Email :noviapermata.2018@student.uny.ac.id
PENDAHULUAN
Di berbagai wilayah pesisir Indonesia, terdapat tiga ekosistem khas yang saling terkait, yaitu
padang lamun, mangrove, dan terumbu karang. Ketika ketiga ekosistem ini berada di suatu
wilayah, maka padang lamun berada di tengah-tengah di antara ekosistem mangrove yang
berhubungan dengan daratan dan ekosistem terumbu karang yang berhubungan dengan
laut dalam. Sebagaimana mangrove dan terumbu karang, padang lamun juga merupakan
ekosistem penting bagi kehidupan di laut maupun di darat. Padang lamun merupakan salah
satu mata rantai bagi kehidupan akuatik, karena itu merusak dan menghilangkan padang
lamun berarti akan memutus satu mata rantai kehidupan (Eki, Sahami, & Hamzah, 2013).
Ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem bahari yang produktif, selain
sebagai sumber produktifitas primer di perairan juga memiliki arti penting bagi hewan yang
hidup di area padang lamun, diantaranya menyediakan daerah perawatan (nursery area)
bagi banyak spesies yang menyokong perikanan laut lepas, dan untuk habitat lainnya,
seperti rawa payau, terumbu karang, dan hutan mangrove (Maabuat, 2012).
Lamun adalah tumbuhan berbunga (angiospermae) yang hidup dan tumbuh di laut
dangkal, mempunyai akar, rimpang (rhizome), daun, bunga dan buah serta berkembang
biak secara generatif (penyerbukan bunga) dan vegetatif (pertumbuhan tunas) (Yusniati,
2003).
Karena fungsi lamun tak banyak dipahami, banyak padang lamun yang rusak oleh
berbagai aktivitas manusia. Luas total padang lamun di Indonesia semula diperkirakan
30.000 km2, tetapi kini diperkirakan telah menyusut 30-40%. Kerusakan ekosistem lamun,
antara lain, karena reklamasi dan pembangunan fisik di garis pantai, pencemaran,
penangkapan ikan dengan cara destruktif (bom, sianida, pukat dasar), dan tangkap lebih
(over-fishing) (Jesajas, n.d.).
Di wilayah perairan Indonesia tercatat ada 13 jenis lamun yang telah teridentifikasi
(Kiswara, 1994 dalam Susetiono, 2004), di dunia ada 58 jenis lamun ( Kuo dan McComb,
1989 dalam Kiswara dan Winardi, 1999). Pada tahun 2007 ditemukan jenis Halophila
sulawesii oleh John Kuo di Kepulauan Spermonde Sulawesi Selatan dan jenis ini masuk
dalam daftar tumbuhan endemik. Hal ini menunjukkan bahwa di perairan Indonesia masih
terkandung sumberdaya lamun yang belum tereksplorasi, sehingga perlu terus
dilaksanakan pengkajian (Maabuat, 2012).
PEMBAHASAN
Di wilayah perairan Indonesia tercatat ada 13 jenis lamun yang telah teridentifikasi,
yaitu Enhalus acoroides, Halophila ovalis , Halophila minor, Halophila decipiens,
Halophila spinulosa, Halophila beccarii, Cymodocea rotundata, Cymodocea
serrulata, Syringodium isoetifolium, Halodule uninervis, Halodule pinifolia, Thalassia
hempricii, dan Thalassodendron ciliatum . Berikut akan dibahas 7 jenis lamun yang
sudah teridentifikasi di Perairan Indonesia :
1. Enhalus acoroides
Ciri-ciri :
Daun berdiri tegak, panjang dan seperti pita, memiliki 2-5 helai yang menyerupai
pita dengan panjang berkisar 12–30,2 cm sedangkan lebar kisaran 1,3–1,5 cm.
Pada rimpang terdapat akar- akar yang banyak (Maabuat, 2012).
2. Cymodocea rotundata
Ciri-ciri :
Habitus perairan dangkal dengan tipe substrat pasir halus, daun berwarna hijau,
berbentuk oval, panjang daun 0,9-1,5 cm, lebar daun 1 cm. Tepi daun halus,
memiliki ibu tulang daun dengan 10-25 anak tulang daun yang menyirip, panjang
tangkai daun 3 cm, jarak antar nodus 1,5 cm, tiap nodus ada dua tegakan, terdiri
dari satu helai daun, akar berwarna kuning kecoklatan, akar tunggal ditiap nodus
(Jesajas, n.d.).
7. Thalassia hempricii
Eki, Y., Sahami, F., & Hamzah, N. (2013). Kerapatan dan Keanekaragaman Jenis
Lamun di Desa Ponelo , D = ∑ Pi2 D ’ = 1 - D D = v. 1(September).
Jesajas, D. (n.d.). Issn 2086 – 1516 analisis jenis-jenis lamun ( seagrass ) di perairan
kampung yendidori kabupaten biak numfor 1. (218).
Kiswara, W., & Hutomo, M. (1985). Habitat Sebaran Geografik Lamun. Oseana,
10(1), 21–30.
Maabuat, P. V. (2012). Keanekaragaman Lamun di Pesisir Pantai Molas, Kecamatan
Bunaken Kota Manado (Biodiversity of Seagrass on Molas Seashore in Bunaken
Subdistrict, Manado). Jurnal Bios Logos, 2(1).
https://doi.org/10.35799/jbl.2.1.2012.376
Rawung, S., Tilaar, F. F., & Rondonuwu, A. B. (2018). Inventarisasi Lamun di
Perairan Marine Field Station Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unsrat
Kecamatan Likupang Timur Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal Ilmiah Platax,
6(2), 38–45.
Yusniati. (2003). Jenis-jenis lamun di perairan laguna tasilaha dan
pengembangannya sebagai media pembelajaran biologi. 13–22.