Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang

Penggunaan jamur (cendawan, kapang, dan khamir) dalam kehidupan kita

sehari-hari bukanlah hal yang baru, apakah itu menyangkut proses fermentasi

sederhana, atau proses fermentasi yang berkembang sampai ke skala industri.

Beribu-ribu tahun lalu, tanpa sadar, manusia sudah memanfaatkan kapang dan

khamir untuk menghasilkan makanan tertentu dan juga untuk mengawetkan aneka

bahan pangan. Contohnya adalah yoghurt, anggur, kefir, aneka tempe, oncom, keju

khusus, dan lain sebagainya. Rasa dan aroma bahan pangan yang ditumbuhi kapang

atau khamir disukai oleh banyak bangsa karena rasanya yang enak dan aromanya

yang khas. Pengalaman membuktikan bahwa makanan fermentasi tradisional yang

berjamur itu tidak racun, sehingga manusia berusaha untuk selalu membuatnya

dengan proses perlakuan yang sama agar produk yang diperolehnya sama pula.

Mereka tidak mengetahui sama sekali bahwa aktivitas jamur dapat menyebabkan

perubahan pada bahan pangan mereka. Apabila timbul suatu bau yang busuk baru

mereka katakan, bahwa pangan tersebut sudah rusak dan tidak akan mereka

konsumsi lagi. Teknologi yang menggunakan khamir misalnya, merupakan aplikasi


sains tertua yang dapat ditelusur dan telah ditemukan kurang lebih 6000 tahun lalu

di Mesir.

B.     Rumusan Masalah

1.       Bagaimana bentuk dan jenis jamur yang terdapat pada suatu sampel?

2.       Bagaimana bentuk, morfologi, jenis dan karakter dari jamur murni Aspergillus

niger, Mucos sp, Rhizopus oligosporus dan Penicillium crysogenum dan sampel bolu

berjamur, ikan goring ber jamur, kulit durian berjamur dan biscuit berjamur dengan

menggunakan metode makroskopik   

C.     Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami morfologi
kapang dan khamir secara makroskopik., mikroskopik, dan slide culture.
D.     Tujuan Percobaan

Untuk mengamati morfologi jamur murni Aspergillus niger, Mucos sp,


Rhizopus oligosporus dan Penicillium Crysogenum  dan sampel berjamur seperti bolu,
ikan goring, kulit durian dan biscuit dengan menggunakan metode mikroskopik
langsung, slide cultur dan makroskopik

E.      Manfaat Praktikum

Agar dapat mengetahui bentuk morfologi suatu jamur pada suatu sampel
dengan menggunakan metode mikroskopik langsung, makroskopik dan slide culture

BAB  II

KAJIAN PUSTAKA
A.  Teori Umum

Istilah petumbuhan sebagaimana yang digunakan pada bakteri mengacu pada

perubahan populasi total dan bukannya perubahan dalam suatu organisme saja.

Tambahan pula, pada kondisi pertumbuhan seimbang ada suatu pertambahan semua

komponen selular secara teratur. Akibatnya, pertumbuhan dapat ditentukan tidak

hanya dengan cara mengukur jumlah sel tetapi juga dengan mengukur jumlah

berbagai komponen selular (Pelzar, 2001)

Identifikasi mikroba adalah salah satu tugas yang lazim dilakukan dalam

laboratorium mikrobiologi. Dilaboratorium diagnostik  penyakit, isolasi dan perincian

mikroba yang bersal dari penderita penyakit harus dilaksakan dengan cepat dan

tepat sehingga  pengobatan dapat diberikan  sedini mungkin.   Perincian

mikroorganisme yang diisolasi dari makanana atau minuman yang terlibat dalam

pencemaran harus dilakukan secapat mungkin agar wabah keracunan akibat makan

dabn minuman yang tercemar dapat dihentikan (Lay Bibiana, 1994)

Jamur pada umumnya adalah organisme yang berbentuk benang,

multiselluler, tidak berklorofil. Jamur berkembangbiak secara vegetatif dan

generatif dengan berbagai macam spora. Macam spora yang terjadi dengan tiada

perkawinan ialah (Natsir, dkk , 2003).


