SKRIPSI
Oleh :
OKTIYAS MUZAKY LUTHFI
SKRIPSI
Oleh :
ii
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : K2D098235
Mengesahkan :
Pembimbing I Pembimbing II
iii
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : K2D098235
Mengesahkan :
Ir. Dwi Haryo Ismunarti, M.Si Ir. R. Ario, M.Sc Ir. Agus Indardjo, M.Phill
NIP. 131 993 342 NIP. 131 675 260 NIP. 131 675 940
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Dengan ini saya, Oktiyas Muzaky Luthfi menyatakan bahwa karya ilmiah/
skripsi ini adalah asli karya saya sendiri dan karya ilmiah ini belum pernah
diajukan sebagai pemenuhan persyaratan untuk memperoleh gelar kesarjanaan
strata satu (S1) dari Universitas Diponegora maupun perguruan tinggi lain.
Semua informasi yang dimuat dalam karya ilmiah ini yang berasal dari
penulis lain baik yang dipublikasikan atau tidak telah diberikan penghargaan
dengan mengutip nama sumber penulis dengan benar dan semua isi dari karya
ilmiah / skripsi ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya sebagai penulis.
v
Persembahan2
vi
ABSTRAK
vii
ABSTRACT
Panjang Island located in West of Jepara has good coral reef. Primarily
hermatypic corals of order Scleractinia build coral reefs in Panjang Island. During
the time, this island function as recreation place and as natural laboratory, that
exploited by many people. Those activities made coral reefs in the Panjang Island
under threat and damage, although natural factor can cause damage too.
Objective of this research are to find out spatial distribution of stony corals
based on environmental characteristic and community structure of hermatypic
corals at Panjang Island, Jepara.
This research was done in January - June 2003 at Panjang Island, Jepara.
This research use survey / descriptive method and the research items are stony
coral which identified until species classification. The line transects were run
under water with SCUBA apparatus, at seven stations. A total of 186 transects
were surveyed at Panjang island. Each transect was 10m long, i.e., 1860m of reef
were measured and recorded. The transects were run along depth contours parallel
to the shore, started from first time found stony coral until deepness not be found
corals, at fixed interval of 5m. Geographical position determined with GPS.
Result shows that total wide of Panjang Island is 19, 73 ha with 31, 2 ha is
coral reef area consist of 23, 8 ha life corals, and 7, 4 ha is dead corals. Stony
coral habitat in Panjang Island spread over zones, back-reef, reef flat, reef crest,
reef slope and fore-reef slope
Analysis with Correspondence Analysis (CA) shows 4 groups of spatial.
Group I (St. 1 and 7) are distinguished by visibility and medium speed current,
have association with Acropora aspera, Porites cylindrica, Favia pallida,
Goniopora stokesi, Pectinia paeonia and Platygira verweyi. Group II (St. 3) is
distinguished by sedimentation, have association with Porites lutea, Galaxea
fascicularis and Cyphastrea chalcidicum. Group III (St. 2 and 4) are distinguished
by depth and current, have association with Hydnophora rigida, Montipora
venosa, Podabacia crustacea, Porites lobata and Acropora minuta. Group IV (St.
5 and 6) are distinguished by low visibility, rapidly current and big wave, have
association with Symphyllia recta, Acropora humilis, Favites abdita and Platygira
sinensis. The average of value coral diversity index (H') is 3, 28; coral evenness
index (E) is 0, 71; and coral dominant index (C) is 0.01.
In generally environmental physical variable those influence spatial
distributions of stony coral are: depth, sedimentation, current and visibility.
viii
KATA PENGANTAR
1. Ir. Munasik, M.Sc dan Ir. Chrisna A. S, M.Phill, selaku pembimbing I dan
II, yang selama ini telah memberi arahan kepada penulis sehingga laporan
skripsi ini dapat terselesaikan.
2. Ir. Dwi Haryo Ismunarti, M.Si, Ir. R. Ario, M.Sc dan Ir. Agus Indardjo,
M.Phill selaku penguji.
3. Kedua orang tua beserta adik yang selalu memberikan motivasi dan
semangat
4. Rery Siskawan, S. Sos, yang mengharuskan lulus
5. MDC atas ilmu dan pengalaman yang telah diberikan
6. Rahmat Tri A. N, Wahyu Sigit dan Diki Hermansyah, satu tim proyek
‘eksploitasi karang’
Penulis menyadari bahwa laporan ini sangat sederhana dan masih jauh
dari sempurna, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis menerima semua
kritik dan saran demi perbaikan tulisan ini. Sebagai akhir kata, mudah-mudahan
skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xv
x
4.1.2. Sebaran Koloni Karang Keras Tiap Stasiun
Penelitian dan Kondisi Oseanografi Perairan Pulau
Panjang ....................................................................... 31
4.1.3. Komposisi dan Tutupan Karang Keras di Pulau
Panjang........................................................................ 40
4.1.4. Indek Keanekaragaman, Keseragaman, dan
Dominansi Karang Keras di Pulau Panjang ................ 41
4.1.5. Zonasi dan Distribusi Karang Keras di Pulau
Panjang, Jepara............................................................ 42
4.1.6. Variasi Spasial Karakteristik Fisik-Biologi ................ 44
4.1.7. Sebaran Spasial Spesies Karang.................................. 45
4.1.8. Similaritas Antar Stasiun Pengamatan ........................ 47
4.2. Pembahasan ............................................................................ 47
4.2.1. Kondisi Umum Faktor Oseanografi Perairan Pulau
Panjang........................................................................ 47
4.2.2. Komposisi dan Tutupan Karang Keras di Pulau
Panjang ....................................................................... 49
4.2.3. Indek Keanekaragaman, Keseragaman dan
Dominansi Karang Keras di Pulau Panjang ............... 52
4.2.4. Zonasi Dan Distribusi Karang Keras di Pulau
Panjang, Jepara............................................................ 53
4.2.5. Sebaran Spasial Spesies Karang Keras Berdasarkan
Variabel Fisik-Biologi................................................. 54
LAMPIRAN................................................................................................... 65
xi
DAFTAR TABEL
5. Habitat Karang Keras pada Setiap Zona, Back-Reef, Reef Flat, Reef
Crest, Reef Slope dan Fore-Reef Slope, di Pulau Panjang, Jepara....... 42
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
14. Nilai Indeks Keanekaragaman (H’), Indeks Keseragaman (E),
Indeks Dominansi (C) pada Setiap Stasiun Pengamatan di Perairan
Pulau Panjang, Jepara.......................................................................... 42
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
1
BAB I
PENDAHULUAN
km2 atau 750.000 ha, penghitungan luasan ini dengan cara mengasumsikan bahwa
45% dari garis pantai di seluruh Indonesia adalah dibatasi oleh terumbu karang
(hanya fringing reef saja) dan diambil rata-rata lebar dari fringing reef adalah 200
mempunyai fringing reef berada beberapa kilometer dari tepi pantai, sebagai
contoh Pulau Keramaian yang berada di sebelah timurlaut Laut Jawa mempunyai
garis pantai sepanjang 15 km, akan tetapi fringing reef yang ada di pulau tersebut
kebanyakan berada pada radius 4 km dari garis pantai pulau. Tentunya masih
kelemahan dari metode pengukuran yang diambil diatas maka Tomascik et al.
angka pendekatan total luasan terumbu karang di Indonesia adalah 85.700 km2,
atau kira-kira luasan ini setara dengan 14% dari luasan terumbu karang dunia.
Jepara merupakan salah satu pulau kecil yang memiliki karang yang cukup bagus.
Karang yang berada di pulau ini bertipe terumbu karang tepi atau fringing reef.
1
2
dapat mengurangi laju abrasi maka keberadaan terumbu karang di pulau ini juga
berfungsi sebagai tempat tinggal berbagai jenis biota laut, seperti ikan dan biota
asosiasi lainnya. Karang keras (scleractinia) adalah salah satu pembentuk terumbu
karang yang utama. Scleractinia (Sclera = keras, actinia = sinar) pada umumnya
karang. Polip scleractinia mempunyai septa yang mengikuti pola mesentari karang
terhadap masa daratan yang menyusun pulau tersebut. Secara ekologi adanya arus
Adanya pola arus, pola pasang surut, dan sedimentasi diduga sebagai faktor
Sebaran karang secara umum ada dua yakni secara vertikal dan horisontal, kedua
dasar perairan, jumlah spesies karang dan persen penutupan karang. Selanjutnya
seberapa besar pengaruh variabel fisik terhadap variabel biologi dan terhadap
sebaran alamiah karang keras di Pulau Panjang dapat dianalisa dan dijadikan
3
tersebut. Langkah awal program rehabilitasi karang adalah pemetaan jenis karang
keras dan pencatatan luasan terumbu karang yang ada di perairan Pulau Panjang.
Langkah ini akan memudahkan untuk melakukan kontrol kondisi terumbu karang
Pulau Panjang selama ini bisa dikatakan sebagai zona pemanfaatan yang
sangat bagus, hal ini dikarenakan pulau ini merupakan salah satu pusat tujuan
banyak pihak sebagai tempat penelitian, sekaligus tempat penyelaman yang cukup
karang keras diperairan tersebut. Daerah perairan terumbu karang secara garis
besar pada dua keadaan, yaitu lokasi yang selalu tergenang air (submerged), dan
lokasi yang hanya sewaktu-waktu saja tergenang air (intertidal) (Atmadja, 1999).
dapat memberikan gambaran sebaran karang keras baik secara vertikal maupun
sehingga penelitian ini difokuskan pada identifikasi jenis atau spesies karang
keras, sebaran spasial karang keras dengan karakteristik habitatnya dan stuktur
Jepara.
informasi dasar pembuatan data base dan pembuatan GIS, di Perairan Pulau
keadaan terumbu karang oleh para pengambil kebijakan sehingga dapat dijadikan
dengan terus mengacu pada kemampuan alami yang dimiliki oleh pulau tersebut.
