Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

ZOOLOGI INVERTEBRATA
“PENGAMATAN PROTOZOA”

Dususun Oleh : :

Nama : Jamallaili Safitri


Nim : 2008086051
Gol./kel : 1 (satu)
Dosen / Asisten koreksi : Arifah Purnamaningrum, M.Sc.

LABORATORIUM BIOLOGI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN WALISONGO SEMARANG
2021
LAPORAN PRAKTIKUM ZOOLOGI INVERTEBRATA
ACARA 1I
PENGAMATAN PROTOZOA

Hari, Tanggal : Selasa, 16 Maret 2021


Pukul : 08.40 – 10.20 WIB
Tempat : lingkungan sekitar dan media virtual
Metode : observasi , eksplorasi

A. PENDAHULUAN

Protozoa adalah organisme-organisme heterotrofik yang ditemukan di semua habitat


utama. Sebagian di antaranya hidup bebas, sedangkan yang lainnya hidup sebagai parasit di
dalam tubuh hewan. Sebagaian protozoa juga menjalani gaya hidup simbiotik berupa
komensalisme dan mutualisme.
Protozoa merupakan hewan bersel satu, berinti sejati dan tidak memiliki dinding sel.
Dimana kebanyakan protozoa hanya dapat dilihat dibawah mikroskop. Bentuk tubuh setiap
protozoa berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, pada fase yang berbeda dalam siklus
hidupnya. Berdasarkan pergerakannya, protozoa dikelompokkan menjadi (4), yaitu Flagellata
(bergerak menggunakan flagel, misalnya Trypanosoma dan Tricomanas), Rhizopoda (bergerak
dengan pseudopodia atau kaki semu, misalnya Amoeba), Ciliata (bergerak dengan cilia atau
rambut getar, misalnya Paramecium), dan Sporozoa (tidak memiliki alat gerak, misalnya
Plasmodium Sp.).
Pada umumnya protista atau protozoa hidup soliter pada habitat yang beragam.
Sebagian besar hidup di air laut atau air tawar, misalnya di selokan, kolam, sungai, danau, rawa
ataupun genangan air. Adapula yang hidup di tanah, pohon dan batu.
Kelompok pertama protozoa tidak tersebar begitu saja dalam lingkungan air, tetapi setiap jenis
kurang lebih mendiami tipe habitat tertentu seperti halnya hewan tingkat tinggi. Beberapa jenis
protozoa hidup di air tawar, di air laut dan lainnya lagi pada dasar perairan. Kelompok protozoa
ini terdapat di mana-mana di dunia di mana terdapat air atau tempat berair atau tempat lembab.
Kelompok kedua mudah dipisahkan, karena semua parasitik dan tidak mempunyai cara untuk
bergerak sendiri. Mereka mempunyai habitat yang terbatas. (Rohmimohtarto 2007: 107).
Pengamatan ini bertujuan Mengenal keanekaragaman hewan-hewan protozoa,
Observasi morfologi dan struktur hewan-hewan Protozoa, Observasi dan identifikasi ciri-ciri
khas setiap classis.
B. METODE
Alat dan bahan yang di perlukan dalam praktikum ini diantaranya , 2 buah botol
bekas air mineral ,Jerami ,Air ,Kotoran kambing ,Smartphone dan Laptop/computer.

Step selanjutnya yakni Langkah kerja , Langkah pertama yakni Menyiapkan sediaan
sampel Protozoa , kemudian Siapkan dua botol bekas air mineral, tandai dengan botol 1 dan
botol 2, masukkan jerami ke dalam botol bekas air mineral , ambil air dan Tambahkan air
ke dalam botol tersebut. Tambahkan 3 butir kotoran kambing/ ayam ke dalam botol 1. Botol
2 tanpa penambahan kotoran kambing, Tutup botol, dan simpan di suhu ruang, Buka botol
sehari sekali untuk memberikan sirkulasi udara kemudian Amati perubahan air rendaman
jerami pada botol 1 dan botol 2 meliputi warna, bau, kondisi jerami di dalam botol dan
dokumentasikan. Pengamatan dilakukan selama 3 hari.
• Pengamatan, karakterisasi, dan klasifikasi Protozoa