1.     Spora biasa yang terjadi karena protoplasma dalam suatu sel tertentu berkelompok

kecil-kecil, masing-masing mempunyai membran inti sendiri.

2.    Konidiospora, yaitu spora yang terjadi karena ujung suatu hife berbelah-belah

seperti tasbih.

3.    Pada beberapa spesies, bagian-bagian miselium dapat membesar serta berdinding

tebal; bagian itu merupakan alat pembiak yang disebut klamidiospora.

4.    Jika bagian miselium-miselium itu tidak menjadi lebih besar daripada aslinya, maka

bagian-bagian itu disebut artrospora.

Secara umum fungi dapat dibagi menjadi dua kelompok  berdasarkan atas
tipe selnya yaitu (Pelczar,2001) :
1.     Fungi bersifat uniselluler (khamir)
2.    Fungi yang bersifat multiselluler (kapang)
           Kapang adalah fungi multiseluler yang mempunyai filamen, dan

pertumbuhannya pada makanan mudah dilihat karena penampakannya yang

berserabut seperti kapas. Pertumbuhannya mula-mula akan berwarna putih, tetapi

jika spora telah timbul akan terbentuk berbagai warna tergantung dari jenis

kapang. Kapang terdiri dari suatu thallus (jamak = thalli) yang tersusun dari filamen

yang bercabang yang disebut hifa ( tunggal = hypha, jamak = hyphae). Kumpulan dari

hifa disebut miselium ( tunggal = mycelium, Jamak = mycelia) (Pelczar,2001).

           Khamir (“yeast”) adalah fungi bersel satu yang mikroskopik, beberapa

generasi ada yang membentuk miselium dengan percabangan. Khamir hidupnya


sebagian ada yang saprofit dan ada beberapa yang parasitik. Sel khamir mempunyai

ukuran yang bervariasi, yaitu dengan panjang  1-5 μm sampai 20-50 μm, dan lebar 1-

10 μm.  (Pelczar,2001).

           Khamir termasuk fungi tetapi dibedakan dari kapang karena bentuknya yang

bersifat uniseluler. Reproduksi khamir tertutama dengan cara pertunasan. Sebagai

sel tunggal khamir tumbuh dan berkembang biak lebih cepat jika dibandingkan

dengan kapang karena mempunyai perbandingan luas permukaan dengan volume yang

lebih besar. Khamir pada umumnya diklasifikasikan berdasarkan sifat-sifat

fisiologinya dan tidak atas perbedaan morfologinya seperti pada kapang. Beberapa

kapang tidak membentuk spora dan digolongkan ke dalam fungi imperaktif dan yang

lain membentuk spora seksual sehingga digolonggakn ke dalam Ascomycetes dan

Basidiomycetes (Natsir, dkk ; 2003).

B.     Uraian Bahan

1.     Gliserol 10 % (Dirjen POM,1979)


Nama resmi                :  Glyserolum
Sinonim                       :  Gliserin
RM / BM                     :  C3H8O3    /  92,10 
                 : Cairan seperti sirup jernih, tidak berwarna, tidak berbau, manis diikuti rasa hangat.
                 : Gliserol dapat  dicampur  dengan  air  dan dengan  etanol 95% P     
n               :  Dalam wadah tertutup rapat
                 :  Sebagai zat pemberi kelembaban
2.    Asam tartrat (Dirjen POM,1979)
Nama resmi                :  Tartrat acid
Sinonim                      :  Asam tartrat
RM                             :  C4H6O6  
                : Hablur tidak berwarna atau serbuk putih , tidak berbau, rasa sangat asam.
                : Sangat mudah larut dalam air, mudah larut   dalam etanol (95%) P, sukar larut dalam
eter P.
n               :  Dalam wadah tertutup rapat
                :  Sebagai zat pemberi suasana asam
3.    Air suling (Dirjen POM,1979)
Nama resmi                :  Aqua destillata
Sinonim                       :  Aquadest, air suling
RM / BM                     :  H2O / 18,02
                 : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, Tidak berasa.
n               :  Dalam wadah tertutup rapat.
                 :  Sebagai pelarut.
4.    Metylen Blue (Paul G.Stecher,1968)