5
Kondisi perairan :
1. Kecerahan
2. Kedalaman
Zonasi Karang Keras di
3. Sedimen
Perairan Jepara
4. Pasang surut
5. Bentuk topografi
dasar perairan
Pengolahan data
Analisa data
Kesimpulan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Komunitas ini berbeda karena pada setiap karang dibatasi oleh garis tipis yang
yang dihasilkan oleh karang dari filum Cnidaria, kelas Anthozoa, ordo
penghasil kapur (Sub Filum Cnidaria), pembentuk utama terumbu karang adalah
scleractinia atau karang batu kapur, dimana sebagian besar dari karang tersebut
adalah spesies alga bersel tunggal yang melakukan fotosintesis. Karang dan
5
6
pembentukan CaCO3 belum diketahui jelas, akan tetapi ada sebuah pendekatan
tabung dengan mulut di bagian atas dan mulut ini juga berfungsi sebagai anus
struktur skeleton yang sangat komplek dan ukuran dari polip karang sangatlah
bervariasi dari yang berukuran milimeter hingga lebih dari 50 cm, tergantung dari
jaringan yang berada di luar dinding dari polip dan endoderm (gastrodermis)
merupakan jaringan yang berada di dalam dinding polip dan melapisi coelenteron
(tubuh polip). Bagian rangka karang terdiri dari corallite yakni mangkok kecil
yang merupakan kerangka kapur dan berfungsi sebagai penyangga agar jaringan
dapat berdiri tegak. Bagian dari koralit berupa timbunan kapur di sekeliling
dinding tubuh polip disebut theca, dan bagian punggung atas dengan bentuk
tersusun secara radial, tegak lurus dengan lempeng dasar dinamakan septa, dan
7
septa yang menjalar keluar dinding dari koralit dan melingkupi coenosteum
dikenali sebagai costae. Beberapa spesies mempunyai lubang yang berada dipusat
Secara umum binatang karang berkembang biak dengan dua cara yakni,
dua cara yaitu, perkawinan di luar tubuh polip (spawning) dan perkawinan di
stres dapat juga melakukan polyp bail out (Harrison dan Wallace, 1990). Selain
dengan pembentukan tunas yang akan menjadi individu baru. Binatang karang
penyebaran larva dan untuk perbiakan genetis atau cross breeding (Veron, 1986).
berfotosintesis adalah tergantung dari diameter polip karang itu sendiri. Hal ini
dengan diasumsikan bahwa karang yang mempunyai polip besar lebih bersifat
karnivor (lebih bersifar heterotropik) dari pada karang dengan polip kecil, yang
sehingga plankton akan sulit masuk kedalam polip karang S. pistillata dan hal ini
E. gammacea memiliki polip lebih besar sehingga dia lebih mudah menarik
1997).
langsung, contohnya karang bercabang tumbuh lebih cepat daripada karang yang
berbentuk tubular atau masif. Karang bercabang tersebut tumbuh keatas dan lebih
tinggi, hal ini mengakibatkan karang masif mati karena kekurangan cahaya.
Persaingan secara langsung terjadi pada spesies yang tumbuh lambat, mereka
gastrovaskuler sehingga apabila ada jaringan hidup dari koloni spesies karang lain
adalah :
9
1. Acropora
lain-lainnya. Ciri khas dari marga ini adalah mempunyai axial koralit (pada
ujung cabang) dan radial koralit (yang mengelilingi cabang). Bentuk radial
2. Alveopora
sangat porous hampir seperti spon sehingga sangat ringan. Koralit dengan
3. Favia
dengan ukuran yang bervariasi. Septa berkembang baik dengan gigi-gigi yang
teratur.
4. Favites
poligonal. Tidak terlihat adanya pusat koralit. Septa berkembang baik dengan
5. Galaxea
dinding tipis dan septokosta terlihat merupakan lajur yang jelas. Kolumela
10
kecil atau tidak ada. Septa pertama besar atau menonjol dan keluar serta
tajam.
6. Goniastrea
Koloni massive dan beberapa berupa lembaran atau merayap. Koralit cerioid
memanjang cenderung meandroid. Septa selalu dengan pali yang nyata dan
7. Goniopora
Koloni dibedakan menjadi tiga grup yaitu yang hidup bebas, berbentuk gada
massive, dan mendatar atau merayap. Koralit relatif besar dan tebal. Septa dan
8. Lobophylia
atau mendatar. Koralit dengan kosta yang nyata berupa ulur-ulur besar. Septa
besar dengan gigi-gigi yang panjang dan tajam, dan sebagian lagi tumpul.
9. Montipora
10. Pavona
merayap atau berbentuk daun yang tipis. Koralit tidak mempunyai dinding
yang jelas. Septokosta antara koralit yang berdekatan saling bersatu dengan
dominan.
11. Pectinia
12. Platygyra
dengan alur yang memanjang dan ukuran sedang. Pali tidak berkembang.
13. Pocillopora
disebut verrucosae.
14. Porites
lembaran. Koralit kecil cerioid. Septa saling bersatu dan membentuk stuktur
yang sangat khas yang dipakai untuk identifikasi jenis. Ciri khas ini antara
12
lain adanya tiga septa yang bergabung menjadi atu disebut triplet dengan satu
pali.
15. Stylophora
septa terlihat jelas, diantara koralit ditutupi duri-duri kecil. Stylophora hanya
16. Symphylia
Koloni berbentuk massive dengan bentuk meandroid. Septa besar, tebal, kuat
dengan gigi-gigi yang tajam. Alur dengan kolumela yang berupa lembaran
yang berdiri tegak dengan alur. Antara mulut yang satu dengan yang lain
1. Cahaya, intensitas cahaya matahari yang cukup harus tersedia agar proses
dari kebutuhan akan cahaya, hal ini yang menyebabkan adanya variasi dalam
gelombang besar memberikan sumber air segar, oksigen, plankton baru untuk
koloni.
4. Sedimentasi, adalah faktor yang sering dihubungkan dengan aliran air tawar.
5. Salinitas, karang hermatipik tidak dapat bertahan pada salinitas yang terlampu
6. Kisaran pasang surut, faktor ini menyebabkan adanya zonasi terumbu karang.
Semakin besar kisaran pasang surut maka zona pertumbuhan karang semakin
besar.
8. Suhu, karang hermatipik tumbuh pada perairan dengan suhu diatas 18oC.
untuk tumbuh.
karang tepi (fringing reef), terumbu penghalang (barrier reef) atau atol (atoll)
karang terhadap faktor-faktor lingkungan amatlah besar, maka tidak heran apabila
Reef matrix 25
Island
50
Digambar ulang
Tomascik dari
et. al, Tomascik, et al. (1997)
(1997)
Gambar 2. Kenampakan melintang secara umum pada tipe karang tepi yang
memperlihatkan susunan geomorfologi/zona-zona ekologinya.
Apabila dilihat secara umum ke arah vertikal maka zonasi dasar karang
dibagi menjadi lima zonasi dasar : 1) fore-reef slope; 2) reef slope; 3) reef crest;
4) reef flat; dan 5) back reef (Gambar 2.). Fore-reef slope, merupakan zona
paling dalam dari karang, arus adalah faktor lingkungan yang mendominasi selain
16
dari cahaya. Biota didominasi oleh gorgonian (Gorgonacea) dan akar bahar
Fungia (Mapstone, 1990). Reef slope dan reef crest, merupakan daerah yang
rotiformis, dan famili Acroporidea mewakili karang jenis bercabang. Reef crest
dan reef flat banyak didominasi oleh Acropora dan Porites. Diantara kedua daerah
pecahan karang ini ada dua, yakni karena terkena dampak bom dan terbentuk oleh
alam.
berada pada dua keadaan, yaitu lokasi yang selalu tergenang air (submerged) dan
lokasi-lokasi yang hanya sewaktu-waktu saja tergenang air (lokasi pasang surut
atau intertidal. Lokasi-lokasi yang selalu tergenang antara lain adalah : reef
slopes, moats, lagoons, dan saluran-saluran penghubung atau kanal tempat keluar
pada saat pasang antara lain adalah : reef flat, pantai batas rataan terumbu dan
karang hidup, dan atau mati, rumput laut atau lamun, rataan pasir dan karang mati
17
dimana terminologi untuk kedua biota tersebut dapat berlaku umum dan kunci
identifikasi karang adalah terminologi yang tidak dapat berlaku secara umum
untuk semua jenis karang (Suharsono, 1996). Menurut Well (1954) dalam
BAB III
keras sampai tingkat spesies pada setiap stasiun pengamatan. Alat dan bahan yang
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau
18
19
untuk mengetahui tentang gambaran umum keadaan fisik perairan dan kondisi
terumbu karang yang berada di perairan Pulau Panjang. Orientasi darat juga
alam yang ada dan memberikan gambaran secara umum vegetasi serta morfologi
informasi posisi geografis setiap stasiun pengamatan yang dilakukan. Tujuh titik
luas habitat terumbu karang dan tingkat keanekaragaman jenis karang keras yang
(Loya, 1972), yang telah dimodifikasi sesuai dengan keadaan di lapangan. Yaitu
menggunakan transek garis sepanjang 10 meter dengan jarak antar transek adalah
5 meter, serta diletakkan sejajar garis pantai, mengikuti kontur dasar perairan, dan
22
dimulai dari pertama kali karang keras ditemukan sampai kedalaman tidak
ditemukan karang.
komunitas terumbu karang tersebut (English et al., 1994). Data diperoleh dengan
menurut data kepadatan karang di setiap stasiun pengamatan yang akan diteliti.
bawah tali transek diukur mengikuti pola pertumbuhan koloni karang. Pengukuran
arus, dan laju sedimentasi diambil langsung di lapangan (in situ), sesuai dengan
stasiun yang ada. Waktu pengambilan data pada saat air laut surut (siang hair).
Data pasang-surut diperoleh dari PT. (PERSERO) Pelabuhan Indonesia III Tg.
23
Emas, Semarang.
disetiap titik stasiun pengamatan. Untuk kedalaman perairan kurang dari 1,5 m
menjadi satu dengan SCUBA Set. Kecerahan perairan diukur dengan secchi disk,
meletakkan tiga buah sediment trap di setiap stasiun di sela-sela karang keras.
Sedimen yang tertampung selanjutnya disaring dan dijemur. Sedimen yang sudah
kering diletakkan di atas aluminum foil yang sudah ditimbang terlebih dahulu,
kemudian dioven pada suhu 105oC, selama 5 jam. Rumus yang dipergunakan
untuk mengukur laju sedimentasi adalah sesuai dengan APHA, 1976 dalam
10.000(a b)
Laju sedimentasi = 2
gram / m 2 / hari ........................... (1)
d
2
Dimana :
dengan mentracking sekeliling pulau dengan bantuan GPS Garmin e-Trex III.
