Anda di halaman 1dari 11

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Padanan kata atau istilah lamun untuk seagrass, pertama kali
diperkenalkan kepada para ilmuwan, peneliti dan akademisi di perguruan tinggi
oleh Dr. Malikusworo Hutomo, APU dalam disertasi doktornya yang berjudul
“Telaah ekologik komunitas ikan pada padang lamun di Teluk Banten
(HUTOMO, 1985). Di Indonesia kata lamun untuk padanan kata dari tumbuhan
laut, seagrass, dapat dikatakan digunakan dengan “terpaksa” karena seharusnya
terjemahan seagrass dalam bahasa Indonesianya adalah rumput laut. Kata rumput
laut sudah digunakan secara umum dan baku bagi tumbuhan algae (seaweed), baik
dalam dunia perdagangan maupun dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baku
sehari-hari.Sehingga untuk menghilangkan kerancuan dari tumbuhan seagrass dan
seaweed, melalui kesepakatan yang tak tertulis khususnya untuk para ilmuwan
dan akademisi, maka istilah lamun dipakai untuk tumbuhan seagrass dan rumput
laut tetap untuk tumbuhan seaweed. Lebih lanjut diinformasikan bahwa di
Indonesia, baik dalam dunia perdagangan maupun dalam penggunaan sehari-hari,
tumbuhan laut alga sering disebut rumput laut yang merupakan terjemahan yang
keliru dari istilah Inggris “seaweed”. Sebenarnya istilah ini sudah salah kaprah
karena secara ilmu tumbuhan, algae (seaweed) tidak termasuk rumput-rumputan
(graminae). Tetapi istilah ini sudah terlanjur populer digunakan di Indonesia,
khususnya dalam dunia usaha. Ironisnya lagi istilah rumput laut akan lebih
membingungkan lagi karena sering digunakan untuk istilah seagrass. Padahal
seagrass bukanlah rumput, bukan pula alga, melainkan tumbuhan akuatik yang
berbunga (anthophyta) yang hidup di dalam laut (Den HARTOG, 1970).
Lamun (seagrass) adalah tanaman air yang berbunga (Antophyta) dan
mempunyai kemampuan beradaptasi untuk hidup dan tumbuh di lingkungan laut.
Menurut PHILLIPS & MENES (1988), lamun perlu suatu kemampuan
berkolonisasi sehingga dapat hidup sukses di laut yaitu : a. kemampuan untuk
hidup pada media air asin (garam). b. mampu berfungsi normal dalam keadaan
2

terbenam. c. mempunyai sistem perakaran yang berkembang dengan baik. d.


mempunyai kemampuan untuk berbiak secara generatif dalam keadaan terbenam
dan e. dapat berkompetisi dengan organisme lain dalam keadaan kondisi stabil
ataupun tidak stabil pada lingkungan laut. Berkaitan dengan hal tersebut di atas
adalah masuk akal bila jumlah jenis (spesies) lamun di dunia diketahui hanya 58
jenis (KUO & COMB, 2002) yang terdiri dari 12 marga (genus), sembilan marga
termasuk suku (famili) Potamogetonaceae dan tiga marga termasuk dalam suku
Hydrocharitaceae. Kedua suku tersebut diklasifikasikan dalam bangsa (ordo) dari
tumbuhan berbiji satu (monokotil). Secara sepintas lamun kelihatannya kurang
begitu ada artinya, namun sesungguhnya lamun mempunyai fungsi ekologis yang
sangat besar. Dalam suatu lokasi lamun biasanya terdapat dalam jumlah yang
cukup besar dan dapat membentuk suatu padang lamun (seagrass bed) yang rapat,
menutupi suatu area yang luas pada daerah pesisir di daerah subtropis (temperate)
dan daerah tropis. Padang lamun sama pentingnya dengan ekosistem lain di
perairan dangkal yaitu ekosistem terumbu karang dan ekosistem mangrove.
Lamun merupakan produser primer di laut yang cukup besar bila dibandingkan
dengan ekosistem lainnya.

B. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah membahas tentang lamun, meliputi
persebaran, karakteristik, potensi, kandungan gizi, bioaktivitas, dan manfaatnya.
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Persebaran Lamun
Lamun tersebar pada sebagian besar perairan pantai di dunia, hanya pada
beberapa wilayah saja tumbuh-tumbuhan ini tidak ditemukan. Dari 12 genera
yang ada, 7 genera merupakan penghuni perairan tropik dan 5 genera yang lain
terikat pada perairan ugahari. Dari 7 genera lamun penghuni perairan tropik, 3
genera termasuk famili Hydrocharitaceae yaitu Enhalus, Thalassia dan Halodule,
Cymodecea, Syringodium dan 4 genera termasuk famili Pomatogetonaceae yaitu
Halodule, Cymodecea, Syringodium dan Thalassodendron, semua termasuk sub-
famili Cymodoceoideae. Meskipun demikian, ada beberapa genera yang
mengandung spesies dengan sebaran meluas ke perairan subtropik dan ugahari
hangat (warm temperate) misalnya Halophila ovalis dan Syringodium
isoetifolium: Selain itu ada spesies-spesies yang sebarannya terbatas di perairan
subtropik misalnya Cymodocea nodosa, C. angustata dan Thalassodendron
pachyrhizum. Lamun tropik terpusat pada dua wilayah yaitu Indo Pasifik Barat
serta Karibia dan pantai Pasifik Amerika Tengah. Di Indo Pasifik Barat semua
genera (7 genera) didapatkan, di Karibia hanya didapatkan 4 genera. Pada tingkat
spesies, kemiripan kedua wilayah tropik tersebut lebih kecil. Halophila decipiens
mempunyai sebaran pantropik dan Halodule wrightii didapatkan baik di Atlantik
maupun Samudra Hindia.
Di Indonesia, sampai saat ini telah tercatat 12 spesies lamun dan 1 spesies
lagi, Halophila beccarii, yang mungkin didapatkan. Spesies terakhir ini didapatkan
di Filipina dan di Serawak (HARTOG 1970). Tetapi di Filipina tidak mempunyai
Halophila decipiens yang didapatkan di Indonesia.

B. Karakteristik Lamun
Morfologi lamun sama halnya dengan tumbuhan angiospermae didarat
yaitu terdiri dari rhizome (rimpang), daun, dan akar. Rhizome merupakan batang
yang terbenam dan merayap secara mendatar dan berbuku-buku. Pada buku-buku
4

tersebut tumbuh batang pendek yang tegak ke atas, berdaun dan berbunga, serta
tumbuh akar. Dengan rhizome dan akar inilah tumbuhan tersebut mampu
menahan hempasan ombak dan arus. Tumbuhan lamun mempunyai beberapa sifat
yang memungkinkannya hidup di laut, yaitu: (1). Mampu hidup di media air asin;
(2). Mampu berfungsi normal dalam kondisi normal; (3). Mempunyai sistem
perakaran jangkar yang berkembang biak; (4). Mampu melakukan penyerbukan
dan daun generatif dalam keadaan terbenam. Fungsi akar lamun adalah untuk
menyerap nutrient dan sebagai tempat penyimpanan O2 hasil fotosintesis dan
CO2 yang digunakan untuk fotosintesis. Struktur rhizoma dan batangnya
bervariasi di antara jenis-jenis lamun, sebagai susunan ikatan pembuluh pada
stele. Rhizoma bersama-sama dengan akar, menancapkan lamun pada substrat.
Rhizoma dan akar lamun dapat menancapkan diri dengan kokoh di dasar laut
sehingga lamun tahan terhadap hempasan ombak dan arus. Rhizoma biasanya
terkubur di bawah sedimen dan membentuk jaringan luar. Tumbuhan lamun tidak
memiliki stomata, namun memiliki lapisan kutikula yang tipis pada permukaan
daun yang dapat menggantikan fungsi stomata sebagai tempat keluar masuknya
udara dan adanya terjadinya transfer zat terlarut (Tomascik, T, AJ Mah, A Nontji,
and MK Moosa. 1997)
Ciri spesies
 Cymodocea serrulata Memiliki daun yang berbentuk seperti pita yang lurus
atau sedikit melengkung. Setiap tegakkan terdiri dari 2-3 helai daun. Dengan
panjang daun 5,9-14,1 cm dan lebar 0,2-0,8 cm. Mempunyai ukuran batang
yang pendek dan akar yang bercabang menempel pada rhizoma. Secara umum
terlihat rhizoma berwarna kuning sampai kecoklatan. Cymodocea
rotundata memiliki tepi daun halus atau licin, tidak bergerigi, tulang daun
sejajar, akar tidak bercabang, tidak mempunyai rambut akar, dan akar pada
nodusnya terdiri dari 2-3 helai. Selain itu tiap nodusnya hanya terdapat satu
tegakan
 Thalassia hemprichii memiliki daun spesies ini berbentuk seperti pita dan
tumbuh agak melengkung berbentuk seperti sabit yang tebal. Setiap tegakkan
rata-rata memiliki 3 helai daun. Mempunyai batang dengan pelepah daun yang
5