Nama Resmi                :  Metylen blue

Sinomin                       :  Biru Metil

RM / BM                     :  C37H27N3Na2O9S3 / 799,80

Pemerian                     :  Serbuk biru gelap

Kelarutan                              : Larut dalam air

Penyimpanan                : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan                     : Sebagai pewarna.

C.     Uraian Mikroba


        1.     Aspergillus niger (Wikipedia Indonesia)
  Klasifikasi
Domain         : Eukaryota
Kingdom       : Fungi
Phylum         : Ascomycota
Subphylum   : Pezizomycotina
Class            : Eurotiomycetes
Order                   : Eurotiales
Family                   : Trichocomaceae
Genus          : Aspergillus
Species       : Aspergillus niger
  Morfologi  (wikipedia indonesia)
Aspergillus niger dapat tumbuh optimum pada suhu 35-37ºC, dengan suhu
minimum 6-8ºC, dan suhu maksimum 45-47ºC. Selain itu, dalam proses
pertumbuhannya kapang ini memerlukan oksigen yang cukup (aerobik). Aspergillus
niger memiliki warna dasar berwarna putih atau kuning dengan lapisan konidiospora
tebal berwarna coklat gelap sampai hitam. Kepala konidianya berwarna hitam, bulat,
cenderung memisah menjadi bagian-bagian yang lebih longgar seiring dengan
bertambahnya umur.
           2.    Rhyzopus sp (Wikipedia Indonesia)
  Klasifikasi
 Kingdom       : Fungi
Class            : Zygomycetes
Order                   : Mucorales
Family                   : Mucoraceae
Genus          : Rhizopus
Spesies       : Rhyzopus Oryzae
  Morfologi  (Dwidjoseputro,1998)
Rhyzopus  banyak menyeruopai Mucor hanya miselium Rhyzopus terbagi–bagi
atas stolon, yang menghasilkan alat–alat berupa akar (rhyzoida), sporangiofor.
Sebagai saprofit pada beberapa spesies dan sebagain sebagaim parasit.
            3.    Penicillium chrysogenum (Wikipedia Indonesia)

     Klasifikasi

Kingdom       : Fungi

Division       : Ascomycota
Subdivision  : Pezizomycotina

Class           : Eurotiomycetes

Order          : Eurotiales.

Family          : Trichocomaceae

Genus          : Penicillium

Spesies       : Pennicillium chrysogenum

  Morfologi (Suriawiria,1986)

         Kapang ini memiliki kepala konidium yang khas dan mudah dibedakan. Sama

seperti aspergillus tetapi perbedaan terletak dalam susunan konidianya. Merupakan

penghasil penicillin

  4.    Mucor sp  (Wikipedia Indonesia)

  Klasifikasi

Kingdom       : Fungi

Division       : Zygomycota

Class            : Zygomycetes

Order                   : Mucorales

Family                   : Mucoraceae

Genus          : Mucor

Spesies       : Mucor sp
  Morfologi (Buchanan, 1974)

          Kebanyakan hidup sebagai saprofit pada sisa tumbuhan dan hewan, jarang

sekali hidup sebagai parasit. Kebanyakan memiliki miselium yang bercabang,

sebagian tidak bersekat tetapi untuk golongan tertentu telah memperlihatkan

sekat-sekat. Dinding selnya terdiri atas kitin. Terdapat gametangiogami.

