Anda di halaman 1dari 35

EKOSISTEM LAMUN

Oleh

Hapsari Caturia Nita 1513024003


Monika Dian Tina 1513024051
Cempaka Sari C. 1513024041
Karunia Hartari 1513024075
Isyulianto Andika 1513024053
Anies Syahfitri 1513024045
Nurul Istiqomah 1513024079
Amirah Dinah Dianah 1513024059
Lamun (Seagrass) adalah tumbuhan tingkat tinggi (Anthophyta) yang
hidup dan tumbuh terbenam di lingkungan laut; berpembuluh, berimpang
(rhizome), berakar, dan berkembang biak secara generatif (biji)
dan vegetatif.

Padang lamun (Seagrass bed) yaitu hamparan tumbuhan


lamun yang menutupi suatu area pesisir/laut dangkal yang dapat
terbentuk oleh satu jenis lamun (monospecific) atau lebih (mixed
vegetation) dengan kerapatan tanaman yang padat (dense), sedang
(medium) atau jarang (sparse).

Ekosistem lamun (Seagrass ecosystem) adalah satu sistem (organisasi)


ekologi padang lamun, di dalamnya terjadi hubungan timbal balik antara
komponen abiotik dan komponen biotik hewan dan tumbuhan.
Ciri-ciri ekologis padang lamun antara lain
adalah:
1. Terdapat di perairan pantai yang landai, di
dataran lumpur/pasir.
2. Pada batas terendah daerah pasang surut
dekat hutan bakau atau di dataran terumbu
karang.
3. Mampu hidup sampai kedalaman 30 meter,
di perairan tenang dan terlindung.
4. Sangat tergantung pada cahaya matahari
yang masuk ke perairan.
5. Mampu melakukan proses metabolisme
secara optimal jika keseluruhan tubuhnya
terbenam air termasuk daur generatif.
6. Mampu hidup di media air asin.
7. Mempunyai sistem perakaran yang
berkembang baik.
Klasifikasi dan Morfologi Lamun

Lamun (seagrass) adalah tumbuhan yang memiliki


bunga (angiospermae) yang berbiji satu (monokotil)
dan mempunyai akar rimpang, daun, dan buah.

Tumbuhan lamun terdiri dari akar rhizome dan daun. Rhizome


merupakan batang yang terpendam dan merayap secara mendatar dan
berbuku-buku. Pada buku-buku tersebut tumbuh batang pendek yang
tegak ke atas,berdaun dan berbunga. Pada buku tumbuh pula akar
(Nontji,1993).

Lamun memiliki daun-daun tipis yang memanjang


seperti pita yang mempunyai saluran-saluran air
(Nybakken, 1992).
Klasifikasi & Morfologi Lamun
Berdasarkan Genus

1. Genus 2. Genus
Enhalus Halophila

3. Genus
7. Genus
Thalassia
LAMUN
Holodule

6. Genus 4. Genus
Syringodium Cymodocea

5. Genus
Thalassodendron
1. Genus Enhalus

Klasifikasi :
Divisi : Anthophyta
Kelas : Angiospermae
Subkelas : Monocotyledonae
Ordo : Helobiae
Famili : Hydrocharitaceae
Genus : Enhalus
Species : Enhalus acoroides*

“Tanaman tegak dengan daun sebanyak 2-5


helai dan rimpang kasar serta akar-akar yang
kuat. helaian daun berbentuk seperti pita
dengan panjang dapat mencapai 75 cm dan
lebar 1,0–1,5 cm. rimpang tebal mencapai 1
cm” BACK
2. Genus Halophila

Klasifikasi :
Kelas : Angiospermae
Subkelas: Monocotyledonae
Ordo : Helobiae
Famili : Hydrocharitaceae
Genus : Halophila
Species : Halophila decipiens
Halophila ovalis*
Hophila minor
Halophila spinulosa

“Daun berbentuk oval dan


mempunyai tangkai daun. Lebar daun
lebih dari 0,5 cm dan panjang
berkisar 1-4 cm, disertai dengan garis
– garis tulang daun yang tampak jelas
sebanyak 10 – 25 pasang” BACK
3. Genus Thalassia