24
Pada setiap 10 langkah ketika mengelilingi Pulau Panjang, data posisi geografis
disimpan di dalam GPS, juga dilakukan pencatatan posisi geografis lokasi stasiun
pengamatan. Data yang diperoleh dari lapangan kemudian diolah dengan bantuan
Surfer. 7.0 dan untuk memperoleh data luasan terumbu karang di Pulau Panjang
li
ni = x 100 ................................................. (2)
L
Dimana :
0 – 25 Kritis/rusak sekali
26 – 50 Rusak
51 – 70 Sehat
71 – 100 Sehat sekali
keanekaragaman :
n
H’ = - Pi
i 1
log2 Pi ; Pi =ni/N ........................ (3)
Dimana :
Jika H’ = 0 maka komunitas terdiri dari satu jenis /spesies tunggal dan
26
H'
E= ; H’max = log 2 S ........................... (4)
H max
Dimana :
mendekati 0, spesies tidak banyak ragamnya, ada dominasi dari spesies tertentu
jumlah individu yang dimiliki antar spesies tidak jauh berbeda, tidak ada dominasi
n n
C= Pi 2 =
i 1
(ni N ) 2
i 1
................................. (5)
Dimana :
C = Indeks dominansi
dominan, komunitas dalam keadaan stabil, dan bila C mendekati 1, ada dominasi
dari spesies tertentu, komunitas dalam keadaan labil dan terjadi tekanan pada
ekosistem.
Analisis Komponen Utama (Legendre dan Legendre, 1983) dan untuk melihat
sebaran spasial spesies karang keras antar stasiun, serta interakasinya dengan
BAB IV
4.1. Hasil
berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Sebagai pulau kecil yang ditumbuhi
target), ikan demersal dan krustasea banyak ditemukan di wilayah ini. Contoh
boenak), dan ikan kakatua (Scarus sp), sedangkan contoh ikan demersal adalah
bandeng laut (Chanos chanos), ikan kakap (Later carcarifer), dan ikan petek
(Apogon sp). Contoh dari krustasea yang paling sering dijumpai adalah rajungan.
Sehingga pulau ini menjadi tujuan bagi nelayan sekitar maupun dari daerah lain
sebagai daerah penangkapan ikan (fishing ground). Alat tangkap yang sering
digunakan oleh nelayan umumnya berjenis gill-net, pancing dan bagan tancap
Pengembangan Wilayah Pantai), Jepara. Pada bagian sisi selatan Pulau Panjang,
terdapat bangunan dermaga yang sudah tidak dipergunakan lagi dan sebagai
29
30
gantinya dibangun dermaga baru yang terletak di sebelah timur pulau. Total luas
Pulau Panjang adalah 197.257,33 m2 atau 19,73 ha, dan mempunyai luasan daerah
23,8 ha berupa karang hidup dengan penyusun terumbu karang lainnya, serta
73.398,67 m2 atau 7,4 ha berupa karang mati, pecahan karang dan komponen
abiotik. Penyusun terumbu karang lainnya yang dapat ditemui adalah sponge, turf
algae, makro algae, coraline algae dan anemon serta karang biru (Heliopora
coerulea). Hewan yang banyak dijumpi pada ekosistem karang, antara lain : lili
laut, bulu babi, kelinci laut, dan berbagai jenis ikan karang.
Jepara, dimana secara geologis wilayah ini mempunyai satuan morfologi dataran
Panjang disusun oleh sedikit humus dan satuan endapan alluvial. Endapan alluvial
terdiri atas kerakal, kerikil, pasir, lempung, pecahan koral, dan batu apung. Satuan
ini berupa endapan pantai dan endapan rawa. Endapan pantai didominasi oleh
klastika lepas bercampur dengan pecahan cangkang moluska, batu gamping koral
dan sisa tumbuhan berukuran butir kerakal hingga pasir berwarna putih hingga
kuning keruh. Sedangkan endapan rawa terdiri dari lempung hitam, lumpur dan
Tabel 3.
31
Stasiun Pengamatan
Kondisi Perairan
1 2 3 4 5 6 7
banyak dijumpai di daerah ini, seperti Caulerpa sp, Halimeda sp (alga berkapur),
Sargassum sp, Padina sp, dan Turbinaria sp. Stasiun Pengamatan 7 mempunyai
subtrat pasir, sehingga di daerah ini banyak sekali ditemukan tumbuhan lamun
karang lunak (soft coral) jenis Sarcophyton sp dan Sinularia sp yang terdapat
pada kedalaman 5 - 6 m. Pada kedalaman ini pula terdapat sponge dan juga koral
jenis Junceella sp. Pada Stasiun Pengamatan 4 banyak ditemukan makro alga
Tabel 4. Sebaran koloni karang keras pada setiap stasiun pengamatan di perairan
Pulau Panjang, Jepara
spesies karang keras yang masuk kedalam 13 famili karang Scleractinia. Spesies
45
38.75
40
35
30
Persentase
25 19.92
19.36 19.08
20 16.84
14.96 14.33
15
9.45
10
5
0
1 2 3 4 5 6 7 RERATA
Stasiun pengamatan
Gambar 13. Tutupan karang keras pada setiap stasiun pengamatan di perairan
Pulau Panjang
Panjang adalah 3,28; nilai Indeks Keseragaman (E) adalah 0,71; Nilai Indeks
Dominansi (C) adalah 0.01. Nilai Indeks Keanekarangaman berkisar antara 2,364-
42
4.00
4 3.69 3.61 3.57
3.28
3.08
3 2.64
2.36 C
Persentase
H'
2
E
Stasiun
ditemukan lengkap 5 zona karang keras yaitu back-reef, reef flat, reef crest, reef
Tabel 5. Habitat karang keras pada setiap zona, back-reef, reef flat, reef crest,
reef slope dan fore-reef slope, di Pulau Panjang, Jepara.
Back-reef
Acopora aspera + - - - - - -
Cyphastrea chalcidicum - - - + - - -
43
Lanjutan Tabel 5.
(I) (II) (III) (IV) (V) (VI) (VII) (VIII)
Favia speciosa - - - + - - -
Favites abdita - - - - - + -
Favites chinensis - + - - - - -
Favites flexuosa - + + + + + -
Goniastrea pectinata - - - - - + -
Heliopora coerulea - - + - - -
Montipora digitata + - - + - - -
Porites lobata - + + + + + -
Porites lutea - + + - - - -
Reef flat
Porites lutea + - - - - - +
Porites lobata + - - - - - -
Pocillopora damicornis + - - - - - -
Favites abdita - - + - - - -
Platygira verweyi - - - - - - +
Reef crest
A. humilis - - - + + - -
Acopora aspera - - - - - + -
Favia lizardensis - - - - - + -
Favites chinensis + - - - + - -
Galaxea fascicularis - - - - + - -
Goniastrea aspera - - - - + - -
Goniastrea pectinata - - - - - + -
Goniopora lobata - - - - + - -
Hydnophora exesa - - - - + - -
M. hispida - - - - + - -
Pavona decussata - - + - - - -
Pectinia paeonia - + - - - - -
Platygira lamellina - - - - + -
Platygira sinensis - - - - + - -
Pocillopora damicornis - - + - - -
Porites cylindrica + - - - + - +
Porites lobata - + + - - - -
Porites lutea - - - - - - -
Porites rus - - - - - + -
44
Lanjutan Tabel 5.
(I) (II) (III) (IV) (V) (VI) (VII) (VIII)
Symphyllia recta - - - - + - -
Reef slope
Acopora aspera - - + - - - -
Euphyllia ancora - - + - - - -
Favia pallida - - - + - - -
Favites flexuosa - - + - - - -
Goniastrea aspera - + - - - - -
Goniopora lobata - + - - - - -
Goniopora stokesi + - - + - - -
Goniopora stokesi - - - - - + -
M. venosa - - - + - - -
Pectinia paeonia - + - - - - -
Pectinia paeonia - - + - - - -
Platygira pini - - - - - + -
Podabacia crustacea - - - + - - -
Porites lutea + - - - - - -
Stylophora pistillata + + - - - - -
Fore-reef slope
Goniopora lobata - + - - + - -
Goniopora stokesi - - - + - - -
Pectinia paeonia + - + - - + -
Polyphyllia talpina - - - - - + -
Porites lutea - - - - - - +
Ket.
+ : ada - : tidak ada
yang terpusat pada dua sumbu utama (Komponen 1 dan Komponen 2). Pada
45
Gambar 15, terlihat pada komponen 1, bahwa adanya korelasi negatif antara arus
persen kover
.5
sedimentasi
jumlah spesies
keanekaragaman
0.0
Component 2
arus
-.5
-1.0
-1.0 -.5 0.0 .5 1.0
Component 1
organisasi spasial jenis karang keras di lokasi penelitian terpusat pada 2 sumbu
utama (Dimensi 1 dan 2). Pada row scores (Gambar 16 A) kuadran I diisi oleh
III diisi oleh Stasiun Pengamatan 2 dan 4, dan kuadran IV diisi oleh Stasiun
Pengamatan 5 dan 6.
humilis; dan Stasiun Pengamatan 6 yang dicirikan oleh spesies F. abdita, dan P.
sinensis.
Fa2
Dimension 2
H2
dan 6 membentuk klusterPrus1, H1
kemudian Stasiun
M3 Po2 Pengamatan
-2 Ep1
M2
D1
A3 1 dengan kluster 1
-1.0 -1 5
5
T1 -3
Sy1
A2
membentuk
-1.5
kluster 2.Ep1 Kluster 3 terbentuk dari kluster
-2 kluster
-1 0 2 dan
1 kluster
2 4
Dimension 2
membentuk kluster 6.
47
ST.
C_11
ST.
C_55
ST.
C_66
ST.
C_33
ST.
C_44
ST.
C_22
ST.
C_77
4.2. Pembahasan
untuk melihat kualitas perairan sebagai habitat terumbu karang. Hasil pengukuran
arus dan kecerahan dalam kondisi normal, sedangkan nilai rerata laju
sedimentasi ini disebabkan waktu peletakan sediment trap dilakukan pada waktu
sediment trap berasal dari substrat dasar perairan yang teraduk oleh arus atau
gelombang.
