Anda di halaman 1dari 25

KAPANG DAN KHAMIR

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cendawan terdiri dari kapang dan khamir, kapang adalah

mikroorganisme yang makanannya membutuhkan senyawa organik untuk

nutrisinya, bila mereka hidup dari benda organik mati yang terlarut,

biasanya disebut saprofit, bersifat filamentis dan multiseluler atau bersel

ganda. Sedangkan khamir biasanya uniseluler atau bersel tunggal.

Fungi atau cendawan adalah merupakan organisme heterotrofik,

mereka memerlukan senyawa organic untuk nutrisinya. Bila mereka hidup

dari benda-benda organic mati yang terlarut disebut saprofit yang

menghancurkan sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang kompleks,

menguraikan menjadi zat-zat kimia yang lebih sederhana, yang kemudian

dikembalikan kedalam tanah dan selanjutnya meningkatkan

kesuburannya sehingga dapat menguntungkan bagi manusia. Sebaliknya

ada pula yang dapat merugikan bilamana fungi atau cendawan ini

membusukkan kayu, tekstil, bahan makanan dan bahkan dapat

menimbulkan penyakit.

Ada juga suatu fenomena orang mengannggap bahwa jamur itu

sebenarnya merupakan ganggang yang kehilangan klorofil. Hal ini jelas

MOH. FASALIM RIADI NURUL ILMY, S.Farm


15020150233
KAPANG DAN KHAMIR

pada golongan ganggang hijau dalam hubungannya dengan jamur

ganggang phycomycetes.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam praktikum ini adalah :

1. Bagaimana morfologi secara Makroskopik dan Mikroskopik ?

2. Bagaimana morfologi Jamur sambal tumis secara Makroskopik dan

Mikroskopik ?

C. Maksud Praktikum

Adapun maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui

dan memahami morfologi dari jamur sambal tumis secara makroskopik

dan mikroskopik.

D. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui

morfologi dari jamur sambal tumis berjamur secara makroskopik dan

mikroskopik.

E. Manfaat Praktikum

Manfaat dari praktikum ini adalah untuk memperoleh data ilmiah

tentang morfologi jamur pada sambal tumis

MOH. FASALIM RIADI NURUL ILMY, S.Farm


15020150233
KAPANG DAN KHAMIR

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Kapang adalah mikroorganisme nonfotosintesis, bersel jamak,

aerobik, bercabang, berfilamen yang memetabolisme makana an terlarut.

Bakten dan kapang dapat memetabolisme bahan organik dan jenis yang

sama. Kondisi Iingkungan akan menentukan grup organisme mana yang

akan pradominan. Kapang akan banyak terdapat bila Iimbah mempunyai

pH rendah, kadar air rendah, nitrogen rendah, dan bila nutrien tertentu

tidak ada. Komposisi sel kapang dapat dinyatakan secara empiris dengan

C10H1706N (Jenie, 1993).

Kapang tidak aktif dalam system anaerobik. Oleh karena sel- sel

kapang berisi Iebih sedikit nitrogen daripada sel bakteri, kapang akan

berkompetisi Iebih baik dalam limbah yang mempunyai kadar nitrogen

yang rendah daripada yang dibutuhkan untuk sintesis bakteri.

Kebanyakan kapang tumbuh baik pada pH 4 hingga 5, yang dalam kondisi

ini bakteri sulit berkompetisi (Jenie, 1993).

Sifat filamen dan kapang membuat organisme ini kurang diinginkan

dalam unit penanganan Iimbah secara biologik, karena tidak dapat

mengendap dengan baik. Di bawah kondisi normal yang ada dalam

MOH. FASALIM RIADI NURUL ILMY, S.Farm


15020150233
KAPANG DAN KHAMIR

kebanyakan proses penanganan air, kapang tidak akan pradominan

(Jenie, 1993).

Khamir bentuk dari khamir mulai Dari bentuk bulat atau bulat telur,

bentuk kapang atau silindris, osis atau lain-lain.Bentuk-bentuk dari khamir

tersebut dapat membantu dalam indertifikasi dari khamir.Ukuran selnya

berkisar antara 1-9µ x 2-20µ tergantung daro spesiesnya, ada bebrapa

khamir dalam keadaan tertentu dapat mengalami morfisme yaitu dapat

fase Y (fase khamir, bentuk sel tunggal) dafase F (fase filament, bentuk

benang). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya fase F antara

lain (factor luar seperti suhu rendah), sedangkan terjadinya kea rah fase Y

dapat disebabkan oleh unsur-unsur tertentu seperti glukosa, dareah,

senyawa-senyawa yang bergugus SH dan disamping itu ada juga

beberapa zat seperti minyak arak, ion kobal dapat menginduksi fase Y ke

fase F. semu khamir tidak mempunyai flagella (Djidje, 2006).