Klasifikasi :
Kelas : Angiospermae
Subkelas : Monocotyledonae
Ordo : Helobiae
Famili : Hydrocharitaceae
Genus : Thalasia
Species : Thalassia hemprichii*

“Daun lurus dan sedikit melengkung, tapi daun tidak menonjol, panjang
5–20 cm, lebar mencapai 1 cm. Seludung daun tampak nyata dan keras
dengan panjang berkisar antara 3–6 cm. Rimpang keras, menjalar, ruas–
ruas rimpang mempunyai seludang”
BACK
4. Genus Cymodocea

Klasifikasi :
Kelas : Angiospermae
Subkelas : Monocotyledonae
Ordo : Helobiae
Famili : Cymodoceaceae
Genus : Cymodocea
Species : Cymodocea rotundata
Cymodocea serrulata

“Kenampakan lamun tampak ramping, daun


melengkung dan tidak mengecil kearah bagian
ujungnya, panjang 5 – 16 cm, lebar 2 – 4 cm,
pada bagian ujung daun melengkung ke dalam.,
tetapi ujung daunnya bergerigi dan tidak
melengkung kedalam, rimpang lebih keras”

BACK
5. Genus Thalassodendron

Klasifikasi :
Kelas : Angiospermae
Subkelas : Monocotyledonae
Ordo : Helobiae
Famili : Cymodoceaceae
Genus : Thalassodendron
Species : Thalassodendron ciliatum*

“Ujung daun membulat seperti gigi, tulang


daun lebih dari tiga, rhizoma nya
sangat keras dan berkayu, daun-daunnya
berbentuk sabit dimana agak
menyempit pada bagian pangkalnya
(Den Hartog 1970; Phillips & Menez
BACK
1988)”
6. Genus Syringodium

Klasifikasi :
Kelas : Angiospermae
Subkelas : Monocotyledonae
Ordo : Helobiae
Famili : Cymodoceaceae
Genus : Syringodium
Species : Syringodium
isoetifolium*

“Tumbuhan berukuran pendek. Daun silindris dan agak panjang,


mencapai 25 cm. Rimpang merayap”
BACK
7. Genus Halodule

Klasifikasi :
Kelas : Angiospermae
Subkelas : Monocotyledonae
Ordo : Helobiae
Famili : Cymodoceaceae
Genus : Halodule
Species : Halodule pinifolia*
Halodule uninervis

“Tumbuhan tegak. Daun langsing, panjang 5


– 20 cm, lebar mencapai 1,2 mm. ujung
tulang daun berwarna hitam dan bila diamati
lebih detil tampak cekungan berbentuk V.
Rimpang merayap”
Reproduksi Lamun

Lamun mempunyai 3 sistem pollinasi ( cara menghasilkan pollen ) :


1. Hydrophilous pollination, pollen dilepas ke laut dan disebarkan oleh
arus air laut.

2. Ephydrophily, pollen yang me-ngambang di permukaan air, dan


disebarkan melalui pasang surut. Contoh : Enhalus acoroides, pollen
bersifat subaerial ( bisa mengapung karena mengandung udara ), bunga
jantan akan memecah dan menyebarkan pollen ke reseptakel / penerima
bunga betina.

3. Dispersal, dimana pollen ber-bentuk spherik ( bola berduri pada


Hydrocharitaceae ) atau filiform (berbentuk bola pada Cymodoceaceae ),
Pembenihan dengan cara viviparous, yaitu menyebar secara horizontal,
bersama – sama dengan rhizoma dan akar, dan membentuk tanaman baru.
Siklus reproduksi tiga contoh spesies lamun: Setelah benih
disebarkan, mereka tersebar dari tanaman dengan gerakan air atau
hewan dimana mereka dapat merekrut ke daerah baru yang berjarak
beberapa kilometer. Tergantung pada banyak faktor biofisik seperti
arus, angin dan suhu, penyebaran dapat berkisar dari 10 hingga 30
hari (Collier andWaycott, 2009).
Fungsi dan Manfaat Lamun

 Fungsi lamun:
1. Sebagai produsen primer
2. Sebagai habitat biota
3. Sebagai penangkap sedimen
4. Sebagai pendaur zat hara
Manfaat Lamun