Suryono dan Irwani (1999) perairan Jepara telah mengalami peningkatan suhu
lebih kurang 1 - 2oC yang mengakibatkan koral di kedua tempat penelititan yaitu
Pulau Panjang dan Bandengan mengalami bleaching 15% dan 30,5%. Kenaikan
0,5oC dari suhu optimal maka pertumbuhan terumbu karang masih dapat
dikatakan normal, karena terumbu karang dapat mentolerasi suhu sampai kisaran
Stasiun Pengamatan 5 dan 6 kondisi perairan sangat keruh hampir sepanjang hari,
dikarenakan kedua stasiun tersebut terletak dibagian utara pulau, yang berhadapan
adanya arus maka jasad renik dan O2 akan tersedia bagi karang. Dengan adanya
arus pula, sirkulasi nutrien terutama Pospor dan Nitrogen yang mengontrol
adalah bekisar antara 30 - 31o/oo. Menurut Veron (1986), karang hermatipik tidak
dapat bertahan pada salinitas yang terlalu menyimpang dari salinitas air laut yang
Gomez dan Yap (1988) dalam Edinger dan Risk (2000) termasuk ke dalam
sedang (38,75%) (Stasiun Pengamatan 1). Enam stasiun pengamatan yang lain
garis 10 m yang diletakkan sejajar garis pantai, mulai ditemukan karang hingga
49,46% atau dengan kategori sedang. Perbedaan ini disebabkan perbedaan jumlah
total panjang transek, jumlah stasiun pengamatan dan perbedaan lokasi. Total
bahwa kondisi terumbu karang di perairan Pulau Panjang pada umumnya dalam
mengalami degradasi.
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu manusia dan alam. Kerusakan yang
50
disebabkan oleh faktor manusia adalah adanya kegiatan wisata bahari di pulau ini,
karang keras untuk cinderamata dan hiasan akuarium masih marak dilakukan oleh
wisatawan, juga kegiatan pencarian ikan dan moluska pada saat air surut terendah
kisaran pasang surut, nutrien, suhu dan substrat. Setiadi dan Edward (1995)
dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari darat, perairan bebas dan iklim global.
berkisar antara 27,28 – 45,7 g/m2/hari (pengambilan data pada akhir Desember
nilai sedimentasi akan terlihat secara nyata ketika musim barat tiba (Desember-
Mei), dimana perairan akan sangat keruh dan berwarna coklat. Pengaruh sedimen
terhadap karang keras (hermatipik) dapat secara langsung maupun tidak langsung.
cahaya matahari, sehingga proses fotosintesis akan terganggu dan banyak energi
(Lampiran 6). Pada daerah back-reef hingga reef-flat pada waktu surut terendah
akan terdedah dengan udara terbuka. Apabila surut terendah terjadi pada siang
hari saat matahari terik maka suhu perairan akan naik dan apabila surut terendah
diikuti dengan hujan yang lebat dapat menyebabkan penurunan salinitas secara
drastis, sehingga akan mematikan karang karena polip karang kehilangan alga
3,28 dengan kisaran 2,4 - 4, termasuk dalam kondisi sedang dengan nilai tekanan
hanya sedikit ditemukan jenis karang apabila dibandingka dengan zona reef crest
52
dan reef slope. Hal ini disebabkan pada zona reef flat mempunyai kondisi
lingkungan yang tidak menentu, ketika terjadi pasang terendah volume air
sangatlah sedikit bahkan banyak karang keras yang terdedah udara. Salinitas yang
naik tajam selama pasang terendah dimungkinkan juga turut membatasi jenis
karang keras yang dapat tumbuh zona ini. Kurangnya arus dan ombak yang
di zona reef flat. Mudjiono (1995) menyatakan bahwa pada daerah rataan terumbu
(reef flat) yang tersedia cukup makanan (nutrien) umumnya mempunyai nilai
keanekarangaman tinggi.
Berarti jumlah setiap jenis karang di perairan Pulau Panjang tidak jauh berbeda
tidak ada dominasi dan tekanan terhadap ekosistem. Nilai indeks dominansi (C)
Panjang tidak ada spesies dominan, komunitas stabil. Dari 44 jenis karang keras
yang ditemukan di perairan Pulau Panjang, tidak semua jenis karang keras berada
pada daerah back-reef dan reef flat, dimana di kedua daerah ini, bentuk
pertumbuhan karang sangat dipengaruhi oleh subaerial exposure, yaitu bila air
surut sekali banyak terumbu karang yang muncul di permukaan air. Tanda
spesifik subaerial exposure adalah karang yang berbentuk mikro atol (Suprapto,
53
2002). Mikro atol di hasilkan oleh lebih setengah lusin genus karang dengan
berbagai bentuk pertumbuhan yang menciptakan suatu ekosistem yang kaya dan
Secara umum bentuk karang yang berada di ke-2 zona ini adalah karang
bercabang seperti jenis Acropora aspera (ACB), hingga karang dengan bentuk
massive, seperti Favites abdita, Favia speciosa, dan Porites lutea. Genus porites
dan Favites yang berukuran kecil-kacil (kurang 10 cm) dengan jumlah yang
sangat melimpah di daerah ini. Loya (1972) menyatakan jumlah karang akan
berkurang secara signifikan dengan kedalaman air, dan rata-rata ukuran spesies
koloni karang di daerah reef flat lebih kecil bila dibandingkan dengan daerah reef
crest. Hal ini diduga karang yang berada di daerah yang lebih dangkal akan
puncak terumbu (zona reef crest) hingga zona reef slope. Sifat karang pada daerah
dan tabulate (Tomascik et al., 1997). Karang dari genus porites dengan berbagai
lutea (CM) dan P. rus (CE). Menurut Mapstone (1990) Porites dengan ukuran
koloni besar banyak terdapat di zona ini. Jenis karang yang bersifat soliter dan
tubuhnya. Bersimbiosis dengan jenis cacing pipa (tube worm) atau dengan
adalah cara yang sering dilakukan oleh karang massive. Marshall dan Orr, (1931);
dan Yonge (1935) dalam Loya (1972) menyatakan Platygira lamellina, yang
Zona fore-reef slope adalah zona setelah reef slope yang tidak terlalu
miring, bahkan relatif mendatar. Substrat dasar di zona ini kebanyakan lumpur
berpasir, sehingga banyak jenis karang jamur hidup di daerah ini. Polyphyllia
talpina dan Podabacia crustacea adalah contoh jenis karang yang berada di zona
front-reef slope.
dan 4, dicirikan dengan adanya arus. Apabila dilihat dari letaknya, antara ke-2
stasiun ini saling berjauhan sehingga kecepatan arus rata-rata yang mempengaruhi
ke-2 stasiun akan berbeda pula. Stasiun Pengamatan 4 terletak di sebelah barat
pulau yang cenderung berombak besar dan mempunyai arus besar (4 cm/dtk).
Stasiun ini dicirikan dengan spesies Hydnophora rigida, Podabcia crustacea dan
mengerak banyak ditemukan di perairan dangkal yang berarus kuat dan berombak
besar. Jenis Montipora venosa adalah jenis karang yang mempunyai bentuk awal
dengan tipe ini biasanya mempunyai bentuk melebar, sehingga akan lebih efisien
dan optimal dalam menangkap sinar matahari sebagai adaptasi pada lingkungan
spesies dominan, karena spesies jenis ini hanya terdapat dijumpai di Stasiun
Pengamatan 1.
dicirikan P. lobata dan Acropora minuta. Karang jenis A. minuta hanya ditemui di
pertumbuhan mengerak maka jenis karang ini akan tahan terhadap gempuran
ombak dan arus (Veron, 2000). Sedangkan P. lobata mempunyai distribusi yang
maksimal karang yang hidup pada ke-2 stasiun hampir sama, yaitu 7,33 m dan
6,33 (Gambar 7 dan 9). Kondisi kedalaman yang hampir sama ini memungkinkan
Koresponden karang yang mencirikan stasiun ini adalah Porites lutea, Galaxea
sekali ditemukan jenis karang massive terutama jenis Porites yang membentuk
mikro atol di daerah reef flat. Dasar perairan stasiun ini relatif sangat curam
Laju sedimentasi akan relatif bertambah seiring dengan kedalaman suatu perairan,
disamping dipengaruhi pula oleh adanya arus dan turbulensi (Roger, 1990 dalam
Tomascik et al., 1997). Galaxea fascicularis adalah salah satu karang yang dapat
bertahan di daerah sedimentasi tinggi, dengan polip besar dan tentakel yang selalu
kedalam polipnya. Porites spp adalah salah satu kelompok karang yang berada
tidak dapat masuk kedalam polipnya. Hal ini didukung adanya arus yang
1 dan 7 memiliki kontur dasar perairan yang landai, sehingga spesies karang yang
horisontal. Karena kedua stasiun ini berhadapan dengan pulau maka pengaruh
ombak dan angin dapat diredakan, membuat pergerakan air relatif lambat dengan
adalah Acropora bercabang dan karang yang bersifat massive. Walaupun kedua
57
stasiun ini menghadap pulau akan tetapi pada Stasiun Pengamatan 7 akan
langsung berhadapan dengan angin yang bertiup dari arah timur laut ketika musim
barat tiba. Perairan di Stasiun Pengamatan 7 akan keruh sekali, apalagi substrat
yang mendominasi stasiun ini adalah pasir berlumpur. Karang penciri untuk
Goniopora stokesi adalah jenis karang yang hidup bebas dengan tentakel
mempunyai laju sedimentasi tinggi akibat pengaruh arus dan turbulesi (Tomascik
et al., 1997). Sebaliknya ketika musim sudah tidak berangin lagi, maka Stasiun
sirkulasi air akan tetap berjalan dengan baik, karena ada aliran air dari arah timur
laut. Tipe Acropora aspera, maupun jenis karang bercabang lainnya sangat cocok
bergerak, akan tetapi bukan di daerah pecahan ombak (surf zone), ditambahkan
pula Acropora tidak dapat tumbuh secara optimal di daerah dengan kekuatan
untuk mengalirkan air dan menghadapi tekanan arus dibandingkan bentuk lain
58
daerah yang relatif terbuka, sehingga ombak maupun angin yang bergerak ke arah
pulau tidak terhalang. Pada Stasiun Pengamatan 5, Symphyllia recta dan Acropora
nobilis adalah karang penciri di stasiun ini. Keruhnya perairan akibat tekanan arus
dan gelombang yang terus menerus membuat karang penciri mempunyai polip
yang besar. Spesies dari suku Faviidae seperti Favites abdita dan Platygira
BAB V
5.1. Kesimpulan
lingkungan.
chalcidicum.
nilai Indek Keseragaman (E) adalah 0,71 dan nilai Indek Dominansi (C)
adalah 0,01.