Karakterisasi dan klasifikasi Protozoa dilakukan dengan menggunakan eksplorasi pada


media virtual. Kemudian Carilah contoh spesies protozoa melalui eksplorasi virtual (1 anak
1 genus yang berbeda). Setelah itu Amati karakter dari spesies tersebut meliputi: Morfologi:
bentuk luar tubuh, Anatomi: karena organisme uniseluler, kajian anatomi bisa disamakan
dengan histologi dan fisiologi, yaitu meliputi organel sel serta fungsi nya, Ekologi: meliputi
peranannya dalam ekosistem, bagaimana cara memperoleh makanannya, adaptasi,
predator, dll, Biogeografi: wilayah persebaran spesies tersebut.

C. HASIL PENGAMATAN
• Penyiapan sediaan sampel Protozoa
• Pengamatan, karakterisasi, dan klasifikasi Protozoa
Hari Kondisi yang Botol 1(Dgn Botol 2(tanpa
ke- diamati kotoran ayam) kotoran ayam)
1 -PERUBAHAN -Warna air sedikit -warna air masih
WARNA AIR DI keruh dikarnakan bening agak sedikit
DALAM BOTOL endapan dari Jerami keruh dikarnakan
-PERUBAHAN dan kotoran dari endapan Jerami
BAU ayam yang masih - tidak tercium bau
seedikit menyengat hanya
menggumpal saja bau jerami
-bau busuk lumayan
menyengat
dikarnakan bau yang
berasal dari tai ayam
tersebut.
2 -PERUBAHAN -warna air mulai -warna keruh
WARNA AIR DI keruh hamper dikarnakan endapan
DALAM BOTOL kecoklatan dan tai Jerami yang mulai
-PERUBAHAN ayam mulai hancur membusukJ
BAU bersamaan dengan - sedikit tercium bau
air tidak enak pada air
-bau busuk dari dikarnakan Jerami
kotoran ayam mulai mulai membusuk
tercium
3 -PERUBAHAN - warna air sudah -warna sudah sangat
WARNA AIR DI sangat keruh keruh dikarnakan
DALAM BOTOL kecoklatan dan tai endapan Jerami
-PERUBAHAN ayam hancur yang mulai
BAU bersamaan dengan membusukJ
air
-bau sangat busuk -tercium bau tidak
dari kotoran ayam enak pada air
mulai tercium dikarnakan Jerami
mulai membusuk.
D. PEMBAHASAN

Kondisi Jerami di botol 1 dengan menggunnakan kotoran ayam lebih bau dan cepat
mengeruh sedangkan pada botol 2 yang tidak ada kotoran ayamnya lebih terjaga baunya
dan warna airnya. Dikarnakan , Varietas padi unggul yang dihasilkan dapat menghasilkan
jerami padi dalam satu kali panen mencapai 25 ton / ha dapat digunakan sebagai bahan
baku pupuk kompos. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kadar
air pada proses pengomposan jerami dan kotoran ayam , dan mengetahui kadar air yang
sesuai agar proses pengomposan jerami dan kotoran sapi lebih cepat. Penelitian ini
menggunakan 5 perlakuan yaitu: P1 (perlakuan kadar air 40%), P2 (perlakuan kadar air
45%), P3 (perlakuan kadar air 50%), P4 (perlakuan kadar air 55%), dan P5 (perlakuan kadar
air 60%). Berat bahan untuk masing-masing perlakuan adalah 35 kg menggunakan
perbandingan jerami dan kotoran sapi 3:4. Parameter yang diamati adalah suhu, kadar air,
rendemen, pH, nitrogen, karbon dan rasio C/N. Suhu puncak maksimal dari 5 perlakuan
adalah pada perlakuan kadar air 60% dengan suhu 49,8oC dan suhu puncak terendah adalah
perlakuan kadar air 40% dengan suhu tertinggi 48,4 oC. Pengomposan awal, nilai pH
berkisar 6,4- 6,6 pada akhir proses pengomposan, nilai pH berkisar 6,9-7,2. Rasio C/N dari
semua perlakuan memenuhi standar SNI yaitu rasio C/N berkisar 18,60-19,01. Kualitas
kompos yang dihasilkan dari bahan baku jerami dan kotoran Ayam pada kelima perlakuan
sudah sesuai dengan standar SNI No. 19-70302004 digunakan sebagai acuan kualitas
kompos.
Praktikan mendapat satu protozoa yang akan diKarakterisasi dan klasifikasi dengan
menggunakan eksplorasi pada media virtual, protozoa yang saya dapati yakni chilodonella
sp. Chilodonella sp., merupakan protozoa yang dapat berreproduksi dengan cepat. Menurut
Tobler et al. (2007). Chilodonella sp. berreproduksi dengan pembelahan mitosis namun
dapat juga dengan konjugasi. Chilodonella uncinata adalah bersel tunggal organisme
dari Ciliata kelas alveoles . Chilodonella sp memiliki silia yang menutupi tubuhnya dan
memiliki struktur inti ganda, mikronukleus dan makronukleus . Tidak seperti beberapa
ciliata lainnya, Chilodonella sp mengandung jutaan minikromosom ( kromosom somatik )
dalam makronukleusnya sementara mikronukleusnya diperkirakan mengandung
3 kromosom . Childonella uncinate adalah agen penyebab Chilodonelloza , penyakit yang
menyerang insang dan kulit ikan air tawar, dan dapat bertindak sebagai parasit fasilitasi
jentik-jentik nyamuk.