 Menurut Philips & Menez (1988), lamun juga sebagai


komoditi yang sudah banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat baik secara tradisional maupun secara
modern.
Secara Tradisional Secara modern
1. Digunakan untuk kompos dan 1. Penyaring limbah
pupuk
2. Cerutu dan mainan anak-anak 2. Stabilizator pantai
3. Dianyam menjadi keranjang 3. Bahan untuk pabrik kertas
4. Tumpukan untuk pematang 4. Makanan
5. Mengisi kasur 5. Obat-obatan
6. Ada yang dimakan 6. Sumber bahan kimia.
7. Dibuat jaring ikan
Luasan Lamun di Indonesia

 Sebaran lamun di dunia cukup luas mulai dari benua


Artik sampai ke benua Afrika dan Selandia Baru.

 16 jenis dari 7 marga diantaranya ditemukan di perairan


Asia Tenggara, dimana jumlah jenis terbesar ditemukan
di perairan Filipina (16 jenis)
Luasan Lamun di Indonesia
Luasan Lamun di Indonesia

Dua hipotesis yang saling bertolak belakang yang


digunakan untuk menjelaskan penyebaran lamun adalah
:
1. Hipotesis Vikarians
2. Hipotesis pusat asal usul
Luasan Lamun di Indonesia

• Hipotesis vikarians yang dikemukakan oleh McCoy dan Heck


(1976)
• Hipotesis ini didasari oleh lempeng tektonik, perubahan
iklim, dan juga pertimbangan ekologi seperti kepunahan dan
hubungan spesies-habitat.
• Berdasarkan penyebaran terumbu karang (sklerektinia),
lamun, dan mangrove, McCoy dan Heck ( 1976)
menyimpulkan bahwa : pola biogeography lebih baik
dijelaskan oleh keberadaan penyebaran biota secara luas
pada waktu sebelumnya yang telah mengalami perubahan
akibat kejadian tektonik, speciation, dan kepunahan,
bersama dengan geologi modern dan teori biogeografi.
Luasan Lamun di Indonesia

 Hipotesis pusat asal usul

Pola distribusi lamun dapat dijelaskan dari penyebarannya


yang merupakan radiasi yang berasal dari lokasi yang
memiliki keanekaragaman yang paling tinggi yang disebut
pusat asal usul (den Hartog, 1970).

Hipotesis ini berpendapat bahwa “Malinesia” (termasuk


kepulauan Indonesia, Kalimantan-Malaysia, Papua Nugini,
dan Utara Australia) merupakan pusat asal usul
penyebaran lamun. Mukai (1993) menunjukkan bahwa pola
penyebaran modern dari lamun di barat Pasifik merupakan
fungsi dari arus laut dan jarak dari pusat asal usul
Luasan Lamun di Indonesia

 Datanya menjelaskan bahwa jika mengikuti arus laut


utama yang berasal dari pusat asal usul (Malesia) dengan
keanekaragaman lamun tinggi, maka akan terjadi
penurunan keanekaragaman lamun secara progresif kearah
tepi (Jepang, Selatan Quensland, Fiji) yang memiliki lebih
sedikit jenis lamun tropis. Yang perlu dicermati bahwa
distribusi lamun sepanjang utara-mengalirnya Kuroshio
dan selatan-aliran timur arus Australia juga merefleksikan
gradient lintang. Hal lainnya adalah penyebaran lamun
sepanjang gradient ini juga dipengaruhi oleh temperatur.
Luasan Lamun di Indonesia

 Di Indonesia ditemukan jumlah jenis lamun sebanyak 12


jenis dari 7 marga
 Terdapat dua jenis lamun yang diduga ada di Indonesia
namun belum dilaporkan yaitu Halophila beccarii dan
Ruppia maritime
 Dari beberapa jenis yang ada di Indonesia, terdapat jenis
lamun kayu (Thalassodendron ciliatum) yang
penyebarannya sangat terbatas dan terutama di wilayah
timur perairan Indonesia
 Dari sekitar 60 jenis lamun di seluruh dunia, 12 jenis
diantaranya dapat ditemukan di Indonesia
Luasan Lamun di Indonesia