59
60
5.2. Saran
secara kontinyu, sehingga nanti akan didapatkan data berkala yang lebih akurat,
dan untuk melihat kerusakan karang yang bersifat antropogenik maka ‘manusia’
komponen biotik pembentuk terumbu, seperti ikan karang, krustacea dan makro
bentos juga perlu dilaksanakan, sehingga nanti akan diperoleh data yang lengkap
DAFTAR PUSTAKA
Atmadja, W. S. 1999. Sebaran dan Beberapa Aspek Vegetasi Rumput Laut (Algae
Makro) di Perairan Terumbu Karang Indonesia. Pros. Lok. Pengelolaan &
Iptek Terumbu Karang Indonesia. Jakarta, 22-23 Nopember : 157-165.
English, S., C. Wilkinson and V. Baker. 1994. Survey Manual For Tropical Marine
Resurces. Australian Institute of Marine Science. Townville-Australia.368
pp.
61
62
Morton, J. 1990. The Shore Ecology of Tropical Pasific, UNESCO, Jakarta. 12-15 pp.
Nasir, Moh.1992. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta Timur. 430 hlm.
Salm. R. V. 1984. Marine and Coastal Protected Area. A Guide for Planner and
Manager IUCN. Pp. 73-80.
Veron, J. E. N. 1986. Corals of Australia and The Indo Pacific. Angus and
Robertson, Sydney Australia, 644 pp.
LIFE STASIUN
NO. SPESIES
FORM 1 2 3 4 5 6 7 Jumlah
1 Acopora aspera ACB 27 3 7 0 1 6 1 45
2 A. humilis ACB 0 0 0 1 2 0 0 3
3 A. hyacinthus ACT 0 0 0 0 1 0 0 1
4 A. minuta ACE 0 1 0 0 0 0 0 1
5 A. nobilis ACB 0 0 0 0 0 0 2 2
6 Coscinaria exesa CS 0 0 0 0 0 0 0 0
7 Cyphastrea chalcidicum CM 7 2 3 5 0 2 1 20
8 C. serailia CM 1 0 2 1 0 1 0 5
9 Diploastrea heliopora CM 0 0 0 0 1 0 0 1
10 Euphyllia ancora CM 0 0 0 0 1 0 0 1
11 E. cristata CM 1 0 0 0 0 0 0 1
12 Favia lizardensis CM 3 0 0 0 3 3 0 9
13 F. pallida CM 3 1 1 0 0 2 0 7
14 F. speciosa CM 2 1 1 0 2 2 0 8
15 Favites abdita CM 3 10 0 0 3 2 3 21
16 F. chinensis CM 5 9 0 0 10 1 0 25
17 F. flexuosa CM 3 18 2 0 9 13 2 47
18 Galaxea fascicularis CM 7 0 23 0 4 1 0 35
19 Goniastrea aspera CM 5 6 3 2 8 3 0 27
20 G. pectinata CM 4 1 0 1 4 2 2 14
21 Goniopora lobata CM 21 6 2 2 15 4 2 52
22 G. stokesi CM 6 0 1 1 2 1 0 11
23 Hydnophora exesa CM 1 0 0 2 3 1 0 7
24 H. rigida CM 1 0 0 9 0 0 0 10
25 Leptoria phrygia CM 1 0 0 0 0 0 0 1
26 Montipora digitata CB 9 0 4 0 2 0 0 15
27 M. hispida CE 0 0 0 0 31 0 0 31
28 M. venosa CE 0 1 1 12 2 0 0 16
29 Pavona decussata CF 0 0 4 0 0 0 0 4
30 Pectinia paeonia CM 8 2 3 1 3 2 1 20
31 Platygira lamellina CM 0 0 0 0 0 2 0 2
32 P. pini CM 3 1 0 2 1 2 0 9
33 P. sinensis CM 8 6 3 5 7 6 0 35
34 P. verweyi CM 5 2 0 1 1 0 0 9
35 Pocillopora damicornis CS 2 1 1 0 3 2 2 11
36 Podabacia crustacea CMR 0 0 0 1 0 0 0 1
37 Polyphyllia talpina CM 0 0 0 0 0 1 0 1
38 Porites cylindrica CM 24 2 0 0 3 2 3 34
39 P. lobata CM 7 102 39 66 5 4 1 224
40 P. lutea CM 18 36 14 4 7 12 10 101
41 P. rus CE 0 0 0 2 9 14 0 25
42 Stylophora pistillata CS 9 1 1 0 0 0 0 11
43 Symphyllia recta CM 0 0 0 1 2 0 0 3
44 Turbinaria peltata CM 0 0 0 1 1 0 0 2
65
STASIUN C A S RG JL PT
1 67.542 3.333 39.871 3.687 28 38.84
2 46.385 3.333 17.187 2.364 21 14.96
3 32.802 3.333 17.187 3.085 19 16.84
4 52.167 3.333 17.187 3.609 27 9.45
5 31.500 5.000 45.701 4.005 30 19.36
6 55.000 3.333 45.701 3.569 25 14.33
7 51.502 3.333 27.278 2.644 13 19.92
C = Kecerahan (%)
A = Kecepatan arus (cm/detik)
S = Laju sedimentasi (g/m2/hari)
RG = Keanekaragaman
JL = Jumlah spesies
P = Persen kover (%)
66
A.
B.
Varians
Componen Akar ciri Kumulatif
%
1 2.881 48.013 48.013
2 1.766 29.433 77.446
3 .721 12.023 89.468
4 .390 6.497 95.965
5 .169 2.814 98.779
6 7.326E-02 1.221 100.000
67
Lanjutan Lampiran 4.
KETERANGAN :
1. Acopora aspera 23. Hydnophora exesa
2. A. humilis 24. H. Rigida
3. A. hyacinthus 25. Leptoria phrygia
4. A. minuta 26. Montipora digitata
5. A. nobilis 27. M. Hispida
6. Coscinaria exesa 28. M. Venosa
7. Cyphastrea chalcidicum 29. Pavona decussata
8. C. Serailia 30. Pectinia paeonia
9. Diploastrea heliopora 31. Platygira lamellina
10. Euphyllia ancora 32. P. pini
11. E. Cristata 33. P. sinensis
12. Favia lizardensis 34. P. verweyi
13. F. pallida 35. Pocillopora damicornis
14. F. speciosa 36. Podabacia crustacea
15. Favites abdita 37. Polyphyllia talpina
16. F. chinensis 38. Porites cylindrica
17. F. flexuosa 39. P. lobata
18. Galaxea fascicularis 40. P. lutea
19. Goniastrea aspera 41. P. rus
20. G. pectinata 42. Stylophora pistillata
21. Goniopora lobata 43. Symphyllia recta
22. G. stokesi 44. Turbinaria peltata
69
Stasiun pengamatan 1
Total
NO. SPESIES %COVER C Log Li/L H' Hmaks E
Panjang (m)
1 Acropora aspera 1476 17.95% 0.032 -2.478 0.445 4.907 0.751
2 Cyphastrea chalcidicum 169 2.05% 0.000 -5.605 0.115
3 Cyphastrea serailia 9 0.11% 0.000 -9.836 0.011
4 Euphyllia cristata 7 0.09% 0.000 -10.198 0.009
5 Favia 8 0.10% 0.000 -10.006 0.010
6 Favia lizardensis 99 1.20% 0.000 -6.376 0.077
7 Favia pallida 30 0.36% 0.000 -8.099 0.030
8 Favia speciosa 32 0.39% 0.000 -8.006 0.031
9 Favites abdita 27 0.33% 0.000 -8.251 0.027
10 Favites chinensis 474 5.76% 0.003 -4.117 0.237
11 Favites flexuosa 100 1.22% 0.000 -6.362 0.077
12 Galaxea fascicularis 123 1.50% 0.000 -6.063 0.091
13 Goniastrea aspera 126 1.53% 0.000 -6.028 0.092
14 Goniastrea pectinata 86 1.05% 0.000 -6.579 0.069
15 Goniopora lobata 449 5.46% 0.003 -4.195 0.229
16 Goniopora stokesi 55 0.67% 0.000 -7.224 0.048
17 Hydnophora exesa 50 0.61% 0.000 -7.362 0.045
18 Hydnopora rigida 10 0.12% 0.000 -9.684 0.012
19 Leptoria phrygia 65 0.79% 0.000 -6.983 0.055
20 Montipora 8 0.10% 0.000 -10.006 0.010
21 Montipora digitata 961 11.69% 0.014 -3.097 0.362
22 Pectinia paeonia 161 1.96% 0.000 -5.675 0.111
23 Platygira pini 81 0.98% 0.000 -6.666 0.066
24 Platygira sinensis 259 3.15% 0.001 -4.989 0.157
25 Platygira verweyi 137 1.67% 0.000 -5.908 0.098
26 Pocillopora damicornis 40 0.49% 0.000 -7.684 0.037
27 Porites cylindrica 924 11.24% 0.013 -3.154 0.354
28 Porites lobata 161 1.96% 0.000 -5.675 0.111
29 Porites lutea 1737 21.12% 0.045 -2.243 0.474
30 Stylophora pistillata 360 4.38% 0.002 -4.514 0.198
JUMLAH 8224 0.004 3.687
70
Lanjutan Lampiran 5.
