cm.
5. Panjang daun berkisar antara + 30 – 150 cm.
6. Rimpangnya berdiameter lebih dari 1 cm.
(Moriaty, 1989).

c. Halodule uninervis

Ciri – ciri morfologi dari Halodule uninervis adalah :


1. Tiap nodus hanya terdiri dari satu tegakan.
2. Tiap tangkai daun terdiri dari 1 sampai 2 helai daun.
3. Tiap nodus berakar tunggal dan banyak. Tidak bercabang.
4. Rimpangnya berbuku – buku.
5. Jarak antar nodus + 2 cm.
6. Ujung daun merbentuk gelombang menyerupai huruf W.
(Nontji, 1993)

BAB V
KESIMPULAN & SARAN
5.1. KESIMPULAN
1. Ekosistem lamun sangat berguna bagi kelangsungan hidup biota lain antaranya yaitu
ikan-ikan kecil dan plankton.
2. Morfologi umum dari tumbuhan lamun adalah Daun, Rimpang / Rhizoma, Akar
3. Jenis – jenis lamun yang diidentifikasi adalah Cymodocea rotundata, Enhalus
acoroides,dan Halodule uninervis.

5.2. SARAN
1. Para Praktikan hendaknya memperhatikan penjelasan asisten pada pelaksanaan
praktikum.
2. Diharapkan kepada semua mahasiswa ( praktikan ) agar benar – benar serius, dan
memperhatikan prosedur praktukum yang telah dibuat, agar praktikum dapat berjalan
lancar sesuai dengan apa yang diinginkan.
3. Hendaknya praktikan tidak bercanda saat praktikum berlangsung.
4. Asisten hendaknya membantu Praktikan dalam memberi penjelasan tentang
klasifikasi, identifikasi dan membedakan ciri – ciri dari tumbuhan lamun tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Dahuri, Rokhim, Dr. Ir. H. M.S, dkk. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir Dan
Lautan Secara Terpadu. Jakarta : PT.Pradnya Pramita.

Mellor J. E., HMrsh, and R. G 1993. Intra-annual Changes in Seagrass standing Crops Grenn
Island Northern Quensland, Sidney : J. Mar Freshwater. 44 pp.

Moriaty, D. J W. and P. I. Boon. 1989. Interactive of Seagrasses with Sediment and Water in
Larkum. A W. D, A. J McComb and S. A. Sepherd (eds). Biologi of Seagrasses.
Elsevier. Amsterdam p500-535.

Nontji,A.1993. Laut Nusantara. Jakarta : Djambatan.

Nybakken,J.W.1992. Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama.

Romimohtarto,K dan Juwana,Sri.2001. Biologi Laut : Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut.
Jakarta : Djambatan.

Tomascik,et.al.1997. The Ecology of the Indonesian Sea part 2. Singapore : Peripilus Edition.
Wikipedia Indonesia

Anda mungkin juga menyukai