Chilodonella sp Parasit jenis ini telah diidentifikasi dalam penelitian memiliki ciri-ciri
berukuran 80 μm, berbentuk oval dengan bagian ventral rata, dorsal cembung dan memiliki
cilia, hidup secara eukariota uniseluler atau berkoloni Hal ini sesuai dengan pendapat Jasin
(1992), Chilodonella sp ini memiliki silia pada seluruh tubuhnya. Silia berfungsi sebagai
alat gerak.

Chilodella sp. ditemukan pada semua spesies ikan yang tertangkap disungai dan
mempunyai kelimpahan yang relatif tinggi hampir semua spesies ikan tersebut.
Kelimpahan tertinggi untuk Chilodonella sp., dijumpai pada ikan Brek kemudian ikan Jeler
dan Ikan Benter. Kelimpahan yang sangat tinggi menunjukan kecenderungan adanya
dominasi ektoparasit yang mempengaruhi nilai indeks keragamannya. Ektoparasit
Chilodonella sp., merupakan protozoa yang dapat berreproduksi dengan cepat. Menurut
Tobler et al. (2007). Chilodonella sp. berreproduksi dengan pembelahan mitosis namun
dapat juga dengan konjugasi. Chilodonella sp. juga dapat mengalami dormansi untuk waktu
yang lama. Walaupun demikian, apabila keadaan ikan menjadi lemah atau stress atau
keadaan perairan yang memburuk, reproduksi Chilodonella sp. dapat berlangsung sangat
cepat Tobler et al. (2007).

Keberadaan ektoparasit Chilodonella sp. yang melimpah dapat pula disebabkan karena
ektoparasit ini mempunyai kisaran toleransi temperatur yang lebar sehingga dapat menjaga
eksitensinya (Lafferty, 2008). Selain ukurannya yang sangat kecil, Chilodonella sp., juga
menginfeksi secara berkelompok atau koloni sehingga sering kali ektoparasit ini ditemukan
dalam jumlah banyak, ketika terjadi penurunan temperatur ikan akan mudah terinfeksi
Chilodonella sp

Habitat Chilodonella uncinata memiliki sebaran kosmopolitan. Diduga bertindak


sebagai endoparasit fakultatif dari larva nyamuk Culex , Aedes , dan Anopheles . Ia hidup
di kolam air tawar, danau, anak sungai, dan bayous di mana ia memakan bakteri dan
mikroba lainnya.Pemeriksaan mikroskopis sampel sitologi menunjukkan bahwa jentik-
jentik nyamuk yang mengandung subkutan encysted Chilodonella. uncinata memiliki
mortalitas 25-100% pada jentik nyamuk, namun tidak dilakukan pemeriksaan viabilitas.