Stasiun Pengamatan 2
Total
NO. SPESIES %COVER C Log Li/L H' Hmaks E
Panjang (m)
1 Acropora aspera 36 0.86% 0.000 -6.862 0.059 4.392 0.538
2 Acropora minuta 7 0.17% 0.000 -9.225 0.015
3 Cyphastrea chalcidicum 8 0.19% 0.000 -9.032 0.017
4 Favia pallida 12 0.29% 0.000 -8.447 0.024
5 Favia speciosa 50 1.19% 0.000 -6.389 0.076
6 Favites abdita 56 1.34% 0.000 -6.225 0.083
7 Favites chinensis 43 1.03% 0.000 -6.606 0.068
8 Favites flexuosa 183 4.37% 0.002 -4.517 0.197
9 Goniastrea aspera 63 1.50% 0.000 -6.055 0.091
10 Goniastrea pectinata 4 0.10% 0.000 -10.032 0.010
11 Goniopora lobata 456 10.89% 0.012 -3.200 0.348
12 Montipora venosa 12 0.29% 0.000 -8.447 0.024
13 Pectinia paeonia 29 0.69% 0.000 -7.174 0.050
14 Platygira pini 5 0.12% 0.000 -9.710 0.012
15 Platygira sinensis 147 3.51% 0.001 -4.833 0.170
16 Platygira verweyi 72 1.72% 0.000 -5.862 0.101
17 Pocillopora damicornis 13 0.31% 0.000 -8.332 0.026
18 Porites cylindrica 72 1.72% 0.000 -5.862 0.101
19 Porites lobata 2303 54.98% 0.302 -0.863 0.475
20 Porites lutea 613 14.63% 0.021 -2.773 0.406
21 Stylophora pistillata 5 0.12% 0.000 -9.710 0.012
JUMLAH 4189 0.016 2.364
71
Lanjutan Lampiran 5.
Stasiun Pengamatan 3
Total
NO. SPESIES %COVER C Log Li/L H' Hmaks E
Panjang (m)
1 Acropora aspera 123 2.21% 0.000 -5.4976 0.12168 4.39232 0.70234
2 Cyphastrea chalcidicum 42 0.76% 0.000 -7.0478 0.05327
3 Euphyllia ancora 410 7.38% 0.005 -3.7606 0.27746
4 Favia 74 1.33% 0.000 -6.2306 0.08297
5 Favia pallida 12 0.22% 0.000 -8.8551 0.01912
6 Favia speciosa 20 0.36% 0.000 -8.1182 0.02922
7 favites 168 3.02% 0.001 -5.0478 0.1526
8 Favites abdita 88 1.58% 0.000 -5.9807 0.09471
9 Favites flexuosa 839 15.10% 0.023 -2.7276 0.41181
10 Goniastrea aspera 53 0.95% 0.000 -6.7122 0.06402
11 Goniopora lobata 18 0.32% 0.000 -8.2702 0.02679
12 Goniopora stokesi 40 0.72% 0.000 -7.1182 0.05124
13 Montipora digitata 19 0.34% 0.000 -8.1922 0.02801
14 Montipora venosa 275 4.95% 0.002 -4.3368 0.21462
15 Pavona decussata 146 2.63% 0.001 -5.2503 0.13794
16 Pectinia paeonia 270 4.86% 0.002 -4.3633 0.212
17 Platygira sinensis 54 0.97% 0.000 -6.6852 0.06496
18 Pocillopora damicornis 19 0.34% 0.000 -8.1922 0.02801
19 Porites lobata 1883 33.89% 0.115 -1.5613 0.52904
20 Porites lutea 969 17.44% 0.030 -2.5197 0.43938
21 Stylophora pistillata 35 0.63% 0.000 -7.3108 0.04605
JUMLAH 0.009 3.0849
72
Lanjutan Lampiran 5.
Stasiun Pengamatan 4
Total
NO. SPESIES %COVER C Log Li/L H' Hmaks E
Panjang (m)
1 Acropora humilis 29 0.77% 0.000 -7.027 0.054 4.907 0.735
2 Cyphastrea chalcidicum 449 11.88% 0.014 -3.074 0.365
3 Cyphastrea serailia 14 0.37% 0.000 -8.077 0.030
4 Favia 12 0.32% 0.000 -8.300 0.026
5 Favia lizardensis 62 1.64% 0.000 -5.930 0.097
6 Favia pallida 49 1.30% 0.000 -6.270 0.081
7 Favia speciosa 26 0.69% 0.000 -7.184 0.049
8 Favites abdita 44 1.16% 0.000 -6.425 0.075
9 Favites chinensis 139 3.68% 0.001 -4.766 0.175
10 Favites flexuosa 62 1.64% 0.000 -5.930 0.097
11 Favites X?? 25 0.66% 0.000 -7.241 0.048
12 Favites? 71 1.88% 0.000 -5.735 0.108
13 Goniastrea aspera 59 1.56% 0.000 -6.002 0.094
14 Goniastrea pectinata 12 0.32% 0.000 -8.300 0.026
15 Goniopora lobata 23 0.61% 0.000 -7.361 0.045
16 Goniopora stokesi 20 0.53% 0.000 -7.563 0.040
17 Heliopora coerulea 123 3.25% 0.001 -4.942 0.161
18 Hydnophora exesa 38 1.01% 0.000 -6.637 0.067
19 Montipora digitata 129 3.41% 0.001 -4.873 0.166
20 Montipora venosa 968 25.60% 0.066 -1.966 0.503
21 Pectinia paeonia 100 2.64% 0.001 -5.241 0.139
22 Platygira pini 46 1.22% 0.000 -6.361 0.077
23 Platygira sinensis 106 2.80% 0.001 -5.157 0.145
24 Platygira verweyi 23 0.61% 0.000 -7.361 0.045
25 Podabacia crustacea 79 2.09% 0.000 -5.581 0.117
26 Porites lobata 892 23.59% 0.056 -2.084 0.492
27 Porites lutea 87 2.30% 0.001 -5.442 0.125
28 Porites rus 40 1.06% 0.000 -6.563 0.069
29 Symphyllia recta 4 0.11% 0.000 -9.885 0.010
30 Turbinaria peltata 50 1.32% 0.000 -6.241 0.083
JUMLAH 3781 100.00% 0.005 3.609
73
Lanjutan Lampiran 5.
Stasiun Pengamatan 5
Total
NO. SPESIES %COVER C Log Li/L H' Hmaks E
Panjang (m)
1 Acropora aspera 55 0.89% 0.000 -6.815 0.061 5.044 0.794
2 Acropora humilis 40 0.65% 0.000 -7.275 0.047
3 Acropora hyacinthus 66 1.07% 0.000 -6.552 0.070
4 Diploastrea heliopora 10 0.16% 0.000 -9.275 0.015
5 Euphyllia ancora 11 0.18% 0.000 -9.137 0.016
6 Favia lizardensis 23 0.37% 0.000 -8.073 0.030
7 Favia speciosa 35 0.57% 0.000 -7.467 0.042
8 Favites 551 8.90% 0.008 -3.491 0.311
9 Favites abdita 26 0.42% 0.000 -7.896 0.033
10 Favites chinensis 107 1.73% 0.000 -5.855 0.101
11 Favites flexuosa 426 6.88% 0.005 -3.862 0.266
12 Galaxea fascicularis 63 1.02% 0.000 -6.619 0.067
13 Goniastrea aspera 211 3.41% 0.001 -4.876 0.166
14 Goniastrea pectinata 45 0.73% 0.000 -7.105 0.052
15 Goniopora lobata 781 12.61% 0.016 -2.987 0.377
16 Goniopora stokesi 26 0.42% 0.000 -7.896 0.033
17 Hydnophora exesa 51 0.82% 0.000 -6.924 0.057
18 montipora 535 8.64% 0.007 -3.533 0.305
19 Montipora digitata 78 1.26% 0.000 -6.311 0.079
20 Montipora hispida 907 14.64% 0.021 -2.772 0.406
21 Montipora venosa 110 1.78% 0.000 -5.815 0.103
22 Pectinia paeonia 111 1.79% 0.000 -5.802 0.104
23 Platygira pini 24 0.39% 0.000 -8.012 0.031
24 Platygira sinensis 299 4.83% 0.002 -4.373 0.211
25 Platygira verweyi 10 0.16% 0.000 -9.275 0.015
26 Pocillopora damicornis 258 4.17% 0.002 -4.585 0.191
27 Porites 37 0.60% 0.000 -7.387 0.044
28 Porites cylindrica 21 0.34% 0.000 -8.204 0.028
29 Porites lobata 933 15.06% 0.023 -2.731 0.411
30 Porites lutea 76 1.23% 0.000 -6.349 0.078
31 Porites rus 118 1.91% 0.000 -5.714 0.109
32 Symphyllia recta 125 2.02% 0.000 -5.631 0.114
33 Polyphyllia talpina 25 0.40% 0.000 -7.953 0.032
JUMLAH 6194 100.00% 0.003 4.005
74
Lanjutan Lampiran 5.
Stasiun Pengamatan 6
Total
NO. SPESIES %COVER C Log Li/L H' Hmaks E
Panjang (m)
1 Acropora aspera 185 4.97% 0.002 -4.332 0.215 4.700 0.759
2 Cyphastrea chalcidicum 105 2.82% 0.001 -5.149 0.145
3 Cyphastrea serailia 22 0.59% 0.000 -7.404 0.044
4 Favia lizardensis 42 1.13% 0.000 -6.471 0.073
5 Favia pallida 43 1.15% 0.000 -6.437 0.074
6 Favia speciosa 29 0.78% 0.000 -7.005 0.055
7 Favites 46 1.23% 0.000 -6.340 0.078
8 Favites abdita 109 2.93% 0.001 -5.095 0.149
9 Favites chinensis 4 0.11% 0.000 -9.863 0.011
10 Favites flexuosa 89 2.39% 0.001 -5.388 0.129
11 Galaxea fascicularis 10 0.27% 0.000 -8.541 0.023
12 Goniastrea aspera 142 3.81% 0.001 -4.714 0.180
13 Goniastrea pectinata 148 3.97% 0.002 -4.654 0.185
14 Goniopora lobata 66 1.77% 0.000 -5.819 0.103
15 Goniopora stokesi 15 0.40% 0.000 -7.957 0.032
16 Hydnophora exesa 13 0.35% 0.000 -8.163 0.028
17 Pectinia paeonia 57 1.53% 0.000 -6.031 0.092
18 Platygira lamellina 258 6.92% 0.005 -3.852 0.267
19 Platygira pini 18 0.48% 0.000 -7.693 0.037
20 Platygira sinensis 144 3.86% 0.001 -4.693 0.181
21 Pocillopora damicornis 15 0.40% 0.000 -7.957 0.032
22 Polyphyllia talpina 20 0.54% 0.000 -7.541 0.040
23 Porites cylindrica 36 0.97% 0.000 -6.693 0.065
24 Porites lobata 442 11.86% 0.014 -3.076 0.365
25 Porites lutea 805 21.60% 0.047 -2.211 0.478
26 Porites rus 863 23.16% 0.054 -2.110 0.489
JUMLAH 3726 0.005 3.569
75
Lanjutan Lampiran 5.