BAB III

KAJIAN PRAKTIKUM

A.     Alat Yang Dipakai

Batang V, Botol Semprot, Botol pengencer, Cawan petri steril, Deg Gelas,
Hand spayer, Jarum preparat, Kertas saring, Lampu spirtus, Mikroskop, Ose bulat,
Objec gelas, Pipet tetes, Spoit.
B.     Bahan yang digunakan

Air suling steril, Alkohol 70%, Asam  tartrat, Gliserol 10%, Kapas, Kertas

label, Kertas saring, kulit durian berjamur, Medium NA (Natrium Agar), Medium

PDA (Potato Dextrosa Agar), Metilen blue, Penicillin chrysogenum, Tissue,

C.     Cara Kerja

1.     Pembuatan Medium

Ditimbang medium PDA sebanyak 9,75 gram kemudiaan masukkan dalam

Erlenmeyer lalu tambahkan aquadest sebanyak 250 ml, aduk lalu panaskan sampai

homogen, kemudian sterilkan didalam autoklaf pada suhu 121 0C selama 15 menit
2.    Peremajaan Jamur

Disiapkan medium PDA miring kemudian dinokulasikan jamur murni secara

aseptis kedalam medium miring lalu digoreskan secara zig-zag.

3.    Pengujian Kapang Khamir

a.       Secara Makroskopik

1.     Metode Tuang

Dimasukkan suspensi biakan jamur bolu ke dalam tabung reaksi steril

sebanyak 1 ml menggunakan ose bulat kemudian tuang kedalam capet steril kemudian

dimasukkan medium PDA sebanayak 10 ml dan ditambahkan Asam tatrat 1-2 tetes

kedalam cawan petri yang berisi suspensi sampel bolu berjamur lalu dihomogenkan

membentuk angka delapan dan dibiarkan sampai memadat. Kemudian diinkubasikan

selama 3 x 24 jam pada suhu kamar di enkas, lalu diamati bentuk permukaan, warna

koloni, bau khas, titik pusat permukaan (radial furrow), daerah pertumbuhan

(growing zone), zonation, titik cair-cair pada permukaan (exudates drops) dan latar

belakang warna koloni (reverse of colony), Kemudian digambar. Dialkukan hal yang

sama pada untuk sampel Aspergilus niger.

2.    Metode Gores


Dispoit medium PDA sebanyak 10 ml lalu ditambahkan asam tatrat sebanyak 1-2

tetes. Masukkan kedalam cawan petri steril, kemudian di homogenkan dan dibiarkan

memadat. Setelah memadat, diambil 1 ose biakan murni jamur lalu inokulasikan ke

dalam cawan petri, gores dengan cara zig-zag. Lalu inkubasi selama 3 x 24 jam pada

suhu kamar di engkas.

B.    Secara Mikroskopik Langsung


1.     Sampel Bolu
Disiapkan objek glass, kemudian diambil satu ose sampel bolu, ditempatkan di
atas objek glass dan kemudian ditetesi dengan metylen blue sebanyak 1 tetes atau
safranin 1 tetes. Preparat ditutup dengan dek glass kemudian diamati morfologinya
dengan mikroskop dengan dimulai perbesaran terkecil, kemudian digambar bentuk
morfologinya. Dilakukan hal yang sama untuk sampel yang lain seperti kulit durian,
ikan goreng dan biscuit berjamur.
2.    Sampel jamur murni Aspergillus niger

Diambil satu ose sampel jamur murni Aspergillus niger tempatkan di atas

objek glass, kemudian ditetesi dengan metylen blue sebanyak 1 tetes atau safranin

1 tetes. Preparat ditutup dengan dek glass kemudian diamati morfologinya dengan

mikroskop dengan dimulai perbesaran terkecil dan kemudian digambar bentuk

morfologinya. Dilakukan hal yang sama untuk jamur Mucos sp, Rhizopus oligosporus

dan Penicillium Crysogenum.