Khamir dapat berkembang biak dengan cara bertunas pembelahan

membentuk spora aseksual, konyugasi atau reproduksi seksual dan

secara patenogenesis. Tetapi kebanyakan reproduksinya secara bertunas

yang disebut “bulding” dan pembelahan sederhana (Djidje,2006).

Beberapa macam bentuk sel khamir (Djidje, 2006) :

a) Saccharomyces cerevisiae

MOH. FASALIM RIADI NURUL ILMY, S.Farm


15020150233
KAPANG DAN KHAMIR

b) S. allipsideus

c) S. pastorianus

d) S. epicule

e) Mycoderma

f) Saccharomycode sp

g) Schizosaccharomyses sp

h) Torula sp

Bagian tubuh fungi yang menyolok adalah miselium yang terbentuk

dari kumpulan hifa yang bercabang-cabang membentuk suatu jalan yang

umumnya berwarna putih.Hifa berisi protoplasma yang dikelilingi oleh

suatu dinding yang kuat.Pertumbuhan hifa berlangsung terus- menerus di

bagian apikal, sehingga panjangnya tidak dapat ditentukan secara

pasti.Diameter hifa umumnya tetap, yaitu berkisar 3-30µm. Spesies-

spesies yang berbeda memiliki diameter yang berbeda pula, dan ukuran

diameter tersebut dapat juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

(Gandjar, 2006).

Hifa dapat dibedakan atas dua tipe hifa yang fungsinya berbeda,

yaitu ada yang menyerap nutrien dar substrat dan ada yang menyangga

alat-alat reproduksi.Hifa yang umumnya rebah pada permukaan substrat

atau tumbuh ke dalam substrat dan fun8sinya adalah mengabsorbsi

nutrien yang diperlukan untuk kehidupan fungi disebut hifa vegetatif.Hifa

MOH. FASALIM RIADI NURUL ILMY, S.Farm


15020150233
KAPANG DAN KHAMIR

yang umumnya te8ak pada miselium yang ada di permukaan substrat

disebut hifa rertil, karena berperan untuk reproduksi.Hifa fertil dapat

berupa sporan8iofor atau konidiofor, atau karpus dengan tuiuan a8ar

penyebaran sel-sel reproduksi yang dibawanya berlangsung lebih mudah.

Hifa-hifa yang sudah menjalin suatu jaringan miselium yang makin lama

makin tebal akan membentuk suatu koloni yan8 dapat dilihat dengan mata

kasat. Pada sejumlah spesies, di antara hifa vegetatif yang rebah di atas

substrat dapat ditemukan hifa yang tumbuh ke atas dan disebut hifa udara

(aerial hyphae) atau miselium udara (aerial mycelium), misalnya pada

sejumlah spesies Penicillium.Begitu pula, pembentukan stolon (umumnya

paniang), misalnya pada Rhizopus spp. dan Mucor spp., agar sebanyak

mun8kin substrat dapat dikuasai oleh miselium kapangk aaann? Tersebut

(Gandjar, 2006).

Sebagian besar fungi adalah organism multiseluler dengan hifa

yang dibagi menjadi sel-sel oleh dinding yang bersilangan, atau septa

(tunggal, septum). Septa umumnya memiliki pori yang cukup besar agar

ribosom, mitokondria, dan bahkan nucleus dapat mengalir dari satu sel ke

sel lain. Dinding sel fungi berbeda dari dinding selulosa

tumbuhan.Sebagian besar fungi membentuk dinding selnya terutama dari

kitin (chitin), suatu polisakarida mengandung-nitrogen yang kuat namun

fleksibel yang mirip dengan kitin yang ditemukan pada kerangka eksternal

MOH. FASALIM RIADI NURUL ILMY, S.Farm


15020150233
KAPANG DAN KHAMIR

serangga dan artropoda lainnya.Beberapa fungi adalah asepta; artinya,

hifa tidak dibagi menjadi sel-sel oleh septum. Dikenal sebagai fungi

senositik (coenocytic), fungi-fungi ini terbentuk dari suatu massa

sitoplasmik yang kontinu dengan ratusan atau ribuan nucleus. Kondisi

senositik tersebut adalh hasil dari pembelahan nucleus berulang-ulang

tanpa pembelahan sitoplasmik (Champbell, 2004).