Stasiun Pengamatan 7
Total
NO. SPESIES %COVER C Log Li/L H' Hmaks E
Panjang (m)
1 Acropora aspera 10 1.00% 0.000 -6.638 0.067 3.700 0.714
2 Acropora nobilis 52 5.22% 0.003 -4.260 0.222
3 Cyphastrea chalcidicum 10 1.00% 0.000 -6.638 0.067
4 Favites abdita 68 6.83% 0.005 -3.873 0.264
5 Favites flexuosa 38 3.82% 0.001 -4.712 0.180
6 Goniastrea pectinata 47 4.72% 0.002 -4.405 0.208
7 Goniopora lobata 50 5.02% 0.003 -4.316 0.217
8 Pectinia paeonia 55 5.52% 0.003 -4.179 0.231
9 Platygira verweyi 68 6.83% 0.005 -3.873 0.264
10 Pocillopora damicornis 21 2.11% 0.000 -5.568 0.117
11 Porites cylindrica 60 6.02% 0.004 -4.053 0.244
12 Porites lobata 10 1.00% 0.000 -6.638 0.067
13 Porites lutea 507 50.90% 0.259 -0.974 0.496
JUMLAH 996 0.022 2.644
76
Lampiran 6. Variasi duduk tengah dan tunggang pasang surut harian Bulan
Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni, Juli 2003.
152
151
150 149
148 148
148 148 147
Ketinggian (cm)
146
145
144 144 144 144
144 143
144 143
143 143 143 143
142 142 142 142
141 141
140 141 140
140
139 139
138 138
137 136
136
134 134
132
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
182 180
175
163 165 160 159
155 158 155 155 154 154
151 153 149 150
Ketinggian (cm)
119
115
105
95
75
65 69
59 60 60 57
55 54 56 53
49
35
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
Tanggal pengamatan
68
67
65
64 64 64 64
62
Ketinggian (cm)
61 61 61
60 60
59
58 59 59
58 58 58 58
57
56 55 56 56
55 55 55 55 55
53 54
53 53
52
48
44 44
40
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
Lanjutan Lampiran 5.
74
71 71 71
70 69
Ketinggian (cm)
68
67 67 67
66 66 66
65
64 64
63 62
62 61 61
61
59 59 59
58 58
57 57
56 56 56 56
55 55
54
51
50
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
72
70 71
70 69
68 68 68
66 66 67 66 67
66 65
65 65 65
64 64 64
63 63
62 62 62 62
60 61
60 59
58 58
56
55
54 54 53 54
52 52
50
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
59
58 58
57 57 56 56
56
55 55
Ketinggian (cm)
54
53 53 54 54 54 54 53
53 53
53 53 53
52
51 51 51
51 51 51
50
49 6 49
48 48 48
47 47
45
43
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
Acroporidae
3 Montipora digitata CB + - + - + - -
4 M. hispida CE - - - - + - -
5 M. venosa CE - + + + + - -
6 Acopora aspera ACB + + + - + + +
7 A. humilis ACB - - - + + - -
8 A. hyacinthus ACT - - - - + - -
9 A. minuta ACE - + - - - - -
10 A. nobilis ACB - - - - - - +
Poritidae
11 Porites cylindrica CB + + - - + + +
12 Porites lobata CM + + + + + + +
13 Porites lutea CM + + + + + + +
14 Porites rus CE - - - + + + -
15 Goniopora lobata CM + + + + + + +
16 Goniopora stokesi CM + - + + + + -
Siderastreidae
17 Coscinaria exesa CM - - - - - - -
Fungiidae
18 Polyphyllia talpina CMR - - - - - + -
19 Podabacia crustacea CMR - - - + - - -
Agariciidae
20 Pavona decussata CF - - + - - - -
Oculinidae
21 Galaxea fascicularis CM + - + - + + -
Pectiniidae
22 Pectinia paeonia CF + + + + + + +
Mussidaea
23 Symphyllia recta CM - - - + + - -
Merulinidae
24 Hydnopora rigida CB + - - + - - -
79
Lanjutan Lampiran 7.
25 Hydnophora exesa CM + - - + + + -
Faviidae
26 Cyphastrea chalcidicum CM + + + + - + +
27 Cyphastrea serailia CM + - + + - + -
28 Diploastrea heliopora CM - - - - + - -
29 Favia lizardensis CM + - - - + + -
30 Favia pallida CM + + + - - + -
31 Favia speciosa CM + + + + - - +
32 Favites abdita CM + + - - + + +
33 Favites chinensis CM + + - - + + -
34 Favites flexuosa CM + + + - + + +
35 Goniastrea aspera CM + + + + + + -
36 Goniastrea pectinata CM + + - + + + +
37 Leptoria phrygia CM + - - - - - -
38 Platygira lamellina CM - - - - - + -
39 Platygira pini CM + + - + + + -
40 Platygira sinensis CM + + + + + + -
41 Platygira verweyi CM + + - + + - -
Caryophylliidae
42 Euphyllia ancora - - - - + - -
43 Euphyllia cristata + - - - - - -
Dendrophylliidae
44 Turbinaria peltata - - - + + - -
Helioporidae
45 Heliopora coerulea CHL - - - - - - -
80
RIWAYAT HIDUP
ke SMP Negeri 1 Ponorogo dan lulus pada tahun 1995, pada tahun 1998
menamatkan sekolah menengah umum pada SMU Negeri 1 Ponorogo dan pada
tahun yang sama diterima pada Jurusan Ilmu Kelautan Universtas Diponegoro
Islam (FKMI) Kelautan, HUMAS Marine Diving Club, dan Redaksi Majalah Ilmu
Kegiatan lain yang pernah diikuti adalah Diklat SAR Laut se-Jateng
(2001) dan Fisheries Data Analysis and Processing di Denpasar, Bali (2002).
Penulis telah menyelesaikan praktek kerja lapangan dan lulus pada tanggal
21 Januari 2002, dengan judul Studi Tentang Planulae yang Dihasilkan dari
ST I ST II ST III ST IV ST V ST VI ST VII
Faktor Oseanografi :
1. Suhu
2. Salinitas
3. Kecerahan
Pengambilan data 4. Kecepatan arus
5. Sedimentasi
6. Kedalaman
7. Pasut
Pengolahan data
Kartografi Tabulasi
Analisa data
Kesimpulan
HYDROIDA
MILLEPORIN ZOANTHARI OCTOCORALLIA
SCLERACTINIA
C O E N O T H E C A L IA
ANTIPATHARI
ACTINIARIA CERIANTHARI
14, 35
33, 35
18, 21, 42
1, 24, 26
5
1
1, 8, 26, 30
1, 21, 40
6
9 Diploastrea heliopora
17, 25, 28
11, 13, 15, 16, 21, 22, 23, 30, 33, 38, 39, 43
16 F. chinensis
5
17 F. flexuosa
Kedalaman (m)
22
18 Galaxea fascicularis
33
Keterangan Gambar :
1 Acopora aspera
2 A. humilis
3 A. hyacinthus
4 A. minuta
Fore reef-slope 5 A. nobilis
0
MSL 6 Coscinaria exesa
14 15 16 17 18 19
20 7 Cyphastrea chalcidicum
12 13 21
1
3 4 5 6 8 9
10 11
22 8 C. serailia
1 2 7
RUBBLE
39, 40
16, 39, 40
23
25 10 Euphyllia ancora
2
11 E. cristata
16 F. chinensis
5 26
17 F. flexuosa
17, 21, 38
18 Galaxea fascicularis
6 19 Goniastrea aspera
27 20 G. pectinata
7 21 Goniopora lobata
28 22 G. stokesi
8 23 Hydnophora exesa
24 H. rigida
9 25 Leptoria phrygia
26 Montipora digitata
10 27 M. hispida
28 M. venosa
11 29 Pavona decussata
30 Pectinia paeonia
31 Platygira lamellina
12
32 P. pini
33 P. sinensis
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 34 P. verweyi
35 Pocillopora damicornis
Jarak dari tepi pantai (m)
36 Podabacia crustacea
37 Polyphyllia talpina
38 Porites cylindrica
39 P. lobata
40 P. Lutea
Gambar 7. Profil vertikal topografi dasar perairan Stasiun Pengamatan 2, beserta karang keras yang menyebar 41 P. rus
pada setiap transek pengamatan 42 Stylophora pistillata
34
Keterangan Gambar :
1 Acopora aspera
2 A. humilis
3 A. hyacinthus
Back-reef Reef flat Reef crest Fore reef-slope
4 A. minuta
MSL 5 A. nobilis
0
16 17 18 19 20 21
1
15 22 6 Coscinaria exesa
7 13 23
1 4 6 8 9 10
17
2 3 5 11 12 14
7 Cyphastrea chalcidicum
RUBBLE
RUBBLE
24
1, 14, 39
26, 39
25 28 8 C. serailia
2 26 27
9 Diploastrea heliopora
1, 33, 39
1, 35, 40
10 Euphyllia ancora
3
11 E. cristata
4 12 Favia lizardensis
Kedalaman (m)
29 13 F. pallida
5 14 F. speciosa
30 15 Favites abdita
6 16 F. chinensis
17 F. flexuosa
7 18 Galaxea fascicularis
19 Goniastrea aspera
8
31 20 G. pectinata
30
9 21 Goniopora lobata
22 G. stokesi
10 32 23 Hydnophora exesa
30
24 H. rigida
11 33
25 Leptoria phrygia
26 Montipora digitata
12 27 M. hispida
28 M. venosa
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 29 Pavona decussata
Jarak dari tepi pantai (m) 30 Pectinia paeonia
31 Platygira lamellina
32 P. pini
33 P. sinensis
34 P. verweyi
35 Pocillopora damicornis
36 Podabacia crustacea
Gambar 8. Profil vertikal topografi dasar perairan Stasiun Pengamatan 3, beserta karang keras yang menyebar 37 Polyphyllia talpina
pada setiap transek pengamatan 38 Porites cylindrica
39 P. lobata
40 P. Lutea
35
Keterangan Gambar :
1 Acopora aspera