menyelimuti dan akar serta rhizoma berbentuk seperti saluran yang berbuku-
buku. Thalassodendron ciliatum memiliki rhizoma yang sangat keras dan
berkayu, terdapat ligule, akar berjumlah 1-5, ujung daun membentuk seperti
gigi, dan helaian daunnya lebar serta pipih. Daun-daunnya berbentuk sabit,
dimana agak menyempit pada bagian pangkalnya
 Enhalus acoroides memiliki akar berbentuk seperti tali, berjumlah banyak dan
tidak bercabang. Panjangnya antara 18,50 – 157,65 mm dan diameternya
antara 3,00 – 5,00 mm. Bentuk daun seperti pita, tepinya rata dan ujungnya
tumpul, panjangnya antara 65,0 – 160,0 cm dan lebar antara 1,2 – 2,0 cm.
Tumbuhnya berpencar dalam kelompok-kelompok kecil terdiri dari beberapa
individu atau kumpulan individu yang rapat. Enhalus acoroides merupakan
jenis lamun yang mempunyai ukuran paling besar, helaian daunnya dapat
mencapai ukuran lebih dari 1 meter. Jenis ini tumbuh di perairan dangkal
sampai kedalaman 4 meter, pada dasar pasir, pasir lumpur atau lumpur.
 Halodule uninervis memiliki ujung daun yang berbentuk gelombang
menyerupai huruf W, jarak antara nodus + 2 cm, dan rimpangnya berbuku-
buku. Setiap nodusnya berakar tunggal, banyak dan tidak bercabang. Selain
itu juga setiap nodusnya hanya terdiri dari satu tegakan, dan tiap tangkai daun
terdiri dari 1 sampai 2 helaian daun. Halodule pinifolia memiliki daun yang
sangat panjang sekitar 6,9-15,2 cm dan sangat sempit dengan lebar sekitar
0,1-0,2 cm. Dan setiap tegakan terdapat 1-2 helai daun. Ukuran batang yang
pendek dengan akar yang tumbuh dari rhizoma yang memiliki warna coklat
kehitaman
 Halophila decipiens memiliki helai-helai daun yang berbulu, tembus cahaya,
tipis menyolok, dan berbentuk oval atau elips. Selain itu mempunyai tepi daun
yang bergerigi seperti gergaji, daun yang berpasang-pasangan, rhizomanya
berbulu dan sering tampak kotor karena sedimen menempel pada bulu-bulu
tersebut. Halophila spinulosa memiliki daun berbentuk bulat panjang, tepi
daun tajam, rhizoma tipis dan kadang-kadang berkayu, dan setiap kumpulan
daun terdiri dari 10-20 pasang helai daun yang saling berpasangan. Halophila
minor memiliki 4-7 pasang tulang daun, daun berbentuk bulat panjang seperti
6