C.    Secara Mikroskopik Tidak Langsung (Slide Culture)

Disiapkan cawan petri, lalu dimasukkan kertas saring ke dalamnya. Di atas


kertas saring tersebut diletakkan batang V yang terbuat dari aluminium foil dan
kemudian di atas batang V ini diletakkan objek dan dek glass. Selanjutnya
disterilkan dalam oven kemudian setelah steril  diambil suspensi jamur (Bolu) 1 ose
lalu digores pada objek glass dan di tetesi dengan medium PDA lalu di tutup dengan
deg glass kemudian dimasukkan Gliserol 10% sebanyak 10 ml sampai membasahi
kertas saring. Kemudian cawan petri ditutup dan diinkubasi selama 3 x 24 jam (pada
suhu kamar) di enkas dan dilakukan pengamatan pada hari ke-3 kemudian diamati di
bawah mikroskop kemudian digambar. Dilakukan hal yang sama untuk sampel yang
lain seperti kulit durian, ikan goreng dan biscuit berjamur.

B.Pembahasan
Sifat dari fungi antara lain mempunyai inti sel, memproduksi spora dan tidak

mempunyai klorofil sehingga tidak melakukan fotosintesiss serta dinding selnya

tersusun atas selulosa atau kitin atau keduanya.

Fungi terdiri atas 2 golongan yaitu kapang dan khamir, Fungi mempunyai
berbagai macam penampilan tergantung dari spesiesnya.  Cendawan terdiri dari
kapang dan khamir, kapang ini bersifat filamentis dan multiseluler atau bersel
ganda  sedangkan khamir biasanya uniseluler  atau bersel tunggal. Perbedaan utama
dari keduanya adalah khamir merupakan sel tunggal (Uniseluler) sedangkan kapang
bersel ganda (Multiseluler). Perbedaan lainnya yaitu kapang mempunyai filamen yang
berbentuk benang dan merupakan suatu bentuk pertumbuhan, apabila organisme
tersebut merupakan saprofit dalam tanah atau dalam medium lainnya.
 Kapang membentuk miselium dan berbagai  bentuk spora, kelompok kapang
sering dipilih berdasarkan spora aseksualnya, bentuk filamen dari kapang adalah
panjang yang disebut sebagai hifa, hifa mempunyai dua struktur yaitu berspekta
dan tidak berspekta  sedangkan khamir tidak mempunyai filamen dan merupakan
suatu bentuk pertumbuhan apabila organisme tersebut hidup sebagai parasit atau
patogen dalam jaringan, dan bereproduksi melalui pertunasan atau pembelahan sel,
bentuk koloni mirip dengan bakteri.
Pada percobaaan kali ini digunakan medium Medium PDA (Potato Dekstrosa

Agar) berdasarkan susunannya merupakan medium organik semi alamiah atau semi

sintetis sebab terdiri dari bahan alamiah yang ditambah dengan senyawa kimia;

berdasarkan konsistensinya merupakan medium padat karena mengandung agar yang


memadatkan medium; berdasarkan kegunaannya merupakan medium untuk

pertumbuhan jamur. Medium PDA terdiri dari kentang yang berfungsi sebagai

sumber energi, nitrogen organik, karbon dan vitamin, dekstrosa sebagai sumber

karbon, agar sebagai bahan pemadat medium dan aquadest sebagai pelarut untuk

menghomogenkan medium dan sumber O2.

Pada praktikum ini digunakan beberapa larutan kimia, yaitu asam tatrat

digunakan untuk memberikan suasana asam, karena fungi mudah tumbuh pada

suasana asam, sedangkan maksud dari penambahan gliserol pada kertas saring yaitu

untuk memberikan kelembapan dimana fungi ditumbuhkan. Penggunaan kertas saring

agar gliserol yang diberikan dapat tersimpan pada kertas saring, karena kertas

saring dapat menyerap gliserol sehingga kelembapan tetap terjaga. Digunakan

batang V bertujuan agar dek dan objek gelas tidak berhubungan langsung dengan

kertas saring yang telah ditetesi gliserol agar fungi dapat tumbuh lebih baik.