Biologi dan morfologi Chilodonella ,Chilodonella uncinata memiliki zona tigmotatik


yang luas yaitu dua pertiga panjang tubuh dan memiliki paruh anterior yang menonjol yang
mengarah ke kiri Dapat dipertahankan dalam kondisi laboratorium dalam media rumput
gandum sereal yang diinokulasi dengan Klebsiella sp . Pertumbuhan optimal terjadi antara
25 dan 30 ° C. C. uncinata mampu bersporulasi dan dapat melawan lingkungan dengan
sumber daya terbatas untuk jangka waktu tertentu.

Semua ciliata memiliki dua inti , tetapi mereka berbeda dalam struktur inti
somatiknya. Semua ciliata kecuali Karyorelictea memiliki makronukleus yang
membelah. Chilodonella. uncinata juga memiliki makronukleus pemisah, tetapi
memodifikasi genom makronuklear dari genom mikronuklear ibu dengan memproduksi
kromosom makronuklear yang mengandung satu atau dua kerangka baca
terbuka (ORFs). Ukuran rata-rata kromosom makronuklear ini adalah 4 kbit / s Kromosom
makronuklear juga diperkuat untuk menghasilkan jumlah salinan variabel tinggi antara
kromosom. Misalnya, kromosom A mungkin memiliki 500 salinan sedangkan kromosom
B hanya memiliki 5 salinan di makronukleus. Ini meninggalkan genom makronuklear
dengan jutaan kromosom individu, semuanya mengandung ujung telomer , hanya satu
ORF, dan sedikit area untuk pengikatan faktor transkripsi untuk inisiasi transkripsi.

Chilodonella uncinata memiliki konjugasi seksual untuk rekombinasi , dan replikasi sel
terjadi dengan pembelahan aseksual Seks dan reproduksi terpisah pada ciliates. C.
uncinata mampu kawin dengan sel C. uncinata lain yang memiliki jenis kawin
yang sama . Setelah saling melengkapi jenis kawin , inti germ-line mengalami meiosis
untuk menghasilkan inti zigotik. Setiap sel terkonjugasi mentransfer satu inti zigotik ke sel
lain tempat inti zigotik berfusi. Inti garis kuman diploid mengalami mitosis yang
menciptakan duplikasi inti garis kuman. Pada titik ini inti somatik sedang terdegradasi.

Inti garis germinal yang digandakan kemudian berkembang menjadi inti somatik yang
baru. Struktur genom inti somatik dibuat oleh fragmentasi kromosom dengan kromosom
gen tunggal dan amplifikasi kromosom somatik ini. Tidak diketahui apa yang menentukan
jumlah salinan setiap kromosom atau jika nomor salinan dari kromosom somatik dapat
diwariskan antara konjugasi seksual.

C. uncinata mengalami reproduksi aseksual untuk pembelahan sel dan duplikasi yang
disebut amitosis . Karena C. uncinata memiliki dua inti, ia melewati dua gaya pembagian
inti yang berbeda. Inti germ-line mengalami mitosis selama pembelahan aseksual
sementara nukleus somatik mengalami amitosis. Amitosis adalah proses stokastik dimana
tidak seperti pada mitosis, tidak ada pembentukan spindel untuk memisahkan kromosom
selama pembelahan inti. Sebaliknya, kromosom di dalam inti somatik diduplikasi, dan inti
melewati pembelahan biner. Mekanisme tepatnya tidak diketahui, tetapi diyakini bahwa
kromosom somatik yang terletak di satu sisi inti somatik yang membelah didistribusikan
ke satu sel anak, dan kromosom somatik di sisi lain inti didistribusikan ke sel anak lainnya.
Proses amitosis ini menyebabkan dua sel anak berpotensi memiliki inti germ-line yang
identik tetapi inti somatik yang berbeda dalam hal jumlah salinan kromosom. Karena inti
somatik adalah inti yang aktif secara transkripsi, mutasi nomor salinan somatik yang
diturunkan oleh proses amitotik ini dapat memiliki konsekuensi kesesuaian untuk sel
individu.]