2 A. humilis
3 A. hyacinthus
4 A. minuta
5 A. nobilis
MSL
0 6 Coscinaria exesa
19 20 21 22 23 24
1 2 4 10 13 14 15 16 18 25 7 Cyphastrea chalcidicum
3 5 6 7 8 11 12 26
39
1 9 17 27 8 C. serailia
39, 40
39
28
9 Diploastrea heliopora
29 30
2 10 Euphyllia ancora
11 E. cristata
3 31 12 Favia lizardensis
13 F. pallida
32
Kedalaman (m)
4 33
14 F. speciosa
34 15 Favites abdita
5 35 16 F. chinensis
17 F. flexuosa
6 36
18 Galaxea fascicularis
37 39 40
38
19 Goniastrea aspera
7
20 G. pectinata
21 Goniopora lobata
8
22 G. stokesi
23 Hydnophora exesa
9
24 H. rigida
25 Leptoria phrygia
10
26 Montipora digitata
27 M. hispida
11
28 M. venosa
29 Pavona decussata
12
30 Pectinia paeonia
31 Platygira lamellina
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 32 P. pini
Jarak dari tepi pantai (m) 33 P. sinensis
34 P. verweyi
35 Pocillopora damicornis
36 Podabacia crustacea
37 Polyphyllia talpina
38 Porites cylindrica
39 P. lobata
Gambar 9. Profil vertikal topografi dasar perairan Stasiun Pengamatan 4, beserta karang keras yang menyebar 40 P. Lutea
pada setiap transek pengamatan 41 P. rus
42 Stylophora pistillata
36
Keterangan Gambar :
1 Acopora aspera
2 A. humilis
3 A. hyacinthus
4 A. minuta
5 A. nobilis
6 Coscinaria exesa
Fore reef-slope
7 Cyphastrea chalcidicum
MSL 8 C. serailia
0
8 9 10 11 12 13 14
6 7
15
9 Diploastrea heliopora
1 5
RUBBLE
3
RUBBLE
RUBBLE
1
2 4 16 17
18 10 Euphyllia ancora
11 E. cristata
20 21
2 19 22 23
12 Favia lizardensis
13 F. pallida
27
17 F. flexuosa
5
18 Galaxea fascicularis
28
19 Goniastrea aspera
6
20 G. pectinata
21 Goniopora lobata
7
29 30
22 G. stokesi
23 Hydnophora exesa
8
24 H. rigida
9
25 Leptoria phrygia
26 Montipora digitata
10
27 M. hispida
31 32
28 M. venosa
11 29 Pavona decussata
30 Pectinia paeonia
12 31 Platygira lamellina
32 P. pini
33 P. sinensis
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190
34 P. verweyi
Jarak dari tepi pantai (m)
35 Pocillopora damicornis
36 Podabacia crustacea
37 Polyphyllia talpina
38 Porites cylindrica
Gambar 10. Profil vertikal topografi dasar perairan Stasiun Pengamatan 5, beserta karang keras yang menyebar 39 P. lobata
40 P. Lutea
pada setiap transek pengamatan 41 P. rus
42 Stylophora pistillata 37
Keterangan Gambar :
1 Acopora aspera
2 A. humilis
3 A. hyacinthus
4 A. minuta
Fore reef-slope 5 A. nobilis
6 Coscinaria exesa
0 MSL 7 Cyphastrea chalcidicum
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 2 3 4 16 8 C. serailia
RUBBLE
RUBBLE
5
1 17 18 9 Diploastrea heliopora
17
8, 14, 15, 17, 19, 40
20 21
10 Euphyllia ancora
2 19 22
23
11 E. cristata
12 Favia lizardensis
3 13 F. pallida
24 14 F. speciosa
4 15 Favites abdita
5 17 F. flexuosa
25 18 Galaxea fascicularis
6 26
19 Goniastrea aspera
20 G. pectinata
30, 37
7 21 Goniopora lobata
22 G. stokesi
8 23 Hydnophora exesa
24 H. rigida
9 25 Leptoria phrygia
26 Montipora digitata
27 M. hispida
10
28 M. venosa
29 Pavona decussata
11
30 Pectinia paeonia
31 Platygira lamellina
32 P. pini
33 P. sinensis
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 34 P. verweyi
Jarak dari tepi pantai (m) 35 Pocillopora damicornis
36 Podabacia crustacea
37 Polyphyllia talpina
38 Porites cylindrica
39 P. lobata
Gambar 11. Profil vertikal topografi dasar perairan Stasiun Pengamatan 6, beserta karang keras yang menyebar 40 P. Lutea
pada setiap transek pengamatan 41 P. rus
42 Stylophora pistillata
38
Keterangan Gambar :
1 Acopora aspera
2 A. humilis
Fore reef-slope 3 A. hyacinthus
4 A. minuta
MSL
0 5 A. nobilis
1 3
6 Coscinaria exesa
2 4
1 7 Cyphastrea chalcidicum
1, 7, 17, 38, 39
2 9 Diploastrea heliopora
5 10 Euphyllia ancora
3 11 E. cristata
5, 21, 30
12 Favia lizardensis
4 13 F. pallida
14 F. speciosa
15 Favites abdita
5
16 F. chinensis
17 F. flexuosa
6
18 Galaxea fascicularis
19 Goniastrea aspera
7
20 G. pectinata
21 Goniopora lobata
8 22 G. stokesi
23 Hydnophora exesa
9 24 H. rigida
25 Leptoria phrygia
10 26 Montipora digitata
27 M. hispida
11 28 M. venosa
29 Pavona decussata
12 30 Pectinia paeonia
31 Platygira lamellina
32 P. pini
10 20 30 40 33 P. sinensis
Jarak dari tepi pantai (m) 34 P. verweyi
35 Pocillopora damicornis
36 Podabacia crustacea
37 Polyphyllia talpina
38 Porites cylindrica
Gambar 12. Profil vertikal topografi dasar perairan Stasiun Pengamatan 7, beserta karang keras yang menyebar 39 P. lobata
pada setiap transek pengamatan
39
9273400
ST. V
ST. VI JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS
PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
ST. IV
UNIVERSITAS DIPONEGORO
9273200
SEMARANG
2003
PETA LOKASI PENELITIAN
PERAIRAN PULAU PANJANG JEPARA
ST. III
ST. VII
OKTIYAS MUZAKY LUTHFI
9273000
ST. II K2D098235
LEGENDA :
6 31'
Jarak Karang Keras Mulai Ditemukan
ST. I
Tj. Tumpuk
S. Barus
Total Panjang Transek
32'
9272800
Garis Pantai
Tj. Kuniran
SUMBER :
34'
Tj. Kelor
Teluk Awur
LEGENDA :
Garis pantai
6 31'
Wilayah perairan
S. Barus
32'
Tj. Tumpuk
Wilayah karang hidup
Tj. Kuniran
33'
S. Tambangan
P. Panjang
34'
SUMBER :
Tj. Kelor
JEPARA
HASIL PENELITIAN FEBRUARI 2003
35'
Teluk Awur
Stasiun V
St
as
IV
iu
n n
9273400
iu
VI
as
St
Stasiun VII
K2D098235
9273000
LEGENDA :
Sta
siun
III Jarak karang keras mulai ditemukan
Sta Total panjang transek
siun
6 31'
II Garis pantai
Tj. Tumpuk
S. Barus
Wilayah perairan
32'
Sta
siun Wilayah terumbu karang
I
9272800
Tj. Kuniran
33'
SUMBER :
HASIL PENELITIAN FEBRUARI 2003
S. Tambangan
P. Panjang
34'
Tj. Kelor
36'
B T 0 50 100 150 200
Teluk Awur
LEGENDA :
Jarak Karang Keras Mulai Ditemukan
6 31' Total Panjang Transek
S. Barus
Garis Pantai
Tj. Tumpuk
32' Wilayah Perairan
Tj. Kuniran Wilayah terumbu karang
9272800
33'
P. Panjang
S. Tambangan SUMBER :
34'
36'
B
Teluk Awur
LEGENDA :
Garis pantai
6 31'
Wilayah perairan
S. Barus
32'
Tj. Tumpuk
Wilayah karang hidup
Tj. Kuniran
33'
S. Tambangan
P. Panjang
34'
SUMBER :
Tj. Kelor
JEPARA
HASIL PENELITIAN FEBRUARI 2003
35'
Teluk Awur
Stasiun V
St
as
IV
iu
n n
9273400
iu
VI
as
St
Stasiun VII
K2D098235
9273000
LEGENDA :
Sta
siun
III Jarak karang keras mulai ditemukan
Sta Total panjang transek
siun
6 31'
II Garis pantai
Tj. Tumpuk
S. Barus
Wilayah perairan
32'
Sta
siun Wilayah terumbu karang
I
9272800
Tj. Kuniran
33'
SUMBER :
HASIL PENELITIAN FEBRUARI 2003
S. Tambangan
P. Panjang
34'
Tj. Kelor
36'
B T 0 50 100 150 200
Teluk Awur
LEGENDA :
Jarak Karang Keras Mulai Ditemukan
6 31' Total Panjang Transek
S. Barus
Garis Pantai
Tj. Tumpuk
32' Wilayah Perairan
Tj. Kuniran Wilayah terumbu karang
9272800
33'
P. Panjang
S. Tambangan SUMBER :
34'
36'
B
Teluk Awur
LEGENDA :
Garis pantai
6 31'
Wilayah perairan
S. Barus
32'
Tj. Tumpuk
Wilayah karang hidup
Tj. Kuniran
33'
S. Tambangan
P. Panjang
34'
SUMBER :
Tj. Kelor
JEPARA
HASIL PENELITIAN FEBRUARI 2003
35'
Teluk Awur
Stasiun V
St
as
IV
iu
n n
9273400
iu
VI
as
St
Stasiun VII
K2D098235
9273000
LEGENDA :
Sta
siun
III Jarak karang keras mulai ditemukan
Sta Total panjang transek
siun
6 31'
II Garis pantai
Tj. Tumpuk
S. Barus
Wilayah perairan
32'
Sta
siun Wilayah terumbu karang
I
9272800
Tj. Kuniran
33'
SUMBER :
HASIL PENELITIAN FEBRUARI 2003
S. Tambangan
P. Panjang
34'
Tj. Kelor
36'
B T 0 50 100 150 200
Teluk Awur
LEGENDA :
Jarak Karang Keras Mulai Ditemukan
6 31' Total Panjang Transek
S. Barus
Garis Pantai
Tj. Tumpuk
32' Wilayah Perairan
Tj. Kuniran Wilayah terumbu karang
9272800
33'
P. Panjang
S. Tambangan SUMBER :
34'
36'
B
Teluk Awur