Jamur adalah organisme eukariotik, jamur berbeda dari

tabanab.Karena tidak memiliki klorofil. Terdapat jamur makroskopik

(mushroom) atau mikroskopik (kapang dan ragi). Hanya beberapa spesies

jamur yang menyebabkan penyakit pada manusia.Jamur bersifat tidak

motil, mereka dapat tumbuh sebagai sel tunggal (ragi) atau struktur

berfilamen (miselia), yang sebagai bagiam diantaranya membentuk

cabang (Elliott, 2013).

Jamur diklasifikasikan berdasarkan metode reproduksi

seksualnya. Jamur yang tidak berkembang baik secara seksual disebut

“fungi imperfecti”jamur yang bereproduksi secara seksual dapat

membuahi diri sendiri atau memerlukan galur dari tipe yang berlawanan

agar terjadi fusi seksual terdapat empat kelompok jamur yang

menyebabkan penyakit pada manusian, contoh pathogen jamur,

Cryptococcus neoformansyaitu (Elliot, 2013):

MOH. FASALIM RIADI NURUL ILMY, S.Farm


15020150233
KAPANG DAN KHAMIR

a) C neoformens adalah ragi berkapsul (foto 30) yang terdapat diseluruh

dunia hanitat alaminya adalah tanah, khususnya tanah tercemar oleh

kotoran burung.

b) C neoformans memiliki kapsul polisakarida yang dapat dilihat dengan

pewarnaan tinta india. Jamur dalam cairan serebrospinal (CSS) dapat

dilihat dengan metode ini, jamur dapat diisolasi dari sputum. Cairan

bronchoalveolar lavage, biopsi jaringan.

B. Uraian Bahan

1. Air suling ( Ditjen POM, 1979 )

Nama resmi : Aqua destillata

Sinonim : Aquadest, air suling

RM / BM : H2O / 18,02

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

berasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pelarut

2. Agar (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : Agar

Sinonim : Agar-Agar

MOH. FASALIM RIADI NURUL ILMY, S.Farm


15020150233
KAPANG DAN KHAMIR

Pemerian : Berkas potong atau butiran, jingga lemah

kekuningan sampai kuning pucat atau berwarna,

tidak berbau atau lemah, rasa berlendir.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air , dan larut dalam air

mendidih.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : Sebagai bahan pemadat medium.

3. Asam Tatrat (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : Acidum tartaricum

Nama lain : Asam tatrat

RM / BM : C₄H₆O₆

Pemerian : Hablur, tidak berwarna atau bening atau serbuk

hablur halus sampai granul.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; mudah larut dalam

etanol.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup

4. Dextrosa (Ditjen POM,1995)

Nama resmi : Dextrosum / Glucosum

Sinonim : Glukosa

RM / BM : C6H12O6.H2O / 198,17

MOH. FASALIM RIADI NURUL ILMY, S.Farm


15020150233
KAPANG DAN KHAMIR

Pemerian : Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau butiran

putih; tidak berbau; rasa manis.

Kelarutan : Mudah larut dalam air; sangat mudah larut dalam air

mendidih; agak sukar larut dalam etanol (95 %) P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : Sebagai karbohidrat

5. Gliserol (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : Glycerolum

Nama lain : Gliserin

RM / BM : C₃H₈O₃ / 92,09

Pemerian : Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna; rasa

manis; hanya berbau khas lemah; (tajam atau tidak

enak). Higroskopik; netral terhadap lakmus

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol;

tidak larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak

lemak dan dalam minyak menguap.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

6. Metilen Biru (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : Methylthionini chloridum

Nama lain : Metilen Biru

RM / BM : C₁₆H₁₈CIN₃S.3H₂O / 373,90

MOH. FASALIM RIADI NURUL ILMY, S.Farm


15020150233
KAPANG DAN KHAMIR

Pemerian : Hablur atau serbuk hijau tua, berkilauan seperti

perunggu, tidak berbau atau praktis tidak berbau,

stabil diudara; larut dalam air dan dalam etanol.

Berwarna biru tua.