telur, pasangan daun dengan tegakan pendek, dan panjang daun 0,5-1,5
cm. Halophila ovalis adalah spesies yang hidup pada substrat berlumpur,
memiliki daun yang berbentuk bulat telur (oval) berpasangan, ujung daun
agak bulat dan akar tidak berambut. Serta memiliki rhizoma yang mudah
patah. Halophila sulawesii adalah spesies rumput laut baru yang diberinama
tahun 2007. spesies ini memiliki ciri hampir mirip dengan Halophila
ovalis yang hidup di perairan dalam. Perbedaan keduanya terletak pada posisi
bunganya yaitu Halophila ovalis bunga jantan dan bunga betina letaknya
terpisah pada dua individu yang berbeda (berumah dua/dioecious). Sedangkan
pada Halophila sulawesii, bunga jantan dan betina berada dalam satu individu
(berumah satu/monoecious), namun terletak pada ruas yang berbeda.
 Syringodium isoetifolium memiliki akar tiap nodus majemuk dan bercabang,
daun berbentuk silindris dan panjang, rimpangan yang tidak berbuku-buku,
dan tiap tangkai daun terdiri dari 2-3 helaian daun. Selain itu juga mempunyai
tangkai daun berbuku-buku

C. Potensi Lamun
Padang lamun merupakan ekosistem perairan dangkal yang kompleks,
memiliki produktivitas hayati yang tinggi. Oleh karena itu padang lamun
merupakan sumberdaya laut yang penting baik secara ekologis maupun secara
ekonomis (Rasheed et al., 1994). Fungsi ekologis padang lamun diantaranya
adalah sebagai daerah asuhan, daerah pemijahan, daerah mencari makan, dan
daerah untuk mencari perlindungan berbagai jenis biota laut seperti ikan,
krustasea, moluska, echinodermata, dan sebagainya. tumbuhan lamun itu sendiri
merupakan makanan penting dugong (Dugong dugon) dan penyu hijau (Chelonia
mydas) (Lanyon et al. (1989) dan bertindak sebagai jebakan sedimen dan nutrien.
Banyak di antara hewan laut yang memiliki nilai penting secara komersil
dan rekreasi, pada stadia tertentu dalam siklus hidupnya sangat bergantung pada
keberadaan ekosistem padang lamun. Di daerah Queensland bagian utara, padang
lamun menunjang juvenil udang penaeid yang bernilai ekonomis penting. Seiring
dengan meningkatnya aktivitas industri dan pembangunan di wilayah pesisir,
7

maka tekanan ekologis terhadap ekosistem padang lamun juga meningkat,


akibatnya berdampak terhadap rusaknya ekosistem tersebut dan menurunnya
peranan-peranan ekologis yang diperankannya. Padang Lamun daerah tropis
merupakan subjek dari perubahan temporal yang bervariasi secara musiman dan
tahunan. Kerusakan dan kehilangan yang luas dari padang lamun telah
didokumentasikan dengan baik dan penyebabnya dapat karena bencana alam
seperti badai, dan karena aktifitas manusia (Poiner et al., 1989).
Aktivitas manusia yang dapat merusak ekosistem padang lamun
diantaranya adalah pengerukan dan penimbunan/reklamasi di wilayah pesisir
sehingga menenggelamkan ekosistem tersebut. Adanya dermaga dan tempat
pendaratan kapal/perahu, penggunaan jaring pantai (beach seine) yang ditarik
melalui ekosistem padang lamun, perburuan ikan duyung (dugong), adanya
limbah pertanian dan pertambakan juga ikut berperan dalam merusak ekosistem
padang lamun di Asia Tenggara.
Mengingat besarnya peranan ekosistem padang lamun dan banyaknya
ancaman-ancaman dari berbagai aktivitas manusia, industri dan pembangunan
terhadap rusaknya dan menurunnya peranan ekologis dari ekosistem tersebut,
maka usaha perlindungan dan pelestariannya melalui program manajemen dan
konservasi padang lamun menjadi mutlak dilakukan. Untuk keperluan manajemen
dan konservasi diperlukan pemahaman yang baik mengenai ekologi mereka
menyangkut sebaran jenis, kerapatan, persen penutupan dan jenis-jenis yang
berassosiasi dengan padang lamun (Fortes, 1990).
8