          Adapun metode yang digunakan didalam percobaan kali ini yang terdiri atas

metode slide kultur (untuk mikroskopik langsung) dengan menggunakan  sampel dari

biakan murni jamur (penicillium, Aspergillus niger, Mucor sp, dan Rhizopus

chrysogenum),  pada metode ini objek gelas diletakan diatas batang v gunanya untuk

menghindari objek gelas dan deg gelas berhubungan langsung dengan kertas saring

yang telah dibasahi dengan gliserol sehingga fungi dapat tumbuh dengan baik. Dan
untuk mikroskopik secara tidak langsung digunakan sampel jamur yang terdapat

pada bahan-bahan makanan seperti Ikan, biscuit, kulit durian, dan kue bolu.

          Pada praktikum morfologi kapang dan khamir dilakukan dengan 3 prosedur

yaitu : makroskopik, slide culture, dan mikroskopik langsung.

          Secara makroskopik dilakukan dengan menggunakan sampel Aspergillus niger,

Mucor sp, Penicillin chrysogenum dan Rhisopus sp

1.     Aspergillus niger diperoleh hasil :

Bentuk permukaan beludru,  warna koloni hijau, berbau khas, memiliki radial

furrow, tidak memiliki growing zone, memiliki zonation, tidak ada exudate drops,

dan reserve of colony berwarna putih

2.    Mucor sp secara diperoleh hasil :

Bentuk permukaan beludru,  warna koloni hijau, berbau khas, memiliki radial furrow,

tidak memiliki growing zone, memiliki zonation, memiliki exudate drops, dan reserve

of colony berwarna putih

3.    Penicillin chrysogenum diperoleh hasil :

       Bentuk permukaan beludru,  warna koloni hijau, berbau khas, tidak memiliki

radial furrow, terdapat growing zone, memiliki zonation, memiliki exudate drops,

dan tidak memiliki reserve of colony

4.    Rhisopus sp diperoleh hasil :


       Bentuk permukaan beludru,  warna koloni hijau, berbau khas, tidak memiliki

radial furrow, tidak memiliki growing zone, memiliki zonation, tidak memiliki

exudate drops, dan reserve of colony berwarna putih kekuningan

DAFTAR PUSTAKA

Bambang Sutrisno, R. 1998. Taksonomi Spermatophyta Untuk Farmasi edisis I. Fakultas


Farmasi Universitas Pancasila: Jakarta.

Bibiana, W, Lay. 1994. Analisis Mikrobiologi di Laboratorium. PT. Raya Grafindo Persada:
Jakarta.

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Depkes RI: Jakarta.

Dwidosaputro, D. 1998. Dasar - Dasar Mikrobiologi edisi 13. Djambatan: Jakarta.

Natrsir. dkk. 2003. Mikrobiologi Farmasi Dasar. Universitas Hasanudin : Makassar

Pelezaer Jr. Michael, ECS Chan. 2001. Dasar-dasar Mikrobiologi. Universitas Indonesia :
Jakarta.

Suriawiria, Unus, (1986), ‘Pengantar Mikrobiologi Umum, Angkasa’, Bandung.  

Sneath, P. H. A., 1986,”Bergey’s Manual of Systematic Bacteriology”, Volume 1 dan 2,


William and Wilkins, Baltioure, USA

3. Penicillum

Penicillium menyebabkan kerusakan pada bahan sayuran,buah-buahan, dan serelia.


Selain itu digunkan untuk industri,misalkan memproduksi antibiotic penisilin yang
diproduksi oleh Penicillium notatum dan Penicillium chysogenum. Kegunaan lain untuk
pematangan keju, misalnya keju camembert oleh Penicillium camemberti yang konidianya
berwarna abu-abu dll.

Ciri-cirinya adalah : (1) hifa septet, miselium bercabang biasanya berwarna, (2)
konidiopore septet dan muncul bercabang atu tidak bercabang, (3) kepla yang membawa
spora berbentuk seperti sapu, dengan sterigma atau fialidamuncul dalam kelompok, (4)
Konodia membentuk rantai karena muncul satu persatu dari sterigmata, (5) konidia waktu
masih muda berwarna hijau, kemudian berubah menjadi kebiry-biruan atau kecokltan.

Anda mungkin juga menyukai