Kelarutan : Larut dalam air dan dalam kloroform; agak sukar

dalam etanol

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

C. Uraian Mikroba Uji

1. Rhizopus oligarpus (Dwidjoseputro,1998)

a.Klasifikasi

Regnum : Protista

Divisio : Thallophyta

Sub division : Fungi

Class : Phycomycetes

Ordo : Zygomycetes

Famili : Mucorraceae

Genus : Rhizopus

Spesies : Rhizopus oligarpus

MOH. FASALIM RIADI NURUL ILMY, S.Farm


15020150233
KAPANG DAN KHAMIR

b.Morfologi (http://tamoy.com/list/morfologi-rhizopus-oligosporus)

Rhizopus Oligorpus, yaitu jamur yang digunakkan membuat

tempe. Hifa adalah benang-benang penyusun tubuh jamur.

Sebagai anggota Zygomycota, Rhizopus Oligarpus dapat

berkembangbiak secara aseksual atau secara seksual. Reproduksi

aseksual terjadi dengan cara membentuk spora didalam

sporangium yang terletak diujung-diujung hifa. Sporangium

ditunjang oleh sporangiofor. Sebagai anggota Zygomycota,

Rhizopus Oligarpus dapat berkembangbiak secara aseksual atau

secara seksual. Reproduksi aseksual terjadi dengan cara

membentuk spora didalam sporangium yang terletak diujung-

diujung hifa. Sporangium ditunjang oleh sporangiofor.

MOH. FASALIM RIADI NURUL ILMY, S.Farm


15020150233
KAPANG DAN KHAMIR

BAB III

KAJIAN PRAKTIKUM

A. Alat Yang Dipakai

Alat yang dipakai adalah batang V, cawan petri, dek glass,

erlenmeyer, kertas saring, lampu spritus, mikroskop, objek glass, ose

bulat dan ose lurus, vial, pipet tetes, dan spoit 10 ml.

B. Bahan Yang Digunakan

Bahan yang digunakan adalah asam tartrat, , gliserol 10%, jamur

Lombok tumis,medium PDA (Potato Dextrose Agar), metilen blue, dan

biakan jamur (Rhizopus oligarpus),

C. Cara Kerja

1. Makroskopik

a. Metode gores

Disiapkan biakan jamur murni Rhizopus oligarpus dan

biakan jamur Lombok tumis, Dimasukkan 10 ml medium PDA

(Potato Dextrose Agar) ke dalam cawan petri secara aseptis,

Dibiarkan memadat, Digores di permukaan medium, cawan 1

biakan jamur murni dan cawan 2 biakan jamur kentang rebus,

MOH. FASALIM RIADI NURUL ILMY, S.Farm


15020150233
KAPANG DAN KHAMIR

Dimasukkan ke dalam inkubator, Diinkubasi selama 3x24 jam

pada suhu 25oC, Diamati perubahan yang terjadi.

2. Mikroskopik

a. Secara tidak langsung

Disiapkan biakan jamur murni Rhizopus oligarpus dan

biakan jamur Lombok tumis, Disiapkan cawan petri yang berisi

kertas saring, batang V, dek glass dan objek glass yang telah

disusun rapi, Disterilkan, Ditetesi dengan 1 tetes medium PDA

(Potato Dextrose Agar) + asam tartrat di atas objek glass, Dibiarkan

memadat, Digores diatas medium 1 ose biakan jamur murni,

preparat ditutup, Diteteskan gliserol 10% pada kertas saring, Cawan

petri ditutup dan diinkubasi selama 3x24 jam pada suhu 25 oC,

Setelah 3x24 jam, diamati dengan menggunakan mikroskop,

Digambar, Perlakuan yang sama dengan menggunakan biakan

jamur Lombok tumis.

MOH. FASALIM RIADI NURUL ILMY, S.Farm


15020150233
KAPANG DAN KHAMIR

BAB IV

KAJIAN HASIL PRAKTIKUM

A. Hasil Praktikum

a. Tabel Pengamatan

1. Pengamatan Makroskopik Metode Tusuk

PENGAMATAN Lombok Tumis


Bentuk Convex
permukaan
Warna koloni Kuning pucat
Bau khas +
Radial furrow +
Growing zone +
Exudate drops -
Referse of +
coloni
Zonation 9,6 mm

MOH. FASALIM RIADI NURUL ILMY, S.Farm


15020150233
KAPANG DAN KHAMIR

2. Pengamatan Makroskopik Metode Tuang

PENGAMATAN Lombok tumis

Bentuk Irregular
permukaan
Warna koloni Kuning pucat
Bau khas +
Radial furrow +
Growing zone +
Exdate drops +
Referee of +
coloni
Zonation 9 mm