D. Kandungan Gizi Lamun


Hasil Analisis Proksimat Rhyzoma dan Biji Lamun Enhalus acoroides
No Parameter Bagian lamun Rhyzoma (%) Biji (%)
1 Air 89,99 92,16
2 Abu 0,79 0,51
3 Lemak 0,52 0,47
4 Protein 0,75 0,68
5 Karbohidrat 4,16 3,22
Kaya / Majalah BIAM 13 (02) Desember (2017) 16-20

E. Bioaktivitas Lamun
Dari penelitian Aktivitas Antioksidan dan Bioaktif dari Ekstrak Lamun E.
acoroides. Dapat disimpulkan bahwa hasil dari ekstrak E. acoroidesdengan pelarut
CH3OH menghasilkan senyawa bioaktif polar lebih banyak dari pada senyawa
bioaktif nonpolar dengan menunjukkan adanya senyawa flavonoid, fenol
hidrokuinon, steroid, tannin dan saponin yang mempunyai manfaat dan khasiat
masing-masing. Seperti manfaat dari flavonoid bisa menghambat aktivitas
antimikroba, tannin berguna mengurangi pemakaian fenol sebagai sumberdaya
alam tak terbarukan dan steroid sebagai bahan dasar pembuatan obat. Sedangkan
untuk hasil antioksidan dari ekstrak E. acoroides dengan pelarut CH3OH
menunjukkan kemampuan ekstrak E. acoroides sebagai antioksidan menghambat
radikal bebas sebesar472,04 ppm (Lusiana Rosa Hutabarat, 2017)

F. Manfaat Lamun
1. sumber makanan. Lamun dapat dimakan oleh beberapa organisme.
Avertebrata hanya bulu babi yang memakan langsung lamun, sedangkan
dari vertebrata yaitu beberapa ikan (Scaridae, Acanthuridae), penyu dan
duyung, sedangkan bebek dan angsa memakan lamun jika lamun tersebut
muncul pada surut terendah
2. Stabilisator dasar perairan. Sebagai akibat dari pertumbuhan daun yang
lebat dan sistem perakaran yang padat, maka vegetasi lamun dapat
9

memperlambat gerakan air yang disebabkan oleh arus dan ombak serta
menyebabkan perairan di sekitarnya tenang, oleh karena itu komunitas
lamun dapat bertindak sebagai pencegah erosi dan penangkap sedimen.
Rimpang dan akar lamun dapat menangkap dan menggabungkan sedimen
sehingga meningkatkan stabilitas permukaan di bawahnya dan pada saat
yang sama menjadikan air lebih jernih
3. Padang lamun merupakan daerah asuhan untuk beberapa organisme.
Sejumlah jenis fauna tergantung pada padang lamun, walaupun mereka
tidak mempunyai hubungan dengan lamun itu sendiri. Banyak dari
organisme tersebut mempunyai kontribusi terhadap keragaman pada
komunitas lamun, tetapi tidak berhubungan langsung dengan nilai
ekonomi. Beberapa organisme hanya menghabiskan sebagian dari siklus
hidupnya di padang lamun dan beberapa dari mereka adalah ikan dan
udang yang mempunyai nilai ekonomi penting. Telah diketahui bahwa
pengerukan terhadap padang lamun di Florida mengakibatkan hilangnya
udang komersil, Penaeus duorarum
4. suatu komoditi yang sudah banyak digunakan oleh masyarakat baik secara
tradisional maupun modern. Secara tradisional, lamun telah dimanfaatkan
antara lain untuk, pembuatan keranjang, dibakar untuk diambil garamnya,
soda atau penghangat, untuk pengisi kasur, sebagai atap rumbia, untuk
kompos dan pupuk, digunakan untuk isolasi suara dan suhu, dapat sebagai
pengganti benang dalam membuat nitrosellulosa, dan sebagainya.
Sedangkan pemanfaatan secara modern adalah sebagai penyaring limbah,
penstabilitasi pantai, bahan untuk kertas, pupuk dan makanan ternak, serta
sebagai bahan obat-obatan (Azkab, H., M. 2006.)
10