Childonella uncinata mudah dibiakkan di laboratorium, memiliki waktu generasi yang


cepat, dan memiliki struktur genom kompleks yang memungkinkan C.
uncinata menjadi model organisme untuk arsitektur genomik , jaringan genomik ,
dan genom evolusi penelitian. Secara khusus, C. uncinata bersama
dengan Ciliata terkait lainnya telah digunakan untuk menentukan evolusi
duplikasi gen alfa-tubulin . Ditemukan bahwa C. uncinata mengandung dua paralogs alfa-
tubulin dimana variasi antar paralog tersebutsangat terkonsentrasi dalam tiga area kecil
gen.

Domain: Eukaryota

(tidak Alveolata
diperingkat):

Divisi: Ciliophora

Kelas: Phyllopharyngea

Memesan: Cyrtophorida

Keluarga: Chilodonellidae

Marga: Chilodonella

Jenis: C. uncinata

E. SIMPULAN

Kondisi Jerami di botol 1 dengan menggunnakan kotoran ayam lebih bau dan cepat
mengeruh sedangkan pada botol 2 yang tidak ada kotoran ayamnya lebih terjaga baunya dan
warna airnya.

. Chilodonella sp., merupakan protozoa yang dapat berreproduksi dengan cepat. Menurut
Tobler et al. (2007). Chilodonella sp. berreproduksi dengan pembelahan mitosis namun dapat
juga dengan konjugasi. Chilodonella uncinata adalah bersel tunggal organisme
dari Ciliata kelas alveoles . Chilodonella sp memiliki silia yang menutupi tubuhnya dan
memiliki struktur inti ganda, mikronukleus dan makronukleus , Chilodonella sp Parasit jenis
ini telah diidentifikasi dalam penelitian memiliki ciri-ciri berukuran 80 μm, berbentuk oval
dengan bagian ventral rata, dorsal cembung dan memiliki cilia, hidup secara eukariota
uniseluler atau berkoloni , untuk Chilodonella sp., dijumpai pada ikan Brek kemudian ikan
Jeler dan Ikan Benter. Kelimpahan yang sangat tinggi menunjukan kecenderungan adanya
dominasi ektoparasit yang mempengaruhi nilai indeks keragamannya , Habitat Chilodonella
uncinata memiliki sebaran kosmopolitan. Diduga bertindak sebagai endoparasit fakultatif dari
larva nyamuk Culex , Aedes , dan Anopheles . Ia hidup di kolam air tawar, danau, anak sungai,
dan bayous di mana ia memakan bakteri dan mikroba lainnya.Pemeriksaan mikroskopis sampel
sitologi menunjukkan bahwa jentik-jentik nyamuk yang mengandung subkutan , morfologi
Chilodonella ,Chilodonella uncinata memiliki zona tigmotatik yang luas yaitu dua pertiga
panjang tubuh dan memiliki paruh anterior yang menonjol yang mengarah ke kiri Dapat
dipertahankan dalam kondisi laboratorium dalam media rumput gandum sereal yang
diinokulasi dengan Klebsiella sp

F. DARTAR PUSTAKA

Bunda, Halang DKK. 2013. Penuntun Praktikum Zoologi Invertebrata. Banjarmasin: FKIP
UNLAM Banjarmasin.
Djuhanda, Tatang. (1980).Kehidupan dalam Setetes Air Bandung : Institut TeknologiBandung

http://ojs.unud.ac.id/index.php/beta

https://en.wikipedia.org/wiki/Chilodonella_uncinata

https://www.academia.edu/8433903/Laporan_Praktikum_Protozoa

Kastawi, Y. dkk. (2005).Zoologi Avertebrata. Malang : Universitas Negeri Malang

Radiopoetro. 1986.Zoologi.Erlangga : Jakarta.


LAMPIRAN

KONDISI PADA HARI PERTAMA

KONDISI PADA HARI KE DUA


PADA HARI KE TIGA

DENGAN PENYIIMPANAN PADA SUHU BERIKUT

Anda mungkin juga menyukai