3. Pengamatan Mikroskopik Tidak langsung

Pengamatan Hasil

Miselium -

Metula -

Konidia -

Konidiofor -

Rhizoid +

Vesikel -

MOH. FASALIM RIADI NURUL ILMY, S.Farm


15020150233
KAPANG DAN KHAMIR

Fialid -

Kolumela +

Sporangiofor +

Sporangium +

Spora +

B. Pembahasan

Mikroorganisme adalah makhluk hidup yang sangat kecil

ukurannya, sehingga sulit untuk dapat dilihat tanpa alat-alat

pembesaran.Yang tergolong dalam mikroorganisme adalah bermacam-

macam bakteri, khamir, kapang (Jamur) algae, protozoa, dan mycoplasma

dan virus (Djide, 2006).

Sebagaimana kita ketahui bahwa kapang dan khamir sering kita

jumpai pada makanan basi atau kadaluarsa yang disimpan terlalu lama,

dan dipengaruhi juga dengan klembaban.

Adapun tujuan dilakukan praktikum kapang khamir ini adalah untuk

mengetahui bentuk morfologi suatu jamur baik dengan metode

makroskopik atau mata telanjang atau dengan cara mikroskopik dengan

menggunakan mikroskop listrik.

MOH. FASALIM RIADI NURUL ILMY, S.Farm


15020150233
KAPANG DAN KHAMIR

Pada pratikum kali ini ada 2 metode yang digunakan yaitu

makroskopik dan mikroskopik, dimana makroskopik terbagi menjadi dua

yaitu cara tuang dan cara gores. Sedangkan mikroskopik juga terbagi dua

yaitu secara langsung dan tidak langsung.

Pada praktikum kali ini dilakukan 4 pengamatan terhadap jamur

murni Rhizopus oligarpus dan jamur Lombok tumis yaitu makroskopik

dengan metode tuang, makroskopik dengan metode gores, mikroskopik

langsung, dan mikroskopik tidak langsung. Pengamatan yang dilakukan

pada jamur secara mikroskopik dapat dilihat pada memiliki bentuk

permukaannya flat, warna koloni kuning, memiliki bau khas.

Pertama-tama dilakukan percobaan makroskopik dengan metode

tuang. Percobaan ini dilakukan dengan cara pertama-tama diambil 10 mL

medium PDA, kemudian dimasukkan kedalam vial. Lalu ditambahkan 1

ose isolat atau jamur Lombok tumis kemudian dihomogenkan antara

medium dan biakan jamur. Setelah homogen, selanjutnya dimasukkan

dalam cawan petri dan dibiarkan memadat. Jamur dan medium tersebut

diinkubasi pada suhu kamar selama 3x24 jam. Terakhir diamati

pertumbuhan yang terjadi pada jamur.

Selanjutnya, dilakukan percobaan makroskopik dengan metode

gores. Percobaan ini dilakukan dengan cara pertama-tama dimasukkan

10 mL medium PDA ke dalam cawan petri, Lalu dibiarkan hingga

MOH. FASALIM RIADI NURUL ILMY, S.Farm


15020150233
KAPANG DAN KHAMIR

memadat. Selanjutnya digoreskan 1 ose isolat Jamur Rhizopus oligarpus

dan medium tersebut diinkubasi pada suhu kamar selama 3x24 jam.

Terakhir diamati pertumbuhan yang terjadi pada jamur.

Lalu, dilakukan percobaan mikroskopik langsung dengan cara

diambil sedikit sampel jamur Lombok tumis dengan menggunakan ose,

kemudian diletakkan pada objek gelas. Selanjutnya ditambahkan 1 tetes

metilen blue untuk memberikan warna sehingga penampakannya di

bawah mikroskop dapat terlihat jelas, lalu ditutup dengan menggunakan

deg gelas. Terakhir, diamati di bawah mikroskop.

Selanjutnya dilakukan percobaan mikroskopik tidak langsung.