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Lamun (seagrass) adalah tanaman air yang berbunga (Antophyta) dan
mempunyai kemampuan beradaptasi untuk hidup dan tumbuh di lingkungan laut.
Lamun tersebar pada sebagian besar perairan pantai di dunia, hanya pada
beberapa wilayah saja tumbuh-tumbuhan ini tidak ditemukan. Di Indonesia,
sampai saat ini telah tercatat 12 spesies lamun dan 1 spesies lagi, Halophila
beccarii, yang mungkin didapatkan. Morfologi lamun sama halnya dengan
tumbuhan angiospermae didarat yaitu terdiri dari rhizome (rimpang), daun, dan
akar. Padang lamun merupakan ekosistem perairan dangkal yang kompleks,
memiliki produktivitas hayati yang tinggi. Oleh karena itu padang lamun
merupakan sumberdaya laut yang penting baik secara ekologis maupun secara
ekonomis. Kandungan gizi dari lamun adalah air, abu, lemak, protein, dan
karbohidrat. Lamun juga memiliki banyak manfaat sebagai suatu komoditi.
Bioaktivitas lamun menunjukkan adanya antioksidan, senyawa flavonoid, fenol
hidrokuinon, steroid, tannin dan saponin yang mempunyai manfaat dan khasiat
masing-masing.

B. Saran
Saran yang dapat dilakukan untuk pembuatan makalah adalah untuk lebih
meningkatkan kerjasama kelompok dalam penulisan makalah agar makalah dapat
dibuat dengan sebaik-baiknya.
11

DAFTAR PUSTAKA

Azkab, H., M. 2006. Ada Apa dengan Lamun. Jurnal Oseana XXXI (3): 45 – 55
Fortes, M. D. 1990. Seagrasses: A Resource Unknown in the ASEAN Region.
Association of Southeast Asian Nations/United States Coastal Resources
Management Project Education Series 6.
Hartog, C. 1970. The Sea Grasses of The World. 12-15. North Holland
PublishingCompany. Amsterdam. ii+275h.
Hutomo. 1985. Telaah Ekologi Komunitas Ikan pada Padang Lamun di Teluk
Banten. Fakultas Pasca Sarjana. IPB, Bogor
Kaya. 2017. Komponen Zat Gizi Lamun Enhalus Acoroides Asal Kabupaten
Sopiori Provinsi Papua. KayaMajalah BIAM 13. 16-20.
Lanyon, J., C. J. Limpus, and H. Marsh. 1989. Dugongs and Turtles; Grazers in
the Seagrass System. In Biology of Seagrass. A treatles on the Biology of
Seagrass with a Special reference to the Australian Region. (Eds. A.W. D.
Larkum, A. J. McComb and S. A. Shepherd).
Lusiana Rosa Hutabarat. 2017. Jurnal Aktivitas Antioksidan dan Bioaktif dari
Ekstrak Lamun E. acoroides. Universitas Maritim Raja Ali Haji
PHILLIPS, R.C. and G. MENEZ 1988. Seagrasses. Smithsonian Inst. Press,
Washington. 193 pp.
Poiner, I. R., D. I. Walker, and R. G. Coles. 1989. Regional Studies-Seagrass of
Tropical Australia. In Biology of Seagrass: A Treatise on the Biology of
Seagrass with Special Reference to the Australian Region. (Eds A.W.D.
Larkum, A.J. McComb and S.A. Sheperd)
Rashed, M. A., L. Long, W. J. McKenzie, L. J. Roder, C. A. Roelofs, A. J. Coles
and R.G. Coles. 1995. Port of Karumbu. Seagrass Monitoring Baseline
Surveys. EcoPorts onograph Series Num. 4.
Tomascik, T, AJ Mah, A Nontji, and MK Moosa. 1997. The Ecology of
Indonesian Seas Part Two. Periplus Edition

Anda mungkin juga menyukai