 Propinsi Sulawesi Utara 5 jenis lamun


 Blonko 5 jenis lamun
 Selat Lembeh menemukan 8 jenis lamun
 Perairan Tanjung Merah Bitung 7 jenis lamun
 Kabupaten Minahasa Selatan 8 jenis lamun
 Pulau Talise 7 jenis lamun
 Perairan Tandurusa 4 jenis lamun
 Mokupa 4 jenis lamun
 Boyong Pante 3 jenis lamun
Zonasi
Lamun

Zona intertidal
Zona intertidal bawah

Tumbuhan pionir
yang didominasi
oleh Halophila Didominasi oleh
ovalis, Cymodocea Thalassodendron
rotundata dan ciliatum
Holodule pinifolia.
Komunitas
Lamun

Padang lamun Padang lamun


monospesifik campuran
(monospesifik (mixed seagrass
seagrass beds) Padang lamun beds)
Asosiasi 2 atau 3
spesies

•Umumnya terdiri dari


•Hanya terdiri dari 1 sedikitnya 4 dari 7 spesies
spesies •Tetapi dalam kerangka
• Keberadaannya hanya •Terdiri dari 2 struktur komunitasnya,
bersifat temporal dan selalu terdapat asosiasi
sampai 3 spesies spesies Enhalus acoroides
biasanya terjadi pada phase
pertengahan sebelum •Lebih sering dengan Thalassia
menjadi komunitas yang dijumpai hemprichii (sebagai spesies
stabil (padang lamun dibandingkan lamun yang dominan),
campuran). dengan kemelimpahan
.
padang lamun lebih dibanding spesies
monospesifik lamun yang lain
•. •.
Faktor Abiotik yang Mempengaruhi
Ekosistem Padang Lamun
1. Temperatur
2. Salinitas
3. Intensitas Cahaya
4. Arus
5. Kandungan Oksigen
6. Substrat
Interaksi Pada Ekosistem Lamun

 Pada daerah padang lamun organisme melimpah karena


lamun digunakan sebagai perlindungan dan
persembunyian dari predator dan kecepatan arus.

 Sebagai tempat hidup alga, kerang-kerangan,


ekinodermata, udang dan berbagai jenis ikan.
Regulasi Transpor
 Lamun sebagai tumbuhan yang hidup terendam di
perairan pesisir melakukan fotosintesis dengan
memanfaatkan gas CO2 yang yang terlarut di kolom air
(dissolved inorganic carbon/DIC) sehingga lamun dapat
mereduksi CO2

 Hal ini menunjukkan adanya kemampuan ekosistem


lamun menenggelamkan (sink) CO2 dari atmosfer ke
laut (dengan mekanisme adanya perbedaan tekanan
parsial dari atmosfer ke laut) untuk fotosintesis yang
kemudian tersimpan baik dalam bentuk biomassa lamun
itu sendiri maupun tersimpan di dasar perairan atau
sedimen
Kondisi Lamun di Indonesia
Tabel Status Padang Lamun
Kondisi Penutupan (%)
Baik Kaya/Sehat ≥ 60
Rusak Kurang Kaya/Kurang 30-59,9
Sehat
Miskin/Tidak Sehat ≤ 29,9

Kondisi Lamun 2015-2016


Ancaman Kerusakan Lamun

1. Gangguan alam.
Ex: fenomena alam seperti tsunami, letusan
gunung Merapi, siklon.

2. Gangguan dari aktivitas manusia.


Kerusakan fisik
Pencemaran laut
Penggunaan alat tangkap tak ramah lingkungan
Tangkap lebih
Perlindungan Ekosistem Padang Lamun

1. Mendukung penetapan wilayah


laut yang dilindungi MPAs (Marine
Ptotected Area) atau perlindungan
laut.
2. Mendukung pelaksanaan dan
implementasi hukum perikanan.
3. Menginformasikan kepada
rnasyarakat sekitar tentang
pentingnya lamun dan bagairnana
menjaga ekosistem lamun.
4. Tidak mencemari area pesisir laut.
5. Melindungi lamun

Anda mungkin juga menyukai