Namun sebelum melakukan percobaan terlebih dahulu harus disiapkan

wadah untuk perlakuan. Pertama-tama, dimasukkan kertas saring

kedalam cawan petri. Selanjutnya ditambahkan batang V yang terbuat

dari aluminium foil. Alasan digunakannya batang V pada percobaan

metode mikroskopik tidak langsung ini yaitu agar dek dan objek gelas

tidak berhubungan langsung dengan kertas saring yang telah ditetesi

dengan gliserol. Batang V juga berfungsi sebagai penyangga kaca

preparat. Kemudian diletakkan objek gelas di atas batang V, lalu

disterilkan. Percobaan dilakukan dengan cara diambil sedikit sampel

jamur Lombok tumis dengan menggunakan ose, kemudian diletakkan

pada objek gelas. Lalu ditambahkan beberapa tetes medium PDA + asam

MOH. FASALIM RIADI NURUL ILMY, S.Farm


15020150233
KAPANG DAN KHAMIR

tartrat. Selanjutnya, ditutup objek gelas dengan menggunakan deg gelas.

Selanjutnya, diteteskan gliserol pada sekeliling kertas saring untuk

menjaga kelembaban dalam cawan petri sehingga pertumbuhan biakan

dapat berlangsung lebih baik. Kemudian ditutup dengan cawan petri, lalu

diinkubasi pada suhu kamar selama 3x24 jam. Terakhir, diamati di bawah

mikroskop.

MOH. FASALIM RIADI NURUL ILMY, S.Farm


15020150233
KAPANG DAN KHAMIR

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari praktikum kali ini yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa Jamur sampel Lombok tumis memliki bentuk convex pada

metode gores dan irregular pada metode tuang.

B. Saran

Untuk alat yang digunakan untuk mengamati seperti mikroskop,

sebaiknya digunakan dalam jumlah yang lebih, agar praktikka tidak

saling berebut pada saat ingin mengamati.

MOH. FASALIM RIADI NURUL ILMY, S.Farm


15020150233
KAPANG DAN KHAMIR

DAFTAR ISI

Anonim, 2016, Tuntunan Praktikum Mikrobiologi Farmasi, Fakultas


Farmasi, Makassar.

Campbell, 2004, Biologi Jl. 2 (lux) Ed. 5, Erlangga, Jakarta.

Ditjen, POM, 1979,Farmakope Indonesia Edisi Ketiga, DepKes RI,


Jakarta.

Djide, N, 2006, Dasar-Dasar Mikrobiologi Farmasi, Universitas


Hasanuddin, Makassar.

Elliott, Tom, dkk., 2013,Mikrobiologi Kedokteran dan Infeksi, EGC,


Jakarta.

Gandjar, Indrawati, 2006,Mikologi: Dasar dan Terapan. Jakarta, Yayasan


Obor Indonesia.

Jenie, 1993, Penanganan Limbah Industri Pangan, Kanisius, Yogyakarta.

MOH. FASALIM RIADI NURUL ILMY, S.Farm


15020150233
KAPANG DAN KHAMIR

LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema kerja

1. Makroskopik

a. Metode gores

Disiapkan biakan jamur murni Rhizopus oligosporus biakan jamur


Lombok tumis

Dimasukkan 10 ml medium PDA (Potato Dextrose Agar) ke dalam


cawan petri secara aseptis

Dibiarkan memadat

Digores di permukaan medium, cawan 1 biakan jamur murni dan


cawan 2 biakan jamur sambel tumis

Diinkubasi selama 3x24 jam pada suhu 25oC

Diamati perubahan yang terjadi


2. Mikroskopik

a. Secara tidak langsung

Disiapkan biakan jamur murni dan biakan jamur Lombok tumis

Disiapkan cawan petri yang berisi kertas saring, batang V, dek glass
dan objek glass yang telah disusun rapi

MOH. FASALIM RIADI NURUL ILMY, S.Farm


15020150233
KAPANG DAN KHAMIR

Disterilkan

Ditetesi dengan 1 tetes medium PDA (Potato Dextrose Agar) +


asam tartrat di atas objek glass

Dibiarkan memadat

Digores diatas medium 1 ose biakan jamur murni, preparat ditutup

Diteteskan gliserol 10% pada kertas saring

Cawan petri ditutup dan diinkubasi selama 3x24 jam pada suhu 25 oC

Setelah 3x24 jam, diamati dengan menggunakan mikroskop

Digambar
(Perlakuan yang sama dengan menggunakan biakan jamur daging)

MOH. FASALIM RIADI NURUL ILMY, S.Farm


15020150233
KAPANG DAN KHAMIR

Lampiran gambar

Mikroskopik Tidak langsung Makroskopik metode tusuk

Makrokopik metode tuang

MOH. FASALIM RIADI NURUL ILMY, S.Farm


15020150233

Anda mungkin juga menyukai